Tinjauan Yuridis Kredit Macet pada Perjanjian Kredit Modal Kerja (Studi Kasus pada Bank BNI Cabang Pemuda Medan)

(1)

Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

DILA KHAIRANI LUBIS NIM : 100200036

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TINJAUAN YURIDIS KREDIT MACET PADA PERJANJIAN KREDIT MODAL KERJA

( STUDI PADA BNI CABANG PEMUDA MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

DILA KHAIRANI LUBIS NIM : 100200036

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Dr. H. HASIM PURBA, SH.M.HUM NIP. 196603031985081001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS Puspa Melati Hasibuan, SH, M.Hum NIP:196204211988031004 NIP:196801281994032001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala berkat, nikmat, karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Salawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi dalam menjalankan hidup ini.

Menjadi suatu kewajiban bagi setiap mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk menyusun dan menyelesaikan suatu skripsi, dan untuk itu penulis menyusun suatu skripsi yang berjudul “TINJAUAN YURIDIS KREDIT MACET PADA PERJANJIAN KREDIT MODAL KERJA (STUDI KASUS PADA BANK BNI CABANG PEMUDA MEDAN)” Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof.Dr.Runtung,S.H,M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H. M.Hum, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Syafruddin, S.H. M.H. D.F.M selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Dr. OK Saidin,SH,M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(4)

5. Bapak Dr. H. Hasim Purba S.H. M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan

6. Prof. Dr. Tan Kamello, S.H. MS selaku Dosen Pembimbing I yang telah memeriksa dan memperbaiki kesalahan-kesalahan pada skipsi ini dan kemudian memberikan pengetahuan serta arahan dan nasehat kepada penulis dalam proses awal hingga akhir skripsi ini.

7. Bapak Puspa Melati Hasibuan,SH.,M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis selama proses penulisan skripsi ini.

8. Bapak/Ibu para dosen dan seluruh staf administrasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dimana penulis menimba ilmu selama ini. 9. Bapak Alberth Mangasi R,SH selaku staf legal officer beserta seluruh

staf yang terlibat langsung dalam memberikan data dan informasi yang diperlukan oleh penulis.

10.Buat mama dan papa tercinta H.Ir.Ahmad Syaukani Lubis dan Hj. Jusmah Nst yang telah mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran serta meridhoi langkah penulis untuk menimba ilmu, sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini dengan baik.

11.Buat kakak tersayang Dini Ahmaini Lubis dan Dwi Adiani Sari Lubis yang memberikan semangat selama ini kepada penulis.


(5)

12.Buat pacar tercinta Iwan Yasrin Lubis yang telah memberikan doa dan dukungan yang sangat besar kepada penulis dan merupakan motivasi agar cepat menyelesaikan skripsi.

13.Buat para Rangers Eci,Mala,Tami,Inka yang telah mendukung dan memberi semangat terhadap penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

14.Buat doping III Nyonyo (Vinno Isvara) yang telah membantu dan memberi arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

15.Buat kawan-kawan anak Kaca Besar (Doni, Apep, Depi, Pajar, Telor, Indri, Hani, Mutia, Dara, Pani, dll) yang membuat hari-hari di Fakultas Hukum lebih berkesan.

Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat berguna dan dimanfaatkan baik secara teori maupun praktek ilmu hukum. Penulis juga mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang berminat dengan topik skripsi ini guna pendidikan dan penelitian ilmu hukum dimasa mendatang.

Medan,2 April 2014

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... v

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 4

C. Tujuan Penulisan ... 4

D. Manfaat Penulisan ... 5

E. Keaslian Penulisan ... 6

F. Metode Penelitian ... 6

G. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II BANK SEBAGAI PENYALUR KREDIT ... 10

A. Pengertian Bank... 10

B. Asas dan Fungsi Bank... 13

C. Jenis-Jenis Bank... 19

D. Kegiatan Usaha Bank... 25

E. Pengertian dan Unsur Kredit... 31


(7)

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT ... 37

A. Pengertian Perjanjian kredit... 37

B. Bentuk dan Jenis-jenis kredit... 45

C. Perjanjian Kredit Bank... 49

D. Prinsip-prinsip Pemberian kredit... 50

E. Kredit Macet... 54

F. Syarat dan Prosedur Pemberian Kredit Modal Kerja... 56

BAB IV TINJAUAN YURIDIS KREDIT MACET MODAL KERJA PADA BANK BNI CABANG MEDAN ... 62

A. Penyebab Terjadinya Kredit Macet Pada Kredit Modal Kerja B. Bank BNI... 63

C. Upaya Yang Dilakukan Dalam Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Modal Kerja Bank BNI Cabang Medan... 68

D. Kendala-kendala Yang Dihadapi Dalam Penyelesaian Kredit Macet Di Bank BNI Cabang Medan... 79

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

ABSTRAK Dila Khairani Lubis * Prof. Dr. Tan Kamello ** Puspa Melati Hasibuan ***

Bank Negara Indonesia (persero), Cabang Pemuda Medan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit guna meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Selama ini banyak kredit di BNI Cabang Medan yang tidak dikembalikan sesuai jadwalnya yang telah ditentukan. Dengan kata lain telah terjadi kredit macet. Adanya kredit macet ini menimbulkan kerugian pada bank yang disebabkan tidak berputarnya modal yang dimiliki bank. Kredit modal kerja adalah: fasilitas kredit yang diberikan untuk membiayai operasional perusahaan yang berhubungan dengan pengadaan barang maupun proses produksi sampai dengan barang tersebut terjual. Disini bank merupakan suatu badan yang melaksanakan berbagai macam jasa seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga,membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan lain-lain.

Permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimanakah, , Penyebab terjadi kredit macet modal kerja, Penyelesaian kredit macet pada kredit modal kerja Bank BNI Cabang Pemuda Medan dan Kendala-kendala apa saja yang sering terjadi dalam penyelesaian kredit macet pada Bank BNI

Dalam penulisan skripsi ini metode yang dipergunakan adalah dengan penelitian pustaka (Library research) yaitu: penelitian dilakukan dengan cara memperoleh bahan dari kepustakaan berupa buku-buku, karya ilmiah para sarjana, peraturan perundang-undangan, majalah-majalah, dan lain-lain yang memiliki kaitan dengan judul skripsi ini. Penelitian juga dilakukan dengan cara penelitian lapangan (Field Reasearch) yaitu: pengambilan data, wawancara dengan Bapak Albert Mangasi R.SH sebagai Legal Officer Bank BNI Cabang Pemuda Medan, Penyebab kredit macet disebabkan karena salah satu pihak yang tidak mampu mengikuti peraturan. Faktor penyebab kredit macet di Bank BNI Cabang Pemuda Medan dibagi dalam 2 golongan yaitu faktor internal debitur dan faktor internal pihak bank. Tetapi yang sering terjadi dilapangan itu disebabkan oleh pihak debiturnya sendiri seperti penurunan pendapatan ataun tidak adanya itikad baik dari Debitur. Kalau sudah terjadinya kredit macet ini, maka pihak bank akan mengambil langkah untuk penyelamatannya. Cara-cara Penyelesaian kredit macet di Bank BNI adalah dengan cara Rescheduling kredit,strukturisasi kredit, reconditioning kredit, kendala-kendala dalam penyelesaian kredit macet sebenarnya pihak debiturlah yang memegang peranan lebih besar dalam pelaksanaan perjanjian karena bila debitur tidak melalaikan kewajibannya maka kemungkinan muncul permasalahan sangatlah kecil

Kata Kunci : Kredit Macet, Perjanjian, Bank

*Mahasiswa Fakultas Hukum USU **Dosen Pembimbing I


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.

Chairur Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2000.

Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebandaan Bagi Tanah Dan Benda Lain Yang Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horisontal, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996.

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012.

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Di Indonesia, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1996.

H.AS.Mahmoeddin, Melacak Kredit Bermasalah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2004.

Gatot Supramono, Perbankan Dan Masalah Kredit, Karya Unipress, Jakarta, 1995. H, AS. Mahmoedin, Etika Bisnis Perbankan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,

1994.

Ignatius Ridwan Widyadharma,Hukum Sekitar Perjanjian Kredit, Semarang, 1997. Monang P. Damanik, Penyelesaian Kredit Macet Pada Bank Danamon, Pematang

Siantar, 2012.

Mariam Darus Badrulzaman, Beberapa Masalah Hukum Dalam Perjanjian Kredit Bank Dengan Jaman Hypotheek Serta Hambatan-Hambatannya Dalam Praktek, Medan, 1978.

________, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung. 1994.

M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni Bandung, 1986.

Marindra Prahandi Ferdianto, Perbuatan Melanggar Hukum Atau Wanprestasi,

Hukumonlone.com, 5 May 2013

Rahmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001.

__________, Penyelesaian Pengaduan Nasabah dan Mediasi Perbankan, Mandar Maju, Bandung, 2011.


(10)

R, Subekti, Hukum Perjanjian Citra Aditya Bhakti, Jakarta, 1987.

R. Setiawan, Hukum Perikatan-Perikatan Pada Umumnya, Bina Cipta, Bandung, 1987.

Solahudin, kitab undang-undang hukum per data, Visimedia, 2008.

Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Bandung, 2009. Munir Fuadi, Hukum Perkreditan Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002.

Thomas Suyatno dkk, Kelembagaan Perbankan, Jakarta, Gramedia, 1990.

Widjanarto, Hukum & Ketentuan Perbankan Di Indonesia, PT. Temprint, Jakarta, 1993.

________, Dasar-Dasar Perkreditan, PT. Gramedia, Jakarta, 1999.

Zainal Asikin, Pokok-Pokok Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, 1997.

