Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan dan Prediksi Kinerja Keuangan Daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Uraian Teoritis

2.1.1 New Growth Theory
New Growth Theory dipelopori oleh Romer (1986) dan Lucas (1988) yang
mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah berasal
dari akumulasi pengetahuan dan inovasi. Dalam New Growth Theory
dikemukakan bahwa sumber pertumbuhan ekonomi suatu daerah berasal dari
kemampuan suatu negara dalam mengembangkan potensi sumber dayanya.
Semakin besar kuantitas dan semakin tinggi kualitas sumber daya tersebut, maka
makin besar pula potensi suatu negara untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
Faktor- faktor yang penting dalam sumber-sumber pertumbuhan adalah;
natural resources, capital, dan saving. Kekayaan natural resources, capital, dan
saving memang sangat membantu perekonomian suatu negara dan merupakan
faktor yang dominan untuk pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah.
Namun hal tersebut belum cukup bila tidak didukung oleh skill penduduknya dan
penggunaan teknologi untuk mengelolanya secara baik. Dengan human resources

dan perkembangan teknologi yang baik akan memungkinkan untuk memproduksi
lebih banyak output dengan tingkat input yang sama.
2.1.2

Stakeholder Theory
Teori stakeholder lebih mempertimbangkan posisi para stakeholder yang

dianggap powerfull. Kelompok stakeholder inilah yang menjadi pertimbangan

10
Universitas Sumatera Utara

11

utama bagi perusahaan dalam mengungkapkan dan/atau tidak mengungkapkan
suatu informasi di dalam laporan keuangan. Dalam pandangan teori stakeholder,
perusahaan memiliki stakeholders, bukan sekedar shareholder (Riahi-Belkaoui,
2003) dalam (Ulum, Gozali, & Chariri, 2008). Kelompok-kelompok stakeholder
tersebut dalam organisasi sektor public meliputi stakeholder eksternal yang terdiri
dari legislatif dan warga masyarakat dan stakeholder internal (Sihaloho,

Laurensius, & Halim, 2008).
Konsensus yang berkembang dalam konteks teori stakeholder adalah
bahwa laba akuntansi hanyalah merupakan ukuran return bagi pemegang saham
(shareholder), sementara value added adalah ukuran yang lebih akurat yang
diciptakan oleh stakeholder. dan kemudian didistribusikan kepada stakeholders
yang sama (Meek dan Gray, 1988) dalam (Ulum, Gozali, & Chariri, 2008). Value
added yang dianggap memiliki akurasi lebih tinggi dihubungkan dengan return
yang dianggap sebagai ukuran bagi shareholder. Sehingga dengan demikian
keduanya (value added dan return) dapat menjelaskan kekuatan teori stakeholder
dalam kaitannya dengan pengukuran kinerja organisasi.
2.1.3 Human Capital Theory
Human capital theory dikembangkan oleh (Becker, 1964) yang
mengemukakan bahwa investasi dalam pelatihan dan untuk meningkatkan
human capital adalah penting sebagai suatu investasi dari bentuk-bentuk modal
lainnya.Tindakan strategis membutuhkan seperangkat sumber daya fisik,
keuangan, human atau organisasional khusus, sehingga keunggulan kompetitif

Universitas Sumatera Utara

12


ditentukan oleh kemampuannya untuk memperoleh dan mempertahankan sumber
daya (Wernerfelt, 1984) dalam (Astuti & Sabeni, 2005)
2.1.4 Intellectual Capital
2.1.4.1 Definisi Intellectual Capital
(Bontis,

1998) mendefinisikan

intellectual

capital sebagai nilai

tersembunyi dari individu, perusahaan, institusi, komunitas, dan wilayah pada
saat itu dan sumber-sumber potensial untuk penciptaan nilai. Selanjutnya
(Stahle, S, & S, 2011) mendefinisikan intellectual capital sebagai semua sumber
daya intangible yang tersedia pada sebuah wilayah atau negara, yang mampu
memberikan keuntungan yang relatif dan dimana dalam sebuah kombinasi yang
dapat untuk menghasilkan keuntungan di masa depan.
2.1.4.2 Komponen Intellectual Capital

Menurut (Astuti & Sabeni, 2005) IC terdiri dari 3 (tiga) komponen utama,
yaitu:
1.

