Pengaruh Dukungan Keluarga dan Faktor Sosial Budaya Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi 0–6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Kecamatan Pancurbatu Kabupaten Deli Serdang
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ASI Eksklusif
2.1.1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang sempurna bagi bayi yang
mengandung segala zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang selama 6
bulan pertama (Arini, 2012).
2.1.2. Pengertian ASI Eksklusif
Menurut Utami (2005)ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa
tambahan cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan
tim (Arini, 2012).
ASI Eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai
usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan
sampai bayi berusia 2 tahun (Maryunani, 2012).
ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman
lain. ASI Eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan (Depkes RI, 2005).
2.1.3. Manfaat ASI Eksklusif
Suatu kenyataan bahwa mortalitas (angka kematian) dan morbiditas (angka
terkena penyakit) pada bayi ASI eksklusif jauh lebih rendah dibanding dengan bayi
yang tidak mendapatkan ASI. Anak yang sehat tentu akan lebih berkembang
10
Universitas Sumatera Utara
11
kepandaiannya
dibanding anak
yang sering sakit
terutama
bila
sakitnya
berat.Perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan
otak.Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak anak adalah gizi yang
diterima saat pertumbuhan otak, terutama saat pertumbuhan otak cepat (Roesli,
2000).
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui, dapat
merasakan kasih sayang ibu dan mendapatkan rasa aman, tenteram dan
terlindung.Hal inilah yang menjadi dasar perkembangan emosi bayi, yang kemudian
membentuk kepribadian anak menjadi baik dan penuh percaya diri (Arini, 2012).
Manfaat ASI eksklusif selama enam bulan baik untuk bayi maupun untuk
ibunya antara lain:
Untuk Bayi
1.
ASI eksklusif merupakan makanan terlengkap yang mengandung zat gizi yang
diperlukan untuk bayi.
2.
Mengandung antibody yang melindungi bayi dari penyakit, terutama diare dan
gangguan pernafasan.
3.
Melindungi terhadap alergi Karen tiding mengandung zat yang dapat
menimbulkan alergi.
4.
Mudah dicerna dan gizi mudah diserap
Untuk Ibu
1.
Menambah panjang kembalinya kesuburan
2.
Mengurangi resiko terjadinya anemia
Universitas Sumatera Utara
12
3.
Mencegah kanker
4.
Ekonomis (Astuti, 2014)
2.1.4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Menurut Rusli (2008) alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya adalah ASI tidak cukup, ibu bekerja dengan cuti hanya 3 bulan, takut
ditinggal suami, susu formula lebih praktis disbanding dengan ASI. Banyak faktor
yang mempengaruhi seseorang ibu dalam menyusui bayinya, antara lain: faktor
sistem dukungan, pengetahuan ibu terhadap ASI dan promosi susu formula dan
makanan tambahan yang mempunyai pengaruh terhadap pemberian ASI. Pengaruh
tersebut dapat memberikan dampak negatif maupun dampak positif dalam
mempelancar pemberian ASI eksklusif (Maryunani, 2012).
Menurut Soetjiningsih faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif adalah: (1) faktor sosial budaya ekonomi (pendidikan formal, pendapatan
keluarga, dan status kerja), (2) faktor psikologis (takut kehilangan daya tarik sebagai
wanita), (3) faktor fisik ibu (ibu yang sakit misalnya mastitis, dan sebagainya), (4)
faktor kurangnya petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang mendapat
penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif (Arini, 2012).
Berikut beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif
menurut beberapa hasil penelitian, dapat dirangkum dalam penjelasan berikut:
1.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai hal sesuatu.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seorang melakuan
Universitas Sumatera Utara
13
penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan melalui panca
indramanusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan rasa raba.
Pengetahuan/kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (Notoadmojo, 2012).
2.
Sikap
Sikap adalah reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek.Manisfestasi sikap itu tidak dapat dilihat tetapi dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari yang tertutup.
Menurut penelitian (Hamzah, 2007), bahwa dalam pemberian ASI Eksklusif
63,1% umumnya pada ibu dengan sikap yang kurang baik, dan ada faktor lain yang
mempengaruhinya yaitu adat istiadat berupa pantangan-pantangan tetentu seperti
pantangan makan makananyang kecut dan pedas selama menyusui untuk mencegah
sakit perut bayinya, selain itu frekuensi pemberian ASI 71,1% ketika bayi
memutuhkannya, 10,3% terjadwal (3-4 kali dalam sehari) dan 18,6% tidak tentu. Hal
ini menunjukkan bahwa sikap bukan merupakan suatu faktor yang mutlak untuk
melakukan tindakan, tetapi tidak terlepas dari faktor lain seperti pengetahuan, budaya
dan adat istiadat.
3.
Pekerjaan
Menurut Notoatmodjo (2010), mengatakan pekerjaan adalah aktivitas atau
kegiatan yang dilakukan oleh responden sehingga memperoleh penghasilan untuk
menunjang kehidupannya dan keluarganya.
Universitas Sumatera Utara
14
4.
Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi dalam
keadaan hidup dengan usia kehamilan >28 minggu. Menurut Iskandar (2008)
menyatakan bahwa hubungan paritas dengan pemberian ASI eksklusif yang
dilakukan di daerah pedesaan Jawa dan Bali serta di Sumatera dan daerah lainnya di
tanah air, menyebutkan bahwa jumlah paritas tinggi cenderung tidak memberikan
ASI eksklusif pada bayi dibandingkan dengan paritas rendah.
Hal ini sesuai dengan penelitian Tiniat (2009) menunjukkan bahwa ibu
dengan paritas lebih dari satu tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya
dibandingkan dengan ibu paritas satu. Dalam penelitiannya mengatakan bahwa
dengan ibu memiliki anak yang banyak serta memiliki jarak kelahiran yang dekat
maka ibu tidak memiliki waktu untuk menyusui anaknya apalagi bayi sudah usia 6-12
bulan maka kebanyakkan ibu memberikan makanan tambahan kepada bayinya karena
mereka lebih percaya bahwa dengan memberikan makanan tambahan pada usia 6-12
bulan maka bayi mereka merasa sudah sehat.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian Madjid (2008) menyimpulkan bahwa
ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai anak (primipara) memiliki masalahmasalah menyusui.Berbeda dengan ibu-ibu yang sudah menyusui sebelumnya lebih
baik dari pada yang pertama.
5.
Dukungan Suami
Menyusui bukan semata-mata tanggung jawab ibu yang melahirkan bayinya
saja.Fungsi ibu dalam menyusui bayi tidak dapat digantikan oleh suami, tetapi suami
Universitas Sumatera Utara
15
juga memiliki peran penting menberikan dukungan bagi ibu untuk mencapai
keberhasilan menyusui.
Hasil penelitian Kurniawan (2013), terdapat hubungan antara variabel
dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif.Sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Yuliandarin (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang
mendapat dukungan suami berpeluang 12,98 kali lebih besar memberikan ASI
eksklusif disbanding ibu yang memiliki dukungan suami yang rendah
6.
Promosi Susu Formula
Promosi adalah sejenis alat komunikasi yeng memberikan penjelasan dan
meyakinkan mengenai barang dan jasa dengan tujuan untuk memperoleh perhatian,
mendidik, mengingatkan serta meyakinkan calon konsumen.
Susu formula bayi adalah susu yang secara khusus diformulasikan sebagai
pengganti ASI untuk bayi sampai berusia 6 bulan (PP No 33 Tahun 2012).
Hasil penelitian Zakiyah (2012) yang mengatakan bahwa ada hubungan
pemberian susu formula dengan pemberian ASI Eksklusif. Dalam penelitian
mengatakan bahwa dengan adanya promosi susu formula dapat mempengaruhi ibu
yang memiliki bayi untuk memberikan susu formula pada bayinya disbanding deng
ASI Eksklusif.
