Tinjauan Yuridis Kewenangan Penerimaan Pegawai Baru oleh Pimpinan BNI (Persero, Tbk) Kantor Wilayah Pemuda Medan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemimpin merupakan salah satu intisari manajemen, sumber daya pokok, dan
titik sentral dari setiap aktivitas yang terjadi dalam suatu perusahaan. Bagaimana
kreativitas dan dinamikanya seorang pemimpin dalam menjalankan wewenang
kepemimpinannya yang akan sangat menentukan apakah tujuan perusahaan dapat
dicapai atau tidak. Pemimpin yang dinamis dan kreatif maka organisasi yang
dipimpinnya juga akan semakin dinamis dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan
semakin banyak.1
Proses dalam pemilihan pegawai BNI Pemuda adalah melalui prosedur yang
berlaku yakni pengumuman, pengumpulan berkas dokumen, pemanggilan calon yang
memenuhi kualifikasi.
Dalam struktur perusahaan yang semakin kompeks tidak jarang pimpinan
Chief Executive Officer (CEO) mendelegasikan kewenangan pemilihan langsung
pegawai BNI pemuda tersebut sebagai hal keputusan bisnis. Dalam iklim usaha yang
semakin kompetitif, tidak jarang pimpinan juga harus mengambil keputusan yang
bijaksana dan berbeda dari prosedur penerimaan pegawai BNI Pemuda untuk dapat
bersaing dengan kompetitornya, tentunya hal ini berpotensi merugikan beberapa
pihak yang terkait dalam usaha jasa perbankan BNI pemuda dan beberapa divisi
1


H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Bumi Aksara,
Jakarta, 1999, hal. 42

1

Universitas Sumatera Utara

2

seperti materil dari anggaran perusahaan untuk segala sesuatu yang terkait dengan
kesejahteraan pada calon pegawai yang terpilih, sebab BNI merupakan Perusahaan
Perseroan.
Perusahaan Perseroan yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang
berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau
paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik
Indonesia yang tujuan utamanya adalah bagaimana supaya perusahaan beruntung.2
Pada perusahaan besar, terutama pada perusahaan yang memperkerjakan
manajer profesional.Benturan kepentingan dapat terjadi terutama dengan dewan
komisaris yang berkewajiban melindungi kepentingan pemegang saham,sering

dipertanyakan apakah kepentingan pemilik sebagai pemegang saham selalu dapat
dikompromikan dengan kepentingan masyarakat. Meningkatkan laba perseroan
adalah sejalan dengan kemauan semua pihak, karena secara langsung dan tidak
langsung akan dapat menambah kemakmuran masyarakat, baik pemegang saham,
pimpinan, karyawan, dan masyarakat melalui sistem perpajakan atau partisipasi
perseroan seperti memberikan bantuan, lapangan kerja, pengembangan ilmu melalui
penelitian, dan sebagainya.3
Kerugian yang timbul adalah muara dari kegiatan pengambil keputusan yang
berpotensi tidak tepat, dan juga merupakan unsur yang terdapat pada uraian yang

2

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Pasal 1 ayat

(2)
3

Moenaf H. Regar, Dewan Komisaris peranannya sebagai organ perseroan, Bumi Aksara,
Jakarta, 2000, hal. 35


Universitas Sumatera Utara

3

dikemukakan di atas. Dalam hal ini harus disamakan persepsi yang tepat dan baik
pada Pimpinan BNI Pemuda Medan sebagai pengambil keputusan untuk melakukan
suatu

tindakan

yang

berpotensi

merugikan

keuangan

perusahaan


secara

tidaklangsung, dan memberikan keuntungan bagi pihak tertentu ataupihak lain.
Hal yang sebaiknya diperhatikan oleh pimpinan BNI pemuda Medan adalah
bagaimana cara mengurangi potensi agar penerimaan melalui pemilihan pegawai
tidak terlihat seolah-olah berlaku keadaan yang akan terproyeksi/tergambar
kedepannya merugikan perusahaan secara materil, pengawasan intern tentu saja akan
dilakukan namun acap kali kebijakan pengawasan intern ini tetap saja berseberangan
dengan keinginan bank dalam meningkatkan kualitas layanannya.
Landasan paling mendasar manajemen sumber daya manusia adalah analisis
pekerjaannya, yaitu secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis informasi
tentang isi, konteks, dan persyaratan manusiawi pekerjaan. Banyak kepentingan yang
ada menganalisis pekerjaan berasal dan pekerjaan yang diharuskan atas aktivitas
tersebut oleh pengadilan dan pihak lain. Defensibilitas sah atau tidaknya prosedur
perekrutan dan seleksi seorang pekerja, sistem penghargaan kinerja, tindakan disiplin
karyawan danpraktik gaji, terletak pada bagian dasar analisis pekerjaan. Dalam
beberapa kasus pengadilan, keputusan tidak menguntungkan pemberi kerja karena
hakim menganggap proses dan praktik sumber daya manusia tidak berkaitan dengan
pekerjaan. Pentingnya penggunaan analisis pekerjaan untuk membuktikan kebenaran
aktivitas sumber daya manusia harus ditekankan.4


4

Sedarmayanti, Sumber Daya Manusia, Refika Aditama, Bandung, 2009, hal. 10

Universitas Sumatera Utara

4

Tanpa karyawan yang berkualitas, organisasi memiliki kemungkinan lebih
kecil untuk berhasil. Organisasi biasanya menolak sebagian besarpelamar. Dalam
beberapa situasi, sekitar lima dari enam pelamar untuk pekerjaan tersebut ditolak.
Perspektif paling baik mengenai seleksi dan penempatan berasal dari dua kebenaran
sumber daya manusia tidak dapat disangkal dengan jelas menyebutkan pentingnya
seleksi pekerjaan yang efektif. Penempatan adalah penempatan/pemilihan seseorang
ke posisi pekerjaan yang tepat. Kesesuaian orang dan pekerjaan adalah mencocokkan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan orang dengan karakteristik pekerjaan.5
Penerapan prinsip Business Judgment Rule dalam Undang-Undang Nomor 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas juga mutatis mutandis berlaku bagi Dewan
Komisaris Perseroan sebagaimana diatur dalam Pasal 114 dan Pasal 115 UndangUndang tersebut. Walaupun secara teori prinsip business judgment rule tidak dikenal

pada Dewan Komisaiis, karena system common law menganut single board officer
yaitu pengurusandan pengawasan dilakukan oleh CEO (Chief Executive officer)
perseroan6
Dalam perkembangan baru saat ini yang mulai memandang penting penerapan
prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan benar (Good CorporateGovernance), di
samping kepentingan Pemegang saham dan kepentingan Perseroan Terbatas (PT)
sendiri, masih ada kepentingan lain dalam PT, seperti kepentingan karyawan,
kepentingan pihak ke tiga atau kreditor, kepentingan Negara dan sebagainya. Filosopi
5

