Jarak Interinsisal Pembukaan Mulut Maksimal Suku Batak Kelompok Umur 17-22 Tahun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembukaan mulut maksimal didefinisikan sebagai jarak terjauh antara tepi
insisal insisivus sentralis maksila dan mandibula pada garis tengah gigi ketika mulut
terbuka maksimal1,2,3 tanpa adanya rasa sakit pada rahang, wajah dan leher atau
bagian lain dari mulut.2,4,5 Dengan pengukuran pembukaan mulut maksimal dapat
diperoleh kisaran ukuran pembukaan mulut maksimal aktif,6,7,8 pasif,7,9 dan Opening
Ratio.5 Pembukaan mulut maksimal aktif adalah jarak antara tepi insisal insisivus
sentralis maksila ke tepi insisal insisivus mandibula saat subjek membuka mulutnya
sendiri tanpa bantuan jari.6,7 Pembukaan mulut maksimal pasif adalah jarak antara
tepi insisal insisivus sentralis maksila ke tepi insisal insisivus mandibula saat mulut
subjek dibuka dengan bantuan jari.7,9,10 Opening Ratio digunakan untuk melihat
berapa besar pertambahan jarak interinsisal pada pembukaan mulut maksimal pasif
bila dibandingkan dengan pembukaan mulut maksimal aktif.5
Pembukaan mulut maksimal diperlukan untuk memungkinkan klinisi
melakukan pemeriksaan oral yang lengkap dengan nyaman.3,11 Pembukaan mulut
maksimal juga dapat digunakan sebagai parameter untuk follow up
dan hasil
3,6
Pembukaan
pemeriksaan kondisi-kondisi yang mempengaruhi sistem stomatognasi.
mulut juga merupakan parameter yang berguna bagi dokter bedah mulut untuk
rekonstruksi wajah dan tulang rahang.3
Ukuran pembukaan mulut maksimal dipengaruhi oleh beberapa faktor
meliputi umur,11-13 jenis kelamin,11,12 ras,7,13 tinggi badan,7,8,11,12 berat badan,4,8,11
struktur sendi dan otot, morfologi fasial,11,14 serta ukuran mandibula dan basis
kranial.7,12 Ukuran pembukaan mulut maksimal pada orang dewasa bervariasi antara
32-77 mm.2,10
Pengukuran
pembukaan
mulut
3,11,15
4
menggunakan penggaris,
maksimal
dapat
dilakukan
dengan
2
kaliper, Willis Bite Gauge, goniometer mandibula,16
serta instrumen opto-elektrik.14
Penduduk Indonesia sebagian besar didominasi oleh ras Paleomongoloid atau
ras Melayu. Ras Melayu ini kemudian dibedakan atas Proto-Melayu dan DeutroMelayu. Ras Proto-Melayu terdiri dari suku Batak, Gayo, Sasak dan Toraja. Ras
Deutro-Melayu meliputi orang-orang Aceh, Minangkabau, Sumatera pesisir, Rejang
Lbong, Lampung, Jawa, Madura, Bali, Bugis, Manado pesisir, Sunda kecil timur dan
Melayu. Suku Batak yang termasuk bagian dari ras Proto-Melayu merupakan suku
terbesar yang menempati Sumatera Utara dan terdiri atas enam sub-group meliputi
Toba, Simalungun, Karo, Pakpak, Mandailing dan Angkola.17
Banyak penelitian pembukaan mulut maksimal sudah dilakukan di negaranegara lain. Akan tetapi belum ada penelitian tentang pembukaan mulut maksimal di
Indonesia. Oleh karena itu penulis bermaksud untuk melakukan penelitian pada suku
Batak kelompok umur 17-22 tahun untuk mendapatkan estimasi jarak interinsisal
pembukaan mulut maksimal baik untuk pembukaan mulut maksimal aktif, pasif,
maupun Opening Ratio pada laki-laki maupun perempuan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dijelaskan di atas, maka didapatkan
rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Berapakah jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal aktif, jarak
interinsisal pembukaan mulut maksimal pasif, serta Opening Ratio pada suku Batak
kelompok umur 17-22 tahun?
2.
Adakah perbedaan jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal aktif,
jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal pasif, serta Opening Ratio antara lakilaki dan perempuan suku Batak kelompok umur 17-22 tahun?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal suku Batak
kelompok umur 17-22 tahun.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal aktif,
jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal pasif, serta Opening Ratio pada suku
Batak kelompok umur 17-22 tahun.
2. Untuk mengetahui perbedaan jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal
aktif, jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal pasif, serta Opening Ratio antara
laki-laki dan perempuan suku Batak kelompok umur 17-22 tahun.
1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini adalah:
1. H0 : Tidak terdapat perbedaan jarak interinsisal pembukaan mulut
maksimal aktif, jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal pasif, serta Opening
Ratio yang signifikan berdasarkan jenis kelamin dan umur.
2. Hα : Terdapat perbedaan jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal
aktif, jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal pasif, serta Opening Ratio yang
signifikan berdasarkan jenis kelamin dan umur.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Untuk perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran gigi khususnya
bagian Biologi Oral tentang jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal pada suku
Batak kelompok umur 17-22 tahun.
