Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Penyalahgunaan Kartu Kredit Orang Lain

BAB II

TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN KARTU KREDIT

A. Pengertian, Sejarah dan Perkembangan Kartu Kredit

1. Pengertian Kartu Kredit

Secara umum, pengertian kartu kredit adalah suatu kartu yang umumnya
dibuat dari bahan plastik, dengan dibubuhkan identitas dari pemegang dan
penerbitnya, yang memberikan hak terhadap siapa kartu kredit diisukan untuk
menandatangani tanda pelunasan pembayaran harga dari jasa atau barang yang
dibeli di tempat-tempat tertentu, seperti toko, hotel, restoran, penjualan tiket
pengangkutan dan lain-lain. Selanjutnya membebankan kewajiban kepada pihak
penerbit kartu kredit untuk melunasi harga barang atau jasa tersebut ketika ditagih
oleh pihak penjual barang atau jasa. Kemudian kepada pihak penerbitnya
diberikan hak untuk menagih kembali pelunasan harga tersebut dari pihak
pemegang kartu kredit plus biaya-biaya lainnya, seperti bunga, biaya tahunan,
uang pangkal, denda dan sebagainya.41

Kartu kredit yang lebih dikenal dengan credit card umumnya dibuat dari

sebuah kartu plastik yang ukurannya sama dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP),
atau Kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Kartu ini diterbitkan oleh suatu
badan usaha (umumnya bank) untuk dipergunakan oleh pemegangnya (card

41

Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999,
hal. 174

27
Universitas Sumatera Utara

28

holder) sebagai alat pembayaran pengganti uang tunai kepada toko-toko, usahausaha lainnya yang ditunjuk (bisa dengan kerja sama) oleh penerbit kartu kredit.

Penerbitan kartu kredit merupakan pemberian fasilitas kredit oleh suatu
bank penerbit kepada pemegang kartu tanpa melalui prosedur yang berbelit, dan
tidak berdasarkan akta autentik, namun cukup dengan akta dibawah tangan, serta
tidak mutlak harus ada jaminan dari pemegang kartu.


Namun demikian, penerbit kartu kredit tidak akan sembarangan
memberikan kartu kredit ini kepada seseorang, melainkan hanya diberikan kepada
seseorang yang memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya adalah bonafide
pemegang kartu kredit sangat diperlukan agar pemakaian kartu tidak melampaui
jumlah jaminan (deposit) yang ada pada bank penerbit.42

Dalam perkembangan penggunaan kartu plastik ini, sekilas dibahas oleh
Dury (et.al) bahwa Edward Bellamy, seorang pengacara Amerika yang beralih
profesi menjadi wartawan, menulis sebuah buku pada tahun 1887 dan diterbitkan
setahun kemudian dengan judul Looking Backward yang menjadi salah satu buku
terlaris pada masanya. Dalam buku tersebut Bellamy mengambil lokasi di Boston,
Amerika Serikat untuk tahun 2000. Dalam percakapan disebutkan bahwa pada
tahun 2000, yaitu seratus tiga belas tahun setelah penulisan buku dimaksud, uang
sebagai alat pembayaran saat itu akan tergeser oleh kartu kredit, dimana
pemegangnya dapat memenuhi seluruh kebutuhannya dengan menggunakan kartu
dimaksud. Prediksi dari Bellamy membuktikan kebenarannya dan dimulai pada
42

Zaeni Asyhadie, S.H.,M.Hum., Loc.Cit, hal. 125


Universitas Sumatera Utara

29

tahun 1950 atau sekitar 63 tahun kemudian terdapat suatu kejadian di kota New
York, dimana seorang wiraswastawan terkenal mengundang mitra bisnisnya untuk
bersantap bersama dalam melakukan negosiasi bisnis. Setelah selesai dan akan
melakukan pembayaran, wiraswastawan tersebut terkejut karena dompetnya
tertinggal. Dengan perasaan malu ia memberikan kartu identitas kepada restoran
yang bersangkutan sebagai jaminan untuk dapat ditagih di kantornya keesokan
harinya. Kejadian tidak terduga dalam kasus di restoran yang kemudian dikenal
dengan nama Frank Mc Namara, mengilhaminya untuk menciptakan mekanisme
pembayaran dengan menggunakan kartu. Metode pembayaran tersebut dinilai
lebih praktis dibandingkan dengan menggunakan uang tunai. Kartu plastik
pertama yang dikeluarkan olehnya adalah Dinners Club.43

Keberhasilannya diikuti oleh berbagai industri penerbit lainnya, terutama
dalam dekade tahun 1970-an dengan berbagai merek yang sangat populer,
diantaranya Visacard yang dikeluarkan oleh Visa International dan Mastercard

oleh Mastercard International.

Penggunaan kartu kredit di Indonesia mulai marak setelah deregulasi
perbankan dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988, dimana bisnis kartu kredit
digolongkan sebagai kelompok usaha jasa pembiayaan. Penerbit kartu kredit
internasional yang mengembangkan jaringan di Indonesia, Visacard International
dan Mastercard International bekerjasama dengan bank-bank nasional dalam
43

Dury (et.al), Credit Card, Butterworths, London, 1984, hlm. 5, sebagaimana dikutip dalam buku
Dr. Johannes Ibrahim, S.H.,M.H., Kartu Kredit - Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan,
PT Refika Aditama, Bandung, 2004 hal.13

Universitas Sumatera Utara

30

merebut pangsa pasar. Perkembangan yang pesat diikuti pula oleh penerbit
lainnya, yaitu Amexcard, BCA Card, Procard, dan beberapa kartu lainnya yang

diterbitkan oleh bank-bank.