Human capital didefinisikan sebagai pengetahuan, skill dan pengalaman yang
pegawai bawa ketika meninggalkan perusahaan (Saleh, et. al., 2008). Human
capital meliputi pengetahuan individu dari suatu organisasi yang terdapat
pada pegawainya (Astuti, 2005) yang meliputi inovasi, fleksibilitas, toleransi
terhadap ambiguitas, motivasi, kepuasan, kemampuan belajar, loyalitas,
pelatihan dan pendidikan formal (Saleh, 2008), keterampilan, pendidikan,
kemampuan kejuruan, kemampuan bekerja sama, dan semangat entrepreneur
, kreatifitas, know-how, dan pengalaman .

Universitas Sumatera Utara

13

2.

Structural capital merupakan pengetahuan yang tetap tinggal dalam

organisasi meskipun pekerja meninggalkan organisasi (Saleh, 2008).,
Structural capital terdiri dari perjanjian, data base, informasi, sistem, budaya,
prosedur, system administrasi, kebiasaan, best practice ,sistem operasional
perusahaan, proses manufacturing, filosofi manajemen dan semua bentuk
intellectual property yang dimiliki perusahaan (Sawarjuwono, Tjiptohadi,
Kadir, & Prihatin, 2003, pp. 35-57). Yang termasuk dalam structural capital
adalah semua hal selain manusia, bsaik yang berasal dari pengetahuan dalam
suatu organisasi (struktur organisasi, strategi, rutinitas, software, hardware)
dan semua hal yang nilainya terhadap perusahaan lebih tinggi daripada nilai
materinya (Astuti & Sabeni, 2005, pp. 34-58)

3.

Customer capital merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan sumber
eksternal dari organisasi seperti pelanggan, pemasok, kreditur, jaringan,
gabungan strategi, saluran distribusi (Saleh, 2008). Customer capital
menciptakan persepsi masa depan yang positif dari sebuah organisasi yang
meliputi

image,


reputasi,

loyalitas

pelanggan,

kekuatan

komersial,

kemampuan negosiasi dengan entitas keuangan dan aktivitas lingkungan
(Saleh, et.al. 2008).
Dari beberapa metode pengukuran diatas, baik secara monetary maupun
non monetary, penelitian ini menggunakan metode pengukuran monetary Pulic’s
VAIC Model (Pulic, 1998, 2000), untuk mengukur intellectual capital perusahaan.
Alasan pemilihan metode ini karena banyak penelitian terdahulu menggunakan

Universitas Sumatera Utara


14

metode ini, selain itu juga data-data yang diperlukan untuk metode ini juga relatif
mudah diperoleh.
2.1.4.3 Value Added Intellectual Capital Coefficient (VAIC)
VAIC

adalah

sebuah

prosedur

analitik

yang

didesain

untuk


memungkinkan manajemen, shareholders, dan stakeholder lain yang relevan
untuk secara efektif memonitor efisiensi nilai lebih dari total sumber daya sebuah
perusahaan dan setiap komponen sumber daya utama. Metode VAIC™,
dikembangkan oleh Pulic (1998), didesain untuk menyajikan informasi tentang
value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak
berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. Model ini dimulai dengan
kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). VA adalah
indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation) (Pulic, 1998).
VA dihitung sebagai selisih antara output dan input.
Tiga jenis masukan atau input yang menjadi komponen VAIC adalah Value Added
Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added (STVA), dan Value
Added Capital Employed (VACA).
a. Value Added Human Capital (VAHU)
Value

Added

Human


Capital

(VAHU)

merupakan

indikator

yang

menunjukkan seberapa banyak nilai tambah (value added) yang dapat
diperoleh perusahaan dari dana yang dikeluarkan untuk karyawan atau tenaga
kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa modal manusia (human capital)
memiliki hubungan dengan nilai tambah (value added) dimana hubungan

Universitas Sumatera Utara

15


tersebut adalah HC bisa menghasilkan VA (Tan, D, & P, 2007) dalam (Ulum,
Gozali, & Chariri, 2008). Selain itu menurut Pulic (1998) dalam (Ulum,
Gozali, & Chariri, 2008) berargumen bahwa total salary and wage costs
adalah indikator dari HC perusahaan.
b. Structural Capital Value Added (STVA)
Structural Capital Value Added (STVA) merupakan indikator dari modal
struktural (structural capital) atau SC terhadap pertambahan nilai di
perusahaan. Indikator ini meunjukkan seberapa besar peran dari SC dalam
menghasilkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Namun SC
bukanlah ukuran yang independent sebagaimana HC, ia dependent terhadap
value creation (Ulum, Gozali, & Chariri, 2008) Artinya, menurut (Pulic,
2000), semakin besar kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin
kecil kontribusi SC.
c.