Peraturan Undang-Undang

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1313 tentang Perjanjian Pasal 1320 KUH Perdata Untuk Sahnya Perjanjian

Pasal 10 Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum

Pasal 12 Undang-undang No. 49 Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara

Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 23/12 BPPP Tanggal 28 Februari 1991 tentang Kebijakan Penyelamatan kredit

Undang - Undang Nomor 7 tahun 1992 Jo. Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan

Webside

http://007umkm.wordpress.corn/2008/07/20/prosuder-pemberian-kredit-bank/ http://www.bni.co.id/id/bankingservice/commercial/kredit/kreditlangsung/kreditmo


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dan berdasarkan Pancasila dan Undang–undang Dasar dari Tahun 1945 secara berkesinambungan dan peningkatan pembangunan yang berasaskan kekeluargaan, perlu kelestariannya dipelihara dengan baik. Guna mencapai tujuan tersebut, maka pelaksanaan pembangunan di bidang ekonomi harus lebih memperhatikan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan unsur–unsur pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional.1

Pembangunan nasional juga merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur. Dalam rangka memelihara keseimbangan pembangunan tersebut, pelakunya meliputi pemerintah maupun masyarakat sebagai perseorangan dan badan hukum. Dengan meningkatnya kegiatan pembangunan, meningkat pula keperluan akan tersedianya dana, yang sebagian besar diperoleh melalui kegiatan perkreditan. Untuk memajukan dunia usaha, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijaksanaan perkreditan dan berbagai kemudahan dalam perkreditan bank yang diberikan kepada masyarakat.

       1

H. AS. Mahmoedin, Etika Bisnis Perbankan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1994. hal.130.


(12)

Bank dalam perkembangannya dimaksudkan sebagai suatu jenis pranata finansial yang melaksanakan jasa-jasa keuangan yang cukup beraneka ragam, seperti pinjaman, memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, mengadakan pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai penyimpanan untuk benda-benda berharga, membiayai usaha-usaha perusahaan.2

Dalam era globalisasi, bank juga telah menjadi bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran dunia. Salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia terletak pada industri perbankan. Di dalam sistem hukum Indonesia, bentuk-bentuk praktek perbankan harus memiliki fundamental berdasarkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam ideologi negara Indonesia yakni Pancasila dan Tujuan Negara Indonesia dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Suatu sarana yang mempunyai peran strategis dalam menyerasikan dan menyeimbangkan masing–masing unsur dari Trilogi pembangunan adalah aspek perbankan. Peran yang strategis tersebut terutama disebabkan oleh fungsi bank sebagai suatu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien, yang berdasarkan demokrasi ekonomi mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil–hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

Pemberian kredit merupakan salah satu jenis usaha bank yaitu dengan menyalurkan dana yang terhimpun dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat. Di negara–negara berkembang, pemberian kredit merupakan       

2

Rachmadi Usman, Penyelesaian Pengaduan Nasabah dan Mediasi Perbankan, Mandar Maju, Bandung, 2011, hal 2.


(13)

salah satu kegiatan dari bank yang sangat penting. Sehingga industri perbankan yang sehat akan dapat berperan maksimal dalam pembangunannya. Industri yang sehat akan tercermin dari bank yang sehat sebagai elemen dasarnya. Bank yang sehat berarti bank yang tumbuh dan berkembang secara wajar, dalam arti berkembang sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat memenuhi tuntutan masyarakat yang memerlukan jasa perbankan. Dengan pemberian kredit diharapkan kepada masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya menyangkut kebutuhan produktif, misalnya untuk meningkatkan dan memperluas kegiatan usahanya.

Salah satu usaha perbankan yang ada di Medan adalah BNI Cabang Medan. Dalam pelaksanaan kreditnya selama ini, selama ini banyak kredit di BNI cabang Medan yang tidak dikembalikan sesuai jadwalnya yang telah ditentukan Dengan kata lain telah kredit macet.Adanya kredit macet ini menimbulkan kerugian pada bank yang disebabkan tidak berputarnya modal yang dimiliki bank.

Dalam jangka panjang kredit macet yang terjadi di bank selain dapat merugikan pihak bank,juga dapat membuat bank tutup sebagaimana yang terjadi pada bank 70 bank yang dilikuidasi pada tahun 1997-1998. Mengingat kemacetan kredit yang terjadi pada bank mempunyai dampak yang sangat buruk pada bank, maka seharusnya dilakukan penanganan kredit macet oleh bank.

Penanganan kredit macet merupakan upaya yang ditempuh suatu lembaga kredit dalam usahanyaa untuk menyelesaikan masalah kredit macet atau tunggakan bagi kredit yang telah sampai jatuh temponya. Pada hakekatnya penanganan kredit macet adalah suatu tindakan atau langkah-langkah yang digunakan untuk


(14)

menyelesaikan kredit macet agar tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar jika lama tidak diselesaikan.

Berdasarkan uraian terbatas diatas,maka penulis tertarik untuk meneliti aspek hukum penanganan kredit macet di BNI Cabang Medan. Hasil penelitian ditulis dalam skripsi berjudul TINJAUAN YURIDIS KREDIT MACET PADA

PERJANJIAN KREDIT MODAL KERJA (STUDI PADA BANK BNI

CABANG PEMUDA MEDAN)

B. Permasalahan

Dalam penulisan skripsi ini ada beberapa permasalahan yang akan dikemukakan. Adapun yang menjadi masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah penyebab terjadinya kredit macet pada kredit modal kerja bank BNI? 2. Bagaimanakah upaya yang dilakukan dalam penyelesaian kredit macet pada

kredit modal kerja (KMK) bank BNI cabang Medan?

3. Kendala-kendala dalam penyelesaian kredit modal kerja pada Bank BNI Cabang Medan?

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui penyebab hingga terjadinya kredit macet pada modal kerja pada Bank BNI cabang Medan.


(15)

2. Untuk mengetahui dan memahami upaya-upaya yang dapat dilakukan untukpenyelesaikan kredit macet modal kerjayang ada di dalam Bank BNI Cabang Medan.

3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang ada dalam penyelesaian kredit macet modal kerja di Bank BNI Cabang Medan.

D. Manfaat Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang dicapai dari penulisan ini adalah agar kita dapat menyelesaikan permasalahan kredit macet modal kerja dan prosedur pemberian kredit modal kerja. Secara praktis diharapkan agar tulisan ini dapat memberikan informasi kepada praktisi hukum dan masyarakat umum mengenai pemberian kredit modal kerja di bank BNI dan agar dapat bisa mempergunakan untuk bacaan mengenai kredit modal kerja dimana adanya masalah kredit macet di Bank BNI cabang Medan.

E. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini berdasarkan oleh ide sendiri, maupun gagasan pemikiran dari penulis secara pribadi dari awal hingga akhir berdasarkan penelurusan di perpustakaan USU, penulisan mengenai masalah kredit macet modal kerja yang terjadi pada Bank BNI cabang Medan, tidak ada judul yang sama. Jika ada judul yang mirip dengan judul penulisan skripsi ini, tetapi permasalahan dalam penulisan skripsi ini berbeda. Berdasarkan pertimbangan khusus inilah maka timbul ide atau niat penulis untuk mengangkat judul skripsi tersebut di atas dengan harapan dapat memberi inspirasi-inspirasi.


(16)

Selanjutnya bagi mereka yang ingin mengetahui tentang kredit macet modal kerja pada Bank BNI untuk hal tersebut penulis berpedoman pada buku-buku tentang hukum pada permasalahan atau tema yang sama, serta adapun berpedoman pula kepada peraturan-peraturan yang berlaku.

F. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Sifat / Jenis Penelitian-

Sifat / Jenis Penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah bersifat deskriptif analisis mengarah kepada penelitian yuridis normatif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang lain.3

2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini diambil berdasarkan data sekunder. Data sekunder didapatkan melalui :

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan–bahan hukum yang mengikat, yakni seperti KUH Perdata, KUH Dagang, serta Undang–Undang Nomor 7 tahun 1992 Jo. Undang–Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan.

b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti : studi dokumen dengan cara mengumpulkan bahan hukum dengan mempelajari berkas-berkas seperti buku, yurisprudensi, buku-buku ilmiah, bahan seminar, undang-undang, majalah, internet,.ataupun jurnal yang mengulas tentang pelaksanaan yuridis kredit macet modal kerja       

3

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal 32


(17)

dan lain-lain yang ada kaitannya dengan skripsi ini sebagai bahan acuan dalam pembahasan skripsi ini. Penelitian ini memberikan porsi yang sama antara penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.Untuk itu digunakan metode library research (penelitian pustaka) yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap data-data yang diperoleh dari yurisprudensi, buku-buku ilmiah, yang telah disebutkan sebelumnya itu.

c. Bahan hukum tertier atau bahan hukum penunjang mencakup :

1) Bahan–bahan yang memberi petunjuk–petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder.

2) Bahan–bahan primer, sekunder dan tertier (penunjang) diluar bidang hukum seperti kamus, ensiklopedia, majalah, koran, makalah dan sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan

3. Alat Pengumpul Data

Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah melalui studi dokumen, bukti empiris tidak mendalam dengan melakukan wawancara dengan Bapak Albert Mangasih R.SH jabatan legal office dan penelusuran kepustakaan.

4. Analisis Data

Untuk mengolah data yang didapatkan dari penelusuran kepustakaan, studi dokumen, dan penelitian lapangan maka hasil penelitian ini menggunakan analisa kualitatif. Analisa kualitatif ini pada dasarnya merupakan pemaparan tentang teori-teori yang dikemukakan, sehingga dari teori-teori–teori-teori tersebut dapat ditarik beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan dan pembahasan skripsi ini.


(18)

G. Sistematika Penulisan

Materi skripsi ini pada garis besarnya terbagi menjadi lima bab, dimana di dalam setiap bab masih terbagi lagi menjadi beberapa sub bab, yaitu sebagai berikut :

BAB I : Isinya merupakan Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Isinya merupakan Tinjauan Tentang Bank sebagai penyalur kredit

yang terdiri dari : Pengertian Bank, Fungsi Utama Bank, Jenis-jenis Bank, Kegiatan Usaha Bank, Pengertian dan Unsur kredit, Fungsi dan

Tujuan kredit.

BAB III : Isinya merupakan Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kredit yang terdiri dari Pengertian perjanjian kredit, Bentuk dan jenis-jenis kredit, Perjanjian Kredit Bank, Prinsif-prinsif pemberian kredit, Masalah kredit macet, dan Syarat dan Prosedur pemberian kredit modal kerja

BAB IV : Isinya merupakan apakah penyebab terjadinya kredit macet pada kredit modal kerja bank BNI, Bagaimanakah upaya yang dilakukan dalam penyelesaian kredit macet pada kredit modal kerja bank BNI cabang Medan dan kendala-kendala dalam penyelesaian kredit modal kerja pada Bank BNI Cabang Medan.


