Respons PertumbuhanBeberapaVarietas Sorgum (Sorghum bicolor L.) PadaTanah SalinDenganPemberianGiberelin
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Sorgum
Dalam sistem taksonomi tumbuhan, sorgum diklasifikasikansebagai
berikut, Kingdom: Plantae, Divisio:Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae,
Class: Monocotyledonae, Ordo: Poales, Family:Poaceae, Genus: Sorghum,
Species: Sorghum bicolor (L.) Moench (USDA, 2008).
Bagian tanaman diatas tanah tumbuh lambat sebelumperakarannya
berkembang dengan baik.Sistem perakarannya terdiri atas akar-akar seminal
(akar- akar primer) pada dasar buku pertama pangkal batang, akar-akar koronal
(akar-akar pada pangkal batang yang tumbuh ke arah atas) dan akar udara (akarakar yang tumbuh dipermukaan tanah).Tanaman sorgum membentuk perakaran
sekunder 2 kali lipat dari jagung (Deptan, 2008).
Tanaman sorgum mempunyai batang berbentuk silinder, beruas-ruas
(internodes) dan berbuku-buku (nodes).Setiap ruas memiliki alur yang berselangseling.Diameter dan tinggi batang bervariasi. Ukuran diameter pangkal batang
berkisar 0,5-5,0 cm dan tingginya berkisar 0,5- 4,0 m tergantung varietasnya
(FAO, 2002).
Pada daun sorgum terdapat lapisan lilin yang ada pada lapisan
epidermisnya. Adanya lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum
mampu bertahan pada daerah dengan kelembaban sangat rendah, lapisan lilin
tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu hidup dalam cekaman kekeringan
(Kusuma dkk., 2008).
Bunga sorgum tersusun dalam bentuk malai dengan banyak bunga pada
setiap malai sekitar 1500-4000 bunga. Bunga sorgum akan mekar teratur dari 7
cabang malai paling atas kebawah. Malai sorgum memiliki tangkai yang tegak
atau melengkung, berukuran panjang atau pendek dan berbentuk kompak sampai
terbuka (Dickodkk., 2006).
Warna dari biji sorgum bervariasi tergantung kultivar dan jenisnya ada
yang berwarna putih hingga berwarna kekuningan dari merah hingga berwarna
coklat gelap.Warna pigmen dari biji berasal dari pericarp atau testa bukan dari
endosperm. Endospermpada sorgum berwarna putih sama sepertiyang terdapat
pada jagung putih. Ukuran biji bervariasi tergantung varietas dan jenis dengan
ukuran biji kira-kira 12.000-60.000 biji/pound (Metcalfe danElkins, 1980).
Sorgum adalah tanaman serealia yang potensial untuk dibudidayakan dan
dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah marginal dan kering di
Indonesia.Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi agroekologi yang luas,
tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu input lebih sedikit serta lebih
tahan terhadap hama dan penyakit dibanding tanaman pangan lain. Selain itu,
tanaman sorgum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, sehingga sangat baik
digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun pakan ternak alternatif. Terkait
dengan energi, di beberapa negara seperti Amerika, India dan Cina, sorgum telah
digunakan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar etanol (bioetanol). Sorgum
merupakan merupakan salah satu komoditi unggulan untuk meningkatkan
produksi bahan pangan dan energi, karena keduanya dapat diintegrasikan proses
budidayanya dalam satu dimensi waktu dan ruang (Sungkonodkk., 2009).
Tepung biji sorgum mempunyai kandungan tak kalah dengan tepung
serealialain seperti jagung, gandum, dan barley.Biji sorgum mengandung tiga
jenis karbohidrat yaitu pati, gula terlarut, dan serat.Kandungan gula terlarut pada
sorgum terdiri dari sukrosa, glukosa, fruktosa dan maltosa.Sorgum juga
mengandung serat tidak larut air atau serat kasar dan serat pangan, masing-masing
sebesar 6,5% - 7,9% dan 1,1% - 1,23%. Kandungan protein pun seimbang dengan
jagung sebesar 10,11% sedangkan jagung11,02%.Begitu pula dengan kandungan
patinya sebesar 80,42% sedangkan kandungan pada jagung 79,95%(Deptan,
2013).
