Analisis Terhadap Tax Amnesty Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal Langsung di Indonesia

BAB II
PENGATURAN TAX AMNESTY DALAM PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
A. Defenisi Tax Amnesty
Pengampunan pajak atau Tax amnesty sesuai dengan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang
No. 11 Tahun 2016 adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenal
sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara
mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Pengampunan Pajak. Sementara yang dimaksud dengan Harta yaitu akumulasi tambahan
kemampuan ekonomis berupa seluruh kekayaan, baik berwujud maupun tidak berwujud,
baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang digunakan untuk usaha maupun bukan
untuk usaha, yang berada di dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sementara itu, pengertian Uang tebusan adalah sejumlah uang yang dibayarkan
ke kas negara untuk mendapatkan Pengampunan Pajak. 34
Seperti telah disampaikan bahwa pengampunan pajak ini bukanlah hal baru dalam
kebijakan di bidang perpajakan. Pada masa lalu di Mesir atau zaman kerajaan Romawi
telah menerapkan pengampunan pajak (tax amnesty). James Alm. (1998) menyatakan
bahwa negara yang telah melaksanakan pengampunan pajak seperti Argentina pada tahun
1987 dan 1995 tidak banyak berhasil dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak maupun
meningkatkan penerimaan pajak. Selanjutnya, dijelaskan bahwa ketidakberhasilan tersebut
disebabkan pihak pemerintah tidak memperbaiki struktur ekonomi dan sistem perpajakan,

serta lemahnya penegakan hukum setelah dilakukan pengampunan pajak. Namun terdapat
34

Suharno, Panduan Praktis Amnesti Pajak Indonesia (Jakarta: Kompas,2016) hlm.5

Universitas Sumatera Utara

pula negara seperti Islandia yang dikategorikan berhasil dalam kebijakan pengampunan
pajak ini. Umumnya keberhasilan tersebut dipicu oleh pembentukan image atau pandangan
masyarakat Wajib Pajak bahwa pengampunan pajak ini merupakan kesempatan pertama
yang berharga dan terakhir terhadap Wajib Pajak yang tidak patuh. Selanjutnya
ditindaklanjuti dengan penegakan hukum (law enforcement). 35
Sejarah pengampunan pajak di Indonesia dilaksanakan pada tahun 1960 dan 1984.
Dasar pemikiran dilakukannya pengampunan pajak yaitu Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 1984 tentang Pengampunan Pajak merupakan pelengkap
Undang-Undang Pajak yang diundangkan pada tahun 1983 yaitu Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan, dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 36 Dengan sistem perpajakan
baru dimaksud pemerintah mengharapkan adanya peningkatan peran serta masyarakat

dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional untuk melaksanakan sistem
perpajakan baru harus berpangkal tolak pada kejujuran dan keterbukaan dari masyarakat
Wajib Pajak.namun kemungkinan keinginan masyarakat untuk transparan terkendala sanksi
sebagai konsekuensi hukum yang dapat timbul.
B. Latar Belakang Tax Amnesty
Pertumbuhan ekonomi nasional dalam beberapa tahun terakhir cenderung mengalami
perlambatan yang berdampak pada turunnya penerimaan pajak dan juga telah mengurangi
ketersediaan likuiditas dalam negeri yang sangat diperlukan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Di sisi lain, banyak harta warga negara Indonesia yang
ditempatkan di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik dalam bentuk likuid

35

Waluyo, Perpajakan Indonesia (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hlm. 381
Aviliani, Amnesti Pajak perlu Prasayarat Tax Reform, 2004, www.indef.or.id (diakses pada 03
Februari 2017)
36

Universitas Sumatera Utara


maupun nonlikuid, yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk menambah likuiditas dalam
negeri yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. 37
Permasalahannya adalah sebagian dari harta yang berada di luar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia tersebut belum dilaporkan oleh pemilik harta dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilannya sehingga terdapat konsekuensi perpajakan
yang mungkin timbul apabila dilakukan pembandingan dengan harta yang telah dilaporkan
dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang bersangkutan. Hal ini
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan para pemilik harta tersebut merasa ragu
untuk membawa kembali atau mengalihkan harta mereka dan untuk menginvestasikannya
dalam kegiatan ekonomi di Indonesia.
Selain itu, keberhasilan pembangunan nasional sangat didukung oleh pembiayaan
yang berasal dari masyarakat, yaitu penerimaan pembayaran pajak. Agar peran serta ini
dapat terdistribusikan dengan merata tanpa ada pembeda, perlu diciptakan sistem
perpajakan yang lebih berkeadilan dan berkepastian hukum. Hal ini didasarkan pada masih
maraknya aktivitas ekonomi di dalam negeri yang belum atau tidak dilaporkan kepada
otoritas pajak. Aktivitas yang tidak dilaporkan tersebut mengusik rasa keadilan bagi para
Wajib Pajak yang telah berkontribusi aktif dalam melaksanakan kewajiban perpajakan
karena para pelakunya tidak berkontribusi dalam pembiayaan pembangunan nasional. 38
Untuk itu, perlu diterapkan langkah khusus dan terobosan kebijakan untuk mendorong
pengalihan harta ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sekaligus

memberikan jaminan keamanan bagi warga negara Indonesia yang ingin mengalihkan dan
mengungkapkan harta yang dimilikinya dalam bentuk Pengampunan Pajak. Terobosan
kebijakan berupa Pengampunan Pajak atas pengalihan harta ini juga didorong oleh semakin
kecilnya kemungkinan untuk menyembunyikan kekayaan di luar wilayah Negara Kesatuan
37

Suharno,” Panduan Praktis Amnesti Pajak Indonesia”(Jakarta: Kompas,2016), hlm.1
Ibid, hlm. 2

38

Universitas Sumatera Utara

Republik Indonesia karena semakin transparannya sektor keuangan global dan
meningkatnya intensitas pertukaran informasi antarnegara.
Kebijakan pengampunan pajak dapat dipandang sebagai kebijakan pemerintah dalam
upaya meningkatkan penerimaan pajak dan meningkatkan kepatuhan para Wajib Pajak
tetapi dapat dipandang juga bahwa dengan pengampunan pajak ini sebagai reformasi modal
yang ditujukan kepada seluruh masyarakat Wajib Pajak. Dalam banyak hal pihak otoritas
pajak memiliki kesulitan dalam menghasilkan dana yang mengalir ke luar negeri (capital

flight). Untuk itu, perlu kebijakan ekonomi yang dapat menumbuhkan investasi di
Indonesia. 39
Hal lainnya yang dapat berakibat kehilangan potensi penerimaan pajak yaitu
munculnya rekayasa transaksi keuangan (financial transaction engineering) sebagai
kemajuan infrastruktur dan instrument keuangan internasional seperti derivative
transactions, tax haven countries yang mendorong perubahan melakukan illegal profit
shifting , 40ke luar negeri yang ditempuh dengan cara rekayasa transaksi keuangan. Harapan
muncul dengan pengampunan pajak dapat mendorong terciptanya Wajib Pajak patuh.
Beberapa literatur menyebutkan terdapat faktor yang perlu mendapat pertimbangan dalam
merancang kebijakan pengampunan pajak, yaitu sebagai berikut:
1.

