Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BAB V
BAB V
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH
PROVINSI SULAWESI TENGAH
Dalam BUKU III Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 20142019, berdasarkan potensi dan keunggulan Wilayah
Sulawesi, maka tema besar Pembangunan Wilayah Sulawesi adalah: (1)
sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan
internasional dan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia; (2)
Pengembangan industri berbasis logistik; (3) Lumbung pangan nasional
dengan pengembangan industri berbasis kakao, padi, jagung; (4)
Pengembangan industri berbasis rotan, aspal, nikel, bijih besi dan gas
bumi; serta (5) Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim
(kelautan) melalui pengembangan industri perikanan dan pariwisata
bahari.
Tujuan pengembangan Wilayah Sulawesi tahun 20152019 adalah
mendorong percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah Sulawesi
dengan menekankan keunggulan dan potensi daerah, melalui: (a)
pengembangan industri berbasis logistik, komoditas kakao, jagung,
perikanan, padi, rotan, aspal, nikel, bijih besi, dan gas bumi, serta
pengembangan pariwisata bahari; (b) penyediaan infrastruktur wilayah; (c)
peningkatan SDM dan ilmu dan teknologi secara terus menerus.
Adapun sasaran pengembangan Wilayah Sulawesi pada tahun
20152019 adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan pusatpusat pertumbuhan ekonomi di koridor
ekonomi melalui pengembangan 3 Kawasan Ekonomi Khusus, 5
388
Kawasan Industri, dan pusatpusat pertumbuhan sebagai
penggerak ekonomi daerah pinggiran lainnya;
2. mengentaskan 14 Kabupaten tertinggal untuk mengurangi adanya
kesenjangan antar wilayah;
3. Mempercepat pembangunan 1 Kawasan Perkotaan Metropolitan,
peningkatan efisiensi pengelolaan 1 Kawasan Perkotaan
Metropolitan yang sudah ada saat ini, mewujudkan optimalisasi
peran 6 kota otonom berukuran sedang sebagai penyangga (buffer)
urbanisasi serta 2 kota baru publik yang mandiri dan terpadu;
4. Mengurangi pengangguran dan meningkatkan keberdayaan
masyarakat di desadesa tertinggal.
5. Meningkatkan keterkaitan desakota melalui penguatan sedikitnya
9 pusatpusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
6. Mengembangkan 2 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara.
7. Mengurangi indeks risiko bencana pada 24 kabupaten/kota
sasaran yang memiliki indeks risiko bencana tinggi, baik yang
berfungsi sebagai PKN, PKSN, PKW, KEK, Kawasan Industri
maupun pusat pertumbuhan lainnya.
Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Pulau Sulawesi
meliputi:
1. Pengembangan Kawasan Strategis;
Kebijakan pengembangan kawasan strategis bidang ekonomi di
Wilayah Sulawesi difokuskan sebagai pengembangan industri berbasis
logistik, serta pengembangan industri berbasis komoditas kakao, rotan,
perikanan, aspal, nikel, dan bijih besi, serta pengembangan pariwisata
bahari yang miliki daya saing nasional dan internasional., Pengembangan
389
kawasan strategis di Pulau Sulawesi khususnya di Provinsi Sulawesi
Tengah meliputi: Kawasan Ekonomi Khusus/Kawasan Industri Palu,
Kawasan Industri Morowali serta pengembangan pusatpusat
pertumbuhan penggerak ekonomi daerah pinggiran seperti Kapet Palapas.
Pengembangan kawasan strategis tersebut dilakukan melalui
pengembangan potensi ekonomi wilayah, percepatan penguatan
konektivitas penguatan kemampuan sumber daya manusia dan iptek
serta penguatan regulasi bagi peningkatan iklim investasi dan iklim
usaha
2. Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan;
Strategi ini meliputi Pengembangan Kawasan Perkotaan,
Pengembangan Desa dan Kawasan Perdesaan serta Peningkatan
Keterkaitan Kota dan Desa di Wilayah Sulawesi. Beberapa kawasan di
Sulawesi Tengah masuk dalam lokasi prioritas peningkatan keterkaitan
desakota untuk memperkuat pusat pertumbuhan di Sulawesi, yaitu
Lokasi Kawasan
Buol/Tolitoli
sekitarnya
dan
Kelompok Kawasan
PKW
Buol
Kawas
an
Perdag
angan
Bebas
(KPB)
Air
Tenang
Kawas
an
Trans
migras
i:
Momun
u
Kota
Otono
m
390
Komoditas Unggulan
Padi
Pakawuja
Cengkeh
Kelapa
Dalam
Poso dan sekitarnya
(Kabupaten Poso, Kab.Tojo
Unauna, Kabupaten
Parigi Moutong dan
Kabupaten Donggala)
Terdek
at :
Goront
alo dan
Palu
PKW
Poso
KPB
Tampo
role
Kawas
an
Trans
migras
i:
Ambaro
Kolonedale dan
sekitarnya
(Kab. Morowali,
Kab. Morowali
Utara, Prov.
Sulteng dan Kab.
Luwu Timur, Prov
Sulsel)
na
PKW
Kolone
dale
Kawas
an
Minapo
litan:
Bungk
u
Selatan
KPB
Mahalo
na
KPB
Bungk
u
Kawas
an
Trans
migras
i:
Kolone
dale,
Lembo
3. Pengembangan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan;
391
Jagung
Cengkeh
Padi
Kakao
Kelapa
Dalam
Rumput
Laut
Udang
Wisata
Bahari
Perikanan
Tangkap
Rumput
Laut
Padi
Kakao
Perikanan
Tangkap
Arah kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di
Wilayah Sulawesi difokuskan pada promosi potensi daerah tertinggal
untuk mempercepat pembangunan, sehingga terbangun kemitraan
dengan banyak pihak. Promosi daerah tertinggal ini juga akan mendorong
masyarakat semakin mengetahui potensi daerah tersebut dan akan aktif
dalam membantu pembangunan, upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan
kebutuhan pelayanan dasar publik dan pengembangan perekonomian
masyarakat yang berbasis pertanian, perkebunan, perikanan, migas, dan
pertambangan nasional yang didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM)
yang berkualitas dan infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah
pinggiran, seperti daerah tertinggal dan kawasan perbatasan ke pusat
pertumbuhan.
Pada periode RPJMN 20152019 jumlah daerah tertinggal di Sulawesi
sebanyak 18 kabupaten. Pada akhir periode RPJMN 20152019
ditargetkan sebanyak 14 kabupaten tertinggal dapat terentaskan.
4. Penanggulangan Bencana;
Untuk mendukung pengembangan Wilayah Sulawesi, maka arahan
kebijakan penanggulangan bencana diarahkan untuk mengurangi
risiko bencana pada pusatpusat pertumbuhan dan meningkatkan
ketangguhan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam
menghadapi bencana. Strategi penanggulangan bencana dan
pengurangan risiko bencana di Wilayah Sulawesi dilakukan melalui :
(1) Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka
pembangunan berkelanjutan; (2) Penurunan tingkat kerentanan
terhadap bencana; (3) Peningkatan kapasitas penanggulangan
bencana.
Adapun sebaran risiko bencana dan profil kerawanan di Provinsi Sulawesi
Tengah dapat dilihat pada Tabel berikut
392
Profil Kerawanan dan Risiko Bencana PKN dan PKW
di Wilayah Sulawesi Tengah
Lokasi
Kawasan
pusat
pertumbu
han
penggerak
ekonomi
daerah
pinggiran
lainnya di
Sulawesi
Tengah
KEK Palu/ Kawasan
Industri
Palu –
Sulawesi
Tengah
Kawasan Industri Morowali
Sulawesi
Tengah
Poso dan sekitarnya
(KPB Tamporole, kawasan
agropolitan)
Index Kerawanan (IRBI
2011)
Tinggi untuk ancaman:
banjir dan
longsor,
gempabum
i, cuaca
ekstrim, kekeringan
Kelas Multi Risiko (IRBI
2013)
Kota Palu: tinggi, Kab. Sigi:
sedang,
Kab.Dongg
ala: tinggi,
Kab. Parigi Moutong: tinggi
Tinggi untuk banjir dan
longsor,
gempabum
i, cuaca
ekstrim
dan
Abrasi
Tinggi untuk bencana
abrasi,
gempa
bumi,
longsor
dan banjir
Kab. Poso tinggi untuk
banjir,
cuaca
ekstrim,
longsor,
abrasi
Kab. Donggala tinggi untuk
banjir,
cuaca
ekstrim,
gempa,
longsor,
abrasi
Kab. Morowali: tinggi untuk
banjir dan longsor
Kab. Morowali Utara: data
belum tersedia
Tinggi
Kolonedale dan sekitarnya
(Kawasan
MinapolitanBungku
Selatan, KPB Bungku,
Kawasan Transmigrasi)
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Sulawesi
Palu
Tinggi untuk ancaman:
banjir,
tanah
393
Tinggi
Kab. Poso: tinggi
Kab. Donggala: tinggi
Kab. Morowali: tinggi
Kab. Morowali Utara: data
belum tersedia
Tinggi
longsor,
abrasi,
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Sulawesi
Luwuk – Kab. Banggai
Tinggi untuk ancaman:
banjir, abrasi, angin topan,
konflik
sosial
Donggala
Tinggi untuk ancaman:
gempabumi, banjir, tanah
longsor,
abrasi,
angin
topan
Tinggi
Tinggi
5. Penataan Ruang Wilayah Sulawesi
Prioritas lokasi pengembangan pusat kegiatan pada periode 20152019
khususnya di Sulawesi Tengah dapat dilihat pada Tabel berikut ini
Provinsi
Sulawesi Tengah
Pusat Kegiatan dalam PKSN
PKW
Poso (II/C/3)
Luwuk II/C/1)
Buol (II/C/1)
Kolonedale
(
I
I
/
C
/
1
)
Tolitoli (II/C/1)
Donggala (II/C/1)
Sementara itu dalam rangka pengembangan Kawasan Strategis Nasional
(KSN) maka Strategi pengembangan KSN di Pulau Sulawesi khsusunya
Sulawesi Tengah dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Perbatasan
Pertahanan dan Keamanan
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi
Tengah
Strategi
Pengembangan
394
pras
aran
a
dan
sara
K/L
1.
2.
Kemen
terian
Agraria
dan
Tata
Ruang
na
Kaw
asa
n
Perb
atas
an
Neg
ara
seca
ra
sine
rgis
di
Prov
insi
Sula
wesi
Utar
a–
Gor
onta
lo –
Sula
wesi
Ten
gah
3.
4.
5.
BNPP
Kemen
terian
Perhub
ungan
Kemen
terian
PU dan
Perum
ahan
Rakyat
6. Tata Kelola Pemerintah Daerah dan Otonomi Daerah.
Arah kebijakan pengembangan Wilayah Sulawesi yakni peningkatan
kapasitas pemerintahan daerah yang mendorong pembangunan ekonomi
secara merata berbasis pada pemanfaatan sumber daya alam secara
berkelanjutan, dengan strategi:
a. Penguatan peran gubernur melalui sebagai wakil Pemerintah
Pusat;
b. Penerapan standar pelayanan dan sistem pengaduan pada tiap
pemerintah daerah yang terintegrasi dengan manajemen kinerja;
c. Penguatan peran PTSP sebagai sarana penyederhanaan pelayanan
kepada masyarakat dan dunia usaha.
395
d. Penguatan mutu pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi
sesuai arah dan prioritas pembangunan daerah.
e. Peningkatan proporsi belanja modal;
f. Penataan mekanisme monitoring dan evaluasi dana transfer yang
terintegrasi di tingkat provinsi secara online;
g. Penguatan tranparansi dan akuntabilitas kebijakan dan pengelolaan
keuangan Daerah.
Untuk mewujudkan arah pembangunan wilayah di atas, maka
Provinsi Sulawesi Tengah (dengan ibukota Palu) yang berfungsi sebagai
pusat pelayanan sekunder berupaya untuk mengsinergikan perencanaan
dan sinkronisasi penyusunan program pembangunan antarsektor terkait.
Oleh karena itu dalam rangka perencanaan pembangunan wilayahnya,
Provinsi Sulawesi Tengah berupaya untuk mensinergikan pengembangan
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet) Palapas, Kawasan
Strategis Cepat Tumbuh (KSCT), Regional Management (RM) Naroso serta
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu.