Syarat Tumbuh
Iklim
Sorgum (Sorghum bicolor (L.)Moench) banyak ditanam di daerah beriklim
panas dan daerah beriklim sedang.Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di
atas permukaan laut (dpl). Memerlukan suhu lingkungan 23°- 34° C tetapi suhu
optimum berkisar antara 23° C dengan kelembaban relatif 20-40%. Sorgum tidak
terlalu peka terhadap keasaman (pH) tanah, tetapi pH tanah yang baik untuk
pertumbuhannya adalah 5.5-7.5 (Rismunandar, 1989).
Curah hujan yang dibutuhkan tanaman ini adalah 600 mm/tahun.Tanaman
sorgum akan tumbuh baik pada ketinggian 1-500 m diatas permukaan laut di
Indonesia. Tanaman ini akan memperlama umur panen ketika ditanam diatas 500
m diatas permukaan laut. Tanaman ini mampu hidup diatas suhu 47°F
(Kusuma dkk., 2008).
Tanah
Sebaiknya
sorgum
jangan
ditanam
di
tanah
podzolik
merah
kuning(PMK)yang masam, namun untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi
yang optimal perlu dipilih tanah ringan atau mengandung pasir dan bahan organik
yang cukup (Yanuwar, 2002).
Sorgum dapat bertoleransi pada kisaran kondisi tanah yang luas.Tanaman
ini dapat tumbuh baik pada tanah-tanah berat yang sering kali tergenang.Sorgum
juga dapat tumbuh pada tanah-tanah berpasir. Sorgumdapat tumbuh pada pH
tanah berkisar 5,0-5,5 dan lebih bertoleransi terhadap salin (garam) tanah dari
pada jagung. Tanaman sorgum dapat berproduksi pada tanah yang terlalu kritis
bagi tanaman lainnya (Laimeheriwa, 1990).
Kondisi tekstur tanah yang dikehendaki tanaman sorgum adalah berteksur
tanah sedang. Tanaman sorgum mampu hidup hampir di seluruh kondisi lahan
karena tanaman sorgum dapat hidup pada tanah dengan kemasaman tanah berkisar
5,50 sampai 7,50 (Kusuma dkk., 2008).
Giberelin
Giberelin banyak dipergunakan pada penelitian - penelitian fisiologi
tumbuhan dan kebanyakan tanaman berespon terhadap pemberian giberelin
dengan memperlihatkan pertambahan panjang batang.Selain perpanjangan batang,
giberelin juga memperbesar luas daun dari berbagai jenis tanaman, jika disemprot
dengan giberelin.Demikian juga terhadap besarnya bunga dan buah. Besar bunga
tanaman Camelia dan Geranium akan bertambah jika diberi giberelin eksogen.
Ukuran buah dari beberapa tanaman buah-buah seperti anggur akan bertambah
besar jika diberi giberelin (Wattimena, 1987).
Namun efek - efek dari giberelin terhadap pertumbuhan bermacam macam, dan berlainan dari organ ke organ dan dari tanaman ke tanaman.Hal ini
tidak diharapkan karena pertumbuhan itu sendiri adalah sebuah fenomena yang
kompleks. Misalnya organ - organ tanaman berbeda menurut lokasi pertumbuhan
dan menurut cara dimana pertumbuhan itu terjadi. Lebih lanjut lagi, karena
pertumbuhan dapat terjadi dengan lebih dari satu cara, apa yang mungkin tampak
sebagai perubahan identik dalam pertumbuhan keseluruhan dari sebuah organ bias
mengakibatkan cara -cara yang seluruhnya berbeda (Wilkins, 1992).
Giberelin (GA) merupakan kelompok lainnya dari zat pengatur tumbuh
atau hormon.Kelompok ini dicirikan dengan adanya struktur dasar kimia yang
disebut rangka ’gibbane’.Meskipun telah banyak ditemukan berbagai bentuk GA
dengan berbagai variasi aktivitas biologinya, ternyata hanya 2- 3 saja yang dapat
dikatakan komersil salah satunya Giberelin acid (GA3). Dari tanaman telah
dijumpai ± 72 jenis GA. GA ada yang mengelompokan menjadi 2, yaitu : GA
dengan jumlah karbon 19, merupakan kelompok yang paling aktif dan GA dengan
jumlah karbon 20. GA sintetik yang paling banyak dipasaran dalah GA3disusul
GA4, GA7dan GA9 yang semuanya termasuk dalam kelompok berkarbon 19
(Santoso dan Fatimah, 2004).
Pengatur pertumbuhan seperti GA3 dan 24-epibrassinolide (EBR) tidak
menyebabkan peningkatan ketebalan kutikula atau penurunan diameter batang,
ukuran sel epidermis dan parameter anatomi lainnya disebabkan oleh salinitas
(Hu dkk., 2005).