Coverage
39

Waluyo, Op.Cit, hlm.383
Transaksi derivatif adalah transaksi yang didasari oleh suatu kontak atau perjanjian pembayaran yang
nilainya merupakan turunan dari nilai instrumen yang mendasari, sepeti suku bunga, nilai tukar, komoditas,
ekuiti dan indeks, baik yang diikuti dengan pergerakan atau tanpa pergerakan dana atau instrumen. Tax Haven
Country (Negara Surga Pajak) adalah merupakan suatu istilah yang menyatakan bahwa sebuah negara atau

teritori yang menjadi tempat berlindung bagi para pembayar pajak sehingga para pembayar pajak ini dapat
menghindarkan pembayaran pajaknya. Sedangkan illegal profit shifting) adalah strategi perencanaan pajak(tax
planning) yang memanfaatkan gap dan kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam peraturan perundangundangan perpajakandomestik untuk “menghilangkan”keuntungan atau mengalihkan keuntungan tersebut ke
negara lain yang memiliki tarif pajak yang rendah atau bahkan bebas pajak. Tujuan akhirnya adalah agar
perusahaan tidak perlu membayar pajak atau pajak yang dibayar nilainya sangat kecil terhadap pendapatan
perusahaan secara keseluruhan
40

Universitas Sumatera Utara

Kebijakan pengampunan pajak ini ditujukan dengan mempertimbangkan pada
jenis pajak tertentu yang diprogramkan. Tetapi pada umumnya ditujukan pada jenis
pajak tertentu seperti Pajak Penghasilan atau Pajak Pertambahan Nilai.
2.

Eligible
Kebijakan pengampunan pajak ditujukan dengan mempertimbangkan pada Wajib
Pajak tertentu. Wajib Pajak yang dituju dalam pengampunan pajak tersebut dapat
ditujukan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi, atau Wajib Pajak Badan, atau keduaduanya.


3.

Incentives
Kebijakan pengampunanpajak ini ditujukan dengan mempertimbangkan utang
pajak. Karena dalam kategori utang pajak terdiri atas komponen pokok pajak dan
sanksi administrasi yang dapat berupa sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan
kenaikan.

4.

Duration
Kebijakan pengampunan pajak ini ditujukan dengan mempertimbangkan jangka
pelaksanaan pengampunan pajak. Jangka waktu dimaksud sangatlah variatif
tergantung kebutuhan waktu pelaksanaan pengampunan pajak. 41
Kebijakan Pengampunan Pajak dilakukan dalam bentuk pelepasan hak negara untuk

menagih pajak yang seharusnya terutang. Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika Wajib
Pajak diwajibkan untuk membayar uang tebusan atas Pengampunan Pajak yang
diperolehnya. Dalam rangka pelaksanaan undang-undang ini, penerimaan Uang tebusan
diperlakukan sebagai penerimaan Pajak Penghasilan dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara.

41

Suharno, Op.cit, hlm.3

Universitas Sumatera Utara

Kebijakan pengampunan pajak dilakukan dengan pertimbangan utama yaitu faktor
ekonomis. Dalam hal ini, motivasi dari disusun rencana pengampunan pajak antara lain
adalah agar modal yang sekarang ini ditanamkan di luar negeri oleh sebagian Wajib Pajak
dibawa masuk kembali ke Indonesia. Pengembalian modal ini diharapkan mendorong
perekonomian nasional secara signifikan melalui pembiayaan pembangunan di berbagai
sektor, terutama infrastruktur.
Dalam jangka pendek, hal ini akan dapat meningkatkan penerimaan pajak pada tahun
diterimanya uang tebusan yang berguna bagi Negara untuk membiayai berbagai program
yang telah direncanakan. Dalam jangka panjang, Negara akan mendapatkan penerimaan
pajak dari tambahan aktivitas ekonomi yang berasal dari Harta yang telah dialihkan dan
diinvestasikan di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari aspek yuridis,
pengaturan kebijakan Pengampunan Pajak melalui Undang-Undang tentang Pengampunan

Pajak sesuai dengan ketentuan Pasal 23A Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 karena berkaitan dengan penghapusan pajak yang seharusnya
terutang, sanksi administrasi perpajakan, dan sanksi pidana di bidang perpajakan.
Undang-undang ini dapat menjembatani agar Harta yang diperoleh dari aktivitas yang
tidak dilaporkan dapat diungkapkan secara sukarela sehingga data dan informasi atas Harta
tersebut masuk ke dalam sistem administrasi perpajakan dan dapat dimanfaatkan untuk
pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan di masa yang akan datang.
Kebijakan Pengampunan Pajak seyogjanya diikuti dengan kebijakan lain, seperti
penegakan hukum yang lebih tegas dan penyempurnaan Undang-Undang tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, Undang-Undang tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, serta kebijakan strategis di
bidang perpajakan dan perbankan.

Universitas Sumatera Utara

C. Prinsip-Prinsip Hukum Tax Amnesty Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016
1. Subjek dan Objek Pengampunan Pajak
a. Subjek Pengampunan Pajak
Setiap wajib pajak berhak mendapatkan Pengampunan Pajak. Akan tetapi, dalam hal
ini hanya wajib pajak yang mempunyai kewajiban menyampaikan surat pemberitahuan

tahunan pajak penghasilan baik bagi yang sudah memiliki NPWP maupun yang belum
ber-NPWP. Oleh karena itu, untuk wajib pajak yang semata-mata hanya diwajibkan
melakukan pemotongan/pemungutan pajak seperti bendaharawan pemerintah tidak
berhak mendapatkan amnesti pajak. Kemudian, bagi wajib pajak yang belum memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak (selanjutnya disebut NPWP), caranya harus mendaftarkan diri
terlebih dahulu untuk memperoleh NPWP di kantor pelayanan pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak yang bersangkutan.
Secara lebih detail subjek pengampunan pajak menurut Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-11/PJ/2016, meliputi: 42
Wajib pajak yang mempunyai kewajiban menyampaikan surat pemberitahuan tahunan
pajak penghasilan;
a. Orang pribadi seperti petani, nelayan, pensiunan, tenaga kerja Indonesia atau
subjek pajak warisan yang belum terbagi, yang jumlah penghasilannya pada tahun
pajak terakhir di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (selanjutnya disebut
PTKP) dapat tidak menggunakan haknya untuk mengikuti Pengampunan Pajak;
b. Warga Negara Indonesia yang tidak bertempat tinggal di Indonesia lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan dan tidak mempunyai penghasilan dari
Indonesia merupakan subjek luar negeri dan dapat tidak menggunakan haknya
untuk mengikuti Pengampunan Pajak.


