Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BAB V

BAB V
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH
PROVINSI SULAWESI TENGAH

Dalam BUKU III Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2014­2019, berdasarkan potensi dan keunggulan Wilayah
Sulawesi,  maka  tema  besar  Pembangunan  Wilayah Sulawesi  adalah:  (1)
sebagai   salah   satu   pintu   gerbang   Indonesia   dalam   perdagangan
internasional   dan   pintu   gerbang   Kawasan   Timur   Indonesia;   (2)
Pengembangan   industri   berbasis   logistik;   (3)   Lumbung   pangan   nasional
dengan   pengembangan   industri   berbasis  kakao,   padi,   jagung;   (4)
Pengembangan   industri   berbasis   rotan,   aspal,   nikel,   bijih   besi   dan   gas
bumi;   serta   (5)  Percepatan   pembangunan   ekonomi   berbasis   maritim
(kelautan)  melalui   pengembangan   industri   perikanan   dan   pariwisata
bahari.
Tujuan pengembangan Wilayah Sulawesi tahun 2015­2019 adalah
mendorong   percepatan   dan   perluasan   pembangunan   Wilayah   Sulawesi
dengan   menekankan   keunggulan   dan   potensi   daerah,   melalui:   (a)
pengembangan   industri   berbasis   logistik,   komoditas   kakao,   jagung,
perikanan,   padi,   rotan,   aspal,   nikel,   bijih   besi,   dan   gas   bumi,   serta
pengembangan pariwisata bahari; (b) penyediaan infrastruktur wilayah; (c)

peningkatan SDM dan ilmu dan teknologi secara terus menerus. 
Adapun   sasaran   pengembangan   Wilayah   Sulawesi   pada   tahun
2015­2019 adalah sebagai berikut: 
1. Mengembangkan     pusat­pusat   pertumbuhan   ekonomi   di   koridor
ekonomi   melalui   pengembangan   3   Kawasan   Ekonomi   Khusus,   5

388

Kawasan   Industri,   dan   pusat­pusat   pertumbuhan   sebagai
penggerak ekonomi daerah pinggiran lainnya;
2. mengentaskan 14 Kabupaten tertinggal untuk mengurangi adanya
kesenjangan antar wilayah;
3. Mempercepat   pembangunan   1   Kawasan   Perkotaan   Metropolitan,
peningkatan   efisiensi   pengelolaan   1   Kawasan   Perkotaan
Metropolitan   yang   sudah   ada   saat   ini,   mewujudkan   optimalisasi
peran 6 kota otonom berukuran sedang sebagai penyangga (buffer)
urbanisasi serta 2 kota baru publik yang mandiri dan terpadu;
4. Mengurangi   pengangguran   dan   meningkatkan   keberdayaan
masyarakat di desa­desa tertinggal.
5. Meningkatkan keterkaitan desa­kota melalui penguatan sedikitnya

9 pusat­pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
6. Mengembangkan   2   Pusat   Kegiatan   Strategis   Nasional   (PKSN)
sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara.
7. Mengurangi   indeks   risiko   bencana   pada   24     kabupaten/kota
sasaran   yang   memiliki   indeks   risiko   bencana   tinggi,   baik   yang
berfungsi   sebagai   PKN,   PKSN,   PKW,   KEK,   Kawasan   Industri
maupun pusat pertumbuhan lainnya.
Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Pulau Sulawesi
meliputi:
1. Pengembangan Kawasan Strategis;
Kebijakan   pengembangan   kawasan   strategis   bidang   ekonomi   di
Wilayah   Sulawesi   difokuskan   sebagai   pengembangan   industri   berbasis
logistik,   serta   pengembangan   industri   berbasis   komoditas   kakao,   rotan,
perikanan,   aspal,   nikel,   dan   bijih   besi,   serta   pengembangan   pariwisata
bahari yang miliki daya saing nasional dan internasional., Pengembangan
389

kawasan   strategis   di   Pulau   Sulawesi   khususnya   di   Provinsi   Sulawesi
Tengah   meliputi:   Kawasan   Ekonomi   Khusus/Kawasan   Industri   Palu,

Kawasan   Industri   Morowali   serta   pengembangan   pusat­pusat
pertumbuhan penggerak ekonomi daerah pinggiran seperti Kapet Palapas.
Pengembangan   kawasan   strategis   tersebut   dilakukan   melalui
pengembangan   potensi   ekonomi   wilayah,   percepatan   penguatan
konektivitas penguatan kemampuan sumber daya manusia dan iptek
serta penguatan regulasi bagi peningkatan iklim investasi dan iklim
usaha
2. Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan;
Strategi   ini   meliputi   Pengembangan   Kawasan   Perkotaan,
Pengembangan   Desa   dan   Kawasan   Perdesaan   serta   Peningkatan
Keterkaitan   Kota   dan   Desa   di   Wilayah   Sulawesi.   Beberapa   kawasan   di
Sulawesi   Tengah   masuk   dalam  lokasi   prioritas   peningkatan   keterkaitan
desa­kota untuk memperkuat pusat pertumbuhan di Sulawesi, yaitu 
Lokasi Kawasan
Buol/Tolitoli
sekitarnya 

 

dan


Kelompok Kawasan

PKW
Buol 

Kawas
an
Perdag
angan
Bebas
(KPB)
Air
Tenang

Kawas
an
Trans
migras
i:

Momun


Kota
Otono
m

390

Komoditas Unggulan

Padi

Pakawuja

Cengkeh

Kelapa
Dalam


Poso   dan   sekitarnya
(Kabupaten   Poso,   Kab.Tojo
Unauna, Kabupaten
Parigi   Moutong   dan
Kabupaten Donggala)

Terdek
at   :
Goront
alo   dan
Palu
PKW
Poso
KPB
Tampo
role 
Kawas
an
Trans
migras

i: 
Ambaro







Kolonedale dan
sekitarnya 
(Kab. Morowali,
Kab. Morowali
Utara, Prov. 
Sulteng dan Kab.
Luwu Timur, Prov
Sulsel)

na
PKW

Kolone
dale 
Kawas
an
Minapo
litan:
Bungk
u
Selatan
KPB
Mahalo
na 
KPB
Bungk

Kawas
an
Trans
migras
i:

