Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

(1)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PENGARUH EKSPOR SEKTOR INDUSTRI

DAN PENANAMAN MODAL ASING SEKTOR INDUSTRI

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi

2009

FAHMI HASBULLAH

030501020


(2)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Segenap ucapan puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahNya Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “ Analisis Pengaruh Investasi Sektor Industri dan Ekspor Sektor Industri terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia “ yang dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Program pendidikan Strata – 1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dengan adanya banyak keterbatasan, penguraian skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan. Oleh sebab itu, Penulis sangat megharapkan kritik dan saran yang membangun yang akan sangat Penulis butuhkan sebagai pedoman dimasa yang akan datang.

Sehubungan dengan itu, Penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Teristimewa buat kedua orang tua penulis yang tercinta dan tersayang, Ayahanda H. Hasbullah SE dan Ibunda Hj. Latifah Hanum yang telah banyak memberikan kasih sayang, dukungan, didikan, nasehat, do’a, semangat serta motivasi baik moril maupun materi kepada Penulis selama ini. Serta tak lupa kepada saudara – saudara yang Penulis sayangi, Abangku M. Haris Hasbullah, Kakakku Beby Deliana, serta keponakan – keponakanku Yoga, Natasya, Nadia, Rayhan, Nayara, terima kasih atas dukungan, semangat dan kasih sayangnya.


(3)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu DR. Murni Daulay, SE, M.Si sebagai dosen pembimbing sekaligus dosen wali Penulis yang telah membimbing Penulis sejak awal penulisan hingga selesainya skripsi ini. Dan juga yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan. 5. Bapak Drs. Iskandar Syarief, MA, selaku dosen penguji

6. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

7. Seluruh staf pegawai Bank Indonesia Cabang Medan dan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam memperoleh data yang berhubungan dengan skripsi Penulis.

8. Kepada orang – orang yang banyak membantu dalam pengerjaan skripsi ini yaitu Kerin, Rachma, Riezka, Dedi, Bang Rudi, Barry dan Ganda. Orang – orang yang selalu memberikan semangat Rani, Yenny, Fany, Melda Hamsan dan yang tercinta. Serta kepada teman – teman Penulis di Universitas Sumatera Utara, khususnya di Ekonomi Pembangunan Stambuk ’03 yang gak mungkin ditulis satu persatu. Terima kasih atas tahun – tahun menyenangkan yang akan selalu indah saat dikenang.

9. Dan tak lupa Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman – teman di Kejora yang merupakan sahabat Penulis yang telah banyak membantu Penulis dalam segala hal.


(4)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Akhir kata, semoga skripsi ini memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2009


(5)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRACT

This research titled “Analysis Influence of export sector industry and foreign investment in sector industry to Economic Growth in Indonesia”. In this case, the economic growth in Indonesia is a dependent variable. The International Trade include Export and Import are independent variables. The goal of this research is to describe the influence of independent variables for dependent variable.

This search uses secondary data or time series data since from 1987 until 2006. Data is taken from BI, BPS and some relation sites. This Final Assessment uses multiple algorathym regression model with OLS method and it’s processed by using Eviews 4.1.

With ceteris paribus assumption, the result from this research are that independent variables influence dependent variable significantly about 97%. Which is if Export increase 1%, it will increase of GDP about 4.09%, and if Import increase 1%, it will decrease of GDP about 2.09%.


(6)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Dalam kasus ini, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia adalah variabel terikat. Perdagangan Internasional yang terdiri dari Ekspor dan Impor adalah variabel bebas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Penelitian ini menggunakan data sekunder atau data periode waktu sejak 1987 sampai 2006. Data ini diperoleh dari BI, BPS, dan situs-situs yang berhubungan. Skripsi ini menggunakan model regresi multiple logaritma dengan metode OLS dan diproses dengan menggunakan Eviews 4.1.

Dengan asumsi ceteris paribus, hasil dari penelitian ini adalah variabel bebas mempengaruhi variabel terikat secara signifikan sebesar 97%. Jika ekspor meningkat 1%, hal ini akan meningkatkan PDB sekitar 4,09%, dan jika impor meningkat 1%, akan menurunkan PDB sekitar 2,09%.


(7)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

ABSTRACT………... i

ABSTRAK………..………... ii

KATA PENGANTAR………... iii

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR TABEL………..viii

DAFTAR GAMBAR………...ix

DAFTAR LAMPIRAN ………...………... x

BAB I PENDAHULUAN…... 1

1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Perumusan Masalah………... 4

1.3 Hipotesis... 4

1.4 Tujuan Penelitian... 5

1.5 Manfaat Penelitian... 5

BAB II URAIAN TEORITIS... 7

2.1 Pertumbuhan Ekonomi... 7

2.2 Ekspor………... 18

2.3 Penanaman Modal Asing (PMA)... 21

2.4 Konsumsi...………... 30

2.5 Tingkat Suku Bunga... 38

BAB III METODE PENELITIAN... 42

3.1 Ruang Lingkup Penelitian... 42

3.2 Jenis dan Sumber Data... 42

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data... 42


(8)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

3.5 Model Analisis Data... 43

3.6 Test Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)……….. 44

3.6.1 Koefisien Determinasi (R-square)... 44

3.6.2 Uji t-statistik... 45

3.6.3 Uji F-statistik………... 45

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 46

3.7.1 Multikolinearitas………... 46

3.7.2 Autokorelasi………... 47

3.8 Definisi Operasional Variabel………...50

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 52

4.1 Gambaran Umum Wilayah Indonesia…..………. 52

4.1.1 Keadaan Geografis……….………… 52

4.1.2 Iklim………... 52

4.1.3 Kependudukan………... 53

4.2 Analisis Deskriptif...………... 57

4.2.1 Perkembangan Kondisi Makroekonomi Indonesia…………54

4.2.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia…………. 55

4.2.3 Perkembangan Ekspor di Indonesia………... …... 57

4.2.4 Perkembangan PMA di Indonesia... 58

4.2.5 Perkembangan Tingkar Suku Bunga...60

4.3 Hasil dan Analisis...62

4.3.1 Uji Statistik... 65

4.3.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………... ... 74

5.1 Kesimpulan... ... 74

5.2 Saran... ... 75


(9)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Hal

4.1 PDB Berdasarkan Harga Berlaku... 56

4.2 Penanaman Modal Asing... 59

4.3 Tingkat Suku Bunga... 61


(10)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Hal

2.1 Jumlah Penduduk Optimal... 11

3.1 Kurva D-W Test……….49

4.1 Hasil D-W Statistik………....…...64

4.4 Uji t-statistik pada Variabel Tingkat Konsumsi... …... 66

4.5 Uji t-statistik pada Variabel Ekspor... …... 67

4.6 Uji t-statistik pada Variabel PMA... …... 68

4.7 Uji t-statistik pada Variabel Tingkat Suku Bunga... …... 69

4.8 Uji t-statistik pada Variabel Dammy... …... 70

4.9 Uji F-statistik... …... 71


(11)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Data Statistik PDB Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku, dan Ekspor Indonesia,.


(12)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara sedang berkembang, di masa lalu pernah mencoba untuk berdiri di atas kaki sendiri dan tidak memperdulikan bantuan negara lain. Namun ternyata Indonesia tidak bisa terus menerus bertahan dalam kondisi seperti ini. Akhirnya Indonesia terpaksa mengikuti arus, membuka diri untuk berhubungan lebih akrab dengan bangsa lain demi memenuhi kehidupan ekonomi nasionalnya (Amir MS, 1998: 12).

Jika saja dulu Indonesia tidak berani mengijinkan modal Jepang dan Amerika masuk dalam pertambangan minyaknya, mungkin perekonomian Indonesia tidak akan mengalami kemajuan yang berarti. Industrialisasi juga tidak akan berjalan jika saja Indonesia tidak mau mengimpor mesin tekstil dari Jepang, pabrik pupuk, pabrik semen, pabrik kayu lapis, dan lain-lain dari negara-negara sahabat lainnya. Begitu pula keadaan ekonomi nasional kita bisa macet total jika saja Indonesia tetap tidak mau menjual karet ke negeri Belanda dan menjual tembakau, kopi, dan lain-lain ke negara Eropa lainnya.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa dalam dunia yang sudah terbuka ini, hampir tidak ada lagi satu negara pun yang benar-benar mandiri, tapi satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi. Kenyataan ini lebih meyakinkan kita akan bertambah pentingnya peranan perdagangan internasional dalam masa mendatang demi kepentingan ekonomi nasional. Dalam hal ini, hubungan ekonomi internasional dalam


(13)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

suatu negara ditunjukkan oleh kegiatan perdagangan yang meliputi kegiatan ekspor impor sebagai salah satu komponen penting dalam hubungan ekonomi luar negeri. Ekspor akan memperluas pasar barang buatan dalam negeri dan ini memungkinkan perusahaan-perusahaan dalam negeri mengembangkan kegiatannya. Impor juga dapat memberi sumbangan kepada pertumbuhan ekonomi karena industri-industri dapat mengimpor mesin-mesin dan bahan mentah yang diperlukannya. Di Indonesia jenis barang yang biasa diperdagangkan ke luar negeri adalah barang Migas dan Non Migas. Barang migas meliputi minyak dan gas, sedangkan barang non migas meliputi komoditi tradisional termasuk produk industri dan pariwisata.