42

Ibid, hlm.7

Universitas Sumatera Utara

Namun demikian, menurut Undang-Undang Pengampunan Pajak terdapat tiga jenis
wajib pajak yang tidak berhak mendapatkan amnesti pajak, yaitu:
a. Wajib pajak yang sedang dilakukan penyidikan dan berkas penyidikannya telah
dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan;
b. Wajib pajak yang sedang dalam proses peradilan; atau
c. Wajib pajak yang sedang menjalani hukuman pidana, atas tindak pidana di bidang
perpajakan.
b. Objek Pengampunan Pajak
Objek pengampunan pajak meliputi pengampunan atas kewajiban perpajakan sampai
dengan akhir tahun pajak yang berakhir pada jangka waktu 1 Januari 2015 sampai dengan
31 Desember 2015 bagi yang belum atau belum sepenuhnya diselesaikan oleh WP.
Kewajiban perpajakan yang dimaksud adalah kewajiban atas Pajak Penghasilan (PPh),
Pajak Pertambahan Nilai PPN), dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
Pengampunan pajak diajukan ke kantor pelayanan pajak tempat WP terdaftar atau tempat
lain yang ditentukan oleh menteri keuangan dengan membawa Surat Pernyataan Harta. 43
Pengampunan pajak diberikan kepada WP melalui pengungkapan harta yang
dimilikinya dalm Surat Pernyataan Harta. Nilai harta yang diungkapkan dalam surat
pernyataan untuk pengampunan pajak meliputi: 44
a. Nilai harta yang telah dilaporkan dalam SPT PPh terakhir; dan
b. Nilai harta tambahan yang belum atau belum seluruhnya dilaporkan dalam SPT
PPh terakhir.
Meski demikian, hanya nilai harta tambahan yang belum atau belum seluruhnya
dilaporkan dalam SPT PPh terakhir yang menjadi objek Pengampunan Pajak yang wajib
dibayarkan uang tebusannya. Kemudian melalui Peraturan Direktur Jenderal Pajak
43

Nufransa Wira Saktu, Tax Amnesty itu Mudah (Jakarta, Visimedia, 2016) hlm.13
Suharno, Op.Cit, hlm.9

44

Universitas Sumatera Utara

Nomor PER-11/PJ/2016, diatur lebih lanjut harta yang termasuk dalam pengertian harta
tambahan yang terdiri dari:
a. Harta warisan; dan/atau
b. Harta hibahan yang diterima keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat yang belum atau belum seluruhnya dilaporkan dalam SPT PPh. .
Akan tetapi, harta warisan tersebut bukan merupakan objek Pengampunan Pajak
apabila:
a. Warisan diterima oleh ahli waris yang tidak memiliki penghasilan atau memiliki
penghasilan di bawah PTKP;
b. Harta warisan sudah dilaporkan dalam SPT PPh pewaris.
Demikian pula, untuk hibah juga bukan merupakan objek Pengampunan Pajak
apabila:
a. Hibah diterima oleh orang pribadi penerima hibah yang tidak memiliki
penghasilan atau memiliki penghasilan di bawah PTKP;
b. Harta hibah sudah dilaporkan dalam SPT PPh hibah .
2. Fasilitas Pengampunan Pajak
a. Pengampunan Pajak Penghasilan dan PPN/PPnBM
Wajib pajak yang telah diterbitkan surat keterangan memperoleh fasilitas
Pengampunan Pajak berupa: 45
a. Penghapusan pajak terutang yang belum diterbitkan ketetapan pajak, tidak dikenal
sanksi administrasi perpajakan, dan tidak dikenai sanksi pidana di bidang
perpajakan dalam masa pajak, bagian tahun pajak, dan tahun pajak, sampai
dengan akhir tahun pajak terakhir.

45

Pasal 11 ayat (5) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak

Universitas Sumatera Utara

b. Penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga, atau denda, untuk
kewajiban perpajakan dalam masa pajak, bagian tahun pajak, dan tahun pajak,
sampai dengan akhir tahun pajak terakhir;
c. Tidak dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, atas kewajiban perpajakan dalam
masa pajak, bagian tahun pajak, dan tahun pajak, sampai dengan akhir tahun pajak
terakhir; dan
d. Penghentian pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan, dalam hal wajib pajak sedang dilakukan
pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan tindak pidana
di bidang perpajakan atas kewajiban perpajakan, sampai dengan akhir tahun pajak
terakhir, yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan pajak penghasilan dan
PPN/PPnBM. Kemudian terkait dengan penghentian penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan dilakukan oleh pejabat penyidik pegawai negeri sipil di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak atas perintah kepala unit penyidikan.
b. Pembebasan Pengenaan PPh atas Pengalihan Tanah dan/atau Bangunan
Wajib pajak yang telah memperoleh surat keterangan dan membayar uang tebusan
atas harta tidak bergerak berupa tanah dan/atau bangunan yang belum dibaliknamakan
atas nama wajib pajak, harus melakukan pengalihan hak menjadi atas nama wajib pajak.
Atas pengalihan hak tersebut dibebaskan dari pengenaan pajak penghasilan dalam hal:
a. Permohonan pengalihan hak; atau
b. Penandatangan surat pernyataan oleh kedua belah pihak di hadapan notaris yang
menyatakan bahwa harta tidak bergerak berupa tanah dan/atau bangunan yang
belum dibaliknamakan atas nama wajib pajak adalah benar milik wajib pajak yang
menyampaikan surat pernyataan, dalam hal harta tersebut belum dapat diajukan