Universitas Sumatera Utara
16
2.2. Dukungan Keluarga
2.2.1. Pengertian Dukungan Keluarga
Menurut Sarwono (2003) dukungan adalah suatu upaya yang diberikan
kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam
melaksanakan kegiatan. Keluarga adalah kelompok orang yang ada hubungan darah
atau penikahan (Ranjabar, 2006).
Menurut Murdock dalam Lestari (2012) menguraikan bahwa keluarga
merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat
kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi.
2.2.2. Bentuk Dukungan Keluarga
1.
Dukungan Informasional
Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab
memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang
dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi
dengan
menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya, dan tindakan spesifik bagi
individu untuk melawan stressor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari
masalahnya dan memecahkan masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan
menyediakan feed back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun
informasi dan pemberi informasi.
2.
Dukungan Penilaian
Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian
depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang dapat
Universitas Sumatera Utara
17
digunakan dalam menghadapi stressor.Dukungan ini juga merupakan dukungan yang
terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu.Individu mempunyai
seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi
pengaharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat, persetujuan
terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan
orang lain, misalnya orang yang kurang mampu.Dukungan keluarga dapat membantu
meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan
pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif.
3.
Dukungan Instrumental
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan,
bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (instrumental support material
support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah
praktis, termasuk di dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau
meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan,
menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit ataupun mengalami
depresi yang dapat membantu memecahkan masalah. Dukungan nyata paling efektif
bila dihargai oleh individu dan mengurangi depresi individu.Pada dukungan nyata
keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.
4.
Dukungan Emosional
Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional,
sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan seseorang
akan hal dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan individu perasaan
Universitas Sumatera Utara
18
nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat,
empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa
berharga.Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan
memberikan semangat.
2.3. Sosial Budaya
2.3.1. Pengertian Sosial Budaya
Defenisi Dunn menyatakan pola-pola dari pranata-pranata sosial dan tradisitradisi budaya yang menyangkut perilaku yang sengaja untuk meningkatkan
kesehatan, meskipun hasil dari tingkahlaku khusus tersebut belum tentu kesehatan
yang baik (Foster, 1986).
Pengertian sosial budaya mengandung makna sosial dan budaya. Sosial dalam
arti masyarakat atau kemasyarakatan berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan
sistem hidup bersama atau hidup bermasyarakat dari orang atau sekelompok orang
yang didalamnya sudah tercakup struktur, organisasi, nilai-nilai sosial, dan aspirasi
hidup serta cara mencapainya.
Arti budaya, kultur atau kebudayaan adalah cara atau sikap hidup manusia
dalam hubungannya secara timbal balik dengan alam dan lingkungan hidupnya yang
didalamnya sudah tercakup pula segala hasil dari cipta, rasa, karsa, dan karya, baik
yang fisik materil maupun yang psikologis, idiil dan spiritual (Ranjabar, 2006).
Dari uraian diatas, maka pengertian sosial budaya yaitu merupakan suatu
keseluruhan dari unsur-unsur tata nilai, tata sosial, dan tata laku manusia yang saling
Universitas Sumatera Utara
19
berkaitan dan masing-masing unsure bekerja secara mandiri serta bersama-sama satu
sama lain saling mendukung untuk mencapai tujuan hidup manusia dalam
bermasyarakat (Ranjabar, 2006).
Situasi perangsang sosial ini digolongkan menjadi 2 (dua) golongan besar,
yaitu :
a. Orang lain, yang dapat berupa :
1) Individu-individu lain sebagai perangsang
2) Kelompok sebagai situasi perangsang, yang dapat dibedakan lagi atas:
hubungan intragroup, hubungan intergroup.
b. Hasil kebudayaan yang dibedakan :
1) Kebudayaan materil (materiil culture )
Budaya material mengandung karya, yaitu kemampuan manusia untuk
menghasilkan benda-benda maupun lain-lainya yeng berwujud benda atau
dapat beruapa objek, seperti makanan, pakaian, seni, benda-benda
kepercayaan.
2) Kebudayaan non materil (non materiil culture )
Budaya non material mengandung cipta yang mencakup kepercayaan,
pengetahuan, nilai, norma, dan sebagainya (Soekanto, 2012).
2.3.2. Indikator Sosial Budaya
Universitas Sumatera Utara
20
Kondisi sosial adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial
dan
menempatkan
seseorang
pada
posisi
tertentu
dalam
struktur
sosial
masyarakat.Untuk melihat kondisi sosial seseorang maka perlu diperhatikan beberapa
faktor yakni:pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan (Ranjabar, 2006).
Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
komplek, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapat manusia sebagai anggota masyaraka (Soekanto, 2012).
2.3.3. Aspek Sosial Budaya yang Memengaruhi Perilaku Kesehatan
1) Pendidikan
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar
masyarakat
mau
melakukan tindakan-tindakan
(praktik)
untuk
memelihara
(mengatasi masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya.
2) Pekerjaan
Menurut Notoatmodjo (2010), mengatakan pekerjaan adalah aktivitas atau
kegiatan yang dilakukan oleh responden sehingga memperoleh penghasilan.
3) Penghasilan
Penghasilan adalah jumlah pendapatan suami istri per bulan yang
dikategorikan
berdasarkan
keputusan
Gubernur
Sumut
nomor
SK
188.44/927/KPTS/2014 tentang penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumut
Tahun 2015 yaitu sebesar Rp 1.625.000 per bulan.
4) Pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
21
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai hal sesuatu.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seorang melakuan
penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan melalui panca indra
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan rasa raba.
Pengetahuan/kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (overt behaviour ) (Notoatmodjo, 2010).
5) Nilai-Nilai Kebudayaan
Menurut Oyserman (2001), nilai dapat dikonseptualkan dalam level individu
dan level kelompok. Dalam level individu, nilai merupakan representasi sosial atau
keyakinan moral yang diinternalisasi dan digunakan orang sebagai dasar rasional
terakhir dari tindakan-tindakannya.Dalam level kelompok, nilai adalah idieal budaya
yang dipegang secara umum oleh anggota kelompok, atau dapat dikatakan sebagai
pikiran sosial kelompok.
Menurut Bambang Daroeson, nilai adalah suatu kualitas atau penghargaan
terhadap sesuatu, yang menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang. Nilai
menjadikan manusia terdorong untuk melakukan tindakan agar harapan itu terwujud
dalam kehidupannya (Herimanto dan Winarno, 2009).
6) Keyakinan/Kepercayaan
Keyakinan atau kepercayaan merupakan sesuatu yang berhubungan dengan
kekuatan
yang
kehidupan.Aspek
lebih
tinggi,
keyakinan
keilahian
atau
dan
kepercayaan
kekuatan
dalam
yang
menciptakan
kehidupan
manusia
mengarahkan budaya hidup.perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan
Universitas Sumatera Utara
22
sumber daya di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan pola hidup yang disebut
kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap
perilaku.
2.4. Landasan Teori
ASI Eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai
usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan
sampai bayi berusia 2 tahun (Maryunani, 2012).
Perilaku adalah hasil atau resultan antara stimulus (faktor eksternal) dengan
respon (faktor internal) dalam subjek atau orang yang berperilaku tersebut.Faktor
eksternal atau stimulus antara lain faktor lingkungan, baik fisik maupun nonfisik
dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Dari beberapa peneliti, faktor
eksternal yang paling besar peranannya dalam membentuk perilaku adalah faktor
sosial dan faktor budaya.Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri seseorang
dalam merespon stimulus dari lingkungannya.Faktor internal yang mempengaruhi
perilaku adalah perhatian, motivasi, persepsi, intelegensi, fantasi, dan sugesti yang
mencakup dalam psikologi (Maulana, 2009).
