2017 Kesling Sesi 3 BD Manajemen Bencana Aspek Governance
Outline Presentasi
1. Latar Belakang
2. Dasar Hukum
3. Aspek Governance
Latar
Belakang
LABORATORIUM BENCANA
Hari-hari awal
a) Dinas Kesehatan Kabupaten mempunyai fungsi yang
operasional
b) Dinas Kesehatan Propinsi berperan dalam koordinasi
bencana
c) Departemen Kesehatan sebagai fasilitator.
Pembagian peran ini sebaiknya perlu diperjelas sebelum
bencana sehingga akan lebih baik
Meningkatnya kejadian bencana di Indonesia memerlukan
KECEPATAN DAN KETEPATAN DALAM KOORDINASI
PERAN DAN KONTRIBUSI BANTUAN KEMANUSIAAN
nasional dan internasional semakin besar
KOORDINASI YANG KURANG EFEKTIF dalam
penanganan tanggap darurat yang melibatkan bantuan
internasional
BELUM ADANYA MEKANISME DALAM AKTIVASI
KLASTER kemanusiaan dalam penanggulangan bencana di
Indonesia
Dasar
Hukum
• UU No: 24/2007 ttg: Penanggulangan Bencana
• Permenkes 64/2013
DASAR HUKUM
• Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan
Akibat Bencana (Depkes RI, 2007)
• Kompetensi menurut Permenkes 971 tahun 2000
adalah mampu mengelola penanggulangan
bencana
9
Undang-undang no 24 th 2007
Tujuan Penanggulangan Bencana :
Melindungi masyarakat Indonesia dari ancaman bencana, dengan
menyelaraskan berbagai peraturan perundang-undangan yang
ada, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 juga bertujuan untuk :
“membangun sistem penanggulangan bencana secara terencana,
terkoordinasi dan menyeluruh dengan tetap menghargai budaya
lokal, membangun kemitraan publik dan swasta, mendorong
kesetiakawanan
dan
kedermawanan,
serta
menciptakan
perdamaian dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.
Perubahan Paradigma
dalam PB
•
•
•
•
•
RESPONSIF
PREVENTIF
SENTRALISTIS DESENTRALISTIS
SEKTORAL
MULTI SEKTOR
PEMERINTAH
MASYARAKAT
KONVENSIONAL HOLISTIK
Aspek
Governance
Konsep Governance dalam
Pengendalian Bencana
•
Swasta : Profit ,
non profit
Bagaimana tata hubungan antar pelaku di
Pemerintah
Masyarakat
saat emergency
•
Pembagian peran antar pemerintah,
masyarakat, dan lembaga usaha merupakan
BNPB
hal kunci
Pengurangan resiko, Potensi,
Dampak
PENGENDALIAN BENCANA
Pendanaan
Pengelolaan Data
dan Informasi
Kepemimpinan
Pengelolaan Bantuan
Pengorganisasian
14
• Dana tanggungjawab bersama antara Pemerintah
dan Pemda
• Pemerintah dan Pemda mendorong partisipasi
masyarakat dalam penyediaan dana
• Penggunaan anggaran oleh BPBD sesuai
tupoksinya
• Pada saat tanggap darurat, BNPB menggunakan
dana siap pakai
• Mekanisme pengelolaan dana diatur dengan PP
A. SDM Kesehatan
B. Obat, dan Perbekalan
Kesehatan
Banyak sukarelawan yang datang
- Ada problem dalam pengaturan
- Buffer region dan stock
A. SDM Kesehatan
- Tim Reaksi Cepat
(TRC)/EMT
- Tim Penilaian Cepat/
Rapid Health
Assesment (RHA)
The term EMTs refers to groups of health
professionals providing direct clinical care to
populations affected by disasters or outbreaks and
emergencies as surge capacity in support of the
local health system.