2. Sejarah dan Perkembangan Kartu Kredit

Sejarah memang tidak mungkin kita lupakan. Maka apabila kita melihat
sejenak kilas balik dalam sejarah, bentuk transaksi yang paling tua adalah bentuk
tukar menukar atau barter. Model transaksi barter ini sudah ada sejak zaman
dahulu. Karena model transaksi inilah yang paling simpel untuk dilakukan. Tanpa
perlu suatu alat bayar apapun. Kemudian ketika manusia mengenal alat bayar
dalam bentuk uang, maka mulailah berkembanng transaksi jual beli.
Akan tetapi, ternyata uang sebagai alat bayar pun tidak cukup aman bagi
pemegangnya. Hal ini dikarenakan baik karena tidak praktis, ataupun karena
sering terjadi perampokan atau kehilangan tanpa tersedia upaya pengamanan yang
berarti. Maka kemudian berkembanglah bentuk-bentuk alat bayar lain. Misalnya
penggunaan cek. Tetapi bentuk alat bayar cek tersebut juga ternyata tidak cukup
comfortable bagi pemegang maupun penerimanya.
Karena itu, kemudian berkembanglah alat bayar lain yang berbentuk kartu
plastik, yang secara populer disebut kartu kredit. Walaupun eksistensi kartu kredit
tidak dimaksudkan untuk menghapus secara total sistem pembayaran dengan
menggunakan uang cash ataupun cek, tetapi terutama untuk kegiatan pembayaran

yang day to day dengan jumlah pembayaran tingkat menengah, maka keberadaan
kartu kredit sesungguhnya dapat menggeser peranan uang cash ataupun cek.

Universitas Sumatera Utara

31

Untuk pembayaran yang bukan tingkat menengah, memang penggunaan kartu
kredit masih belum populer. Karena, untuk transaksi kecil orang cenderung
menggunakan uang cash, sementara untuk transaksi yang besar pilihannya jatuh
pada alat bayar cek ataupun surat-surat berharga lainnya.44
Setelah Perang Dunia II, perdagangan antar pulau berkembang sangat
pesat, terutama di negara-negara Eropa dan Amerika. Sejalan dengan
perkembangan perdagangan, dunia perbankan juga mengalami perkembangan
karena bank merupakan sarana yang utama dalam menyediakan fasilitas modal.
Untuk dapat memperlancar arus perdagangan tersebut, maka dipergunakan pula
bentuk lain selain uang tunai sebagai alat pembayaran yaitu cek, karena dirasa
lebih aman dan praktis.
Sejalan dengan pesatnya perkembangan penggunaan cek sebagai alat
pembayaran, timbul pula bermacam-macam manipulasi cek termasuk banyaknya

cek kosong. Karena kekhawatiran di kalangan pedagang-pedagang di Amerika
Serikat dan Eropa serta adanya keengganan untuk mempergunakan uang tunai dan
cek, maka muncul gagasan dari kalangan pengusaha bank untuk menciptakan
suatu alat pembayaran yang dirasa lebih praktis yaitu kartu kredit.
Pembayaran dengan menggunakan kartu kredit mulai dikenal pada awal
tahun 1920-an di Amerika Serikat dimana pada saat itu kartu kredit hanya dapat
dipergunakan untuk berbelanja di toko yang menerbitkan kartu kredit tersebut.45

44

Munir Fuady, Hukum tentang Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1995, hal. 216.
45
http://www.pakarkartukredit.creditcard-revolution.com/sejarah-kartu-kredit/

Universitas Sumatera Utara

32

Di USA, kartu kredit pertama sekali dipergunakan dalam dekade 1920-an,

yang

diberikan

oleh

Department-department

Store

besar

kepada

para

pelanggannya. Tujuannya, untuk mengidentifikasi pelanggannya yang ingin
berbelanja tetapi dengan pembayaran bulanan. Karena itu, kartu kredit seperti ini
berbentuk kartu pembayaran lunas (charge card), yang dibayar bulanan setelah
ditagih, dan tanpa kewajiban membayar bunga. Jadi para pihaknya hanya dua

pihak saja, yaitu pihak pertama toko sebagai penerbit, sedangkan pihak kedua
adalah pelanggan sebagai pemegang kartu kredit.46
Kemudian, di USA diawal dasawarsa 1950-an, Dinner’s Club mulai
memperkenalkan kartu kredit tiga pihak yang mempunyai hubungan hukum
segitiga antara penerbit, pemegang kartu kredit dan penjual barang/jasa, yang
dibeli dengan memakai kartu kredit (tersebut).
Setelah Dinner’s Club, lembaga-lembaga lain yang menerbitkan kartu
kredit adalah American Express Company dalam tahun 1958 dan Hilton Credit
Corporation dalam tahun 1959.
Selanjutnya, di akhir dasawarsa 1950-an itu juga, Bank of America
menjadi pionir dengan memperkenalkan kartu kredit “antar bank”, yang kemudian
berkembang menjadi apa yang sekarang dikenal dengan kartu kredit “VISA”.
Demikian juga yang dilakukan oleh Chase Manhattan Bank. Dan, dalam tahun
1951, The First National Bank Long Island telah juga mengeluarkan kartu
kreditnya. Demikian juga Barclays Bank di Inggris telah memperkenalkan kartu