Faktor
yang
menentukan
atau
membentuk
perilaku
ini
disebut
determinan.Lawrencen Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat
kesehatan.Berangkat dari analisis penyebab masalah kesehatan, Green membedakan
adanya dua determinan masalah kesehatan tersebut, yakni behavioral factors (faktor
perilaku), dan non-behavioral factors (faktor non-perilaku), (Notoatmodjo, 2010).
Universitas Sumatera Utara
23
Kerangka teori pada penelitian ini mengacu pada model PRECEDE yang
dikembangkan Green dan Kreutor (1980). Model ini merupakan model yang paling
cocok diterapkan dalam menganalisis atau diagnosis dan evaluasi promosi kesehatan
yang dikenal dengan model PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, and Enaibling
Causes in Educational Diagnosis and Evaluation ) (Notoatmodjo, 2010).
Pada kerangka model PRECEDE tersebut (Notoatmodjo, 2010), Green
berpendapat bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni
faktor perilaku (behavior cause) dan faktor diluar perilaku (non behavior cause).
Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk perilaku
kesehatan menurut Green.Selanjutnya Green menganalisis, bahwa faktor perilaku itu
sendiri ditentukan oleh tiga faktor, yaitu:
1) Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factor ), adalah faktor-faktor yang
mempermudah terjadinya perilaku seseorang yang terwujud dalam pendidikan,
pengetahuan,pekerjaan, penghasilan/pendapatan keluarga, tradisi, nilai-nilai
kebudayaan,keyakinan/kepercayaan, dan sebagainya. Pendidikan diperlukan
untuk mendapat informasi, misalnya hal-hal yang menunjang tentang ASI
Eksklusif. Dengan demikian semakin tinggi pendidikan ibu , maka makin mudah
untuk menerima informasi sehingga makin baik pengetahuan ibu tentang ASI
eksklusif. Hal ini juga sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai kebudaya dan
keyakinan/kepercayaan tentang ASI Eksklusif.
2) Faktor-faktor
pendukung
(Enebling
factor ),adalah
faktor-faktor
yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan yang terwujud
Universitas Sumatera Utara
24
dalam informasi kesehatan, media informasi, sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan misalnya Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu dan sebagainya.Hal ini
disebabkan karena seseorang akan mendapat dan mencari informasi kesehatan
maupun mendapat atau mencari informasi mengenai pencegahan dan pengobatan
apabila adanya akses ke informasi dan pelayanan kesehatan tersebut. Selain
informasi kesehatan dan media informasi, faktor lingkungan juga memiliki andil
untuk mempengaruhi perilaku karena faktor lingkungan dapat memfasilitasi
perilaku atau tindakan tersebut seperti biaya akses informasi dan biaya ke fasilitas
kesehatan sehingga individu dapat mencari informasi mengenai kesehatan yang
dibutuhkan.
3) Faktor-faktor pendorong/penguat (Reinforcing factor ), adalah faktor-faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku,diperoleh dari orang terdekat
dan adanya dukungan sosial yang diberikan ke individu tersebut seperti keluarga,
teman, guru maupun petugas kesehatan yang dapat memperkuat perilaku dan
pengawasanyang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau
petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.Dengan adanya dukungan yang diberikan dari orang-orang terdekat
diharapkan dapat mendorong terjadinya perubahan perilaku.
Salah satu kunci keberhasilan proses pemberian ASI eksklusif adalah adanya
dukungan dari keluarga yaitu suami, ibu, mertua atau anggota keluarga lainya.
Dukungan ini dapat berupa pemberian informasi kepada ibu tentang pemberian ASI
Universitas Sumatera Utara
25
Eksklusif, menemani ibu pada saat konsultasi ke petugas kesehatan dan membantu
ibu pada saat menyusui bayinya.
Diagram Predisposing, Enabling, and Reinforcing Factor
Predisposing Factors
-
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan/Pendapatan
Pengetahuan
Nilai-Nilai Kebudayaan
Keyakinan/Kepercayaan
Enabling Factors
- Ketersediaan pelayanan
- Promosi susu formula
- Keterampilan yang
berkaitan dengan
kesehatan (Managemen
Laktasi)
Perubahan Perilaku
Kesehatan
Reinforcing Faktors
- Dukungan keluarga
- Dukungan tenaga
kesehatan
Gambar 2.1 Kerangka Teori Faktor-faktor yang Memengaruhi
dalamPemberianASI Eksklusif Green da Kreuter (1980)
2.5. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antar variabel yang ingin
diamati dan diukur melalui penelitian yang akandilakukan.Variabel independen pada
Universitas Sumatera Utara
26
penelitian ini adalah dukungan keluarga dan faktor sosial budaya dan variabel
dependennya adalah pemberian ASI Eksklusif.
Berdasarkan judul penelitian dan landasan teori kepustakaan yang telah
diuraikan diatas maka kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Faktor Sosial Budaya
-
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan/Pendapatan
Pengetahuan
Nilai-Nilai Kebudayaan
Keyakinan/Kepercayaan
Pemberian ASI Eksklusif
Dukungan Keluarga
-
Dukungan Informasi
Dukungan penilaian
Dukungan Instrumental
Dukungan Emosional
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep diatas menggambarkan bahwa dukungan keluarga dan
faktor sosial budaya berpengaruh terhadappemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas SukarayaKecamatan Pancur Batu.
Perilaku merupakan determinan kesehatan yang menjadi sasaran dari promosi
atau pendidikan kesehatan. Dengan perkataan lain promosi atau pendidikan kesehatan
bertujuan untuk mengubah perilaku (behavior change ). Perubahan perilaku kesehatan
sebagai tujuan dari promosi atau pendidikan kesehatan mempunyai 3 dimensi, yakni;
Universitas Sumatera Utara
27
(1) mengubah perilaku negatif (tidak sehat) menjadi perilaku positif, (2)
mengembangkan
perilaku
positif,
(3)
memelihara
perilaku
yang
sudah
positif/memelihara perilaku sehat yang sudah ada (Notoatmodjo, 2010).
Beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan individu dalam menghadapai
perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya, yakni; (1) Karakteristik yang
meliputi pendidikan, umur, dan pekerjaan, (2) sosial ekonomi (3) pengetahuan
(Priyoto, 2014).
Perilaku berubah karena adanya rangsangan dalam bentuk fisik,psikis, dan
sosial yang dapat menyangkut suatu materi terbatas dan melinatkan banyak orang
(kelompok atau masyarakat).Arah perubahan perilaku bergantung pada besarnya
pengaruh kekuatan-kekuatan pendorong dan penahan yang berarti dapat positif atau
negatif (Priyoto, 2014).
Pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk perilaku
kesehatan menurut Green dalam Notoatmodjo (2005).Dalam penelitian ini, variabel
independen yang akan diukur pengaruhnya terhadap tidakan pemberian ASI
Eksklusifyakni :
a.
Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Menurut Green (1980), pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting
dalam mengubah dan menguatkan faktor perilaku sehingga menimbulkan perilaku
positif dari masyarakat (Maulana, 2009).
Universitas Sumatera Utara
28
Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang
dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan pengetahuan dan kesadarannya
melalui proses pembelajaran. Sehingga perilaku tersebut diharapkan berlangsung
lama (long lasting) dan menetap (langgeng), karena didasasri oleh kesadaran
(Notoatmodjo, 2005).
Dengan demikian semakin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah
untuk menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang
dimilikinya (Priyoto, 2014).
Hasil penelitian Zakiyah (2012) menyatakan bahwaterdapat hubungan antara
variabel pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif.Hal ini tidak sejalan dengan
penelitian Utomo (2012) tidak ada hubungan antara pendidikan responden dengan
perilaku pemberian ASI Eksklusif.
b.
Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah atau
pencaharian.Keberhasilan dalam memberikan ASI Eksklusif pada ibu bekerja sangat
tergantung dari lingkungan terutama dukungan dari suami, anggota keluarga lain,
rekan kerja dan komunitas sehingga ibu dapat dengan nyaman memberikan ASI
Eksklusif serta mengasuh anaknya sambil bekerja.Memberikan ASI bukanlah sematamata masalah ibu seorang diri melainkan juga masalah keluarga dan masyarakat
(Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2013).
Penelitian Nelly (2007) mengatakan bahwa ada pengaruh pekerjaan ibu
dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi dimana nilai p value < 0,05: OR = 6,31.
Universitas Sumatera Utara
29
Dalam penelitian ini mengatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan ibu ada yang
berada di rumah, di tempat kerja tidak tersedia tempat penitipan bayi, jarak lokasi
bekerja yang jauh dan kebijakan cuti melahirkan yang kurang mendukung sehingga
sebelum bekerja ibu sering memberikan makanan tambahan dengan alasan melatih
atau mencoba agar pada waktu ibu mulai bekerja bayi sudah mulai terbiasa.
Sejalan dengan hasil penelitian Susilawati (2005) menyatakan bahwa ada
hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif, dimana terdapat
hubungan yang bermakna antara ibu yang tidak bekerja dengan pemberian ASI
Eksklusif.Hasil penelitian Zakiyah (2012) menyatakan terdapat hubungan antara
status pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif.Berbeda dengan hasil penelitian
Utomo (2012), bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan responden dengan
perilaku pemberian ASI Eksklusif pada bayi.
c.
Penghasilan/pendapatan
Penghasilan adalah jumlah pendapatan suami isteri per bulan.Penghasilan
keluarga dapat menentukan status sosial ekonomi keluarga yang dapat mempengaruhi
faktor fisik, kesehatan dan pendidikan.
Hasil penelitian Utomo (2012) menyatakan tidak ada hubungan penghasilan
responden dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif.
d.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Dengan demikian ibu yang
memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI Eksklusif, diharapkan melakukan
Universitas Sumatera Utara
30
tidakan yang baik pula dengan memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya tanpa
makanan tambahan.
Pengetahuan tentang ASI merupakan komponen penting dalam menentukan
seorang ibu memberikan ASI kepada bayinya atau tidak. Sehingga dalam penelitian
ini pengetahuan standar yang penting dimiliki seorang ibu adalah pengertian tentang
ASI itu sendiri, cara pemberian yang baik dan benar sesuai pedoman pemberian yang
ada, serta manfaat pemberian ASI bagi bayi, ibu maupun manfaat secara umum.
Hasil penelitian Hasan (2009) menjelaskan pengetahuan merupakan variabel
yang mempengaruhi tindakan pemberian ASI Eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif
belum menjadi gaya hidup keluarga di mana menyusui merupakan cara terbaik dan
paling ideal dalam pemberian makanan bayi baru lahir dan bagian tak terpisahkan
dari proses reproduksi.
Hasil penelitian (Zakiyah, 2012), terdapat hubungan antara pengetahuan ibu
dengan pemberian ASI Eksklusif.Sejalan dengan penelitian (Sari, I. dkk, 2012),
terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden dengan pemberian
ASI Eksklusif.Namun berbeda dengan hasil penelitian (Utomo, 2012), tidak ada
hubungan antara pengetahuan responden dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif.
e.
Nilai-nilai kebudayaan
Nilai mempengaruhi individu berperilaku atau mengambil keputusan sesuai
dengan nilai tersebut.Nilai berfungsi sebagai rujukan dalam memilih dan
mengevaluasi tingkah laku dan kejadian-kejadian.Dengan demikian nilai berfungsi
sebagai pengarah tingkah laku dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
31
Selain nilai dan sistem nilai, pembentukan representasi internal juga
dipengaruhi norma subjektif. Norma subjektif adalah persepsi mengenai pendapat
orang lain tertentu (important others) tentang apa yang harus atau tidak boleh
dilakukan. Semakin individu menganggap orang yang terdekat berpendapat ia harus
menampilkan suatu perilaku tertentu, individu akan cenderung menampilkan perilaku
tersebut, sebaliknya jika individu percaya bahwa orang yang terdekat tidak
menganggap ia harus berperilaku tertentu, maka individu cenderung tidak akan
melakukannya.
Dalam penelitian ini, nilai dan norma yang terkait dengan pemberian ASI
secara umum terkait dengan pemahaman tentang sejauh mana makna dan arti ASI
bagi kehidupan seorang bayi. Apabila seorang ibu memberi makna dan arti yang
penting terhadap ASI, serta memahami dengan baik bahwa ASI merupakan suatu
benda yang secara lahiriah diciptakan sebagai makanan pertama dan utama bagi
seorang bayi, maka hal ini akan mendukung seorang ibu dalam pemberian ASI
kepada bayinya.
Berdasarkan hasil penelitian Susilawati (2005) adanya hubungan yang
bermakna antara nilai budaya dengan pemberian ASI Eksklusif.Sejalan dengan hasil
penelitian Hasan (2009) menjelaskan nilai/normaberpengaruh terhadap tindakan
pemberian ASI Eksklusif.
Universitas Sumatera Utara
32
f.
Keyakinan/kepercayaan
Demikian juga dengan keyakinan dan kepercayan terhadap ASI sebagai
makanan utama bayi baru lahir sangat ditentukan oleh sejauhmana tingkat keyakinan
terhadap ASI yang dimiliki oleh setiap ibu yang memiliki bayi.
Ibu-ibu yang meyakini dan percaya bahwa ASI yang terbentuk dalam tubuh
ibu yang melahirkan seorang bayi dalam suatu proses yang secara logika ilmiah
hanya dapat diyakini dan dipercaya bahwa memang sudah diatur oleh yang Maha
Kuasa, merupakan standar keyakinan yang penting dimiliki oleh setiap ibu untuk
dapat memberikan ASI secara baik dan benar kepada bayinya.
Akumulasi dari aspek pengetahuan, nilai atau norma serta keyakinan atau
kepercayaan tentang ASI akan berkontribusi membentuk perilaku dalam bentuk
tindakan atau praktek pemberian ASI kepada bayi.
Hasil
penelitian
Hasan
(2009)
menjelaskan
keyakinan/kepercayaan
merupakan variabel yang mempengaruhi tindakan pemberian ASI Eksklusif.Sejak
seorang wanita memasuki kehidupan berkeluarga, padanya harus sudah tertanam
suatu keyakinan "Saya Harus Menyusui Bayi Saya Karena Menyusui adalah Realisasi
dari Tugas yang Wajar dan Mulia Seorang Ibu”.
g.
Dukungan Keluarga
Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan ibu dalam memberikan ASI
Eksklusif terhadap bayinya adalah peran keluarga.Hal ini penting dilakukan oleh
semua anggota keluarga sebagai wujud dukungan seperti memberikan perhatian,
kesempatan, penciptaan suasana yang mendukung kegiatan menyusui.
Universitas Sumatera Utara
33
Menurut Sudiharto (2007) dukungan keluarga mempunyai hubungan dengan
suksesnya pemberian ASI Eksklusif kepada bayi. Dukungan keluarga adalah
dukungan untuk memotivasi ibu memberikan ASI saja kepada bayinya sampai usia 6
bulan, memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan mempersiapkan nutrisi yang
seimbang kepada ibu. Sejalan dengan hasil penelitian Abdul (2010), menjelaskan
bahwa dukungan keluarga berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif oleh ibu.