Secara teori KapetKSCTRM merupakan pendekatan
pengembangan wilayah berbasis kekuatan ekonomi lokal. Kapet
merupakan perwujudan kepedulian (affirmative policy) pemerintah
berdasarkan amanat UUD 1945 terkait tanggung jawab negara dalam
pemerataan pembangunan di seluruh wilayah nasional, sedangkan RM
merupakan inisiatif Pemerintah Daerah berbasis pada kesamaan tujuan
dan bargaining position. RM fokus pada pengelolaan Kerjasama Antar
Daerah (KAD) pada bidang tertentu yang disepakati (misalnya:
pengelolaan potensi ekonomi/produk unggulan yang sama antar daerah,
pengelolaan infrastruktur antar daerah, pengelolaan lingkungan antar
daerah, dsb) melalui komitmen pembagian peran dan share antar daerah,
396
misal: wilayah produksi, wilayah industri dan pemasaran. Sementara itu
KSCT merupakan program yang dirancang untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan yang
mensinergikan dan mengkoordinasikan berbagai input berupa Sumber
Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Alam (SDA), dan kebijakan dalam
proses pembangunan wilayah/kawasan
KAPET merupakan kawasan untuk meningkatkan nilai tambah
komoditas unggulan. Sementara itu KSCT dan RM yang secara fungsional
berada dalam lingkup Kapet berperan sebagai sentra produsen bahan
baku komoditas unggulan. Dengan kata lain KSCTRM dan Kapet
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan suatu wilayah dalam
mengembangkan daya saing produk unggulan sesuai dengan kompetensi
sumber daya lokal dan diharapkan dapat berperan sebagai penggerak
pertumbuhan ekonomi bagi wilayahwilayah yang kesenjangannya masih
tinggi. Sehingga ketiga kawasan tersebut merupakan klaster industri hulu
yang secara umum bertujuan untuk pemerataan pertumbuhan.
Sementara itu, KEK merupakan pusat pertumbuhan berupa pusat
industri, perdagangan dan jasa yang berfungsi sebagai klaster industri
hilir. KEK diarahkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan
memperoleh fasilitas tertentu yang ditujukan untuk melipatgandakan
pertumbuhan ekonomi nasional, serta memberikan dampak yang besar
pada peningkatan lapangan kerja dalam negeri yang dirancang dengan
tujuan percepatan pertumbuhan. Sementara koridor ekonomi melalui
pengembangan konektivitasnya akan menghubungkan sentrasentra
KSCT ke KAPET dalam bentuk klaster ekonomi kawasan, dan pusatpusat
pertumbuhan MP3EI/KEK. Pengembangan pusatpusat pertumbuhan
tersebut disertai dengan penguatan konektivitas antar pusatpusat
pertumbuhan ekonomi, antara pusat pertumbuhan ekonomi dengan
397
lokasi kegiatan ekonomi lain, serta infrastruktur pendukungnya. Sehingga
baik Kapet, KSCT, maupun RM terhubungkan dengan sistem konektivitas
yang fungsional dalam hubungan huluhilir.
Dalam kondisi riil di lapangan diharapkan KSCT Provinsi Sulawesi
Tengah dan RM Naroso dapat mensuplai bahan baku komoditas unggulan
tanaman pangan, tanaman perkebunan, perikanan dan peternakan untuk
Kapet Palapas yang selanjutnya akan mendukung KEK Palu dalam
mewujudkan visinya sebagai “Pusat Industri Berbasis Agro dan
Perdagangan Moderen yang berdaya saing tinggi melalui Pengembangan
Pengolahan Sumberdaya Alam Lokal Secara Bijak Berwawasan
Lingkungan”. Upaya pencapaian visi ini tentunya akan didukung oleh
sistem konektivitas MP3EI seperti keberadaan Bandara Mutiara Palu
sebagai pintu gerbang utama menuju Sulawesi Tengah; Pelabuhan
Pantoloan yang direncanakan akan dikembangkan sebagai salah satu hub
internasional; ketersediaan infatruktur jalan yang akan menghubungkan
wilayah penghasil bahan baku dengan lokasi pengolahan serta tentunya
ketersediaan jaringan listrik yang memadai.
5.1.
PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Permasalahan yang masih dihadapi oleh Provinsi Sulawesi Tengah
dalam rangka pengembangan wilayah antara lain:
a. Masih tingginya angka kemiskinan
Selama Selama Tahun 2011 sampai dengan 2014 jumlah
penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Tengah berkurang dari
443.660 jiwa (16,04%) pada Tahun 2011 menjadi 387.060 jiwa
(13,61%) pada 2014. Dengan kata lain jumlah penduduk miskin
yang dapat dientaskan selama Tahun 20112014 sebanyak
56.600 jiwa. Walaupun tingkat kemiskinan dapat ditekan hingga
398
angka 13,61 persen pada Tahun 2014, namun angka ini masih
berada di atas angka kemiskinan nasional yakni 10,96%.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah yang cenderung
terus naik setiap tahunnya bahkan merupakan salah satu yang
tertinngi di Indonesia belum berbanding lurus dengan penurunan
angka kemiskinan.
b. IPM yang relatif rendah dibandingkan daerah lainnya
Sampai dengan tahun 2013, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 72,14 atau berada pada
kategori menengah ke atas. Kendati demikian IPM Sulawesi
Tengah masih berada di posisi 22 dari 33 provinsi se Indonesia.
Upaya peningkatan IPM merupakan hal yang sangat penting
karena SDM merupakan salah satu modal dasar pembangunan
dan terkait langsung dangan visi Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tengah
c. Indeks Williamson yang cenderung naik
Ketimpangan distribusi pendapatan antar wilayah di Sulawesi
Tengah yang ditunjukkan oleh Indeks Williamson menunjukkan
kenaikan yaitu sejak tahun 20102012. Meskipun
ketimpangannya belum terlalu besar, langkah yang paling penting
ke depan adalah memanage pengeluaran fiscal dengan baik
sehingga dapat mengurangi kesenjangan pembangunan antar
daerah.
Tantangan yang akan dihadapi oleh Provinsi Sulawesi Tengah dalam
rangka pengembangan wilayah antara lain:
a. Lebih dari duapertiga wilayah Sulawesi Tengah terdiri atas laut
dengan panjang garis pantai 4013 kilometer. Kendati demikian
potensi kekayaan laut baik yang berupa sumberdaya hayati
maupun sumber daya non hayati di dalamnya belum optimalnya
399
pemanfaatannya. Peningkatan nilai tambah produk perikanan
Sulawesi Tengah perlu terus ditingkatkan. Demikian halnya dengan
pengoptimalan potensi bahari yang dapat dilakukan melalui
penerapan blue economy.
b. Peraturan larangan ekspor bahan mentah mineral mempengaruhi
perekonomian beberapa kabupaten yang kekuatan ekonominya
dipengaruhi oleh kontribusi sektor pertambangan. Kondisi ini
selanjutnya berdampak pada perekonomian Sulawesi Tengah secara
keseluruhan
c. Pemanfaatan SDA dewasa ini menuntut adanya pemanfatatan yang
ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan meminimalisir
dampak dari kegiatan perekonomian yang berkaitan langsung
dengan lingkungan misalnya pencegahan konflik pemanfaatan
sumber daya tambang dengan kehutanan.
d. Percepatan pembangunan infrastruktur untuk pemerataan
pembangunan wilayah. Menurut Kementerian Pembangunan
Daerah Tertinggal (KPDT) 12 dari 13 Kabupaten/Kota di Sulawesi
Tengah tergolong daerah tertinggal. Salah satu indikatornya adalah
ketidakmerataan pembangunan infrastruktur
e. Pengoptimalan organisasi kerjasama regional baik yang sifatnya
nasional maupun internasional. Sulawesi Tengah dapat men gambil
peran dari adanya organisasi kerjasama ekonomi regional. Sulawesi
Tengah sebagai salah atu provinsi yang kaya akan SDA di Kawasan
Timur Indonesia (KTI) dapat mengambil peran penting daloam
organisasi kerjasama ekonomi regional Brunei Darussalam
IndonesiaMalaysiaPhillippines East ASEAN Growth Area (BIMP
EAGA). Organisasi ini merupakan forum pertemuan antarnegara di
kawasan regional ASEAN yang bertujuan mempercepat
pertumbuhan ekonomi khususnya KTI dengan Negara Brunei
400
Darussalam Malaysia dan Filipina. Selain itu, Provinsi Sulawesi
Tengah juga memiliki peranan yang sangat penting terkait dengan
pengelolaan Teluk Tomini mengingat lebih dari separuh wilayah
Teluk Tomini berada di Provinsi Sulawesi Tengah. Selain itu
Sulawesi Tengah memiliki potensi yang sangat besar di Kawasan
Teluk Tomini yaitu Kepulauan Togean yang dalam UndangUndang
Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN) telah ditetapkan sebagai Kawasan Andalan
Nasional. Oleh karena itu Provinsi Sulawesi Tengah perlu terus
mengawal program/kegiatan sebagaimana yang tertuang dalam
Lampiran Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Teluk Tomini Secara
Terpadu dan Berkelanjutan yang telah disepakati oleh Provinsi
Sulawesi Tenga, Gorontalo dan Sulawesi Utara.
5.2.
ARAH KEBIJAKAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN
KABUPATEN/KOTA
5.2.1 KOTA PALU
401
Peta Administrasi Kota Palu
A. KONDISI SAAT INI
1) Penduduk dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data BPS, hingga Tahun 2013 jumlah penduduk
Kota Palu mencapai 356.279 jiwa, yang terbagi atas 179.291lakilaki
dan 176.988perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk
mencapai 901,89jiwa/km2, dan Jumlah Rumah Tangga sebanyak
89.075 KK dengan ratarata anggota rumah tangga sebanyak 4.
Gambar 5.1
Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Palu
Tahun 20112013
Sumber: BPS, 2014.
Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja di Kota Palu
pada Tahun 2013sebanyak 151.797 jiwa lebih tinggi jika
dibandingkan tahun 2012 yaitu sebayak 151.714 jiwa. Dari jumlah
angkatan kerja tersebut yang bekerja sebanyak 142.537jiwa dan
yang menganggur sebanyak
9.260
jiwa, dengan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 6,10%.
Gambar 5.2
Perkembangan Angkatan Kerja & Tingkat Pengangguran
Terbuka Di Kota Palu Tahun 20112013
402
Sumber: BPS, Ketenagakerjaan Provinsi Sulteng, 2014.
2) Kondisi Perekonomian Daerah
Perkembangan perekonomian Kota Palu selama periode 2011
2013 mengalami peningkatan yang signifikan yang diukur dari
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dimana laju pertumbuhan
PDRB pada tahun 2013 mencapai 9,96% lebih tinggi jika
dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB tahun 2012 yaitu
sebesar 9,61%.
Jika dilihat dari besaran nilai PDRB Kota Palu, terlihat bahwa
pada Tahun 2012 nilai PDRB ADHB mencapai 8.283.620 Juta
Rupiah meningkat menjadi 9.728.261 Juta Rupiah pada tahun 2013,
sementara PDRB ADHK 2000 dari 3305.959 Juta Rupiah pada Tahun
2012 meningkat menjadi 3.635.395 Juta Rupiah pada tahun 2013.
Gambar 5.3
Perkembangan Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB
Kota Palu Tahun 20112013
403
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
Dilihat dari distribusi PDRB ADHB tahun 2013,sektor yang
paling besar andilnya terhadap pembentukan PDRB Kota Palu adalah
sektorJasaJasa dengan kontribusi sebesar31,86%, disusulterbesar
kedua dan ketiga masingmasing adalah sektor Perdagangan,
Restoran dan Hotel sebesar 12,82%,dan sektorKonstruksi sebesar
12,80%.Sedangkan sektor yang paling kecil kontribusinya adalah
sektor Pertanian yaitu hanya sebesar 2,02%.
Gambar 5.4
Distribusi PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan Usaha
Kota Palu Tahun 2013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
404
Selanjutnya perkembangan PDRB perkapitaKota Palu juga
cenderung mengalami peningkatan, yakni pada tahun 2011sebesar
Rp. 20.805.441,meningkat menjadi Rp. 23.831.359, pada tahun
2012, dan pada tahun 2013 kembali meningkat hingga menjadi Rp.