Aturan penggunaan gibberellin yang tepat menurut percobaan kira – kira
10 – 500 ppm (10 – 500 mg / Liter air).Konsentrasi yang tepat untuk masing
masing tanaman belum ada, tetapi telah terbukti dengan konsentrasi yang encer
sekalipun dapat menstimulasikan pertumbuhan tanaman (Lingga, 1997).
Aplikasi GA3 mengurangi efek penghambatan NaCl pada berberapa
parameter pertumbuhan dan pigmen fotosintesis pada Hibiscus sabdariffa dengan
menginduksi aktivitas enzim dan meningkatkan RWC dan dengan demikian GA3
membantu dalam toleransi tanaman terhadap stres garam (Ali dkk.,2011).
Aplikasi gibberellin sampai dengan 200 ppm masih memperlihatkan
peningkatan ukuran malai.Ukuran malai terbaik didapatkan pada perlakuan
gibberellin saat pecah malai.Pemberian gibberellin sebesar 50 ppm menghasilkan
bobot buah per pohon tertinggi.Peningkatan bobot buah rata- rata mencapai 27%
dibandingkan dengan tanpa perlakuan GA3 (Soetopo, 2004).
Salah satu teknologi budidaya yang dapat meningkatkan kualitas bunga
yaitu dengan penggunaan zat pengatur tumbuh diantaranya adalah gibberellin
(GA3).Perlakuan gibberellin (GA3) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
dan masa panen dengan konsentrasi 200 ppm (GA3) memberikan hasil yang
paling baik (Zuhriyah, 2004).
Dalam rangka mengurangi efek merusak dari salinitas, berbagai jenis
fitohormon telah digunakan.Diantaranya adalah GA3 telah menjadi fokus utama
beberapa ilmuwan tanaman.Banyak yang telah mengkonfirmasi kemampuan GA3
untuk sinergis meningkatkan kinerja tanaman dalam kondisi normal.Dalam
beberapa dekade terakhir, cahaya telah membuat pengaruh GA3 selama stres
garam (Kaya dkk., 2009).
Varietas
Varietas unggul merupakan faktor utama yang menentukan tingginya
produksi yang diperoleh bila persyaratan lain dipenuhi. Varietas unggul dapat
diperoleh melalui pemuliaan tanaman.Suatu varietas unggul tidak selamanya akan
menunjukkan keunggulannya, tetapi makin lama akan menurun tergantung pada
komposisis genetiknya (Mangoendidjojo, 2003).
Potensi hasil varietas unggul dapat saja lebih tinggi atau lebih rendah pada
lokasi
tertentu
dengan
penggunaan masukan
dan
pengelolaan
tertentu
pula.Biasanya untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari penggunaan
varietas unggul diperlukan pengelolaan yang lebih intensif dan perhatian serius
serta kondisi lahan yang optimal.Agar memperoleh hasil yang optimal di atas ratarata dalam deskripsi maka perolehan varietas unggul harus 16sesuai 6 tepat (tepat
varietas, jumlah, mutu, waktu, lokasi, dan tepat harga) (Gani, 2000).
Perbedaan susunan genetik merupakan faktor penyebab keraagaman
penampilan tanaman. Program genetik yang akan ekspesikan pada suatu fase
pertumbuhan yang berbeda pada berbagai sifat tanaman yang mencakup berbagai
bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keanekaragaman pertumbuhan
tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat susunan selalu dan mungkin
terjadi sekalipun tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang sama
(Sitompul dan Bambang, 1995).
Varietas Kawali dan Numbu yang dilepas tahun 2001 juga mempunyai
rasa olah sebagai nasi cukup enak, namun umurnya relatif lebih panjang.
Sedangkan untuk pakan ternak dipilih varietas sorgum yang tahan hama penyakit,
tahan rebah, tahan disimpan dan dapat diratun. Pada lingkungan yang ketersediaan
airnya terbatas dan masa tanam yang singkat dipilih varietas-varietas umur genjah
seperti Keris, Badik, Lokal Muneng dan Hegari Genjah.Ditinjau dari segi hasil,
varietas umur genjah memang hasilnya jauh lebih rendah daripada varietas umur
sedang atau dalam, tetapi keistimewaannya dapat segera dipanen, menyelamatkan
dari
resiko
kegagalan
(www.pustaka.litbang.deptan.go.id, 2011).
hasil
akibat
kekeringan
Dalam
deskripsi
varietas
tanaman,
seringkali
suatu
varietas
dikelompokkan berdasatkan umur panen, yaitu genjah, sedang, dan dalam. Suatu
varietas dikatakan genjah bila tanaman dan varietas tersebut memiliki umur panen
kurang dari 85 hari, varietas berumur sedang dipanen pada umur 85-95 hari, dan
varietas yang berumur lebih dari 95 hari (Subandi, 1988).