MATRIK DASAR KAPASITAS EMTs
TYPE 1 - MOBILE
TYPE 1 - FIXED
TYPE 2
TYPE 3
SPECIALIST CELLS
PRIMARY & EMERGENCY CARE
MOBILE OUTPATIENT CARE
PRIMARY & EMERGENCY CARE
OUTPATIENT CLINIC
EMERGENCY CARE OUTPATIENT
CLINIC & INPATIENT SURGICAL
TRAUMA CARE FACILITY
EMERGENCY CARE OUTPATIENT
CLINIC & INPATIENT INTENSIVE &
REFERRAL CARE FACILITY
SPECIALIST CARE TEAMS
Able to treat minimum per day:
50 outpatients
Able to treat minimum per day:
100 outpatients
Able to treat minimum per day:
100 outpatients , 20 inpatients ,
7 major surgical procedures
15 minor surgical procedures
Able to treat minimum per day:
100 outpatients
40 inpatients
4 intensive care
15 major surgical procedure 30
minor surgical procedures
Pre-hospital transport, Primary
medical care, Maternal child
healt, Surgical speciality,
Infectious & Outbreak, Dialysis,
Rehabilitation , Medevac
retrieval
Day time services only
Day time services only
Day time outpatient services
24 hour inpatient & surgical
services
Day time outpatient services
24 hour inpatient & surgical
services
Embedded specialist services
only
Mobile team & equipment
Fixed team & equipment
Fixed team & equipment
Fixed team & equipment
Mobile or Fixed team &
equipment
No temporary clinical facility
Temporary clinical facility
provided
Temporary clinical facility
provided
Temporary clinical facility
provided
No temporary clinical facility
Deployment 14 days minimum
Deployment 14 days minimum
Deployment 21 days minimum
Deployment 28 days minimum
Deployment 14 days minimum
EMT 1 mobile
EMT 1 fixed
PKM/KLINIK
RSUD/RS LAIN
KABUPATEN /
KOTA
RSUD/RS LAIN
PROVINSI
RSUP/RSUD
RS LAIN
PUSAT
EMT 2
EMT SPC
EMT 2
EMT SPC
EMT 2
EMT 3
EMT SPC
POS UNGSI SEMENTARA
TITIK PENGUNGSIAN
EMT 1 fix
EMT 1 fix
HOSPITAL CARE
EMT 2
- PELAYANAN GAWAT
DARURAT
- PERAWATAN
DEFINITIF
TIM AMBULAN
TRIAGE
RESUSITASI
EVAKUASI
EMT 2
SISTEM
RUJUKAN
EMT 1 mob
EMT 3
PRE-HOSPITAL
RS-RS
PKM
PKM
RS-RS
EMTs - 2
EMTs - 2
H 0 sd + 24
- seluruh EMT 1 mobil PKM merespon
- RSUD Pidie Jaya colaps (listrik mati)
- EMTs SP Cells merespon dan memutuskan semua operasi emergensi dilaksanakan di
arah Banda Aceh) dan Bireuen (EMTs SP Cells dari arah
Medan)
H + 1 dst perkuatan EMTs 1 mobile dan EMTs 1 fixed di seluruh daerah terdampak.
H + 1 dst EMTs SP Cells untk kelompok non bedah dan kesehatan masyarakat
Sigli (EMTs SP Cells dari
B.Obat, dan Perbekalan Kesehatan
Persyaratan teknis a.l:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
E.D, minimal 2 tahun pada saat diterima
Harus berasal dari sumber resmi dan terdaftar/ mempunyai ijin edar di
negeri pemberi atau mendapat pengakuan dari WHO/lembaga
independen lainnya
Sesuai dengan DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional)
Kekuatan/potensi/ dosis dari obat sebaiknya sama dengan yang biasa
digunakan oleh petugas kesehatan.
Memenuhi aturan internasional pengiriman barang
Harus disertai detail isi karton secara spesifik: bentuk sediaan; jumlah;
nomor batch; tanggal kadaluwarsa; volume; berat; dan kondisi
penyimpanan yang khusus
Pengeluaran dari pelabuhan bebas tarif pajak apabila mendapat
rekomendasi dari SetNeg
Biaya pengiriman, transport lokal, pergudangan/ penyimpanan yang baik,
urusan bea cukai, sebaiknya dibayar oleh negara pemberi.
Perlunya Disaster Plan EMT
di level Propinsi dan Kabupaten
Fakta :
Dinas Kesehatan “Disaster Plan/Renkon” ??