(19)

BAB V : Merupakan kesimpulan dan saran berdasarkan apa yang telah dikemukakan pada bab–bab sebelumnya sebagai hasil dari penulisan skripsi.


(20)

BAB II

BANK SEBAGAI PENYALUR KREDIT

A. Pengertian Bank

Apabila menelusuri sejarah dari terminologi bank, maka kata “bank” yang berarti “bance” artinya ialah bangku tempat duduk, sebab pada masa zaman pertengahan pihak bankir Italia yang memberikan pinjaman-pinjaman melakukan tersebut dengan duduk dibangku dihalaman pasar.4 Pengertian bank, maka yang terbayang dalam benak adalah suatu tempat dimana dapat menyimpan uang ataupun meminjam uang dengan memakai bunga. Secara sederhana hal ini memang demikian adanya, namun untuk lebih jelasnya penulis mengutip pendapat beberapa para sarjana terkemuka mengenai pengertian bank.

G.M. Verryn Stuart dalam bukunya “Bank Politik” memberikan pengertian sebagai berikut :

“Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan Kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperoleh dari orang lain maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral”.5

A. Abdurrachman dalam bukunya “Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdangangan”, menyatakan :

“Bank adalah suatu badan yang melaksanakan berbagai macam jasa seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan lain-lain”.6

       4

Kasmir, Dasar-dasar perbankan, PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta, 2012 5

G.M. Verry Stuart, Bank Politik,Ghalia Indonesia,Jakarta,2010,hal.12 6

A. Abdurrahman, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan.,PT. Gramedia Pustaka Utama,Jakarta,1995.hal. 67


(21)

Rudy Tri Santoso, berpendapat bahwa “Bank adalah suatu industri yang bergerak di bidang kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan (financial intermediary) antara debitur dan kreditur dana”.7

Begitu pentingnya dunia perbankan, sehingga ada tanggapan bahwa bank merupakan “nyawa” untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara,anggapan ini tentunya tidak salah, karena fungsi bank sebagai lembaga keuangan sangat lah vital, misalnya dalan hal penciptaan uang, mengedarkan uang, menyediakan uang, untuk menunjang kegiatan usaha, tempat mengamankan uang, tempat melakukan investasi dan jasa keuangan lainnya.

Secara sederhana bank di artikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dimana kegiatanya apakah hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya.

Kemudian menurut Undang-undang 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk dalam simpanan dan menyalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rngka meningkatkan taraf hidup8. Dari kedua defenisi diatas di simpulkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya adalah: 1. Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan,

maksudnya dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau       

7

Rudy Tri Santoso, Media Perantara Keuangan.Elex Media Kompuntindo,Jakarta,1996,hal.23

8


(22)

berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang biasanya adalah keamanan uangnya. Sedangkan tujuan keduanya adalah melakukan investasi dengan harapan memperoleh bunga dari hasil simpanannya. Tujuan lainnya untuk mempermudah melakukan transaksi pembayaran. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut bank menyediakan sarana tersebut dengan simpanan. Jenis simpanan tersebut sangatlah bervariasi tergantung bank bersangkutan, secara umum jenis simpanan adalah simpanan giro (demand deposit), simpana tabungan (saving deposit) dan simpanan deposito (time deposit).

2. Menyalurkan dana ke masyarakat, maksudnya adalah bank memberikan jaminan (kredit) kepada masyarakat yang mengajukan permohonan. Dengan kata lain, bank menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhknnya. Pinjaman atau kredit yang diberikan dibagi dalam beberapa jenis sesuai dengan keinginan nasabah. Tentu saja sebelum diberikannya kredit bank terlebih dahulu menilai apakah kredit tersebut layak atau tidak diberikan.Penilaian tersebut gunanya agar bank tidak dirugikan dimana pihak yang meminjam tidak dapat mengembalikannya pinjaman yang diberikan. 3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang (transfer),

penagihan surat-surat berharga dari dalam kota (clearing), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri (inkaso), letter of creadit (L/C), safe deposi box, bank garansi, bank notes dan jasa lainya.

Arus perputaran uang yang ada di bank dari masyarakat kembali kemasyarakat dimana bank sebagai perantara dapat dijelaskan sebagai berikut :


(23)

1. Nasabah (masyarakat) yang kelebihan dana menyimpan uangnya di bank dalam bentuk simpanan giro, Tabungan atau Deposito. Bagi dana yang disimpan oleh masyarakat adalah sama artinya dengan membeli dana. Dalam hal ini nasabah sebagai penyimpanan dan bank sebagai penerima titipan simpanan.

2. Nasabah yang menyimpan akan memperoleh balas jasa dari bank berupa bunga bagi bank konvensional dan bagi hasil bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah. Besarnya jasa bunga dan bagi hasil tergantung dari besar kecilnya dana yang disimpan dan faktor lainnya.

3. Kemudian oleh bank dana yang di simpan oleh nasabah di bank yang bersangkutan disalurkan kembali (dijual) kepada masyarakat yang kekurangan atau membutuhkan dana dalam bentuk pinjaman/kredit.

4. Bagi masyarakat yang memperoleh pinjaman atau kredit dari bank, diwajibkan kembali untuk mengembalikan pinjama tersebut beserta bunga yang telah ditetapkan sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah. Khusus bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah.9

B. Asas dan Fungsi Bank

Dalam melaksanakan kemitraan antar bank dan nasabahnya, untuk terciptannya sistem perbankan yang sehat, kegiatan perbankan perlu dilandasi dengan beberapa asas. Sebelum membahas tentang asas-asas dalam perbankan, maka perlu di uraikan kembali tentang defenisi di dalam hukum.

       9


(24)

Di dalam kamus W.J.S Poerwadarminta, PN Balai Pustaka 1976, menghidangkan arti asas sebagai berikut:10 Dasar, alas, fundamen, misalnya batu yang baik untuk alas rumah.

1. Sesuatu kebenaran yang menjadi pokok dasar atau tumpuan berfikir (berpendapat dan sebagainya, misalnya bertentangan dengan asas-asas, hukum pidana, pada asasnya saya setuju dengan usul saudara).

2. Cita-cita yang menjadi dasar (perkumpulan negara dan sebagainya misalnya membicarakan asas dan tujuan).

Dari tiga pengertian tersebut yang esensial dari asas itu adalah merupakan dasar, pokok tempat menentukan kebenaran dan sebagai tumpuan berfikir, tentang apa yang dimaksud dengan asas hukum banyak pengertian yang dikemukakan oleh para ahli hukum, yang antara lain adalah sebagai berikut :

Menurut C.W. Paton, yang dikutip Mahadi, dalam bukunya “A textbook of

Jurisprudence” 1969, menyatakan bahwa asas adalah suatu alam pikiran yang

dirumuskan secara luas dan mendasari adanya sesuatu norma hukum.11

Jadi suatu asas adalah suatu alam pikiran atau cita-cita ideal yang melantar belakangi pembentukan norma hukum, yang konkret dan bersifat umum atau abstrak. Di dalam kegiatan perbankan sendiri dikenal beberapa asas yaitu:

1. Asas Demokrasi Ekonomi

Asas demokrasi ekonomi dalam Pasal 2 Undang-undang Perbankan. Pasal tersebut menyatakan,bahwa perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Ini       

10

W.J.S Poerwadarminta, PN, Balai Pustaka, 1976 11


(25)

berarti, usaha perbankan diarahkan untuk melaksanakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

2. Asas Kepercayaan (Fiduciary principle)

Asas kepercayaan adalah suatu asas yang menyatakan bahwa usaha bank dilandasi oleh hubungan kepercayaan anatara bank dan nasabahnya. Bank terutama bekerja denga dana dari masyarakat yang disimpan padanya atas dasar kepercayaan, sehingga setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya dengan tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan masyarakat kepadanya. Kemauan masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank semata-mata dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan dapat diperolehnya kembali waktu yang diinginkan atau sesuai dengan yang diperjanjikan dan disertai dengan imbalan. Apabila kepercayaan nasabah penyimpan terhadap suatu bank telah berkurang,tidak tertutup kemungkinan akan terjadi rush terhadap dana yang disimpannya berbagai persoalan dapat menyebabkan ketidakpercayaan nasabah terhadap suatu bank.

Sutan Remy Sjahdeini ini menyatakan bahwa hubungan antar bank dan nasabah penyimpan dan adalah hubungan pinjam meminjam uang antara debitur (bank) dengan kreditur (nasabah penyimpan dana) yang dilandasi oleh asas kepercayaan. Dengan kata lain, menurut Undang-undang hubungan antara bank dan nasabah, hubungan anatara bank dan nasabah menyimpan dana bukan hanya sekedar hubungan kontraktual biasa antara kreditur dan debitur yang diliputi oleh asas-asas umum dari hukum perjanjian, tapi juga hubungan kepercayaan yang


(26)

diliputi asas kepercayaan.secara eksplisit Undang-undang mengakui bahwa hubungan anatara bank dan nasabah penyimpan dana adalah menurut Undang-undang Perbankan No. 7 tahun 1992 yang sekarang diubah oleh Undang-Undang-undang No.10 tahun 1998 dikenal dua jenis Bank Umum dan Bank Perkreditan rakyat. Sesuai dengan jenis bank tersebut maka kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Umum akan berbeda dengn usaha yang dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat.

3. Asas Kerahasiaan (Confidential Principle)

Asas kerahasiaan adalah asas yang mengharuskan atau mewajibkan bank merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan lain-lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan. Kerahasiaan ini adalah kepentingan bank sendiri karna bank memerlukan kepercayaan masyarakat yang menyimpan uang di banknya. Masyarakat hanya akan mempercayakan uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa bank apabila bank menjamin bahwa tidak ada penyalahgunaan pengetahuan bank tentang simpanannya. Dengan demikian, bank harus memegang teguh rahasia bank.