27.303.645,.
Gambar 5.5
Perkembangan PDRB Perkapita Kota Palu
Tahun 20112013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
3) Kondisi Kemiskinan
Penduduk merupakan modal potensial bagi pembangunan dan
sangat menguntungkan jika diimbangi dengan peningkatan kualitas
(mutu modal manusia). Sebaliknya jika jumlah penduduk yang
banyak tidak diimbangi dengan kualitas yang memadai, maka akan
dapat menimbulkan masalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan
kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seseorang
yang pengeluaran perkapitanya selama sebulan tidak cukup untuk
memenuhi standar hidup minimum.
Oleh karena itu peningkatan kualitas sumberdaya
manusiaselalu menjadi perhatian dan fokus utama dalam
405
pelaksanaan pembangunan serta menjadi target dan sasaran utama
pada bidang kesejahteraan rakyat.
Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di
Kota Palu selama periode 20112013 cenderung mengalami
penurunan. Pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin di Kota Palu
sebanyak 31,8 ribu jiwa (9,24%) berkurang menjadi 30,2 ribu jiwa
(8,58%) pada tahun 2012, dan selanjutnya kembali menurun hingga
menjadi 25,9 ribu jiwa (7,24%) pada tahun 2013.
Gambar 5.6
Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Kota Palu Tahun 20112013
Sumber: BPS, Kemiskinan Kabupaten/Kota seSulteng, 2013.
4) Pendidikan
Di Sektor Pendidikan, Keberhasilan pembangunan di sektor
pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain yaitu:
Angka Melek Huruf (AMH), Ratarata Lama Sekolah (RLS), Angka
Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
Perkembangan capaian Angka Melek Huruf (AMH) di Kota Palu
cenderung meningkat, yakni dari 99,34% pada tahun 2012 menjadi
99,37% pada tahun 2013. sementara Angka RataRata Lama
Sekolah (RLS) pada tahun 2011 sebesar 11,05 tahun meningkat
menjadi 11,07 tahun pada tahun 2013.
406
Selanjutnya capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kota Palu
selama periode tahun 20122013 sebagai berikut:
APK SD/Mi cenderung menurun, yaitu dari 100,78% pada
-
tahun 2012 menjadi 99,65% pada tahun 2013.
APK SMP/MTs cenderung menurun, yakni dari 98,11% pada
-
tahun 2012 menjadi 87,23% pada tahun 2013.
APK SMA/SMK/MA cenderung menurun, yakni dari 88,01%
-
pada tahun 2012 menjadi 84,75% pada tahun 2013.
Sedangkan capaian Angka Partisipasi Murni (APM) di Kota Palu
selama periode 20122013 sebagai berikut:
-
APM SD/Mi cenderung meningkat, yakni dari 89,05% pada
tahun 2012 menjadi 90,43% pada tahun 2013.
-
APM SMP/MTs cenderung meningkat dari 66,11% pada tahun
2012 menjadi 66,53% pada tahun 2013.
-
APM SMA/SMK/MA cenderung meningkat dari 64,18% pada
tahun 2012 menjadi 66,34% pada tahun 2013.
Tabel 5.1
Perkembangan Indikator Bidang Pendidikan
Di Kota Palu Tahun 20112013
No
.
1.
2.
3.
4.
Indikator Pendidikan
Angka Melek Huruf (%)
RataRata Lama Sekolah
(tahun)
APK (%)
APK SD/MI
APK SMP/MTs
APK SMA/SMK/MA
APM (%)
APM SD/MI
407
2011
2012
2013
99,31
10,98
99,34
11,05
99,37
11,07
100,78
95,10
80,44
100,78
98,11
88,01
99,65
87,23
84,75
87,73
89,05
90,43
APM SMP/MTs
APM SMA/SMK/MA
63,36
56,37
66,11
64,18
66,53
66,34
Sumber: BPS, Indikator Sosial Kabupaten/Kota se Sulteng 2013.
5) Kesehatan
Dari segi kesehatan, hingga Tahun 2013, Kota Palu telah
memiliki
5
unit RumahSakitPemerintahdan
RumahSakitSwasta, danditunjangolehprasaranalainnya
4
unit
seperti;
Puskesmas induksebanyak12 unit, Puskesmas Pembantu sebanyak
29 unit, dan Posyandu sebanyak 220 unit (BPS, Sulteng Dalam
Angka 2014).
Sedangkan tenaga kesehatan yang terdapat di Kota Palu hingga
tahun 2013 yaitu: Dokter Umum
sebanyak125 Orang,
Dokterspesialissebanyak 61orang, Dokter Gigi sebanyak33 orang,
Apotekerdanasistensebanyak159 orang, SKM sebanyak 113 orang,
Bidansebanyak 449 orang, Perawat sebanyak 1.095 orang, dan
sanitarian sebanyak1102 orang (BPS, Sulteng Dalam Angka 2014).
6) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Capaian pembangunan mutu modal manusia di Kota Palu
cenderung mengalami setiap tahunnya, yang direfresentasikan
melalui nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Palu.
Terlihat bahwa pada tahun 2012 Nilai IPM Kota Palu sebesar 77,48
poin meningkat menjadi 77,88 poin pada tahun 2013, dengan posisi
peringkat ke1 se Provinsi Sulawesi Tengah, dan masuk kedalam
kategori pembangunan manusia menegah keatas.
Gambar 5.7
Perkembangan IPM Kota Palu Tahun 20112013
408
Sumber: BPS, 2013.
Perkembangan capaian IPM Kota Palu selama periode Tahun
20102012 berada diatas nilai IPM Provinsi Sulawesi Tengah dan
Nasional.
Gambar 5.8
IPM Kota PaluDalam Perspektif Sulteng Tahun 2012
Sumber: BPS, 2013.
B. ISU STRATEGIS
1) Belum optimalnya pelayanan umum kepada masyarakat
2) Pelayanan Pendidikan
3) Pelayanan Kesehatan
4) Kurangnya Infrastruktur
5) Penataan Lingkungan Hidup Yang Berwawasan Ekologis
409
6) Keamanan dan Konflik Sosial.
7) Pengembangan Kawasan Industri Palu (KIP) menuju Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK)
C. PROGRAM PRIORITAS
Prioritas dan sasaran pembangunan daerah Kota Palu pada tahun 2016
sebagai berikut:
a) Reformasi Birokrasi
b) Pendidikan dan Kesehatan
c) Penanggulangan Kemiskinan
d) Infrastruktur dan Energi
e) Iklim Investasi dan Iklim Usaha
f) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana
g) Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi
h) Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat
5.2.2 KABUPATEN DONGGALA
410
Peta Administrasi Kabupaten Donggala
A. KONDISI SAAT INI
1) Penduduk Dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kabupaten Donggala
tahun 2013 sebanyak 287.921 jiwa, yang terbagi atas 147.288 laki
laki dan 140.633 perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk
mencapai 67jiwa/km2. Jumlah Rumah Tangga sebanyak 64.701 KK
dengan ratarata anggota rumah tangga sebanyak 4 orang.
Gambar 5.9
411
Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Donggala
Tahun 20112013
Sumber: BPS, Sulteng Dalam Angka 2014.
Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja di Kabupaten
Donggala pada Tahun 2013 mencapai 110.898 orang, dari angkatan
kerja tersebut jumlah yang bekerja sebanyak 104.230 orang dan yang
menganggur sebanyak 6.668 orang. Dengan tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 59,87%, dan Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) sebesar 6,01%.
Gambar 5.10
Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran
Terbuka Di Kabupaten Donggala Tahun 20112013
Sumber: BPS, BRS Ketenagakerjaan Provinsi Sulteng, 2013
412
2) Kondisi Perekonomian Daerah
Kondisi perekonomian di Kabupaten Donggala terus menerus
menunjukkan perkembangan yang positif, yang ditandai dengan
meningkatnya nilai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Donggala. Pada Tahun 2012 nilai PDRB ADHB Kabupaten Donggala
sebesar 5.033.999 Juta Rupiah meningkat menjadi 5.882.456 Juta
Rupiah pada Tahun 2013, sementara PDRB ADHK 2000 dari
2.016.656 Juta Rupiah pada Tahun 2012 meningkat menjadi
2.198.967 Juta Rupiah pada tahun 2013. Dengan laju pertumbuhan
PDRB pada tahun 2013 sebesar 9,04% lebih tinggi dibandingkan
dengan tahun 2012 yaitu sebesar 8,95%.
Gambarb5.11
Perkembangan Nilai PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Donggala Tahun 20112013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2013
Dilihat dari distribusi PDRB ADHB Kabupaten Donggala Tahun
2013, Sektor yang paling berperan dalam pembentukan PDRB
Kabupaten Donggala adalah sektor pertanian dengan kontribusi
sebesar 37,51%, disusul terbesar kedua dan ketiga masingmasing
yaitu sektor jasajasa sebesar 20,23%, dan sektor perdagangan,
restoran dan hotel sebesar 13,23%. sedangkan sektor yang paling
413
kecil andilnya adalah sektor listrik dan air bersih yaitu hanya sebesar
0,25%.
Gambar 5.12
Distribusi PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan Usaha
Kabupaten Donggala Tahun 2013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
Selanjutnya PDRB per kapita Kabupaten Donggala juga
cenderung meningkat, yakni dari Rp. 16.532.611, pada Tahun 2011
meningkat menjadi Rp. 18.983.744, pada Tahun 2012, selanjutnya
pada Tahun 2013 meningkat menjadi Rp. 21.348.750,.
Gambar5.13
Perkembangan PDRB Perkapita
Kabupaten Donggala Tahun 20112013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2013.
414
3) Kondisi Kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi yang signifikan di Kabupaten Donggala
berimplikasi terhadap penurunan angka kemiskinan. Hal ini dapat
dilihat dari perkembangan penduduk miskin di Kabupaten Donggala
cenderung menurun pada periode 20112012, sementara pada
tahun 2013 cenderung meningkat.
Pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin di Kabupaten
Donggala sebanyak 51,1 ribu jiwa (18,03%) berkurang menjadi 48,6
ribu jiwa (17,03%) pada tahun 2012, dan pada tahun 2013
meningkat menjadi 49,6 ribu jiwa (17,18%).
Gambar 5.14
Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Di Kabupaten Donggala Tahun 20112013
Sumber: BPS, Kemiskinan Kabupaten/Kota seSulteng, 2013
4) Pendidikan
Dibidang Pendidikan, pembangunan sektor pendidikan
diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap
pendidikan, karena pendidikan ini merupakan pondasi yang
fundamental dalam pembangunan mutu modal manusia.
Keberhasilan pembangunan di sektor pendidikan dapat dilihat dari
415
beberapa indikator, antara lain yaitu: Angka Melek Huruf (AMH),
Ratarata Lama Sekolah (RLS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan
Angka Partisipasi Murni (APM).
Perkembangan capaian Angka Melek Huruf (AMH) di
Kabupaten Donggala periode 20122013 cenderung meningkat,
yakni dari 94,71% pada tahun 2012 menjadi 94,75% pada tahun
2013. sementara Angka RataRata Lama Sekolah (RLS) pada tahun
2012 sebesar 7,65 tahun meningkat menjadi 7,67 tahun pada tahun
2013.
Selanjutnya capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) di
Kabupaten Donggala selama periode 20122013 sebagai berikut:
APK SD/Mi cenderung meningkat dari 104,81% pada tahun
2012 menjadi 107,38% di tahun 2013.
APK SMP/MTs cenderung meningkat, yaitu dari 77,41% pada
tahun 2012 menjadi 83,31% pada tahun 2013.
APK SMA/SMK/MA cenderung meningkat, yaitu dari 69,90%
pada tahun 2012 menjadi 82,45% pada tahun 2013.
Tabel 5.2
Perkembangan Capaian Indikator Bidang Pendidikan
Kabupaten Donggala Tahun 20112013
No
.
1.
2.
3.
4.
Indikator Pendidikan
2011
2012
2013
Angka Melek Huruf (%)
RataRata Lama Sekolah
(tahun)
APK (%)
APK SD/MI
APK SMP/MTs
APK SMA/SMK/MA
APM (%)
APM SD/MI
APM SMP/MTs
APM SMA/SMK/MA
94,69
94,71
94,75
7,54
7,65
7,67
104,74
77,21
43,63
104,81
77,41
69,90
107,38
83,31
82,45
91,00
58,92
34,44
91,71
59,03
44,31
92,04
62,37
56,52
416
Sumber: BPS, Indikator Sosial Kabupaten/Kota se Sulteng 2013.