Ibid., hlm.38
http://dimarzuliaskimsah.blogspot.com/2011/03/prinsip-business-judgement-rule-dan.html,
terakhir diakses tanggal 18 April 2012
6

Universitas Sumatera Utara

5

pengaturan demikian adalah bertujuan memberikan perlindungan hukum kepada

Perseroan dan sekaligus kepada Pemegang Saham secara intern. Jika Pemegang
saham ataupihak ketiga atau orang di luar PT ada yang merasa dirugikan atas
perbuatan Direksi, makapihak tersebut berdasarkan alas hak umum“perbuatan
melawan hukum” ex Pasal 365 KUHPerdata dapat melakukan gugatan ke Pengadilan
Negeri terhadap Direksi yang bersangkutan.7
Dinamakan perbuatan melawan hukum apabila perbuatan itu bertentangan
dengan hukum pada umumnya. Hukum bukan saja berupa ketentuan-ketentuan
undang-undang, tetapi juga aturan-aturan hukum tidak tertulis, yang harus ditaati
dalam hidup bermasyarakat. Kerugian yang ditimbulkan itu harus disebabkan
perbuatan yang melawan hukum itu; antara lain kerugian-kerugian dan perbuatan itu
harus ada hubungannya yang langsung kerugian itu disebabkan karena kesalahan
pembuat. Kesalahan adalah apabila pada pelaku ketidaksengajaan atau kealpaan
(kelalaian). Perbuatan melawan hukum tidak hanya terdiri atas satu perbuatan, tetapi
juga dalam tidak berbuat sesuatu. Dalam KUHPerdata ditentukan pula bahwa setiap
orang tidak saja bertanggung jawab terhadap kerugian yang disebabkan karena
perbuatannya sendiri, tetapi juga terhadap kerugian yang ditimbulkan karena
perbuatan orang-orang yang ditanggungnya, atau karena barang-barang yang berada
dibawah pengawasannya.8

7


Buletin Hukum Perbankan Dan Kebanksentralan, Volume 2 Nomor 3, Desember 2007
http://www.pnpm-perdcsaan.or.id/downloads/Perbuatan%20Melawan%20Hukum.pdf.
Diakses pada tanggal 18 April 2012
8

Universitas Sumatera Utara

6

Manusia pada proporsi yang sebenarnya dengan segala kekurangannya, yang
sering mengalami pencapaian atau harapan dari prediksi yang dirancang. Seorang
direksi, bagaimanapun tidak mungkin selalu benar dalam menjalankan usahanya
karena kekeliruan (error) adalah kelengkapan manusia. Jadi sudah tidak sepantasnya
jika seorang direktur perseroan tidak digeneralisir untuk bertanggung jawab atas
kesalahan dalam mengambil keputusan (mere errors of judgement) tanpa
mempertimbangkan unsur manusiawinya.
Doktrin business judgement rule memberikan perlindungan kepada direksi
perseroan atas kemungkinan adanya kesalahan yang diakibatkan oleh suatu keadaan
yang wajar dan manusiawi. Aturan ini memberi kekebalan kepada manajemen dari

tanggung jawab perusahaan yang diambil dalam hal kekuasaan perusahaan dan
wewenang manajemen dimana terdapat dasar-dasar yang masuk akal untuk
mengindikasikan bahwa transaksi tersebut dilakukan dengan hati-hati dan beritikad
baik.9
Perseroan terbatas sebagai badan hukum perdata (privat) yang mempunyai
status kemandirian (persona standi judicio) sudah tentu memiliki identitas sendiri
hukum tertentu. Identitas hukum korporasi atau perusahaan terpisah dari identitas
hukum para pemegang sahamnya, direksi, jabatan komite lainnya seperti CEO (Chief
Executive officer) maupun organ-organ lainnya dalam kaidah hukum perdata atau
(civil law).10

9
Henry Campbell Black, Black ’s Law Dictionary sixth Edition.(West Kellgg Boulevard,
ST.Paul Minn, Publishing,C0, 1990), hlm.200
10
Bismar Nasution, Pertanggungiawaban Direksi Dalam PengelolaanPerusahaan,
disampaikan pada Seminar Nasional Sehari dalam Rangka Menciptakan Good Corporate Governance
Pada Sistem Pengelolaan dan Pembinaan PT (Perscro) BUMN “Optimalisasi Sistem Pengelolaan

Universitas Sumatera Utara


7

Secara prinsip, pelaku perbuatan melawan hukum telah melakukan perbuatan
yang mengakibatkan yang bersangkutan wajib mengganti kerugian (moril dan
materil) terhadap pihak-pihak yang telah dirugikan sebagaimana yang diatur dalam
pasal 1365 KUHPerdata. Apa yang membedakan antara perbuatan melawan hukum
dengan wanprestasi? Berbicara tentang perbuatan melawan hukum tentunya akan
menghadapkan kita pada hal menentukan apakahsuatu perbuatan itu merupakan
perbuatan melawan hukum atau wanprestasi. Hal ini terjadi karena mungkin saja hal
yang kita nilai sebagai perbuatan melawan hukum ternyata hanya merupakan
wanprestasi semata terjadi apabila seorang yang telah ditetapkan prestasi sesuai
dengan perjanjian tersebut tidak melaksanakan atau tidak memenuhi prestasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Untuk itu penelitian ini menekankan direksi dalam melakukan kegiatan dan
dinamika yang terjadi dalam perusahaan sebagian besar ditentukan pimpinan
perusahaan. Sebagai organ yang bersentuhan langsung dengan pelaksanaan kegiatan
perseroan direksi cukup rentan melakukan sejumlah kelalaian ataupun kesalahan yang
mengakibatkan dirinya atau perseroan yang dijalankannya terjerat persoalan
hukum,seperti perkara yang sifatnya sepele kelalaian membubuhkan tanda tangan.11

Dalam hal para pemilik dan direktur berada pada posisi yang tidak terlindungi
(exposed position) maka tanggung jawab secara pribadi kepada akibat - akibat hukum
Pengawasan,Pembinaan Dan Pertanggungjawaban Keberadaan PT (Persero) DilingkunganBUMN
Ditinjau Dari Aspek Hukum Dan Transparansi” diselenggarakan oleh Inti Sarana Informatika, Hotel
Borobudur Jakarta, Kamis, 8 Maret 2007
11
Orinton Purba, Petunjuk Praktis bagi RUPS.Komisaris, Direksi Perseroan Terbatas Agar
Terhindar Dari Jerat Hukum, Penebar Swadaya Group, Jakarta, 2011, hal. 10