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, ditahun 1998 ekspor sektor industri secara keseluruhan sebesar US$ 34.593,2 juta, atau menurun sebesar US$ 252,6 juta dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2001 total ekspor sektor industri Indonesia adalah sebesar US$ 37.671,1 juta. Ini berarti ekspor sektor industri mengalami penurunan sebesar 10.31% dari ekspor sektor industri tahun sebelumnya yang mencapai sebesar US$ 42.002,9 juta. Setelah itu ekpor Indonesia terus mengalami peningkatan di tahun – tahun berikutnya. Terjadinya perubahan pada ekpor sektor industri, akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Investasi merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan semakin besar tingkat investasi maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Investasi Indonesia merupakan penjumlahan dari Penanaman Modal Dalam Negri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Investasi sektor industri Indonesia berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia karena sektor industri merupakan salah satu sektor terpenting dalam perekonomian Indonesia.


(14)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Menurut Boediono (1999:12), Pertumbuhan Ekonomi merupakan tingkat pertambahan dari pendapatan nasional. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi adalah sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan merupakan ukuran keberhasilan pembangunan.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak stabil. Terkadang menunjukkan peningkatan, penurunan, atau bahkan tetap dari tahun sebelumnya. Sejak tahun 1986 hingga tahun 1989, tingkat pertumbuhan ekonomi nyata terus menerus mengalami peningkatan, yaitu dari 5,9% di tahun 1986 menjadi 6,9% di tahun 1988, dan menjadi 7,5% di tahun 1989. Namun pada tahun 1990 tingkat pertumbuhan ekonomi sama halnya dengan tahun 1991 yaitu 7,0%. Dilanjutkan dengan tahun 1992, 1993, 1994, 1995, dan 1996, masing-masing tingkat pertumbuhan ekonominya adalah sebesar 6,2%, 5,8%, 7,2%, 6,8%, dan 5,8%.

Sejak krisis moneter pada Agustus 1997, pertumbuhan ekonomi Indonesia anjlok sebesar -13,3% pada tahun 1998. Kemudian pada tahun 1999 pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan tiap tahun. Pada tahun 1999 ekonomi bertumbuh sekitar 0,79%, 4,92% di tahun 2000, 3,4% di tahun 2001, dan 3,66%.di tahun 2002. Seiring dengan berjalannya waktu, pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi kemudian mengalami peningkatan menjadi 6,1%.

Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan diatas, Penulis mencoba untuk membahas masalah pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam hubungannya dengan perdagangan internasional yang meliput ekspor dan impor dengan mengangkat judul “Analisis


(15)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini, Penulis terlebih dahulu merumuskan masalah dengan jelas sebagai dasar penelitian yang dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut, masalah yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Ekspor sektor industri terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh Tingkat suku bunga terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) sektor industri terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?

4. Bagaimana pengaruh Konsumsi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia? 5. Bagaimana penagruh krisis ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka Penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

1. Ekspor berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, ceteris

paribus.

2. Tingkat Suku Bunga berpengaruh negative terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, ceteris paribus .


(16)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

3. Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, ceteris paribus.

4. Konsumsi berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, ceteris

paribus.

5. Krisis Ekonomi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, ceteris

peribus.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan Penulis dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. 2. Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Suku bunga terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia.

3. Untuk mengetahui pengaruh PMA terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

4. Untuk mengetahui pengaruh Konsumsi terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia.

5. untuk mengetahui pengaruh krisis ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia


(17)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran, bahan studi atau tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa-mahasiswa khususnya bagi mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan.

2. Menambah, melengkapi, sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya yang menyangkut topik yang sama.

3. Sebagai masukan yang akan bermanfaat bagi pemerintah dan instansi-instansi terkait.

4. Untuk memperkaya wawasan ilmiah Penulis dalam kaitannya dengan disiplin ilmu yang Penulis tekuni.


(18)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Pertumbuhan Ekonomi

2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan jika jumlah produksi barang dan jasanya meningkat. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan output dari tahun ke tahun yang merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 2003: 10). Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya.

Pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan Hasil pertumbuhan ekonomi tersebut harus dapat dinikmati masyarakat sampai ke lapisan yang paling bawah. Pertumbuhan harus berjalan secara beriringan dan terencana untuk mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembangunan hasil-hasilnya dengan lebih merata. Bila pembangunan dan hasil-hasilnya tersebut telah terdistribusi


(19)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

secara merata maka daerah – daerah yang miskin, tertinggal, dan tidak produktif akan menjadi produktif yang akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

2.1.2 Perhitungan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

Fluktuasi pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun tercermin dalam nilai Produk Domestik Bruto (PDB). PDB yaitu seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor atau lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di suatu domestik atau agregat. Perubahan nilai PDB akan menunjukkan perubahan jumlah kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan selama periode tertentu. Selain PDB, dalam suatu negara juga dikenal ukuran PNB (Produk Nasional Bruto) serta Pendapatan Nasioal (National Income).

Adapun konsep perhitungan pertumbuhan ekonomi dalam satu periode (Rahardja, 2001:178), yaitu :

% 100 ) ( 1 1 x PDBR PDBR PDBR G t t t t − − − = di mana:

Gt = Pertumbuhan ekonomi periode t (triwulanan atau tahunan)

PDBRt = Produk Domestik Bruto Riil periode t (berdasarkan harga konstan)

PDBRt-1 = PDRB satu periode sebelumnya

Jika interval waktu lebih dari satu periode maka perhitungan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan menggunakan persaman eksponensial :

2 0(1 r) PDBR

PDBRt = +

di mana:


(20)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

PDBR0 = PDBR periode 0

r = tingkat pertumbuhan t = jarak periode

Untuk menghitung besarnya pendapatan nasional atau regional, maka ada tiga metode pendekatan yang dipakai :

a) Pendekatan Produksi (Production Approach)

Metode ini dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan sektor ekonomi produktif dalam wilayah suatu negara. Secara matematis (Rahardja, 2001:180):

NI = P1Q1 + P2Q2 + … + PnQn

di mana :

NI = PDB (Produk Domestik Bruto)

P1, P2,…, Pn = Harga satuan produk pada satuan masing-masing sektor ekonomi

Q1, Q2,…,Qn = Jumlah produk pada satuan masing-masing sektor ekonomi

Yang dipakai hanya nilai tambah bruto saja agar dapat menghindari adanya perhitungan ganda.

b) Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

Metode ini dihitung dengan menjumlah besarnya total pendapatan atau balas jasa setiap faktor-faktor produksi. Secara matematis (Rahardja, 2000:181):

Y = Yw + Yr + Yi + Yp di mana :

Y = Pendapatan nasional atau PDB Yw = Pendapatan upah / gaji


(21)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Yr = Pendapatan sewa Yi = Pendapatan bunga

Yp = Pendapatan laba atau profit

c) Pendekatan Pengeluaran (Consumption Approach)

Metode ini dihitung dengan menjumlahkan semua pengeluaran yang dilakukan berbagai golongan pembeli dalam masyarakat. Secara matematis (Rahardja, 2001:182):

Y = C + I + G + (X – M) di mana :

Y = PDB (Pendapatan Domestik Bruto)

C = Pengeluaran Rumah tangga konsumen untuk konsumsi I = pengeluaran rumah tangga perusahaan untuk investasi G = pengeluaran rumah tangga pemerintah

(X-M) = ekspor netto atau pengeluaran rumah tangga luar negeri

Yang dihitung hanya nilai transaksi-transaksi barang jadi saja, untuk menghindari adanya perhitungan ganda.

2.1.3 Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori-teori pertumbuhan ekonomi melihat hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa teori mengenai pertumbuhan ekonomi, yaitu:


(22)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

a) Teori Jumlah Penduduk Optimal (Optimal Population Theory)

Teori ini telah lama dikembangkan oleh kaum Klasik. Menurut teori ini, berlakunya

The Law of Diminishing Return (TLDR) menyebabkan tidak semua penduduk dapat

dilibatkan dalam proses produksi. Jika dipaksakan, justru akan menurunkan tingkat output perekonomian.