Kolone
dale,
Lembo


























3. Pengembangan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan; 

391

Jagung
Cengkeh
Padi
Kakao
Kelapa
Dalam
Rumput
Laut

Udang
Wisata
Bahari
Perikanan
Tangkap
Rumput
Laut
Padi
Kakao
Perikanan
Tangkap

Arah   kebijakan   Percepatan   Pembangunan   Daerah   Tertinggal   di
Wilayah   Sulawesi   difokuskan   pada   promosi   potensi   daerah   tertinggal
untuk   mempercepat   pembangunan,   sehingga   terbangun   kemitraan
dengan banyak pihak. Promosi daerah tertinggal ini juga akan mendorong
masyarakat semakin mengetahui potensi daerah tersebut dan akan aktif
dalam membantu pembangunan, upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan
kebutuhan   pelayanan   dasar   publik   dan   pengembangan   perekonomian
masyarakat yang berbasis pertanian, perkebunan, perikanan, migas, dan
pertambangan nasional yang didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM)
yang berkualitas dan infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah
pinggiran,   seperti   daerah   tertinggal   dan   kawasan   perbatasan   ke   pusat
pertumbuhan.
Pada periode RPJMN 2015­2019 jumlah daerah tertinggal di Sulawesi
sebanyak   18   kabupaten.   Pada   akhir   periode   RPJMN   2015­2019
ditargetkan sebanyak 14 kabupaten tertinggal dapat terentaskan.
4. Penanggulangan Bencana; 
Untuk   mendukung   pengembangan   Wilayah   Sulawesi,   maka   arahan
kebijakan   penanggulangan   bencana   diarahkan   untuk   mengurangi
risiko   bencana   pada   pusat­pusat   pertumbuhan   dan   meningkatkan
ketangguhan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam
menghadapi   bencana.   Strategi   penanggulangan   bencana   dan
pengurangan risiko bencana di Wilayah Sulawesi dilakukan melalui :
(1)   Internalisasi   pengurangan   risiko   bencana   dalam   kerangka
pembangunan   berkelanjutan;   (2)   Penurunan   tingkat   kerentanan
terhadap   bencana;   (3)   Peningkatan   kapasitas   penanggulangan
bencana.
Adapun sebaran risiko bencana dan profil kerawanan di Provinsi Sulawesi
Tengah dapat dilihat pada Tabel berikut 

392

Profil Kerawanan dan Risiko Bencana PKN dan PKW
di Wilayah Sulawesi Tengah
Lokasi
Kawasan

 

pusat
pertumbu
han
penggerak
ekonomi
daerah
pinggiran
lainnya   di
Sulawesi
Tengah
KEK   Palu/   Kawasan
Industri
Palu   –
Sulawesi
Tengah
Kawasan Industri Morowali­
Sulawesi
Tengah

Poso dan sekitarnya 
(KPB Tamporole, kawasan
agropolitan)

Index   Kerawanan   (IRBI
2011)
Tinggi   untuk   ancaman:
banjir   dan
longsor,
gempabum
i, cuaca
ekstrim, kekeringan

Kelas   Multi   Risiko   (IRBI
2013)
Kota Palu: tinggi, Kab. Sigi:
sedang,
Kab.Dongg
ala: tinggi,
Kab. Parigi Moutong: tinggi

Tinggi   untuk   banjir   dan
longsor,
gempabum
i,   cuaca
ekstrim
dan
Abrasi
Tinggi   untuk   bencana
abrasi,
gempa
bumi,
longsor
dan banjir
Kab.   Poso   tinggi   untuk
banjir,
cuaca
ekstrim,
longsor,
abrasi
Kab. Donggala tinggi untuk
banjir,
cuaca
ekstrim,
gempa,
longsor,
abrasi
Kab. Morowali: tinggi untuk
banjir dan longsor
Kab.   Morowali   Utara:   data
belum tersedia

Tinggi 

Kolonedale dan sekitarnya 
(Kawasan
MinapolitanBungku
Selatan,   KPB   Bungku,
Kawasan Transmigrasi)
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Sulawesi 
Palu
Tinggi   untuk   ancaman:
banjir,
tanah

393

Tinggi 

Kab. Poso: tinggi
Kab. Donggala: tinggi

Kab. Morowali: tinggi
Kab.   Morowali   Utara:   data
belum tersedia

Tinggi

longsor,
abrasi,
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Sulawesi
Luwuk – Kab. Banggai
Tinggi untuk ancaman:
banjir, abrasi, angin topan,
konflik
sosial
Donggala
Tinggi untuk ancaman:
gempabumi,   banjir,   tanah
longsor,
abrasi,
angin
topan

Tinggi 

Tinggi

5. Penataan Ruang Wilayah Sulawesi
Prioritas lokasi pengembangan pusat kegiatan pada periode 2015­2019
khususnya di Sulawesi Tengah dapat dilihat pada Tabel berikut ini
Provinsi
Sulawesi Tengah

Pusat Kegiatan dalam PKSN
PKW
Poso (II/C/3)
Luwuk II/C/1)
Buol (II/C/1)
Kolonedale

(
I
I
/
C
/
1
)

Tolitoli (II/C/1)
Donggala (II/C/1)

Sementara itu dalam rangka pengembangan Kawasan Strategis Nasional
(KSN)   maka   Strategi   pengembangan   KSN   di   Pulau   Sulawesi   khsusunya
Sulawesi Tengah dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Perbatasan
Pertahanan dan Keamanan
Sulawesi Utara­
Gorontalo­
Sulawesi
Tengah

Strategi
Pengembangan

394

pras
aran
a
dan
sara

K/L
1.
2.

Kemen
terian
Agraria
dan
Tata
Ruang

na
Kaw
asa
n
Perb
atas
an
Neg
ara
seca
ra
sine
rgis
di
Prov
insi
Sula
wesi
Utar
a–
Gor
onta
lo   –
Sula
wesi
Ten
gah

3.
4.

5.

BNPP
Kemen
terian
Perhub
ungan
Kemen
terian
PU dan
Perum
ahan
Rakyat

6. Tata Kelola Pemerintah Daerah dan Otonomi Daerah.
Arah   kebijakan   pengembangan   Wilayah   Sulawesi   yakni   peningkatan
kapasitas pemerintahan daerah yang mendorong pembangunan ekonomi
secara   merata   berbasis   pada   pemanfaatan   sumber   daya   alam   secara
berkelanjutan, dengan strategi: 
a. Penguatan   peran   gubernur     melalui     sebagai   wakil   Pemerintah
Pusat;
b. Penerapan   standar   pelayanan   dan   sistem   pengaduan   pada   tiap
pemerintah daerah yang terintegrasi dengan manajemen kinerja;
c. Penguatan peran PTSP sebagai sarana penyederhanaan pelayanan
kepada masyarakat dan dunia usaha.

395

d. Penguatan   mutu   pendidikan   dan   pelatihan   berbasis   kompetensi
sesuai arah dan prioritas pembangunan daerah.
e. Peningkatan proporsi belanja modal;
f. Penataan   mekanisme   monitoring   dan   evaluasi   dana   transfer   yang
terintegrasi di tingkat provinsi secara on­line;
g. Penguatan tranparansi dan akuntabilitas kebijakan dan pengelolaan
keuangan Daerah.