Universitas Sumatera Utara

permohonan pengalihan hak dilakukan dalam jangka waktu paling lambat sampai
dengan tanggal 31 Desember 2017.
Harta tidak bergerak berupa tanah dan/atau bangunan yang dapat dibaliknamakan dan
dibebaskan dari pengenaan pajak penghasilan adalah harta tambahan yang telah diperoleh
dan/atau dimiliki wajib pajak sebelum akhir tahun pajak terakhir.
Pajak penghasilan yang terutang atas pengalihan hak berupa tanah dan/atau bangunan
dibebaskan dengan terlebih dahulu memperoleh surat keterangan bebas pajak penghasilan
atas penghasilan dari pengalihan ha katas tanah dan/atau bangunan yang diberikan
fasilitas pengampunan pajak. Permohonan surat keterangan bebas pajak penghasilan
tersebut diajukan oleh wajib pajak yang memperoleh surat keterangan ke KPP tempat
wajib pajak terdaftar sebelum dilakukan pengalihan hak dengan melampirkan:
a. Fotokopi surat keterangan
b. Fotokopi surat pemberitahuan pajak terhutang pajak bumi dan bangunan tahun
terakhir atas harta yang dibaliknamakan;
c. Fotokopi akte jual/beli/hibah atas harta yang dibaliknamakan; dan
d. Surat pernyataan kepemilikan harta yang dibaliknamakan yang telah dilegalisasi
oleh notaris.
Surat keterangan bebas pajak penghasilan tersebut berisi pembebasan pajak
penghasilan yang terutang bagi pihak yang mengalihkan harta tidak bergerak berupa
tanah dan/atau bangunan dan berlaku sepanjang digunakan dalam jangka waktu paling
lambat sampai dengan tanggal 31 Desember 2017.
c. Pembebasan Pengenaan PPh atas Pengalihan Saham
Wajib pajak yang telah memperoleh surat keterangan dan membayar uang tebusan
atas harta berupa saham yang belum dibaliknamakan atas nama wajib pajak harus
melakukan pengalihan hak menjadi atas nama wajib pajak. Pengalihan hak atas harta

Universitas Sumatera Utara

berupa saham yang belum dibaliknamakan atas nama wajib pajak dibebaskan dari
pengenaan pajak penghasilan dalam hal terdapat perjanjian pengalihan hak dalam jangka
waktu paling lambat sampai dengan tanggal 31 Desember 2017.
Harta berupa saham yang dapat dibalikanamakan dan dibebaskan dari pengenaan
pajak penghasilan adalah harta tambahan yang telah diperoleh dan/atau dimiliki wajib
pajak sebelum akhir tahun pajak terakhir dan belum pernah dilaporkan dalam surat
pemberitahuan tahunan pajak penghasilan sampai dengan SPT PPh terakhir. Untuk
dibebaskan dari pengenaan pajak penghasilan yang terutang atas pengalihan ha katas
harta berupa saham, wajib pajak harus mengajukan permohonan surat keterangan bebas
pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan saham yang diberikan fasilitas
pengampunan pajak.
Permohonan surat keterangn bebas pajak penghasilan tersebut diajukan oleh wajib
pajak yang memperoleh surat keterangan ke kantor pelayanan pajak dengan melampirkan:
a. Fotokopi surat keterangan
b. Fotokopi akta pendirian dan akta perubahan dari perusahaan yang dialihkan
sahamnya; dan
c. Surat pernyataan kepemilikan harta yang telah dilegalisasi oleh notaris.
Surat keterangan bebas pajak penghasilan tersebut berisi pembebasan pajak
penghasilan yang terutang bagi pihak yang mengalihkan harta berupa saham dan berlaku
sepanjang digunakan dalam jangka waktu paling lambat sampai dengan tanggal 31
Desember 2017.
Atas pemohonan surat keterangan bebas pajak penghasilan tersebut, dalam jangka
waktu paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak permohonan surat keterangan bebas
pajak penghasilan diterima lengkap, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat

Universitas Sumatera Utara

keterangan bebas pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan atau pengalihan saham yang diberikan fasilitas Pengampunan Pajak.
Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan Direktur Jenderal Pajak tidak
menerbitkan surat keterangan bebas pajak penghasilan, maka permohonan sebagaimana
surat keterangan bebas pajak penghasilan tersebut, dianggap dikabulkan dan dan Direktur
Jenderal Pajak harus menerbitkan surat keterangan bebas pajak penghasilan paling lama 2
(dua) hari kerja terhitung sejak berakhirnya jangka waktu 5 (lima) hari kerja terhitung
sejak permohonan surat keterangan bebas pajak penghasilan diterima lengkap.
Apabila sampai dengan tanggal 31 Desember 2017 wajib pajak tidak mengalihkan
hak atas harta berupa tanah dan/atau bangunan atau saham, atas pengalihan hak yang
dilakukan dikenai pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai pajak penghasilan.

3. Tarif dan Cara Penghitungan Uang tebusan
a. Tarif Uang tebusan
Dalam rangka menghitung uang tebusan yang harus disetorkan ke kas negara, Pasal 4
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 11 tentang Pengampunan Pajak mengatur sebagai
berikut:
1. Tarif uang tebusan atas harta yang berada di dalam wilayah NKRI atau harta yang
berada di luar wilayah NKRI yang dialihkan ke dalam wilayah NKRI dan
diinvestasikan di dalamnya, dalam jangka waktu paling singkat 3 (tiga) tahun
terhitung sejak dialihkan adalah sebesar:
a. 2% (dua persen) untuk periode penyampaian surat pernyataan pada bulan
pertama sampai dengan akhir bulan ketiga terhitung sejak Undang-Undang
Pengampunan Pajak mulai berlaku;

Universitas Sumatera Utara

b. 3% (tiga persen) untuk periode penyampaian surat pernyataan pada bulan
keempat terhitung sejak Undang-Undang Pengampunan Pajak mulai berlaku
sampai dengan tanggal 31 Desember 2016; dan
c. 5% (lima persen) untuk periode penyampaian surat pernyataan terhitung sejak
tanggal 1 januari 2017 sampai dengan tanggal 31 Maret 2017.
2. Tarif uang tebusan atas harta yang berada di luar wilayah NKRI dan tidak
dialihkan ke dalam wilayah NKRI adalah sebesar:
a. 4% (empat persen) untuk periode penyampaian surat pernyataan pada bulan
pertama sampai dengan akhir bulan ketiga terhitung sejak Undang-Undang
Pengampunan Pajak mulai berlaku;
b. 6% (enam persen) untuk periode penyampaian surat pernyataan pada bulan
keempat terhitung sejak Undang-Undang Pengampunan Pajak mulai berlaku
sampai dengan tanggal 31 Desember 2016; dan
c. 10% (sepuluh persen) untuk periode penyampaian surat pernyataan terhitung
sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan tanggal 31 Maret 2017.
3. Tarif uang tebusan bagi wajib pajak yang peredaran usahanya sampai dengan Rp.
4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) pada tahun pajak
terakhir adalah sebesar:
a. 0,5% (nol koma lima persen) bagi wajib pajak yang mengungkapkan nilai
harta sampai dengan Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dalam
surat pernyataan; atau
b. 2% (dua persen) bagi wajib pajak yang mengungkapkan nilai harta lebih dari
Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dalam surat pernyataan untuk
periode penyampaian surat pernyataan pada bulan pertama sejak UndangUndang Pengampunan Pajak berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret 2017.