Universitas Sumatera Utara

8

dari perbuatan.12 Direksi merupakan organ yang mewakili kepentingan perseroan
sebagai subjek hukum mandiri. Tugas dan tanggung jawab pengurusan dan
perwakilan yang dimiliki direksi itu bersumber pada dua hal, yaitu ketergantungan
perseroan (pada direksi dipercayakan dengan kepengurusan dan perwakilan perseroan
dan perseroan adalah sebab jadi keberadaan (raison d'etre) direksi, apabila tidak ada
perseroan, juga tidak ada direksi. Karena itu, tepat dikatakan bahwa antara perseroan
dan direksi terdapat fiduciary relationship (hubungan kepercayaan) yang melahirkan
fiduciary duties bagi para anggota direksi. Di samping itu, pengurusan dan
perwakilan perseroan dilakukan direksi juga berpedoman pada kemampuan
dankehati-hatiannya dalam bertindak (duty of skill and care).13
Otonomi direksi dibatasi oleh asas kepantasan, sepanjang direksi telah
menjalankan kepengurusan secara pantas, maka hal itu tidak menyalahgunakan atau
melanggar otonomi yang diberikan.14
Kebebasan bergerak dirasakan sangat penting guna memanfaatkan peluang
ekonomi sedapat mungkin demi keuntungan perusahaan. Selama direksi telah
menjalankan wewenangnya dalam batas ketentuan undang-undang dan anggaran

12

Direksi dalam UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang ada di Indonesia
pada saat ini sangat kental akan ketentuan-ketentuan corporatelaw yang berasal dari Negara di luar
Indonesia, karena bisnis internasional yang berkembang dengan pesat. Wajar norma hukum Indonesia
mengenai kebijiakan dunia usaha yang dipimpin seorang Direksi dalam Perseroan Terbatas
dipengaruhi oleh Negara-negara adi daya yang pada umumnya menganut system hukum comman law.
13
Fred B.G. Tumbuan, Fiduciary Duties Direksi Perseroan Terbatas menurut UndangUndang No.40 Tahun 2007, Pusat Pengkajian Hukum, News Letter No. 23, Jakarta, 2001, hal. 3-4
14
Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas. Penerbit Citra Aditya Bakti,
Surabaya, 1996, hal. 9

Universitas Sumatera Utara

9

dasar, direksi berhak untuk tidak mematuhi perintah-perintah atau instruksi-instruksi
dari organ lain baik dari komisaris maupun dari RUPS.15
Oleh sebab itu direktur harus mengetahui tugas dan tanggung jawabnya
kepada perusahaan untuk menghindari hal yang diatas.Hal ini berkaitan dengan
prinsiptanggung jawab direktur atau yang sering disebutfiduciary duty.16
Pengurusan dapat pula dilakukan secara terbuka maupun secara diam-diam
dan harus ada kebulatan persetujuan diantara para sekutu, sedangkan sebaliknya
perbuatan pemeliharaan tidaklah diharuskan menurut sistem BW Buku III titel 8,
asalkan pengurus dengan secara jujur dan itikad baik (te goeder trouw) melakukan
pemeliharaan, dan mengindahkan kepentingan bersama para anggota sekutu
seluruhnya, sedangkan para pengurus “gerant statutaire” yang lebih dari satu orang,
maka mereka sebaiknya membagi-bagikan tugasnya, dan diatur dalam suatu
peraturan pendiriannya dengan melakukan syarat-syarat yang ditetapkan oleh
ketentuan pasal 1637 KUHPerdata. Jika beberapa persero telah ditugaskan melakukan
pekerjaan kepengurusan, dengan tidak ditentukan apakah yang menjadi pekerjaannya
masing-masing atau dengan tidak ditentukan bahwa yang satu tidak diperbolehkan
untuk melakukan sesuatu apapun jika tidak bersama sama bertindak dengan temanteman pengurus, maka masing-masing sendirian adalah berkuasa untuk melakukan
segala perbuatan yang mengenai kepengurusan itu.17

15

Ali Ridho, Badan Hukum Dan Kedudukan Hukum Badan Hukum Perseroan, Koperasi,
Yayasan, Wakaf, Alumni, Bandung, 1986, hal. 339
16
ChatamarrasjidAis, Menyingkap Tabir Perseroan (Piercing The Corporate Veil), Penerbit
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 39
17
M. Natzir Said, Hukum Perusahaan Di Indonesia (Perorangan), Alumni, Bandung, l998,
hal. 35

Universitas Sumatera Utara

10

Prinsip ini meletakkan direktur sebagai trustee dalam pengertian hukum trust,
sehingga seorang direktur haruslah mempunyai kepedulian dan kemampuan (duty
ofcare) dan (duty of loyality), itikad baik, loyalitas dan kejujuran terhadap
perusahaannya dengan derajat yang tinggi (high degree).18
Penerapan prinsip fiduciary duty dalam perkembangannya telah menimbulkan
kekhawatiran yang mendalam bagi direktur untuk mengambil keputusan bisnisnya.
Dalam dunia bisnis adalah lazim bagi direktur untuk mengambil keputusan yang
bersifat spekulatif karena ketatnya persaingan usaha. Permasalahan timbul ketika
keputusan bisnis yang diambil ternyata merugikan perusahaan, padahal dalam
mengambil keputusan tersebut, direktur tersebut melakukannya dengan jujur dan
itikad yang baik. Untuk melindungi para direktur yang beritikad baik tersebut maka
muncul teori business judgement rule yang merupakan salah satu teori yang sangat
popular untuk menjamin keadilan bagi para direktur yang mempunyai itikad baik.
Penerapan teori ini mempunyai misi utama, yaitu untuk mencapai keadilan,
khususnya bagi para direktur sebuah perusahaan terbatas dalam melakukan suatu
keputusan bisnis.19
Doktrin Business Judgement Rule dalam ilmu hukum diartikan sebagai
aplikasi spesifik dari standar tingkah laku direktur pada sebuah situasi dimana setelah
pemeriksaan secara wajar, Direktur yang tidak mempunyai kepentingan pribadi
menggunakan serangkaian tindakan dengan itikad baik, jujur dan secara rasional
18

Janet Dine, Company Law, Sweet & Maxwell’s Textbook Series, 2001, hal. 217
Dennis J .Block, The Business judgement Rule Fiduciary Duties of Corporate Directors,
(Prentice hall Law & Business, Third Edition, 1990), hal. 4
19

Universitas Sumatera Utara

11

percaya bahwa tindakannya dilakukan hanya semata-mata untuk kepentingan
perusahaan.
Aplikasi secara implisit atau eksplisit dari teori business judgement rule dapat
dilihat dari pengalaman di kanada dimana pengadilan lebih memfokuskan perhatian
hukum (judicial attention) dari proses pengambilan keputusan daripada hasil dari
(keputusan yang dibuat tersebut. Pengadilan lebih cenderung melihat apakah duty
care sudah dipenuhi, walaupun keputusan tersebut dilihat dari sudut pandang bisnis.
Oleh karena itu, penting bagi direktur untuk menjamin telah dilakukan hal-hal yang
sesuai dengan standar dan prosedur yang terdapat dalam perusahaannya sebelum
mengambil sebuah keputusan bisnis. Tindakan tersebut harus sesuai dan konsisten
dengan aktivitas due diligence yang yang dibutuhkan agar terhindar dari pelanggaranpelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan.Hal ini penting agar direktur
memiliki landasan hukum yang kuat dalam bertindak sesuai dengan Undang-undang
perseroan terhadap segala kewajiban mereka kepada seluruh pemegang saham jika
perusahaannya dinyatakan bersalah karena melanggar Undang-Undang. Dan lebih
penting lagi tindakan diatas mengacu pada keputusan bisnis yang akan memenuhi
secara objektif kenaikan nilai dari perusahaan.
Direksi wajib menjalankan pengurusan peseroan untuk kepentingan perseroan
dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan dengan itikad baik dan penuh
tanggung jawab.20

20

Undang-Undang Perseroan Terbatas N0 40 Tahun 2007.