Untuk   mewujudkan   arah   pembangunan   wilayah   di   atas,   maka
Provinsi   Sulawesi   Tengah   (dengan   ibukota   Palu)   yang   berfungsi   sebagai
pusat pelayanan sekunder  berupaya untuk mengsinergikan perencanaan
dan sinkronisasi penyusunan program pembangunan antarsektor terkait.
Oleh   karena   itu   dalam   rangka   perencanaan   pembangunan   wilayahnya,
Provinsi Sulawesi Tengah berupaya untuk mensinergikan pengembangan
Kawasan   Pengembangan   Ekonomi   Terpadu   (Kapet)   Palapas,   Kawasan
Strategis Cepat Tumbuh (KSCT), Regional Management (RM) Naroso serta
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu.
Secara   teori   Kapet­KSCT­RM   merupakan   pendekatan
pengembangan   wilayah   berbasis   kekuatan   ekonomi   lokal.   Kapet
merupakan   perwujudan   kepedulian  (affirmative   policy)  pemerintah
berdasarkan   amanat   UUD   1945   terkait   tanggung   jawab   negara   dalam
pemerataan   pembangunan   di   seluruh   wilayah   nasional,   sedangkan   RM
merupakan inisiatif Pemerintah Daerah berbasis pada kesamaan tujuan
dan  bargaining   position.   RM   fokus   pada   pengelolaan   Kerjasama   Antar
Daerah   (KAD)   pada   bidang   tertentu   yang   disepakati   (misalnya:
pengelolaan potensi ekonomi/produk unggulan yang sama antar daerah,
pengelolaan   infrastruktur   antar   daerah,   pengelolaan   lingkungan   antar
daerah, dsb) melalui komitmen pembagian peran dan share antar daerah,

396

misal: wilayah produksi, wilayah industri dan pemasaran. Sementara itu
KSCT   merupakan   program   yang   dirancang   untuk   meningkatkan
pertumbuhan   ekonomi   dan   pemerataan   pembangunan   yang
mensinergikan   dan   mengkoordinasikan   berbagai   input   berupa   Sumber
Daya   Manusia   (SDM),   Sumber   Daya   Alam   (SDA),   dan   kebijakan   dalam
proses pembangunan wilayah/kawasan
KAPET   merupakan   kawasan   untuk   meningkatkan   nilai   tambah
komoditas unggulan. Sementara itu KSCT dan RM yang secara fungsional
berada   dalam   lingkup   Kapet   berperan  sebagai   sentra   produsen   bahan
baku   komoditas   unggulan.   Dengan   kata   lain   KSCT­RM   dan   Kapet
diarahkan   untuk   meningkatkan   kemampuan   suatu   wilayah   dalam
mengembangkan daya saing produk unggulan sesuai dengan kompetensi
sumber   daya   lokal   dan   diharapkan   dapat   berperan   sebagai   penggerak
pertumbuhan ekonomi bagi wilayah­wilayah yang kesenjangannya masih
tinggi. Sehingga ketiga kawasan tersebut merupakan klaster industri hulu
yang   secara   umum   bertujuan   untuk  pemerataan   pertumbuhan.
Sementara   itu,   KEK   merupakan   pusat   pertumbuhan   berupa   pusat
industri,   perdagangan   dan   jasa   yang   berfungsi   sebagai   klaster   industri
hilir. KEK diarahkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan
memperoleh   fasilitas   tertentu   yang   ditujukan   untuk   melipatgandakan
pertumbuhan   ekonomi   nasional,   serta   memberikan   dampak   yang   besar
pada   peningkatan   lapangan   kerja   dalam   negeri   yang   dirancang   dengan
tujuan  percepatan   pertumbuhan.   Sementara   koridor   ekonomi   melalui
pengembangan   konektivitasnya   akan   menghubungkan   sentra­sentra
KSCT ke KAPET dalam bentuk klaster ekonomi kawasan, dan pusat­pusat
pertumbuhan   MP3EI/KEK.  Pengembangan   pusat­pusat  pertumbuhan
tersebut   disertai   dengan   penguatan   konektivitas   antar   pusat­pusat
pertumbuhan   ekonomi,   antara   pusat   pertumbuhan   ekonomi   dengan

397

lokasi kegiatan ekonomi lain, serta infrastruktur pendukungnya. Sehingga
baik Kapet, KSCT, maupun RM terhubungkan dengan sistem konektivitas
yang fungsional dalam hubungan hulu­hilir.
Dalam kondisi riil di lapangan diharapkan KSCT Provinsi Sulawesi
Tengah dan RM Naroso dapat mensuplai bahan baku komoditas unggulan
tanaman pangan, tanaman perkebunan, perikanan dan peternakan untuk
Kapet   Palapas   yang   selanjutnya   akan   mendukung   KEK   Palu   dalam
mewujudkan   visinya   sebagai   “Pusat   Industri   Berbasis   Agro   dan
Perdagangan   Moderen yang berdaya saing tinggi melalui Pengembangan
Pengolahan   Sumberdaya   Alam   Lokal   Secara   Bijak   Berwawasan
Lingkungan”.   Upaya   pencapaian   visi   ini   tentunya   akan   didukung   oleh
sistem   konektivitas   MP3EI   seperti   keberadaan   Bandara   Mutiara   Palu
sebagai   pintu   gerbang   utama   menuju   Sulawesi   Tengah;   Pelabuhan
Pantoloan yang direncanakan akan dikembangkan sebagai salah satu hub
internasional; ketersediaan infatruktur jalan yang akan menghubungkan
wilayah penghasil bahan baku dengan lokasi pengolahan serta tentunya
ketersediaan jaringan listrik yang memadai.
5.1.

PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Permasalahan yang masih  dihadapi  oleh Provinsi Sulawesi Tengah

dalam rangka pengembangan wilayah antara lain:
a. Masih tingginya angka kemiskinan 
Selama   Selama   Tahun   2011   sampai   dengan  2014   jumlah
penduduk   miskin   di   Provinsi  Sulawesi  Tengah  berkurang   dari
443.660   jiwa   (16,04%)   pada   Tahun   2011   menjadi   387.060   jiwa
(13,61%) pada 2014. Dengan kata lain jumlah penduduk miskin
yang   dapat   dientaskan   selama   Tahun   2011­2014   sebanyak
56.600 jiwa. Walaupun tingkat kemiskinan dapat ditekan hingga

398

angka 13,61  persen pada Tahun 2014, namun angka ini masih
berada   di   atas   angka   kemiskinan   nasional   yakni   10,96%.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah yang cenderung
terus naik setiap tahunnya bahkan merupakan salah satu yang
tertinngi di Indonesia belum berbanding lurus dengan penurunan
angka kemiskinan.
b. IPM yang relatif rendah dibandingkan daerah lainnya
Sampai dengan tahun 2013, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi   Sulawesi   Tengah   sebesar   72,14   atau   berada   pada
kategori   menengah   ke   atas.   Kendati   demikian   IPM   Sulawesi
Tengah masih berada di posisi 22 dari 33 provinsi se Indonesia.
Upaya   peningkatan   IPM   merupakan   hal   yang   sangat   penting
karena   SDM   merupakan  salah  satu   modal  dasar   pembangunan
dan   terkait   langsung   dangan   visi   Pemerintah   Provinsi   Sulawesi
Tengah 
c. Indeks Williamson yang cenderung naik
Ketimpangan   distribusi   pendapatan   antar   wilayah   di   Sulawesi
Tengah yang ditunjukkan oleh Indeks Williamson menunjukkan
kenaikan   yaitu   sejak   tahun   2010­2012.   Meskipun
ketimpangannya belum terlalu besar, langkah yang paling penting
ke   depan   adalah  memanage   pengeluaran   fiscal  dengan   baik
sehingga   dapat   mengurangi   kesenjangan   pembangunan   antar­
daerah.
Tantangan yang akan dihadapi oleh Provinsi Sulawesi Tengah dalam
rangka pengembangan wilayah antara lain:
a. Lebih   dari   duapertiga   wilayah   Sulawesi   Tengah   terdiri   atas   laut
dengan   panjang   garis   pantai   4013   kilometer.   Kendati   demikian
potensi   kekayaan   laut   baik   yang   berupa   sumberdaya   hayati
maupun   sumber   daya   non   hayati   di   dalamnya   belum   optimalnya
399