Universitas Sumatera Utara

Ketentuan lebih lanjut mengenai wajib pajak yang peredaran usahanya sampai dengan
Rp.4.800.000.000,00, pada Pasal 11 PMK Nomor 118/PMK.03/2016 sebagaimana telah
diubah dengan PMK Nomor 141/PMK.03/2016, diatur bahwa wajib pajak tersebut
merupakan wajib pajak yang :
a. Memiliki peredaran usaha hanya bersumber dari penghasilan atas kegiatan
usaha; dan
b. Tidak menerima penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan/atau
pekerjaan bebas.
Kemudian, yang dimaksud dengan pekerjaan bebas tersebut merupakan pekerjaan
yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk
memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja, antara lain dokter,
notaris, akuntan, arsitek, atau pengacara.
Peredaran usaha tersebut ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a. Surat pernyataan mengenai besaran peredaran usaha yang berisi pencatatan
peredaran usaha wajib pajak mulai januari sampai dengan desember pada tahun
pajak 2015, bagi wajib pajak yang belum memiliki kewajiban melaporkan surat
pemberitahuan tahunan pajak penghasilan; atau
b. SPT PPh terakhir bagi wajib pajak yang telah memiliki kewajiban surat
pemberitahuan tahunan pajak penghasilan.
b. Cara Menghitung Uang tebusan

Dasar pengenaan uang tebusan dihitung berdasarkan nilai harta bersih yang belum
atau belum seluruhnya dilaporkan dalam SPT PPh terakhir. Sedangkan yang dimaksud
dengan nilai harta bersih adalah harta tambahan yang belum pernah dilaporkan dalam
SPT PPh terakhir dikurangi dengan utang yang terkait dengan perolehan harta tambahan

Universitas Sumatera Utara

tersebut. Kemudian, besarnya uang tebusan dihitung dengan cara mengalikan tariff yang
sesuai, dengan dasar pengenaan uang tebusan.
Harta bersih = Harta Tambahan (HT) – Utang Terkait HT

Uang tebusan = Tarif x Dasar Pengenaan Uang tebusan
c. Ketentuan Mengenai Harta yang Diungkapkan
Nilai harta yang diungkapkan dalam surat pernyataan meliputi nilai harta yang telah
dilaporkan dalam SPT PPh terakhir dan nilai harta tambahan yang belum atau belum
seluruhnya dilaporkan dalam SPT PPh terakhir. Hal ini didasarkan bahwa pada prinsipnya
Pengampunan Pajak diberikan atas kewajiban perpajakan yang belum atau belum
sepenuhnya diselesaikan oleh wajib pajak, yang terepresentasi dalam harta yang belum
pernah dilaporkan dalam SPT PPh terakhir.
Dalam hal wajib pajak baru memperoleh nomor wajib pajak pada tahun 2016 dan
belum menyampaikan SPT tahunan PPh terakhir, tambahan harta bersih yang
diungkapkan dalam surat pernyataan seluruhnya diperhitungkan sebagai dasar pengenaan
uang tebusan.
Nilai harta yang telah dilaporkan dalam SPT PPh terakhir ditentukan dalam mata uang
rupiah berdasarkan nilai yang dilaporkan dalam SPT Tahunan tersebut. Dalam hal wajib
pajak diwajibkan menyampaikan surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan
menggunakan satuan mata uang selain rupiah, nilai harta yang telah dilaporkan dalam
SPT PPh terakhir, ditentukan dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs yang ditetapkan
oleh Menteri untuk keperluan penghitungan pajak pada tanggal akhir tahun buku sesuai
dengan SPT PPh terakhir. 46

46

Op.cit, hlm. 13

Universitas Sumatera Utara

Dalam hal nilai harta tambahan menggunakan satuan mata selain rupiah, nilai harta
tambahan ditentukan dalam mata uang rupiah berdasarkan:
a. Nilai nominal untuk harta berupa kas; atau
b. Nilai wajar pada akhir tahun pajak terakhir untuk harta selain kas, dengan
menggunakan kurs yang ditetapkan oleh Menteri untuk keperluan penghitungan
pajak pada akhir tahun pajak berakhir.
Dalam hal wajib pajak baru memperoleh nomor pokok wajib pajak setelah tahun 2015
dan belum menyampaikan SPT PPh terakhir, tambahan harta bersih yang diungkapkan
dalam surat pernyataan seluruhnya diperhitungkan sebagai dasar pengenaan uang tebusan.
4. Tata Cara Penyampaian Surat Pernyataan, Penerbitan Surat Keterangan, dan
Pengampunan atas Kewajiban Perpajakan
a. Tata cara penyampaian surat pernyataan
Untuk dapat menikmati pengampunan pajak, subjek pajak dari pengampunan pajak
harus memenuhi persyaratan yang diatur dalam pengampunan pajak itu sendiri.
Berdasarkan UU Pengampunan pajak, diatur syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu: 47

a. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak(NPWP);
b. membayar uang tebusan;
c. melunasi seluruh tunggakan pajak;
d. melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar atau melunasi pajak yang
seharusnya tidak dikembalikan bagi wajib pajak yang sedang dilakukan
pemeriksaan bukti permulaan dan/atau penyidikan;

47

Direktorat Jendral Pajak, http://www.pajak.go.id/amnestipajak (diakses pada tanggal 04 Februari

2017).

Universitas Sumatera Utara

e. menyampaikan SPT PPh Terakhir bagi wajib pajak yang telah memiliki kewajiban
menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh);
dan
f. mencabut permohonan:
1) pengembalian kelebihan pembayaran pajak;
2) pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dalam surat ketetapan
pajak dan/atau surat tagihan pajak yang di dalamnya terdapat pokok pajak
yang terutang;
3) pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar;
4) keberatan;
5) pembetulan atas surat ketetapan pajak dan surat keputusan;
6) banding;
7) gugatan; dan/atau
8) peninjauan kembali, dalam hal wajib pajak sedang mengajukan permohonan
dan belum diterbitkan surat keputusan atau putusan.

b. Penerbitan surat keterangan
Setelah melakukan penyampaian atas surat pernyataan, wajib pajak akan diberi tanda
terima berupa surat keterangan yang diterbitkan paling lambat 10 (sepuluh) hari sejak
mengajukan surat pernyataan. Dalam hal perbaikan surat pernyataan maupun surat
keterangan, wajib pajak diberikan kesempatan sebanyak 3 (tiga) kali baik sebelum
maupun sesudah surat pernyataan maupun surat keterangan.