5) Kesehatan
Dibidang kesehatan, Pembangunan di bidang kesehatan
bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan
kesehatan secara mudah, murah dan merata. Upayaupaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat telah banyak
dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan melakukan
penyuluhan kesehatan dan penyediaan fasilitas
kesehatan seperti puskesmas, posyandu, pos obat
desa dan penyediaan sarana air bersih.
Hingga tahun 2013jumlah rumah sakit yang
terdapat di Kabupaten Donggala sebanyak 1 unit,
puskesmas induk sebanyak 14 unit, puskesmas
pembantu 72 unit, dan posyandu 4447 unit (BPS,
Sulteng Dalam Angka 2014).
Dari segi tenaga kesehatan, hingga tahun 2013 di Kabupaten
Donggala telah terdapat dokter umum sebanyak 42 orang, dokter
spesialis 2orang, dokter gigi sebanyak 5 orang, perawat 226 orang,
bidan 241 orang, apoteker 41 orang, SKM sebanyak 72 orang, dan
sanitarian sebanyak 64 orang (BPS, Sulteng Dalam Angka, 2014).
6) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Pembangunan mutu modal manusia di Kabupaten Donggala
selama periode 20112013 cenderung mengalami peningkatan,
yakni dari 70,32 poin pada tahun 2011 meningkat menjadi 70,94
poin pada tahun 2012, dan Tahun 2013 meningkat menjadi 71,42
poin, dengan posisi peringkat ke5 tertinggi se Provinsi Sulawesi
Tengah.
417
Gambar 5.16
Perkembangan IPM Kabupaten Donggala
Tahun 20112013
Sumber: BPS, 2013.
Capaian IPM Kabupaten Donggala selama periode Tahun 2011
2013 masih dibawah IPM Provinsi Sulawesi Tengah dan IPM
Nasional.
Gambar 5.17
IPM Kabupaten Donggala Dalam Perspektif Sulteng
Tahun 2012
Sumber: BPS, 2013.
418
B. ISU STRATEGIS
1) Revitalisasi Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan
2) Pengembangan Wisata
C. PROGRAM PRIORITAS
Prioritas dan sasaran pembangunan daerah Kabupaten Donggala pada
tahun 2016 sebagai berikut :
a) Program Peningkatan produksi pertanian/ perkebunan
b) Program Penerapan Teknologi pertanian / perkebunan
c) Program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman
pangan untuk mencapai swasembada pangan
d) Program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman
holtikultura yang berkelanjutan
e) Program pencapaian swasembada daging sapi (PSDS) dan
peningkatan penyediaan pangan hewani yang aman, sehat, utuh
dan halal.
f) Program Penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana
pertanian
g) Program peningkatan nilai tambah, daya saing industry hilir,
h)
i)
j)
k)
l)
pemasaran dan eksport hasil pertanian.
Program peningkatan ketahanan pangan
Program pengembangan perikanan tangkap
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir
Program pengembangan budidaya perikanan
Program pengembangan sarana dan prasarana perikanan dan
kelautan
m) Program pengembangan destinasi pariwisata
n) Program Pengembangan pemasaran pariwisata
419
5.2.3 KABUPATEN POSO
Peta Administrasi Kabupaten Poso
A. KONDISI SAAT INI
1) Penduduk dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kabupaten Poso
Tahun 2013 sebanyak 225.379 jiwa, yang terbagi atas 116.827 laki
laki dan 108.552 perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk
mencapai 32jiwa/km2. Jumlah Rumah Tangga sebanyak 50.991 KK
dengan ratarata anggota rumah tangga sebanyak 4 orang.
420
Gambar 5.18
Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Poso
Tahun 20112013
Sumber: BPS, Sulteng Dalam Angka 2014.
Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja di Kabupaten
Poso Tahun 2013 mencapai 113.535 orang lebih tinggi dibanding
tahun sebelumnya. Dari angkatan kerja tersebut yang bekerja
sebanyak 110.266 orang dan yang menganggur sebanyak 3.269
orang, dengan tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar
72,80%, dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 2,88%.
Gambar 5.19
Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran
Terbuka Di Kabupaten Poso Tahun 20112013
Sumber: BPS, 2014.
2) Kondisi Makro Ekonomi Daerah
421
Pembangunan perekonomian di Kabupaten Poso mengalami
perkembangan yang signifikan, hal ini dapat dilihat dari
perkembangan Produk Domestik Regional Bruto. Terlihat bahwa
pada Tahun 2012 nilai PDRB ADHB Kabupaten Poso mencapai
2.858.682 Juta Rupiah meningkat menjadi 3.305.166 Juta Rupiah
pada tahun 2013, sementara PDRB ADHK 2000 dari 1.301.575 Juta
Rupiah pada Tahun 2012 meningkat menjadi 1.411.369 Juta
Rupiah pada Tahun 2013. Dengan laju pertumbuhan ekonomi pada
tahun 2013 sebesar 8,44% lebih tinggi dibandingkan dengan Tahun
2012 yaitu sebesar 8,32%.
Gambar 5.20
Perkembangan Nilai PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Poso Tahun 20112013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
Selanjutnya dilihat dari distribusi PDRB ADHB Kabupaten Poso
Tahun 2013, Sektor yang paling berperan dalam pembentukan PDRB
Kabupaten Poso adalah sektor pertanian dengan kontribusi sebesar
37,51%, disusul terbesar kedua dan ketiga masingmasing yaitu
sektor jasajasa sebesar 20,23%, dan sektor perdagangan, restoran
422
dan hotel sebesar 14,48%. Sedangkan sektor yang paling kecil
andilnya adalah sektor listrik, gas dan air bersih yaitu hanya sebesar
0,52%.
Gambar5.21
Distribusi PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan Usaha
Kabupaten Poso Tahun 2013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
Seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Poso
juga diikuti dengan meningkatnya PDRB per kapita Kabupaten Poso,
yakni dari Rp. 12.627.301, pada Tahun 2012 meningkat menjadi Rp.
14.664.926, pada Tahun 2013.
Gambar5.22
Perkembangan PDRB Perkapita
Kabupaten Poso Tahun 20112013
423
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
3) Kondisi Kemiskinan
Dari sisi kemiskinan, Perkembangan penduduk miskin di
Kabupaten Poso cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya.
Terlihat bahwa pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin di
Kabupaten Poso mencapai 43,0 ribu jiwa (20,10%) berkurang
menjadi 40,9 ribu jiwa (18,46%) pada tahun 2012, dan pada tahun
2013 berkurang hingga menjadi 41,3 ribu jiwa (18,22%).
Gambar 5.23
Perkembangan Jumlah dan Persentase Kemiskinan
Di Kabupaten Poso Tahun 20102012
Sumber: BPS, Kemiskinan Kabupaten/Kota seSulteng, 2013.
4) Kesehatan
424
Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua
lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara
mudah, murah dan merata. Upayaupaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat telah banyak dilakukan oleh
pemerintah antara lain dengan melakukan penyuluhan kesehatan
dan penyediaan fasilitas kesehatan seperti puskesmas, posyandu,
pos obat desa dan penyediaan sarana air bersih.
Pada Tahun 2013, Kabupaten Poso memiliki 1 unit Rumah
Sakit Pemerintah dan 1 unit Rumah Sakit Swasta, dan ditunjang
oleh prasarana lainnya yaitu:PuskesmasInduk sebanyak21 unit,
Puskesmas Pembantu sebanyak 66 unit, dan Posyandu sebanyak
264 unit (BPS, Sulteng Dalam Angka 2014).
Dari segi tenaga kesehatan, hingga Tahun 2013di Kabupaten
Poso telah terdapat Dokter Umum sebanyak 34 Orang, Dokter
spesialias sebanyak 9 orang,Dokter Gigi sebanyak 9 orang, Apoteker
dan asisten sebanyak 81 orang, SKM sebanyak 148 orang, Bidan
sebanyak 311 orang, Perawat sebanyak 505 orang, dan sanitarian
sebanyak 54 orang (BPS, Sulteng Dalam Angka 2014).
5) Pendidikan
Pendidikan merupakan pondasi yang fundamental dalam
pembangunan mutu modal manusia. Keberhasilan pembangunan di
sektor pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain
yaitu: Angka Melek Huruf (AMH), Ratarata Lama Sekolah (RLS),
Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
Perkembangan capaian Angka Melek Huruf (AMH) di
Kabupaten Poso periode 20122013 cenderung meningkat, yakni
dari 97,97% pada tahun 2012 menjadi 97,98% pada tahun 2013,
425
sementara Angka RataRata Lama Sekolah (RLS) pada tahun 2012
sebesar 8,80 tahun meningkat menjadi 8,82 tahun pada tahun
2013.
Selanjutnya capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) di
Kabupaten Poso selama periode 20122013 sebagai berikut:
APK SD/Mi cenderung menurun, yaitu dari 103,60% pada
tahun 2012 menjadi 100,75% di tahun 2013.
APK SMP/MTs cenderung menurun, yakni dari 103,28% pada
tahun 2012 menjadi 91,09% pada tahun 2013.
APK SMA/SMK/MA cenderung meningkat dari 75,95% pada
tahun 2012 menjadi 89,09% pada tahun 2013.
Tabel 5.3
Capaian Indikator Pembangunan Bidang Pendidikan
Di Kabupaten Poso Tahun 20112013
No
Indikator Pendidikan
2011
2012
.
1. Angka Melek Huruf (%)
97,94
97,97
RataRata Lama Sekolah
2.
8,78
8,80
(tahun)
3. APK (%)
APK SD/MI
101,36
103,60
APK SMP/MTs
103,14
103,28
APK SMA/SMK/MA
75,88
75,95
4. APM (%)
APM SD/MI
88,06
91,58
APM SMP/MTs
69,30
69,30
APM SMA/SMK/MA
50,38
65,38
Sumber: BPS, 2014.
2013
97,98
8,82
100,75
91,09
89,09
92,38
73,25
67,21
6) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Capaian pembangunan mutu modal manusia di Kabupaten
Poso cenderung meningkat setiap tahunnya, yang direfresentasikan
melalui nilai IPM.
426
Pada tahun 2013 nilai IPM Kabupaten Poso sebesar 71,54 poin
meningkat jika dibanding dengan tahun sebelumnya yakni sebesar
71,20 poin, dengan posisi peringkat ke4 se Sulawesi Tengah.
Gambar 5.24
Perkembangan IPM Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah,
dan Nasional Tahun 20112013
Sumber: BPS, 2014.
Capaian IPM Kabupaten Poso selama periode Tahun 20112013
masih dibawah nilai IPM Provinsi Sulawesi Tengah, dan Nasional.
Gambar 5.25
IPM Kabupaten PosoDalam Perspektif Sulawesi Tengah
Tahun 2013
Sumber: BPS, 2013.
B. ISU STRATEGIS
1) Rendahnya daya saing hasil produksi pertanian, perkebunan,
perikanan dan peternakan;
2) Peran Koperasi dan UMK yang kurang signifikan dalam
menggerakkan perekonomian daerah;
427
3) Potensi pariwisata berbasis budaya lokal yang tinggi tidak
memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan
masyarakat dan daerah
4) Belum terwujudnya masyarakat Poso yang harmonis, religius,
sehat dan cerdas
C. PROGRAM PRIORITAS KABUPATEN POSO.
Prioritas dan sasaran pembangunan daerah Kabupaten Poso pada
tahun 2016 sebagai berikut :
a) Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi
b)
c)
d)
e)
Peningkatan Pelayanan Dasar
Peningkatan Partisipasi Masyarakat dan Kelembagaan Pemerintah
Peningkatan Harmoni Sosial
Pengendalian Pemanfaatan Sumber Daya Alam
5.2.4 KABUPATEN BANGGAI
Peta Administrasi Kabupaten Banggai
428
A. KONDISI SAAT INI
1) Penduduk Dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kabupaten Banggai
Tahun 2013 yaitu 342.698 jiwa, yang terbagi atas 174.614 lakilaki
dan 168.084 perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk
mencapai 35jiwa/km2. Jumlah Rumah Tangga sebanyak 83.634 KK
dengan ratarata anggota rumah tangga se
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH
PROVINSI SULAWESI TENGAH
Dalam BUKU III Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 20142019, berdasarkan potensi dan keunggulan Wilayah
Sulawesi, maka tema besar Pembangunan Wilayah Sulawesi adalah: (1)
sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan
internasional dan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia; (2)
Pengembangan industri berbasis logistik; (3) Lumbung pangan nasional
dengan pengembangan industri berbasis kakao, padi, jagung; (4)
Pengembangan industri berbasis rotan, aspal, nikel, bijih besi dan gas
bumi; serta (5) Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim
(kelautan) melalui pengembangan industri perikanan dan pariwisata
bahari.