4. Asas Kehati-hatian (Prudential Principle)

Asas kehati-hatian adalah suatu asas yang menyatakan bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam rangka untuk melindungi dana masyarakat yang dipercayakan kepadanya. Hal ini disebutkan dalam Pasal 2 Undang-undang Perbankan yang diubah bahwa perbankan indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Kemudian disebutkan pula dalam


(27)

Pasal 29 UU Perbankan yang diubah bahwa bank wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian (ayat (2)) dan bank dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank untuk kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank (ayat (3)).

Tujuan diberlakukannya prinsip kehati-hatian tidak lain agar bank selalu dalam keadaan sehat, dengan kata lain agar selalu dalam likuid dan solvent. Dengan diberlakukannya prinsip kehati-hatian diharapkan agar masyarakat memiliki nilai kepercayaan terhadap bank, sehingga masyarakat bersedia dan tidak ragu-ragu menyimpan dananya di bank.

Prinsip kehati-hatian harus dijalankan oleh bank bukan hanya karna dihubungkan dengan kewajiban bank agar tidak dirugikan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada masyarakat yaitu sebagai sistem moneter yang menyangkut kepentingan semua anggota masyarakat yang bukan hanya nasabah penyimpan dana bank dan menjalankan usaha secara baik dan benar dengan mematuhi ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku dalam dunia perbankan.12

Fungsi utama perbankan Indonesia Pasal 3 Undang-Undang No 7 Tahun 1992 menyebutkan bahwa perbankan indonesia mempunyai fungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat dalam rangka pembangunan nasional.13 Fungsi bank adalah sebagai agen of development (terutama bagi bank-bank milik negara) dan sebagai financial intermediary

       12

Rahmadi Usman, Aspek hukum Perbankan di Indonesia, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hal.16.

13


(28)

Bank memiliki fungsi yang diarahkan sebagai agen pembangunan (Agen of

development) yaitu sebagai lembaga yang bertujuan untuk mendukung pelaksanan

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

Fungsi Agen of development ini dilakukan oleh bank-bank pemerintahan terutama ditujukan untuk pemeliharaan kestabilan moneter di indonesia. Wujud dari fungsi bank tersebut terlihat dalam program kredit pemerataan, yaitu kredit investasi kecil (KIK) dan kredit modal kerja permanen (KMKP)

Dengan demikian bank bisa digunakan untuk melaksanakan program pemerintahan guna mengembangkan sektor-sektor perekonomian tertentu, atau memberika perhatian yang lebih besar pada koperasi dan pengusaha golongan ekonomi lemah/pengusaha kecil dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Fungsi bank sebagai financial intermediary adalah sebagai perantara menghimpun dan penyalur dana. Dalam hal ini bank bertindak sebagai perantara atau penghubung antara nasabah yang satu dengan yang lainnya jika keduanya melakukan transaksi

Wujud utama fungsi financial intermediary pada bank-bank swasta tercermin melalui produk jasa yang menghasilkan antara lain :

a) Menerima titipan pengiriman barang uang, baik dalam maupun luar negeri b) Melaksanakan jasa pengamanan barang berharga melalui safe deposit box


(29)

d) Menyalur dana melalui pemberian kredit

e) Penjamin emisi bagi perusahaan-perusahan yang akan menjual sahamnya. f) Mengadakan transaksi pembayaran dengan luar negeri dalam bidang trade

financing letter of credit

g) Menjabatani kesenjangan waktu, terutama dalam transaksi vatula asing dan lalu lintas devisa

C. Jenis-jenis Bank

Menurut Undang-undang No 7 Tahun 1992 jenis bank dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu14 :

1.Bank Umum adalah bank yang dapat memeriksa jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2.Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Pada era masuknya pemerintahan Orde Baru, tatanan perbankan di Indonesia berhasil diperbaharui yaitu kembali memfungsikan Bank Indonesia secara utuh sebagai bank non komersial sebagai Bank Sentral untuk mewujudkan cita-cita tersebut maka dikeluarkan Undang-Undang No. 13 tahun 1968 tentang Bank Sentral.

Bank Sentral merupakan bank yang mengatur berbagai kegiatan yang berkaitan dengan dunia perbankan dan dunia keuangan di suatu negara. Di setiap negara hanya ada satu bank sentral yang dibantu oleh cabang-cabangnya. Di       

14

Zainal Asikin, Pokok-pokok hukum Perbankan di Indonesia, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hal.11.


(30)

indonesia fungsi bank sentral di pegang oleh Bank Indonesia (BI). Fungsi Bank Indonesia disamping sebagai bank sentral adalah sebagai bank sirkulasi,bank to bank dan lender of the last resort.

Fungsi sebagai bank sirkulasi adalah mengatur peredaran keuangan suatu negara. Sedangkan fungsi sebagai bank to bank adalah mengatur perbankan di suatu negara. Kemudian fungsi sebagai lender of the last resort adalah sebagai tempat peminjaman yang terakhir pelayanan yang diberikan Bank Indonesia lebih banyak diberikan kepada pemerintah dan dunia perbankan. Dengan kata lain nasabah Bank Indonesia dalam hal ini lebih banyak kepada lembaga perbankan.

Tujuan utama Bank Indonesia sebagai bank Sentral adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut bank sentral mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem devisa serta mengatur dan mengawasi bank.15

Dalam praktiknya perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan seperti diatur dalam undang-undang perbankan. Jika kita melihat jenis perbankan sebelum keluarnya Undang-undang perbankan No. 10 tahun 1998 dengan sebelumnya, yaitu Undang-undang No 14 tahun 1967, maka terdapat beberapa perbedaan. Namun kegiatan utama atau pokok bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tidak berbeda satu sama lainnya.

Adapun jenis perbankan dibawah ini jika ditinjau dari berbagai segi antara lain:

       15


(31)

1. Dilihat dari segi Fungsinya16

Bank Sentral ialah Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UU No. 13 tahun 1968

a. Bank Umum adalah bank yang dapat memberikan dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b. Bank Prekreditan Rakyat adalah bank yang dapat menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka,tabungan dan bentuk lainnya yang disamakan dengan itu.

c. Bank Umum yang mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu merupakan sesuatu yang memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu.hal tersebut dimungkinkan oleh ketentuan Pasal 5 ayat 2 UU Perbankan 1992, dimaksud dengan mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu adalah antara lain. Melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka panjang, pembiayaan untuk mengembangkan koperasi, pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah/pengusaha kecil.

2. Dilihat dari Segi Kepemilikannya

Ditinjau dari kepemilikannya maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan.

Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya:

       16

Widjanarto, hukum dan ketentuan perbankan di Indonesia, PT. Temprint, Jakarta, 1993, hal 46-47.


(32)

a. Bank milik Pemerintah

Merupakan bank yang akte pendiriannya maupun modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia, segingga seluruh keuntungan bank ini milik pemerintah pula. Contoh bank-bank milik pemerintah Indonesia dewasa ini:

1) Bank Negara Indonesia 46 (BNI) 2) Bank Rakyat Indonesia (BRI) 3) Bank Tabungan Negara (BTN) 4) Bank Mandiri

b. Bank milik swasta nasional

Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Kemudian akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, dan hanya dapat didirikan setelah adanya izin dari Menteri Keuangan dengan mendengarkan pertimbangan-pertimbangan BI. Ketentuan tentang perizinan,bentuk hukum, dan kepemilikan Bank Umum Swasta ditetapkan dalam Pasal 16, 21, dan Pasal 22 UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Contoh bank milik swasta nasional; 1) Bank Bumi Putra

2) Bank Central Asia 3) Bank Danamon

4) Bank Internasional Indonesia 5) Bank lippo


(33)

6) Bank mega c. Bank Campuran

Merupakan bank umum yang didirikan bersama oleh satu atau lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh warga negara Indonesia,dengan satu atau lebih bank yang berkedudukan di luar negeri. Ketentuan tentang pendirian Bank Campuran diatur dan ditetapkan dalam pasal 17 UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

d. Bank Pembangunan Daerah

Bank milik pemerintah daerah. Berdasarkan Pasal 54 UU Perbankan 1992 dimana dinyatakan UU No. 13 Tahun 1962 tentang ketentuan-ketentuan pokok Bank Pembangunan Daerah dinyatakan hanya berlaku untuk jangka waktu 1 tahun sejak mulai berlakunya UU tersebut, maka bentuk bank tesebut akan disesuaikan menjadi Bank Umum yang telah ada dalam UU Perbankan 1992.

e. Bank milik asing

Bank ini merupakan cabang bank dari luar negeri baik milik swasta asing atau pemerintah asing.

3. Dilihat dari Segi Status17

Dilihat dari segi kemampuannya melayani masyarakat, bank umum dapat di bagi ke dalam dua jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut.

       17


(34)

Untuk memperoleh status tertentu diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu pula.

4. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga

Jenis bank dilihat dari segi atau caranya alam menentukan harga, baik harga jual maupun harga beli terbagi dua kelompok :

a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional (barat)

Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejara bangsa Indonesia dimana asal mula bank di indonesia dibawa kolonial Belanda.

Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya,bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode, yaitu :

1) Menentukan bunga sebagai harga, untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun diposito.

2) Untuk jasa-jasa lainnnya pihak perbankan konvensional (barat) menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu.

b. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah

Bank yang berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di Indonesia. Namun diluar negeri terutama negara-negara Timur Tengah seperti Mesir atau Pakistan sudah lama berkembang pesat sejak lama.


(35)

Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkn prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana.

Dalam menentukan harga prinsip atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut :

1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil

2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal 3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan

4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan

5. Atau dengan adanya pilihan pemerintah kepentingan atau barang yang disewa dari pihak bank.

D. Kegiatan Bank

a. Kegiatan Bank Umum

Bank umum atau yang lebih dikenal dengan nama bank kormersil merupakan bank yang paling banyak beredar di Indonesia. Bank umum yang juga memiliki berbagai keunggulan jika dibandingkan dengan BPR, baik dalam bidang ragam pelayanan maupun jangkauan wilayah operasinya,artinya bank umum memiliki kegiatan pemberian jasa yang paling lengkap dan dapat beroperasi di seluruh wilayah indonesia.

Dalam praktiknya ragam produknya tergantung dari status bank yang bersangkutan. Menurut status bank umum dibagi kedalam dua jenis, yaitu bank umum devisa dan bank non devisa.