c. Pengampunan atas kewajiban perpajakan

Universitas Sumatera Utara

Wajib pajak yang telah mendapatkan surat keterangan secara langsung memperoleh
fasilitas dari pengampunan pajak itu sendiri, berupa: 48
a. penghapusan pajak terutang yang belum diterbitkan ketetapan pajak, tidak dikenai
sanksi administrasi perpajakan, dan tidak dikenai sanksi pidana di bidang
perpajakan, untuk kewajiban perpajakan dalam masa pajak, bagian tahun pajak,
dan tahun pajak, sampai dengan akhir tahun pajak terakhir;
b. penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga, atau denda, untuk
kewajiban perpajakan dalam masa pajak, bagian tahun pajak, dan tahun pajak,
sampai dengan akhir tahun pajak terakhir;
c. tidak dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan, atas kewajiban perpajakan dalam masa pajak,
bagian tahun pajak, dan tahun pajak, sampai dengan akhir tahun pajak terakhir;
dan
d. penghentian pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan, dalam hal wajib pajak sedang dilakukan
pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan tindak pidana
di bidang perpajakan atas kewajiban perpajakan, sampai dengan akhir tahun pajak
terakhir, yang sebelumnya telah ditangguhkan.
5. Perlakuan Perpajakan serta Perlakuan atas Harta Yang Belum atau Kurang Diungkap
Pengungkapan harta yang dilakukan oleh wajib pajak akan mempengaruhi jumlah
uang tebusan yang harus dibayarkan dalam proses pelaksanaan tax amnesty. Berdasarkan
pasal 1 angka 3 UU Pengampunan Pajak, harta adalah akumulasi tambahan kemampuan
ekonomis berupa seluruh kekayaan, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak

48

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan pajak Bab V
Pasal 11 Ayat (5).

Universitas Sumatera Utara

maupun tidak bergerak, baik yang digunakan untuk usaha maupun bukan untuk usaha,
yang berada di dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Definisi harta yang luas ini dapat menimbulkan penafsiran yang luas karena tidak
adanya batasan dalam definisi harta sehingga harta yang dilaporkan dapat berwujud
maupun tidak berwujud. Untuk pelaporan rekening pribadi pada perbankan, banyak wajib
pajak, terutama orang pribadi, dapat merasa keberatan apabila pelaporan juga disertai
dengan nomor rekening perbankan yang bersangkutan kecuali jika peraturan dan undangundang pajak mewajibkannya. Dikarenakan keterbatasan definisi harta, para wajib pajak
mendefinisikan harta yang mungkin dapat mengacu pada apa yang harus dilaporkan
dalam SPT tahunan yang didasarkan atas petunjuk pengisian lampiran SPT tahunan. 49
Tidak adanya aturan pajak tentang definisi harta secara detail sering membuat wajib
pajak kesulitan dalam membuat daftar harta apa saja yang akan ditebusnya. Maka agar
mendapat pengertian yang lebih jelas mengenai definisi harta dapat mengacu pada aturan
lain yaitu Kitab Undang-Undang Hukum (KUH) Perdata yang menjelaskan tentang
definisi barang, termasuk barang bergerak dan barang tidak bergerak, yaitu: 50
1. Barang bergerak
Pasal-pasal dalam KUH Perdata mengatur penjelasan tentang barang bergerak, baik
yang karena sifatnya adalah barang yang dapat berpindah sendiri atau dipindahkan seperti
kapal atau barang bergerak karena ditentukan undang-undang seperti hak pakai, piutang
atau saham. Dijelaskan juga dalam bahwa perkakas rumah, mebel, perabotan rumah
tangga atau perhiasan rumah dapat juga digolongkan sebagai barang bergerak yang dapat
menimbulkan kesulitan jika wajib pajak orang pribadi harus melaporkannya.
2. Barang tidak bergerak
49

Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor.PER-19/PK/2014 tentang Perubahan Kedua Bentuk
Formulir SPT Tahunan PPh Wajib pajak Orang Pribadi dan Wajib pajak Badan beserta Petunjuk Pengisiannya.
50
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Untuk barang tidak bergerak, dapat meliputi, sebagai contoh, tanah, mesin-mesin
pabrik, tanaman perkebunan hingga hak pakai atas barang tidak bergerak. Pelaporan harta
yang terkait dengan hak kepemilikan barang tidak bergerak akan lebih mudah karena
kepemikan harta ini, pada umumnya, akan tercatat.
Khusus untuk harta tidak berwujud, undang-undang juga menjelaskan tentang hak
cipta atas benda tidak berwujud, misalnya hak merek, hak paten, dan hak cipta sehingga
harta ini dapat dilaporkan dalam pelaporan pajak oleh para seniman, penemu hingga
usahawan pemegang hak tersebut.
Pada saat pelaporan kepemilikan harta wajib pajak yang berada di luar negeri ada
beberapa hal yang juga dapat membuat wajib pajak kesulitan yaitu seperti kepemilikan
badan usaha di luar negeri yang kepemilikannya tidak terbagi atas saham, seperti
persekutuan atau trust, meskipun badan usaha tersebut digunakan untuk kegiatan usaha
seperti contohnya sebagai perusahaan induk atau holding company. Demikian juga jika
wajib pajak Indonesia memiliki saham atas unjuk yang kepemilikan sahamnya tidak
tercatat.
Sedangkan menurut UU Pengampunan Pajak, apabila wajib pajak telah memperoleh
surat keterangan namun kemudian ditemukan adanya data dan/atau informasi mengenai
harta yang belum atau kurang diungkapkan dalam surat pernyataan, atas harta yang
dimaksud dianggap sebagai tambahan penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib
pajak pada saat ditemukannya data dan/atau informasi mengenai harta yang dimaksud,
dalam hal : 51
a. Wajib pajak tidak menyampaikan surat pernyataan sampai dengan periode
pengampunan pajak berakhir.

51

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan pajak Bab VIII
Pasal 18 ayat (2).

Universitas Sumatera Utara

b. Direktur Jenderal Pajak menemukan data dan/atau informasi mengenai harta wajib
pajak yang diperoleh sejak tanggal 1 Januari 1985 sampai dengan 31 Desember 2015
dan belum dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan
(PPh), atas harta dimaksud dianggap sebagai tambahan penghasilan yang diterima
atau diperoleh wajib pajak pada saat ditemukannya data dan/atau informasi mengenai
harta dimaksud, paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak undang-undang ini mulai
berlaku.