Tujuan pengembangan Wilayah Sulawesi tahun 20152019 adalah
mendorong percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah Sulawesi
dengan menekankan keunggulan dan potensi daerah, melalui: (a)
pengembangan industri berbasis logistik, komoditas kakao, jagung,
perikanan, padi, rotan, aspal, nikel, bijih besi, dan gas bumi, serta
pengembangan pariwisata bahari; (b) penyediaan infrastruktur wilayah; (c)
peningkatan SDM dan ilmu dan teknologi secara terus menerus.
Adapun sasaran pengembangan Wilayah Sulawesi pada tahun
20152019 adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan pusatpusat pertumbuhan ekonomi di koridor
ekonomi melalui pengembangan 3 Kawasan Ekonomi Khusus, 5
388
Kawasan Industri, dan pusatpusat pertumbuhan sebagai
penggerak ekonomi daerah pinggiran lainnya;
2. mengentaskan 14 Kabupaten tertinggal untuk mengurangi adanya
kesenjangan antar wilayah;
3. Mempercepat pembangunan 1 Kawasan Perkotaan Metropolitan,
peningkatan efisiensi pengelolaan 1 Kawasan Perkotaan
Metropolitan yang sudah ada saat ini, mewujudkan optimalisasi
peran 6 kota otonom berukuran sedang sebagai penyangga (buffer)
urbanisasi serta 2 kota baru publik yang mandiri dan terpadu;
4. Mengurangi pengangguran dan meningkatkan keberdayaan
masyarakat di desadesa tertinggal.
5. Meningkatkan keterkaitan desakota melalui penguatan sedikitnya
9 pusatpusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
6. Mengembangkan 2 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara.
7. Mengurangi indeks risiko bencana pada 24 kabupaten/kota
sasaran yang memiliki indeks risiko bencana tinggi, baik yang
berfungsi sebagai PKN, PKSN, PKW, KEK, Kawasan Industri
maupun pusat pertumbuhan lainnya.
Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Pulau Sulawesi
meliputi:
1. Pengembangan Kawasan Strategis;
Kebijakan pengembangan kawasan strategis bidang ekonomi di
Wilayah Sulawesi difokuskan sebagai pengembangan industri berbasis
logistik, serta pengembangan industri berbasis komoditas kakao, rotan,
perikanan, aspal, nikel, dan bijih besi, serta pengembangan pariwisata
bahari yang miliki daya saing nasional dan internasional., Pengembangan
389
kawasan strategis di Pulau Sulawesi khususnya di Provinsi Sulawesi
Tengah meliputi: Kawasan Ekonomi Khusus/Kawasan Industri Palu,
Kawasan Industri Morowali serta pengembangan pusatpusat
pertumbuhan penggerak ekonomi daerah pinggiran seperti Kapet Palapas.
Pengembangan kawasan strategis tersebut dilakukan melalui
pengembangan potensi ekonomi wilayah, percepatan penguatan
konektivitas penguatan kemampuan sumber daya manusia dan iptek
serta penguatan regulasi bagi peningkatan iklim investasi dan iklim
usaha
2. Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan;
Strategi ini meliputi Pengembangan Kawasan Perkotaan,
Pengembangan Desa dan Kawasan Perdesaan serta Peningkatan
Keterkaitan Kota dan Desa di Wilayah Sulawesi. Beberapa kawasan di
Sulawesi Tengah masuk dalam lokasi prioritas peningkatan keterkaitan
desakota untuk memperkuat pusat pertumbuhan di Sulawesi, yaitu
Lokasi Kawasan
Buol/Tolitoli
sekitarnya
dan
Kelompok Kawasan
PKW
Buol
Kawas
an
Perdag
angan
Bebas
(KPB)
Air
Tenang
Kawas
an
Trans
migras
i:
Momun
u
Kota
Otono
m
390
Komoditas Unggulan
Padi
Pakawuja
Cengkeh
Kelapa
Dalam
Poso dan sekitarnya
(Kabupaten Poso, Kab.Tojo
Unauna, Kabupaten
Parigi Moutong dan
Kabupaten Donggala)
Terdek
at :
Goront
alo dan
Palu
PKW
Poso
KPB
Tampo
role
Kawas
an
Trans
migras
i:
Ambaro
Kolonedale dan
sekitarnya
(Kab. Morowali,
Kab. Morowali
Utara, Prov.
Sulteng dan Kab.
Luwu Timur, Prov
Sulsel)
na
PKW
Kolone
dale
Kawas
an
Minapo
litan:
Bungk
u
Selatan
KPB
Mahalo
na
KPB
Bungk
u
Kawas
an
Trans
migras
i:
Kolone
dale,
Lembo
3. Pengembangan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan;
391
Jagung
Cengkeh
Padi
Kakao
Kelapa
Dalam
Rumput
Laut
Udang
Wisata
Bahari
Perikanan
Tangkap
Rumput
Laut
Padi
Kakao
Perikanan
Tangkap
Arah kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di
Wilayah Sulawesi difokuskan pada promosi potensi daerah tertinggal
untuk mempercepat pembangunan, sehingga terbangun kemitraan
dengan banyak pihak. Promosi daerah tertinggal ini juga akan mendorong
masyarakat semakin mengetahui potensi daerah tersebut dan akan aktif
dalam membantu pembangunan, upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan
kebutuhan pelayanan dasar publik dan pengembangan perekonomian
masyarakat yang berbasis pertanian, perkebunan, perikanan, migas, dan
pertambangan nasional yang didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM)
yang berkualitas dan infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah
pinggiran, seperti daerah tertinggal dan kawasan perbatasan ke pusat
pertumbuhan.
Pada periode RPJMN 20152019 jumlah daerah tertinggal di Sulawesi
sebanyak 18 kabupaten. Pada akhir periode RPJMN 20152019
ditargetkan sebanyak 14 kabupaten tertinggal dapat terentaskan.
4. Penanggulangan Bencana;
Untuk mendukung pengembangan Wilayah Sulawesi, maka arahan
kebijakan penanggulangan bencana diarahkan untuk mengurangi
risiko bencana pada pusatpusat pertumbuhan dan meningkatkan
ketangguhan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam
menghadapi bencana. Strategi penanggulangan bencana dan
pengurangan risiko bencana di Wilayah Sulawesi dilakukan melalui :
(1) Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka
pembangunan berkelanjutan; (2) Penurunan tingkat kerentanan
terhadap bencana; (3) Peningkatan kapasitas penanggulangan
bencana.
Adapun sebaran risiko bencana dan profil kerawanan di Provinsi Sulawesi
Tengah dapat dilihat pada Tabel berikut
392
Profil Kerawanan dan Risiko Bencana PKN dan PKW
di Wilayah Sulawesi Tengah
Lokasi
Kawasan
pusat
pertumbu
han
penggerak
ekonomi
daerah
pinggiran
lainnya di
Sulawesi
Tengah
KEK Palu/ Kawasan
Industri
Palu –
Sulawesi
Tengah
Kawasan Industri Morowali
Sulawesi
Tengah
Poso dan sekitarnya
(KPB Tamporole, kawasan
agropolitan)
Index Kerawanan (IRBI
2011)
Tinggi untuk ancaman:
banjir dan
longsor,
gempabum
i, cuaca
ekstrim, kekeringan
Kelas Multi Risiko (IRBI
2013)
Kota Palu: tinggi, Kab. Sigi:
sedang,
Kab.Dongg
ala: tinggi,
Kab. Parigi Moutong: tinggi
Tinggi untuk banjir dan
longsor,
gempabum
i, cuaca
ekstrim
dan
Abrasi
Tinggi untuk bencana
abrasi,
gempa
bumi,
longsor
dan banjir
Kab. Poso tinggi untuk
banjir,
cuaca
ekstrim,
longsor,
abrasi
Kab. Donggala tinggi untuk
banjir,
cuaca
ekstrim,
gempa,
longsor,
abrasi
Kab. Morowali: tinggi untuk
banjir dan longsor
Kab. Morowali Utara: data
belum tersedia
Tinggi
Kolonedale dan sekitarnya
(Kawasan
MinapolitanBungku
Selatan, KPB Bungku,
Kawasan Transmigrasi)
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Sulawesi
Palu
Tinggi untuk ancaman:
banjir,
tanah
393
Tinggi
Kab. Poso: tinggi
Kab. Donggala: tinggi
Kab. Morowali: tinggi
Kab. Morowali Utara: data
belum tersedia
Tinggi
longsor,
abrasi,
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Sulawesi
Luwuk – Kab. Banggai
Tinggi untuk ancaman:
banjir, abrasi, angin topan,
konflik
sosial
Donggala
Tinggi untuk ancaman:
gempabumi, banjir, tanah
longsor,
abrasi,
angin
topan
Tinggi
Tinggi
5. Penataan Ruang Wilayah Sulawesi
Prioritas lokasi pengembangan pusat kegiatan pada periode 20152019
khususnya di Sulawesi Tengah dapat dilihat pada Tabel berikut ini
Provinsi
Sulawesi Tengah
Pusat Kegiatan dalam PKSN
PKW
Poso (II/C/3)
Luwuk II/C/1)
Buol (II/C/1)
Kolonedale
(
I
I
/
C
/
1
)
Tolitoli (II/C/1)
Donggala (II/C/1)
Sementara itu dalam rangka pengembangan Kawasan Strategis Nasional
(KSN) maka Strategi pengembangan KSN di Pulau Sulawesi khsusunya
Sulawesi Tengah dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Perbatasan
Pertahanan dan Keamanan
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi
Tengah
Strategi
Pengembangan
394
pras
aran
a
dan
sara
K/L
1.
2.
Kemen
terian
Agraria
dan
Tata
Ruang
na
Kaw
asa
n
Perb
atas
an
Neg
ara
seca
ra
sine
rgis
di
Prov
insi
Sula
wesi
Utar
a–
Gor
onta
lo –
Sula
wesi
Ten
gah
3.
4.
5.
BNPP
Kemen
terian
Perhub
ungan
Kemen
terian
PU dan
Perum
ahan
Rakyat
6. Tata Kelola Pemerintah Daerah dan Otonomi Daerah.
Arah kebijakan pengembangan Wilayah Sulawesi yakni peningkatan
kapasitas pemerintahan daerah yang mendorong pembangunan ekonomi
secara merata berbasis pada pemanfaatan sumber daya alam secara
berkelanjutan, dengan strategi:
a. Penguatan peran gubernur melalui sebagai wakil Pemerintah
Pusat;
b. Penerapan standar pelayanan dan sistem pengaduan pada tiap
pemerintah daerah yang terintegrasi dengan manajemen kinerja;
c. Penguatan peran PTSP sebagai sarana penyederhanaan pelayanan
kepada masyarakat dan dunia usaha.
395
d. Penguatan mutu pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi
sesuai arah dan prioritas pembangunan daerah.
e. Peningkatan proporsi belanja modal;
f. Penataan mekanisme monitoring dan evaluasi dana transfer yang
terintegrasi di tingkat provinsi secara online;
g. Penguatan tranparansi dan akuntabilitas kebijakan dan pengelolaan
keuangan Daerah.
Untuk mewujudkan arah pembangunan wilayah di atas, maka
Provinsi Sulawesi Tengah (dengan ibukota Palu) yang berfungsi sebagai
pusat pelayanan sekunder berupaya untuk mengsinergikan perencanaan
dan sinkronisasi penyusunan program pembangunan antarsektor terkait.
Oleh karena itu dalam rangka perencanaan pembangunan wilayahnya,
Provinsi Sulawesi Tengah berupaya untuk mensinergikan pengembangan
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet) Palapas, Kawasan
Strategis Cepat Tumbuh (KSCT), Regional Management (RM) Naroso serta
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu.