Gambar 2.1 Jumlah Penduduk Optimal

(Sumber : Rahardja, 2001:178)

Pada gambar, kurva TP1 menunjukkan hubungan antara jumlah tenaga kerja dengan

tingkat output (fungsi produksi). Kondisi optimal akan tercapai jika jumlah penduduk (tenaga kerja) yang terlibat dalam proses produksi adalah L1, dengan jumlah output

Tenaga Kerja Q3

Q1

Q2

0 L1 L2

TP2

TP1 Total Produksi


(23)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

(PDB) adalah Q1. Jika jumlah tenaga kerja ditambah menjadi L2 PDB justru berkurang

menjadi Q2. Hal ini karena cepat terjadinya TLDR. Agar penambahan tenaga kerja ke

L2 dapat meningkatkan output, misalnya menjadi Q3, yang harus dilakukan adalah

investasi fisik (barang modal) dan SDM yang menunda terjadinya gejala TLDR. Bahkan kedua investasi tersebut menimbulkan sinerji. Jika hal tersebut yang terjadi, maka fungsi produksi membaik. Hal itu digambarkan dengan bergesernya kurva produksi ke TP2. Penambahan tenaga kerja akan meningkatkan output (PDB).

b) Teori Pertumbuhan Neo Klasik (Neo Classic Growth Theory)

Teori ini dikembangkan oleh Solow (1956) dan merupakan penyempurnaan teori-teori klasik sebelumnya. Fokus pembahasan teori-teori ini adalah akumulasi stok barang modal dan keterkaitannya dengan keputusan masyarakat untuk menabung atau melakukan inve stasi. Asumsi penting dari model Solow antara lain:

1. Tingkat teknologi dianggap konstan (tidak ada kemajuan teknologi), 2. Tingkat depresiasi dianggap konstan,

3. Tidak ada perdagangan luar negeri atau aliran keluar masuk barang modal, 4. Tidak ada sektor pemerintah

5. Tingkat pertambahan penduduk (tenaga kerja) juga dianggap konstan, 6. Seluruh penduduk bekerja sehingga jumlah penduduk = jumlah tenaga kerja.

Dengan asumsi-asumsi tersebut, dapat dipersempit faktor-faktor penentu pertumbuhan menjadi hanya stok barang modal dan tenaga kerja. Lebih lanjut lagi, dapat diasumsikan bahwa PDB per kapita semata-mata ditentukan oleh stok barang modal per


(24)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

tenaga kerja. Jika Q = output atau PDB, K = barang modal, dan L = tenaga kerja, maka y = f(k)

di mana y = PDB per kapita atau Q/L dan k = barang modal per kapita atau K/L

Untuk menjaga agar perekonomian dapat mempertahankan tingkat outputnya, stok barang modal per kapita tidak boleh berkurang. Untuk itu tingkat investasi yang dilakukan harus mempunyai dua fungsi:

1. Mengganti barang modal yang sudah usang. Tingkat investasi untuk memenuhi fungsi ini adalah d(K/L).

2. Menambah stok barang modal sebagai respons terhadap pertambahan tenaga kerja. Tingkat investasi untuk memenuhi fungsi kedua adalah n (K/L) atau nk. Investasi total yang dibutuhkan agar perekonomian dapat mempertahankan tingkat produksinya adalah (n+d)k. Selanjutnya, dianggap ada hubungan proporsional antara tingkat tabungan dengan tingkat produksi per kapita, misalnya sebesar s, sehingga sy = sf(k).

Perekonomian dikatakan berada dalam kondisi keseimbangan stabil bila jumlah tabungan sama dengan kebutuhan investasi. Keadaan keseimbangan stabil akan berubah jika terjadi perubahan tingkat tabungan, perubahan tingkat teknologi, dan percepatan perkembangan teknologi.

c) Teori Pertumbuhan Endojenus (Endogenous Growth Theory)

Teori ini dikembangkan oleh Romer (1986) dan merupakan pengembangan dari teori Klasik-Neo Klasik yang kelemahannya terletak pada asumsi bahwa teknologi bersifat eksojenus. Konsekuensi asumsi ini adalah terjadinya The Law of Diminishing


(25)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

lebih serius adalah perekonomian yang terlebih dahulu maju, dalam jangka panjang akan terkejar perekonomian yang lebih terbelakang, selama tingkat pertambahan penduduk, tingkat tabungan, dan akses terhadap teknologi adalah sama.

Teknologi merupakan barang publik. Oleh karenanya, selama perusahaan dapat menikmati dampak yang sama dari teknologi tersebut, tidak ada satu perusahaan pun yang berusaha memonopoli. Dengan demikian dalam hal ini, faktor teknologi bukanlah sebagai faktor eksogen melainkan faktor endogen.

d) Teori Schumpeter

Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan kewirausahawanan (entrepreneurship). Sebab, para pengusahalah yang mempunyai kemampuan dan keberanian mengaplikasi penemuan-penemuan baru dalam aktivitas produksi. Langkah-langkah pengaplikasian penemuan-penemuan baru dalam dunia usaha merupakan langkah inovasi. Termasuk dalam langkah-langkah inovasi adalah penyusunan teknik-tahap produksi serta masalah organisasi-manajemen, agar produk yang dihasilkan dapat diterima pasar.

e) Teori Harrod-Domar

Teori Harrod-Domar dikembangkan secara terpisah dalam periode yang bersamaan oleh E.S. Domar dan R.F. Harrod. Keduanya melihat pentingnya investasi terhadap pertumbuhan ekonomi, sebab investasi akan meningkatkan stok barang modal, yang memungkinkan peningkatan output.


(26)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Tingkat output suatu perekonomian mempunyai hubungan proporsional (konstan) dengan jumlah stok barang modal. Jika tingkat output dinotasikan Y dan stok barang modal dinotasikan K, maka:

Y= K……..………...………(1) dimana adalah rasio output barang modal (capital output ratio, disingkat COR) yaitu angka yang menunjukkan berapa jumlah output yang dapat dihasilkan dari stok barang modal tersedia. Umumnya niulai adalah positif namun lebih kecil daripada satu ( 0 < < 1). Misalnya, stok barang modal adalah 10.000 bila nilai COR adalah 0,5 ( = 0,5), maka output yang dihasilkan adalah 5.000.

Jika perekonomian ingin meningkatkan output menjadi 6.000 (∆=1.000 unit), maka stok barang modal harus ditingkatkan menjadi 12.000 unit (∆K=2.000 unit). Dapat juga dikatakan ∆K/∆Y=2. Angka 2 adalah bilangan yang menunjukkan berapa unit barang modal yang harus ditambah untuk meningkatkan output sebanyak satu unit. Angka ini disebut nilai rasio output kapital inkramental (incramental capital output

ratio, disingkat ICOR). Angka ICOR dapat diperoleh dengan:

∆Y= ∆K………….………..……….(2)

α 1

= ∆ ∆

Y K

….………..………..(3)

Dari persamaan 3 terlihat bahwa nilai ICOR adalah 1/ atau sama dengan 1/COR. Bila nilai COR=0,25, maka nilai ICOR=1/0,25=4. Dalam kasus diatas nilai COR=0,5, sehingga ICOR=1/0,5=2, berarti untuk meningkatkan output sebanyak 1.000 unit, stok barang modal yang harus ditambah (I) adalah 2.000.


(27)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Untuk melakukan investasi, perekonomian harus mampu menyisihkan outputnya sebagai tabungan. Bila tabungan merupakan bagian proporsional (konstan) dari pendapatan, hubungan tabungan (saving/S) dengan output (Y) adalah S= Y

3. Pertumbuhan Ekonomi

Tingkat pertumbuhan output keseimbangan terjadi pada saat Investasi sama dengan Tabungan atau pada saat I=S,

S= Y=∆K= ∆Y=I Y= ∆Y

α α

= ∆ =

Y Y Ekonomi n

Pertumbuha

Bila tingkat tabungan merupakan 6% pendapatan, sedangkan COR=0,5 atau ICOR=2, maka pertumbuhan ekonomi yang diharapkan adalah 6%/2=3% per tahun (Rahardja, 2001: 193-202).

f) Tahap-tahap Pertumbuhan Ekonomi Rostow

W.W. Rostow mengemukakan teori tahapan tipikal pertumbuhan ekonomi yang dilalui oleh suatu perekonomian. Tahap-tahap yang dimaksud adalah:

1. Tahap Masyarakat Tradisional

Pada tahap masyarakat tradisional ini, masyarakat masih menggunakan cara-cara produksi primitif dan dipengaruhi oleh nilai-nilai tak rasional serta adat istiadat. Tingkat produksi dan produktivitas sangat rendah.

2. Tahap Prasyarat Lepas Landas

Tahap ini merupakan transisi persiapan mencapai pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut.


(28)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

3. Tahap Lepas Landas

Tahap lepas landas ditandai oleh perubahan drastis dan pesat. Ciri tahap ini adalah terjadinya kenaikan investasi produktif, pertumbuhan sektor industri yang pesat, dan terbentuknya kerangka dasar politik, sosial dan kelembagaan yang menjamin pertumbuhan cepat.

4. Tahap Gerak ke Arah Kedewasaan

Tahap ini merupakan tahap dimana teknologi canggih sudah digunakan secara efektif dalam proses produksi dan pengolahan sumber-sumber daya alam. Ciri-cirinya adalah tingginya keterampilan tenaga kerja serta semakin dominannya sektor industri manufakturing yang menggantikan dan mendesak sektor pertanian dan sektor-sektor tradisional berupa perubahan sistem manajemen dan pengelolaan bisnis. Masyarakat semakin menyadari akibat-akibat atau dampak industrialisasi terhadap kehidupan lingkungan.

5. Tahap Konsumsi Massal Tinggi

Tahap konsumsi tinggi merupakan tahap dimana masyarakat lebih menekankan pada konsumsi dan kesejahteraan masyarakat. Pemerataan kemakmuran merupakan fokusnya (Wijaya, 2000 :289).