Hasil penelitian Erwandi (2013) pada variabel dukungan keluarga (dukungan
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional),
variabel yang berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif.Berbeda dengan
penelitian Utomo (2012) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan
keluarga terhadap responden dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ASI Eksklusif
2.1.1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang sempurna bagi bayi yang
mengandung segala zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang selama 6
bulan pertama (Arini, 2012).
2.1.2. Pengertian ASI Eksklusif
Menurut Utami (2005)ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa
tambahan cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan
tim (Arini, 2012).
ASI Eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai
usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan
sampai bayi berusia 2 tahun (Maryunani, 2012).
ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman
lain. ASI Eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan (Depkes RI, 2005).
2.1.3. Manfaat ASI Eksklusif
Suatu kenyataan bahwa mortalitas (angka kematian) dan morbiditas (angka
terkena penyakit) pada bayi ASI eksklusif jauh lebih rendah dibanding dengan bayi
yang tidak mendapatkan ASI. Anak yang sehat tentu akan lebih berkembang
10
Universitas Sumatera Utara
11
kepandaiannya
dibanding anak
yang sering sakit
terutama
bila
sakitnya
berat.Perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan
otak.Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak anak adalah gizi yang
diterima saat pertumbuhan otak, terutama saat pertumbuhan otak cepat (Roesli,
2000).
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui, dapat
merasakan kasih sayang ibu dan mendapatkan rasa aman, tenteram dan
terlindung.Hal inilah yang menjadi dasar perkembangan emosi bayi, yang kemudian
membentuk kepribadian anak menjadi baik dan penuh percaya diri (Arini, 2012).
Manfaat ASI eksklusif selama enam bulan baik untuk bayi maupun untuk
ibunya antara lain:
Untuk Bayi
1.
ASI eksklusif merupakan makanan terlengkap yang mengandung zat gizi yang
diperlukan untuk bayi.
2.
Mengandung antibody yang melindungi bayi dari penyakit, terutama diare dan
gangguan pernafasan.
3.
Melindungi terhadap alergi Karen tiding mengandung zat yang dapat
menimbulkan alergi.
4.
Mudah dicerna dan gizi mudah diserap
Untuk Ibu
1.
Menambah panjang kembalinya kesuburan
2.
Mengurangi resiko terjadinya anemia
Universitas Sumatera Utara
12
3.
Mencegah kanker
4.
Ekonomis (Astuti, 2014)
2.1.4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Menurut Rusli (2008) alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya adalah ASI tidak cukup, ibu bekerja dengan cuti hanya 3 bulan, takut
ditinggal suami, susu formula lebih praktis disbanding dengan ASI. Banyak faktor
yang mempengaruhi seseorang ibu dalam menyusui bayinya, antara lain: faktor
sistem dukungan, pengetahuan ibu terhadap ASI dan promosi susu formula dan
makanan tambahan yang mempunyai pengaruh terhadap pemberian ASI. Pengaruh
tersebut dapat memberikan dampak negatif maupun dampak positif dalam
mempelancar pemberian ASI eksklusif (Maryunani, 2012).
Menurut Soetjiningsih faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif adalah: (1) faktor sosial budaya ekonomi (pendidikan formal, pendapatan
keluarga, dan status kerja), (2) faktor psikologis (takut kehilangan daya tarik sebagai
wanita), (3) faktor fisik ibu (ibu yang sakit misalnya mastitis, dan sebagainya), (4)
faktor kurangnya petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang mendapat
penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif (Arini, 2012).
Berikut beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif
menurut beberapa hasil penelitian, dapat dirangkum dalam penjelasan berikut:
1.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai hal sesuatu.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seorang melakuan
Universitas Sumatera Utara
13
penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan melalui panca
indramanusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan rasa raba.
Pengetahuan/kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (Notoadmojo, 2012).
2.
Sikap
Sikap adalah reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek.Manisfestasi sikap itu tidak dapat dilihat tetapi dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari yang tertutup.
Menurut penelitian (Hamzah, 2007), bahwa dalam pemberian ASI Eksklusif
63,1% umumnya pada ibu dengan sikap yang kurang baik, dan ada faktor lain yang
mempengaruhinya yaitu adat istiadat berupa pantangan-pantangan tetentu seperti
pantangan makan makananyang kecut dan pedas selama menyusui untuk mencegah
sakit perut bayinya, selain itu frekuensi pemberian ASI 71,1% ketika bayi
memutuhkannya, 10,3% terjadwal (3-4 kali dalam sehari) dan 18,6% tidak tentu. Hal
ini menunjukkan bahwa sikap bukan merupakan suatu faktor yang mutlak untuk
melakukan tindakan, tetapi tidak terlepas dari faktor lain seperti pengetahuan, budaya
dan adat istiadat.
3.
Pekerjaan
Menurut Notoatmodjo (2010), mengatakan pekerjaan adalah aktivitas atau
kegiatan yang dilakukan oleh responden sehingga memperoleh penghasilan untuk
menunjang kehidupannya dan keluarganya.
Universitas Sumatera Utara
14
4.
Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi dalam
keadaan hidup dengan usia kehamilan >28 minggu. Menurut Iskandar (2008)
menyatakan bahwa hubungan paritas dengan pemberian ASI eksklusif yang
dilakukan di daerah pedesaan Jawa dan Bali serta di Sumatera dan daerah lainnya di
tanah air, menyebutkan bahwa jumlah paritas tinggi cenderung tidak memberikan
ASI eksklusif pada bayi dibandingkan dengan paritas rendah.
Hal ini sesuai dengan penelitian Tiniat (2009) menunjukkan bahwa ibu
dengan paritas lebih dari satu tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya
dibandingkan dengan ibu paritas satu. Dalam penelitiannya mengatakan bahwa
dengan ibu memiliki anak yang banyak serta memiliki jarak kelahiran yang dekat
maka ibu tidak memiliki waktu untuk menyusui anaknya apalagi bayi sudah usia 6-12
bulan maka kebanyakkan ibu memberikan makanan tambahan kepada bayinya karena
mereka lebih percaya bahwa dengan memberikan makanan tambahan pada usia 6-12
bulan maka bayi mereka merasa sudah sehat.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian Madjid (2008) menyimpulkan bahwa
ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai anak (primipara) memiliki masalahmasalah menyusui.Berbeda dengan ibu-ibu yang sudah menyusui sebelumnya lebih
baik dari pada yang pertama.
5.
Dukungan Suami
Menyusui bukan semata-mata tanggung jawab ibu yang melahirkan bayinya
saja.Fungsi ibu dalam menyusui bayi tidak dapat digantikan oleh suami, tetapi suami
Universitas Sumatera Utara
15
juga memiliki peran penting menberikan dukungan bagi ibu untuk mencapai
keberhasilan menyusui.
Hasil penelitian Kurniawan (2013), terdapat hubungan antara variabel
dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif.Sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Yuliandarin (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang
mendapat dukungan suami berpeluang 12,98 kali lebih besar memberikan ASI
eksklusif disbanding ibu yang memiliki dukungan suami yang rendah
6.
Promosi Susu Formula
Promosi adalah sejenis alat komunikasi yeng memberikan penjelasan dan
meyakinkan mengenai barang dan jasa dengan tujuan untuk memperoleh perhatian,
mendidik, mengingatkan serta meyakinkan calon konsumen.
Susu formula bayi adalah susu yang secara khusus diformulasikan sebagai
pengganti ASI untuk bayi sampai berusia 6 bulan (PP No 33 Tahun 2012).
Hasil penelitian Zakiyah (2012) yang mengatakan bahwa ada hubungan
pemberian susu formula dengan pemberian ASI Eksklusif. Dalam penelitian
mengatakan bahwa dengan adanya promosi susu formula dapat mempengaruhi ibu
yang memiliki bayi untuk memberikan susu formula pada bayinya disbanding deng
ASI Eksklusif.