Secara teori KapetKSCTRM merupakan pendekatan
pengembangan wilayah berbasis kekuatan ekonomi lokal. Kapet
merupakan perwujudan kepedulian (affirmative policy) pemerintah
berdasarkan amanat UUD 1945 terkait tanggung jawab negara dalam
pemerataan pembangunan di seluruh wilayah nasional, sedangkan RM
merupakan inisiatif Pemerintah Daerah berbasis pada kesamaan tujuan
dan bargaining position. RM fokus pada pengelolaan Kerjasama Antar
Daerah (KAD) pada bidang tertentu yang disepakati (misalnya:
pengelolaan potensi ekonomi/produk unggulan yang sama antar daerah,
pengelolaan infrastruktur antar daerah, pengelolaan lingkungan antar
daerah, dsb) melalui komitmen pembagian peran dan share antar daerah,
396
misal: wilayah produksi, wilayah industri dan pemasaran. Sementara itu
KSCT merupakan program yang dirancang untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan yang
mensinergikan dan mengkoordinasikan berbagai input berupa Sumber
Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Alam (SDA), dan kebijakan dalam
proses pembangunan wilayah/kawasan
KAPET merupakan kawasan untuk meningkatkan nilai tambah
komoditas unggulan. Sementara itu KSCT dan RM yang secara fungsional
berada dalam lingkup Kapet berperan sebagai sentra produsen bahan
baku komoditas unggulan. Dengan kata lain KSCTRM dan Kapet
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan suatu wilayah dalam
mengembangkan daya saing produk unggulan sesuai dengan kompetensi
sumber daya lokal dan diharapkan dapat berperan sebagai penggerak
pertumbuhan ekonomi bagi wilayahwilayah yang kesenjangannya masih
tinggi. Sehingga ketiga kawasan tersebut merupakan klaster industri hulu
yang secara umum bertujuan untuk pemerataan pertumbuhan.
Sementara itu, KEK merupakan pusat pertumbuhan berupa pusat
industri, perdagangan dan jasa yang berfungsi sebagai klaster industri
hilir. KEK diarahkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan
memperoleh fasilitas tertentu yang ditujukan untuk melipatgandakan
pertumbuhan ekonomi nasional, serta memberikan dampak yang besar
pada peningkatan lapangan kerja dalam negeri yang dirancang dengan
tujuan percepatan pertumbuhan. Sementara koridor ekonomi melalui
pengembangan konektivitasnya akan menghubungkan sentrasentra
KSCT ke KAPET dalam bentuk klaster ekonomi kawasan, dan pusatpusat
pertumbuhan MP3EI/KEK. Pengembangan pusatpusat pertumbuhan
tersebut disertai dengan penguatan konektivitas antar pusatpusat
pertumbuhan ekonomi, antara pusat pertumbuhan ekonomi dengan
397
lokasi kegiatan ekonomi lain, serta infrastruktur pendukungnya. Sehingga
baik Kapet, KSCT, maupun RM terhubungkan dengan sistem konektivitas
yang fungsional dalam hubungan huluhilir.
Dalam kondisi riil di lapangan diharapkan KSCT Provinsi Sulawesi
Tengah dan RM Naroso dapat mensuplai bahan baku komoditas unggulan
tanaman pangan, tanaman perkebunan, perikanan dan peternakan untuk
Kapet Palapas yang selanjutnya akan mendukung KEK Palu dalam
mewujudkan visinya sebagai “Pusat Industri Berbasis Agro dan
Perdagangan Moderen yang berdaya saing tinggi melalui Pengembangan
Pengolahan Sumberdaya Alam Lokal Secara Bijak Berwawasan
Lingkungan”. Upaya pencapaian visi ini tentunya akan didukung oleh
sistem konektivitas MP3EI seperti keberadaan Bandara Mutiara Palu
sebagai pintu gerbang utama menuju Sulawesi Tengah; Pelabuhan
Pantoloan yang direncanakan akan dikembangkan sebagai salah satu hub
internasional; ketersediaan infatruktur jalan yang akan menghubungkan
wilayah penghasil bahan baku dengan lokasi pengolahan serta tentunya
ketersediaan jaringan listrik yang memadai.
5.1.
PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Permasalahan yang masih dihadapi oleh Provinsi Sulawesi Tengah
dalam rangka pengembangan wilayah antara lain:
a. Masih tingginya angka kemiskinan
Selama Selama Tahun 2011 sampai dengan 2014 jumlah
penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Tengah berkurang dari
443.660 jiwa (16,04%) pada Tahun 2011 menjadi 387.060 jiwa
(13,61%) pada 2014. Dengan kata lain jumlah penduduk miskin
yang dapat dientaskan selama Tahun 20112014 sebanyak
56.600 jiwa. Walaupun tingkat kemiskinan dapat ditekan hingga
398
angka 13,61 persen pada Tahun 2014, namun angka ini masih
berada di atas angka kemiskinan nasional yakni 10,96%.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah yang cenderung
terus naik setiap tahunnya bahkan merupakan salah satu yang
tertinngi di Indonesia belum berbanding lurus dengan penurunan
angka kemiskinan.
b. IPM yang relatif rendah dibandingkan daerah lainnya
Sampai dengan tahun 2013, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 72,14 atau berada pada
kategori menengah ke atas. Kendati demikian IPM Sulawesi
Tengah masih berada di posisi 22 dari 33 provinsi se Indonesia.
Upaya peningkatan IPM merupakan hal yang sangat penting
karena SDM merupakan salah satu modal dasar pembangunan
dan terkait langsung dangan visi Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tengah
c. Indeks Williamson yang cenderung naik
Ketimpangan distribusi pendapatan antar wilayah di Sulawesi
Tengah yang ditunjukkan oleh Indeks Williamson menunjukkan
kenaikan yaitu sejak tahun 20102012. Meskipun
ketimpangannya belum terlalu besar, langkah yang paling penting
ke depan adalah memanage pengeluaran fiscal dengan baik
sehingga dapat mengurangi kesenjangan pembangunan antar
daerah.
Tantangan yang akan dihadapi oleh Provinsi Sulawesi Tengah dalam
rangka pengembangan wilayah antara lain:
a. Lebih dari duapertiga wilayah Sulawesi Tengah terdiri atas laut
dengan panjang garis pantai 4013 kilometer. Kendati demikian
potensi kekayaan laut baik yang berupa sumberdaya hayati
maupun sumber daya non hayati di dalamnya belum optimalnya
399
pemanfaatannya. Peningkatan nilai tambah produk perikanan
Sulawesi Tengah perlu terus ditingkatkan. Demikian halnya dengan
pengoptimalan potensi bahari yang dapat dilakukan melalui
penerapan blue economy.
b. Peraturan larangan ekspor bahan mentah mineral mempengaruhi
perekonomian beberapa kabupaten yang kekuatan ekonominya
dipengaruhi oleh kontribusi sektor pertambangan. Kondisi ini
selanjutnya berdampak pada perekonomian Sulawesi Tengah secara
keseluruhan
c. Pemanfaatan SDA dewasa ini menuntut adanya pemanfatatan yang
ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan meminimalisir
dampak dari kegiatan perekonomian yang berkaitan langsung
dengan lingkungan misalnya pencegahan konflik pemanfaatan
sumber daya tambang dengan kehutanan.
d. Percepatan pembangunan infrastruktur untuk pemerataan
pembangunan wilayah. Menurut Kementerian Pembangunan
Daerah Tertinggal (KPDT) 12 dari 13 Kabupaten/Kota di Sulawesi
Tengah tergolong daerah tertinggal. Salah satu indikatornya adalah
ketidakmerataan pembangunan infrastruktur
e. Pengoptimalan organisasi kerjasama regional baik yang sifatnya
nasional maupun internasional. Sulawesi Tengah dapat men gambil
peran dari adanya organisasi kerjasama ekonomi regional. Sulawesi
Tengah sebagai salah atu provinsi yang kaya akan SDA di Kawasan
Timur Indonesia (KTI) dapat mengambil peran penting daloam
organisasi kerjasama ekonomi regional Brunei Darussalam
IndonesiaMalaysiaPhillippines East ASEAN Growth Area (BIMP
EAGA). Organisasi ini merupakan forum pertemuan antarnegara di
kawasan regional ASEAN yang bertujuan mempercepat
pertumbuhan ekonomi khususnya KTI dengan Negara Brunei
400
Darussalam Malaysia dan Filipina. Selain itu, Provinsi Sulawesi
Tengah juga memiliki peranan yang sangat penting terkait dengan
pengelolaan Teluk Tomini mengingat lebih dari separuh wilayah
Teluk Tomini berada di Provinsi Sulawesi Tengah. Selain itu
Sulawesi Tengah memiliki potensi yang sangat besar di Kawasan
Teluk Tomini yaitu Kepulauan Togean yang dalam UndangUndang
Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN) telah ditetapkan sebagai Kawasan Andalan
Nasional. Oleh karena itu Provinsi Sulawesi Tengah perlu terus
mengawal program/kegiatan sebagaimana yang tertuang dalam
Lampiran Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Teluk Tomini Secara
Terpadu dan Berkelanjutan yang telah disepakati oleh Provinsi
Sulawesi Tenga, Gorontalo dan Sulawesi Utara.
5.2.
ARAH KEBIJAKAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN
KABUPATEN/KOTA
5.2.1 KOTA PALU
401
Peta Administrasi Kota Palu
A. KONDISI SAAT INI
1) Penduduk dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data BPS, hingga Tahun 2013 jumlah penduduk
Kota Palu mencapai 356.279 jiwa, yang terbagi atas 179.291lakilaki
dan 176.988perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk
mencapai 901,89jiwa/km2, dan Jumlah Rumah Tangga sebanyak
89.075 KK dengan ratarata anggota rumah tangga sebanyak 4.
Gambar 5.1
Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Palu
Tahun 20112013
Sumber: BPS, 2014.
Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja di Kota Palu
pada Tahun 2013sebanyak 151.797 jiwa lebih tinggi jika
dibandingkan tahun 2012 yaitu sebayak 151.714 jiwa. Dari jumlah
angkatan kerja tersebut yang bekerja sebanyak 142.537jiwa dan
yang menganggur sebanyak
9.260
jiwa, dengan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 6,10%.
Gambar 5.2
Perkembangan Angkatan Kerja & Tingkat Pengangguran
Terbuka Di Kota Palu Tahun 20112013
402
Sumber: BPS, Ketenagakerjaan Provinsi Sulteng, 2014.
2) Kondisi Perekonomian Daerah
Perkembangan perekonomian Kota Palu selama periode 2011
2013 mengalami peningkatan yang signifikan yang diukur dari
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dimana laju pertumbuhan
PDRB pada tahun 2013 mencapai 9,96% lebih tinggi jika
dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB tahun 2012 yaitu
sebesar 9,61%.
Jika dilihat dari besaran nilai PDRB Kota Palu, terlihat bahwa
pada Tahun 2012 nilai PDRB ADHB mencapai 8.283.620 Juta
Rupiah meningkat menjadi 9.728.261 Juta Rupiah pada tahun 2013,
sementara PDRB ADHK 2000 dari 3305.959 Juta Rupiah pada Tahun
2012 meningkat menjadi 3.635.395 Juta Rupiah pada tahun 2013.
Gambar 5.3
Perkembangan Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB
Kota Palu Tahun 20112013
403
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
Dilihat dari distribusi PDRB ADHB tahun 2013,sektor yang
paling besar andilnya terhadap pembentukan PDRB Kota Palu adalah
sektorJasaJasa dengan kontribusi sebesar31,86%, disusulterbesar
kedua dan ketiga masingmasing adalah sektor Perdagangan,
Restoran dan Hotel sebesar 12,82%,dan sektorKonstruksi sebesar
12,80%.Sedangkan sektor yang paling kecil kontribusinya adalah
sektor Pertanian yaitu hanya sebesar 2,02%.
Gambar 5.4
Distribusi PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan Usaha
Kota Palu Tahun 2013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
404
Selanjutnya perkembangan PDRB perkapitaKota Palu juga
cenderung mengalami peningkatan, yakni pada tahun 2011sebesar
Rp. 20.805.441,meningkat menjadi Rp. 23.831.359, pada tahun
2012, dan pada tahun 2013 kembali meningkat hingga menjadi Rp.