46

Munir Fuady, Op.Cit, hal. 217


Universitas Sumatera Utara

33

kredit di tahun 1966. Dalam hal kartu kredit seperti VISA tersebut misalnya,
bukan hanya dipergunakan oleh satu bank saja, tetapi dipergunakan secara
keroyokan oleh beberapa bank dengan sistem franchise. Fungsi bank-bank
tersebut dapat berupa (1) penerbit kartu kredit, atau dapat juga berupa (2) bank
perantara bayar (Collection Bank) yakni yang bertugas untuk menerima slip
penjualan dari penjual barang / jasa, dan membayarnya kepada penjual tersebut,
dan meneruskan slip penjualan tersebut kepada bank penerbit untuk mendapat
pembayaran kembali. Dan (3) dapat juga suatu bank bertindak sekaligus sebagai
bank penerbit dan bank perantara bayar.47
Dari benua Amerika, kartu kredit berkembang pula sampai ke Inggris dan
benua Eropa lain, yaitu yang dikeluarkan oleh Euro Cheque dan oleh Chargex. Di
Eropa pun pasaran-pasaran kartu kredit cukup menonjol disamping alat
pembayaran lain seperti cek. Dari benua Eropa dan Amerika, kartu kredit terus
berkembang terus ke Asia terutama di Jepang yaitu dengan dikeluarkannya kartu
kredit oleh Bank Sumitomo.
Di Indonesia tidak ketinggalan pula. Meskipun sudah sejak tahun 1964

Hotel Indonesia menerima pembayaran dengan kartu kredit, tetapi baru pada
tahun 1970-an transaksi dengan menggunakan kartu kredit sebagai alat
pembayaran mulai kelihatan menonjol. Kartu kredit yang pertama kali muncul di
Indonesia adalah kartu kredit yang diterbitkan oleh American Exprees dan
Dinners Club. Sedangkan bank nasional pertama yang menerbitkan kartu kredit
adalah Bank BCA, namun kartu ini hanya dapat digunakan oleh nasabah BCA
47

Ibid, hal. 218

Universitas Sumatera Utara

34

saja (bersifat internal). Bank nasional yang pertama kali menerbitkan kartu kredit
bekerja sama dengan Internasional adalah Bank Duta.48

Kejahatan merupakan perbuatan antisosial, tidak hanya terdapat pada
masyarakat yang sedang berkembang, tetapi ada juga dalam masyarakat yang
sudah maju (dengan peralatan teknologi yang lebih canggih). Kejahatan tidak
hanya di dunia nyata (real) tetapi ada juga di dunia maya (virtual) dengan bentuk
yang berbeda dengan wajah kejahatan yang konvensional karena telah diperhalus
sedemikian rupa. Keberadaan suatu kejahatan identik dengan keberadaan manusia
itu sendiri, meskipun ada kemungkinan bentuk atau tipe kejahatan dari tiap-tiap
masyarakat berbeda.49

Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia saat ini sudah memasuki
banyak bidang dan aspek kehidupan. Salah satu contohnya adalah dalam bidang
perdagangan dimana sekarang dapat dilakukan bukan hanya secara langsung
tetapi melalui media internet/komputer atau yang lebih sering disebut sebagai ECommerce. Berbelanja lewat internet akan menggunakan kartu kredit dalam
melakukan transaksi pembayaran, dengan kata lain fungsi kartu kredit dewasa ini
sangat penting dan banyak memberikan kemudahan bagi pemakainya. Semakin
berkembangnya Teknologi Informasi dan E-Commerce tersebut juga melahirkan
kejahatan - kejahatan baru di masyarakat, salah satu diantaranya adalah :
penyalahgunaan kartu kredit (Credit Card Fraud).

48

http://www.pakarkartukredit.creditcard-revolution.com/sejarah-kartu-kredit/
Agus Rahardjo, Cybercrime, Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2002, hal. 31

49

Universitas Sumatera Utara

35

Kartu kredit adalah kartu yang dikeluarkan bank yang meminjami nasabah
sejumlah uang dana tanpa harus memiliki dana atau tabungan di bank tersebut.50

Nasabah akan dikenakan iuran tahunan yang besarnya ditetapkan bank.
Berbeda dengan charge card, dana yang bisa nasabah pergunakan baik untuk
menarik uang tunai maupun berbelanja terbatas pada plafon pagu kredit (jumlah
maksimal kredit yang diberikan) yang disetujui. Kelebihan kartu kredit ini,
nasabah tidak harus membayar penuh jumlah tagihan ketika jatuh tempo. Nasabah
boleh menyicil dengan jumlah minimal tertentu. Sisanya, termasuk bunga, ditagih
kepada nasabah bulan berikutnya.

B. Prosedur Penerbitan dan Mekanisme Penggunaan Kartu Kredit

Kartu kredit sekarang sudah amat populer dan dikenal oleh masyarakat
banyak, karena begitu banyaknya badan usaha yang melakukan pembiayaan
untuk membeli barang dan jasa dengan menggunakan kartu kredit.