Sesuai dengan yang diatur dalam undang-undang, apabila wajib pajak tidak
menjalakan hal-hal yang dilarang oleh pemerintah , wajib pajak akan dikenakan sanksi,
baik sanksi adminstrasi maupun sanksi pidana. Adapun hal-hal yang tidak boleh
dilakukan oleh wajib pajak dalam proses pengungkapan harta yaitu sebagai berikut: 52
1. Wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban holding period maka atas harta bersih
tambahan diperlakukan sebagai penghasilan pada tahun pajak 2016 dan dikenai pajak
dan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
2. Wajib pajak yang telah mengikuti program amnesti pajak namun ditemukan adanya
data mengenai harta bersih yang kurang diungkapkan maka atas harta dimaksud
diperlakukan sebagai penghasilan pada saat ditemukan dan dikenai pajak sesuai
dengan UU PPh dan ditambah dengan sanksi administrasi kenaikan sebesar 200%
(dua ratus persen) dari PPh yang tidak atau kurang dibayar.
Wajib pajak yang tidak mengikuti program amnesti pajak namun ditemukan adanya
data mengenai harta bersih yang tidak dilaporkan maka atas harta dimaksud diperlakukan

52

Direktorat Jendral Pajak Kementerian Keuangan , http://www.pajak.go.id/amnestipajak (diakses
pada tanggal 10 Februari 2017).

Universitas Sumatera Utara

sebagai penghasilan pada saat ditemukan dan dikenai pajak serta sanksi administrasi
sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

D. Konsep Tax Amnesty di Indonesia
Kebijakan tax amnesty Pemerintah Indonesia 2016 bukanlah yang pertama kalinya.
Sebelumnya kebijakan yang sama ataupun mirip sudah pernah dilakukan. Tax amnesty
pernah diberlakukan di Indonesia pada tahun 1964 dan 1984. Kebijakan tax
amnesty tahun1964 ditujukan untuk mengembalikan dana revolusi. Payung hukum
pelaksanaannya adalah Keputusan Presiden. Tax Amnesty 1964 dianggap gagal karena di
tahun berikutnya terjadi Gerakan 30 September, yaitu perseteruan antara pemegang
kekuasaan, Partai Komunis Indonesia, dan tentara. 53
Kebijaksanaan tax amnesty tahun 1984 pelaksanaannya juga dinilai tidak efektif
karena wajib pajak sendiri kurang merespons dan tidak diikuti dengan reformasi sistem
administrasi perpajakan secara terpadu dan menyeluruh. Demikian juga minimnya
keterbukaan dan peningkatan akses informasi ke masyarakat termasuk sistem kontrol dari
Ditjen Pajak sendiri.Pada tahun 1984 kebijakan hanya ditujukan untuk mengubah sistem
dari official assessment menjadi self assessment.
Kemudian pada tahun 2008 Direktorat Jenderal Pajak juga memberlakukan kebijakan
sunset policy. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, sunset policy adalah
kebijakan pemberian fasilitas perpajakan dalam bentuk penghapusan sanksi administrasi
perpajakan berupa bunga. Ketika kebijakan sunset policy 2008 diberlakukan, wajib pajak
dapat mengajukan permohonan pengampunan sanksi administrasi meskipun pajak
terutang

tetap

harus

dibayarkan

secara

penuh.

Sejak

program

sunset

53

Bahan Seminar oleh Bismar Nasution pada tanggal 03 Desember 2016 di Peradilan Semu Fakultas
Hukum USU, Prinsip Hukum Dalam Tax Amnesty, hlm.15

Universitas Sumatera Utara

policydiimplementasikan sepanjang tahun 2008 telah berhasil menambah jumlah NPWP
baru sebanyak 5.653.128 NPWP, bertambahnya SPT tahunan sebanyak 804.814 SPT dan
bertambahnya penerimaan PPh sebesar Rp7,46 triliun. Jumlah NPWP orang pribadi 15,07
juta, NPWP. Pemerintah berhasil menghimpun dana mencapai jumlah Rp5,5 triliun.
Namun, sayangnya kebijakan tersebut dianggap tidak berhasil karena pada awalnya
banyak yang melapor, namun sayangnya tahun berikutnya justru terjadi penurunan
pelaporan sebesar 45 persen.
Selanjutnya, tahun 2015 juga ditetapkan sebagai Tahun Pembinaan Wajib Pajak
(TPWP), yaitu berupa penghapusan sanksi perpajakan dan administrasi untuk wajib pajak
yang belum mematuhi peraturan perpajakan secara memadai. Wajib Pajak yang belum
melaporkan SPT dengan benar dan lengkap untuk Tahun Pajak 2014 dan sebelumnya
serta Masa Pajak Desember 2014 dan sebelumnya, memiliki kesempatan untuk terbebas
dari sanksi pidana di atas. Syaratnya, Wajib Pajak harus melaporkan pembetulan SPTnya
di tahun 2015 ini, sekaligus melunasi pajak yang terutang sesuai laporan pembetulan
tersebut. 54

Menurut Erwin Silitonga, paling tidak terdapat empat jenis pengampunan pajak,
yaitu: 55
1. Pengampunan yang tetap mewajibkan pembayaran pokok pajak, termasuk bunga
serta dendanya, dan hanya mengampuni sanksi pidana perpajakan. Tujuan dari
pengampunan pajak ini adalah untuk memungut pajak tahun-tahun sebelumnya
sekaligus menambah jumlah Wajib Pajak yang terdaftar.
2. Pengampunan yang mewajibkan pembayaran pokok pajak masa lalu yang terutang
berikut bunganya, namun mengampuni sanksi denda dan sanksi pidana pajaknya.
54

Ibid
Erwin Silitonga dalam Hotsaritua Situmorang, 2006, Ekonomi Bawah Tanah, Pengampunan Pajak,
dan Referendum,www.pajak.go.id, diakses tanggal 16 Januari 2017.
55

Universitas Sumatera Utara

3. Pengampunan yang tetap mewajibkan pembayaran pokok pajak yang lama, namun
mengampuni sanksi bunga, sanksi denda, dan sanksi pidana pajaknya.
4. Pengampunan atas pokok pajak yang terutang di masa lalu, termasuk sanksi
bunga, sanksi denda, dan sanksi pidananya. Tujuannya adalah untuk menambah
jumlah Wajib Pajak yang terdaftar supaya kedepannya mulai membayar pajak.
Indonesia, dalam hal menerapkan program Pengampunan Pajak (tax amnesty) saat ini
menggunakan jenis pengampunan pajak yang ke-3 (tiga) dari jenis yang dikemukakan
oleh Erwin Silitonga, hanya saja cara penghitungan uang tebusan pengampunan pajak
setiap periode berbeda-beda sesuai dengan yang telah diatur di dalam Undang-Undang.
Berikut adalah konsep uang tebusan Pengampunan Pajak di Indonesia.
A. Tarif Uang tebusan
Dalam rangka menghitung uang tebusan yang harus disetorkan ke kas negara, Pasal 4
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 11 tentang Pengampunan Pajak mengatur sebagai
berikut :
1.