1.5.2 Manfaat Praktis
Sebagai parameter jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal pada suku
Batak kelompok umur 17-22 tahun dengan oklusi Klas I Angle.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembukaan mulut maksimal didefinisikan sebagai jarak terjauh antara tepi
insisal insisivus sentralis maksila dan mandibula pada garis tengah gigi ketika mulut
terbuka maksimal1,2,3 tanpa adanya rasa sakit pada rahang, wajah dan leher atau
bagian lain dari mulut.2,4,5 Dengan pengukuran pembukaan mulut maksimal dapat
diperoleh kisaran ukuran pembukaan mulut maksimal aktif,6,7,8 pasif,7,9 dan Opening
Ratio.5 Pembukaan mulut maksimal aktif adalah jarak antara tepi insisal insisivus
sentralis maksila ke tepi insisal insisivus mandibula saat subjek membuka mulutnya
sendiri tanpa bantuan jari.6,7 Pembukaan mulut maksimal pasif adalah jarak antara
tepi insisal insisivus sentralis maksila ke tepi insisal insisivus mandibula saat mulut
subjek dibuka dengan bantuan jari.7,9,10 Opening Ratio digunakan untuk melihat
berapa besar pertambahan jarak interinsisal pada pembukaan mulut maksimal pasif
bila dibandingkan dengan pembukaan mulut maksimal aktif.5
Pembukaan mulut maksimal diperlukan untuk memungkinkan klinisi
melakukan pemeriksaan oral yang lengkap dengan nyaman.3,11 Pembukaan mulut
maksimal juga dapat digunakan sebagai parameter untuk follow up
dan hasil
3,6
Pembukaan
pemeriksaan kondisi-kondisi yang mempengaruhi sistem stomatognasi.
mulut juga merupakan parameter yang berguna bagi dokter bedah mulut untuk
rekonstruksi wajah dan tulang rahang.3
Ukuran pembukaan mulut maksimal dipengaruhi oleh beberapa faktor
meliputi umur,11-13 jenis kelamin,11,12 ras,7,13 tinggi badan,7,8,11,12 berat badan,4,8,11
struktur sendi dan otot, morfologi fasial,11,14 serta ukuran mandibula dan basis
kranial.7,12 Ukuran pembukaan mulut maksimal pada orang dewasa bervariasi antara
32-77 mm.2,10
Pengukuran
pembukaan
mulut
3,11,15
4
menggunakan penggaris,
maksimal
dapat
dilakukan
dengan
2
kaliper, Willis Bite Gauge, goniometer mandibula,16
serta instrumen opto-elektrik.14
Penduduk Indonesia sebagian besar didominasi oleh ras Paleomongoloid atau
ras Melayu. Ras Melayu ini kemudian dibedakan atas Proto-Melayu dan DeutroMelayu. Ras Proto-Melayu terdiri dari suku Batak, Gayo, Sasak dan Toraja. Ras
Deutro-Melayu meliputi orang-orang Aceh, Minangkabau, Sumatera pesisir, Rejang
Lbong, Lampung, Jawa, Madura, Bali, Bugis, Manado pesisir, Sunda kecil timur dan
Melayu. Suku Batak yang termasuk bagian dari ras Proto-Melayu merupakan suku
terbesar yang menempati Sumatera Utara dan terdiri atas enam sub-group meliputi
Toba, Simalungun, Karo, Pakpak, Mandailing dan Angkola.17
Banyak penelitian pembukaan mulut maksimal sudah dilakukan di negaranegara lain. Akan tetapi belum ada penelitian tentang pembukaan mulut maksimal di
Indonesia. Oleh karena itu penulis bermaksud untuk melakukan penelitian pada suku
Batak kelompok umur 17-22 tahun untuk mendapatkan estimasi jarak interinsisal
pembukaan mulut maksimal baik untuk pembukaan mulut maksimal aktif, pasif,
maupun Opening Ratio pada laki-laki maupun perempuan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dijelaskan di atas, maka didapatkan
rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Berapakah jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal aktif, jarak
interinsisal pembukaan mulut maksimal pasif, serta Opening Ratio pada suku Batak
kelompok umur 17-22 tahun?
2.
Adakah perbedaan jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal aktif,
jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal pasif, serta Opening Ratio antara lakilaki dan perempuan suku Batak kelompok umur 17-22 tahun?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal suku Batak
kelompok umur 17-22 tahun.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal aktif,
jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal pasif, serta Opening Ratio pada suku
Batak kelompok umur 17-22 tahun.
2. Untuk mengetahui perbedaan jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal
aktif, jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal pasif, serta Opening Ratio antara
laki-laki dan perempuan suku Batak kelompok umur 17-22 tahun.
1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini adalah:
1. H0 : Tidak terdapat perbedaan jarak interinsisal pembukaan mulut
maksimal aktif, jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal pasif, serta Opening
Ratio yang signifikan berdasarkan jenis kelamin dan umur.
2. Hα : Terdapat perbedaan jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal
aktif, jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal pasif, serta Opening Ratio yang
signifikan berdasarkan jenis kelamin dan umur.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Untuk perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran gigi khususnya
bagian Biologi Oral tentang jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal pada suku
Batak kelompok umur 17-22 tahun.
1.5.2 Manfaat Praktis
Sebagai parameter jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal pada suku
Batak kelompok umur 17-22 tahun dengan oklusi Klas I Angle.