Umur panen tanaman merupakan salah satu pertimbangan bagi petani
dalam memilih varietas.Petani umumnya memilih varietas yang berumur pendek
atau genjah.Umur panen ini dapat dijadikan pertimbangan dalam budidaya
pertanaman atau pergiliran tanaman sepanjang tahun (Laimeheriwa, 1990).
Perbedaan varietas sorgum akan mempengaruhi masing – masing varietas
sorgum.Pertumbuhan dan hasil pada tanaman sorgum sangat ditentukan oleh
genetiknya. Tanaman sorgum akanmemiliki tampilan tanaman yang berbeda yang
ditentukan oleh gen yang terdapat dalam setiap benih tanaman sorgum yang
varietasnyaberbeda. Dari adanya perbedaan tersebut dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum dengan perlakuan yang sama
(Rahmawati, 2013).
Salinitas
Salinitas tanah menunjukkan besarnya kandungan garam mudah larut
dalam tanah, sedang sodisitas menunjukkan tingginya kadar garam Na dalam
tanah. Keracunan tanaman dapat terjadi bila kandungan garam mudah larut terlalu
tinggi. Tanah salin adalah tanah yang mempunyai sifat – sifat berikut : (a).Daya
hantar listrik tanah jenuh air (DHL) > 4 dS/m, (b). Persen Na dapat ditukar (ESP)
+
< 15 dan (c).pH< 8,5. Ion – ion yang dominan pada tanah salin ialah : Na , Ca2+ ,
Mg2+ , Cl- , SO42- . NaCl merupakan penyebab salinitas utama. Pada tanah sulfat
masam muda mengandung Al2(SO4)3dan FeSO4yang tinggi tetapi juga memenuhi
syarat sebagai tanah salin (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).
Salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang
menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan
biomassa tanaman. Tanaman yang mengalami stress garam umumnya tidak
menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang
tertekan dan perubahan secara perlahan (Subagyono, 2008).
Kadar garam pada jumlah tertentu akan mempunyai dampak bagi
pertumbuhan tanaman. Kadar garam dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
dengan cara yaitu: garam dapat mendesak pengaruh osmotik untuk mencegah
tanaman dalam pengambilan air dari tanah, ion tertentu dapat menyebabkan
keracunan pada tanaman sebagai contoh konsentrasi Cl yang tinggi dalam air
irigasi dapat menyebabkan terbakarnya daun, khususnya pada pengaplikasian air
ke daun, dan efek tanah tertentu yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman
(Slinger and Tenison, 2005).
Spesies tanaman yang hanya mentoleransi konsentrasi garam rendah
termasuk dalam kelompok tanaman glikofita, dan spesies-spesies tanaman yang
mentoleransi ko nsentrasi garam tinggi termasuk kelompok tanaman halofita.
Pengenalan pengaruh tingkat salinitas merupakan bahan yang sangat berguna
sehubungan
dengan
berbagai
akibat
kerusakan
atau
gangguan
yang
ditimbulkannya terhadap pertumbuhan tanaman. Melalui pengenalan gejala yang
timbul pada tanaman akibat tingkat salinitas yang cukup tinggi, perbaikan struktur
tanah akan dapat diupayakan seperlunya, ataupun pemilihan jenis tanaman yang
cocok untuk lokasi pertanian yang bermasalah (Notohadiprawiro,2006).
Gejala pertumbuhan tanaman pada tanah dengan tingkat salinitas yang
cukup tinggi adalah pertumbuhan yang tidak normal seperti daun mengering di
bagian ujung dan gejala khlorosis.Gejala ini timbul karena konsentrasi garam
terlarut yang tinggi menyebabkan menurunnya potensial larutan tanah sehingga
tanaman kekurangan air. Sifat fisik tanah juga terpengaruh antara lain bentuk
struktur, daya pegang air dan permeabilitas tanah. Semakin tinggi konsentrasi
NaCl pada tanah, semakin tinggi tekanan osmotik dan daya hantar listrik tanah
(Tutty, 2008).