Value Added Capital Employed (VACA)
Value Added of Capital Employed (VACA) merupakan indikator dari modal
yang digunakan (capital employed) atau CE terhadap pertambahan nilai di
perusahaan. Hubungan antara CE dengan VA adalah berapa banyak VA yang
dihasilkan dari satu unit physical capital. (Pulic, 2000) mengasumsikan bahwa

jika 1 unit dari CE menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan
yang lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan
CE-nya. Dengan demikian, pemanfaatan CE yang lebih baik merupakan
bagian dari IC perusahaan (Tan, D, & P, 2007).

Universitas Sumatera Utara

16

2.1.5

Kinerja Keuangan
Keuangan daerah merupakan bagian integral dalam pengalokasian sumber

sumber ekonomi, pemerataan hasil-hasil pembangunan dan menciptakan stabilitas
ekonomi guna stabilitas sosial politik. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat
pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan, dan manfaat
untuk masyarakat.
Peran keuangan daerah menjadi semakin penting dikarenakan keterbatasan
dana yang dapat dialihkan dalam bentuk subsidi dan bantuan. Peranan keuangan
daerah dapat meningkatkan kesiapan daerah untuk mendorong terwujudnya
otonomi daerah yang lebih nyata dan bertanggungjawab. Analisis kinerja
keuangan pada dasarnya dilakuan untuk menilai kinerja di masa lalu dengan
melakukan berbagai analisis sehingga diperoleh posisi keuangan yang mewakili
realitas entitas dan potensi-potensi kinerja yang akan berlanjut.
Menurut (Halim & Kusufi, 2012) analisis kinerja keuangan adalah usaha
mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia.
Penggunaan analisis rasio pada sektor publik ataupun pemerintahan
khususnya terhadap APBD belum banyak dilakukan, sehingga secara teori
belum ada kesepakatan secara bulat mengenai nama kaidah pengukurannya.
Meskipun

demikian,

dalam

rangka

pengelolaan

daerah

yang

transparan, jujur, demokratis, efektif, dan efisien, dan akuntabel, analisi
rasio terhadap APBD perlu dilaksanakan mekipu kaidah pengakuntansian
dalam APBD dengan laporan yang dimiliki perysahaan swasta.Analisis rasio

Universitas Sumatera Utara

17

keuangan pada APBD dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai
dari satu periode dengan periode sebelumnya sehinggadapat diketahui bagaimana

kecenderungan yang terjadi. Beberapa rasio yang dapat dikembangkan
berdasarkan data keuangan yang bersumber dari APBD dan menjadi rasio
yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Rasio Kemandirian
Kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal ) menunjukkan kemampuan
pemda dalam membiayai sendiri kegiatan pemrintahan, pembangunan, dan
pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi
sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah (Halim & Kusufi, 2012, p.
232). Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya sumber
pendapatan asli daerah (PAD) dibandingkan dengan pendapatan daerah yang
berasal dari sumber lain, misalnya pemerintah pusat ataupun dari pinjaman.
Rasio Kemandirian=

Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Bantuan Pemerintah Pusat/Provinsi dan Pinjaman

Tabel 2.1 Tingkat Kemandirian dan Kemampuan
Keuangan Daerah
Kemampuan Keuangan

Kemandirian (%)

Rendah Sekali
0%-25%
Rendah
25%-50%
Sedang
50%-75%
Tinggi
75%-100%
Sumber : Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1996

2.

Rasio Efektivitas
Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemda dalam merealisasikan
PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan
berdasarkan potensi riil daerah (Halim & Kusufi, 2012, p. 234)

Universitas Sumatera Utara

18

Rasio Efektivitas=

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Target Penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang ditetapkan
berdasarkan pada Potensi Riil Daerah

Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila
rasio yang dicapai mimimal sebesar 1 (satu) atau 100 %. Namun semakin tinggi
rasio efektifitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik.
Tabel 2.2 Kriteria Efektivitas Keuangan Daerah
Kriteria Efektivitas

Persentase Efektivitas (%)

Sangat Efektif
Efektif
Cukup Efektif
Kurang Efektif
Tidak Efektif

>100
>90 - 100
>80 - 90
>60 - 80
≤60

Sumber :Kepmendagri No 690.900.327 tahun 1996

3.