2.2 Ekspor

2.2.1 Pengertian Ekspor

Menurut pasal 1 ayat 9 (Bab I) UU No. 30/1964, ekpor adalah pengiriman barang keluar Indonesia dari peredaran. Keluar dari Indonesia berarti keluar dari daerah Pabean Indonesia atau keluar dari wilayah yuridiksi Indonesia. Keluar dari peredaran berarti


(29)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

keluar peredaran diluar daerah Pabean Indonesia dan diluar wilayah yuridiksi Indonesia (Purba, 1997 : 20).

Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing sesuai dangan ketentuan pemerintah dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan bahasa asing (M.S. Amir, 2004 : 1).

Jadi hasil yang diperoleh dari kegiatan mengekspor adalah berupa nilai sejumlah uang dalam valuta asing atau biasa disebut dengan istilah devisa yang juga merupakan salah satu sumber pemasukan negara. Yang dimaksud dengan ekspor adalah kegiatan perdagangan yang memberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan timbulnya industri-industri pabrik besar, bersamaan dengan struktur politik yang stabil dan lembaga sosial yang efisien (Todaro, 2000 : 167).

Ekspor adalah salah satu sektor perekonomian yanga memegang peranan penting melalui perluasan pasar antara beberapa negara dimana dapat mengadakan perluasan pasar dalam sektor industri, sehingga mendorong dalam sektor industri lain, selanjutnya mendorong sektor lainnya dan perekonomian (Meier. Dkk, 1965 : 313).

2.2.2 Peran Sektor Ekspor

Dari definisi-definisi ekspor diatas maka dapat disimpulkan bahwa peranan sektor ekspor antara lain, yaitu:

1. Memperluas pasar diseberang lautan bagi barang-barang tertentu. Seperti yang ditekankan oleh para ahli ekonomi klasik, suatu industri dapat tumbuh dengan


(30)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

cepat jika industri itu dapat menjual hasilnya diseberang lautan dari pada hanya dipasar dalam negeri yang sempit.

2. Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru. Akibatnya barang-barang dipasar dalam negeri mencari inovasi yang ditujukan untuk menaikkan produktifitas.

3. Perluasan kegiatan ekspor mempermudah pembangunan, karena industri tertentu tumbuh tanpa membutuhkan investasi dalam kapital sosial sebanyak yang dibutuhkan seandainya barang-barang itu akan dijual didalam negeri, misalnya karena sempitnya pasar dalam negeri akibat tingkat pendapatan rill yang rendah atau hubungan transportasi yang memadai.

Dengan demikian selain menambah peningkatan produksi barang untuk dikirim keluar negeri, ekspor sektor industri juga menambah permintaan dalam negeri, sehingga secara tidak langsung permintaan luar negeri mempengaruhi industri dalam negeri untuk menggunakan faktor produksinya, misalnya modal dan juga menggunakan metode produksi yang lebih murah dan efisien sehingga harga dan mutu dapat bersaing dipasar internasional.

2.2.3 Kebijakan Ekspor

Kebijakan ekspor diartikan sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan arah transaksi serta kelancaran usaha untuk peningkatan devisa ekspor suatu negara.


(31)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Kebijakan ekspor dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan, yaitu :

a. Kebijakan Ekspor Dalam Negeri

1. Kebijakan perpajakan dalam bentuk pembebasan, keringanan, pengembalian pajak ataupun pengenaan pajak ekpor untuk barang-barang ekspor tertentu.

Contoh : Pajak ekspor atas CPO

2. Fasilitas kredit perbankan yang murah untuk mendorong peningkatan ekspor barang-barang tertentu.

3. Penerapan prosedur ekspor yang relatif mudah.

4. Pemberian subsidi ekspor, seperti pemberian sertifikat ekspor. 5. Pembentukan asosiasi eksportir.

6. Pembentukan kelembagaan seperti bounded warehouse (Kawasan Berikat Nusantara) bounded island Batam, export processing zone, dan lain-lain.

7. Larangan/pembatasan ekspor, misalnya larangan ekspor CPO oleh Menperindag.

b. Kebijakan Ekspor Luar Negeri

1. Pembentukan International Trade Promotion Centre (ITPC) di berbagai negara, seperti di Jepeng (Tokyo), Eropa, AS, dan lain-lain.

2. Pemanfaatan General System of Preferency (GSP), yaitu fasilitas keringanan bea masuk yang diberikan negara-negara industri untuk berang manufaktur yang berasal dari negara yang sedang berkembang seperti Indonesia sebagai salah setu hasil UNCTAD (United Nation Conference on Trade and Development).


(32)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

4. Menjadi anggota Commodity Agrreement between Producer and Consumer, seperti ICO (Internastional Coffee Organization), MFA (Multifibre Agreement), dan lain-lain.

2.3 Penanaman Modal Asing (PMA) 2.3.1 Pengertian

Penanaman modal asing merupakan usaha yang dilakukan pihak asing dalam rangka menanamkan modalnya di suatu negara dengan tujuan untuk mendapatkan laba melalui penciptaan suatu produksi ataupun jasa (Panglaykim, 1984 :3). Penanaman modal asing terbagi atas 2 yaitu :

1. Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment)

Penanaman modal asing yang bersifat langsung dapat juga dikatakan sebagai investasi perusahaan penuh, dimana pengelolaan baik manajemen maupun sebagian tenaga kerja ditentukan oleh pihak asing. Jenis penanaman modal asing ini biasanya dilakukan oleh perusahaan raksasa yang bergabung dalam Multi National Country yaitu perusahaan yang memiliki dan mengendalikan berbagai kegiatan produktif di lebih dari satu negara.

Penanaman modal secara langsung meliputi transfer modal ataupun pendirian pabrik, pengadaan fasilitas produksi, pembelian mesin, dan sebagainya biasanya menggunakan teknik-teknik produksi negara asal investor, jasa manajerial, pemasaran, dan iklan yang ditentukan oleh penanaman modal asing tersebut.

Pertumbuhan penanaman modal asing secara langsung (seperti dana – dana investasi yang langsung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau pengadaan


(33)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

alat – alat, fasilitas produksi seperti membeli lahan, membuka pabrik, membeli atau mendatangkan mesin – mesin, membeli bahan baku, dan sebagainya). Berlangsung dengan cepat khususnya masa sebelum krisis ekonomi.

Pada dasarnya, penanaman modal asing (PMA) secara langsung jauh lebih kompleks dari sekedar transfer modal ataupun pendirian bangunan pabrik dari suatu perusahaan asing di wilayah suatu negara berkembang. Perusahaan – perusahaan raksasa tersebut yang membawa teknik atau teknologi produksi yang lebih canggih, selera dan dan gaya hidup, jasa – jasa managerial, serta berbagai praktek bisnis termasuk pemberlakuan dan pengaturan perjanjian dan kerjasama, dan sebagainya.

Investasi asing langsung dapat juga berarti bahwa perusahaan dari negara penanam modal secara de fakto dan de jure melakukan pengawasan atas asset (aktiva) yang ditanam di negara dimana penanam modal menginvestasikan modalnya. Dengan cara demikian, investasi langsung dapat mengambil beberapa bentuk, diantaranya pembentukan suatu cabang perusahaan di negara pengimpor modal pembentukan suatu perusahaan di negara pengimpor hanya dibiayai oleh perusahaan – perusahaan yang terletak di negara investor untuk secara khusus di negara lain, atau dapat menaruh asset tetap di negara lain oleh perusahaan dari negara investor.

Menurut analisis Neo-Klasik, penanaman modal asing merupakan hal yang sangat positif, karena hal tersebut dapat mengisi kekurangan tabungan yang dihimpun dari dalam negeri dan juga menambah devisa serta membantu pembentukan modal domestic bruto.


(34)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Joint ventura merupakan usaha bersama yang diselenggarakan oleh dua atau lebih pihak yang merupakan badan hukum dimana masing – masing pihak memasukkan sejumlah modal tertentu, dengan pembagian resiko dan keuntungan berdasarkan proporsi modal tersebut. Jadi Joint Ventura merupakan kerjasama antara pemilik modal asing dengan modal nasional. Tentang pengelolaan perusahaan ditetapkan oleh kedua belah pihak dengan memperhatikan ketentuan – ketentuan yang ditetapkan pemerintah. Investor asing juga dapat hanya menyertakan modal tanpa ikut dalam manajemen dan pengelolaan perusahaan dan tenaga kerja.

2.3.2 Kebijakan pemerintah tentang Penanaman Modal Asing (PMA)

Pemerintah selalu mengupayakan arus modal masuk ke Indonesia semakin besar sesuai dengan semakin meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk pembangunan terutama untuk pembangunan bidang ekonomi. Sesuai dengan kebutuhan dana untuk pembangunan tersebut maka pemerintah selalu berusaha untuk menarik dana investor asing dengan memberikan berbagai kemudahan melalui berbagai kebijaksanaan.