Botani Tanaman Sorgum
Dalam sistem taksonomi tumbuhan, sorgum diklasifikasikansebagai
berikut, Kingdom: Plantae, Divisio:Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae,
Class: Monocotyledonae, Ordo: Poales, Family:Poaceae, Genus: Sorghum,
Species: Sorghum bicolor (L.) Moench (USDA, 2008).
Bagian tanaman diatas tanah tumbuh lambat sebelumperakarannya
berkembang dengan baik.Sistem perakarannya terdiri atas akar-akar seminal
(akar- akar primer) pada dasar buku pertama pangkal batang, akar-akar koronal
(akar-akar pada pangkal batang yang tumbuh ke arah atas) dan akar udara (akarakar yang tumbuh dipermukaan tanah).Tanaman sorgum membentuk perakaran
sekunder 2 kali lipat dari jagung (Deptan, 2008).
Tanaman sorgum mempunyai batang berbentuk silinder, beruas-ruas
(internodes) dan berbuku-buku (nodes).Setiap ruas memiliki alur yang berselangseling.Diameter dan tinggi batang bervariasi. Ukuran diameter pangkal batang
berkisar 0,5-5,0 cm dan tingginya berkisar 0,5- 4,0 m tergantung varietasnya
(FAO, 2002).
Pada daun sorgum terdapat lapisan lilin yang ada pada lapisan
epidermisnya. Adanya lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum
mampu bertahan pada daerah dengan kelembaban sangat rendah, lapisan lilin
tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu hidup dalam cekaman kekeringan
(Kusuma dkk., 2008).
Bunga sorgum tersusun dalam bentuk malai dengan banyak bunga pada
setiap malai sekitar 1500-4000 bunga. Bunga sorgum akan mekar teratur dari 7
cabang malai paling atas kebawah. Malai sorgum memiliki tangkai yang tegak
atau melengkung, berukuran panjang atau pendek dan berbentuk kompak sampai
terbuka (Dickodkk., 2006).
Warna dari biji sorgum bervariasi tergantung kultivar dan jenisnya ada
yang berwarna putih hingga berwarna kekuningan dari merah hingga berwarna
coklat gelap.Warna pigmen dari biji berasal dari pericarp atau testa bukan dari
endosperm. Endospermpada sorgum berwarna putih sama sepertiyang terdapat
pada jagung putih. Ukuran biji bervariasi tergantung varietas dan jenis dengan
ukuran biji kira-kira 12.000-60.000 biji/pound (Metcalfe danElkins, 1980).
Sorgum adalah tanaman serealia yang potensial untuk dibudidayakan dan
dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah marginal dan kering di
Indonesia.Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi agroekologi yang luas,
tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu input lebih sedikit serta lebih
tahan terhadap hama dan penyakit dibanding tanaman pangan lain. Selain itu,
tanaman sorgum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, sehingga sangat baik
digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun pakan ternak alternatif. Terkait
dengan energi, di beberapa negara seperti Amerika, India dan Cina, sorgum telah
digunakan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar etanol (bioetanol). Sorgum
merupakan merupakan salah satu komoditi unggulan untuk meningkatkan
produksi bahan pangan dan energi, karena keduanya dapat diintegrasikan proses
budidayanya dalam satu dimensi waktu dan ruang (Sungkonodkk., 2009).
Tepung biji sorgum mempunyai kandungan tak kalah dengan tepung
serealialain seperti jagung, gandum, dan barley.Biji sorgum mengandung tiga
jenis karbohidrat yaitu pati, gula terlarut, dan serat.Kandungan gula terlarut pada
sorgum terdiri dari sukrosa, glukosa, fruktosa dan maltosa.Sorgum juga
mengandung serat tidak larut air atau serat kasar dan serat pangan, masing-masing
sebesar 6,5% - 7,9% dan 1,1% - 1,23%. Kandungan protein pun seimbang dengan
jagung sebesar 10,11% sedangkan jagung11,02%.Begitu pula dengan kandungan
patinya sebesar 80,42% sedangkan kandungan pada jagung 79,95%(Deptan,
2013).
Syarat Tumbuh
Iklim
Sorgum (Sorghum bicolor (L.)Moench) banyak ditanam di daerah beriklim
panas dan daerah beriklim sedang.Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di
atas permukaan laut (dpl). Memerlukan suhu lingkungan 23°- 34° C tetapi suhu
optimum berkisar antara 23° C dengan kelembaban relatif 20-40%. Sorgum tidak
terlalu peka terhadap keasaman (pH) tanah, tetapi pH tanah yang baik untuk
pertumbuhannya adalah 5.5-7.5 (Rismunandar, 1989).