Rasio Efisiensi
Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan
realisasi pendapatan yang diterima (Halim & Kusufi, 2012, p. 234). Kinerja
Pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan pendapatan dikategorikan
efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau di bawah 100%.

Rasio Efisiensi =

Biaya yang dikeluarkan untuk memungut Pendapatan Asli Daerah
Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah

Tabel 2.3 Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan
Kriteria Efisiensi

Persentanse Efisiensi

>100%
90 - 100%
80 – 90%
60 – 80 %
< 60%

Tidak Efisien
Kurang Efisien
Cukup Efisien
Efisien
Sangat Efisien

Sumber : Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1996

Universitas Sumatera Utara

19

Terdapat beberapa faktor penentu efisiensi dan efektivitas keuangan daerah,
yaitu:
a.

Faktor sumber daya, baik sumber daya manusia seperti tenaga ] kerja,
kemampuan kerja maupun sumber daya fisik seperti peralatan kerja,
tempat bekerja serta dana keuangan.

b. Faktor struktur organisasi, yaitu susunan yang stabil dari jabatan-jabatan,
baik itu struktural maupun fungsional;
c . Faktor teknologi pelaksanaan pekerjaan;
d.

Faktor dukungan kepada aparatur dan pelaksanaannya, baik pimpinan
maupun masyarakat;

e. Faktor pimpinan dalam arti kemampuan untuk mengkombinasikan keempat
faktor tersebut kedalam suatu usaha yang berdaya guna dan berhasil guna
untuk mencapai sasaran yang dimaksud (Budiarto, 2007) dalam (Hamzah,
2008).s
f.

Faktor sumber daya, baik sumber daya manusia seperti tenaga kerja,
kemampuan kerja maupun sumber daya fisik seperti peralatan kerja,
tempat bekerja serta dana keuangan.

g.

faktor pimpinan dalam arti kemampuan untuk mengkombinasikan keempat
faktor tersebut kedalam suatu usaha yang berdaya guna dan berhasil guna
untuk mencapai sasaran yang dimaksud (Budiarto, 2007) dalam (Hamzah,
2008).

4.

Rasio Desentralisasi Fiskal

Universitas Sumatera Utara

20

Menurut (Halim & Kusufi, 2012) rasio desentralisasi fiskal adalah
kemampuan pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan Pendapatan
Asli daerah guna membiayai pembangunan. Desentralisasi fiskal merupakan
pemberian kewenangan kepada daerah untuk menggali sumber-sumber
pendapatan, hak untuk menerima transfer dari pemerintah yang lebih tinggi,
dan menentukan belanja rutin dan investasi . Rasio Desentralisasi Fiskal
dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Rasio Desentralisasi Fiskal =

Total Pendapatan Asli Daerah (PAD)
� 100%
Total Penerimaan Daerah

Tabel 2.4
Ukuran Rasio Desentralisasi Fiskal
Skala Interval Rasio Desentralisasi
Fiskal (%)

Kemampuan Keuangan Daerah

0,00-10,00

Sangat Kurang

10,01-20,00

Kurang

20,01-30,00

Cukup

30,01-40,00

Sedang

40,01-50,00
>50,00

Baik
Sangat Baik

Sumber : Kepmendagri No 690.900.327 tahun 1996

5.

Rasio Pertumbuhan
Rasio Pertumbuhan (growth ratio) mengukur seberapa besar kemampuan
pemda dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang telah
dicapainya dari periode ke periode berikutnya. Diketahuinya pertumbuhan
untuk masing-masing komponen sumber pendapatan dan pengeluaran dapat