Universitas Sumatera Utara

12

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, perlu suatu penelitian lebih lanjut
mengenai kewenangan penerimaan pegawai yang akan dituangkan ke dalam judul
tesis “Tinjauan Yuridis Kewenangan Penerimaan Pegawai Baru Oleh Pimpinan BNI
(Persero, Tbk) Kantor Wilayah Pemuda Medan”.
B. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut dalam tesis ini adalah:
1.

Bagaimanakah

pengelolaan oleh Pimpinan BNI Pemuda pada kewenangan

memilih calon pegawai baru untuk menduduki posisi jabatan fungsional ?
2.

Bagaimana penerapan Good Corporate Governance (GCG) yang tampak pada
kewenangan untuk melakukan dalam pemilihan langsung pegawai dari seorang
Pimpinan/CEO BNI Pemuda Medan?

3.

Apa kendala pada pelaksanaan Doktrin Fiduciary Duty ketika Pimpinan/CEO
BNI Pemuda Medan melakukan kewenangan memilih langsung pegawai baru?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diata, maka yang menjadi tujuan
penelitian adalah sebagai berikut:
1.

Untuk mengetahui dan menganalisis pengelolaan perusahaan yang baik oleh
Pimpinan BNI Pemuda pada perilaku kewenangan dalam memilih calon
pegawai.

Universitas Sumatera Utara

13

2.

Untuk mengetahui dan menganalisis uji penerapan Good Corporate Governance
(GCG) yang tampak pada kewenangan untuk melakukan keputusan bisnis dalam
pemilihan langsung pegawai dari seorang Pimpinan BNI Pemuda.

3.

Untuk mengetahui dan menganalisis kendala pada pelaksanaan Doktrin
fiduciaryduty ketika pimpinan BNI Pemuda Medan melakukan kewenangan
memilih/menyeleksi langsung calon pegawai.

D. Manfaat Penelitian
Disamping untuk mengetahui tujuan yang hendak dicapai, penelitian ini juga
diharapkan memberikan manfaat, yaitu:
1.

Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah bahan

pustaka/literatur dalam kewenangan penerimaan pegawai pada perbankan serta
pengelolaan perusahaan yang baikdan mengenai doktrin yang terkandung didalamnya
seperti GCG, Putusan Bisnis (Business Judgement Rules), selain itu penelitian ini
diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitian pada bidang yang sama.
2.

Manfaat Praktis

1.

Manfaat Praktis bagi praktisi hukum adalah agar memberikan penjelasan kepada
masyarakat mengenai pengetahuan hukum perusahaan yang terkait dengan
kewenangan direksi terhadap pengambilan keputusan yang tepat dan penuh
kehati-hatian.

Universitas Sumatera Utara

14

2.

Manfaat praktis bagi masyarakat adalah memberi pengetahuan yang jelas
mengenai hukum perusahaan yang terkait dengan itikad dengan itikad baik,
judgement rule, dan semua yang dapat dijadikan perlindungan terhadap direksi
tersebut.

3.

Manfaat praktisi bagi Notaris adalah memberikan penjelasan singkat kepada
semua yang terkait dengan penghadap yang akan melakukan RUPS dan bersikap
seksama dan mengutamakan keseimbangan diantara para pihak yang melakukan
rapat pada perusahaan tersebut dengan bijaksana dan sesuai substansi hukum
yang berlaku bagi Notaris tersebut.

E. Keaslian Penelitian
Setelah dilakukan pengamatan terhadap Tesis dan disertasi yang ada
diperpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, sepanjang yang diketahui
belum ada suaiu penelitian yang dilakukan oleh oleh mahasiswa Pasca Sarjana
ataupun Orang Lain yang membahas Tinjauan Yuridis Kewenangan Penerimaan
Pegawai Baru Oleh Pimpinan Bni (Persero, Tbk) Cabang Pemuda Medan. Dengan
demikian penelitian ini benar - benar asli dan bukan hasil plagiat dari hasil penelitian
orang lain.
F. Kerangka Teori dan konsepsi
1.

KerangkaTeori
Teori adalah konsep yang digunakan untuk mendefenisikan dan/atau

menjelaskan beberapa fenomena.21 Teori ada1ah menerangkan atau menjelaskan
21

Emzir, Metedologi Kualitatif Analisis Data, PT.Grafindo, Jakarta, 2010, hal. 20

Universitas Sumatera Utara

15

mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi.22 Satu teori harus di uji dengan
menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benaran.23
Landasan

Teori

adalah

suatu

kerangka

pemikiran

atau

butir-butir

pendapat,teori, thesis mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem) yang
dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoretis, yang mungkin disetujui ataupun
tidak disetujui merupakan masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam
penulisian.
Teori adalah suatu sistem yang berisikan proposisi - proposisi yang telah di uji
kebenarannya untuk menjelaskan aneka macam gejala sosial yang dihadapinya dan
memberikan pengarahan pada aktivitas penelitian yang dijalankan serta memberikan
taraf pemahaman tertentu.24 Suatu kerangka terori bertujuan untuk menyajikan caracara untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil penelitian dan
menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian terdahulu.25
Sedangkan Landasan teori menurut M. Solly Lubis adalah suatu kerangka
pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau
permasalahan (problem) yang dapat dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis,
yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang merupakan masukan dalam
membuat kerangka berpikir dalam penulisan .26

22

Wuisman, J.J.J.M, Penelitian Ilmu - ilmu sosial, FE.UI Jakarta, 1996, hal. 203
Soerjono Soekanto, Pengantar penelitian Hukum, UI PRESS, Jakarta, 1998, hal. 3
24
Ibid, hal. 41
25
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta : Jakarta, 1998, hlm.23
26
M.Solly lubis, Filsafat ilmu dan penelitian Hukum Normatf dan Empiris, (Yogyakarta:
PT.Pustaka Pelajar,2010), hal.134
23