Curah hujan yang dibutuhkan tanaman ini adalah 600 mm/tahun.Tanaman
sorgum akan tumbuh baik pada ketinggian 1-500 m diatas permukaan laut di
Indonesia. Tanaman ini akan memperlama umur panen ketika ditanam diatas 500
m diatas permukaan laut. Tanaman ini mampu hidup diatas suhu 47°F
(Kusuma dkk., 2008).
Tanah
Sebaiknya
sorgum
jangan
ditanam
di
tanah
podzolik
merah
kuning(PMK)yang masam, namun untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi
yang optimal perlu dipilih tanah ringan atau mengandung pasir dan bahan organik
yang cukup (Yanuwar, 2002).
Sorgum dapat bertoleransi pada kisaran kondisi tanah yang luas.Tanaman
ini dapat tumbuh baik pada tanah-tanah berat yang sering kali tergenang.Sorgum
juga dapat tumbuh pada tanah-tanah berpasir. Sorgumdapat tumbuh pada pH
tanah berkisar 5,0-5,5 dan lebih bertoleransi terhadap salin (garam) tanah dari
pada jagung. Tanaman sorgum dapat berproduksi pada tanah yang terlalu kritis
bagi tanaman lainnya (Laimeheriwa, 1990).
Kondisi tekstur tanah yang dikehendaki tanaman sorgum adalah berteksur
tanah sedang. Tanaman sorgum mampu hidup hampir di seluruh kondisi lahan
karena tanaman sorgum dapat hidup pada tanah dengan kemasaman tanah berkisar
5,50 sampai 7,50 (Kusuma dkk., 2008).
Giberelin
Giberelin banyak dipergunakan pada penelitian - penelitian fisiologi
tumbuhan dan kebanyakan tanaman berespon terhadap pemberian giberelin
dengan memperlihatkan pertambahan panjang batang.Selain perpanjangan batang,
giberelin juga memperbesar luas daun dari berbagai jenis tanaman, jika disemprot
dengan giberelin.Demikian juga terhadap besarnya bunga dan buah. Besar bunga
tanaman Camelia dan Geranium akan bertambah jika diberi giberelin eksogen.
Ukuran buah dari beberapa tanaman buah-buah seperti anggur akan bertambah
besar jika diberi giberelin (Wattimena, 1987).
Namun efek - efek dari giberelin terhadap pertumbuhan bermacam macam, dan berlainan dari organ ke organ dan dari tanaman ke tanaman.Hal ini
tidak diharapkan karena pertumbuhan itu sendiri adalah sebuah fenomena yang
kompleks. Misalnya organ - organ tanaman berbeda menurut lokasi pertumbuhan
dan menurut cara dimana pertumbuhan itu terjadi. Lebih lanjut lagi, karena
pertumbuhan dapat terjadi dengan lebih dari satu cara, apa yang mungkin tampak
sebagai perubahan identik dalam pertumbuhan keseluruhan dari sebuah organ bias
mengakibatkan cara -cara yang seluruhnya berbeda (Wilkins, 1992).
Giberelin (GA) merupakan kelompok lainnya dari zat pengatur tumbuh
atau hormon.Kelompok ini dicirikan dengan adanya struktur dasar kimia yang
disebut rangka ’gibbane’.Meskipun telah banyak ditemukan berbagai bentuk GA
dengan berbagai variasi aktivitas biologinya, ternyata hanya 2- 3 saja yang dapat
dikatakan komersil salah satunya Giberelin acid (GA3). Dari tanaman telah
dijumpai ± 72 jenis GA. GA ada yang mengelompokan menjadi 2, yaitu : GA
dengan jumlah karbon 19, merupakan kelompok yang paling aktif dan GA dengan
jumlah karbon 20. GA sintetik yang paling banyak dipasaran dalah GA3disusul
GA4, GA7dan GA9 yang semuanya termasuk dalam kelompok berkarbon 19
(Santoso dan Fatimah, 2004).
Pengatur pertumbuhan seperti GA3 dan 24-epibrassinolide (EBR) tidak
menyebabkan peningkatan ketebalan kutikula atau penurunan diameter batang,
ukuran sel epidermis dan parameter anatomi lainnya disebabkan oleh salinitas
(Hu dkk., 2005).