Kartu kredit yang lebih dikenal dengan Credit Card umumnya dibuat
dari sebuah kartu plastik yang ukurannya sama dengan Kartu Tanda Penduduk
(KTP) atau kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) kartu ini diterbitkan oleh
suatu badan usaha (umumnya bank) untuk dipergunakan oleh pemegangnya
(card holder) sebagai alat pembayaran pengganti uang tunai kepada toko-toko,

50

Ali Arifin, Tip Dan Trik Memiliki Kartu Kredit, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2002,
hal. 9

Universitas Sumatera Utara

36

usaha-usaha lainnya yang ditunjuk (bisa dengan kerja sama) oleh penerbit
kartu kredit. 51
Perkataan “kredit” telah lazim digunakan pada praktik perbankan
dalam pemberian berbagai fasilitas yang berkaitan dengan pinjaman. Kata
yang sama dijumpai pula dalam penerbitan kartu yang dikeluarkan oleh
lembaga keuangan, baik Bank atau Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB),
secara mandiri ataupun bekerjasama. Pengertian “kredit” dalam penggunaan
yang semakin meluas perlu untuk ditelusuri, sejauhmana relevansi
penggunaannya dalam praktik bisnis umumnya dan perbankan khususnya.
Kata “kredit” berasal dari bahasa Romawi “credere” yang berarti
percaya atau “credo” atau “credium” yang berarti saya percaya.
Black’s Law Dictionary memberi pengertian bahwa kredit adalah :
“The ability of a businessman to borrow money, or obtain goods on
time, in consequence of the favourable opinion held by the particular
lender, as to his solvency and reliability.” 52
Artinya :
“Kemampuan seorang pelaku usaha untuk meminjamkan uang, atau
memperoleh barang-barang secara tepat waktu, sebagai akibat dari
argumentasi yang tepat dari pemberi pinjaman, seperti halnya
keandalan dan kemampuan membayarnya.”
51

Zaeni Asyhadie, S.H., M. Hum., Hukum Bisnis, Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008, hal. 125
52
Dr. Johannes Ibrahim, S.H., M.H., Op.Cit, hal. 7

Universitas Sumatera Utara

37

Kredit terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut : 53
1. Kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dari pihak Bank atas prestasi
yang diberikannya kepada debitur yang akan dilunasinya sesuai
jangka waktu yang diperjanjikan;
2. Waktu, yaitu adanya jangka waktu tertentu antara pemberian kredit
dan pelunasannya dan jangka waktu tersebut sebelumya terlebih
dahulu telah disepakati bersama antara pihak Bank dan debitur;
3. Prestasi, yaitu adanya objek tertentu berupa prestasi dan kontra
prestasi pada saat tercapainya persetujuan atau kesepakatan
perjanjian pembelian kredit antara Bank dengan debitur berupa
uang dan bunga atau imbalan;
4. Risiko, yaitu adanya risiko yang mungkin terjadi selama jangka
waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga
untuk mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan
terjadinya wan prestasi dari debitur, maka diadakan pengikatan
jaminan atau agunan.

Empat hal dari unsur-unsur kredit, yaitu Kepercayaan, Waktu, Prestasi,
dan Risiko, keseluruhannya merupakan hal yang saling berkaitan satu dengan
yang lainnya. Pemberian kredit tidak dapat dilakukan tanpa adanya kepercayaan.
Dengan kepercayaan yang diberikan oleh pihak Bank, dijanjikan periode waktu
tertentu yang disepakati bersama untuk penggunaan atau pelunasannya. Sebagai
objek dari perjanjian kredit Bank, adanya prestasi yang secara timbal-balik
53

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

38

diberikan oleh masing-masing pihak, dimana Bank memberikan fasilitas kredit
yang penarikannya disesuaikan dengan kebutuhan debitur dan sebaliknya debitur
harus membayar berupa bunga atau imbalan. Dan terakhir bahwa, pemberian
kredit tidak luput dari unsur risiko, dapat terjadi karena kondisi atau
kebijaksanaan pemerintah berpengaruh terhadap aktifitas debitur ataupun debitur
nakal alias tidak beritikad baik untuk memberikan kontra prestasi dengan
membayar bunga atau imbalan.

H. Hadiwidjaja menyebutkan unsur-unsur kredit itu dalam 6 pokok
bahasan yang penting, yaitu 54 :

1. Adanya orang/badan yang memiliki uang, barang atau jasa, dan
bersedia untuk meminjamkannya kepada pihak lain. Orang ini disebut
Kreditur;
2. Adanya orang/badan sebagai pihak yang memerlukan/meminjam uang,
barang atau jasa. Orang ini disebut Debitur;
3. Adanya kepercayaan kreditur terhadap debitur;
4. Adanya janji dan kesanggupan membayar dari debitur kepada kreditur.
Hal inilah yang nantinya akan dituangkan didalam perjanjian secara
tertulis;
5. Adanya perbedaan waktu, yaitu perbedaan antara saat penyerahan
uang, barang atau jasa, oleh kreditur dengan saat pembayaran kembali
oleh debitur; dan,
54

H. Hadiwidjaja, EC. R.A. Rivai Wirasasmita, ANALISIS KREDIT (Dilengkapi Telaah Kasus),
cetakan pertama, Pionir Jaya, Bandung, Maret 1991, hal. 4

Universitas Sumatera Utara

39

Adanya resiko, sebagai akibat dari adanya perbedaan waktu, karena
terbayang jelas ketidakpastian untuk masa yang akan datang. Maksudnya adalah
kedua belah pihak tidak bisa menebak apa yang akan terjadi dimasa yang akan
datang sehingga berpengaruh terhadap isi kesepakatan.