Universitas Sumatera Utara

16

Dalam pengelolaan perseroan atau perusahaan, para anggota Direksi dan
komisaris sebagai salah satu organ vital dalam perusahaan tersebut merupakan
pemegang amanah (fiduciary) yang harus berperilaku sebagaimana layaknya
pemegang kepercayaan.27
Sebagai badan hukum atau artificial person, perseroan terbatas mampu
bertindak melakukan perbuatan hukum melalui “wakilnya”. Untuk itu ada yang
disebut “agent” yaitu orang yang mewakili Perseroan serta bertinndak untuk dan atas
nama Perseroan. Karena itu perseroan juga merupakan subjek hukum, yaitu subjek
hukum yang mandiri. Dia bisa mempunyai hak dan kewajiban dalam hubungan
hukum sama seperti manusia biasa atau natural person atau naturalijke persoon, dia
bisa menggugat ataupun digugat, bisa membuat keputusan dan bisa mempunyai hak
dan kewajiban, utang-piutang, mempunyai kekayaan seperti layaknya manusia.28
Allots memandang bahwa hukum sebagai sistem merupakan proses
komunikasi, oleh karena itu hukum menjadi subjek bagi persoalan yang sama dalam
memindahkan dan menerima pesan, seperti sistem komunikasi yang lain. Ciri yang
membedakan hukum adalah keberadaan sebagai fungsi yang otonom dan
membedakan kelompok sosial atau masyarakat politis.Ini dihasilkan/dikenakan oleh
mereka yang mempunyai kompetensi dan kekuasaan yang sah itu. Suatu sistem

27

Bismar Nasution, “Pertanggungjawaban Direksi dalam Pengelolaan Perusahaan”,
http://bismar.wordpress.com/2009/12/23 /, diakses tanggal 29 Desember 2012
28
Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Alumni, Bandung,
2004, hal. 50

Universitas Sumatera Utara

17

hukum tidak hanya terdiri dari norma-norma tetapi juga lembaga-lembaga termasuk
fasilitas dan proses.29
Dalam kaitan teori yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah teori organ
yakni teori yang lahir sebagai reaksi terhadap teori fiksi yang dikemukakan oleh Otto
Von Gierke.Pada pokoknya teori ini mengemukakan bahwa badan hukum merupakan
suatu badan yang membentuk suatu kehendaknya melalui perantaraanalat-alat atau
organ-organ badan tersebut, misalnya anggota-anggotanya atau pengurusnya, seperti
manusia melakukan segala perbuatannya dengan organ-organ tubuhnya. Menurut
teori ini, badan hukum benar-benar ada, berfungsi sama seperti manusia, dan
perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan badan hukum itu sendiri. Tujuan
badan hukum adalah tujuan yang kolektif, terlepas dari tujuan individu-individu yang
menjadi organ-organnya.30
Perseroan Terbatas merupakan badan hukum namun tidak dapat melakukan
perbuatan-perbuatan hukum dengan sendirinya tanpa organ-organ perseroan yang
bertindak untuk dan atas nama perseroan dan tanggung jawab badan hukum.
Perseroan ini memiliki organ-organ selayaknya manusia untuk melakukan tujuan
pendiriannya, sehingga dapat mencapai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha ynag
ingin dicapai oleh Perseroan. Organ-organ Perseroan mencakup 3 (tiga) bagian, yaitu:
a.

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

29

Otje Salman dan Anthon F. Susanto, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan, dan
Membuka Kembali, Refika Aditama, Bandung, 2007, hal. 96.
30
Hardijan Rusli, Badan Hukum dan Bentuk Perusahaan di Indonesia, Huperindo, Jakarta,
1989, hal. 7

Universitas Sumatera Utara

18

Menurut Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang
tidak diberikan kepada Direksi dan Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan
dalam Undang-Undang ini dan/ atau anggaran dasar.
b.

Direksi
Menurut Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, Direksi adalah organ perseroan yang berwewenang dan
bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan,
baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
c.

Dewan Komisaris
Menurut Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas
melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar
serta memberikan nasihat kepada Direksi.
Teori fiduciary duty adalah suatu kewajiban yang ditetapkan undang-undang
bagi seseorang yang memanfaatkan seseorang lain, dimana kepentingan pribadi
seseorang yang diurus oleh pribadi lainnya, yang sifatnya hanya hubungan atasanbawahan sesaat.31
Doktrin fiduciary duty berasal dari sistem hukum Common Law yang berasal
dari Inggris dan hingga kin mempengaruhi sistem hukum negara-negara bekas
jajahannya dan juga dianut di Amerika Serikat.Karena hubungan hukum antara
31

Bismar Nasution, Op. Cit, diakses tanggal 29 Desember 2012

Universitas Sumatera Utara

19

perseroan dan Direksi didasarkan pada doktrin fiduciary duty, maka berdasarkan
doktrin ini Direksi dalam menjalankan kepengurusan mempunyai duty of care dan
duty of loyalty terhadap perseroan.32
Perseroan Terbatas sebagai salah satu subjek hukum (recht person) memiliki
status, kedudukan dan kewenangan yang dipersamakan dengan subjek hukum lainnya
seperti manusia yang memiliki maksud dan tujuan dalam proses pendiriannya namun
tidak dapat bertindak secara sendiri. Keberadaan Perseroan Terbatas sebagai status
badan hukum diperoleh ketika Perseroan Terbatas tersebut telah memperoleh
pengesahan dan pejabat yang berwenang, yang memberikan hak-hak, kewajiban serta
harta kekayaan sendiri bagi Perseroan tersebut, terpisah dari hak, kewajiban, dan
harta kekayaan para pendiri Perseroan Terbatas, para pemegang saham dan para
pengurus Perseroan Terbatas.
Hak dan kewajiban tiap anggota badan hukum ditetapkan dalam peraturanperaturan yang menjadikan badan hukum atau perkumpulan tersebut didirikan atau
diakui, menurut akta pendirian sendiri, perjanjian sendiri, atau peraturan perundangundangan. Para anggota badan hukum sebagai perseorangan tidak bertanggung jawab
atas perjanjian-perjanjian perkumpulannya.Semua hutang perkumpulan itu hanya
dapat dilunasi dengan harta benda perkumpulan.33
Perseroan dan Undang-Undang Perseroan Terbatas (UU Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas) merupakan suatu sistem keberadaan organ-organ
32

Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Jakarta, Kencana, 2009, hal. 152
Frans Satrio Wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris
Perseroan Terbatas (PT), Visimedia, Jakarta, 2009, hal. 4
33