Universitas Sumatera Utara
16
2.2. Dukungan Keluarga
2.2.1. Pengertian Dukungan Keluarga
Menurut Sarwono (2003) dukungan adalah suatu upaya yang diberikan
kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam
melaksanakan kegiatan. Keluarga adalah kelompok orang yang ada hubungan darah
atau penikahan (Ranjabar, 2006).
Menurut Murdock dalam Lestari (2012) menguraikan bahwa keluarga
merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat
kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi.
2.2.2. Bentuk Dukungan Keluarga
1.
Dukungan Informasional
Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab
memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang
dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi
dengan
menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya, dan tindakan spesifik bagi
individu untuk melawan stressor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari
masalahnya dan memecahkan masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan
menyediakan feed back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun
informasi dan pemberi informasi.
2.
Dukungan Penilaian
Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian
depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang dapat
Universitas Sumatera Utara
17
digunakan dalam menghadapi stressor.Dukungan ini juga merupakan dukungan yang
terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu.Individu mempunyai
seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi
pengaharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat, persetujuan
terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan
orang lain, misalnya orang yang kurang mampu.Dukungan keluarga dapat membantu
meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan
pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif.
3.
Dukungan Instrumental
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan,
bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (instrumental support material
support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah
praktis, termasuk di dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau
meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan,
menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit ataupun mengalami
depresi yang dapat membantu memecahkan masalah. Dukungan nyata paling efektif
bila dihargai oleh individu dan mengurangi depresi individu.Pada dukungan nyata
keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.
4.
Dukungan Emosional
Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional,
sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan seseorang
akan hal dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan individu perasaan
Universitas Sumatera Utara
18
nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat,
empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa
berharga.Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan
memberikan semangat.
2.3. Sosial Budaya
2.3.1. Pengertian Sosial Budaya
Defenisi Dunn menyatakan pola-pola dari pranata-pranata sosial dan tradisitradisi budaya yang menyangkut perilaku yang sengaja untuk meningkatkan
kesehatan, meskipun hasil dari tingkahlaku khusus tersebut belum tentu kesehatan
yang baik (Foster, 1986).
Pengertian sosial budaya mengandung makna sosial dan budaya. Sosial dalam
arti masyarakat atau kemasyarakatan berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan
sistem hidup bersama atau hidup bermasyarakat dari orang atau sekelompok orang
yang didalamnya sudah tercakup struktur, organisasi, nilai-nilai sosial, dan aspirasi
hidup serta cara mencapainya.
Arti budaya, kultur atau kebudayaan adalah cara atau sikap hidup manusia
dalam hubungannya secara timbal balik dengan alam dan lingkungan hidupnya yang
didalamnya sudah tercakup pula segala hasil dari cipta, rasa, karsa, dan karya, baik
yang fisik materil maupun yang psikologis, idiil dan spiritual (Ranjabar, 2006).
Dari uraian diatas, maka pengertian sosial budaya yaitu merupakan suatu
keseluruhan dari unsur-unsur tata nilai, tata sosial, dan tata laku manusia yang saling
Universitas Sumatera Utara
19
berkaitan dan masing-masing unsure bekerja secara mandiri serta bersama-sama satu
sama lain saling mendukung untuk mencapai tujuan hidup manusia dalam
bermasyarakat (Ranjabar, 2006).
Situasi perangsang sosial ini digolongkan menjadi 2 (dua) golongan besar,
yaitu :
a. Orang lain, yang dapat berupa :
1) Individu-individu lain sebagai perangsang
2) Kelompok sebagai situasi perangsang, yang dapat dibedakan lagi atas:
hubungan intragroup, hubungan intergroup.
b. Hasil kebudayaan yang dibedakan :
1) Kebudayaan materil (materiil culture )
Budaya material mengandung karya, yaitu kemampuan manusia untuk
menghasilkan benda-benda maupun lain-lainya yeng berwujud benda atau
dapat beruapa objek, seperti makanan, pakaian, seni, benda-benda
kepercayaan.
2) Kebudayaan non materil (non materiil culture )
Budaya non material mengandung cipta yang mencakup kepercayaan,
pengetahuan, nilai, norma, dan sebagainya (Soekanto, 2012).
2.3.2. Indikator Sosial Budaya
Universitas Sumatera Utara
20
Kondisi sosial adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial
dan
menempatkan
seseorang
pada
posisi
tertentu
dalam
struktur
sosial
masyarakat.Untuk melihat kondisi sosial seseorang maka perlu diperhatikan beberapa
faktor yakni:pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan (Ranjabar, 2006).
Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
komplek, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapat manusia sebagai anggota masyaraka (Soekanto, 2012).
2.3.3. Aspek Sosial Budaya yang Memengaruhi Perilaku Kesehatan
1) Pendidikan
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar
masyarakat
mau
melakukan tindakan-tindakan
(praktik)
untuk
memelihara
(mengatasi masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya.
2) Pekerjaan
Menurut Notoatmodjo (2010), mengatakan pekerjaan adalah aktivitas atau
kegiatan yang dilakukan oleh responden sehingga memperoleh penghasilan.
3) Penghasilan
Penghasilan adalah jumlah pendapatan suami istri per bulan yang
dikategorikan
berdasarkan
keputusan
Gubernur
Sumut
nomor
SK
188.44/927/KPTS/2014 tentang penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumut
Tahun 2015 yaitu sebesar Rp 1.625.000 per bulan.
4) Pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
21
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai hal sesuatu.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seorang melakuan
penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan melalui panca indra
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan rasa raba.
Pengetahuan/kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (overt behaviour ) (Notoatmodjo, 2010).
5) Nilai-Nilai Kebudayaan
Menurut Oyserman (2001), nilai dapat dikonseptualkan dalam level individu
dan level kelompok. Dalam level individu, nilai merupakan representasi sosial atau
keyakinan moral yang diinternalisasi dan digunakan orang sebagai dasar rasional
terakhir dari tindakan-tindakannya.Dalam level kelompok, nilai adalah idieal budaya
yang dipegang secara umum oleh anggota kelompok, atau dapat dikatakan sebagai
pikiran sosial kelompok.
Menurut Bambang Daroeson, nilai adalah suatu kualitas atau penghargaan
terhadap sesuatu, yang menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang. Nilai
menjadikan manusia terdorong untuk melakukan tindakan agar harapan itu terwujud
dalam kehidupannya (Herimanto dan Winarno, 2009).
6) Keyakinan/Kepercayaan
Keyakinan atau kepercayaan merupakan sesuatu yang berhubungan dengan
kekuatan
yang
kehidupan.Aspek
lebih
tinggi,
keyakinan
keilahian
atau
dan
kepercayaan
kekuatan
dalam
yang
menciptakan
kehidupan
manusia
mengarahkan budaya hidup.perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan
Universitas Sumatera Utara
22
sumber daya di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan pola hidup yang disebut
kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap
perilaku.
2.4. Landasan Teori
ASI Eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai
usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan
sampai bayi berusia 2 tahun (Maryunani, 2012).
Perilaku adalah hasil atau resultan antara stimulus (faktor eksternal) dengan
respon (faktor internal) dalam subjek atau orang yang berperilaku tersebut.Faktor
eksternal atau stimulus antara lain faktor lingkungan, baik fisik maupun nonfisik
dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Dari beberapa peneliti, faktor
eksternal yang paling besar peranannya dalam membentuk perilaku adalah faktor
sosial dan faktor budaya.Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri seseorang
dalam merespon stimulus dari lingkungannya.Faktor internal yang mempengaruhi
perilaku adalah perhatian, motivasi, persepsi, intelegensi, fantasi, dan sugesti yang
mencakup dalam psikologi (Maulana, 2009).