(36)

Kegiatan bank umum secara lengkap meliputi kegiatan sebagai berikut. 1. Menghimpun Dana (Funding)

Kegiatan menghimpundana merupakan kegiatan membeli dari dana masyarakat. Kegiatan ini dikenal juga dengan kegiatan funding. Kegiatan membeli dana dapat dilakukan dengan cara menawarkan berbagai jenis simpanan-simpanan sering disebut dengan nama rekening atau account. Jenis-jenis simpanan yang ada dewasa ini adalah :

a. Simpanan Giro

Simpanan giro merupakan simpanan bank yang dalam penarikannya dapat digunakan melalui cek atau bilyer giro. Kepada setia pemegang rekening giro kan diberikan bunga yang disebut dengan jasa giro. Besarnya jasa giro tergantung dari bank yang bersangkutan. Rekening giro biasanya dipakai oleh para usahawan, baik untuk perorangan maupun untuk perusahaannya.

b. Simpanan Tabungan

Merupakan simpanan pada bank yang penarikan sesuai dengan persyaratan yang tetap oleh bank. Penarikan tabungan dilakukan dengan menggunakan buku tabungan,slip penarikan, kuitansi atau kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Kepada pemegang rekening tabungan akan dikenakan bunga tabungan yang merupakan jasa atas tabungannya. c. Simpanan Deposito

Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh tempo). Penarikannya pun harus sesuai dengan jangka waktu


(37)

tersebut. Namun, saat ini sudah ada bank yang memberikan fasilitas deposito yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Jenis deposito pun beragam sesuai dengan keinginan nasabah.

2. Menyalurkan Dana (Lending)

Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan

Landing. Penyaluran dana dilakukan oleh bank dilakukan melalui pemberian pinjaman yang dalam masyarakat lebih di kenal dengan nama kredit. Kredit diberikan oleh bank terdiri dari berbagai jenis, tergantung dari kemampuan bank yang menyalurkannya, demikan pula dengan jumlah serta tingkat suku bunga yang ditawarkan.

Sebelum kredit dikucurkan bank terlebih dulu menilai kelayakan kredit yang diajukan oleh nasabah. Kelayakan ini meliputi berbagai aspek penilaian. Penerima kredit akan dikenakan bunga kredit yang besarnya tergantung bank yang menyalurkannya. Besar kecilnya bunga kredit sangat mempengaruhi keuntungan bank, mengingat keuntungan utama bank adalah dari selisih bunga kredit dengan bunga simpanan.

Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan meliputi : a. Kredit Investasi

Yaitu merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan investasi atau penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini memiliki jangka waktu yang relatif panjang,yaitu di atas (satu) tahun.


(38)

b. Kredit Modal Kerja

Merupakan kredit yang digunakan sebagai modal usaha. Biasanya kredit jenis ini berjangka waktu pendek, yaitu tidak lebih dari 1 tahun

c. Kredit Perdagangan

Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka melancarkan atau memperluas atau memperbesar kegiatan perdagangannya.

d. Kredit Konsumtif

Merupakan kredit yang di gunakan untuk keperluan pribadi 3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (Services)

Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung kelancaran menghimpun dan menyalurkan dana. Sekalipun kegiatan penunjang, kegiatan ini sangat banyak memberikan keuntungan bagi bank dan nasabah,bahkan dewasa ini kegiatanini memberikan kontribusi keuntungan yang tidak sedikit bagi bank,apa lagi keuntungan dari spread based semakin mengecil.

Dalam praktiknya jasa-jasa bank yang ditawarkan meliputi: 1) Kiriman Uang (transfer)

2) Kliring (Clearing)

3) Inkaso (Collection)

4) Safe Deposit Box

5)Bank Card (Kertu Kredit) 6)Bank Notes


(39)

7) Bank Garansi 8) Bank Draft

9) Letter of Credit (L/C) 10)Cek wisata

11)Menerima setoran-setoran

12)Melayani pembayaran-pembayaran 13)Bermain di pasar modal

14)jasa-jasa lainnya

b. Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat

Kegiatan BPR pada dasarnya sama dengan kegiatannya bank umumnya, hanya yang menjadi perbedaan adalah jumlah jasa bank yang dilakukan BPR jauh lebih sempit. BRP dibatasi oleh berbagai persyaratan sehingga tidak dapat berbuat seleluasa bank umum. Keterbatasan kegiatan BPR juga dikaitkan dengan misi pendirian BRP itu sendiri.

Dalam praktiknya kegiatan BPR adalah sebagai berikut: 1. Menghimpundana hanya dalam bentuk

1) Simpanan tabungan 2) Simpanan Deposito

1) Menyalurkan dana dalam bentuk 1) Kredit Investasi

2) Kredit Modal Kerja 3) Kredit Perdagangan


(40)

Kerena keterbatasan yang di miliki BPR,maka hanya ada beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan oleh BPR, larangan tersebut meliputi hal-hal berikut :

1)Menerima Simpanan 2)Mengikuti Kliring

3)Melakukan kegiatan Vatula Asing 4)Melakukan kegiatan Parasuransian

c. Kegiatan Bank Campuran dan Bank Asing

Bank-bank asing dan bank campuran yang bergerak di Indonesia adalah jelas bank umum. Kegiatan bank asing dan bank campuran, memiliki tugasnya sama dengan bank umum lainnya yang membedakan kegiatannya dengan bank umum milik Indonesia adalah mereka lebih dikhususkan dalam bidang-bidang tertentu dan ada larangan tertentu pula dalam melakukan kegiatannya.

Adapun kegiatan bank asing dan bank campuran di Indonesia dewasa ini adalah:

1. Dalam mencari dana bank asing dan bank campuran juga membuka simpanan giro dan simpanan deposito, namun dilarang menerima simpanan dalam bentuk tabungan.

2. Dalam pemberian kredit yang diberikan lebih diarahkan ke bidang-bidang tertentu saja seperti dalam bidang :

1) Perdagangan Internasional 2) Bidang Industri dan Produksi 3) Penanaman Modal Asing/campuran


(41)

3.Khusus untuk jasa-jasa bank lainnya dengan melakukan oleh bank umum campuran dan bank asing sebagaimana layaknya bank umum yang ada di Indonesia.18

E. Pengertian dan Unsur Kredit

a. Pengertian Kredit19 Kata kredit berasal dari bahasa Romawi yaitu credere

yang artinya percaya. Artinya pemberi pinjaman percaya bahwa penerima pinjaman mampu memenuhi perikatannya.

Didalam kepustakaan Hukum Perdata terdapat beberapa pendirian mengenai arti kredit antara lain :

1. Savelberg mengatakan bahwa kredit mempunyai arti antara lain :

a) Sebagai dasar perikatan dimana seseorang berhak menuntut sesuatu dari orang lain;

b) Sebagai jaminan, dimana seseorang menyerahkan sesuatu kepada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang telah diserahkannya.

2. Levy merumuskan arti kredit yaitu menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit.20 Pengertian kredit dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang merupakan perubahan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan; Kredit adalah : Penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-      

18

Kasmir,Dasar-dasar perbankan, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hal.33. 19

Mariam Darus Badrulzaman, beberapa masalah hukum dalam perjanjian kredit bank dengan jaminan hypotheek serta hambatan-hambatannya dalam praktek, Medan, 1978, hal.21-22.

20


(42)

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah janhka waktu tertentu dengan pemberian bunga

Pasal 1 angka 12 UU Perbankan 1998 mengartikan Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

Dari pengertian kredit dan pembiayaan diatas ternyata pengertian kredit pada UU Perbankan 1998 lebih luas bila dibandingkan pengertian pembiayaan dalam UU Perbankan 1998. Karena dalam UU Perbankan 1998 hanya diisyaratkan adanya bunga, sedangkan dalam UU Perbankan 1998 tentang pembiayaan selain mengisyaratkan adanya bunga, juga ada mengisyaratkan adanya imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

b. Unsur-unsur Kredit

Dalam kata kredit mengandung berbagai maksud atau dengan kata lain dalam kata kredit terkandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi satu. Sehingga jika bicara kredit, maka termasuk membicarakan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya.

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberitaan fasilitas kredit adalah sebagai berikut:


(43)

1. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (baik bank uang, barang, atau jasa) benar-benar diterima kembali di masa yang akan datangsesuai dengan masa kredit. Kepercayaan diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang dilandasi mengapa kredit dikucurkan. Oleh karena itu, sebelum kredit dikucurkan harus harus dilakukan penelitian dan penyelidikan lebih dulu secara mendalam tentang kondisi nasabah, baik secara konteren maupun interen. 2. Kesepakatan

Di samping adanya unsur kepercayaan harus ada unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan ditanda tangani kedua belah pihak sebelum kredit dikucurkan.

3. Jangka Waktu

Setiap kredit diberikan dalam jangka waktu tertentu. Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek (dibawah 1 tahun), jangka menengah (1 tahun hingga 3 tahun), atau jangka panjang (diatas 3 tahun). Jangka waktu merupakan masa pengembalian kredit yang telah disepakati oleh kedua belah pihak untuk kondisi tertentu jangka waktu dapat diperpanjang.


(44)

4. Risiko

Akibat adanya tenggang waktu,maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit,maka semakin besar resiko,demikian pula sebaliknya. Resiko ini merupakan tanggungan bank baik resiko yang disengaja oleh nasabah, maupun resiko yang tidak disengaja, misalnya seperti adanya bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah.

5. Balas Jasa

Bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas suatu pemberian kredit. Dalam jangka jenis konvensional balas jasa kita kenal dengan nama bunga. Di samping balas jasa dalam bentuk bunga bank yang juga merupakan keuntungan bank, bagi bank dalam bentuk syariah disebut sebagai bagi hasil.21

F. Fungsi dan Tujuan Kredit

Ditinjau dari segi ekonomi kredit bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dengan cara pengorbanan sekecil-kecilnya untuk dapat memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Menurut Thomas Suyatno, 22 tujuan kredit yang hanya mendapatkan keuntungan semata-mata hanya terdapat di negara-negara liberal. Di Indonesia yang sedang membangun, tujuan utama kredit yaitu untuk mensukseskan pembangunan. Mensukseskan pembangunan di sini berarti pembangunan fisik dan mental bangsa Indonesia.