Universitas Sumatera Utara

20

Perseroan yang melakukan kegiatan usaha. Keberadaan organ-organ Perseroan ini
memiliki fungsi dan kedudukan yang telah ditentukan, serta memiliki hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi dan dilakasanakan dengan itikad baik dan penuh
tanggung jawab. Sehingga, wewenang dan tanggung jawab organ-organ Perseroan,
Direksi dapat dibenarkan atau dipersalahkan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang mengaturnya.
Teori Business Judgement Rule yang merupakan salah satu teori yang sangat
populer untuk menjamin keadilan bagi para Direksi yang mempunyai itikad
baik.Penerapan teori ini mempunyai misi utama, yaitu untuk mencapai keadilan,
khususnya bagi para direktur sebuah perusahaan terbatas dalam melakukan suatu
keputusan bisnis, artinya tidak terdapat kepentingan pribadi yang dilakukan oleh
Direksi dalam menjalankan perusahaan.
Menurut

Plato,

keadilan

adalah

“apabila

seorang

itu

menjalankan

pekerjaannya dalam hidup ini sesuai dengan kemampuan yang ada padanya.” Setiap
anggota masyarakat mempunyai tugas-tugasnya sendiri yang khusus dan hendaknya
membatasi pekerjaannya kepada pelaksanaan dari tugas-tugas tersebut.34
Dalam mengurus Perseroan, anggota Direksi tidak boleh sembrono
(carelessly) dan lalai (negligence). Apabila ia sembrono dan lalai melaksanakan
kepengurusan, menurut hukum ia telah melanggar kewajiban berhati-hati (duty care)
atau bertentangan dengan “prudential duty”. Apabila patokan kehati-hatian ini
diabaikan oleh anggota Direksi dalam menjalankan Perseroan, dia dianggap bersalah
34

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung , 2000, hal. 256

Universitas Sumatera Utara

21

melanggar kewajiban mesti melaksanakan pengurusan penuh dengan tanggung jawab.
Tiada maaf bagi seseorang yang menduduki jabatan anggota Direksi dengan gaji dan
tunjangan yang cukup besar, tetapi tidak hati-hati melaksanakan pengurusan
Perseroan.35
Dalam praktek agak sulit untuk membedakan mana suatu perbuatan yang
benar-benar dilakukan dengan itikad baik dan makna perbuatan yang memang sudah
sewajarnya dalam menjalankan tugas yang diembannya, Pada umumnya, setelah
terjadi perseroan menderita kerugian yang merupakan suatu akibat, barulah dapat
diketahui baik atau buruknya perbuatan seseorang.36
Berdasarkan ketentuan dalam pasal-pasal 1365 dan 1366 KUHPerdata,
Direksi secara pribadi dapat ikut dipertanggungjawabkan atas kerugian yang diderita
pihak ketiga karena perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Perseroan.37
Dalam penelitian ini menggunakan Teori fiduciary duty dan Business
Judgement Rule adalah suatu kewajiban yang ditetapkan undang-undang bagi
sescorang yang memanfaatkan seseorang lain, dimana kepentingan pribadi seseorang
yang diurus oleh pribadi lainnya, yang sifatnya hanya hubungan atasan-bawahan
sesaat. Orang yang mempunyai kewajiban ini harus melaksanakannya berdasarkan
suatu standar dari kewajiban (standard of duty) yang paling tinggi sesuai dengan yang
dinyatakan oleh hukum. Sedangkan fiduciary ini adalah seseorang yang memegang

35

M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 378.
Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas, Djambatan, Jakarta, 2007, hal. 86
37
Ningrum Natasya Sirait, Modul Hukum Perusahaan I, Universitas Sumatera Utara, Medan,
2009, hal. 12
36

Universitas Sumatera Utara

22

peran sebagai suatu wakil (trustee) atau suatu peran yang disamakan dengan sesuatu
yang berperan sebagai wakil, dalam hal ini peran tersebut didasarkan kepercayaan
dan kerahasiaan (trust andconfidence) yang dalam peran ini meliputi, ketelitian
(scrupulous), itikad baik (good faith), dan keterusterangan (candor). Fiduciary ini
termasuk hubungan seperti, pengurusatau pengelola, pengawas, atah wali, dan
pelindung (guardian) termasuk juga di dalamnya seorang lawyer yang mempunyai
hubungan fiduciary dengan kliennya. Dalam pengelolaan perseroan atau perusahaan,
para anggota direksi sebagai salah satu organ vital dalam perusahaan tersebut
merupakan pemegang amanah (fiduciary) yang harus berperilaku sebagaimana
layaknya pemegang kepercayaan.38
Doktrin lain yang penting adalah doctrine business judgements rule. Doktrin
ini berkaitan erat dengan doktrin fiduciary duty. Guna mengukur kepercayaan yang
diberikan oleh perseroan kepada direksi, berdasarkan prinsip fiduciary duty, maka
sebagai organ perseroan yang menjalankan kegiatan usaha sebagaimana maksud
dantujuan perseroan, direksi tentu dihadapkan kepada risiko bisnis.Risiko itu
terkadangberada diluar kemampuan maksimal direksi.Oleh karena itu, guna
melindungi ketidakmampuan yang disebabkan oleh adanya keterbatasan manusia,
maka direksi dilindungi oleh doktrin business judgementrule.39
Negara-negara common law seperti Amerika Serikat yang telah mempunyai
standar yang jelas untuk menentukan apakah seurang direktur dapat dimintai

38

Dikutip dari makalah Bismar Nasution “Pertanggungjawaban Direksi Dalam Pengelolaan

Perseroan”
39

Try Widiyono,SH,Sp.N., Direksi Perseroan Terbatas Seri Keberadaan, Tugas, Wewenang,
DAN Tanggung Jawab (EDISI KEDUA), Ghalia Indonesia, Bogor, 2008, hal. 98

Universitas Sumatera Utara

23

pertanggungjawabannya dalam tindakan yang diambilnya, yaitu didasarkan pada
standar duty of loyality dan duly of care.Kewajiban utama dari direktur adalah kepada
perusahaan secara keseluruhan bukan kepada pemegang saham baik seeara individu
maupun kelompok sesuai dengan posisi-seorang direktur sebagai sebuah trustee
dalam perusahaan. Posisi ini mengharuskan seorang direktur untuk tidak bertindak
ceroboh dalam melakukan tugasnya (dutyof care).40
Direksi sebagai salah satu organ atau alat perlengkapan Perseroan, selain
mempunyai kedudukan dan kewenangan mengurus perseroan, juga diberi wewenang
untuk “mewakili” perseroan baik di dalam maupun diluar Pengadilan untuk dan atas
nama Perseroan. Kewenangan ini ditegaskan pada:
Pasal 1 angka 5, Direksi sebagai Organ Perseroan Berwenang mewakili
Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar (AD).
Pasal 99 ayat (1) Direksi mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar
pengadilan.
Kewenangan mewakili itu adalah untuk dan atas nama (for and on behalf)
perseroan. Bukan atas nama dari Direksi, tetapi mewakili perseroan (representative
of the company).41 Ketentuan mengenai direksi secara umum normatif telah diatur
dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, secara yuridis,
disebutkan bahwa direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung
40
41

Janet Dine, Op.cit, 2001, hal 217.
M.Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta : Penerbit Sinar Grafiaka,2009).

