Penetapan Kadar Campuran Deksametason Dan Deksklorfeniramin Maleat Dengan Metode Spektrofotometri Derivatif

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Campuran yang mengandung deksametason dan deksklorfeniramin maleat
banyak digunakan untuk berbagai penyakit, bahkan sering disebut life saving drugs.
Hal ini dilatar belakangi oleh kemampuan menanggulangi peradangan serta alergi
yang dimiliki deksametason dan sifat antihistamin yang ada pada deksklorfeniramin
maleat, tetapi juga menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan (Suherman,
2007).
Pemeriksaan kadar zat aktif merupakan persyaratan yang harus dipenuhi
untuk menjamin kualitas sediaan obat. Sediaan obat yang berkualitas baik akan
menunjang tercapainya efek terapeutik yang diharapkan. Salah satu persyaratan
mutu adalah kadar yang dikandung harus memenuhi persyaratan kadar seperti yang
tercantum dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya (Depkes RI,
2009).
Monografi sediaan tablet campuran deksametason dan deksklorfeniramin
maleat tidak terdapat dalam Farmakope Indonesia ataupun buku standar lainnya.
Persyaratan tablet tunggal untuk deksametason dan deksklorfeniramin maleat dalam
Farmakope Indonesia edisi V (2014) adalah mengandung tidak kurang dari 90%
dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Deksametason


dapat

ditentukan

kadarnya

dengan

spektrofotometri

ultraviolet pada pelarut metanol panjang gelombang 240 nm (A11= 385a).
Sedangkan

deksklorfeniramin

maleat

dapat


1

ditentukan

kadarnya

dengan

spektrofotometri ultraviolet pada pelarut asam panjang gelombang 265 nm (A11=
302a) dan basa panjang gelombang 262 nm (A11= 205a) (Moffat, dkk., 2005).
Penetapan kadar tablet tunggal deksametason menurut Farmakope Indonesia
edisi V (2014) ditentukan dengan kromatografi cair kinerja tinggi dengan fase gerak
campuran asetonitril(p)-air (1:3), hingga waktu retensi deksametason antara 3-6
menit. Penetapan kadar tablet tunggal deksklorfeniramin maleat ditentukan dengan
kromatografi gas. Sedangkan untuk analisis kadar campuran dalam tablet dapat
ditentukan dengan metode diantaranya metode kromatografi cair kinerja tinggi,
spektrofotometri ultraviolet dengan metode analisis multikomponen dan metode
derivatif.
Beberapa penelitian terhadap penetapan kadar campuran obat dengan
metode spektrofotometri derivatif antara lain, campuran betametason dan

deksklorfeniramin maleat (Aisyah, 2015), campuran triprolidina hidroklorida dan
pseudoefedrina hidroklorida (Hayun, dkk., 2006), dan hidrokortison asetat dan
nipagin (Hayun, dkk., 2014).
Sehubungan dengan beberapa penelitian diatas maka dilakukan penelitian
campuran deksametason dan deksklorfeniramin maleat dengan metode tersebut
karena metode spektrofotometri derivatif merupakan metode analisis campuran
beberapa zat secara langsung tanpa harus melakukan pemisahan terlebih dahulu
walaupun dengan panjang gelombang yang berdekatan. Fasilitas ini memungkinkan
analisis multikomponen dalam campuran yang spektranya saling tumpang tindih.
Metode zero crossing adalah prosedur yang paling umum untuk menentukan
campuran biner yang spektranya saling tumpang tindih. Metode zero crossing dapat

2

digunakan pada derivatif pertama dan kedua dengan pemilihan panjang gelombang
untuk pengukuran (Nurhidayati, 2007).
Beberapa keuntungan dari spektrum derivatif antara lain spektrum derivatif
memberikan gambaran struktur yang terinci dari spektrum serapan dan gambaran
ini makin jelas dari spektra derivatif pertama ke derivatif keempat. Selain itu, dapat
dilakukan analisis kuantitatif suatu komponen dalam campuran dengan bahan yang

panjang gelombangnya saling berdekatan. Bila dibandingkan dengan kromatografi
cair kinerja tinggi, metode spektrofotometri derivatif relatif lebih sederhana, alat
dan biaya operasionalnya lebih murah dan waktu analisisnya lebih cepat
(Nurhidayati, 2007).
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penetapan kadar
campuran

deksametason

dan

deksklorfeniramin

maleat

dengan

metode

spektrofotometri derivatif.


1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah kadar campuran deksametason dan deksklorfeniramin maleat dalam
tablet di pasaran yang ditentukan dengan metode spektrofotometri derivatif
memenuhi persyaratan kadar yang ditetapkan Farmakope Indonesia edisi V
(2014)?
2. Apakah metode spektrofotometri derivatif pada penetapan kadar campuran
deksametason dan deksklorfeniramin maleat dalam tablet di pasaran telah
memenuhi persyaratan uji validasi?

3

1.3 Hipotesis
1. Kadar campuran deksametason dan deksklorfeniramin maleat dalam tablet
di pasaran yang ditentukan dengan metode spektrofotometri derivatif
memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi V (2014).
2. Metode spektrofotometri derivatif pada penetapan kadar campuran
deksametason dan deksklorfeniramin maleat dalam sediaan tablet memenuhi
persyaratan uji validasi.


1.4 Tujuan Penelitian
1. Melakukan penetapan kadar campuran deksametason dan deksklorfeniramin
maleat dalam tablet di pasaran yang ditentukan dengan metode
spektrofotometri

derivatif

yang

kemudian

kadar

yang

diperoleh

dibandingkan dengan persyaratan yang tercantum dalam Farmakope
Indonesia edisi V (2014).
2. Melakukan uji validasi terhadap metode spektrofotometri derivatif pada

penetapan kadar deksametason dan deksklorfeniramin maleat dalam tablet di
pasaran.

1.5 Manfaat Penelitian
Diharapkan metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan oleh industri
farmasi untuk analisis kuantitatif campuran deksametason dan deksklorfeniramin
maleat dalam tablet.

4