Universitas Sumatera Utara

21

digunakan untuk mengevalusasi potensi-potensi yang perlu mendapat
perhatian (Halim & Kusufi, 2012, p. 241)
Apabila semakin tinggi nilai PAD, Total Pendapatan Daerah dan Belanja
Pembangunan yang diikuti oleh semakin rendahnya Belanja Rutin, maka
pertumbuhannya adalah positif. Artinya bahwa daerah tersebut telah mampu
mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhannya dari periode satu ke periode
yang berikutnya.Selanjutnya jika semakin tinggi nilai PAD, Total Pendapatan
Daerah dan Belanja Rutin yang diikuti oleh semakin rendahnya Belanja
Pembangunan, maka pertumbuhannya adalah negatif.Artinya bahwa daerah yang
bersangkutan belum mampu mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhannya
dari periode yang satu ke periode yang berikutnya.
Untuk mengetahui pengaruh PAD terhadap kinerja keuangan pemerintahan
daerah, kita juga perlu mengetahui berapa kontribusi masing-masing komponen
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Total Realisasi Pendapatan Asli Daerah.
Kontribusi ini bisa ukur juga dalam bentuk rasio-rasio. Besar kecilnya kontribusi
masing-masing komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) ini untuk setiap
tahunnya berbeda-beda.
Faktor-faktor penentu tersebut mempunyai kesamaan dengan komponenkomponen dari intellectual capital yang berupa human capital, structural
capital, dan customer capital.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian yang digunakan sebagai bahan referensi dalam
penelitian ini antara lain :

Universitas Sumatera Utara

22

Tabel 2.5
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No
1

2

Nama
Peneliti

Judul
Penelitian

Narulitasari
dan
Suhardjanto
(2016)

Intellectual
Capital
Disclosure:
Studi
Pengungkapan
Teknologi
Informasi pada
Laporan
Keuangan
Pemerintah
Daerah di
Indonesia

Dependen:
pengungkapan
teknologi informasi.

“Pengaruh
Intellectual
Capital
terhadap
Kinerja
Manajerial
(Studi Empiris
pada
Pemerintah
Kabupaten dan
Kota di wilayah
Surakarta”

Dependen:
-Kinerja Manajerial

Aditama
(2009)

Variabel

Teknik
Analisis
Data
Analisis
Regresi
Logistik

variabel
size
,wealth,,perbedaan
fungsional,
umur,
debt
financing,
mempengaruhi
pengungkapan
informasi teknologi
dalam LKPD.

Regresi
Linear
Bergand
a

1. Terdapat
pengaruh
yang
sigifikan
human
capital
terhadap
kinerja manajerial
2. Terdapat
pengaruh
yang
signifikan
structural capital
terhadap
kinerja
manajerialTerdapa
t pengaruh yang
signifikan
Customer Capital
terhadap
kinerja
manajerial

Independen:
1. Size
2. Wealth.
3. Fungsional
4. Umur
5. Debt Financing
6. .Intergovermen

Independen:
Intellectual Capital
(Human
Capital,
Structural
Capital,
dan
Customer
Capital)

Hasil Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.2
No

3

4

Nama
Peneliti
Raharjo
(2009)

Scheinede
rdan
Samkin
(2007)

Judul
Penelitian
Pengaruh
Intellectual
Capital
terhadap
Kinerja
Keuangan
dan Prediksi
Kinerka
Keuangan
Daerah (Studi
pada
Pemerintah
Kabupaten
dan Kota di
Provinsi Jawa
Tengah
Tahun
Anggaran
2005-2007

Intellectual
Capital
Reporting by
the
New
Zealand
Local
Government
Sector

Variabel

Teknik
Analisis Data

Dependen :
Kinerja
Keuangan
(Rasio
kemandirian,
efeketifitas, dan
rasio efisiensi)

Regresi Linear
Berganda

Independen:
1. Intellectual
Capital
2. ROGIC
(Rate
of
Growth
of
Intellectual
Capital)

Dependen:
Quality
Disclosure

of

Independen :
Intellectual
Capital
Disclosure
index(
ICD
Index)
1. Human
Capital
2. Exsternal
Capital
3. .Internal
Capital

Rgresi Linier
Berganda

Hasil Penelitian

1.

VAIC
berpengaruh
positif
hanya
pada
Rasio
Efisiensi ,Rasio
Kemandirian dan
Rasio Efektifitas
tidak
berpengaruh
secara signifikan
2. statistik
tidak
terdapat
pengaruh
yang
signifikan
Intellectual
Capital
(VAIC)
terhadap kinerja
keuangan masa
depan
2. bahwa tidak ada
pengaruh yang
signifikan antara
ROGIC dengan
terhadap kinerja
keuangan
daerah
masa
depan

1. bahwa
ada
perbedaan yang
signifikan antara
skor
external
capital
dari
otoritas teritorial
dan / otoritas
kesatuan daerah
2. Tidak
ada
perbedaan yang
signifikan secara
statistik
antara
internal capiotal
,human
capital
dan
skor
keseluruhan
otoritas teritorial
dan pemerintah
daerah
/
kesatuan.