Aturan penggunaan gibberellin yang tepat menurut percobaan kira – kira
10 – 500 ppm (10 – 500 mg / Liter air).Konsentrasi yang tepat untuk masing
masing tanaman belum ada, tetapi telah terbukti dengan konsentrasi yang encer
sekalipun dapat menstimulasikan pertumbuhan tanaman (Lingga, 1997).
Aplikasi GA3 mengurangi efek penghambatan NaCl pada berberapa
parameter pertumbuhan dan pigmen fotosintesis pada Hibiscus sabdariffa dengan
menginduksi aktivitas enzim dan meningkatkan RWC dan dengan demikian GA3
membantu dalam toleransi tanaman terhadap stres garam (Ali dkk.,2011).
Aplikasi gibberellin sampai dengan 200 ppm masih memperlihatkan
peningkatan ukuran malai.Ukuran malai terbaik didapatkan pada perlakuan
gibberellin saat pecah malai.Pemberian gibberellin sebesar 50 ppm menghasilkan
bobot buah per pohon tertinggi.Peningkatan bobot buah rata- rata mencapai 27%
dibandingkan dengan tanpa perlakuan GA3 (Soetopo, 2004).
Salah satu teknologi budidaya yang dapat meningkatkan kualitas bunga
yaitu dengan penggunaan zat pengatur tumbuh diantaranya adalah gibberellin
(GA3).Perlakuan gibberellin (GA3) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
dan masa panen dengan konsentrasi 200 ppm (GA3) memberikan hasil yang
paling baik (Zuhriyah, 2004).
Dalam rangka mengurangi efek merusak dari salinitas, berbagai jenis
fitohormon telah digunakan.Diantaranya adalah GA3 telah menjadi fokus utama
beberapa ilmuwan tanaman.Banyak yang telah mengkonfirmasi kemampuan GA3
untuk sinergis meningkatkan kinerja tanaman dalam kondisi normal.Dalam
beberapa dekade terakhir, cahaya telah membuat pengaruh GA3 selama stres
garam (Kaya dkk., 2009).
Varietas
Varietas unggul merupakan faktor utama yang menentukan tingginya
produksi yang diperoleh bila persyaratan lain dipenuhi. Varietas unggul dapat
diperoleh melalui pemuliaan tanaman.Suatu varietas unggul tidak selamanya akan
menunjukkan keunggulannya, tetapi makin lama akan menurun tergantung pada
komposisis genetiknya (Mangoendidjojo, 2003).
Potensi hasil varietas unggul dapat saja lebih tinggi atau lebih rendah pada
lokasi
tertentu
dengan
penggunaan masukan
dan
pengelolaan
tertentu
pula.Biasanya untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari penggunaan
varietas unggul diperlukan pengelolaan yang lebih intensif dan perhatian serius
serta kondisi lahan yang optimal.Agar memperoleh hasil yang optimal di atas ratarata dalam deskripsi maka perolehan varietas unggul harus 16sesuai 6 tepat (tepat
varietas, jumlah, mutu, waktu, lokasi, dan tepat harga) (Gani, 2000).
Perbedaan susunan genetik merupakan faktor penyebab keraagaman
penampilan tanaman. Program genetik yang akan ekspesikan pada suatu fase
pertumbuhan yang berbeda pada berbagai sifat tanaman yang mencakup berbagai
bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keanekaragaman pertumbuhan
tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat susunan selalu dan mungkin
terjadi sekalipun tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang sama
(Sitompul dan Bambang, 1995).
Varietas Kawali dan Numbu yang dilepas tahun 2001 juga mempunyai
rasa olah sebagai nasi cukup enak, namun umurnya relatif lebih panjang.
Sedangkan untuk pakan ternak dipilih varietas sorgum yang tahan hama penyakit,
tahan rebah, tahan disimpan dan dapat diratun. Pada lingkungan yang ketersediaan
airnya terbatas dan masa tanam yang singkat dipilih varietas-varietas umur genjah
seperti Keris, Badik, Lokal Muneng dan Hegari Genjah.Ditinjau dari segi hasil,
varietas umur genjah memang hasilnya jauh lebih rendah daripada varietas umur
sedang atau dalam, tetapi keistimewaannya dapat segera dipanen, menyelamatkan
dari
resiko
kegagalan
(www.pustaka.litbang.deptan.go.id, 2011).
hasil
akibat
kekeringan
Dalam
deskripsi
varietas
tanaman,
seringkali
suatu
varietas
dikelompokkan berdasatkan umur panen, yaitu genjah, sedang, dan dalam. Suatu
varietas dikatakan genjah bila tanaman dan varietas tersebut memiliki umur panen
kurang dari 85 hari, varietas berumur sedang dipanen pada umur 85-95 hari, dan
varietas yang berumur lebih dari 95 hari (Subandi, 1988).