Selama ini latihan hanya di Rumah Sakit-akreditasi
DIY ?
Sleman persiapan Merapi
Bantul Tidak menduga gempa
• Nasional : Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB)
• Daerah; Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD), Prop, Kab./Kota
KOORDINASI KAPASITAS
KOLABORASI KAPASITAS
INTEGRASI SISTEM
KLASTER INTERNASIONAL
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM KLASTER
KEP KA BNPB NO 173 TH 2014
KESEHATAN
PENCARIAN DAN
PENYELAMATAN
EKONOMI
PEMULIHAN DINI
LOGISTIK
PENGUNGSIAN DAN
PERLINDUNGAN
SARANA DAN
PRASARANA
PENDIDIKAN
KLASTER KESEHATAN
LAYANAN
KESEHATAN
PENGELOLAAN
INFORMASI
PENGENDALIAN
PENYAKIT
LINGKUNGAN,
AIR BERSIH & SANITASI
KESEHATAN
JIWA
KESEHATAN
GIZI
DVI
KESEHATAN
REPRODUKSI
PENGELOLAAN
OBAT
SKEMATIK TANGGAP DARURAT
PENGUNGSIAN DAN
PERLINDUNGAN
PENCARIAN DAN
PENYELAMATAN
POS UNGSI SEMENTARA
TITIK PENGUNGSIAN
KESEHATAN
SAR MEDIS
PRE-HOSPITAL CARE
TIM AMBULAN
TRIAGE
RESUSITASI
HOSPITAL CARE
- PELAYANAN
GAWAT DARURAT
- PERAWATAN
DEVINITIF
EVAKUASI
SISTEM RUJUKAN
DAERAH BENCANA
DAERAH TERDAMPAK
LANGSUNG
PRE-HOSPITAL CARE
DAERAH TERDAMPAK TIDAK
LANGSUNG
HOSPITAL CARE
DAERAH TIDAK
TERDAMPAK
PERMASALAHAN PADA TINGKAT KLASTER
• PERLU TINDAK LANJUT KESAMAAN KONSEP PADA SELURUH KLASTER (
program kerja BNPB dan BPBD )
• ADVOKASI penanggungjawab pengelolaan bencana ( BNPB dan
BPBD ) untuk menyusun PROSEDUR DAN MEKANISME KERJA ANTAR
KLASTER DALAM PENGELOLAAN BENCANA (prabencana, bencana,
pascabencana)
PERMASALAHAN PADA TINGKAT
SUB KLASTER KESEHATAN
• SOSIALISASI KONSEP KLASTER KESEHATAN kepada seluruh potensi
kesehatan
• KESEPAKATAN PELIBATAN POTENSI KESEHATAN DALAM KLASTER
KESEHATAN sebagai bagian sub klaster kesehatan
• PENYUSUNAN PROSEDUR DAN MEKANISME KERJA SUB KLASTER
KESEHATAN termasuk didalamnya mekanisme AKTIVASI SUB KLASTER
Bagaimana kepemimpinan
tiap fase
Kompetensi Leader :
Berpengalaman dalam emergency
Mempunyai komunikasi yang baik
Mempunyai keberanian untuk memutuskan
Perlu Sertifikasi
Kepemimpinan
• Fase dalam bencana
• Gaya kepemimpinan (Goleman, HBR 2000):
Coercive; Authoritativ; Affiliative; Democratic;
Pace- Setting; Coaching
• Keberhasilan pemimpin tergantung
kemampuannya menerapkan gaya tertentu
pada saat yang tepat dengan kondisi yang
spesifik.
Hari pertama dan kedua biasanya sistem komunikasi akan lumpuh
Perlu sistem komunikasi yang lebih canggih
terutama penggunaan satelit
Diperlukan unit informasi di tingkat propinsi
KESIMPULAN :
Manajeman Bencana merupakan
kegiatan yang sangat kompleks
Jauh lebih kompleks
dibanding manajemen kesehatan dalam kondisi biasa
Perlu pendekatan yang komprehensif
termasuk aspek governance dalam menangani bencana
Koordinasi antar Pemerintah, Swasta dan Masyarakat
Don’t Worry,
Be Ready!