Adapun kebijaksanaan yang dikeluarkan pemerintah tentang penanaman modal asing antara lain adalah UU No. 1/1967. Penanaman modal asing yang dimaksund sesuai dengan Undang – undang ini adalah hanya penanaman modal asing yang meliputi secara langsung yang dilakukan menurut ketentuan undang – undang yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dengan pengertian bahwa pemilik modal asing secara langsung menanggung resiko atas penanaman modal asing tersebut. Adapun yang dibahas undang – undang ini adalah :


(35)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

a. Undang – undang ini dengan jelas tidak mengatur perihal kredit atau peminjaman modal melainkan hanya mengatur tentang penanaman modal asing.

b. Dengan demikian memberi kemungkinan perusahaan tersebut dijalankan dengan modal asing sebelumnya.

c. Direct Investment, dalam hal ini bukan hanya modal tetapi juga kekuasaan dan pengambilan keputusan dilakukan oleh pihak asing, sepanjang segala sesuatunya memperoleh persetujuan dari pemerintah Indonesia dan sejauh mana kebutuhannya tidak melanggar hukum dan ketertiban hukum yang berlaku di Indonesia.

d. Penggunaan kredit dan resikonya ditanggung oleh investor tersebut.

Penanaman modal asing dalam undang – undang ini juga sebagai alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk membiayai pembiayaan perusahaan di Indonesia. Alat – alat untuk perusahaan termasuk penemuan – penemuan baru milik orang asing dan bahan – bahan yang dimasukkan dari luar negeri ke wilayah Indonesia, selama alat – alat tersebut tidak dibiayai oleh kekayaan devisa Indonesia. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang – undang ini diperkenankan di transfer tetapi digunakan untuk membiayai kembali perusahaan di Indonesia.

Dalam rangka meningkatkan PMA di Indonesia, pemerintah melalui BKPM (Badan Koordinasi dan Penanaman Modal) juga telah melakukan beberapa upaya penyesuaian dan kebijakan investasi, diantaranya adalah :

1. Pemerintah telah memperbaharui Daftar Bidang Usaha yang tertutup bagi penanam modal untuk dapat memberikan keleluasaan investor dalam memilih usaha (Keppres


(36)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

No.96 tahun 2000 jo. No.118 tahun 2000).dalam keputusan tersebut, bidang usaha yang tertutup untuk investasi baik PMA maupun PMDN berkurang dari 16 sektor menjadi 11 sektor. Bidang usaha yang tertutup bagi kepemilikan saham asing berkurang dari 9 sektor menjadi 8 sektor.

2. Penyederhanaan proses dari 42 hari menjadi 10 hari. Sebelumnya persetujuan PMA dilakukan presiden, sedangkan saat ini cukup dilakukan oleh Pejabat Eselon I yang berwenang, dalam hal ini Deputi Bidang dan Fasilitas Penanaman Modal.

3. Sejak tanggal 1 Januari 2001, pemerintah menggantikan insentif Pembebasan Pajak dan Kelonggaran Pajak Investasi sebesar 30% untuk 6 (enam) tahun.

4. Nilai investasi tidak dibatasi, sepenuhnya bergantung studi kelayakan dari proyek tersebut.

Insentif bagi para investor tampaknya juga sangat bergantung pada bagaimamana pemerintah melakukan atau menerapkan status prioritas bagi sektor industri. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam rangka menjaring investasi asing maupun investasi dalam negeri merupakan apa yang disebut dengan Daftar Skala Prioritas (DSP), yang memiliki 4 kategori, yaitu :

1. Sektor industri yang terbuka bagi PMA maupun PMDN dan Non-PMA/PMDN termasuk didalamnya perusahaan yang relatif kecil.

2. Sektor industri yang terbuka bagi PMDN dan non-PMA/PMDN. 3. Sektor industri yang terbuka hanya bagi Non-PMA/PMDN.

4. Industri yang tertutup untuk semua investasi, baik PMA, PMDN, Non-PMA/PMDN.


(37)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Sistem insentif tersebut sering direvisi oleh pemerintah, seperti misalnya pembebasan pajak impor, investasi mesin maupun peralatan.

2.3.3 Keuntungan dengan adanya Penanaman Modal Asing

Keuntungan – keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya Penanaman Modal Asing antara lain adalah :

1. Produksi beberapa produk kebutuhan rakyat dengan tujuan untuk ekspor (dengan penggunaan bahan baku yang umumnya berasal dari Indonesia) akan meningkat kualitas dan kuantitasnya.

2. Bila produksi mengalami kegagalan, maka seluruh resiko akan ditanggung oleh penanaman modal dalam investasi langsung (investor asing).

3. Tenaga kerja Indonesia akan memperoleh kesempatan kerja, dan dapat membiasakan diri dengan teknologi modern.

4. Terbukanya kesempatan untuk membangun perusahaan yang sejenis, sehingga akan dapat meningkatkan pembangunan, terutama pembangunan didaerah karena para pekerja yang bekerja di perusahaan asing tersebut telah memiliki pengalaman dan keterampilan dalam membangun perusahaan nasional yang sejenis yang mungkin akan lebih baik dan terarah bagi peningkatan pembangunan di daerah – daerah lainnya sehingga mereka dapat menjadi pioner pelaksanaan proyek – proyek mutakhir di daerah – daerah.

5. Devisa negara akn menigkat jumlahnya, sehingga dana untuk pembangunan juga meningkat.


(38)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

6. langsung memperkenalkan manfaat ilmu, teknologi, dan organisasi mutakhir ke negara yang dituju.

7. Mendorong perusahaan lokal untuk berinvestasi lebih banyak pada industri pendukung atau bekerjasama dengan perusahaan asing.

8. Sebagian laba pada umumnya ditanamkan kembali pada pengembangan atau modernisasi industri terkait.

9. Kemungkinan terjadinya pelarian modal berkurang.

2.3.4 Teori Penanaman Modal Asing

Teori penanaman modal asing pada dasarnya berusaha mencari jawaban atas pertanyaan mengapa perusahaan melakukan investasi luar negeri langsung sebagai bentuk keterlibatan nasional. Para ahli ekonomi mengemukakan beberapa teori investasi luar negeri (Panglaykim, 1984 :3-7) antara lain :

1. Stephen Hymer

Hymer dianggap sebagai pelopor dalam teori investasi luar negeri. Hymer mengungkapkan suatu pendekatan organisasi industri yang menekankan peranan keunggulan khas perusahaan dan ketidak sempurnaan pasar dalam usaha menjelaskan motivasi yang mendasari perusahaan dalam melakukan suatu investasi. Menurut pendekatan ini, pengembalian investasi yang lebih tinggi di luar negeri tidak menjamin kelengkapan penjelasan arus modal, karena pengembalian investasi itu sendiri berarti bahwa modal akan lebih efisien bila dialokasikan melalui pasar modal dan tidak memerlukan pemindahan perusahaan.


(39)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Perusahaan harus mampu menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi daripada perusahaan yang sudah ada atau yang potensial di negara tuan rumah agar dapat menutup kerugian ketidak unggulan operasi perusahaan tersebut di luar negeri. Kemungkinan memperoleh pengembalian investasi yang lebih tinggi akan timbul bila perusahaan yang ada di negara tuan rumah. Keunggulan tertentu perusahaan dapat timbul karena adanya akses ke sumber modal yang lebih mudah dan besar,adanya pasar bahan mentah yang diproduksi dengan skala besar dan memiliki keahlian seperti keahlian manajemen, ketrampilan pemasaran dan sebagainya.

2. R. Vernon

Vernon menjelaskan penanaman modal asing dengan model yang disebut Model Siklus Produk. Dalam model ini, introduksi dan pengembangan produk baru di pasar mengikuti 3 tahap. Adapun ketiga tahap tersebut adalah : Tahapan pertama, pada waktu produk pertama kali dikembangkan dan dipasarkan, diperlukan suatu hubungan yang erat antara kelompok desain, produksi dan pemasaran dari perusahaan dan pasar yang akan dilayani oleh produk tersebut. Tahapan kedua, produk tersebut diekspor ke luar negeri. Bila perusahaan lokal di negara tuan rumah telah memulai memproduksi produk yang bersaing, biaya produksi pada semua perusahaan akan menjadi lebih penting. Tahapan ketiga, produk telah terbuat dengan baik dengan desain yang telah distandarisasikan. 3. Kiyoshi Kojima

Kojima mengatakan bahwa struktur keunggulan komperatif suatu negara dalam perdagangan memainkan peranan penting dalam penentuan arus investasi luar negeri. Argumentasi ini mengulangi pentingnya sumber – sumber alam dan keunggulan tertentu yang dimiliki oleh suatu negara dalam rangka menentukan arus investasi luar negeri.


(40)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

4. S. Hirsch

Menurut Hirsch, investasi luar negeri langsung akan dipilih bila penghasilan yang diharapkan lebih besar dari biaya – biaya yang dibutuhkan untuk melakukan pengawasan di luar negeri. Atau biaya – biaya produksi dan pengawasan di luar negeri tersebut lebih rendah daripada biaya – biaya produksi dalam negeri ditambah biaya – biaya pemasaran ekspor. Bila afliasi di luar negeri telah terbentuk, maka diferensiasi biaya pemasaran menurun dan ekspor barang – barang lain seperti intermediate goods dalam negeri dapat terlaksana.