Umur panen tanaman merupakan salah satu pertimbangan bagi petani
dalam memilih varietas.Petani umumnya memilih varietas yang berumur pendek
atau genjah.Umur panen ini dapat dijadikan pertimbangan dalam budidaya
pertanaman atau pergiliran tanaman sepanjang tahun (Laimeheriwa, 1990).
Perbedaan varietas sorgum akan mempengaruhi masing – masing varietas
sorgum.Pertumbuhan dan hasil pada tanaman sorgum sangat ditentukan oleh
genetiknya. Tanaman sorgum akanmemiliki tampilan tanaman yang berbeda yang
ditentukan oleh gen yang terdapat dalam setiap benih tanaman sorgum yang
varietasnyaberbeda. Dari adanya perbedaan tersebut dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum dengan perlakuan yang sama
(Rahmawati, 2013).
Salinitas
Salinitas tanah menunjukkan besarnya kandungan garam mudah larut
dalam tanah, sedang sodisitas menunjukkan tingginya kadar garam Na dalam
tanah. Keracunan tanaman dapat terjadi bila kandungan garam mudah larut terlalu
tinggi. Tanah salin adalah tanah yang mempunyai sifat – sifat berikut : (a).Daya
hantar listrik tanah jenuh air (DHL) > 4 dS/m, (b). Persen Na dapat ditukar (ESP)
+
< 15 dan (c).pH< 8,5. Ion – ion yang dominan pada tanah salin ialah : Na , Ca2+ ,
Mg2+ , Cl- , SO42- . NaCl merupakan penyebab salinitas utama. Pada tanah sulfat
masam muda mengandung Al2(SO4)3dan FeSO4yang tinggi tetapi juga memenuhi
syarat sebagai tanah salin (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).
Salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang
menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan
biomassa tanaman. Tanaman yang mengalami stress garam umumnya tidak
menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang
tertekan dan perubahan secara perlahan (Subagyono, 2008).
Kadar garam pada jumlah tertentu akan mempunyai dampak bagi
pertumbuhan tanaman. Kadar garam dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
dengan cara yaitu: garam dapat mendesak pengaruh osmotik untuk mencegah
tanaman dalam pengambilan air dari tanah, ion tertentu dapat menyebabkan
keracunan pada tanaman sebagai contoh konsentrasi Cl yang tinggi dalam air
irigasi dapat menyebabkan terbakarnya daun, khususnya pada pengaplikasian air
ke daun, dan efek tanah tertentu yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman
(Slinger and Tenison, 2005).
Spesies tanaman yang hanya mentoleransi konsentrasi garam rendah
termasuk dalam kelompok tanaman glikofita, dan spesies-spesies tanaman yang
mentoleransi ko nsentrasi garam tinggi termasuk kelompok tanaman halofita.
Pengenalan pengaruh tingkat salinitas merupakan bahan yang sangat berguna
sehubungan
dengan
berbagai
akibat
kerusakan
atau
gangguan
yang
ditimbulkannya terhadap pertumbuhan tanaman. Melalui pengenalan gejala yang
timbul pada tanaman akibat tingkat salinitas yang cukup tinggi, perbaikan struktur
tanah akan dapat diupayakan seperlunya, ataupun pemilihan jenis tanaman yang
cocok untuk lokasi pertanian yang bermasalah (Notohadiprawiro,2006).
Gejala pertumbuhan tanaman pada tanah dengan tingkat salinitas yang
cukup tinggi adalah pertumbuhan yang tidak normal seperti daun mengering di
bagian ujung dan gejala khlorosis.Gejala ini timbul karena konsentrasi garam
terlarut yang tinggi menyebabkan menurunnya potensial larutan tanah sehingga
tanaman kekurangan air. Sifat fisik tanah juga terpengaruh antara lain bentuk
struktur, daya pegang air dan permeabilitas tanah. Semakin tinggi konsentrasi
NaCl pada tanah, semakin tinggi tekanan osmotik dan daya hantar listrik tanah
(Tutty, 2008).