27.303.645,.
Gambar 5.5
Perkembangan PDRB Perkapita Kota Palu
Tahun 20112013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
3) Kondisi Kemiskinan
Penduduk merupakan modal potensial bagi pembangunan dan
sangat menguntungkan jika diimbangi dengan peningkatan kualitas
(mutu modal manusia). Sebaliknya jika jumlah penduduk yang
banyak tidak diimbangi dengan kualitas yang memadai, maka akan
dapat menimbulkan masalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan
kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seseorang
yang pengeluaran perkapitanya selama sebulan tidak cukup untuk
memenuhi standar hidup minimum.
Oleh karena itu peningkatan kualitas sumberdaya
manusiaselalu menjadi perhatian dan fokus utama dalam
405
pelaksanaan pembangunan serta menjadi target dan sasaran utama
pada bidang kesejahteraan rakyat.
Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di
Kota Palu selama periode 20112013 cenderung mengalami
penurunan. Pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin di Kota Palu
sebanyak 31,8 ribu jiwa (9,24%) berkurang menjadi 30,2 ribu jiwa
(8,58%) pada tahun 2012, dan selanjutnya kembali menurun hingga
menjadi 25,9 ribu jiwa (7,24%) pada tahun 2013.
Gambar 5.6
Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Kota Palu Tahun 20112013
Sumber: BPS, Kemiskinan Kabupaten/Kota seSulteng, 2013.
4) Pendidikan
Di Sektor Pendidikan, Keberhasilan pembangunan di sektor
pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain yaitu:
Angka Melek Huruf (AMH), Ratarata Lama Sekolah (RLS), Angka
Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
Perkembangan capaian Angka Melek Huruf (AMH) di Kota Palu
cenderung meningkat, yakni dari 99,34% pada tahun 2012 menjadi
99,37% pada tahun 2013. sementara Angka RataRata Lama
Sekolah (RLS) pada tahun 2011 sebesar 11,05 tahun meningkat
menjadi 11,07 tahun pada tahun 2013.
406
Selanjutnya capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kota Palu
selama periode tahun 20122013 sebagai berikut:
APK SD/Mi cenderung menurun, yaitu dari 100,78% pada
-
tahun 2012 menjadi 99,65% pada tahun 2013.
APK SMP/MTs cenderung menurun, yakni dari 98,11% pada
-
tahun 2012 menjadi 87,23% pada tahun 2013.
APK SMA/SMK/MA cenderung menurun, yakni dari 88,01%
-
pada tahun 2012 menjadi 84,75% pada tahun 2013.
Sedangkan capaian Angka Partisipasi Murni (APM) di Kota Palu
selama periode 20122013 sebagai berikut:
-
APM SD/Mi cenderung meningkat, yakni dari 89,05% pada
tahun 2012 menjadi 90,43% pada tahun 2013.
-
APM SMP/MTs cenderung meningkat dari 66,11% pada tahun
2012 menjadi 66,53% pada tahun 2013.
-
APM SMA/SMK/MA cenderung meningkat dari 64,18% pada
tahun 2012 menjadi 66,34% pada tahun 2013.
Tabel 5.1
Perkembangan Indikator Bidang Pendidikan
Di Kota Palu Tahun 20112013
No
.
1.
2.
3.
4.
Indikator Pendidikan
Angka Melek Huruf (%)
RataRata Lama Sekolah
(tahun)
APK (%)
APK SD/MI
APK SMP/MTs
APK SMA/SMK/MA
APM (%)
APM SD/MI
407
2011
2012
2013
99,31
10,98
99,34
11,05
99,37
11,07
100,78
95,10
80,44
100,78
98,11
88,01
99,65
87,23
84,75
87,73
89,05
90,43
APM SMP/MTs
APM SMA/SMK/MA
63,36
56,37
66,11
64,18
66,53
66,34
Sumber: BPS, Indikator Sosial Kabupaten/Kota se Sulteng 2013.
5) Kesehatan
Dari segi kesehatan, hingga Tahun 2013, Kota Palu telah
memiliki
5
unit RumahSakitPemerintahdan
RumahSakitSwasta, danditunjangolehprasaranalainnya
4
unit
seperti;
Puskesmas induksebanyak12 unit, Puskesmas Pembantu sebanyak
29 unit, dan Posyandu sebanyak 220 unit (BPS, Sulteng Dalam
Angka 2014).
Sedangkan tenaga kesehatan yang terdapat di Kota Palu hingga
tahun 2013 yaitu: Dokter Umum
sebanyak125 Orang,
Dokterspesialissebanyak 61orang, Dokter Gigi sebanyak33 orang,
Apotekerdanasistensebanyak159 orang, SKM sebanyak 113 orang,
Bidansebanyak 449 orang, Perawat sebanyak 1.095 orang, dan
sanitarian sebanyak1102 orang (BPS, Sulteng Dalam Angka 2014).
6) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Capaian pembangunan mutu modal manusia di Kota Palu
cenderung mengalami setiap tahunnya, yang direfresentasikan
melalui nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Palu.
Terlihat bahwa pada tahun 2012 Nilai IPM Kota Palu sebesar 77,48
poin meningkat menjadi 77,88 poin pada tahun 2013, dengan posisi
peringkat ke1 se Provinsi Sulawesi Tengah, dan masuk kedalam
kategori pembangunan manusia menegah keatas.
Gambar 5.7
Perkembangan IPM Kota Palu Tahun 20112013
408
Sumber: BPS, 2013.
Perkembangan capaian IPM Kota Palu selama periode Tahun
20102012 berada diatas nilai IPM Provinsi Sulawesi Tengah dan
Nasional.
Gambar 5.8
IPM Kota PaluDalam Perspektif Sulteng Tahun 2012
Sumber: BPS, 2013.
B. ISU STRATEGIS
1) Belum optimalnya pelayanan umum kepada masyarakat
2) Pelayanan Pendidikan
3) Pelayanan Kesehatan
4) Kurangnya Infrastruktur
5) Penataan Lingkungan Hidup Yang Berwawasan Ekologis
409
6) Keamanan dan Konflik Sosial.
7) Pengembangan Kawasan Industri Palu (KIP) menuju Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK)
C. PROGRAM PRIORITAS
Prioritas dan sasaran pembangunan daerah Kota Palu pada tahun 2016
sebagai berikut:
a) Reformasi Birokrasi
b) Pendidikan dan Kesehatan
c) Penanggulangan Kemiskinan
d) Infrastruktur dan Energi
e) Iklim Investasi dan Iklim Usaha
f) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana
g) Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi
h) Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat
5.2.2 KABUPATEN DONGGALA
410
Peta Administrasi Kabupaten Donggala
A. KONDISI SAAT INI
1) Penduduk Dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kabupaten Donggala
tahun 2013 sebanyak 287.921 jiwa, yang terbagi atas 147.288 laki
laki dan 140.633 perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk
mencapai 67jiwa/km2. Jumlah Rumah Tangga sebanyak 64.701 KK
dengan ratarata anggota rumah tangga sebanyak 4 orang.
Gambar 5.9
411
Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Donggala
Tahun 20112013
Sumber: BPS, Sulteng Dalam Angka 2014.
Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja di Kabupaten
Donggala pada Tahun 2013 mencapai 110.898 orang, dari angkatan
kerja tersebut jumlah yang bekerja sebanyak 104.230 orang dan yang
menganggur sebanyak 6.668 orang. Dengan tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 59,87%, dan Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) sebesar 6,01%.
Gambar 5.10
Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran
Terbuka Di Kabupaten Donggala Tahun 20112013
Sumber: BPS, BRS Ketenagakerjaan Provinsi Sulteng, 2013
412
2) Kondisi Perekonomian Daerah
Kondisi perekonomian di Kabupaten Donggala terus menerus
menunjukkan perkembangan yang positif, yang ditandai dengan
meningkatnya nilai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Donggala. Pada Tahun 2012 nilai PDRB ADHB Kabupaten Donggala
sebesar 5.033.999 Juta Rupiah meningkat menjadi 5.882.456 Juta
Rupiah pada Tahun 2013, sementara PDRB ADHK 2000 dari
2.016.656 Juta Rupiah pada Tahun 2012 meningkat menjadi
2.198.967 Juta Rupiah pada tahun 2013. Dengan laju pertumbuhan
PDRB pada tahun 2013 sebesar 9,04% lebih tinggi dibandingkan
dengan tahun 2012 yaitu sebesar 8,95%.
Gambarb5.11
Perkembangan Nilai PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Donggala Tahun 20112013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2013
Dilihat dari distribusi PDRB ADHB Kabupaten Donggala Tahun
2013, Sektor yang paling berperan dalam pembentukan PDRB
Kabupaten Donggala adalah sektor pertanian dengan kontribusi
sebesar 37,51%, disusul terbesar kedua dan ketiga masingmasing
yaitu sektor jasajasa sebesar 20,23%, dan sektor perdagangan,
restoran dan hotel sebesar 13,23%. sedangkan sektor yang paling
413
kecil andilnya adalah sektor listrik dan air bersih yaitu hanya sebesar
0,25%.
Gambar 5.12
Distribusi PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan Usaha
Kabupaten Donggala Tahun 2013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
Selanjutnya PDRB per kapita Kabupaten Donggala juga
cenderung meningkat, yakni dari Rp. 16.532.611, pada Tahun 2011
meningkat menjadi Rp. 18.983.744, pada Tahun 2012, selanjutnya
pada Tahun 2013 meningkat menjadi Rp. 21.348.750,.
Gambar5.13
Perkembangan PDRB Perkapita
Kabupaten Donggala Tahun 20112013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2013.
414
3) Kondisi Kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi yang signifikan di Kabupaten Donggala
berimplikasi terhadap penurunan angka kemiskinan. Hal ini dapat
dilihat dari perkembangan penduduk miskin di Kabupaten Donggala
cenderung menurun pada periode 20112012, sementara pada
tahun 2013 cenderung meningkat.
Pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin di Kabupaten
Donggala sebanyak 51,1 ribu jiwa (18,03%) berkurang menjadi 48,6
ribu jiwa (17,03%) pada tahun 2012, dan pada tahun 2013
meningkat menjadi 49,6 ribu jiwa (17,18%).
Gambar 5.14
Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Di Kabupaten Donggala Tahun 20112013
Sumber: BPS, Kemiskinan Kabupaten/Kota seSulteng, 2013
4) Pendidikan
Dibidang Pendidikan, pembangunan sektor pendidikan
diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap
pendidikan, karena pendidikan ini merupakan pondasi yang
fundamental dalam pembangunan mutu modal manusia.
Keberhasilan pembangunan di sektor pendidikan dapat dilihat dari
415
beberapa indikator, antara lain yaitu: Angka Melek Huruf (AMH),
Ratarata Lama Sekolah (RLS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan
Angka Partisipasi Murni (APM).
Perkembangan capaian Angka Melek Huruf (AMH) di
Kabupaten Donggala periode 20122013 cenderung meningkat,
yakni dari 94,71% pada tahun 2012 menjadi 94,75% pada tahun
2013. sementara Angka RataRata Lama Sekolah (RLS) pada tahun
2012 sebesar 7,65 tahun meningkat menjadi 7,67 tahun pada tahun
2013.
Selanjutnya capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) di
Kabupaten Donggala selama periode 20122013 sebagai berikut:
APK SD/Mi cenderung meningkat dari 104,81% pada tahun
2012 menjadi 107,38% di tahun 2013.
APK SMP/MTs cenderung meningkat, yaitu dari 77,41% pada
tahun 2012 menjadi 83,31% pada tahun 2013.
APK SMA/SMK/MA cenderung meningkat, yaitu dari 69,90%
pada tahun 2012 menjadi 82,45% pada tahun 2013.
Tabel 5.2
Perkembangan Capaian Indikator Bidang Pendidikan
Kabupaten Donggala Tahun 20112013
No
.
1.
2.
3.
4.
Indikator Pendidikan
2011
2012
2013
Angka Melek Huruf (%)
RataRata Lama Sekolah
(tahun)
APK (%)
APK SD/MI
APK SMP/MTs
APK SMA/SMK/MA
APM (%)
APM SD/MI
APM SMP/MTs
APM SMA/SMK/MA
94,69
94,71
94,75
7,54
7,65
7,67
104,74
77,21
43,63
104,81
77,41
69,90
107,38
83,31
82,45
91,00
58,92
34,44
91,71
59,03
44,31
92,04
62,37
56,52
416
Sumber: BPS, Indikator Sosial Kabupaten/Kota se Sulteng 2013.