Hirsch menyimpulkan bahwa investasi internasional memungkinkan spesialisasi berdasarkan keunggulan komperatif yaitu melalui ekspansi penghasilan atau pembentukan pabrik – pabrik baru di lokasi – lokasi dengan biaya serendah – rendahnya. Ini dapat pula dilakukan melalui penyuplaian semua pasar termasuk pasar di dalam negeri dari lokasi tersebut.

5. J.H. Dunning

Dunning mengajukan pendekatan yang lebih umum yakni pendekatan serba elektrik (memilih dari berbagai sumber) yaitu dengan mengintegrasikan teori – teori perdagangan, lokasi kegiatan ekonomi dan perusahaan multinasional. Dunning berargumen bahwa luasnya keterlibatan ekonomi internasional (melalui perdagangan dan investasi) antar negara mengakibatkan perusahaan – perusahaan akan lebih memilih untuk berproduksi di luar negeri yang memiliki ketersediaan sumber tertentu tapi tidak dapat digunakan oleh perusahaan dari negara lain.


(41)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Faktor – faktor lokasi tertentu yang memiliki peranan penting dan dapat mempengaruhi pemilihan lokasi investasi adalah biaya – biaya upah komperatif, sifat – sifat di dalam negeri seperti besarnya pasar, tingkat perkembangan dan keberadaan persaingan di dalam negeri, kendala – kendala perdagangan baik tarif maupun non tarif, jarak dari negara yang melakukan investasi, lingkungan politik sosial dan ekonomi, dan kebijaksanaan pemerintah yang berhubungan dengan partisipasi nasional dalam kegiatan manufaktur dan pembayaran keuntungan.

2.4 Konsumsi

2.4.1 Defenisi Konsumsi

Pemgeluaran konsumsi masyarakat/rumah tangga merupakan salah satu variabel makro ekonomi. Dalam identitas pendapatan nasional menurut pendekatan pengeluaran, variabel ini lazim dilambangkan dengan huruf C, inisial dari kata Consumption. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatan yang dibelanjakan. Apabila pengeluaran – pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan.

Secara makro agregat, pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan pendapatan nasional. Semakin besar pendapatan maka semakin besar pula pengeluaran konsumsi. Perbandingan besarnya tambahan pengeluaran konsumsi terhadap pendapatan disebut hasrat marginal untuk berkonsumsi (Marginal Propensity to Consume : MPC). Pada masyarakat yang kehidupan ekonominya relatif belum mapan biasanya angka MPC mereka relatif lebih besar, sementara angka MPS mereka relatif kecil, artinya


(42)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

jika memperoleh tambahan pendapatan maka sebagian besar tambahan pendapatan tersebut akan teralokasi untuk konsumsi. Hal ini sebaliknya berlaku pada masyarakat yang kehidupan ekonominya realtif lebih mapan. Menurut Rahardja (2001), pengeluaran konsumsi terdiri atas konsumsi pemerintah (goverment consumption) dan konsumsi masyarakat atau rumah tangga (household consumption).

Alasan yang mendasarinya :

1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki posisi terbesar dalam total pengeluaran agregat.

2. Konsumsi rumah tangga bersifat endogenous dalam arti besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan dengan faktor – faktor lain yang dianggap mempengaruhinya. Karena itu kita dapat menyusun model dan teori ekonomi yang menghasilkan pemahaman tentang hubungan tingkat konsumsi dengan faktor – faktor lain yang mempengaruhinya. Teori dan model tersebut dikenal dengan teori model konsumsi yang telah terbukti bermanfaat bagi pengelola perekonomian makro.

3. perkembangan masyarakat yang begitu cepat mengakibatkan perilaku – perilaku konsumsi juga berubah cepat. Hal ini merupakan alasan lain yang memuat studi tentang konsumsi rumah tangga tetap relevan.

Sedangkan menurut BPS, pengeluaran konsumsi adalah semua pengeluaran antara lain pengeluaran untuk makan, minum, pakaian, pesta/upacara, barang – barang tahan lama dan lain – lain yang dilakukan oleh setiap anggota rumah tangga,, baik untuk keperluan pribadi maupun untuk keperluan rumah tangga. Besar kecilnya jumlah pengeluaran untuk konsumsi individu atau rumah tangga merupakan faktor yang turut


(43)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

menentukan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Meningkatnya pengeluaran individu atau rumah tangga akan mendorong peningkatan produksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tersebut. Rencana konsumsi sebuah rumah tangga atau individu tergantung pada :

• selera – selera, maksudnya sikap psikologis terhadap benda – benda yang berbeda – beda.

• Jumlah uang yang akan dikeluarkan untuk tujuan konsumsi.

• Harga benda – benda ayng diduga.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah semua pembelian barang dan jasa oleh rumah tangga yang tujuannya untuk dikonsumsi selama periose tertentu dikurangi netto penjualan barang bekas. Untuk menduga pengeluaran konsumsi rumah tangga digunakan data pendukung antara lain :

1. Data hasil survey sosial ekonomi nasional (SUSENAS) sebagai dasar, yaitu rata – rata pengeluaran perkapita sebulan kelompok makanan dan bukan makanan. 2. Indeks harga konsumen (IHK) untuk masing – masing kelompok komoditi dan

jasa dari bagian statistik harga konsumen.

3. Jumlah penduduk dari proyeksi hasil survey penduduk antar sensus.

Konsep kecondongan mengkonsumsi perlu dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu kecondongan mengkonsumsi marginal dan kecondongan mengkonsumsi rata – rata. Defenisi dan arti setiap konsep ini adalah :

1. kecondongan mengkonsumsi marginal, atau secara ringkas selalu dinyatakan sebagai MPC (Marginal Propensity to Consume), dapat didefenisikan sebagai perbandingan diantara pertambahan konsumsi (∆C) ya ng dilakukan dengan


(44)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

pertambahan pendapatan disposible (∆Yd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan formula MPC = C/∆Yd.

2. Kecondongan mengkonsumsi rata – rata, atau secara ringkas selalu dinyatakan sebagai APC (berasal dari istilah Inggrisnya Average Propensity to Consume), dapat didefenisikan sebagai perbandingan diantara tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposible (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula APC = C/Yd.

2.4.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi

Masyarakat golongan penerima pendapatan yang rendah akan menghabiskan seluruh pendapatannya untuk konsumsi, yaitu memenuhi kebutuhan pokoknya. Sehingga peningkatan pendapatan golongan masyarakat ini akan digunakan untuk memperbaiki kualitas konsumsinya sehari – hari. Sedangkan masyarakat penerima pendapatan tinggi, walaupun terjadi peningkatan pendapatan tidak akan mempengaruhi tingkat konsumsi, karena konsumsi golongan masyarakat ini sudah terencana dengan baik. Sehingga peningkatan pendapatan hanya akan memperbaiki tabungan mereka. Menurut Mulia Nasution (1997 : 97) bahwa tingkat konsumsi yang terjadi dapat dipengaruhi oleh :

1. Distribusi Pendapatan

Karena terjadi perbedaan marginal propensity to consume (MPC) antar masyarakat berpenghasilan tinggi dengan rendah, maka akan terjadi perubahan konsumsi apabila terjadi pemerataan pendapatan yang lebih merata. Karena masyarakat berpenghasilan rendah MPC-nya lebih tinggi dibandingkan masyarakat berpenghasilan tinggi, sehingga bila terjadi distribusi pendapatan


(45)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

yang lebih merata akan menciptakan peningkatan konsumsi masyarakat berpenghasilan rendah ini.

2. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan sangat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang atau masyarakat, karena makin tinggi pendapatan masyarakat tingkat konsumsi sudah makin terencana, sehingga penigkatan – peningkatan pendapatan bagi masyarakat berpenghasilan tinggi tidak akan mempengaruhi konsumsi. Akan tetapi, pendapatan masyarakat pada tingkat rendah dan menengah akan bisa meningkatkan konsumsi bila terjadi kenaikan pendapatan.

3. Tingkat Pajak

Besarnya pajak yang dikenakan pemerintah terhadap pendapatan akan mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Bila masyarakat dikenakan pajak yang sama rata misalnya 10%, ini akan mempengaruhi pendapatan yang siap untuk dikonsumsikan. Semakin tinggi pajak yang dikenakan pemerintah terhadap pendapatan, maka akan memperkecil konsumsi yang terjadi.

4. Tingkat pendapatan yang pernah dicapai

Bila seseorang pernah mendapatkan pendapatan yang tinggi dalam jangka pendek tingkat konsumsi tidak akan berubah sebesar penurunan pendapatan yang terjadi. Sehingga tingkat pendapatan seperti ini akan memperbesar tingkat konsumsi masyarakat (hipotesis pendapatan relatif). Jadi dengan demikian tingkat pendapatan yang tertinggi dicapai seseorang akan mempengaruhi tingkat konsumsi yang terjadi.


(46)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Bila masyarakat telah mengkonsumsi barang tahan lama tahun x, maka pada periode berikutnya konsumsi untuk barang jenis ini tidak akan dilakukan lagi (barang tidak mengalami kerusakan), sehingga konsumsi barang tahan lama tahun y tidak akan dilakukan lagi. Juga barang tahan lama harganya realtif tinggi, sehingga masyarakat untuk membelinya tentu diperlukan menabung terlebih dahulu (tabungan ini akan mempengaruhi konsumsi masyarakat).