Dr. BellaDonna Mkes
bell4.dh@gmail.com
www.bencana-kesehatan.net
1. Latar Belakang
2. Dasar Hukum
3. Aspek Governance
Latar
Belakang
LABORATORIUM BENCANA
Hari-hari awal
a) Dinas Kesehatan Kabupaten mempunyai fungsi yang
operasional
b) Dinas Kesehatan Propinsi berperan dalam koordinasi
bencana
c) Departemen Kesehatan sebagai fasilitator.
Pembagian peran ini sebaiknya perlu diperjelas sebelum
bencana sehingga akan lebih baik
Meningkatnya kejadian bencana di Indonesia memerlukan
KECEPATAN DAN KETEPATAN DALAM KOORDINASI
PERAN DAN KONTRIBUSI BANTUAN KEMANUSIAAN
nasional dan internasional semakin besar
KOORDINASI YANG KURANG EFEKTIF dalam
penanganan tanggap darurat yang melibatkan bantuan
internasional
BELUM ADANYA MEKANISME DALAM AKTIVASI
KLASTER kemanusiaan dalam penanggulangan bencana di
Indonesia
Dasar
Hukum
• UU No: 24/2007 ttg: Penanggulangan Bencana
• Permenkes 64/2013
DASAR HUKUM
• Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan
Akibat Bencana (Depkes RI, 2007)
• Kompetensi menurut Permenkes 971 tahun 2000
adalah mampu mengelola penanggulangan
bencana
9
Undang-undang no 24 th 2007
Tujuan Penanggulangan Bencana :
Melindungi masyarakat Indonesia dari ancaman bencana, dengan
menyelaraskan berbagai peraturan perundang-undangan yang
ada, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 juga bertujuan untuk :
“membangun sistem penanggulangan bencana secara terencana,
terkoordinasi dan menyeluruh dengan tetap menghargai budaya
lokal, membangun kemitraan publik dan swasta, mendorong
kesetiakawanan
dan
kedermawanan,
serta
menciptakan
perdamaian dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.
Perubahan Paradigma
dalam PB
•
•
•
•
•
RESPONSIF
PREVENTIF
SENTRALISTIS DESENTRALISTIS
SEKTORAL
MULTI SEKTOR
PEMERINTAH
MASYARAKAT
KONVENSIONAL HOLISTIK
Aspek
Governance
Konsep Governance dalam
Pengendalian Bencana
•
Swasta : Profit ,
non profit
Bagaimana tata hubungan antar pelaku di
Pemerintah
Masyarakat
saat emergency
•
Pembagian peran antar pemerintah,
masyarakat, dan lembaga usaha merupakan
BNPB
hal kunci
Pengurangan resiko, Potensi,
Dampak
PENGENDALIAN BENCANA
Pendanaan
Pengelolaan Data
dan Informasi
Kepemimpinan
Pengelolaan Bantuan
Pengorganisasian
14
• Dana tanggungjawab bersama antara Pemerintah
dan Pemda
• Pemerintah dan Pemda mendorong partisipasi
masyarakat dalam penyediaan dana
• Penggunaan anggaran oleh BPBD sesuai
tupoksinya
• Pada saat tanggap darurat, BNPB menggunakan
dana siap pakai
• Mekanisme pengelolaan dana diatur dengan PP
A. SDM Kesehatan
B. Obat, dan Perbekalan
Kesehatan
Banyak sukarelawan yang datang
- Ada problem dalam pengaturan
- Buffer region dan stock
A. SDM Kesehatan
- Tim Reaksi Cepat
(TRC)/EMT
- Tim Penilaian Cepat/
Rapid Health
Assesment (RHA)
The term EMTs refers to groups of health
professionals providing direct clinical care to
populations affected by disasters or outbreaks and
emergencies as surge capacity in support of the
local health system.