5) Kesehatan
Dibidang kesehatan, Pembangunan di bidang kesehatan
bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan
kesehatan secara mudah, murah dan merata. Upayaupaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat telah banyak
dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan melakukan
penyuluhan kesehatan dan penyediaan fasilitas
kesehatan seperti puskesmas, posyandu, pos obat
desa dan penyediaan sarana air bersih.
Hingga tahun 2013jumlah rumah sakit yang
terdapat di Kabupaten Donggala sebanyak 1 unit,
puskesmas induk sebanyak 14 unit, puskesmas
pembantu 72 unit, dan posyandu 4447 unit (BPS,
Sulteng Dalam Angka 2014).
Dari segi tenaga kesehatan, hingga tahun 2013 di Kabupaten
Donggala telah terdapat dokter umum sebanyak 42 orang, dokter
spesialis 2orang, dokter gigi sebanyak 5 orang, perawat 226 orang,
bidan 241 orang, apoteker 41 orang, SKM sebanyak 72 orang, dan
sanitarian sebanyak 64 orang (BPS, Sulteng Dalam Angka, 2014).
6) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Pembangunan mutu modal manusia di Kabupaten Donggala
selama periode 20112013 cenderung mengalami peningkatan,
yakni dari 70,32 poin pada tahun 2011 meningkat menjadi 70,94
poin pada tahun 2012, dan Tahun 2013 meningkat menjadi 71,42
poin, dengan posisi peringkat ke5 tertinggi se Provinsi Sulawesi
Tengah.
417
Gambar 5.16
Perkembangan IPM Kabupaten Donggala
Tahun 20112013
Sumber: BPS, 2013.
Capaian IPM Kabupaten Donggala selama periode Tahun 2011
2013 masih dibawah IPM Provinsi Sulawesi Tengah dan IPM
Nasional.
Gambar 5.17
IPM Kabupaten Donggala Dalam Perspektif Sulteng
Tahun 2012
Sumber: BPS, 2013.
418
B. ISU STRATEGIS
1) Revitalisasi Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan
2) Pengembangan Wisata
C. PROGRAM PRIORITAS
Prioritas dan sasaran pembangunan daerah Kabupaten Donggala pada
tahun 2016 sebagai berikut :
a) Program Peningkatan produksi pertanian/ perkebunan
b) Program Penerapan Teknologi pertanian / perkebunan
c) Program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman
pangan untuk mencapai swasembada pangan
d) Program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman
holtikultura yang berkelanjutan
e) Program pencapaian swasembada daging sapi (PSDS) dan
peningkatan penyediaan pangan hewani yang aman, sehat, utuh
dan halal.
f) Program Penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana
pertanian
g) Program peningkatan nilai tambah, daya saing industry hilir,
h)
i)
j)
k)
l)
pemasaran dan eksport hasil pertanian.
Program peningkatan ketahanan pangan
Program pengembangan perikanan tangkap
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir
Program pengembangan budidaya perikanan
Program pengembangan sarana dan prasarana perikanan dan
kelautan
m) Program pengembangan destinasi pariwisata
n) Program Pengembangan pemasaran pariwisata
419
5.2.3 KABUPATEN POSO
Peta Administrasi Kabupaten Poso
A. KONDISI SAAT INI
1) Penduduk dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kabupaten Poso
Tahun 2013 sebanyak 225.379 jiwa, yang terbagi atas 116.827 laki
laki dan 108.552 perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk
mencapai 32jiwa/km2. Jumlah Rumah Tangga sebanyak 50.991 KK
dengan ratarata anggota rumah tangga sebanyak 4 orang.
420
Gambar 5.18
Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Poso
Tahun 20112013
Sumber: BPS, Sulteng Dalam Angka 2014.
Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja di Kabupaten
Poso Tahun 2013 mencapai 113.535 orang lebih tinggi dibanding
tahun sebelumnya. Dari angkatan kerja tersebut yang bekerja
sebanyak 110.266 orang dan yang menganggur sebanyak 3.269
orang, dengan tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar
72,80%, dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 2,88%.
Gambar 5.19
Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran
Terbuka Di Kabupaten Poso Tahun 20112013
Sumber: BPS, 2014.
2) Kondisi Makro Ekonomi Daerah
421
Pembangunan perekonomian di Kabupaten Poso mengalami
perkembangan yang signifikan, hal ini dapat dilihat dari
perkembangan Produk Domestik Regional Bruto. Terlihat bahwa
pada Tahun 2012 nilai PDRB ADHB Kabupaten Poso mencapai
2.858.682 Juta Rupiah meningkat menjadi 3.305.166 Juta Rupiah
pada tahun 2013, sementara PDRB ADHK 2000 dari 1.301.575 Juta
Rupiah pada Tahun 2012 meningkat menjadi 1.411.369 Juta
Rupiah pada Tahun 2013. Dengan laju pertumbuhan ekonomi pada
tahun 2013 sebesar 8,44% lebih tinggi dibandingkan dengan Tahun
2012 yaitu sebesar 8,32%.
Gambar 5.20
Perkembangan Nilai PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Poso Tahun 20112013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
Selanjutnya dilihat dari distribusi PDRB ADHB Kabupaten Poso
Tahun 2013, Sektor yang paling berperan dalam pembentukan PDRB
Kabupaten Poso adalah sektor pertanian dengan kontribusi sebesar
37,51%, disusul terbesar kedua dan ketiga masingmasing yaitu
sektor jasajasa sebesar 20,23%, dan sektor perdagangan, restoran
422
dan hotel sebesar 14,48%. Sedangkan sektor yang paling kecil
andilnya adalah sektor listrik, gas dan air bersih yaitu hanya sebesar
0,52%.
Gambar5.21
Distribusi PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan Usaha
Kabupaten Poso Tahun 2013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
Seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Poso
juga diikuti dengan meningkatnya PDRB per kapita Kabupaten Poso,
yakni dari Rp. 12.627.301, pada Tahun 2012 meningkat menjadi Rp.
14.664.926, pada Tahun 2013.
Gambar5.22
Perkembangan PDRB Perkapita
Kabupaten Poso Tahun 20112013
423
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
3) Kondisi Kemiskinan
Dari sisi kemiskinan, Perkembangan penduduk miskin di
Kabupaten Poso cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya.
Terlihat bahwa pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin di
Kabupaten Poso mencapai 43,0 ribu jiwa (20,10%) berkurang
menjadi 40,9 ribu jiwa (18,46%) pada tahun 2012, dan pada tahun
2013 berkurang hingga menjadi 41,3 ribu jiwa (18,22%).
Gambar 5.23
Perkembangan Jumlah dan Persentase Kemiskinan
Di Kabupaten Poso Tahun 20102012
Sumber: BPS, Kemiskinan Kabupaten/Kota seSulteng, 2013.
4) Kesehatan
424
Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua
lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara
mudah, murah dan merata. Upayaupaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat telah banyak dilakukan oleh
pemerintah antara lain dengan melakukan penyuluhan kesehatan
dan penyediaan fasilitas kesehatan seperti puskesmas, posyandu,
pos obat desa dan penyediaan sarana air bersih.
Pada Tahun 2013, Kabupaten Poso memiliki 1 unit Rumah
Sakit Pemerintah dan 1 unit Rumah Sakit Swasta, dan ditunjang
oleh prasarana lainnya yaitu:PuskesmasInduk sebanyak21 unit,
Puskesmas Pembantu sebanyak 66 unit, dan Posyandu sebanyak
264 unit (BPS, Sulteng Dalam Angka 2014).
Dari segi tenaga kesehatan, hingga Tahun 2013di Kabupaten
Poso telah terdapat Dokter Umum sebanyak 34 Orang, Dokter
spesialias sebanyak 9 orang,Dokter Gigi sebanyak 9 orang, Apoteker
dan asisten sebanyak 81 orang, SKM sebanyak 148 orang, Bidan
sebanyak 311 orang, Perawat sebanyak 505 orang, dan sanitarian
sebanyak 54 orang (BPS, Sulteng Dalam Angka 2014).
5) Pendidikan
Pendidikan merupakan pondasi yang fundamental dalam
pembangunan mutu modal manusia. Keberhasilan pembangunan di
sektor pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain
yaitu: Angka Melek Huruf (AMH), Ratarata Lama Sekolah (RLS),
Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
Perkembangan capaian Angka Melek Huruf (AMH) di
Kabupaten Poso periode 20122013 cenderung meningkat, yakni
dari 97,97% pada tahun 2012 menjadi 97,98% pada tahun 2013,
425
sementara Angka RataRata Lama Sekolah (RLS) pada tahun 2012
sebesar 8,80 tahun meningkat menjadi 8,82 tahun pada tahun
2013.
Selanjutnya capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) di
Kabupaten Poso selama periode 20122013 sebagai berikut:
APK SD/Mi cenderung menurun, yaitu dari 103,60% pada
tahun 2012 menjadi 100,75% di tahun 2013.
APK SMP/MTs cenderung menurun, yakni dari 103,28% pada
tahun 2012 menjadi 91,09% pada tahun 2013.
APK SMA/SMK/MA cenderung meningkat dari 75,95% pada
tahun 2012 menjadi 89,09% pada tahun 2013.
Tabel 5.3
Capaian Indikator Pembangunan Bidang Pendidikan
Di Kabupaten Poso Tahun 20112013
No
Indikator Pendidikan
2011
2012
.
1. Angka Melek Huruf (%)
97,94
97,97
RataRata Lama Sekolah
2.
8,78
8,80
(tahun)
3. APK (%)
APK SD/MI
101,36
103,60
APK SMP/MTs
103,14
103,28
APK SMA/SMK/MA
75,88
75,95
4. APM (%)
APM SD/MI
88,06
91,58
APM SMP/MTs
69,30
69,30
APM SMA/SMK/MA
50,38
65,38
Sumber: BPS, 2014.
2013
97,98
8,82
100,75
91,09
89,09
92,38
73,25
67,21
6) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Capaian pembangunan mutu modal manusia di Kabupaten
Poso cenderung meningkat setiap tahunnya, yang direfresentasikan
melalui nilai IPM.
426
Pada tahun 2013 nilai IPM Kabupaten Poso sebesar 71,54 poin
meningkat jika dibanding dengan tahun sebelumnya yakni sebesar
71,20 poin, dengan posisi peringkat ke4 se Sulawesi Tengah.
Gambar 5.24
Perkembangan IPM Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah,
dan Nasional Tahun 20112013
Sumber: BPS, 2014.
Capaian IPM Kabupaten Poso selama periode Tahun 20112013
masih dibawah nilai IPM Provinsi Sulawesi Tengah, dan Nasional.
Gambar 5.25
IPM Kabupaten PosoDalam Perspektif Sulawesi Tengah
Tahun 2013
Sumber: BPS, 2013.
B. ISU STRATEGIS
1) Rendahnya daya saing hasil produksi pertanian, perkebunan,
perikanan dan peternakan;
2) Peran Koperasi dan UMK yang kurang signifikan dalam
menggerakkan perekonomian daerah;
427
3) Potensi pariwisata berbasis budaya lokal yang tinggi tidak
memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan
masyarakat dan daerah
4) Belum terwujudnya masyarakat Poso yang harmonis, religius,
sehat dan cerdas
C. PROGRAM PRIORITAS KABUPATEN POSO.
Prioritas dan sasaran pembangunan daerah Kabupaten Poso pada
tahun 2016 sebagai berikut :
a) Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi
b)
c)
d)
e)
Peningkatan Pelayanan Dasar
Peningkatan Partisipasi Masyarakat dan Kelembagaan Pemerintah
Peningkatan Harmoni Sosial
Pengendalian Pemanfaatan Sumber Daya Alam
5.2.4 KABUPATEN BANGGAI
Peta Administrasi Kabupaten Banggai
428
A. KONDISI SAAT INI
1) Penduduk Dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kabupaten Banggai
Tahun 2013 yaitu 342.698 jiwa, yang terbagi atas 174.614 lakilaki
dan 168.084 perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk
mencapai 35jiwa/km2. Jumlah Rumah Tangga sebanyak 83.634 KK
dengan ratarata anggota rumah tangga se