6. Banyaknya alat pembayar yang likuid dalam masyarakat

Pengeluaran konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak alat pembayaran yang likuid yang dimiliki masyarakat. Semakin banyak alat pembayaran yang likuid (dengan pendapatan yang sama) akan lebih besar jumlah pengeluaran untuk konsumsi, dibandingkan dengan alat pembayaran likuid sedikit yang ada dalam masyarakat.


(47)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

7. Adanya perkiraan terjadinya perubahan harga

Perubahan harga pada masa yang akan datang kalau dapat diperkirakan masyarakat sebelumnya maka akan sangat mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat sekarang ini. Perkiraan masayrakat akan adanya devaluasi khususnya masyarakat kota besar, hal ini akan menyebabkan kenaikan harga – harga. Oleh karena itu, konsumsi masyarakat yang dapat memperkirakan kenaikan harga ini akan meningkatkan konsumsinya sekarang untuk menghindari terjadinya kerugian akibat selisih harga.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tingkat pengeluaran atau konsumsi dalam rumah tangga/masyarakat yaitu :

A. Penyebab Faktor Ekonomi

1. Pendapatan

Pendapatan yang meningkar tentu saja biasanya otomatis diikuti dengan peningkatan pengeluaran konsumsi. Contoh : seseorang yang tadinya makan nasi aking ketika mendapat pekerjaan yang menghasilkan gaji yang besar akan meninggalkan nasi aking menjadi nasi beras rajalele. Orang yang tadinya makan sehari dua kali menjadi tiga kali ketika mendapat tunjangan tambahan dari pabrik. 2. Kekayaan.

Orang kaya yang punya banyak aset riil biasanya memiliki pengeluaran konsumsi yang besar. Contohnya seperti seseorang yang memiliki banyak rumah kontrakan dan rumah kost biasanya akan memiliki banyak uang tanpa harus banyak bekerja.


(48)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Dengan demikian orang tersebut dapat membeli banyak barang dan jasa karena punya banyak pemasukan dari hartanya.

3. Tingkar bunga

Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena orang lebih tertarik menabung di bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibandingkan dengan membelanjakan banyak uang.

4. Perkiraan masa depan

Orang yang was – was tentang nasibnya di masa yang akan datang akan menekan konsumsi. Biasanya seperti orang yang mau pensiun, punya anak yang butuh biaya sekoah, ada yang sakit butuh biaya perobatan, dan lain sebagainya.

B. Penyebab Faktor Demografi

1. Komposisi Penduduk

Dalam suatu wilayah jika jumlah orang yang usia kerja produktif banyak maka konsumsinya akan tinggi. Bila yang tinggal di kota ada banyak maka konsumsi suatu daerah akan tinggi juga. Bila tingkat pendidikan sumber daya manusia di wilayah itu tinggi – tinggi maka biasanya pengeluaran wilayah tersebut menjadi tinggi.

2. Jumlah penduduk

Jika suatu daerah jumlah orangnya sedikit sekali maka biasanya konsumsinya sedikit. Jika orangnya ada sangat banyak maka konsumsinya sangat banyak pula.


(49)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

C. Penyebab / Faktor lain

1. Kebiasaan Adat Sosial Budaya

Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat istiadat untuk hidup sederhana biasanya akan memiliki tingkat konsumsi yang kecil. Sedangkan daerah yang memiliki kebiasaan gemar pesta adat biasanya memiliki pengeluaran yang besar. 2. Gaya Hidup Seseorang

Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat pengeluaran yang tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang mewah dan gemar berhutang baik kepada orang lain maupun dengan kartu kredit.


(50)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

2.5 Suku Bunga

2.5.1 Defenisi dan pengertian

Pengertian dasar dari tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Pengertian tingkat suku bungan sebagai harga ini bisa juga dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi pertukaran antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah nanti (Boediono, 1998 :75)

Menurut Nopirin (2000 : 176), tingkat suku bunga memiliki fungsi alokatif dalam perekonomian khususnya penggunaan uang dan modal. Maksudnya tingkat suku bunga dapat dikatakan sebagai balas jasa suatu alokasi tertentu terhadap si pemilik modal atau uang.

2.5.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi suku bunga

Faktor – faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah :

1. Kebutuhan dana

Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi adalah dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Dengan meningkatnya suku bunga pinjaman akan menarik nasabah untuk menyimpan uang di bank. Dengan demikian kebutuhan bank akan dana cepat terpenuhi.

2. Persaingan

Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam arti untuk bunga


(51)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

simpanan 16% per tahun, maka jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan dinaikkan diatas bunga pesaing misalnya 17% per tahun. Namun sebaliknya bunga pinjaman harus berada di bawah pesaing.

3. Kebijaksanaan pemerintah

Dalam kondisi tertentu pemerintah dapat menentukan batas maksimal dan minimal suku bunga, baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman. Dengan ketentuan batas minimal atau maksimal bunga simpanan maupun bunga pinjaman, bank tidak boleh melebihi batas yang sudah ditetapkan pemerintah.

4. Target laba yang diinginkan

Merupakan besarnya keuntungan yang diinginkan oleh bank. Jika laba yang diinginkan besar, maka bunga pinjaman juga besar, demikian pula sebaliknya, oleh karena itu pihak bank harus hati – hati dalam menentukan persentase laba atau keuntungan yang diinginkan.

5. Jangka waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya. Hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko di masa mendatang. Demikian pula sebaiknya jika pinjaman berjangka pendek, maka bunganya relatif rendah.

6. Kualitas jaminan

Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Bagi jaminan yang likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro yang dibekukan akan lebih mudah dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan tanah.


(52)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

7. Reputasi perusahaan

Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit juga sangat menentukan suku bunga yang dibebankan nantinya. Biasanya perusahaan bonafid kemungkinan resiko kredit macet di masa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.

8. Produk yang kompetitif

Artinya produk yang dibiayai kredit tersebut laku di pasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kompetitif. Hal ini disebabkan tingkat pengembalian kredit terjamin, karena produk yang dibiayai laku di pasaran.

9. Hubungan baik

Biasanya pihak bank menggolongkan nasabah menjadi dua yaitu nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan pada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank, sehingga dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.

10.Jaminan pihak ketiga

Yaitu pihak yang memberikan jaminan kepada bank untuk menanggung segala resiko yang dibebankan kepada penerima kredit. Biasanya pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitasnya terhadap bank, sehingga bunga yang dibebankan juga berbeda. Jika penjamin pihak ketiga kurang bonafid atau tidak dapat dipercaya maka mungkin tidak dapat digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh pihak perbankan.


(53)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.


(54)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mengenai Pertumbuhan Ekonomi di sektor industri Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu Perdagangan Internasional yang meliputi Ekspor dan Impor periode 1987-2006.

3.2 Jenis Dan Sumber Data

a. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder (time series data). Dalam kurun waktu time series data adalah 20 tahun (dari tahun 1987 sampai 2006).

b. Sumber data : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara dan Bank Indonesia Cabang Medan, serta berbagai situs yang berhubungan dengan penelitian.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan pencatatan langsung mengenai data yang dipergunakan seperti data ekspor Indonesia, impor Indonesia serta data pertumbuhan ekonomi Indonesia, dalam bentuk time series data dari tahun 1987-2006 (20 tahun).

3.4 Pengolahan Data


(55)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

3.5 Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan model ekonometrika. Metode analisis yang dipakai dalam model adalah metode OLS (Ordinary Least Squares) atau Metode Kuadrat Terkecil Biasa. Metode ini dikemukakan oleh Carl Friedrich Gauss. Metode OLS adalah metode analisis regresi yang paling kuat dan populer.menentukan hubungan yang berlaku diantara ekspor dan impor terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ekspor, PMA, Konsumsi dan Tingkat Suku Bunga sebagai variabel-variabel independen yang mempengaruhi Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagai variabel dependen dapat dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut:

Y= f(X1,X2) ... 1

Dengan spesifikasi model ekonometrika:

Y=α+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+µ ... 2

dimana:

Y : Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang diproxy dengan PDB

Indonesia berdasarkan harga konstan (Rp. Milyar)

α : Intercept

β1, β2 : Koefisien regresi

X1 : Ekspor sektor industri (US $ Juta)

X2 : Tingkat suku bunga (%)

X3 : Penanaman Modal Asing Sek. Industri (US $ Juta)

X4 : Konsumsi (Rp. Milyar)


(56)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Dengan hipotesis sebagai berikut:

1.

1

dX dY

> 0, terdapat hubungan positif antara variabel X1 (Ekspor sektor industri)

terhadap variabel Y (Pertumbuhan Ekonomi Indonesia), ceteris paribus. 2.

2

dX dY

> 0, terdapat hubungan negatif antara variabel X2 (tingkat suku bunga) terhadap

variabel Y (Pertumbuhan Ekonomi Indonesia), ceteris paribus. 3.

3

dX dY

> 0, terdapat hubungan positif antara variabel X3 (Penanaman Modal Asing)

terhadap variabel Y (Pertumbuhan Ekonomi Indonesia), ceteris paribus. 4.