Faktor
yang
menentukan
atau
membentuk
perilaku
ini
disebut
determinan.Lawrencen Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat
kesehatan.Berangkat dari analisis penyebab masalah kesehatan, Green membedakan
adanya dua determinan masalah kesehatan tersebut, yakni behavioral factors (faktor
perilaku), dan non-behavioral factors (faktor non-perilaku), (Notoatmodjo, 2010).
Universitas Sumatera Utara
23
Kerangka teori pada penelitian ini mengacu pada model PRECEDE yang
dikembangkan Green dan Kreutor (1980). Model ini merupakan model yang paling
cocok diterapkan dalam menganalisis atau diagnosis dan evaluasi promosi kesehatan
yang dikenal dengan model PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, and Enaibling
Causes in Educational Diagnosis and Evaluation ) (Notoatmodjo, 2010).
Pada kerangka model PRECEDE tersebut (Notoatmodjo, 2010), Green
berpendapat bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni
faktor perilaku (behavior cause) dan faktor diluar perilaku (non behavior cause).
Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk perilaku
kesehatan menurut Green.Selanjutnya Green menganalisis, bahwa faktor perilaku itu
sendiri ditentukan oleh tiga faktor, yaitu:
1) Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factor ), adalah faktor-faktor yang
mempermudah terjadinya perilaku seseorang yang terwujud dalam pendidikan,
pengetahuan,pekerjaan, penghasilan/pendapatan keluarga, tradisi, nilai-nilai
kebudayaan,keyakinan/kepercayaan, dan sebagainya. Pendidikan diperlukan
untuk mendapat informasi, misalnya hal-hal yang menunjang tentang ASI
Eksklusif. Dengan demikian semakin tinggi pendidikan ibu , maka makin mudah
untuk menerima informasi sehingga makin baik pengetahuan ibu tentang ASI
eksklusif. Hal ini juga sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai kebudaya dan
keyakinan/kepercayaan tentang ASI Eksklusif.
2) Faktor-faktor
pendukung
(Enebling
factor ),adalah
faktor-faktor
yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan yang terwujud
Universitas Sumatera Utara
24
dalam informasi kesehatan, media informasi, sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan misalnya Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu dan sebagainya.Hal ini
disebabkan karena seseorang akan mendapat dan mencari informasi kesehatan
maupun mendapat atau mencari informasi mengenai pencegahan dan pengobatan
apabila adanya akses ke informasi dan pelayanan kesehatan tersebut. Selain
informasi kesehatan dan media informasi, faktor lingkungan juga memiliki andil
untuk mempengaruhi perilaku karena faktor lingkungan dapat memfasilitasi
perilaku atau tindakan tersebut seperti biaya akses informasi dan biaya ke fasilitas
kesehatan sehingga individu dapat mencari informasi mengenai kesehatan yang
dibutuhkan.
3) Faktor-faktor pendorong/penguat (Reinforcing factor ), adalah faktor-faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku,diperoleh dari orang terdekat
dan adanya dukungan sosial yang diberikan ke individu tersebut seperti keluarga,
teman, guru maupun petugas kesehatan yang dapat memperkuat perilaku dan
pengawasanyang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau
petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.Dengan adanya dukungan yang diberikan dari orang-orang terdekat
diharapkan dapat mendorong terjadinya perubahan perilaku.
Salah satu kunci keberhasilan proses pemberian ASI eksklusif adalah adanya
dukungan dari keluarga yaitu suami, ibu, mertua atau anggota keluarga lainya.
Dukungan ini dapat berupa pemberian informasi kepada ibu tentang pemberian ASI
Universitas Sumatera Utara
25
Eksklusif, menemani ibu pada saat konsultasi ke petugas kesehatan dan membantu
ibu pada saat menyusui bayinya.
Diagram Predisposing, Enabling, and Reinforcing Factor
Predisposing Factors
-
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan/Pendapatan
Pengetahuan
Nilai-Nilai Kebudayaan
Keyakinan/Kepercayaan
Enabling Factors
- Ketersediaan pelayanan
- Promosi susu formula
- Keterampilan yang
berkaitan dengan
kesehatan (Managemen
Laktasi)
Perubahan Perilaku
Kesehatan
Reinforcing Faktors
- Dukungan keluarga
- Dukungan tenaga
kesehatan
Gambar 2.1 Kerangka Teori Faktor-faktor yang Memengaruhi
dalamPemberianASI Eksklusif Green da Kreuter (1980)
2.5. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antar variabel yang ingin
diamati dan diukur melalui penelitian yang akandilakukan.Variabel independen pada
Universitas Sumatera Utara
26
penelitian ini adalah dukungan keluarga dan faktor sosial budaya dan variabel
dependennya adalah pemberian ASI Eksklusif.
Berdasarkan judul penelitian dan landasan teori kepustakaan yang telah
diuraikan diatas maka kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Faktor Sosial Budaya
-
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan/Pendapatan
Pengetahuan
Nilai-Nilai Kebudayaan
Keyakinan/Kepercayaan
Pemberian ASI Eksklusif
Dukungan Keluarga
-
Dukungan Informasi
Dukungan penilaian
Dukungan Instrumental
Dukungan Emosional
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep diatas menggambarkan bahwa dukungan keluarga dan
faktor sosial budaya berpengaruh terhadappemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas SukarayaKecamatan Pancur Batu.
Perilaku merupakan determinan kesehatan yang menjadi sasaran dari promosi
atau pendidikan kesehatan. Dengan perkataan lain promosi atau pendidikan kesehatan
bertujuan untuk mengubah perilaku (behavior change ). Perubahan perilaku kesehatan
sebagai tujuan dari promosi atau pendidikan kesehatan mempunyai 3 dimensi, yakni;
Universitas Sumatera Utara
27
(1) mengubah perilaku negatif (tidak sehat) menjadi perilaku positif, (2)
mengembangkan
perilaku
positif,
(3)
memelihara
perilaku
yang
sudah
positif/memelihara perilaku sehat yang sudah ada (Notoatmodjo, 2010).
Beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan individu dalam menghadapai
perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya, yakni; (1) Karakteristik yang
meliputi pendidikan, umur, dan pekerjaan, (2) sosial ekonomi (3) pengetahuan
(Priyoto, 2014).
Perilaku berubah karena adanya rangsangan dalam bentuk fisik,psikis, dan
sosial yang dapat menyangkut suatu materi terbatas dan melinatkan banyak orang
(kelompok atau masyarakat).Arah perubahan perilaku bergantung pada besarnya
pengaruh kekuatan-kekuatan pendorong dan penahan yang berarti dapat positif atau
negatif (Priyoto, 2014).
Pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk perilaku
kesehatan menurut Green dalam Notoatmodjo (2005).Dalam penelitian ini, variabel
independen yang akan diukur pengaruhnya terhadap tidakan pemberian ASI
Eksklusifyakni :
a.
Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Menurut Green (1980), pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting
dalam mengubah dan menguatkan faktor perilaku sehingga menimbulkan perilaku
positif dari masyarakat (Maulana, 2009).
Universitas Sumatera Utara
28
Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang
dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan pengetahuan dan kesadarannya
melalui proses pembelajaran. Sehingga perilaku tersebut diharapkan berlangsung
lama (long lasting) dan menetap (langgeng), karena didasasri oleh kesadaran
(Notoatmodjo, 2005).
Dengan demikian semakin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah
untuk menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang
dimilikinya (Priyoto, 2014).
Hasil penelitian Zakiyah (2012) menyatakan bahwaterdapat hubungan antara
variabel pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif.Hal ini tidak sejalan dengan
penelitian Utomo (2012) tidak ada hubungan antara pendidikan responden dengan
perilaku pemberian ASI Eksklusif.
b.
Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah atau
pencaharian.Keberhasilan dalam memberikan ASI Eksklusif pada ibu bekerja sangat
tergantung dari lingkungan terutama dukungan dari suami, anggota keluarga lain,
rekan kerja dan komunitas sehingga ibu dapat dengan nyaman memberikan ASI
Eksklusif serta mengasuh anaknya sambil bekerja.Memberikan ASI bukanlah sematamata masalah ibu seorang diri melainkan juga masalah keluarga dan masyarakat
(Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2013).
Penelitian Nelly (2007) mengatakan bahwa ada pengaruh pekerjaan ibu
dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi dimana nilai p value < 0,05: OR = 6,31.
Universitas Sumatera Utara
29
Dalam penelitian ini mengatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan ibu ada yang
berada di rumah, di tempat kerja tidak tersedia tempat penitipan bayi, jarak lokasi
bekerja yang jauh dan kebijakan cuti melahirkan yang kurang mendukung sehingga
sebelum bekerja ibu sering memberikan makanan tambahan dengan alasan melatih
atau mencoba agar pada waktu ibu mulai bekerja bayi sudah mulai terbiasa.
Sejalan dengan hasil penelitian Susilawati (2005) menyatakan bahwa ada
hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif, dimana terdapat
hubungan yang bermakna antara ibu yang tidak bekerja dengan pemberian ASI
Eksklusif.Hasil penelitian Zakiyah (2012) menyatakan terdapat hubungan antara
status pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif.Berbeda dengan hasil penelitian
Utomo (2012), bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan responden dengan
perilaku pemberian ASI Eksklusif pada bayi.
c.
Penghasilan/pendapatan
Penghasilan adalah jumlah pendapatan suami isteri per bulan.Penghasilan
keluarga dapat menentukan status sosial ekonomi keluarga yang dapat mempengaruhi
faktor fisik, kesehatan dan pendidikan.
Hasil penelitian Utomo (2012) menyatakan tidak ada hubungan penghasilan
responden dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif.
d.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Dengan demikian ibu yang
memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI Eksklusif, diharapkan melakukan
Universitas Sumatera Utara
30
tidakan yang baik pula dengan memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya tanpa
makanan tambahan.
Pengetahuan tentang ASI merupakan komponen penting dalam menentukan
seorang ibu memberikan ASI kepada bayinya atau tidak. Sehingga dalam penelitian
ini pengetahuan standar yang penting dimiliki seorang ibu adalah pengertian tentang
ASI itu sendiri, cara pemberian yang baik dan benar sesuai pedoman pemberian yang
ada, serta manfaat pemberian ASI bagi bayi, ibu maupun manfaat secara umum.
Hasil penelitian Hasan (2009) menjelaskan pengetahuan merupakan variabel
yang mempengaruhi tindakan pemberian ASI Eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif
belum menjadi gaya hidup keluarga di mana menyusui merupakan cara terbaik dan
paling ideal dalam pemberian makanan bayi baru lahir dan bagian tak terpisahkan
dari proses reproduksi.
Hasil penelitian (Zakiyah, 2012), terdapat hubungan antara pengetahuan ibu
dengan pemberian ASI Eksklusif.Sejalan dengan penelitian (Sari, I. dkk, 2012),
terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden dengan pemberian
ASI Eksklusif.Namun berbeda dengan hasil penelitian (Utomo, 2012), tidak ada
hubungan antara pengetahuan responden dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif.
e.
Nilai-nilai kebudayaan
Nilai mempengaruhi individu berperilaku atau mengambil keputusan sesuai
dengan nilai tersebut.Nilai berfungsi sebagai rujukan dalam memilih dan
mengevaluasi tingkah laku dan kejadian-kejadian.Dengan demikian nilai berfungsi
sebagai pengarah tingkah laku dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
31
Selain nilai dan sistem nilai, pembentukan representasi internal juga
dipengaruhi norma subjektif. Norma subjektif adalah persepsi mengenai pendapat
orang lain tertentu (important others) tentang apa yang harus atau tidak boleh
dilakukan. Semakin individu menganggap orang yang terdekat berpendapat ia harus
menampilkan suatu perilaku tertentu, individu akan cenderung menampilkan perilaku
tersebut, sebaliknya jika individu percaya bahwa orang yang terdekat tidak
menganggap ia harus berperilaku tertentu, maka individu cenderung tidak akan
melakukannya.
Dalam penelitian ini, nilai dan norma yang terkait dengan pemberian ASI
secara umum terkait dengan pemahaman tentang sejauh mana makna dan arti ASI
bagi kehidupan seorang bayi. Apabila seorang ibu memberi makna dan arti yang
penting terhadap ASI, serta memahami dengan baik bahwa ASI merupakan suatu
benda yang secara lahiriah diciptakan sebagai makanan pertama dan utama bagi
seorang bayi, maka hal ini akan mendukung seorang ibu dalam pemberian ASI
kepada bayinya.
Berdasarkan hasil penelitian Susilawati (2005) adanya hubungan yang
bermakna antara nilai budaya dengan pemberian ASI Eksklusif.Sejalan dengan hasil
penelitian Hasan (2009) menjelaskan nilai/normaberpengaruh terhadap tindakan
pemberian ASI Eksklusif.
Universitas Sumatera Utara
32
f.
Keyakinan/kepercayaan
Demikian juga dengan keyakinan dan kepercayan terhadap ASI sebagai
makanan utama bayi baru lahir sangat ditentukan oleh sejauhmana tingkat keyakinan
terhadap ASI yang dimiliki oleh setiap ibu yang memiliki bayi.
Ibu-ibu yang meyakini dan percaya bahwa ASI yang terbentuk dalam tubuh
ibu yang melahirkan seorang bayi dalam suatu proses yang secara logika ilmiah
hanya dapat diyakini dan dipercaya bahwa memang sudah diatur oleh yang Maha
Kuasa, merupakan standar keyakinan yang penting dimiliki oleh setiap ibu untuk
dapat memberikan ASI secara baik dan benar kepada bayinya.
Akumulasi dari aspek pengetahuan, nilai atau norma serta keyakinan atau
kepercayaan tentang ASI akan berkontribusi membentuk perilaku dalam bentuk
tindakan atau praktek pemberian ASI kepada bayi.
Hasil
penelitian
Hasan
(2009)
menjelaskan
keyakinan/kepercayaan
merupakan variabel yang mempengaruhi tindakan pemberian ASI Eksklusif.Sejak
seorang wanita memasuki kehidupan berkeluarga, padanya harus sudah tertanam
suatu keyakinan "Saya Harus Menyusui Bayi Saya Karena Menyusui adalah Realisasi
dari Tugas yang Wajar dan Mulia Seorang Ibu”.
g.
Dukungan Keluarga
Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan ibu dalam memberikan ASI
Eksklusif terhadap bayinya adalah peran keluarga.Hal ini penting dilakukan oleh
semua anggota keluarga sebagai wujud dukungan seperti memberikan perhatian,
kesempatan, penciptaan suasana yang mendukung kegiatan menyusui.
Universitas Sumatera Utara
33
Menurut Sudiharto (2007) dukungan keluarga mempunyai hubungan dengan
suksesnya pemberian ASI Eksklusif kepada bayi. Dukungan keluarga adalah
dukungan untuk memotivasi ibu memberikan ASI saja kepada bayinya sampai usia 6
bulan, memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan mempersiapkan nutrisi yang
seimbang kepada ibu. Sejalan dengan hasil penelitian Abdul (2010), menjelaskan
bahwa dukungan keluarga berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif oleh ibu.
Hasil penelitian Erwandi (2013) pada variabel dukungan keluarga (dukungan
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional),
variabel yang berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif.Berbeda dengan
penelitian Utomo (2012) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan
keluarga terhadap responden dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif.
Universitas Sumatera Utara