MATRIK DASAR KAPASITAS EMTs
TYPE 1 - MOBILE
TYPE 1 - FIXED
TYPE 2
TYPE 3
SPECIALIST CELLS
PRIMARY & EMERGENCY CARE
MOBILE OUTPATIENT CARE
PRIMARY & EMERGENCY CARE
OUTPATIENT CLINIC
EMERGENCY CARE OUTPATIENT
CLINIC & INPATIENT SURGICAL
TRAUMA CARE FACILITY
EMERGENCY CARE OUTPATIENT
CLINIC & INPATIENT INTENSIVE &
REFERRAL CARE FACILITY
SPECIALIST CARE TEAMS
Able to treat minimum per day:
50 outpatients
Able to treat minimum per day:
100 outpatients
Able to treat minimum per day:
100 outpatients , 20 inpatients ,
7 major surgical procedures
15 minor surgical procedures
Able to treat minimum per day:
100 outpatients
40 inpatients
4 intensive care
15 major surgical procedure 30
minor surgical procedures
Pre-hospital transport, Primary
medical care, Maternal child
healt, Surgical speciality,
Infectious & Outbreak, Dialysis,
Rehabilitation , Medevac
retrieval
Day time services only
Day time services only
Day time outpatient services
24 hour inpatient & surgical
services
Day time outpatient services
24 hour inpatient & surgical
services
Embedded specialist services
only
Mobile team & equipment
Fixed team & equipment
Fixed team & equipment
Fixed team & equipment
Mobile or Fixed team &
equipment
No temporary clinical facility
Temporary clinical facility
provided
Temporary clinical facility
provided
Temporary clinical facility
provided
No temporary clinical facility
Deployment 14 days minimum
Deployment 14 days minimum
Deployment 21 days minimum
Deployment 28 days minimum
Deployment 14 days minimum
EMT 1 mobile
EMT 1 fixed
PKM/KLINIK
RSUD/RS LAIN
KABUPATEN /
KOTA
RSUD/RS LAIN
PROVINSI
RSUP/RSUD
RS LAIN
PUSAT
EMT 2
EMT SPC
EMT 2
EMT SPC
EMT 2
EMT 3
EMT SPC
POS UNGSI SEMENTARA
TITIK PENGUNGSIAN
EMT 1 fix
EMT 1 fix
HOSPITAL CARE
EMT 2
- PELAYANAN GAWAT
DARURAT
- PERAWATAN
DEFINITIF
TIM AMBULAN
TRIAGE
RESUSITASI
EVAKUASI
EMT 2
SISTEM
RUJUKAN
EMT 1 mob
EMT 3
PRE-HOSPITAL
RS-RS
PKM
PKM
RS-RS
EMTs - 2
EMTs - 2
H 0 sd + 24
- seluruh EMT 1 mobil PKM merespon
- RSUD Pidie Jaya colaps (listrik mati)
- EMTs SP Cells merespon dan memutuskan semua operasi emergensi dilaksanakan di
arah Banda Aceh) dan Bireuen (EMTs SP Cells dari arah
Medan)
H + 1 dst perkuatan EMTs 1 mobile dan EMTs 1 fixed di seluruh daerah terdampak.
H + 1 dst EMTs SP Cells untk kelompok non bedah dan kesehatan masyarakat
Sigli (EMTs SP Cells dari
B.Obat, dan Perbekalan Kesehatan
Persyaratan teknis a.l:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
E.D, minimal 2 tahun pada saat diterima
Harus berasal dari sumber resmi dan terdaftar/ mempunyai ijin edar di
negeri pemberi atau mendapat pengakuan dari WHO/lembaga
independen lainnya
Sesuai dengan DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional)
Kekuatan/potensi/ dosis dari obat sebaiknya sama dengan yang biasa
digunakan oleh petugas kesehatan.
Memenuhi aturan internasional pengiriman barang
Harus disertai detail isi karton secara spesifik: bentuk sediaan; jumlah;
nomor batch; tanggal kadaluwarsa; volume; berat; dan kondisi
penyimpanan yang khusus
Pengeluaran dari pelabuhan bebas tarif pajak apabila mendapat
rekomendasi dari SetNeg
Biaya pengiriman, transport lokal, pergudangan/ penyimpanan yang baik,
urusan bea cukai, sebaiknya dibayar oleh negara pemberi.
Perlunya Disaster Plan EMT
di level Propinsi dan Kabupaten
Fakta :
Dinas Kesehatan “Disaster Plan/Renkon” ??
Selama ini latihan hanya di Rumah Sakit-akreditasi
DIY ?