pemanfaatannya.   Peningkatan   nilai   tambah   produk   perikanan
Sulawesi Tengah perlu terus ditingkatkan. Demikian halnya dengan
pengoptimalan   potensi   bahari   yang   dapat   dilakukan   melalui
penerapan blue economy.
b. Peraturan   larangan   ekspor   bahan   mentah   mineral   mempengaruhi
perekonomian   beberapa   kabupaten   yang   kekuatan   ekonominya
dipengaruhi   oleh   kontribusi   sektor   pertambangan.   Kondisi   ini
selanjutnya berdampak pada perekonomian Sulawesi Tengah secara
keseluruhan
c. Pemanfaatan SDA dewasa ini menuntut adanya pemanfatatan yang
ramah   lingkungan   dan   berkelanjutan   dengan   meminimalisir
dampak   dari   kegiatan   perekonomian   yang   berkaitan   langsung
dengan   lingkungan   misalnya   pencegahan   konflik   pemanfaatan
sumber daya tambang dengan kehutanan.
d. Percepatan   pembangunan   infrastruktur   untuk   pemerataan
pembangunan   wilayah.   Menurut   Kementerian   Pembangunan
Daerah Tertinggal  (KPDT) 12  dari  13 Kabupaten/Kota  di Sulawesi
Tengah tergolong daerah tertinggal. Salah satu indikatornya adalah
ketidakmerataan pembangunan infrastruktur
e. Pengoptimalan   organisasi   kerjasama   regional   baik   yang   sifatnya
nasional maupun internasional. Sulawesi Tengah dapat men gambil
peran dari adanya organisasi kerjasama ekonomi regional. Sulawesi
Tengah sebagai salah atu provinsi yang kaya akan SDA di Kawasan
Timur   Indonesia   (KTI)   dapat   mengambil   peran   penting   daloam
organisasi   kerjasama   ekonomi   regional   Brunei   Darussalam­
Indonesia­Malaysia­Phillippines   East   ASEAN   Growth   Area   (BIMP
EAGA). Organisasi ini merupakan forum pertemuan antarnegara di
kawasan   regional   ASEAN   yang   bertujuan   mempercepat
pertumbuhan   ekonomi   khususnya   KTI   dengan   Negara   Brunei

400

Darussalam   Malaysia   dan   Filipina.   Selain   itu,   Provinsi   Sulawesi
Tengah juga memiliki peranan yang sangat penting terkait dengan
pengelolaan   Teluk   Tomini   mengingat   lebih   dari   separuh   wilayah
Teluk   Tomini   berada   di   Provinsi   Sulawesi   Tengah.   Selain   itu
Sulawesi   Tengah   memiliki   potensi   yang   sangat   besar   di   Kawasan
Teluk Tomini yaitu Kepulauan Togean yang dalam Undang­Undang
Nomor   26   Tahun   2008   tentang   Rencana   Tata   Ruang   Wilayah
Nasional   (RTRWN)   telah   ditetapkan   sebagai   Kawasan   Andalan
Nasional.   Oleh   karena   itu   Provinsi   Sulawesi   Tengah   perlu   terus
mengawal   program/kegiatan   sebagaimana   yang   tertuang   dalam
Lampiran   Perjanjian   Kerjasama   Pengelolaan   Teluk   Tomini   Secara
Terpadu   dan   Berkelanjutan   yang   telah   disepakati   oleh   Provinsi
Sulawesi Tenga, Gorontalo dan Sulawesi Utara. 
5.2.

ARAH   KEBIJAKAN   DAN   PRIORITAS   PEMBANGUNAN
KABUPATEN/KOTA

5.2.1 KOTA PALU

401
Peta Administrasi Kota Palu

A. KONDISI SAAT INI
1) Penduduk dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data BPS, hingga Tahun 2013 jumlah penduduk
Kota Palu mencapai 356.279 jiwa, yang terbagi atas 179.291laki­laki
dan   176.988perempuan,   dengan   tingkat   kepadatan   penduduk
mencapai   901,89jiwa/km2,   dan  Jumlah   Rumah   Tangga   sebanyak
89.075 KK dengan rata­rata anggota rumah tangga sebanyak 4.
Gambar 5.1
Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Palu
Tahun 2011­2013

Sumber: BPS, 2014.
Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja di Kota Palu
pada   Tahun   2013sebanyak   151.797   jiwa   lebih   tinggi   jika
dibandingkan tahun 2012 yaitu sebayak 151.714 jiwa. Dari jumlah
angkatan   kerja   tersebut   yang   bekerja   sebanyak  142.537jiwa   dan
yang   menganggur   sebanyak

 9.260 

jiwa,   dengan   Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 6,10%.   
Gambar 5.2
Perkembangan Angkatan Kerja & Tingkat Pengangguran 
Terbuka Di Kota Palu Tahun 2011­2013

402

Sumber: BPS, Ketenagakerjaan Provinsi Sulteng, 2014.
2) Kondisi Perekonomian Daerah
Perkembangan perekonomian Kota Palu selama periode 2011­
2013   mengalami   peningkatan   yang   signifikan   yang   diukur   dari
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dimana laju pertumbuhan
PDRB   pada   tahun   2013  mencapai   9,96%   lebih   tinggi   jika
dibandingkan   dengan   laju   pertumbuhan   PDRB   tahun   2012   yaitu
sebesar 9,61%.
Jika dilihat dari besaran nilai PDRB Kota Palu, terlihat bahwa
pada   Tahun   2012   nilai   PDRB   ADHB   mencapai   8.283.620   Juta
Rupiah meningkat menjadi 9.728.261 Juta Rupiah pada tahun 2013,
sementara PDRB ADHK 2000 dari 3305.959 Juta Rupiah pada Tahun
2012 meningkat menjadi 3.635.395 Juta Rupiah pada tahun 2013. 
Gambar 5.3
Perkembangan Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB 
Kota Palu Tahun 2011­2013

403

Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota se­Sulteng, 2014.
Dilihat   dari  distribusi   PDRB  ADHB  tahun   2013,sektor   yang
paling besar andilnya terhadap pembentukan PDRB Kota Palu adalah
sektorJasa­Jasa   dengan   kontribusi  sebesar31,86%,   disusulterbesar
kedua   dan   ketiga   masing­masing   adalah  sektor   Perdagangan,
Restoran   dan   Hotel   sebesar   12,82%,dan  sektorKonstruksi   sebesar
12,80%.Sedangkan   sektor   yang   paling   kecil   kontribusinya   adalah
sektor Pertanian yaitu hanya sebesar 2,02%.
Gambar 5.4
Distribusi PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan Usaha
Kota Palu Tahun 2013

Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota se­Sulteng, 2014.