Hal. 349

Universitas Sumatera Utara

24

jawab atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud
dan tujuan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan.42
Pengertian kewenangan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan
samadengan wewenang, yaitu hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Hassan
Shadhily menerjemahkan Wewenang (authority) sebagai hak atau kekuasaan
memberikan perintah atau bertindak untuk mempengaruhi tindakan orang lain, agar
sesuatu dilakukan sesuai dengan yang diinginkan.43
Di sini dapat kita lihat bahwa istilah direksi ini dalam beberapa bahasa adalah
sebagai berikut:44
1. Dalam bahasa Inggris “ Director”
2. Dalam bahasa Bclanda “Directie” Directeur, atau Raad Van Bestuuf
3. Dalam bahasa Perancis “Directoire atau Directeuf
4. Dalam bahasa Jerman “Direktor atau Autsichtsraf”
5. Dalam bahasa Spanyol “Director”
Direksi atau disebut juga sebagai pengurus perseroan adalah alat perlengkapan
perseroan yang melakukan semua kegiatan perseroan dan mewakili perseroan, baik di
dalam maupun di luar pengadilan. Dengan demikian, ruang lingkup tugas direksi
ialah mengurus perseroan.45

42

Pasal 1 Ayat (5) Undang-Undang Perseroan Tcrbatas No 40 Tahun 2007.
Tim Penyusun Kamus-Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.Kamus Besar Bahasa
Indonesia,(Balai Pustaka, Jakarta, 1989), hlm. 1170
44
Munir Faudy, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti,
2003), hlm 49
45
Agus Budiarto, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendirian Perseroan, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2002, hlm. 61
43

Universitas Sumatera Utara

25

Banyak landasan hukum sebagai dasar tindakan direksi yang bertindak untuk
dan atas nama perseroan ini, baik berdasarkan teori dan doktrin hukum maupun
dalam perundang-undangan. Dalam bertindak untuk dan atas nama perseroan,direksi
perseroan tidak memerlukan kuasa sebagaimana dimaksud kuasa dalam pasal 1792
sampai dengan 1819 K UHPerdata, tetapi kuasa direksi yang bertindak untuk dan atas
nama perseroan adalah kuasa yang melekat dalam direksi sebagai salah satuorgan
perseroan. Dengan demikian, dalam tindakan hukum perdata, tidak memerlukan
kuasa khusus sebagaimana dimaksud dalam KUHPerdata. Hal ini,sebagaimana
Putusan Mahkamah Agung RI Nomor Reg. 2332 K/Pdt/1985 tanggal 17April 1986,
antara lain memutuskan bahwa perseroan terbatas adalah badan hukum sendiri.
Presiden-Direktur mewakilinya dalam hukum tanpa memerlukan surat kuasa
khusus.46
Untuk membebankan pertanggungjawaban terhadap direktur atau pengurus
korporasi, maka harus dibuktikan adanya pelanggaran terhadap kekuasaan kewajiban
kewenangan yang dimilikinya.Pengurus korporasi dalam hal ini harus dapat
dibuktikan telah melanggar good faith yang dipercayakan padanya dalam menjalan
korporasi atau perusahaan, sebagaimana diaturdalam prinsipfiduciary duty.
Jika terhubungkan dengan identyfication theory dalam wacana common law
sebagaimana telah diuraikan diatas, kesalahan yang dilakukan oleh anggota direksi
atau pejabat korporasi lainnya hanya dapat dibebankan pada korporasi jika memenuhi
syarat:
46

Try Widiyono, Op. cit. hal. 61

Universitas Sumatera Utara

26

a. Tindakan yang dilakukan oleh mereka berada dalam batas tugas atau instruksi
yang diberikan padas mereka.
b. Bukan merupakan penipuan yang dilakukan untuk perusahaan.
c. Dimaksudkan untuk menghasilkan atau mendatangkan keuntungan bagi
korporasi.
Dengan kata lain, jika salah satu syarat ini tidak dipenuhi, maka kesalahan
tersebut tidak dapat dipikul oleh korporasi, namun harus dipikul secara pribadi oleh
organ korporasi yang melakukan tindakan tersebut.
Salah satu cara untuk melihat apakah direksi melakukan pengelolaan
perseroan yang salah atau tidak bersalah adalah menilai apakah mereka gagal
melakukan tugasnya dalam pengelolaan perseroan tersebut. Di samping itu, bisa pula
dilihat dari berbagai kasus yang melibatkan direksi dalam konflik kepentingan
(conflict of interest).
Dalam konteks itu, harus dipisahkan penilaian berkenaan dengan kelalaian
dan incompetence. Hal ini dapat dipahami dari tradisi common law, seperti Amerika
Serikat, dimana terdapat pendapat pengadilan dalam Boyer v. Beran, 49 N.Y.S.2d 2, 6
(1944), yang menyatakan, bahwa “it is unusual for directors to be liable for
negligence in the absence of fraud or personal interest.”Tambahan lagi, berbagai
kasus menjelaskan bahwa dalam mengkritisi pengelolaan perseroan oleh direksi
bukan hanya didasarkan kepada peraturan perundang-undangan, namun dilihat pula
bagaimana direksi melakukan bisinis perseroan.

Universitas Sumatera Utara

27

Dipandang secara sekilas hukum perseroan mengisyaratkan bahwa direksi
harus mengelola perseroan dengan kehati-hatian (care) yang semestinya sebagaimana
halnya para pengemudi harus mengendarai mobilnya dengan penuh kehati-hatian
Hukum perseroan di Indonesia juga telah mengisyaratkan agar direksi
dalammengelola perseroan dengan kehati-hatian.Pasal 85 ayat (1) Undang-UndangPT
menentukan, bahwa “setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik dan penuh
tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan.”Namun
ketentuan Pasal 85 ayat (1) tersebut tidak menjelaskan batasan kehatianhatian.Akibatnya, sulit menentukan kapan direksi perseroan masuk pada kategori
tidak mengelola perseroan dengan kehati-hatian.
2. Kerangka Konsepsi
Konsep berasal dari bahasa latin, conceptus yang memiliki arti sebagai suatu
kegiatan atau proses berpikir, daya berpikir khususnya penalaran dan pertimbangan 47
Konsepsi merupakan salah satu bagian terpenting dari teori konsepsi yang
diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi sesuatu yang
konkrit yang disebut dengan operational definition.48 Oleh karena itu untuk
menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus dirangkum konsep dasar, agar
diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sebagai
berikut:
47

Komaruddin dan Yooke Tjuparmah Komaruddin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, Bumi
Aksara. Jakarta, 2000, hal.122
48
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan berkontrak dan Perlindungan yang seimbang Bagi para
pihak Dalam perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993, hal. 10