Sleman persiapan Merapi
Bantul Tidak menduga gempa
• Nasional : Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB)
• Daerah; Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD), Prop, Kab./Kota
KOORDINASI KAPASITAS
KOLABORASI KAPASITAS
INTEGRASI SISTEM
KLASTER INTERNASIONAL
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM KLASTER
KEP KA BNPB NO 173 TH 2014
KESEHATAN
PENCARIAN DAN
PENYELAMATAN
EKONOMI
PEMULIHAN DINI
LOGISTIK
PENGUNGSIAN DAN
PERLINDUNGAN
SARANA DAN
PRASARANA
PENDIDIKAN
KLASTER KESEHATAN
LAYANAN
KESEHATAN
PENGELOLAAN
INFORMASI
PENGENDALIAN
PENYAKIT
LINGKUNGAN,
AIR BERSIH & SANITASI
KESEHATAN
JIWA
KESEHATAN
GIZI
DVI
KESEHATAN
REPRODUKSI
PENGELOLAAN
OBAT
SKEMATIK TANGGAP DARURAT
PENGUNGSIAN DAN
PERLINDUNGAN
PENCARIAN DAN
PENYELAMATAN
POS UNGSI SEMENTARA
TITIK PENGUNGSIAN
KESEHATAN
SAR MEDIS
PRE-HOSPITAL CARE
TIM AMBULAN
TRIAGE
RESUSITASI
HOSPITAL CARE
- PELAYANAN
GAWAT DARURAT
- PERAWATAN
DEVINITIF
EVAKUASI
SISTEM RUJUKAN
DAERAH BENCANA
DAERAH TERDAMPAK
LANGSUNG
PRE-HOSPITAL CARE
DAERAH TERDAMPAK TIDAK
LANGSUNG
HOSPITAL CARE
DAERAH TIDAK
TERDAMPAK
PERMASALAHAN PADA TINGKAT KLASTER
• PERLU TINDAK LANJUT KESAMAAN KONSEP PADA SELURUH KLASTER (
program kerja BNPB dan BPBD )
• ADVOKASI penanggungjawab pengelolaan bencana ( BNPB dan
BPBD ) untuk menyusun PROSEDUR DAN MEKANISME KERJA ANTAR
KLASTER DALAM PENGELOLAAN BENCANA (prabencana, bencana,
pascabencana)
PERMASALAHAN PADA TINGKAT
SUB KLASTER KESEHATAN
• SOSIALISASI KONSEP KLASTER KESEHATAN kepada seluruh potensi
kesehatan
• KESEPAKATAN PELIBATAN POTENSI KESEHATAN DALAM KLASTER
KESEHATAN sebagai bagian sub klaster kesehatan
• PENYUSUNAN PROSEDUR DAN MEKANISME KERJA SUB KLASTER
KESEHATAN termasuk didalamnya mekanisme AKTIVASI SUB KLASTER
Bagaimana kepemimpinan
tiap fase
Kompetensi Leader :
Berpengalaman dalam emergency
Mempunyai komunikasi yang baik
Mempunyai keberanian untuk memutuskan
Perlu Sertifikasi
Kepemimpinan
• Fase dalam bencana
• Gaya kepemimpinan (Goleman, HBR 2000):
Coercive; Authoritativ; Affiliative; Democratic;
Pace- Setting; Coaching
• Keberhasilan pemimpin tergantung
kemampuannya menerapkan gaya tertentu
pada saat yang tepat dengan kondisi yang
spesifik.
Hari pertama dan kedua biasanya sistem komunikasi akan lumpuh
Perlu sistem komunikasi yang lebih canggih
terutama penggunaan satelit
Diperlukan unit informasi di tingkat propinsi
KESIMPULAN :
Manajeman Bencana merupakan
kegiatan yang sangat kompleks
Jauh lebih kompleks
dibanding manajemen kesehatan dalam kondisi biasa
Perlu pendekatan yang komprehensif
termasuk aspek governance dalam menangani bencana
Koordinasi antar Pemerintah, Swasta dan Masyarakat
Don’t Worry,
Be Ready!
Dr. BellaDonna Mkes
bell4.dh@gmail.com
www.bencana-kesehatan.net