404

Selanjutnya   perkembangan  PDRB   perkapitaKota   Palu   juga
cenderung   mengalami   peningkatan,   yakni   pada  tahun   2011sebesar
Rp.  20.805.441,­meningkat   menjadi   Rp.   23.831.359,­   pada   tahun
2012, dan pada tahun 2013 kembali meningkat hingga menjadi Rp.
27.303.645,­.
Gambar 5.5
Perkembangan PDRB Perkapita Kota Palu 
Tahun 2011­2013

Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota se­Sulteng, 2014.
3) Kondisi Kemiskinan
Penduduk merupakan modal potensial bagi pembangunan dan
sangat menguntungkan jika diimbangi dengan peningkatan kualitas
(mutu   modal   manusia).   Sebaliknya   jika   jumlah   penduduk   yang
banyak tidak diimbangi dengan kualitas yang memadai, maka akan
dapat  menimbulkan  masalah  kemiskinan.  Kemiskinan  merupakan
kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seseorang
yang pengeluaran perkapitanya selama sebulan tidak cukup untuk
memenuhi standar hidup minimum.
Oleh   karena   itu   peningkatan   kualitas   sumberdaya
manusiaselalu   menjadi   perhatian   dan   fokus   utama   dalam

405

pelaksanaan pembangunan serta menjadi target dan sasaran utama
pada bidang kesejahteraan rakyat. 
Perkembangan   jumlah   dan   persentase   penduduk   miskin   di
Kota   Palu   selama   periode   2011­2013   cenderung   mengalami
penurunan. Pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin di Kota Palu
sebanyak 31,8 ribu jiwa (9,24%) berkurang menjadi 30,2 ribu jiwa
(8,58%) pada tahun 2012, dan selanjutnya kembali menurun hingga
menjadi 25,9 ribu jiwa (7,24%) pada tahun 2013.
Gambar 5.6
Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Kota Palu Tahun 2011­2013

Sumber: BPS, Kemiskinan Kabupaten/Kota se­Sulteng, 2013.
4) Pendidikan
Di   Sektor   Pendidikan,   Keberhasilan   pembangunan   di   sektor
pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain yaitu:
Angka   Melek   Huruf   (AMH),   Rata­rata   Lama   Sekolah   (RLS),   Angka
Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
Perkembangan capaian Angka Melek Huruf (AMH) di Kota Palu
cenderung meningkat, yakni dari 99,34% pada tahun 2012 menjadi
99,37%   pada   tahun   2013.   sementara   Angka   Rata­Rata   Lama
Sekolah   (RLS)   pada   tahun   2011   sebesar   11,05   tahun   meningkat
menjadi 11,07 tahun pada tahun 2013.

406

Selanjutnya capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kota Palu
selama periode tahun 2012­2013 sebagai berikut:
APK   SD/Mi     cenderung   menurun,   yaitu   dari   100,78%   pada

-

tahun 2012 menjadi 99,65% pada tahun 2013.
APK   SMP/MTs   cenderung   menurun,   yakni   dari   98,11%   pada

-

tahun 2012 menjadi 87,23% pada tahun 2013.
APK   SMA/SMK/MA   cenderung   menurun,   yakni   dari   88,01%

-

pada tahun 2012 menjadi 84,75% pada tahun 2013.
Sedangkan capaian Angka Partisipasi Murni (APM) di Kota Palu
selama periode 2012­2013 sebagai berikut:
-

APM   SD/Mi     cenderung   meningkat,   yakni   dari   89,05%   pada
tahun 2012 menjadi 90,43% pada tahun 2013.

-

APM SMP/MTs cenderung meningkat dari 66,11% pada tahun
2012 menjadi 66,53% pada tahun 2013.

-

APM   SMA/SMK/MA   cenderung   meningkat   dari   64,18%   pada
tahun 2012 menjadi 66,34% pada tahun 2013.

Tabel 5.1
Perkembangan Indikator Bidang Pendidikan
Di Kota Palu Tahun 2011­2013
No
.
1.
2.
3.
 
 
 
4.
 

Indikator Pendidikan
Angka Melek Huruf (%)
Rata­Rata Lama Sekolah 
(tahun)
APK (%)
­ APK SD/MI
­ APK SMP/MTs
­ APK SMA/SMK/MA
APM (%)
­ APM SD/MI

407

2011

2012

2013

99,31
10,98

99,34
11,05

99,37
11,07

100,78
95,10
80,44

100,78
98,11
88,01

99,65
87,23
84,75

87,73

89,05

90,43

 
 

­ APM SMP/MTs
­ APM SMA/SMK/MA

63,36
56,37

66,11
64,18

66,53
66,34

Sumber: BPS, Indikator Sosial Kabupaten/Kota se­ Sulteng 2013.
5) Kesehatan
Dari   segi   kesehatan,   hingga  Tahun  2013,   Kota   Palu  telah
memiliki 



unit   RumahSakitPemerintahdan 

RumahSakitSwasta,   danditunjangolehprasaranalainnya 



unit
seperti;

Puskesmas induksebanyak12 unit, Puskesmas Pembantu  sebanyak
29   unit,   dan   Posyandu  sebanyak  220   unit   (BPS,   Sulteng   Dalam
Angka 2014). 
Sedangkan tenaga kesehatan yang terdapat di Kota Palu hingga
tahun   2013   yaitu:   Dokter   Umum

 sebanyak125   Orang,

Dokterspesialissebanyak  61orang,   Dokter   Gigi  sebanyak33   orang,
Apotekerdanasistensebanyak159  orang,  SKM   sebanyak   113  orang,
Bidansebanyak  449  orang,   Perawat  sebanyak  1.095   orang,  dan
sanitarian sebanyak1102 orang (BPS, Sulteng Dalam Angka 2014).
6) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Capaian   pembangunan   mutu   modal   manusia   di   Kota   Palu
cenderung   mengalami   setiap   tahunnya,   yang   direfresentasikan
melalui   nilai   Indeks   Pembangunan   Manusia   (IPM)   Kota   Palu.
Terlihat bahwa pada tahun 2012 Nilai IPM Kota Palu sebesar 77,48
poin meningkat menjadi 77,88 poin pada tahun 2013, dengan posisi
peringkat   ke­1   se   Provinsi   Sulawesi   Tengah,   dan   masuk   kedalam
kategori pembangunan manusia menegah keatas.
Gambar 5.7
Perkembangan IPM Kota Palu Tahun 2011­2013

408

Sumber: BPS, 2013.
Perkembangan   capaian   IPM   Kota   Palu   selama   periode   Tahun
2010­2012   berada   diatas   nilai   IPM   Provinsi   Sulawesi   Tengah   dan
Nasional.
Gambar 5.8
IPM Kota PaluDalam Perspektif Sulteng Tahun 2012

Sumber: BPS, 2013.
B. ISU STRATEGIS
1) Belum optimalnya pelayanan umum kepada masyarakat
2) Pelayanan Pendidikan
3) Pelayanan Kesehatan
4) Kurangnya Infrastruktur
5) Penataan Lingkungan Hidup Yang Berwawasan Ekologis

409

6) Keamanan dan Konflik Sosial.
7) Pengembangan   Kawasan   Industri   Palu   (KIP)   menuju   Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK)
C. PROGRAM PRIORITAS
Prioritas dan sasaran pembangunan daerah Kota Palu pada tahun 2016
sebagai berikut:
a) Reformasi Birokrasi
b) Pendidikan dan Kesehatan
c) Penanggulangan Kemiskinan
d) Infrastruktur dan Energi
e) Iklim Investasi dan Iklim Usaha
f) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana
g) Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi
h) Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat

5.2.2 KABUPATEN DONGGALA

410

Peta Administrasi Kabupaten Donggala

A. KONDISI SAAT INI
1) Penduduk Dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan   data   BPS,   jumlah   penduduk   Kabupaten   Donggala
tahun  2013 sebanyak 287.921 jiwa, yang  terbagi atas 147.288 laki­
laki   dan   140.633   perempuan,   dengan   tingkat   kepadatan   penduduk
mencapai   67jiwa/km2.  Jumlah   Rumah   Tangga   sebanyak   64.701   KK
dengan rata­rata anggota rumah tangga sebanyak 4 orang.