4

dX dY

> 0, terhadap hubungan positif antara variabel X4 (Konsumsi) terhadap variabel

Y (Pertumbuhan Ekonomi Indonesia), ceteris paribus.

3.6 Test Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)

Untuk melihat goodness of fit dari hipotesis tersebut maka perlu dilakukan uji statistik, yaitu:

3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variasi variabel-variabel independen secara bersama mampu memberi penjelasan mengenai variasi variabel dependen.


(57)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

3.6.2 Uji t-statistik (Uji Parsial)

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel independen secara individu (parsial) dan variabel dependen signifikan atau tidak.

Rumus untuk memperoleh nilai t-hitung:

i i

Sb b b hitung

t− = −

Keterangan :

bi = koefisien variabel independen ke-i

b = nilai hipotesis nol

Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i Hipotesis :

H0 : = 0

Ha : ≠ 0

Kriteria Pengambilan Keputusan:

H0 diterima apabila t-hitung > t-tabel

Ha diterima apabila t-hitung < t-tabel


(58)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Uji F (uji serempak) ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara seluruh variabel independen secara serempak (bersama-sama) terhadap variabel independen.


(59)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Rumus untuk memperoleh F-hitung : k n R k R hitung F − − − = − / ) 1 ( 1 / 2 2 Keterangan :

R2 = koefisien determinasi

k = jumlah variabel independen ditambah intercept dari model persamaan. n = jumlah sampel

Hipotesis :

H0 :

β

1 =

β

2 =0

Ha :

β

1 ≠

β

2 ≠0

Kriteria Pengambilan Keputusan:

H0 diterima apabila F-hitung < F-tabel

Ha diterima apabila F-hitung > F-tabel

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.1 Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu fenomena yang terjadi pada model regresi jika dua atau lebih variabel independen cenderung berubah dengan pola yang sama. Variabel-varabel tersebut biasanya punya hubungan yang sangat erat dan tidak mungkin dianalisis secara terpisah pengaruhnya terhadap variabel dependen.


(60)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Pengaruhnya terhadap nilai taksiran :

• Nilai-nilai koefisien tidak mencerminkan nilai yang benar.

Karena standar errornya tinggi maka kesimpulan tidak dapat diambil melalui

t-test.

T-test tidak dapat dipakai untuk menguji keseluruhan hasil taksiran.

• Tanda yang diharapkan pada hasil taksiran koefisien akan bertentangan menurut teori.

Adapun cara mengatasinya:

• Salah satu variabel independen jangan diikutsertakan dalam menaksir model. Tetapi harus diperhatikan mungkin variabel tersebut secara teori berhubungan terhadap variabel dependen maka hasil taksiran menjadi bias.

• Mendefinisikan kembali variabel-variabel tersebut.

• Mencari informasi-informasi teori-teori yang berlaku.

• Penambahan data-data.

3.7.2 Autokorelasi

Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan waktu) atau ruang (seperti dalam data cross sectional). Model regresi linear klasik mengasumsikan autokorelasi tidak terdapat di dalamnya disturbansi atau gangguan ui

(Gujarati, 1988: 201). Dilambangkan dengan :


(61)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Menurut Tintner, autokorelasi adalah korelasi ketinggalan waktu (lag correlation) suatu deretan tertentu dengan dirinya sendiri, tertinggal oleh sejumlah unit waktu. Faktor-faktor yang menyebabkan autokorelasi terjadi :

• Spatial autokorelasi

Pengaruh yang berkelanjutan (Prolonged Influence of Shocks)

Inersia (Psychological Conditioning)

• Manipulasi data

Bias spesifikasi (Miss Specification) yaitu terjadi karena tidak disertakannya variabel independen yang berhubungan.

Terdapat beberapa cara untuk menguji keberadaan autokorelasi:

• Dengan menggunakan atau memplot grafik

• Dengan D-W Test (Uji Durbin Watson)

D-W Test (Uji Durbin-Watson)

D-W test digunakan untuk mengetahui apakah dalam model terdapat autokorelasi ataupun antara disturbance error-nya.

− − − − = n t t t et e e DW 1 2 1 2 2 1 1 * ) ( ) (


(1)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

masyarakat lebih banyak berinvestasi dibandingkan menyimpan atau menabungkan uangnya.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan oleh penulis sebagai bahan pertimbangan, yaitu:

1. Melihat pengaruh positif dari kenaikan ekspor terhadap kenaikan pertumbuhan ekonomi, maka pemerintah diharapkan lebih untuk dapat memberikan/mengeluarkan kebijakan – kebijakan yang dapat lebih meningkatkan ekspor, seperti kebijakan perpajakan dalam bentuk pembebasan, keringanan atau pengembalian pajak ekspor untuk barang – barang ekspor tertentu dan memberikan fasilitas kredit perbankan yang murah untuk mendorong peningkatan ekspor barang – barang tertentu.

2. Sebagai salah satu faktor yang berpengaruh nyata terhadap PDB selayaknya pemerintah memberikan perhatian yang lebih terhadap penanaman modal asing sehingga pada tahun – tahun mendatang sektor ini dapat memberikan kontribusi yang lebih besar lagi. Bentuk perhatian tersebut dapat diaplikasikan dengan memberikan kenyamanan dan keamanan serta kemudahan untuk berinvestasi di Indonesia. Dan menjaga kondisi iklim ketenagakerjaan yang menunjang kegiatan usaha secara berkelanjutan.

3. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan sudah selayaknya membuat suatu kebijakan yang dapat merangsang investor dalam negeri untuk meningkatkan penanaman modalnya dan hal tersebut dapat berjalan secara terus – menerus.


(2)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

4. Dapat disimpulkan bahwa tingginya kontribusi konsumsi pemerintah terhadap PDB karena efektivitas dari pemanfaatan konsumsi tersebut, sehingga kedepannya pemerintah dapat lebih efektif lagi dalam pemberdayaan konsumsi tersebut agar kontribusi dari sektor ini akan berpengaruh lebih besar lagi.

5. Disarankan agar selanjutnya penelitian – penelitian mengenai hal- hal yang sudah dijelaskan oleh penulis dalam penulisan ini dapat mengambil variabel – variabel lain, sehingga dapat menambah atau membuka wawasan kita bersama.


(3)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Sritua, 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Boediono, 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Yogyakarta: BPFE UGM Yogyakarta. Gujarati, Damodar. 1988. Ekonometrika Dasar, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hady, Hamdy, 2001. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan Keuangan

Internasional, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Miraza, Bachtiar Hassan, 2006. Perjalanan Moneter dan Perbankan, Perkembangan

Moneter Indonesia 2000-2005, Medan: USU press.

Nopirin, 2000. Ekonomi Moneter, Yogyakarta: BPFE UGM Yogyakarta.

Rachbini, Didik J, 2000. Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral, Jakarta: PT. Mardi Mulya.

Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung, 2001. Teori Ekonomi Makro Suatu

Pengantar, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sukirno, Sadono, 2003. Teori Pengantar Makro Ekonomi Divisi Buku Perguruan

Tinggi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Waluyo, Dwi Eko, 2004. Teori Ekonomi Makro, Malang: UMM Press Universitas Muhammadiyah Malang.


(4)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Wijaya, Farid, 2000. Pengantar Ekonomi Pembangunan, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Lain-lain: www.bi.go.id.


(5)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Lampiran 1: Data Statistik PDB Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku dan Ekspor Indonesia.

Tahun

PDB Berdasarkan Harga Berlaku

(Rp. Miliar)

Ekspor (US $ Juta)

1987 114.518,50 17,206

1988 142.104,80 19,509

1989 167.184,70 22,974

1990 195.507,20 26,807

1991 227.450,20 29,635

1992 259.884,50 33,796

1993 302.017,80 36,607

1994 379.209,40 40,223

1995 452.380,80 47,454

1996 532.630,80 50,188

1997 624.337,10 56,297

1998 955.753,40 50,371

1999 1.099.731,60 51,241

2000 1.389.769,60 65,408

2001 1.684.280,50 57,364

2002 1.863.274,70 59,165

2003 2.036.351,90 64,109

2004 2.295.826,20 70,767

2005 2.784.960,40 86,995


(6)

Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Lampiran 2: Hasil Pengolahan Data E-Views 4.1

Dependent Variable: PDB1 Method: Least Squares Date: 03/05/09 Time: 19:18 Sample: 1987 2006

Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 151035.3 214129.8 0.705345 0.4922

KONSUMSI 3017.814 418.3934 7.212862 0.0000

EKSPORT 0.058431 0.071431 0.818008 0.4271

PMA 23.11740 12.07488 1.914504 0.0762

T. BUNGA -3408.455 5906.720 -0.577047 0.5731

DAMMY -152648.6 102477.6 -1.489580 0.1585

R-squared 0.989687 Mean dependent var 876286.3

Adjusted R-squared 0.986003 S.D. dependent var 830719.5

S.E. of regression 98280.59 Akaike info criterion 26.07237

Sum squared resid 1.35E+11 Schwarz criterion 26.37109

Log likelihood -254.7237 F-statistic 268.6919

Durbin-Watson stat 1.873124 Prob(F-statistic) 0.000000