Universitas Sumatera Utara

28

a. Seleksi adalah proses pemilihan orang yang memiliki kualifikasi yang dibutuhkan
untuk mengisi lowongan pekerjaan di organisasi. 49
b. Yang dimaksud Kewenangan berupa “kebijakan yang dipandang tepat” adalah
kebijakan yang antara lain didasarkan pada keahlian, peluang yang tersedia, dan
kelaziman dalam dunia usaha sejenis. Kebijakan yang dipandang tepat di dalam
Ps 92 (2) Undang-Undang N0.40/07 ini secara teoritis masuk dalam kategori
“blanket norm” (open norm). Apa yang dimaksud dengan “kebijakan yang
dipandang tepat” hanya diberikan contoh secara demonstratif (tidak limitatif)
dengan kata-kata “antara lain”dan di dalam contoh itu ada kaedah yang
mengatakan bahwa kebijakan secara tepat itu di dasarkan atas “kelaziman dalam
dunia usaha sejenis”. Kelaziman dalam dunia usaha sejenis ini secara teoritis sulit
diberikan kriterianya atau ukurannya. Di dalam praktik tidak tertutup
kemungkinan dapat diberikan tafsiran secara luas atau sempit. Oleh sebab itu
perlu “kearifan” Pengurus sebagai organ Perseroan yang diberi tugas, wewenang
dan tanggung jawab mengurus Perseroan.50
c. Pimpinan /CEO (Chief Executive Officer) BNI Pemuda merupakan Kepala Kantor
Wilayah Pemuda Medan yang mengurus Persero sehari-hari dapat mencapai
prestasi terbesar untuk kepentingan Perseroan, maka ia harus diberi kewenangankewenangan tertentu untuk mencapai hasil yang optimal dalam mengurus
Perseroan.

49
50

Sedarmayanti, Op.cit. hlm.129
“Buletin Hukum Perbankan Dan Kebanksentralan, Volume 2 Nomor 3, Desember 2007

Universitas Sumatera Utara

29

G. Metode Penelitian
Metode

Penelitian

adalah

cara/jalan

atau

proses

pemeriksaan

atau

penyelidikan yang menggunakan cara penalaran dan berpikir yang logis-analitis
(logika) berdasarkan dalil-dalil, rumus-rumus dan teori-teori suatu ilmu atau beberapa
cabang ilmu tertentu, untuk menguji kebenaran atau mengadakan suatu verifikasi
hipotesis atau teori-teori tentang gejala atau peristiwa alamiah, peristiwa sosial atau
peristiwa hukum tertentu.51 Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu suatu penelitian yang bertujuan
untuk mendiskripsikan atau menggambaran dan menganalisis data yang diperoleh
secara sistematis, factual, dan akurat, termasuk didalamnya peraturan-perundang undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori - teori hukum dan praktek
pelaksanaanhukum positif yang menyangkut permasalahan diatas. Pendekatan yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologis/ empiris, yaitu
suatu penelitian hukum yang dilakuan dengan melihat aspek penerapan hukum itu
sendiri ditengah masyarakat.52
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif53
Pendekatan Undang -undang (statute approach) dilakukan dengan menelaah undangundang dan regulasi yang berangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.
51
Alvi Syahrin, Riset dan Penulisan Hukum, Modul, Kelas Khusus Hukum Ekonomi Sekolah
Pasca Sajana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2005), hal.37
52
Bambang Sugono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal.89
53
Soerjono Soekanto, Pengantar penelitian hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta,
1984, hal.51

Universitas Sumatera Utara

30

Bagi penelitian untuk kegiatan praktis, pendekatan undang-undang iniakan membuka
kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari apakah konsistensi dan kesesuaian antara
suatu undang-undang dengan undang-undang lainnya. Hasil dari telaah tersebut
merupakan suatu argumen untuk memecahkan isu yang dihadapi.54
Sedangkan
konseptual

yang

beranjak

dari

terakhir

adalah

pendekatan

pandangan-pandangan

konseptual.Pendekatan

dan

doktrin-doktrin

yang

berkembang di dalam ilmu hukum. Dengan mempelajari pandangan-pandangan dan
doktrin-doktrin ilmu hukum peneliti akan menemukan ide-ide yang melahirkan
pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas asas hukum yang
relevan dengan isu yang dihadapi. Pemahaman akan pandangan-pandangan dan
doktrin-doktrin tersebut merupakan sandaran bagi peneliti dalam membangun suatu
argumentasi hukum dalam memecahkan isu yang dihadapi.55
Doktrin hukum yang

dapat

membenkan

perlindungan

hukum dari

kewenangan tersebut ketika direksi melakukan suatu kreativitas yang mempengaruhi
perusahaan adalah BusinessJudgement Rule, Fiduciary Duty, dan sebagainya.
1.

Metode Pendekatan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif, dan

pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan penelitian kepustakaan
(library research), terhadap bahan - bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan

54

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007,

hal.93-94.
55

Ibid, hal. 95

Universitas Sumatera Utara

31

hukum sekunder, maupun bahan hukum sekunder, yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti.
Metode Penelitian hukum sebagai penelitian Doktrinal (Doctrinal Research),
yaitu; suatu penelitian yang menganalisis hukum, baik yang tertulis maupun yang
didalam buku (law as it is written in the back), maupun hukum sebagai “law at it
isdecided by the judge through judicial process”.56
2. Sumber Data
Berdasarkan sifat penelitian tersebut diatas, maka data yang dikumpulkan
berasal dari studi pustaka yang dihimpun dan diolah dengan melakukan pendekatan
yuridis normatif. Penelitian deskriptif lebih mengutamakan data sekunder atau
Library Research yakni :
a.

Undang - undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Pedoman
Good Corporate Governance, KUHPerdata BW, Undang-Undang RI Nomor 19
Tahun 2003 Tentang BUMN merupakan bahan hukum primer.

b.

Bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer
berupa, hasil penelitian para ahli, hasil karya ilmiah, buku-buku ilmiah, seminar
merupakan bagiandari bahan hukum sekunder pada penelitian ini.

3. Alat Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya secara ilmiah, maka data dalam penelitian ini diperoleh melalui:

56

Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Narmatif dan Perbandingan Hukum ,
disampaikan pada Dialog Interaktif Tentang Penelitian Hukum dan hasil Penelitian Hukum Pada
Majalah Akreditasi, FH USU, Tanggai 8 Februari 2002, hal 2

Universitas Sumatera Utara

32

a. Wawancara kepada pihak-pihak yang ada kaitan dengan permasalahan yang
diteliti.
b. Terhadap data sekunder, pengumpulan data dilakukan dengan cara studi
dokumen, yaitu dengan menghimpun data yang berasal dari kepustakaan yang
berupa peraturan perundang- undangan, buku - buku, makalah, internet, dan datadatayang diperoleh di BNI Pemuda Medan melalui wawancara mempunyai
hubungan dengan permasalahan yang diteliti dalam tesis ini. Wawancara,
dilakukan dengancara wawancara langsung dengan menggunak