Gambar 5.9
411

Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Donggala
Tahun 2011­2013

 Sumber: BPS, Sulteng Dalam Angka 2014.
Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja di Kabupaten
Donggala pada Tahun 2013 mencapai 110.898 orang, dari angkatan
kerja tersebut jumlah yang bekerja sebanyak 104.230 orang dan yang
menganggur   sebanyak   6.668   orang.   Dengan   tingkat   Partisipasi
Angkatan  Kerja  (TPAK)  sebesar  59,87%,  dan  Tingkat  Pengangguran
Terbuka (TPT) sebesar 6,01%.   
Gambar  5.10
Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran 
Terbuka Di Kabupaten Donggala Tahun 2011­2013

Sumber: BPS, BRS Ketenagakerjaan Provinsi Sulteng, 2013

412

2) Kondisi Perekonomian Daerah
Kondisi   perekonomian   di   Kabupaten   Donggala   terus   menerus
menunjukkan   perkembangan   yang   positif,   yang   ditandai   dengan
meningkatnya   nilai   Produk   Domestik   Regional   Bruto   Kabupaten
Donggala.  Pada Tahun 2012 nilai PDRB ADHB Kabupaten Donggala
sebesar  5.033.999 Juta  Rupiah meningkat  menjadi 5.882.456 Juta
Rupiah   pada   Tahun   2013,   sementara   PDRB   ADHK   2000   dari
2.016.656   Juta   Rupiah   pada   Tahun   2012   meningkat   menjadi
2.198.967 Juta Rupiah pada tahun 2013. Dengan laju pertumbuhan
PDRB   pada   tahun   2013   sebesar   9,04%   lebih   tinggi   dibandingkan
dengan tahun 2012 yaitu sebesar 8,95%. 
Gambarb5.11
Perkembangan Nilai PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Donggala Tahun 2011­2013

Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota se­Sulteng, 2013
Dilihat dari  distribusi PDRB  ADHB Kabupaten Donggala Tahun
2013,  Sektor   yang   paling   berperan  dalam   pembentukan   PDRB
Kabupaten   Donggala  adalah  sektor  pertanian   dengan   kontribusi
sebesar  37,51%,   disusul  terbesar   kedua   dan   ketiga   masing­masing
yaitu  sektor  jasa­jasa   sebesar   20,23%,  dan   sektor   perdagangan,
restoran   dan   hotel   sebesar   13,23%.   sedangkan   sektor   yang   paling
413

kecil andilnya adalah sektor listrik dan air bersih yaitu hanya sebesar
0,25%.
Gambar 5.12
Distribusi PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan Usaha
Kabupaten Donggala Tahun 2013

Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota se­Sulteng, 2014.
Selanjutnya  PDRB   per   kapita  Kabupaten   Donggala   juga
cenderung meningkat, yakni dari Rp. 16.532.611,­ pada Tahun 2011
meningkat menjadi  Rp. 18.983.744,­ pada Tahun 2012, selanjutnya
pada Tahun 2013 meningkat menjadi Rp. 21.348.750,­.
Gambar5.13
Perkembangan PDRB Perkapita 
Kabupaten Donggala Tahun 2011­2013

Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota se­Sulteng, 2013.

414

3) Kondisi Kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi yang signifikan di Kabupaten Donggala
berimplikasi terhadap penurunan angka kemiskinan. Hal ini dapat
dilihat dari perkembangan penduduk miskin di Kabupaten Donggala
cenderung   menurun   pada   periode   2011­2012,   sementara   pada
tahun 2013 cenderung meningkat. 
Pada   tahun   2011   jumlah   penduduk   miskin   di   Kabupaten
Donggala sebanyak 51,1 ribu jiwa (18,03%) berkurang menjadi 48,6
ribu   jiwa   (17,03%)   pada   tahun   2012,   dan   pada   tahun   2013
meningkat menjadi 49,6 ribu jiwa (17,18%).
Gambar 5.14
Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin 
Di Kabupaten Donggala Tahun 2011­2013

Sumber: BPS, Kemiskinan Kabupaten/Kota se­Sulteng, 2013
4) Pendidikan
Dibidang   Pendidikan,   pembangunan   sektor   pendidikan
diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap
pendidikan,   karena   pendidikan   ini   merupakan   pondasi   yang
fundamental   dalam   pembangunan   mutu   modal   manusia.
Keberhasilan pembangunan di sektor pendidikan dapat dilihat dari
415

beberapa   indikator,   antara   lain   yaitu:   Angka   Melek   Huruf   (AMH),
Rata­rata  Lama   Sekolah (RLS),  Angka   Partisipasi  Kasar   (APK)  dan
Angka Partisipasi Murni (APM).
Perkembangan   capaian   Angka   Melek   Huruf   (AMH)   di
Kabupaten   Donggala   periode   2012­2013   cenderung   meningkat,
yakni  dari 94,71% pada   tahun 2012 menjadi  94,75%  pada  tahun
2013. sementara Angka Rata­Rata Lama Sekolah (RLS) pada tahun
2012 sebesar 7,65 tahun meningkat menjadi 7,67 tahun pada tahun
2013.
Selanjutnya   capaian   Angka   Partisipasi   Kasar   (APK)   di
Kabupaten Donggala selama periode 2012­2013 sebagai berikut:
­

APK   SD/Mi     cenderung   meningkat   dari  104,81%   pada   tahun
2012 menjadi 107,38% di tahun 2013.

­

APK SMP/MTs cenderung meningkat, yaitu dari 77,41% pada
tahun 2012 menjadi 83,31% pada tahun 2013.

­

APK   SMA/SMK/MA   cenderung   meningkat,   yaitu   dari   69,90%
pada tahun 2012 menjadi 82,45% pada tahun 2013.
Tabel  5.2
Perkembangan Capaian Indikator Bidang Pendidikan
Kabupaten Donggala Tahun 2011­2013

No
.
1.
2.
3.
 
 
 
4.
 