Tarif uang tebusan atas harta yang berada di dalam wilayah NKRI atau harta yang
berada di luar wilayah NKRI yang dialihkan ke dalam wilayah NKRI dan
diinvestasikan di dalamnya, dalam jangka waktu paling singkat 3 (tiga) tahun
terhitung sejak dialihkan adalah sebesar:
a. 2% (dua persen) untuk periode penyampaian surat pernyataan pada bulan
pertama sampai dengan akhir bulan ketiga terhitung sejak Undang-Undang
Pengampunan Pajak mulai berlaku;
b. 3% (tiga persen) untuk periode penyampaian surat pernyataan pada bulan
keempat terhitung sejak Undang-Undang Pengampunan Pajak mulai berlaku
sampai dengan tanggal 31 Desember 2016; dan

Universitas Sumatera Utara

c. 5% (lima persen) untuk periode penyampaian surat pernyataan terhitung sejak
tanggal 1 januari 2017 sampai dengan tanggal 31 Maret 2017.
2.

Tarif uang tebusan atas harta yang berada di luar wilayah NKRI dan tidak
dialihkan ke dalam wilayah NKRI adalah sebesar:
a. 4% (empat persen) untuk periode penyampaian surat pernyataan pada bulan
pertama sampai dengan akhir bulan ketiga terhitung sejak Undang-Undang
Pengampunan Pajak mulai berlaku;
b. 6% (enam persen) untuk periode penyampaian surat pernyataan pada bulan
keempat terhitung sejak Undang-Undang Pengampunan Pajak mulai berlaku
sampai dengan tanggal 31 Desember 2016; dan
c. 10% (sepuluh persen) untuk periode penyampaian surat pernyataan terhitung
sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan tanggal 31 Maret 2017.

3.

Tarif uang tebusan bagi wajib pajak yang peredaran usahanya sampai dengan Rp.
4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) pada tahun pajak
terakhir adalah sebesar:
a. 0,5% (nol koma lima persen) bagi wajib pajak yang mengungkapkan nilai
harta sampai dengan Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dalam
surat pernyataan; atau
b. 2% (dua persen) bagi wajib pajak yang mengungkapkan nilai harta lebih dari
Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dalam surat pernyataan untuk
periode penyampaian surat pernyataan pada bulan pertama sejak UndangUndang Pengampunan Pajak berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret 2017.

Ketentuan lebih lanjut mengenai wajib pajak yang peredaran usahanya sampai dengan
Rp.4.800.000.000,00, yaitu merupakan wajib pajak yang:

Universitas Sumatera Utara

a. Memiliki peredaran usaha hanya bersumber dari penghasilan atas kegiatan usaha;
dan
b. Tidak menerima penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan/atau
pekerjaan bebas.
Kemudian, yang dimaksud dengan pekerjaan bebas tersebut merupakan pekerjaan
yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk
memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja, antara lain dokter,
notaris, akuntan, arsitek, atau pengacara.
Peredaran usaha tersebut ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a. Surat pernyataan mengenai besaran peredaran usaha yang berisi pencatatan
peredaran usaha wajib pajak mulai januari sampai dengan desember pada tahun
pajak 2015, bagi wajib pajak yang belum memiliki kewajiban melaporkan surat
pemberitahuan tahunan pajak penghasilan; atau
b. SPT PPh terakhir bagi wajib pajak yang telah memiliki kewajiban surat
pemberitahuan tahunan pajak penghasilan.

B. Cara Menghitung Uang tebusan
Dasar pengenaan uang tebusan dihitung berdasarkan nilai harta bersih yang belum
atau belum seluruhnya dilaporkan dalam SPT PPh terakhir. Sedangkan yang dimaksud
dengan nilai harta bersih adalah harta tambahan yang belum pernah dilaporkan dalam
SPT PPh terakhir dikurangi dengan utang yang terkait dengan perolehan harta tambahan
tersebut. Kemudian, besarnya uang tebusan dihitung dengan cara mengalikan tariff yang
sesuai, dengan dasar pengenaan uang tebusan.
Harta bersih = Harta Tambahan (HT) – Utang Terkait HT

Uang tebusan = Tarif x Dasar Pengenaan Uang tebusan

Universitas Sumatera Utara

C. Ketentuan Mengenai Harta yang Diungkapkan
Nilai harta yang diungkapkan dalam surat pernyataan meliputi nilai harta yang telah
dilaporkan dalam SPT PPh terakhir dan nilai harta tambahan yang belum atau belum
seluruhnya dilaporkan dalam SPT PPh terakhir. Hal ini didasarkan bahwa pada prinsipnya
Pengampunan Pajak diberikan atas kewajiban perpajakan yang belum atau belum
sepenuhnya diselesaikan oleh wajib pajak, yang terepresentasi dalam harta yang belum
pernah dilaporkan dalam SPT PPh terakhir.
Dalam hal wajib pajak baru memperoleh nomor wajib pajak pada tahun 2016 dan
belum menyampaikan SPT tahunan PPh terakhir, tambahan harta bersih yang
diungkapkan dalam surat pernyataan seluruhnya diperhitungkan sebagai dasar pengenaan
uang tebusan.
Nilai harta yang telah dilaporkan dalam SPT PPh terakhir ditentukan dalam mata uang
rupiah berdasarkan nilai yang dilaporkan dalam SPT Tahunan tersebut. Dalam hal wajib
pajak diwajibkan menyampaikan surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan
menggunakan satuan mata uang selain rupiah, nilai harta yang telah dilaporkan dalam
SPT PPh terakhir, ditentukan dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs yang ditetapkan
oleh Menteri untuk keperluan penghitungan pajak pada tanggal akhir tahun buku sesuai
dengan SPT PPh terakhir. 56
Dalam hal nilai harta tambahan menggunakan satuan mata selain rupiah, nilai harta
tambahan ditentukan dalam mata uang rupiah berdasarkan:
a. Nilai nominal untuk harta berupa kas; atau

56

Suharno, Op.cit, hlm. 13

Universitas Sumatera Utara

b. Nilai wajar pada akhir tahun pajak terakhir untuk harta selain kas, dengan
menggunakan kurs yang ditetapkan oleh Menteri untuk keperluan penghitungan
pajak pada akhir tahun pajak berakhir.
Dalam hal wajib pajak baru memperoleh nomor pokok wajib pajak setelah tahun 2015
dan belum menyampaikan SPT PPh terakhir, tambahan harta bersih yang diungkapkan
dalam surat pernyataan seluruhnya diperhitungkan sebagai dasar pengenaan uang tebusan.

Universitas Sumatera Utara