Kartu kredit adalah suatu kartu yang memberikan hak kepada
pemegangnya atas penunjukan dari kartu itu dan dengan menandatangani formulir
rekening pada suatu perusahaan, dapat memperoleh barang atau jasa tanpa perlu
membayar secara langsung.55

Timbulnya Kartu Kredit / Credit Card sebagai alat pembayaran jenis baru,
adalah merupakan salah satu usaha perkembangan dari potensi, inisiatif dan daya
kreasi di bidang alat-alat pembayaran yang ada di dalam masyarakat. Di Indonesia
pengunaan Kartu Kredit mulai diperkenalkan tahun 1980-an oleh bank-bank
tertentu di Amerika (Contoh : Bank of America). Perkembangan penggunaan
Kartu Kredit boleh dikatakan sangat pesat. Perkembangan tersebut sebenarnya
didorong oleh berbagai faktor yang berkenaan dengan penggunaan kemudahan,
kepraktisan dan citra dari pemegang kartu.56

Sebagai salah satu alat/sarana pembayaran, Kartu Kredit relatif
mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu dibandingkan dengan alat pembayaran

55

Dr. Hj. Endang Purwaningsih, S.H.,M.Hum., Hukum Bisnis, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor,
2010, hal. 16
56
Abdulkadir Muhammad, Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan,
Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2000, hal. 265

Universitas Sumatera Utara

40

tunai. Nilai lebih pengunaan Kartu Kredit dapat diperoleh untuk dua pihak
sekaligus, yaitu :57
A. Keuntungan bagi para pemegang Kartu Kredit :
a. Membeli barang atau jasa dalam jumlah yang besar tanpa
menggunakan uang tunai atau cek.
b. Menikmati fasilitas kredit dengan batas tertentu.
c. Berbagai ragam pembelian dengan jangka waktu 1 (satu) bulan
baru dilunasi.
B. Keuntungan bagi para penerima Kartu Kredit
a. Kredit dapat diberikan tanpa kemungkinan risiko macet, mengingat

bank sebagai penjaminnya.
b. Lebih aman daripada membawa uang tunai dalam jumlah yang
besar.
c. Orang biasanya lebih senang berbelanja dengan mempergunakan
Kartu Kredit.

Penggunaan kartu kredit untuk melakukan transaksi perdagangan jelas
lebih efisien dan efektif jika dibandingkan dengan transaksi tunai secara
konvensional. Pembayaran secara tunai mengandung beberapa kelemahan yang
disebut ketidakefisienan, yaitu mengandung tindakan kriminal (perampokan) dan
banyak kekurangan lainnya. Setiap bank menerbitkan kartu kredit yang

57

Thomas Suyatno, dkk, Kelembagaan Perbankan, Kerjasama Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Perbanas dan PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993, hal. 59

Universitas Sumatera Utara

41

mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, namun secara umum,
kelebihan kartu kredit dibandingkan dengan pembayaran tunai adalah : 58

a. Keamanan.

Membawa uang tunai, terutama dalam jumlah besar jelas tidak aman.
Selain resiko hilang dan berat, sering kita saksikan perampokan justru
terjadi pada mereka yang membawa uang tunai dalam jumlah besar.
Kartu kredit juga bisa hilang, tetapi karena adanya fasilitas photocard
dan digital signature dalam kartu kredit, jelas kartu kredit tersebut
tidak bisa digunakan oleh orang yang menemukannya. Jadi, uang yang
nasabah miliki tetap aman.

b. Efisien

Cukup dengan sehelai kartu plastik seukuran kartu telepon, nasabah
sudah bisa memiliki dana hingga puluhan bahkan ratusan juta rupiah.
Dapat kita bandingkan dengan uang tunai ratusan juta rupiah yang
mesti dibawa dalam kopor atau tas yang tentu akan sanggat
merepotkan. Bagi nasabah yang tidak memiliki nilai tabungan sebesar
itu juga memungkinkan karena dana kartu kredit merupakan dana siap
pakai yang dipinjamkan bank.

58

Ibid, hal. 35

Universitas Sumatera Utara

42

c. Mendapatkan Bunga Bank

Maksud mendapatkan bunga disini adalah bunga yang nasabah terima,
karena pada saat transaksi nasabah tidak menggunakan uang tunai
sehingga uang tersebut masih tersimpan dalam tabungan nasabah di
bank lain. Mulai dari hari transaksi hingga tanggal jatuh tempo
nasabah memiliki waktu tenggang sekitar satu bulan. Berarti, uang
yang disimpan di bank telah mendapatkan bunga. Untuk lebih
jelasnya, kita lihat contoh sederhana berikut ini :

Saat ini Budi masih melakukan transaksi secara konvensional, yakni
dengan pembayaran tunai. Budi berniat membeli TV seharga Rp
10.000.000,-. Jika tanggal 1 Januari Budi membeli TV, otomatis saat
ini juga uang yang telah berpindah tangan dan Budi mendapatkan TV.
Sekarang kita andaikan bahwa Budi menggunakan kartu kredit, tanggal
1 Januari Budi membeli TV. Meskipun TV telah diterima, Budi tidak
harus membayarnya saat itu juga. Card Issuer yang membayarnya.
Sekitar tiga minggu kemudian barulah tagihan TV datang ke rumah
Budi dan diberikan masa waktu pembayaran satu minggu lagi. Katakan
tenggang waktunya 30 hari. Berarti Budi harus membayar TV tersebut
pada tanggal 1 Februari. Tentu uang Budi senilai Rp 10.000.000,- di
tabungan selama satu bulan, dari tanggal 1 Januari – 1 Februari telah
memperoleh bunga. Inilah yang dimaksud dengan memperoleh bunga.