 
 

Indikator Pendidikan

2011

2012

2013

Angka Melek Huruf (%)
Rata­Rata Lama Sekolah 
(tahun)
APK (%)
­ APK SD/MI
­ APK SMP/MTs
­ APK SMA/SMK/MA
APM (%)
­ APM SD/MI
­ APM SMP/MTs
­ APM SMA/SMK/MA

94,69

94,71

94,75

7,54

7,65

7,67

104,74
77,21
43,63

104,81
77,41
69,90

107,38
83,31
82,45

91,00
58,92
34,44

91,71
59,03
44,31

92,04
62,37
56,52

416

Sumber: BPS, Indikator Sosial Kabupaten/Kota se­ Sulteng 2013.
5) Kesehatan
Dibidang   kesehatan,  Pembangunan  di   bidang   kesehatan
bertujuan   agar   semua   lapisan   masyarakat   memperoleh   pelayanan
kesehatan secara mudah, murah dan merata.   Upaya­upaya untuk
meningkatkan   derajat   kesehatan   masyarakat   telah   banyak
dilakukan   oleh   pemerintah   antara   lain   dengan   melakukan
penyuluhan   kesehatan   dan   penyediaan   fasilitas
kesehatan seperti puskesmas, posyandu, pos obat
desa dan penyediaan sarana air bersih.
Hingga  tahun  2013jumlah   rumah   sakit   yang
terdapat di Kabupaten Donggala sebanyak  1  unit,
puskesmas   induk   sebanyak   14   unit,   puskesmas
pembantu 72 unit, dan posyandu  4447 unit (BPS,
Sulteng Dalam Angka 2014). 
Dari segi tenaga kesehatan,  hingga  tahun 2013 di Kabupaten
Donggala   telah   terdapat   dokter   umum   sebanyak   42   orang,   dokter
spesialis 2orang, dokter gigi sebanyak 5 orang, perawat 226 orang,
bidan  241 orang, apoteker 41 orang, SKM sebanyak 72 orang, dan
sanitarian sebanyak 64 orang (BPS, Sulteng Dalam Angka, 2014).
6) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Pembangunan   mutu   modal   manusia   di   Kabupaten   Donggala
selama   periode   2011­2013   cenderung   mengalami   peningkatan,
yakni dari 70,32 poin pada tahun 2011 meningkat menjadi 70,94
poin pada tahun 2012, dan Tahun 2013 meningkat menjadi 71,42
poin,   dengan   posisi   peringkat   ke­5   tertinggi   se   Provinsi   Sulawesi
Tengah.

417

Gambar  5.16
Perkembangan IPM Kabupaten Donggala
 Tahun 2011­2013

Sumber: BPS, 2013.
Capaian IPM Kabupaten Donggala selama periode Tahun 2011­
2013   masih   dibawah   IPM   Provinsi   Sulawesi   Tengah   dan   IPM
Nasional.
Gambar  5.17
IPM Kabupaten Donggala Dalam Perspektif Sulteng
 Tahun 2012

Sumber: BPS, 2013.

418

B. ISU STRATEGIS
1) Revitalisasi Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan
2) Pengembangan Wisata
C. PROGRAM PRIORITAS
Prioritas dan sasaran pembangunan daerah Kabupaten Donggala  pada 
tahun 2016 sebagai berikut :
a) Program Peningkatan produksi pertanian/ perkebunan
b) Program Penerapan Teknologi pertanian / perkebunan
c) Program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman
pangan untuk mencapai swasembada pangan
d) Program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman
holtikultura yang berkelanjutan
e) Program pencapaian swasembada daging sapi (PSDS) dan 
peningkatan penyediaan pangan hewani yang aman, sehat, utuh 
dan halal.
f) Program Penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana 
pertanian
g) Program peningkatan nilai tambah, daya saing industry hilir, 
h)
i)
j)
k)
l)

pemasaran dan eksport hasil pertanian.
Program peningkatan ketahanan pangan
Program pengembangan perikanan tangkap
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir
Program pengembangan budidaya perikanan
Program pengembangan sarana dan prasarana perikanan dan 

kelautan
m) Program pengembangan destinasi pariwisata
n) Program Pengembangan pemasaran pariwisata

419

5.2.3 KABUPATEN POSO

Peta Administrasi Kabupaten Poso

A. KONDISI SAAT INI
1) Penduduk dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan   data   BPS,   jumlah   penduduk   Kabupaten   Poso
Tahun 2013 sebanyak 225.379 jiwa, yang terbagi atas 116.827 laki­
laki dan 108.552 perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk
mencapai 32jiwa/km2. Jumlah Rumah Tangga sebanyak 50.991 KK
dengan rata­rata anggota rumah tangga sebanyak 4 orang.

420

Gambar 5.18
Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Poso
Tahun 2011­2013

    Sumber: BPS, Sulteng Dalam Angka 2014.
Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja di Kabupaten
Poso   Tahun   2013   mencapai   113.535   orang   lebih   tinggi   dibanding
tahun   sebelumnya.   Dari   angkatan   kerja   tersebut   yang   bekerja
sebanyak   110.266   orang   dan   yang   menganggur   sebanyak   3.269
orang,   dengan   tingkat   Partisipasi   Angkatan   Kerja   (TPAK)   sebesar
72,80%, dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 2,88%.   
Gambar  5.19
Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran 
Terbuka Di Kabupaten Poso Tahun 2011­2013

 Sumber: BPS, 2014.
2) Kondisi Makro Ekonomi Daerah
421

Pembangunan   perekonomian   di   Kabupaten   Poso   mengalami
perkembangan   yang   signifikan,   hal   ini   dapat   dilihat   dari
perkembangan   Produk   Domestik   Regional   Bruto.   Terlihat   bahwa
pada   Tahun   2012   nilai   PDRB   ADHB   Kabupaten   Poso   mencapai
2.858.682 Juta Rupiah meningkat menjadi 3.305.166 Juta Rupiah
pada tahun 2013, sementara PDRB ADHK 2000 dari 1.301.575 Juta
Rupiah   pada   Tahun   2012   meningkat   menjadi   1.411.369   Juta
Rupiah pada Tahun 2013. Dengan laju pertumbuhan ekonomi pada
tahun 2013 sebesar 8,44% lebih tinggi dibandingkan dengan Tahun
2012 yaitu sebesar 8,32%. 
Gambar 5.20
Perkembangan Nilai PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Poso Tahun 2011­2013

Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota se­Sulteng, 2014.
Selanjutnya dilihat dari distribusi PDRB  ADHB Kabupaten Poso
Tahun 2013, Sektor yang paling berperan dalam pembentukan PDRB
Kabupaten Poso  adalah  sektor  pertanian dengan kontribusi  sebesar
37,51%,   disusul  terbesar   kedua   dan   ketiga   masing­masing   yaitu
sektor  jasa­jasa  sebesar  20,23%,  dan sektor   perdagangan,  restoran

422

dan   hotel   sebesar   14,48%.   Sedangkan   sektor   yang   paling   kecil
andilnya adalah sektor listrik, gas dan air bersih yaitu hanya sebesar
0,52%. 
Gambar5.21
Distribusi PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan Usaha
Kabupaten Poso Tahun 2013

Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota se­Sulteng, 2014.
Seiring   meningkatnya   pertumbuhan   ekonomi   Kabupaten   Poso
juga diikuti dengan meningkatnya PDRB per kapita Kabupaten Poso,
yakni dari Rp. 12.627.301,­ pada Tahun 2012 meningkat menjadi Rp.
14.664.926,­ pada Tahun 2013.
Gambar5.22
Perkembangan PDRB Perkapita 
Kabupaten Poso Tahun 2011­2013