       21

Kasmir, dasar-dasar perbankan, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012 22


(45)

Indonesia yang dasar hukumnya adalah Undang-undang Dasar 1945 dengan berdasarkan Pancasila yang juga sebagai falsafah hidup bangsa maka tujuan kredit di Indonesia tidaklah semata-mata hanya untuk mencari keuntungan, melainkan harus disesuaikan dengan tujuan negara kita, yaitu untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang berdasarkan Pancasila.

Fungsi kredit dalam kehidupan perekonomian perdagangan dan keuangan di Indonesia secara garis besarnya adalah sebagai berikut: 23 Kredit dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal atau uang dana yang tersimpan pada suatu bank akan bermanfaat bagi para pengusaha untuk memperluas usahanya. Karena dana yang ada tersebut tidaklah diam, tetapi dana tersebut disalurkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat baik kemanfaatan bagi pengusaha juga bagi masyarakat luas.

a. Kredit dapat meningkatkan utility (daya guna) sesuatu barang

Dengan mendapatkan kredit para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi kemudian dijual dengan kredit yang diterima, pengusaha tersebut dapat memproduksi barang mentah menjadi barang jadi yang kemudian hasilnya dijual ke pasar.

b. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Melalui kredit maka peredaran uang kartal maupun uang giral akan lebih berkembang baik itu di daerah terpencil maupun di daerah perkotaan.

c. Kredit menimbulkan gairah usaha masyarakat

       23

Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah Dan Benda Lain Yang Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horisontal, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1996, hal.152.


(46)

Kegiatan ekonomi akan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dengan cara tidak langsung akan memacu kegairahan masyarakat untuk berusaha. Dengan pemberian kredit maka bank memberikan bantuan permodalan guna meningkatkan usaha pihak pengusaha (masyarakat).

d. Kredit sebagai alat stabilitas ekonomi

Bahwa pemberian kredit dapat menekan arus inflasi, dapat meningkatkan eksport, rehabilitasi, prasarana, dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat sehingga stabilitas ekonomi tetap terjaga.

e. Kredit sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional

Dengan meningkatnya usaha degan pemberian kredit maka memperluas usaha dan mendirikan proyek baru yang membutuhkan tenaga kerja maka akan membuka lapangan pekerjaan sehingga meningkatkan pendapat nasional.

f. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan Internasional

Bank sebagai pemberi kredit tidak hanya menjalankan usaha di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Bank asing yang berada di Indonesia misalnya: tidak hanya beroperasi di negara asalnya tetapi juga di Indonesia.


(47)

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT

A. Pengertian Perjanjian Kredit 1. Pengertian Perjanjian

Pengertian perjanjian berbeda dengan perikatan. Perikatan adalah suatu hubungan antara dua orang atau dua pihak, dimana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain, dan pihak lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.24

Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang tersebut saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbul suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.25 R. Setiawan, menyebutkan bahwa perjanjian ialah suatu perbuatan hukum di mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.26 Dari pendapat-pendapat di atas, maka pada dasarnya perjanjian adalah proses interaksi atau hubungan hukum dan dua perbuatan hukum yaitu penawaran oleh pihak yang

       24

R Subekti, hukum perjanjian, Citra Aditya Bhakti, Jakarta, 1987, hal.1. 25

Ibid, hal.6. 26

R.Setiawan, hukum perikatan-perikatan pada umumnya, Bina Cipta, Bandung, 1987, hal.49.


(48)

satu dan penerimaan oleh pihak yang lainnya sehingga tercapai kesepakatan untuk menentukan isi perjanjian yang akan mengikat kedua belah pihak.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Pasal 1313, dinyatakan bahwa perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Kata persetujuan tersebut merupakan terjemahan dari perkataan overeekomst dalam bahasa Belanda. Kata overeekomst tersebut lazim diterjemahkan juga dengan kata perjanjian. Jadi persetujuan dalam Pasal 1313 KUH Perdata tersebut sama artinya dengan perjanjian.27

Pengertian perikatan lebih luas dari pada pengertian perjanjian. Perikatan bersumber dari perjanjian dan Undang–Undang. Perikatan yang bersumber dari Undang–Undang ada dua, yaitu : yang lahir dari Undang–Undang saja dan yang lahir karena perbuatan manusia.28 Perikatan yang lahir karena perbuatan manusia terbagi dua, yaitu : perbuatan yang halal dan perbuatan yang melanggar hukum.29

Sedangkan perjanjian adalah sumber perikatan, dan merupakan perbuatan para pihak yang saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dengan demikian pengertian perikatan bersifat abstrak sedangkan perjanjian bersifat konkret.30

Menurut M. Yahya Harahap, “Perjanjian mengandung pengertian suatu hubungan hukum kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus

       27

Solahudin, kitab undang-undang hukum perdata, Visimedia, 2008, hal.466. 28

R Subekti, hukum perjanjian, Citra Aditya Bhakti, Jakarta, 1987, hal.1. 29

Ibid, hal.2. 30


(49)

mewajibkan pada pihak yang lain untuk menunaikan prestasi”.31Menurut Pasal 1320 KUH Perdata untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu :

a. Sepakat mereka yang mengikat dirinya; b. Cakap untuk membuat sesuatu perjanjian; c. Mengenai sesuatu hal tertentu;

d. Suatu sebab yang halal.

Syarat sepakat dan cakap bagi sahnya perjanjian, disebut sebagi syarat subjektif karena menyangkut orang atau pihak–pihak yang terlibat dalam perjanjian, sedangkan syarat mengenai suatu hal tertentu dan sebab yang halal disebut sebagai syarat objektif karena menyangkut objek yang diperjanjikan oleh orang–orang atau subjek yang membuat perjanjian.

Jika suatu syarat subjektif tidak terpenuhi (sepakat mereka yang mengikatkan dirinya atau cakap untuk berbuat sesuatu) maka perjanjiannya dapat dimintakan pembatalan oleh salah satu pihak. Apabila syarat objektif tidak terpenuhi (mengenai sesuatu hal tertentu atau sebab yang halal) maka perjanjiannya batal demi hukum.32

Pengertian perjanjian perdata batal demi hukum berbeda dengan perjanjian dapat dimintakan pembatalan. Perjanjian batal demi hukum berarti secara yuridis dari semula tidak ada perjanjian dan juga tidak ada pula suatau perikatan diantara subjek yang membuat perjanjian itu. Pada perjanjian yang dapat dimintakan pembatalan, berarti Undang-Undang menyerahkan kepada para pihak yang

       31

M. Yahya Harahap, segi-segi hukum perjanjian, Alumni Bandung, 1986, hal.6. 32


(50)

berkepentingan untuk membatalkan perjanjian itu atau tidak.33 Pasal 1337 KUH Perdata menyebutkan bahwa suatu sebab adalah terlarang, jika sebab itu dilarang oleh Undang-undang atau bila sebab itu bertentangan dengan kesusilaan atau dengan ketertiban umum dan Pasal 1338 KUH Perdata menyebutkan semua persetujuan yang dibuat sesuai Undang-Undang berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh Undang-Undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan iktikad baik.

Hukum perjanjian Indonesia menganut sistem terbuka, artinya bahwa hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk membuat perjanjian apa saja asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan.34 Terkait dengan masalah perjanjian maka tidak terlepas dari hal prestasi, prestasi adalah sesuatu yang dapat dituntut. Jadi dalam suatu perjanjian suatu pihak (biasanya kreditur) menuntut prestasi pada pihak lainnya (biasanya debitur). Menurut Pasal 1234 KUH Perdata prestasi terbagi dalam 3 macam35: Prestasi untuk menyerahkan sesuatu;

1. Prestasi untuk melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu; dan 2. Prestasi untuk tidak melakukan atau tidak berbuat sesuatu

Apabila seseorang telah ditetapkan prestasi sesuai dengan perjanjian itu, maka kewajiban pihak tersebut untuk melaksanakan atau menaatinya. Dan apabila seseorang yang telah ditetapkan prestasi sesuai dengan perjanjian tersebut tidak       

33

Ibid, hal.22. 34

Ibid, hal.22. 35

Marindra Prahandi Fedianto, perbuatan melanggar hukum atau wanprestasi, hukumonline.com, 5 May 2013


(51)

melaksanakan atau tidak memenuhi prestasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka orang tersebut disebut melakukan wanprestasi, atau apabila debitur tidak melaksanakann kewajibannya maka ia telah dikatakan wanprestasi. Kata wanprestasi dalam bahasa Indonesia berarti lalai, alpa atau ingkar janji. Wanprestasi atau ingkar janji dapat berupa36: Tidak melaksanakan apa yang disanggupi akan dilakukan;

1. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan; 2. Melakukan apa yang dijanjikan, tetapi terlambat ;

3. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. 2. Perjanjian Kredit

a.Pengertian Kredit

Kata kredit berasal dari bahasa Romawi yaitu credere yang artinya percaya. Artinya pemberi pinjaman percaya bahwa penerima pinjaman mampu memenuhi perikatannya.

Kredit ialah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu dengan itu,berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain untuk melunasi hutang yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau sebagian hasil keuntungan.

Defenisi ini bersifat umum, karena sesungguhnya setiap pemberian kredit disertai berbagai perjanjian khusus dan klausula tersendiri yang membuat larangan

       36


(52)

dan keharusan yang harus dilakukan oleh nasabah terhadap bank pemberi kredit,seperti:37 Keharusan membuat laporan keuangan secara rutin tiap bulan 1. Keharusan melaporkan setiap ada perubahan yang sangat mendasarkan

dalam perusahaan debitur

2. Keharusahan memberikan laporan jika terjadi perubahan manajemen

3. Larangan pengontrakkan bangunan yang dijadikan sebagai jaminan kredit pada bank

4. Larangan menggunakan kredit untuk pembiayaan diluar perjanjian kredit. Pengertian kredit dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang merupakan perubahan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan; Kredit adalah : Penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah janhka waktu tertentu dengan pemberian bunga

Pasal 1 angka 12 UU Perbankan 1998 mengartikan Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

Dari pengertian kredit dan pembiayaan diatas ternyata pengertian kredit pada Pasal 1 angka 12 UU Perbankan 1998 lebih luas bila dibandingkan pengertian pembiayaan dalam Pasal 1 angka 11 UU No.10 Tahun 1998. Karena dalam Pasal 1       

37

H.AS.Mahmoeddin, melacak kredit bermasalah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2004, hal.2.


(53)

angka 11 No. 10 Tahun 1998 hanya diisyaratkan adanya bunga, sedangkan dalam Pasal 1 angka 12 UU Perbankan 1998 tentang pembiayaan selain mengisyaratkan adanya bunga, juga ada mengisyaratkan adanya imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

b.Perjanjian Kredit

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, ditentukan bahwa kredit diberikan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain, namun Undang-Undang tersebut tidak menentukan lebih lanjut mengenai bagaimana bentuk persetujuan pinjam-meminjam tersebut.

Beberapa sarjana hukum berpendapat bahwa perjanjian kredit dikuasai oleh ketentuan-ketentuan KUHPerdata bab XIII buku III karena perjanjian kredit mirip dengan perjanjian pinjam uang menurut KUHPerdata pasal 1754 yang berbunyi : “Pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak lain suatu jumlah tertentu yang habis karena pemakaian dengan syarat dimana pihak terakhir ini akan mengembalikan sejumlah dengan syarat bahwa pihak yang sama pula. Namun sarjana hukum yang lain berpendapat bahwa perjanjian kredit tidak dikuasai oleh KUHPerdata tetapi perjanjian memiliki identitas dan karakteritis tersendiri. Menurut hemat penulis perjanjian kredit sebagian dikuasai atau mirip perjanjian pinjam uang seperti diatur dalam KUPHperdata.38 Memahami rumusan pengertian yang diberikan oleh undang-undang perbankan maka dapat disimpulkan dasar perjanjian kredit sebagian masih bisa mengacu pada ketentuan kitab undang-undang hukum perdata bab XIII

       38


(54)

Dalam membuat perjanjian kredit terdapat berbagai judul dalam prakteknya perbankan tidak sama lain, ada yang menggunakan judul perjanjian kredit, akad kredit, persetujuan pinjam uang, persetujuan membuka kredit dan lain sebagainya dalam bentuk akta otentik menggunakan nama pengakuan hutang yang diuraikan tersendiri.meskipun judul dari perjanjian pinjam meminjam uang itu berbeda-beda tetapi secara yuridis isi perjanjian pada hakekatnya sama yaitu memberikan pinjaman berbentuk uang.

Pengertian tentang perjanjian kredit belum dirumuskan, oleh karenanya perlu untuk memahami pengertian perjanjian kredit yang diutarakan oleh para pakar hukum antara lain:

Demikian juga halnya yang dikemukakan pula oleh Mariam Darus Badrulzaman:

Dari rumusan yang terdapat didalam Undang-Undang Perbankan mengenai perjanjian kredit, dapat disimpulkan bahwa dasar perjanjian kredit adalah perjanjian pinjam-meminjam di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1754. Perjanjian pinjam-meminjam ini juga mengandung makna yang luas yaitu objeknya adalah benda yang menghabis jika

verbruiklening termasuk di dalamnya uang. Berdasarkan perjanjian pinjam

meminjam ini pihak penerima pinjaman menjadi pemilik yang dipinjam dan kemudian harus dikembalikan dengan jenis yang sama kepada pihak yang meminjamkan. Karenanya perjanjian kredit ini merupakan perjanjian yang bersifat riil, yaitu bahwa terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh “penyerahan” uang oleh bank kepada nasabah.39

B. Bentuk dan Jenis-JenisKredit 1. Bentuk Perjanjian Kredit

Menurut hukum perjanjian kredit dapat dibuat secara lisan atau tertulis, yang terpenting memenuhi syarat-syarat Pasal 1320 KUHPerdata. Namun dari sudut       

39


(55)

pembuktian perjanjian secara lisan sulit untuk dijadikan sebagai alat bukti bagi para pihak yang membuatnya. Dalam dunia modern perjanjian secara lisan tentu sudah tidak dapat disarankan lagi untuk dipergunakan meskipun secara teori diperbolehkan, karena perjanjian secara lisan sulit untuk dijadikan sebagai alat pembuktian bila terjadi masalah dikemudian hari.Untuk itu setiap perjanjian apapun harus dibuat akta dengan bentuk tertulis yang digunakan sebagai alat bukti.

Pasal 1 angka 11 UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan menyebutkan “penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Maka dari kalimat tersebut menunjukkan bahwa pemberian kredit harus dibuat dengan bentuk tertulis berupa surat akta perjanjian, agar seluruh perjanjian jelas dan jika perjanjian tidak ditepati oleh salah satu pihak akan di dilakukan upaya hukum yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

Bentuk perjanjian kredit didalam praktek perbankan dapat dibagi menjadi dua:

a. Perjanjian kredit yang dibuat di bawah tangan

Maksud dari perjanjian kredit yang dibuat dibawah tangan adalah perjanjian yang disiapkan dan dibuat sendiri oleh bank kemudian ditawarkan kepada debitur untuk disepakati. Untuk mempermudah dan mempercepat kerja bank, biasanya bank sudah menyiapkan formulir perjanjian dalam bentuk standart (standard form)40Kalau perjanjian (standart) kredit itu kita pelajari lebih mendalam lagi,       

40

Sutarno, aspek-aspek hukum perkreditan pada bank,cet .3, Alfabeta, Bandung, 2005, hal.100.


(56)

maka perjanjian kredit dibedakan menjadi dua bagian, yaitu “perjanjian induk” (hoofdcontract) dan “perjanjian tambahan” (hulp contract). Perjanjian induk mengatur tentang hal–hal pokok dari perjanjian tambahan, perjanjian tambahan menguraikan apa yang terdapat dalam perjanjian induk.41

b. Perjanjian kredit yang dibuat oleh dan dihadapan notaris (dinamakan akta otentik atau akta notariil)

Yang membuat perjanjian ini bisa seorang notaris, bisa dibuat dihadapan notaris, dan bisa dibuat oleh para pihak dan didaftarkan kepada notaris. Namun pada prakteknya semua syarat dan ketentuan perjanjian kredit disiapkan oleh bank kemudian diberikan kepada notaris untuk dirumuskan dalam akta notariil. Akta ini biasanya dibuat untuk pemberian kredit dalam jumlah yang besar dengan jangka waktu menengah atau panjang, seperti kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit sindikasi.

2. Jenis-Jenis Kredit

Dalam praktek perbankan, kredit dapat dibedakan berdasarkan faktor-faktor yang terdapat dalam pemberian kredit tersebut sehingga dapat ditemukan jenis-jenis kredit berdasarkan jangka waktunya, sifat penggunaannya, dan juga berdasarkan cara pemakaiannya.

Berdasarkan jangka waktunya, kredit terbagi menjadi42 :

1) Kredit jangka pendek yaitu kredit yang mempunyai jangka waktu sampai satu tahun. Kredit ini diberikan untuk jangka waktu tiga bulan, enam bulan, dan selama-lamanya satu tahun. Setelah berakhir jangka waktunya maka       

41

Mariam Darus Badrulzaman, op. cit, hal.36. 42

Munir Fuadi, Hukum Perkreditan Kontemporer, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2002, hal.13.


(57)

bank dapat memberikan perpanjangan waktu lagi atas permohonan debitur. Jenis kredit jangka pendek ini sering diberikan untuk Kredit Modal Kerja, kredit dalam perdagangan ekspor dan impor.

2) Kredit jangka menengah yaitu kredit yang jangka waktunya antara satu tahun hingga tiga tahun. Biasanya kredit ini diberikan untuk investasi yang tidak lebih dari tiga tahun, misalnya untuk membeli kendaraan bermotor, kredit untuk keperluan produksi, atau untuk Kredit Modal Kerja.

3) Kredit jangka panjang yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun. Kredit ini biasanya diberikan untuk investasi dalam rangka rehabilitasi, ekspansi atau pendirian suatu proyek.

a. Kredit menurut sifat penggunaannya terbagi menjadi dua yaitu:

1) Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan yang bersifat konsumsi. Kebutuhan ini berupa kebutuhan primer seperti kebutuhan akan tempat tinggal, dan kebutuhan sekunder.

2) Kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk tujuan roduksi baik untuk meningkatkan usaha debitur dalam berproduksi, investasi, maupun untuk perdagangan.

b. Kredit ditinjau dari segi cara pemakaiannya terbagi menjadi :

1) Kredit rekening Koran bebas, yaitu kredit dalam bentuk rekening Koran (kredit berdasarkan perhitungan debet dan kredit, dimana bank selalu membukukan pengambilan dan setoran oleh debitur) yang diberikan secara berangsur-angsur dimana rekening korannya telah diisi menurut besarnya kredit (maksimum jumlah kredit) dan


(58)

debitur bebas melakukan penarikan rekening Koran selama kredit berjalan.

2) Kredit rekening Koran terbatas, yaitu kredit rekening Koran dengan pembatasan tertentu dalam penarikan uang dari rekening korannya secara berangsur-angsur. Disini debitur dilarang menarik uang sekaligus, tetapi secara teratur dan sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan laporan perkembangan usaha debitur.

3) Kredit rekening Koran aflopend, disini debitur dapat menarik seluruh maksimum jumlah kredit. Dalam kredit ini yang diatur adalah saldo debet pada waktu-waktu tertentu yang harus ditaati debitur. Kredit ini biasanya digunakan pada kredit investasi.

4) Revolving credit, disini penarikan kredit sama dengan pada jenis

kredit rekening Koran bebas dan masa penggunaannya satu tahun tetapi dengan syarat penarikannya yaitu pada akhir triwulan kesatu saldo peminjam harus tersisa nol, dan pada triwulan kedua debitur dapat menarik lagi secara bebas dan seterusnya sampai akhir satu tahun. Bila bank beranggapan bahwa kredit masih dapat dilanjutkan maka dapat diadakan pembaharuan kredit.

5) Term loan, jenis kredit ini mirip dengan kredit rekening Koran

bebas tetapi penggunannya sangat fleksibel, artinya debitur dapat menggunakan kreditnya untuk keperluan apa saja dan bank tidak tahu tentang penggunaannya. Jenis kredit ini dapat digunakan untuk kredit perdagangan dan investasi.