Universitas Sumatera Utara

43

d. Asuransi Perlindungan Pembelian

Dengan contoh yang sama, misalnya pada saat Budi membeli TV
secara tunai tanpa sengaja TV tersebut tersenggol jatuh dan pecah,
maka Budi akan kehilangan TV dan uangnya. Tetapi jika ia
menggunkan kartu kredit, TV tersebut dapat diganti karena adanya
purchase protection yang diberikan card issue. Besarnya ditentukan
oleh bank yang menerbitkan kartu kredit tersebut.

e. Asuransi Kecelakaan, Ketidaknyamanan Dan Fasilitas Ruang Tunggu

Untuk mereka yang sering bepergian dengan pesawat terbang, kartu
kredit memiliki manfaat tersendiri. Setiap membeli tiket pesawat
terbang dengan

menggunakan

kartu

kredit,

mereka

otomatis

mendapatkan asuransi perjalanan yang nilainya bisa mencapai Rp 3
miliar. Begitu juga terhadap beberapa pelayanan, jika terjadi
penundaan keberangkatan akibat keterlambatan pesawat, penumpang
akan memperoleh asuransi kerugian yang disebut dengan asuransi
kenyamanan.

f. Reward Program

Reward program adalah yang dikeluarkan oleh card issuer. Setiap
transaksi yang terjadi pada kartu kredit akan mendapatkan poin yang
bisa ditukar dengan hadiah langsung tanpa diundi.

Universitas Sumatera Utara

44

g. Terhindar Dari Resiko Uang Palsu

Kelebihan kartu kredit ini dapat dimanfaatkan oleh pemilik toko atau
merchant. Dengan menerima pembayaran dengan kartu kredit, pemilik
toko terhindar dari masalah uang palsu yang selalu mengancam. Selain
itu, menghindarkan pemilik menerima uang yang rusak, jelek bahkan
lusuh.

h. Diterima di Seluruh Dunia

Kartu kredit dapat diterima di seluruh dunia, berbeda dengan uang
tunai yang harus ditukarkan dengan mata uang setempat agar bisa
ditransaksikan. Kartu kredit diterima oleh lebih dari 15 juta tempat
usaha di seluruh dunia.

Melihat uraian diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu
bahwa keuntungan yang tidak dimiliki oleh transaksi tunai atau transaksi
lainnya, jika dibandingkan dengan transaksi kartu kredit antara lain : daya
penerimaannya di seluruh dunia, keamanan, keefisienan, adanya asuransi
pembelian produk, asuransi perjalanan, fasilitas excecutive lounge, reward
program, terhindar dari masalah uang palsu dan masih banyak lagi yang
lainnya, termasuk mempunyai prestise tersendiri sebab tidak semua orang bisa
memiliki kartu kredit.

Universitas Sumatera Utara

45

1. APLIKASI PERMOHONAN KARTU KREDIT
Persyaratan dalam mengajukan permohonan kartu kredit harus mengisi
dan menandatangani aplikasi kartu kredit sesuai yang dimohonkan oleh aplikan.
Permohonan mengajukan penerbitan kartu kredit umumnya relatif sama.
Sistem kerja dalam mengajukan permohonan hingga disetujuinya
penerbitan kartu kredit, dapat dijelaskan sebagai berikut : 59
a. Nasabah mengajukan permohonan sebagai pemegang kartu dengan
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam aplikasi atau formulir
permohonan, memuat :
1) Data pribadi
Dicantumkan nama pribadi secara lengkap sesuai dengan identitas
pemohon (KTP, paspor), nomor KTP, kewarganegaraan, tanggal
lahir, alamat lengkap dari pemohon dan status kepemilikannya
serta pendidikan terakhir dari pemohon.
2) Data pekerjaan
Yang dimaksud dengan pekerjaan, dapat wiraswasta atau pegawai
swasta/kalangan

profesional

tertentu.

Disebutkan

nama

perusahaannya, bidang usaha, lamanya berusaha, jabatan dan
departemen, lamanya bekerja, alamat kantor, kota, dan jumlah
karyawan. Dokumen-dokumen yang perlu dilengkapi bagi
wiraswasta adalah seluruh data perusahaan yang mendukung
beserta perijinannya, sedangkan bagi pegawai swasta / kalangan

59

Dr. Johannes Ibrahim, S.H., M.H., Op.Cit, hal. 20

Universitas Sumatera Utara

46

profesional dapat berupa surat keterangan tentang penghasilan dari
lembaga yang bersangkutan bertugas.
3) Data penghasilan dan referensi Bank
Penghasilan pemohon dihitung besarnya pertahun dari penghasilan
pokok dan penghasilan tambahan. Aktivitas pemohon dalam
menatabukukan penghasilan yang diperolehnya pada lembaga
keuangan Bank dan bukan Bank disertai dengan dokumendokumen rekening koran, tabungan, deposito atau pendukung
lainnya.
4) Data lainnya
Merupakan data pendukung sesuai dengan masing-masing
pemohon. Misalnya pemohon telah berkeluarga, akan dimintakan
keterangan tentang suami / istri, perusahaan atau pekerjaannya,
dilengkapi dengan domisili lembaga dimaksud. Selain itu data
lainnya berupa rekening bagi pendebetan transaksi.
5) Data kartu tambahan
Diisi bagi pemohon yang melengkapi dengan kartu tambahan.
Untuk kartu tambahan dimintakan dokumen-dokumen pribadi
yang dipersyaratkan.
6) Pernyataan pemohon
Umumnya dalam setiap aplikasi, terdapat pernyataan dari
pemohon tentang kebenaran dari informasi yang diberikan kepada
Bank penerbit, dokumen yang diserahkan, menerima alasan-alasan