423

Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota se­Sulteng, 2014.
3) Kondisi Kemiskinan
Dari   sisi   kemiskinan,   Perkembangan   penduduk   miskin   di
Kabupaten Poso cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya.
Terlihat   bahwa   pada   tahun   2011   jumlah   penduduk   miskin   di
Kabupaten   Poso   mencapai   43,0   ribu   jiwa   (20,10%)   berkurang
menjadi 40,9 ribu jiwa (18,46%) pada tahun 2012, dan pada tahun
2013 berkurang hingga menjadi 41,3 ribu jiwa (18,22%).
Gambar 5.23
Perkembangan Jumlah dan Persentase Kemiskinan 
Di Kabupaten Poso Tahun 2010­2012

Sumber: BPS, Kemiskinan Kabupaten/Kota se­Sulteng, 2013.
4) Kesehatan

424

Pembangunan  di   bidang   kesehatan   bertujuan   agar   semua
lapisan   masyarakat   memperoleh   pelayanan   kesehatan   secara
mudah,   murah   dan   merata.     Upaya­upaya   untuk   meningkatkan
derajat   kesehatan   masyarakat   telah   banyak   dilakukan   oleh
pemerintah  antara   lain   dengan   melakukan  penyuluhan   kesehatan
dan   penyediaan   fasilitas   kesehatan   seperti   puskesmas,   posyandu,
pos obat desa dan penyediaan sarana air bersih.
Pada  Tahun  2013,  Kabupaten   Poso   memiliki   1   unit   Rumah
Sakit  Pemerintah dan  1  unit  Rumah Sakit   Swasta, dan  ditunjang
oleh   prasarana   lainnya   yaitu:PuskesmasInduk   sebanyak21  unit,
Puskesmas   Pembantu  sebanyak  66   unit,   dan   Posyandu  sebanyak
264 unit (BPS, Sulteng Dalam Angka 2014).
Dari  segi  tenaga  kesehatan,  hingga   Tahun 2013di  Kabupaten
Poso  telah   terdapat   Dokter   Umum  sebanyak  34   Orang,  Dokter
spesialias sebanyak 9 orang,Dokter Gigi sebanyak 9 orang, Apoteker
dan  asisten   sebanyak  81  orang,  SKM   sebanyak  148  orang,  Bidan
sebanyak  311  orang, Perawat  sebanyak  505 orang,  dan sanitarian
sebanyak 54 orang (BPS, Sulteng Dalam Angka 2014).
5) Pendidikan
Pendidikan   merupakan   pondasi   yang   fundamental   dalam
pembangunan mutu modal manusia. Keberhasilan pembangunan di
sektor pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain
yaitu:   Angka   Melek   Huruf   (AMH),   Rata­rata   Lama   Sekolah   (RLS),
Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
Perkembangan   capaian   Angka   Melek   Huruf   (AMH)   di
Kabupaten   Poso   periode   2012­2013   cenderung   meningkat,   yakni
dari 97,97% pada  tahun 2012 menjadi 97,98% pada  tahun 2013,

425

sementara Angka Rata­Rata Lama Sekolah (RLS) pada tahun 2012
sebesar   8,80   tahun   meningkat   menjadi   8,82   tahun   pada   tahun
2013.
Selanjutnya   capaian   Angka   Partisipasi   Kasar   (APK)   di
Kabupaten Poso selama periode 2012­2013 sebagai berikut:
­

APK   SD/Mi     cenderung   menurun,   yaitu   dari   103,60%   pada
tahun 2012 menjadi 100,75% di tahun 2013.

­

APK   SMP/MTs   cenderung   menurun,   yakni   dari   103,28%   pada
tahun 2012 menjadi 91,09% pada tahun 2013.

­

APK   SMA/SMK/MA   cenderung   meningkat   dari   75,95%   pada
tahun 2012 menjadi 89,09% pada tahun 2013.
Tabel  5.3
Capaian Indikator Pembangunan Bidang Pendidikan
Di Kabupaten Poso Tahun 2011­2013
No
Indikator Pendidikan
2011
2012
.
1. Angka Melek Huruf (%)
97,94
97,97
Rata­Rata Lama Sekolah 
2.
8,78
8,80
(tahun)
3. APK (%)
 
­ APK SD/MI
101,36
103,60
 
­ APK SMP/MTs
103,14
103,28
 
­ APK SMA/SMK/MA
75,88
75,95
4. APM (%)
 
­ APM SD/MI
88,06
91,58
 
­ APM SMP/MTs
69,30
69,30
 
­ APM SMA/SMK/MA
50,38
65,38
   Sumber: BPS, 2014.

2013
97,98
8,82
100,75
91,09
89,09
92,38
73,25
67,21

6) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Capaian   pembangunan   mutu   modal   manusia   di   Kabupaten
Poso cenderung meningkat setiap tahunnya, yang direfresentasikan
melalui nilai IPM. 

426

Pada tahun 2013 nilai IPM Kabupaten Poso sebesar 71,54 poin
meningkat jika dibanding dengan tahun sebelumnya yakni sebesar
71,20 poin, dengan posisi peringkat ke­4 se Sulawesi Tengah.
Gambar  5.24
Perkembangan IPM Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah, 
dan Nasional Tahun 2011­2013

     Sumber: BPS, 2014.
Capaian IPM Kabupaten Poso selama periode Tahun 2011­2013
masih dibawah nilai IPM Provinsi Sulawesi Tengah, dan Nasional.
Gambar  5.25
IPM Kabupaten PosoDalam Perspektif Sulawesi Tengah 
Tahun 2013

Sumber: BPS, 2013.
B. ISU STRATEGIS
1) Rendahnya   daya   saing   hasil   produksi   pertanian,   perkebunan,
perikanan dan peternakan;
2) Peran   Koperasi   dan   UMK   yang   kurang   signifikan   dalam
menggerakkan perekonomian daerah;

427

3) Potensi   pariwisata   berbasis   budaya   lokal   yang   tinggi   tidak
memberikan   kontribusi   terhadap   peningkatan   pendapatan
masyarakat dan daerah
4) Belum   terwujudnya   masyarakat   Poso   yang   harmonis,   religius,
sehat dan cerdas
C. PROGRAM PRIORITAS KABUPATEN POSO. 
Prioritas dan sasaran pembangunan daerah Kabupaten Poso pada 
tahun 2016 sebagai berikut :
a) Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi
b)
c)
d)
e)

Peningkatan Pelayanan Dasar
Peningkatan Partisipasi Masyarakat dan Kelembagaan Pemerintah
Peningkatan Harmoni Sosial
Pengendalian Pemanfaatan Sumber Daya Alam 

5.2.4 KABUPATEN BANGGAI

Peta Administrasi Kabupaten Banggai

428

A. KONDISI SAAT INI
1) Penduduk Dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kabupaten Banggai
Tahun 2013 yaitu 342.698 jiwa, yang terbagi atas 174.614 laki­laki
dan   168.084   perempuan,   dengan   tingkat   kepadatan   penduduk
mencapai 35jiwa/km2. Jumlah Rumah Tangga sebanyak 83.634 KK
dengan rata­rata anggota rumah tangga se