(59)

Ada juga penamaan jenis kredit didasarkan pada penggunannya, yaitu Kredit Usaha Tani, Kredit Konsumtif dan Kredit Profesi, Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja, Kredit Usaha Kecil (KUK) dan lain-lain.43

C. Perjanjian Kredit Bank

Perjanjian kredit jika dilihat dari pemikiran-pemikiran para sarjana Windscheid, Goudeket, Losecaaat-Vermeer, Asser-Kleyn dan sebagainya,maka perjanjian kredit dapat di golongkan kedalam dua kelompok :

1. Kelompok saatu menyatakan :

“Bahwa perjanjian kredit atau perjanjian-perjanjian uang merupakan satu perjanjian sifatnya Konsensual”

2. Kelompok kedua menyebutkan :

“Bahwa perjanjian kredit atau perjanjian-perjanjian yang merupakan dua buah perjanjian yang masing-masing bersifat konsensual dan riil”

Menurut UU Perbankan 1992, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,imbalan atau pembagian hasil keuntungan (Pasal 1 angka 12 UU Perbankan 1992)44.

Drs. Thomas Suyanto dkk dalam bukunya dasar-dasar perkreditan menyatakan :

       43

Ibid. hal. 17. 44


(1)

masalah yang lebih besar karena Nasabah pergi keluar kota, barang yang digunakan telah dipindahtangankan, dan keberadaannya tidak diketahui. Kondisi itu tidak membuat Bank putus asa, Bank tetap optimis pasti ada jalan keroma. Maka Bank melakukan pendekatan kepada Saudara-saudaranya. Bank meyakinkan mereka bahwa sebagai saudara mereka wajib saling membantu jika ada salah seorang saudara yang sedang menghadapi kemalangan/kesusahan. Rupanya pendekatan Bank tidak sia-sia berkat niat baik saudara-saudara Nasabah dan kesadaran mereka untuk membantu mereka membayar kewajiban Nasabah kepada Bank. dan pembayaran itu terjadi setelah Bank melakukan upaya-upaya penyelesaian memakan waktu 1 tahun.

C.KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DI BANK BNI CABANG MEDAN

Pada dasarnya lembaga kepailitan merupakan suatu lembaga yang memberikan suatu solusi terhadap para pihak apabila debitor dalam keadaan berhenti membayar atau tidak mampu membayar.

Keberadaan lembaga kepailitan saat ini sangat penting, terutama apabila melihat perannya sebagai salah satu alternatif solusi bagi penyelesaian masalah kredit debitor. Kreditor dapat menggunakan lembaga kepailitan terutama untuk memperoleh kepastian terhadap besarnya penggantian kredit, dari hutang-hutang debitor yang akan diterimanya, hasil dari pembagian antara para kreditor atas kekayaan debitor oleh Kurator.

Bagi debitor, lembaga kepailitan dapat juga menjadi solusi yang terakhir, terutama bagi diperolehnya kepastian terhadap besarnya kewajiban yang harus


(2)

dibayarkan kepada para kreditor untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya, sehingga debitor dapat terbebas dari tuntutan-tuntutan pihak kreditor karena telah diselesaikannya kewajiban yang harus dibayar.

Dilihat dari perspektif ekonomi, penggunaan lembaga kepailitan sebenarnya tidak perlu terjadi, apabila kredit yang diterima oleh debitor sehat dan dikelola dengan baik. debitor memiliki tanggung jawab untuk melakukan pengelolaan kredit, menjaga dan memelihara kredit tersebut agar tetap sehat dan termasuk untuk melaksanakan kewajiban debitor dalam membayar bunga kredit, termasuk pokok kredit apabila telah jatuh tempo sesuai perjanjian kredit antara debitor dengan kreditor yang telah disepakati sebelumnya.

Faktor-faktor Yang Menjadi Kendala Dalam Pelaksanaan Fungsi

Dalam proses kepailitan sering ditemui hambatan-hambatan yang menghalangi jalannya proses kepailitan sampai dengan pelaksanaan putusan kepailitannya. Hambatan ini bisa menimbulkan ketidakpastian hukum karena dengan lambatnya pelaksanaan putusan kepailitan maka dapat menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan kepailitan.

Padahal Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan menganut asas adil (memperhatikan kepentingan secara seimbang antara kreditor dan debitor), cepat (dibatasi jangka waktu penyelesaian perkara baik ditingkat pertama, kasasi maupun peninjauan kembali) dan efektif (tanpa putusan mempunyai kekuatan pasti, utusan sudah dapat dilaksanakan.

Hambatan biasanya datang dari pihak debitor yang beritikad buruk atau yang tidak mempunyai keinginan untuk melunasi hutang-hutangnya bisa berupa,


(3)

penggelapan investasi pada saat kurator akan mencatat harta debitor, dengan serta merta debitor memindahkan harta kekayaannya ke tempat lain sehingga pada saat diadakan pencatatan oleh kurator ternyata debitor telah tidak mempunyai harta apa-apa lagi.

Ketidakprofesionalan kurator dalam mengurus harta-harta debitor yang telah diyatakan pailit merupakan faktor hambatan lainnya. Hal ini mungkin saja terjadi karena para kurator yang rata-rata mempunyai lulusan sarjana hukum yang tidak mempunyai kemampuan untuk mengelola perusahaan.

Karena di samping penguasaan bidang hukum sudah seharusnya para kurator juga memiliki kemampuan dalam pengelolaan suatu usaha khususnya yang berkaitan dengan audit pembukuan perusahaan.

Kendala-kendala yang di alami dalam penyelesaian kredit macet 1. Cacat hukum dalam pembuatan perjanjian

2. Perlawanan / verzet lelang 3. Ditempati Pihak Ketiga

4. Nilai jaminan tidak sebanding dengan nilai kredit

Jika analisis berdasarkan pengalaman selama ini ada dua hal pokok kendala yang menghambat penyelesaian kredit bermasalah melalui jalan non litigasi, yaitu: 1. Iktikad tidak baik debitor

2. Ketidaktepatan waktu

1. Iktikad tidak baik debitor

Iktikad di sini merupakan suatu keamanan atau niat dari pihak debitor berupa keinginan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Keinginan ini biasanya


(4)

terwujud dalam kesediaan secara pribadi untuk melaksanakan kesepakatan yang telah dibuat bersama antara debitor dengan kreditor, baik dalam hal ketepatan waktu, jumlah dana yang harus diserahkan maupun tindakan yang bersifat kooperatif sehingga hasil akhir sesuai dengan apa yang telah disepakati.

2. Ketidaktepatan Waktu

Ketidaktepatan waktu di sini merupakan suatu keterlambatan debitor dalam membayar kembali hutangnya, yang mengakibatkan penyelesaian menjadi berlarut-larut sehingga beban yang akan ditanggung oleh debitor semakin besar

Kendala-kendala yang sering terjadi karena dimana pihak nasabah menggugat Bank apabila Bank ingin melakukan lelang barang-barang yang dibeli dari hasil meminjam uang dari Bank tersebut,karena di dalam pengadilan sudah diberitahukan bahwa dilarang menjual belikan aset debitur, maka karna alasan itu lah nasabah dapat menuntut pihak Bank apabila Bank ingin melakukan pelalangan.maka itu juga lah alasan pihak Bank lama menyelesaikan permasalahan karna prosesnya cukup lama.66

      


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1.Penyebab timbulnya kredit macet karna adanya masalah dari nasabah yaitu dimana nasabah menyalahgunakan kredit yang di perolehnya, nasabah kurang mampu mengelola usahanya dan nasabah beritikad tidak baik, sedangkan masalah dari Bank itu sendiri ytaitu karena Timbulnya kredit macet tersebut dapat diaktegorikan atas 3 (tiga) sebab, yaitu:

1.Kesalahan dalam penilaian dan putusan Kreditur (Bank BNI) 2.Kelemahan dalam membina dan mengawasi Debitur

3.Karena faktor lainnya (diluar faktor 1 dan 2 di atas)

2.Upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan kredit macet modal kerja ada 3 hal,yaitu dengan menggunakan Rescheduling adalah suatu tindakan yang di ambil dengan cara memperpanjang waktu kredit atau jangka waktu angsuran. Dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam masalah waktu untuk membayar kredit. Termasuk perubahan jumlah angsuran,bila perlu dengan penambahan kredit.

Reconditioning adalah melakukan suatu perubahan terhadap sebagian atau syarat-syarat perjanjian atau mengubah berbagai persyarat-syaratan yang telah ada sebelumnya yang dibuat Debitur dan Kreditur. Restructuring adalah upaya berupa melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian kredit berupa pemberian tambahan kredit dengan pertimbangan nasabah memang memerlukan tambahan dana dan usaha yang harus dibiayai masih layak.


(6)

3.Ada 2 hal yg menjadi kendala dalam menyelesaikan kredit macet ini ialah iktikad tidak baik debitur dimana maksudnya ialah tidak ada niat baik dari debitur unruk menyelesaikan suatu permasalahan. Dimana debitur selalu mengelak apabila sudah di ingatkan untuk membayar hutangnya terhadap Bank sehingga Bank pun akan mengambil langkah tegas kepada debitur dan ketidaktepatan waktu merupakan suatu keterlambatan debitor dalam membayar kembali hutangnya, yang mengakibatkan penyelesaian menjadi berlarut-larut sehingga beban yang akan ditanggung oleh debitor semakin besar.

B. Saran

1. Dalam pemberian kredit agar lebih diperkuat aspek pertimbangan hukum dengan tidak pandang bulu. Perangkat aturan dalam pemberian kredit agar dapat dilaksanakan dengan baik sehingga apabila ada pihak yang wanprestasi dapat langsung ditindak dan dikenakan sanksi.

2. Bank dalam pelaksanaan usaha pencegahan kredit macet hendaknya secara teguh menerapkan prinsip kehati-hatian (prudent banking) dan melaksanakan prinsip pemberian pinjaman secara sehat

3. Perlunya ditetapkan kode etik, supaya bank yang ia kelola tidak disalahgunakan kepentingan sendiri