Universitas Sumatera Utara

47

terhadap penolakan aplikasi penerbitan kartu kredit dan kesediaan
untuk terikat dalam persyaratan-persyaratan dan ketentuanketentuan yang tertuang dalam perjanjian penerbitan kartu kredit.
Pernyataan dari salah satu Bank penerbit, berbunyi :
“Semua informasi dalam formulir ini adalah lengkap dan benar.
Dengan menanda-tangani formulir ini saya / kami memberi kuasa
kepada Bank untuk memeriksa semua kebenaran data adanya
dengan cara bagaimanapun dan menghubungi sumber manapun
yang layak menurut Bank. Saya/kami mengerti bahwa Bank
berhak menolak permohonan ini tanpa harus memberikan alasan
apapun pada saya/kami dan semua dokumen yang telah diserahkan
tidak akan dikembalikan. Bila kartu saya/kami disetujui akan
terikat oleh syarat-syarat dan ketentuan dari perjanjian pemegang
kartu yang akan dikirim bersama dengan kartunya”.
b. Bank menganalisis permohonan dari nasabah berdasarkan data yang
diterima. Analisis yang dilakukan oleh Bank penerbit seperti halnya
permohonan yang diajukan bagi fasilitas kredit pada umumnya. Bank
harus bersikap hati-hati dengan prinsip-prinsip penilaian kredit yang
benar sesuai prosedur perkreditan.
c. Permohonan yang dinilai “layak” akan ditindak-lanjuti oleh pihak Bank
dengan menerbitkan “kartu kredit” atas nama pemohon beserta kartu
tambahan yang diminta.

Universitas Sumatera Utara

48

C. Modus Operandi Penyalahgunaan Kartu Kredit 60

1. Modus Operandi Fraud Application (Menggunakan kartu asli yang
diperoleh dengan aplikasi / data palsu)

Pelaku memalsu biodata antara lain : KTP (alamat), pasport,
rekening koran, surat keterangan penghasilan dan referensi lalu melamar
kepada Penerbit untuk mendapatkan kartu kredit. Setelah berhasil diterima
sebagai Pemegang kartu kredit, selanjutnya melakukan transaksi berkalikali yang nilainya makin lama makin besar dan tiba-tiba melarikan diri
atau menghilang tanpa memenuhi kewajibannya sebagai Pemegang kartu
yaitu membayar pemakaian kartu kreditnya.

2. Modus Operandi Non Received Card (Menggunakan kartu asli yang tidak
diterima oleh pemegang kartu sesungguhnya)

Modus ini terjadi karena peluang yang berkaitan dengan
pengiriman kartu kredit, dimana kartu kredit yang dikirim oleh Penerbit
tidak sampai pada Pemegang dan digunakan oleh orang yang tidak berhak.
Dalam prakteknya Pelaku membubuhkan tanda-tangan di kolom tanda tangan (signature panel) yang masih kosong dan melakukan transaksi di
toko-toko dengan menandatangani sales draft dan bertindak seolah-olah
sebagai Pemegang kartu yang salah.

60

http://jurnalsrigunting.com/2012/12/22/modus-operansi-penyalahgunaan-kartu-kredit/

Universitas Sumatera Utara

49

Dalam pengiriman kartu kredit, semua Penerbit di Indonesia
menggunakan kurir atau pihak ke tiga untuk mengirimkan kartu kreditnya.
Di luar negeri, Amerika Serikat contohnya, pengiriman kartu dilakukan
melalui Pos sehingga untuk menangani pencurian benda-benda pos
dibentuk Polisi Khusus yaitu US Postal Service. Karena menyangkut pihak
ketiga inilah, maka sering terjadi penyalahgunaan seperti hilang di jalan,
diberikan pada orang yang tidak berhak atau salah pengiriman sehingga
akhirnya digunakan oleh orang-orang yang mengerti cara menggunakan
kartu kredit tersebut. Modus ini memungkinkan tidak melibatkan sama
sekali orang dalam pihak Bank/Penerbit karena setelah kartu dicetak dan
siap untuk dikirim maka beralihlah tanggung jawab kepada pihak kurir,
kecuali untuk kasus di Amerika Serikat dimana pengirimannya dilakukan
oleh Pos maka kerugian akan ditanggung oleh Penerbit.

3. Modus Operandi Lost/Stolen Card (Menggunakan kartu asli hasil curian /
temuan)

Pelaku menggunakan kartu hilang/curian dengan jumlah di bawah
floor limit dan meniru tanda tangan si pemilik kartu. Biasanya kartu-kartu
tersebut dipakai di supermarket atau di Departemen Store. Pelaku
mendapatkan kartu kredit dari pencopet/penadah dan menggunakannya
dengan cara memecah-mecah nilai belanja (split charge) agar nilainya
dibawah limit sehingga tidak perlu dilakukan otorisasi. Pelaku sangat
khawatir bila kartu kredit diotorisasikan karena secara sistem nomor kartu

Universitas Sumatera Utara

50

tersebut telah diblokir sehingga bila diotorisasikan akan keluar perintah
Pick up lost atau pick up stolen dimana pelaku harus ditahan.

4. Modus Operandi Altered Card (Menggunakan kartu asli yang diubah
datanya)

Pelaku menggunakan kartu asli hasil curian atau penggelapan
(lost/stolen/non received card) kemudian kartu tersebut reliefnya dipanasi
lalu diratakan. Setelah rata kemudian relief tersebut dicetak ulang (reembossed) dengan data baru, sedangkan magnetic stripe diisi data baru (reencoded), data tersebut didapat dari Point of Compromise (POC) antara
lain oknum Pedagang, oknum bank, teman/orang-orang dekat di
lingkungan Pemegang kartu yang sah. Setelah kartu itu jadi kemudian
pelaku melakukan transaksi ke Pedagang dan biasanya jumlah transaksi
besar serta kemungkinan oknum Pedagang terlibat.

5. Modus Operansi Totally Counterfeit (Menggunakan kartu kredit yang
seluruhnya palsu)

Pelaku mencetak/membuat kartu tiruan bergambar/logo dan fisik
100% palsu, dibubuhkan data nomor dan nama Pemegang kartu yang
bonafid dan valid (masih berlaku), hal ini dilakukan dengan cara
embossing dan encoding. Jenis kartu ini (total palsu/non white card)
digunakan sebagaimana kartu asli di Pedagang dengan transaksi yang
besar. Biasanya pelaku sebelumnya berusaha melakukan uji coba otorisasi.

Universitas Sumatera Utara

51

Modus operandi ini dapat berhasil dilakukan karena kartu kredit palsu
tersebut mutunya baik dan sangat sulit dibedakan dengan kartu kredit asli
atau adanya kerjasama Pedagang kartu dengan oknum Pedagang.

6. Modus Operandi White Plastic Card (Menggunakan kartu kredit polos
yang menggunakan data asli / valid)

Modusnya yaitu nomor-nomor yang tercetak timbul pada kartu
kredit dicatat lalu dicetak pada kartu plastik polos seukuran kartu kredit
asli, tanpa logo dan tanda-tanda visual lainnya, selain itu magnetic stripe di
balik kartu ini diisi dengan data Pemegang kartu dengan cara encoding.
Data pemegang kartu yang sah didapat dari Point of Compromise.
Transaksi dengan menggunakan kartu ini bisa terjadi akibat kerjasama
sepenuhnya dengan oknum Pedagang karena seharusnya kartu polos
tersebut tidak dapat digunakan untuk bertransaksi dan selanjutnya sales
draft-nya ditagihkan kepada Pengelola.

7. Modus Operandi Record of Charge Pumping atau Multiple Imprint
(Penggandaan Sales Draft)

Oknum Pedagang melakukan pencetakan sales draft lebih dari satu
kali, selanjutnya sales draft hasil penggandaan dijual atau diserahkan
kepada oknum merchant lainnya untuk diisi dengan data transaksi fiktif
kemudian dibubuhi tanda tangan secara sembarangan atau meniru tanda

Universitas Sumatera Utara

52

tangan Pemegang kartu yang sah baru setelah itu ditagihkan kepada
Pengelola seolah-olah hasil transaksi yang sebenarnya.

8. Modus Operandi Alteref Amount (Mengubah / menambah nilai nominal
pada sales draft)

Modus ini bisa terjadi dimana oknum Pedagang mengganti nilai
nominal yang tercantum pada sales draft dari kartu yang digunakan dalam
transaksi di tokonya. Misalnya transaksi yang terjadi sebesar Rp. 100.000
diubah menjadi Rp. 1.000.000 dan selanjutnya sales draft yang telah
diubah ini ditagihkan kepada Pengelola.

9. Modus Operandi Mail Order / Telephone Order (Memesan barang melalui
surat / telepon)

Pelaku melakukan pemesanan suatu barang melalui surat atau
telepon dengan memberikan data kartu kredit Pemegang. Modus ini dapat
terjadi karena pelaku mengetahui data Pemegang kartu (nama dan
nomornya) kemudian pelaku bertindak seolah-olah Pemegang kartu
tersebut memesan beberapa barang pada Pedagang yang melayani
transaksi melalui telepon / surat termasuk pengiriman barangnya ke tempat
pembeli / pemesan.

Selanjutnya pelaku menerima barang menandatangani tanda terima
dari Pedagang di tempat yang ia tetukan sesuai pesanan dan kemudian

Universitas Sumatera Utara

53

melarikan diri. Biasanya tempat penerimaan barang atau pesanan adalah
alamat palsu.

10. Modus Operandi Mengubah atau Merusak Program EDC

Modus ini dapat terjadi karena oknum Pedagang mengubah dan
merusak program alat otorisasi EDC milik Pengelola yang dititipkan
dipinjamkan pada merchant. Alat ini direkayasa agar dapat dilakukan
otorisasi atau dioperasikan tanpa perlu ada kartu kreditnya secara fisik.

Pelaku di sini bertindak seolah-olah ada transaksi normal yang
dihadiri

oleh

Pemegang kartu

disertai

kartu

kreditnya.

Namun

kenyataannya pelaku / oknum Pedagang melakukan sendiri dengan
menggunakan kartu-kartu palsu atau langsung secara manual pada EDC
dengan memasukkan data Pemegang kartu yang sah (tanpa ada kartunya)
yang didapat dari POC atau sales draft kartu asli yang pernah
dipergunakan. Setelah diotorisasikan maka keluarlah persetujuan yang
ditandai dengan keluarnya sales draft secara otomatis yang kemudian
ditandatangani sendiri dan disetorkan kepada Pengelola.

11. Modus Operandi Fictitious Merchant (Berpura-pura menjadi Pedagang)

Pedagang mengajukan aplikasi untuk menjadi merchant suatu bank
dengan data palsu, kemudian melakukan transaksi-transaksi dengan
modus-modus di atas seolah-olah terjadi transaksi di tokonya. Biasanya
kartu yang digunakan adalah kartu-kartu palsu atau kartu curian yang

Universitas Sumatera Utara

54

belum sempat diblokir. Setelah ditransaksikan maka sales draft tersebut
ditagihkan kepada bank Pengelola dimana sesudah dana tersebut ditransfer
oleh Bank maka Pedagang fiktif ini akan menghilang dengan
meninggalkan tokonya begitu saja.

Universitas Sumatera Utara