23
Universitas Sumatera Utara

24
Lanjutan Tabel 2.2
No

5

6

Nama Peneliti

Woodford
(2005)

Bunget,
Rodica,Blidisel
,
Feleaga,
Popa (2014)

Judul Penelitian

Variabel

Managing to
measure:
appropriate
options for
measuring
intellectual capital
in the Australian
Public Service

Dependen :
Intellectual
Capital
1.External Capital
2.Human Capital
3.Structural
Capital

Empiri Study Of
Intagible Assets
In Romanian
Municipalities

Independen : Sifat
Organisasi (profit,
kepatuhan, dan
kesejahteraan
sosial)
Dependen :
Intagible assets
Independen:
1. Size
2. ASS
3. PIBA
4. CLA
5. PQUOT.

Teknik
Analisis
Data

Hasil Penelitian

Rgresi
Linear
Berganda

Sifat
organisasi
(profit,kepatuhan,
kesejahteraan
sosial)
menentukan
persyaratan untuk
mengukur
Intellectual Capital

Rgresi
Linear
Berganda

1. Size dan ASS
Tidak
berpengaruh
terhadap
intangible
assets
2. PIBA, CLA
dan PQUOT
berpengaruh
terhadap
intangible
asset

2.3.Kerangka Konseptual
2.3.1. Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan Daerah
Intellectual Capital (VAIC) mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja
keuangan. Menurut (Raharjo, 2009) bahwa tidak seluruh komponen VAIC

memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan daerah, dan bahwa
tidak semua ukuran kinerja keuangan yang digunakan berkorelasi dengan
komponen-komponen VAIC.

Universitas Sumatera Utara

25
2.3.2. Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan Masa Depan
Daerah
Penelitian yang dilakukan oleh Firer dan Williams (2003) dan (Ulum, Gozali,
& Chariri, 2008) telah membuktikan bahwa Intellectual Capital (VAIC) mempunyai
pengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Intellectual Capital ] (VAIC) tidak
hanya berpengaruh terhadap kinerja keuangan tahun berjalan, bahkan Intellectual
Capital (VAIC) juga dapat memprediksi kinerja keuangan masa depan. Disini

organisasi sektor publik masih lebih banyak terfokus pada kepentingan jangka
pendek yaitu mempertahankan input keuangan.
2.3.3 Pengaruh ROGIC (Rate of Growth Intellectual Capital) terhadap
Kinerja Keuangan Masa Depan Daerah.
Intellectual Capital (VAIC) merupakan kendali utama dalam penciptaan
nilai dan berpengaruh terhadap kinerja baik untuk tahun berjalan atau masa
depan, maka secara logis tingkat pertumbuhan Intellectual Capital (VAIC) juga
berpengaruh dalam peningkatan kinerja keuangan daerah. Jika perusahaan yang

memiliki IC lebih tinggi akan cenderung memiliki kinerja masa depan yang
lebih baik, maka logikanya rata-rata pertumbuhan dari IC (rate of growth of
intellectual capital) juga akan memilki hubungan positif dengan kinerja
keuangan masa depan (Tan, D, & P, 2007) dalam (Ulum, Gozali, & Chariri,
2008).

Universitas Sumatera Utara

26

Variabel Independen

Variabel Dependen

Intellectual Capital

Kinerja Keuangan
Daerah (Rasio
Efektivitas)

VACA
VAHU
STVA

Rate of Growth of
Intellectual Capital
(ROGIC)

Kinerja Keuangan
Masa Depan

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah
diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
1.

Intelellectual Capital (Value Added Capital Employed, Value Added Human
Capital, Structural Capital Value Added) berpengaruh terhadap kinerja

keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara.
2.

Intelellectual Capital (Value Added Capital Employed, Value Added Human
Capital, Structural

Capital Value Added) berpengaruh terhadap kinerja

keuangan masa depan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera
Utara.

Universitas Sumatera Utara

27
3. Rata-rata pertumbuhan Intellectual Capital (Rate of Growth Intellectual Capital)
berpengaruh terhadap kinerja keuangan masa depan Pemerintah Kabupaten
sdan Kota di Provinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara