Kinerja Pustakawan Dalam Pengembangan Perpustakaan Umum Kota Medan

(1)

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum didirikan untuk melayani seluruh lapisan masyarakat untuk mendapatkan informasi secara gratis. Hermawan dan Zen dalam bukunya Etika Kepustakawanan (2006: 30) Menyatakan bahwa, “Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang melayani seluruh masyarakat tanpa membedakan latar belakang, status sosial, agama, suku pendidikan dan sebagainya”. Menurut Sulistyo-Basuki yang dikutip Sutarno (2006: 38) menyatakan bahwa: “Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang didanai dari sumber yang berasal dari masyarakat seperti pajak dan retribusi, yang kemudian dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk layanan”. Sutarno NS, (2008), dalam Kamus Perpustakaan dan Informasi menyebutkan bahwa “Perpustakaan umum merupakan salah satu jenis perpustakaan yang ada di kabupaten/ kota, kecamatan, desa/ kelurahan mempunyai koleksi dari berbagai ilmu pengetahuan dan berfungsi melayani seluruh lapisan masyarakat disekitarnya”.

Sedangkan menurut Hendro Wicaksono (2005: 1) “perpustakaan umum yang ideal tidak hanya meningkatkan produktifitas dan taraf hidup masyarakat tetapi juga menjadikan komunitas pemakainya menjadi orang-orang yang kritis, berwawasan luas dan tanggap terhadap problem sosial yang ada”.Berdasarkan semua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan umum adalah perpustakaan yang menyediakan koleksi dari berbagai jenis ilmu pengetahuan agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

2.1.1 Tujuan Perpustakaan Umum

Pada dasarnya perpustakaan umum memiliki tujuan yang ingin dicapai. Menurut Hermawan dan Zen (2006: 31) tujuan perpustakaan umum yaitu :

1. Memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk menggunakan bahan pustaka dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesejahteraan. 2. Menyediakan informasi yang murah, mudah, cepat dan tepat yang berguna bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

3. Membantu dalam pengembangan dan pemberdayaan komunitas melalui penyediaan bahan pustaka dan informasi.


(2)

6

4. Bertindak sebagai agen kultural sehingga menjadi pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya.

5. Memfasilitasi masyarakat untuk belajar sepanjang masa.

Adapun menurut manifesto perpustakaan umum Unesco dalam Sulistyo Basuki yang dikutip oleh Rahayuningsih (2007: 5) menyatakan bahwa Perpustakaan umum mempunyai tujuan utama yaitu ;

1. Memberiakan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka kearah kehidupan yang lebih baik.

2. Menyediakan Sumber informasi yang cepat, tepat dan murah bagi masyarakat terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat.

3. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka fungsi ini disebut fungsi pendidikan seumur hidup.

4. Bertindak selaku agen kultural, artinya perpustakaan umum merupakan pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya. Perpustakaan umum bertugas menumbuhkan apresiasi budaya masyarakat sekitarnya dengan cara menyelenggarakan pameran budaya, ceramah, pemutaran film, dan penyediaan informasi yang dapat meningkatkan keikutsertaan, kegemaran dan apresiasi masyarakat terhadap segala bentuk seni budaya.

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan perpustakaan umum adalah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendapat informasi secara murah, mudah, cepat, dan tepat dalam meningkatkan pengetahuan keterampilan dan kesejahteraan. Disamping itu perpustakaan umum juga berperan sebagai agen kultural yang bertugas menumbuhkan apresiasi masyarakat dibidang seni dan budaya.

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum sebagai pusat informasi yang melayani seluruh lapisan masyarakat umum selalu berusaha semaksimal mungkin memenuhi kebutuhan pengguna dalam mengembangkan kebiasaan membaca. Dalam peyelenggaraanya Perpustakaan umum mempunyai fungsi yang harus dilaksanakan, hal ini dinyatakan dalam Buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000: 6) adalah sebagai berikut:

1. Pengkajian kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan bahan bacaan. 2. Penyediaan bahan pustaka yang diperkirakan diperlukan melalui

pembelian, langganan, tukar menukar dan lain-lain. 3. Pengolahan dan penyiapan setipa bahan pustaka. 4. Penyimpanan dan Pemeliharaan koleksi


(3)

7 5. Pendayagunaan koleksi.

6. Pemberian layanan kepada warga masyarakat baik yang datang langsung ke perpustakaan maupun yang menggunakan telepon, faximil, dan lain-lain.

7. Pemsyarakatan perpustakaan .

8. Pengkajian dan pengembangan semua aspek kepustakawanan

9. Pelaksanaan koordinasi dengan pihak pemerintah daerah, tokoh-tokoh masyarakat mitra kerja lainnya.

10. Menjalin kerjasama dengan perpustakaan lain dalam rangka pemanfaatan koleksi bersama dan sarana/prasarana.

11. Pengolahan dan ketatausahaan perpustakaan.

Menurut Siregar dalam bukunya yang berjudul Perpustakaan Energi Pembangunan Bangsa (2004: 76) Bahwa fungsi perpustakaan umum adalah :

1. Membantu orang-orang (terutama orang-orang muda dan anak-anak) menjadi melek informasi.

2. Memberi tahu mereka bagaimana informasi dan juga untuk mengembangkan kebiasaan membaca.

3. Membantu orang dewasa untuk belajar seumur hidup dan belajar kembali untuk perubahan karir.

4. Memelihara dan mempromosikan kebudayaan.

Berdasarkan defenisi di atas penulis berkesimpulan bahwa fungsi perpustakaan umum adalah sebagai tempat untuk mengumpulkan, mengolah, melestarikan, menyebar luaskan informasi, mengembangkan kebiasaan membaca dan mempromosikan kebudayaan. Salah satu fungsi perpustakaan adalah membantu pengguna agar melek akan informasi dan mengajarkan bagaimana cara menelusuri informasi yang baik. Setiap perpustakaan akan mempunyai makna apabila dapat menjalankan fungsi dan peranannya dengan baik. Sutarno (2003 : 55), menjelaskan ada beberapa peranan yang dapat dijalankan oleh perpustakaan diantaranya :

1. Perpustakaan merupakan media atau jembatan yang menghubungkan sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang terkandung didalam koleksi perpustakaandengan para pemakainya.

2. Perpustakaan mempunyai peranan sebagai sarana untuk menjalin danmengembangkan komunikasi antara sesama pemakai, dan antara penyelenggara perpustakaan dengan masyarakat yang dilayani.

3. Perpustakaan dapat berperan sebagai lembaga untuk mengembangkan minat baca, kegemaran membaca, kebiasaan membaca, dan budaya baca, melalui penyediaan berbagai bahan bacaan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat.


(4)

8

4. Perpustakaan dapat berperan aktif sebagai fasilitator, mediator dan motivator bagi mereka yang ingin mencari, memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.

5. Perpustakaan merupakan agen perubahan, agen pembangunan dan agen kebudayaan umat manusia.

6. Perpustakaan berperan sebagai lembaga pendidikan nonformal bagi anggota masyarakat dan pengunjung perpustakaan.

Siregar (2004 :75), juga menyatakan bahwa perpustakaan umum (public libraries) memainkan peranan yang unik didalam masyarakat. Sebagai suatu lembaga netral, perpustakaan menyediakan informasi dan perbedaan pandangan sekaligus disuatu tempat dimana warga masyarakat dapat memberitahu diri mereka sendiri tanpa paksaan tentang isu-isu mutakhir yang peka.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peranan perpustakaan umum adalahsesuatu yang menjadi bagian dari tugas utama yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan pada suatu perpustakaan umum untuk meningkatkan kualitas dalam penyediaan berbagai sumber informasi yang relevan dengan kebutuhan penggunanya. Selanjutnya dapat disimpulkan perpustakaan umum mempunyai tiga peranan penting yaitu sebagai fasilitator, mediator dan motivator.

2.2 Kinerja

Dalam pencapaian sasaran dan tujuan suatu organisasi dibutuhkan tenaga-tenaga terampil di dalam berbagai bidang. Sumber daya manusia sangat berperan bagi berjalanya suatu organisasi. Pencapaian dan tujuan suatu organisasi harus memiliki tenaga kerja yang memiliki pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga dapat tercapainya kinerja yang diharapkan organisasi. Kinerja yang baik dapat menghasilkan sumbangan bagi kemajuan organisasi.

Rivai (2005: 14) mengemukakan bahwa Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang selama priode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.

Selain itu Prawiro dalam Tika (2006:121) menyatakan bahwa, “Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu”. Sedangkan Mangkunegara (2006: 9) menyatakan bahwa, “ Kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja yang kualitas dan kuantitas yang


(5)

9

dicapai seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.

2.2.1 Kinerja pustakawan

Tuntutan peningkatan kualitas kinerja pustakawan berdasarkan sistem karier dan prestasi kerja dengan prinsip memberikan penghargaan dan sanksi telah diamanatkan dalam: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok kepegawaian, dan ketentuan pelaksanaannya diatur dalam Kepustusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 132/KEP/M.PAN/12/2002 tentang jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya. Tuntutan tersebut diharapkan akan menghasilkan pustakawan yang berkualitas, profesional, bertanggung jawab, jujur dan lebih mampu serta akuntabel dalam pemberian pelayanan publik. Dengan kata lain, setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menyandang jabatan fungsional pustakawan, diharapkan kedepan adalah pustakawan yang lebih profesional dalam melaksanakan tugas nya. sehingga dapat mewujudkan kinerja yang berkualitas sebagaimana diharapkan.

“Kinerja atau sering disebut unjuk kerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi” (Harinandja, 2002: 195). Adapun profesional bersangkutan dengan profesi yang memiliki arti pekerjaan yaitu pekerjaan yang memerlukan pendidikan dan latihan. Persoalannya berkaitan dengan upaya membangun dan mengembangkan kinerja pustakawan ke arah yang lebih baik adalah terkait dengan berbagai kendala atau hambatan yang dihadapinya, seperti pembinaan yang belum memadai, terbatasnya pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki di bidang pusdokinfo, terbatasnya kemampuan dalam penguasaan bahasa asing terutama bahasa Inggris, dan faktor-faktor psikologis, sehingga menyebabkan kinerja pustakaawan belum maksimal.

Salah satu indikator belum maksimalnya fungsi pustakawan adalah perolehan angka kredit yang harus dipenuhi dalam rangka kenaikan pangkat dan jabatan pustakawan. Pustakawan banyak mengeluh tentang sulitnya memperoleh angka kredit, sehingga masih sedikit ditemui pustakawan yang naik pangkat


(6)

10

dalam rentang waktu 4 hingga 6 tahun. Ketidakberdayaan pustakawan tersebut disebabkan oleh terbatasnya keterampilan yang mereka miliki.

Kenyataan di lapangan menunjukkan sebagian besar perpustakaan masih kurang memiliki karyawan yang berlatar belakang pendidikan perpustakaan, dokumentasi dan informasi (pusdokinfo). Disamping itu tidak proporsional dalam menempatkan tenaga pustakawan (profesional) antar bidang/unit kegiatan, seperti bidang sirkulasi dengan bidang pengolahan dan bidang administrasi. Pada bidang layanan banyak ditemukan tenaga yang kurang profesional atau non pustakawan, berpendidikan rendah serta kurang memiliki wawasan. Menurut Dikti 2015 tugas pokok dan fungsi (Tupoksi)Pustakawan, Tupoksi pustakawan adalah prestasi kerja yang menyangkut tugas pokok dan fungsi pustakawan antara lain:

1. Pengembangan Koleksi mencakup: a. Kajian pengguna

b. Penyusunandan/atau revisi kebijakan pengembangan koleksi c. Seleksi bahan perpustakaan

2. Pengolahan Bahan Perpustakaan mencakup: a. Katalogisasi

b. Klasifikasi

3. Pelayanan Pengguna mencakup: a. Layanan sirkulasi

b. Layanan referensi

(1) Penelusuran informasi (repackaging information, path-finder)

(2) Diseminasi informasi (informasi kilat, diseminasi informasi terseleksi) (3) Literasi informasi/pendidikan pemustaka

(4) Promosi. 4. Pengembangan Sistem

Pengembangan sistem perpustakaan mencakup prestasi pustakawan dalam bidang:

a. Pengembangan sistem otomasi perpustakaan atau perpustakaan digital. b. Pengembangan sistem administrasi.


(7)

11 5. Karya Tulis

Karya tulis mencakup seluruh karya pustakawan dalam bidang kepustakawanan dan/atau Ilmu Perpustakaan/Informasi/Dokumentasi yang dapat berupafotokopi dari:

a. Artikel yang dipublikasikan dalam jurnal terakreditasiin ternasional b. Buku yang diterbitkan dengan ISBN(cukup halaman judul dan verso). c. Bagian dari buku (book chapter) disertai halaman judul dan verso. d. Artikel yang dipublikasikan dalam jurnal terakreditasi nasional.

e. Makalah yang dipresentasikan dalam seminar atau konferensi internasionalnasional/lokal

f. Tulisan yang dimuat dalam media massa internasional/nasional/lokal.

g. Tulisan yang diunggah dalam repositori online dengan menyertakan alamat web institusi.

h. Peserta yang lolos seleksi 15 (lima belas) finalis tingkat nasional wajib membawa bukti asli dari karya tulis, jurnal, dan buku.

6. Pengabdian Kepada Masyarakat Prestasi kerja pustakawan dalam bidang kepustakawanan berupa partisipasi dan/atau keterlibatan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat, misal: penyuluhan perpustakaan, bantuan pengelolaan perpustakaan dan sebagainya yang dilakukan dengan suka rela. Prestasi pustakawan dalam hal tupoksi yang akan dinilai harus terkait minimal kepada salah satu unsur (a,b,c, d, e dan seterusnya) dari 6 komponen penliaian yang diuraikan di atas, akan tetapi tidak harus mutlak mencakup seluruh unsur dan seluruh komponen penilaian. Data prestasi yang dinilai adalah data prestasi dalam 3 (tiga) tahun terakhir. Data prestasi mengenai tupoksi pustakawan (butir 1 s.d 6) . 2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja karyawan di setiap organisasi sangat berbeda-beda. Para pemimpin organisasi sangat menyadari adanya perbedaan antara satu karyawan dengan karyawan yang lain, meskipun para karyawan tersebut berada ditempat yang sama produktifitas kerjanya tidaklah sama, maka dari itu kinerja individu setiap karyawan akan dapat tercapai apabila didukung dengan dengan upaya bekerja dan didukung oleh organisasinya. Oleh karena itu dalam pencapaian kinerja dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Menurut Davis dalam Mangkunegara (2006:13) Kinerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:


(8)

12 1. Faktor Kemampuan (Ability)

Secara psikologis, Kemampuan (Ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge + skill). Yang maksudnya pimpinan dan karyawan harus memiliki IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatanya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.

2. Faktor Motivasi (Motivation)

Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.

Sedangkan menurut Timple dalam Mangkunegara (2006: 15) kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu :

1. Faktor Internal

Faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang seperti kemampuanya dan upayanya dalam bekerja.

2. Faktor Eksternal

Faktor yang mempengaruhi kinerja sesorang yang berasal dari lingkungan seperti prilaku, sikap dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim prilaku. Menurut Soeprihanto (2000: 126) Menyatakan bahwa, “ Faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah bakat, pendidikan, pelatihan, lingkungan dan fasilitas, iklim kerja, motivasi dan kemampuan hubungan industrial, teknologi, manajemen, kesempatan berprestasi dan lain sebagainya”.Menurut Simamora dalam Mangkunegara (2006: 14) menyatakan bahwa kinerja (performance) dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

a. Faktor Individual yang terdiri dari : 1. Kemampuan dan keahlian 2. Latar belakang

3. Demografi

b. Faktor Psikologis yang terdiri dari : 1. Persepsi

2. Attitude 3. Personality 4. Pembelajaran 5. Motivasi

c. Faktor Organisasi yang terdiri dari : 1. Sumber daya

2. Kepemimpinan 3. Penghargaan 4. Struktur 5. Job Design

Dari uraian di atas maka disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja disebabkan oleh faktor individual, faktor psikologis dan faktor yang ada di organisasi.


(9)

13 2.2.3 Aspek-Aspek Standar kinerja

Dalam penentuan kinerja karyawan dapat dilihat dari beberapa aspek. Menurut Mangkunegara (2006: 18) aspek-aspek standard pekerjaan terdiri dari :

Aspek kuantitatif meliputi :

1. Proses kerja dan kondisi pekerjaan.

2. Waktu yang digunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan. 3. Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan.

4. Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam pekerjaan. Aspek kualitatif meliputi :

1. Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan. 2. Tingkat kemampuan dalam bekerja.

3. Kemampuan Menganalisis data informasi, kemampuan / kegagalan menggunakan mesin / peralatan.

4. Kemampuan Mengevaluasi (keluhan keberatan konsumen).

Menurut Husein dalam Mangkunegara (2006: 18) membagi aspek-aspek kinerja sebagai berikut :

1. Mutu Pekerjaan, 2. Kejujuran karyawan, 3. Inisiatif,

4. Kehadiran, 5. Sikap, 6. Kerjasama, 7. Keandalan,

8. Pengetahuan tentang pekerjaan, 9. Tanggung Jawab,

10.Pemanfaatan waktu kerja.

Sedangkan menurut Hasibuan yang dikutip Mangkunegara (2006: 17) mengemukakan aspek-aspek yang dinilai kinerja yang mencakup sebagai berikut :

1. Kesetiaan, 2. Hasil kerja, 3. Kejujuran, 4. Kedisiplinan, 5. Kreativitas, 6. Kerjasama, 7. Kepemimipinan, 8. Kepribadian, 9. Prakarsa,

10. Kecakapan, dan tanggung jawab.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek kinerja merupakan kemampuan karyawan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dan mengevaluasi


(10)

14

pekerjaan, serta kemampuan dalam bekerjasama dengan karyawan lain dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

2.2.4 Langkah-langkah Peningkatan Kinerja

Kinerja karyawan dapat ditingkatkan bila organisasi dalam suatu instansi mampu menciptakan iklim dan suasana yang kondusif serta menyusun pembagian kerja yang jelas. Menurut Mangkunegara (2006: 22) dalam rangka peningkatan kinerja, paling tidak terdapat tujuh langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja.

Dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu :

a. Mengidentifikasikan masalah melalui data daan informasi yang dikumpulkan terus-menerus mengenai fungsi-fungsi bisnis.

b. Mengidentifikasikan masalah melalui karyawan c. Memperhatikan masalah yang ada.

2. Mengenai kekurangan dan tingkat keseriusan. Untuk memperbaiki masalah tersebut, diperlukan beberapa informasi, antara lain:

a. Mengidentifikasikan masalah

b. Menentukan tingkat kesetiusan masalah

3.Mengidentifikasikan hal-hal yang mungkin menjadi penyebab kekurangan, baik yang berhubungan dengan sistem maupun yang berhubungan dengan pegawai itu sendiri.

4.Mengembangkan rencana tindakan untuk menanggulangi penyebab kekurangan tersebut.

5. Melakukan rencana tindakan tersebut

6. Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau belum 7. Mulai dari awal, apabila perlu.

Sedangkan menurut Bacal yang dikutip Mangkunegara (2006: 23) menyatakan bahwa ada 24 (dua puluh empat) point dalam peningkatan kinerja karyawan sebagai berikut :

1. Membuat pola pikir yang modern 2. Kenali manfaat

3. Kelola kinerja

4. Bekerjalah bersama karyawan

5. Rencana secara tepat dengan sasaran jelas 6. Satukan sasaran karyawan

7. Tentukan insentif kinerja

8. Jadilah orang yang mudah ditemui 9. Berfokuslah pada komunikasi 10. Lakukan tatap muka

11. Hindarkan resiko pemeringkatan 12. Jangan lakukan Penggolongan 13. Persiapkan penilaian


(11)

15 15. kenali sebab

16. Akui keberhasilan

17. Gunakan komunikasi yang kooperatif 18. Berfokuslah pada perilaku dan hasil 19. Perjelas kinerja

20. Perlakuan konflik dengan apik 21. Gunakan disiplin bertahap 22. Kinerja dokumen

23. Kembangkan karyawan 24. Tingkatkan terus sistem kerja.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam peningkatan kinerja ada langkah-langkah yang harus dilakukan seperti melakukan identifikasi terhadap permasalahan yang dihadapi setiap karyawan dan mengevaluasi masalah tersebut.

2.2.5 Penilaian Kinerja.

Penilaian kinerja merupakan proses yang dilakukan setiap organisasi dalam melihat sejauh mana tingkat keberhasilan pekerjaan yang dilakukan dari setiap pekerja. Penilaian kinerja juga dapat menciptakan, memelihara suatu iklim dan suasana yang baik di organisasi. Robbins (2001: 56) menyatakan bahwa, yang dapat melakukan penilaian adalah :

1) atasan langsung, 2) rekan kerja, 3) evaluasi diri,

4) bawahan langsung, dan

5) pendekatan menyeluruh : evaluasi 360 derajat

Rivai (2005: 66) menyatakan bahwa : Penilaian kinerja adalah suatu proses untuk penetapan pemahaman bersama tentang apa yang akan dicapai , dan suatu pendekatan untuk mengelola dan megembangkan orang dengan cara peningkatan dimana peningkatan tersebut itu akan dapat dicapai di dalam waktu yang singkat ataupun lama.

Sedangkan menurut Methis dan Jackson (2002: 67) Penilaian kinerja dapat dilaksanakan oleh setiap siapa saja yang paham benar tetang penilaian karyawan secara individual. Kemungkinannya antara lain adalah :

1. para atasan menilai karyawanya, 2. karyawan yang menilai atasanya,

3. anggota kelompok yang menilai satu sama lain, 4. sumber-sumber dari luar,

5. penilaian karyawan sendiri, dan 6. penilaian dengan multi sumber (360).


(12)

16

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja merupakan penetapan peningkatan kinerja yang akan dicapai dalam waktu singkat atau lama dan penilaian kinerja dilakukan oleh atasan langsung atau rekan kerja yang ada dilingkungan organisasi

2.3 Pustakawan

Pengertian pustakawan seperti yang dikatakan oleh organisasi Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) dan dicantumkan dalam Bab 1 Kode Etik Pustakawan Indonesia, adalah “seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan.” Pustakawan adalah profesi, maka untuk menjadi pustakawan perlu kriteria tertentu yang berkaitan dengan bidang tugas yang akan dikerjakan. Pustakawan merupakan petugas perpustakaan yang memegang peranan penting dalam penyelenggaraan perpustakaan dan juga merupakan faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya pelayanan yang ada di perpustakaan.

Menurut Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) dalam kode etik yang dikutip Hermawan dan Zen (2006: 3) Menyatakan bahwa: “Pustakawan adalah seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan”. Sedangkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.132/M.PAN/12/2002 (2006: 5) menyatakan bahwa, “Pustakawan adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana penyelenggara tugas utama kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi pada instansi pemerintah”.

Berdasarkan ketiga uraian di atas maka disimpulkan bahwa pengertian pustakawan adalah Seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berijazah dibidang ilmu perpustakaan yang melaksanakan tugas atau kegiatan di unit-unit yang ada perpustakaan.

Kemudian menurut Panji Amoraga, 2002. Seorang professional harus mempunyai ciri sebagai berikut:


(13)

17

a. Berusaha mengejar kesempurnaan hasil sehingga dituntut selalu mencari peningkatan mutu.

b. Memiliki kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan.

c. Memiliki ketekunan dan ketabahan yaitu sifat tidak puas atau putus asa sampai hasil tercapai.

d. Mempunyai integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh keadaan terpaksa atau godaan iman seperti harta atau kenikmatan hidup.

e. Memiliki kebulatan pikiran dan perbutan sehingga terjaga efektifitas kerja.

Jadi pustakawan sebagai professional perlu juga memiliki kelima ciri tersebut. Apabila ada yang tidak dimiliki maka dia tidak akan efektif dalam melaksanakan tugasnya, memajukan dan mengembangkan sebuah perpustakaan. Perpustakaan yang baik dapat diukur dari keberhasilannya dalam menyajikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat. Semakin baik pelayanannya, semakin tinggi penghargaan yang diberikan kepada sebuah perpustakaan, lengkapnya fasilitas yang ada, besarnya dana yang disediakan, serta banyaknya tenaga pustakawan, tidak berarti apa-apa apabila perpustakaan tersebut tidak mampu menyediakan pelayanan yang bermutu.

Menurut Tizan Herman dan Kianta (dalam Fatimah, 2001: 27). Mutu pelayanan dapat dispesifikasikan sebagai berikut:

1. Kinerja pelayanan dapat diandalkan dan akurat sehingga tingkat kesalahan dapat diperkecil (reliabilitas)

2. Pustakawan mampu memberikan jawaban kepada setiap permintaan dalam waktu relatif singkat (responsive)

3. Setiap pustakawan bersikap sopan, hormat dan ramah serta mampu berkomunikasi dengan pemakai

4. Pustakawan harus mampu menciptakan pelayanan yang memiliki kredibilitas yang tinggi

5. Pelayanan harus dapat menjamin keselamatan fisik, keuangan dan bahan-bahan lain yang dianggap rahasia

6. Pustakawan harus mampu memahami menggali dan mengidentifikasi pemakai, dan

7. Ruangan dan peralatan harus nyaman dan tertata dengan baik (tangible).

2.3.1 Kompetensi Pustakawan.

Dalam menghadapi era globalisasi pustakawan harus memiliki kompetensi dalam menjalankan profesinya secara profesional dengan kata lain seorang pustakawan harus memiliki kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan, sikap, nilai, perilaku serta karakteristik pustakawan untuk melaksanakan pekerjaan dalam memberikan layanan pengguna. Dengan adanya kompetensi yang dimiliki pustakawan akan menjamin terwujudnya layanan yang bermutu.


(14)

18

Dewiyana (2006: 22) menyatakan bahwa “Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, atau karakteristik yang berhubungan dengan tingkat kinerja suatu pekerjaan seperti pemecahan masalah, pemikiran analitik atau kepemimpinan”. Sedangkan menurut Utomo yang dikutip Hermawan dan Zen (2006: 174) menyatakan bahwa: “Kompetensi adalah kemampuan, pengetahuan dan keterampilan, sikap, nilai, prilaku, dan karakteristik sesorang yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu dengan tingkat kesuksesan secara optimal”.

Berdasarkan hasil diskusi Komisi II yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional RI dalam Hermawan dan Zen (2006: 174) menyatakan bahwa: Kompetensi secara umum adalah kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan, sikap, nilai prilaku, serta karakteristik pustakawan, yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan secara optimal.

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan kompetensi pustakawan adalah pengetahuan, kemampuan serta karakteristik yang berhubungan dengan tingkat kinerja dalam melakukan pekerjaan yang ada di perpustakaan. Kompetensi pustakawan dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme sebagai pelayan informasi sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan pengguna jasa perpustakaan. Dalam meningkatkan profesionalisme pustakawan ada yang harus diperhatikan dalam peningkatan kompetensi pustakawan. Menurut Hermawan dan Zen (2006: 176), komponen yang harus di perhatikan dalam peningkatan kompetensi pustakawan yaitu :

1.Penguasaan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan, serta integritas pustakawan

2. Kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan pustakawan 3. Kesesuaian dan persyaratan penempatan kerja pustakawan 4. Pengakuan dan jaminan formal pustakawan kepada masyarakat

5. Standart kinerja (kualitas dan kuantitas) yang harus dicapai pustakawan

6. Sarana dan prasarana untuk peningkatan yang harus dicapai seorang pustakawan ( pendidikan formal dan non formal)

7. Perangkat organisasi kompetensi pustakawan.

Dengan adanya komponen-komponen tersebut diharapkan pustakawan mampu meningkatakan kinerja dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas sebagai seorang pustakawan yang professional.


(15)

19 2.3.2 Jabatan Fungsional

Menteri Pendayagunaan dan Aparatur Negara No.132/ MENPAN/12/2002 (2006: 5) menyatakan bahwa Jabatan fungsional pustakawan adalah jabatan karier yang hanya dapat diduduki oleh seorang yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil. Menurut Supriyanto (2006: 323) Menyatakan bahwa jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan adalah Sebagai berikut :

1. Jabatan fungsional keahlian adalah jabatan fungsional kualifikasi profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keahlianya.

2. Jabatan fungsional keterampilan adalah kualifikasi teknisi atau penunjang profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan pengetahuan teknis di satu bidang ilmu pengetahuan atau lebih.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jabatan fungsional adalah jabatan atau kedudukan seorang pegawai negeri sipil (PNS) yang menunjukkan tugas dan tanggung jawab di satuan organisasinya yang dalam pelaksanaanya didasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu. Jabatan fungsional terdiri dari jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan. Berdasarkan pengetahuan dan tingkat pendidikan pustakawan maka jabatan fungsional pustakawan terdiri dari pustakawan tingkat terampil dan tingkat ahli. Dalam Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Dan Aparatur Negara No.132/M.PAN/12/2002 (2006: 3) menyatakan bahwa:

1. Pustakawan tingkat terampil adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk pengangkatan pertama kali serendah-rendanhnya diploma II perpustakaan, dokumentasi dan informasi atau diploma bidang lain yang disetarakan

2. Pustakawan tingkat ahli adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk pengangkatan pertama kali serendah-rendahnya sarjana perpustakan, dokumentasi dan informasi atau sarjana bidang lain yang disetarakan.

Dalam pengangkatan pustakawan menjadi jabatan fungsional ada persyaratan yang harus dipenuhi. Dalam buku jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya (2006: 28) Persyaratan yang harus dipenuhi pustakawan adalah : 1. Persyaratan untuk dapat diangkat dalam jabatan pustakawan tingkat terampil, adalah;

a. Berijazah serendah-rendahnya diploma II perpustakaan, dokumentasi, dan informasi atau diploma di bidang lain;

b. Bagi diploma bidang lain harus mengikuti pelatihan kepustakawanan dengan kualifikasi yang ditentukan oleh perpustakaan Nasional RI;

c. Serendah-rendahnya menduduki pangkat pengatur muda tingkat I, golongan ruang II/b;


(16)

20

d. Bertugas pada unit perpustakan, dokumentasi dan informasi sekurang-kurangnya selama 2 (dua) tahun berturut-turut;

e. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP-3), sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.

2. Untuk dapat diangkat dalam jabatan pustakawan tingkat ahli, adalah :

a. Serendah-rendahnya berijazah sarjana (S1) perpustakaan, dokumentasi, dan informasi atau sarjana bidang lain;

b. Bagi sarjana bidang lain harus mengikuti pelatihan kepustakawanan dengan kualifikasi yang ditentukan oleh perpustakaan Nasional RI;

c. Serendah-rendahnya menduduki pangkat penata muda, golongan ruang III/a; d. Bertugas pada unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi

sekurang-kurangnya selama 2 (Dua) tahun berturut-turut;

e. Setiap unsur penilain pelaksana pekerjaan (DP-3), sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1(satu) tahun terakhir.

Setelah pustakawan memenuhi persyaratan dalam pengangkatan sebagai jabatan fungsional, maka langkah selanjutnya dilakukan penempatan pustakawan sesuai dengan jenjang jabatan dan pangkat pustakawan. Jabatan fungsional pustakawan mempunyai jenjang jabatan berdasarkan penilaian terhadap bobot jabatan fungsional,

Menurut Supriyanto (2006: 323) menyatakan bahwa Jabatan Fungsional mempunyai jenjang jabatan sebagai berikut:

1. Jenjang jabatan fungsional keahlian :

a. Jenjang utama yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis yang mensyaratkan kulifikasi profesional tingkat tertinggi, dengan kepangkatan dari pembina utama madya (IV/d) s/d pembina utama (IV/e).

b. Jenjang madya yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis sektoral yang mensyaratkan kualifikasi professional tingkat tinggi, dengan kepangkatan mulai dari pembina (IV/a) s/d pembina utama muda (IV/c).

c. Jenjang muda yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat taktis oprasional yang mensyaratkan kulaifikasi profesional tingkat lanjutan, dengan kepangkatan mulai dari penata (III/c) s/d (III/d).

d. Jenjang pertama yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat oprasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat dasar, dengan kepangkatan mulai dari penata muda (III/a) s/d penata muda tingkat I (III/b).

2. Jenjang jabatan fungsional keterampilan :

a. Jenjang penyelia yaitu jenjang jabatan fungsional keterampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pembimbing, pengawas, dan penilai pelaksanaan pekerjaan pejabat fugsional tingkat dibawahnya yang mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis oprasional penunjang beberapa cabang ilmu pengetahuan tertentu, dengan kepangkatan dari penata (III/c) s/d Penata tingkat I(III/d).

b. Jenjang pelaksanaan lanjutan yaitu jenjang jabatan fungsional keterampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana tingkat lanjutan dan


(17)

21

mensyaratkan pengetahuan dan pengakaman teknisi opersional penunjang yang didasari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu, dengan kepangkatan mulai dari penata muda (III/a) s/d Penata muda tingkat I (III/b). c. Jenjang pelaksana yaitu jenjang jabatan fungsional keterampilan yang tugas

dan fungsi utamanya sebgai pelaksana dan mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang yang didasari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu, dengan kepangkatan mulai dari peñata (II/b) s/d (II/d).


(1)

16

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja merupakan penetapan peningkatan kinerja yang akan dicapai dalam waktu singkat atau lama dan penilaian kinerja dilakukan oleh atasan langsung atau rekan kerja yang ada dilingkungan organisasi

2.3 Pustakawan

Pengertian pustakawan seperti yang dikatakan oleh organisasi Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) dan dicantumkan dalam Bab 1 Kode Etik Pustakawan Indonesia, adalah “seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan.” Pustakawan adalah profesi, maka untuk menjadi pustakawan perlu kriteria tertentu yang berkaitan dengan bidang tugas yang akan dikerjakan. Pustakawan merupakan petugas perpustakaan yang memegang peranan penting dalam penyelenggaraan perpustakaan dan juga merupakan faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya pelayanan yang ada di perpustakaan.

Menurut Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) dalam kode etik yang dikutip Hermawan dan Zen (2006: 3) Menyatakan bahwa: “Pustakawan adalah seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan”. Sedangkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.132/M.PAN/12/2002 (2006: 5) menyatakan bahwa, “Pustakawan adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana penyelenggara tugas utama kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi pada instansi pemerintah”.

Berdasarkan ketiga uraian di atas maka disimpulkan bahwa pengertian pustakawan adalah Seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berijazah dibidang ilmu perpustakaan yang melaksanakan tugas atau kegiatan di unit-unit yang ada perpustakaan.

Kemudian menurut Panji Amoraga, 2002. Seorang professional harus mempunyai ciri sebagai berikut:


(2)

17

a. Berusaha mengejar kesempurnaan hasil sehingga dituntut selalu mencari peningkatan mutu.

b. Memiliki kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan.

c. Memiliki ketekunan dan ketabahan yaitu sifat tidak puas atau putus asa sampai hasil tercapai.

d. Mempunyai integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh keadaan terpaksa atau godaan iman seperti harta atau kenikmatan hidup.

e. Memiliki kebulatan pikiran dan perbutan sehingga terjaga efektifitas kerja.

Jadi pustakawan sebagai professional perlu juga memiliki kelima ciri tersebut. Apabila ada yang tidak dimiliki maka dia tidak akan efektif dalam melaksanakan tugasnya, memajukan dan mengembangkan sebuah perpustakaan. Perpustakaan yang baik dapat diukur dari keberhasilannya dalam menyajikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat. Semakin baik pelayanannya, semakin tinggi penghargaan yang diberikan kepada sebuah perpustakaan, lengkapnya fasilitas yang ada, besarnya dana yang disediakan, serta banyaknya tenaga pustakawan, tidak berarti apa-apa apabila perpustakaan tersebut tidak mampu menyediakan pelayanan yang bermutu.

Menurut Tizan Herman dan Kianta (dalam Fatimah, 2001: 27). Mutu pelayanan dapat dispesifikasikan sebagai berikut:

1. Kinerja pelayanan dapat diandalkan dan akurat sehingga tingkat kesalahan dapat diperkecil (reliabilitas)

2. Pustakawan mampu memberikan jawaban kepada setiap permintaan dalam waktu relatif singkat (responsive)

3. Setiap pustakawan bersikap sopan, hormat dan ramah serta mampu berkomunikasi dengan pemakai

4. Pustakawan harus mampu menciptakan pelayanan yang memiliki kredibilitas yang tinggi

5. Pelayanan harus dapat menjamin keselamatan fisik, keuangan dan bahan-bahan lain yang dianggap rahasia

6. Pustakawan harus mampu memahami menggali dan mengidentifikasi pemakai, dan

7. Ruangan dan peralatan harus nyaman dan tertata dengan baik (tangible).

2.3.1 Kompetensi Pustakawan.

Dalam menghadapi era globalisasi pustakawan harus memiliki kompetensi dalam menjalankan profesinya secara profesional dengan kata lain seorang pustakawan harus memiliki kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan, sikap, nilai, perilaku serta karakteristik pustakawan untuk melaksanakan pekerjaan dalam memberikan layanan pengguna. Dengan adanya kompetensi yang dimiliki pustakawan akan menjamin terwujudnya layanan yang bermutu.


(3)

18

Dewiyana (2006: 22) menyatakan bahwa “Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, atau karakteristik yang berhubungan dengan tingkat kinerja suatu pekerjaan seperti pemecahan masalah, pemikiran analitik atau kepemimpinan”. Sedangkan menurut Utomo yang dikutip Hermawan dan Zen (2006: 174) menyatakan bahwa: “Kompetensi adalah kemampuan, pengetahuan dan keterampilan, sikap, nilai, prilaku, dan karakteristik sesorang yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu dengan tingkat kesuksesan secara optimal”.

Berdasarkan hasil diskusi Komisi II yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional RI dalam Hermawan dan Zen (2006: 174) menyatakan bahwa: Kompetensi secara umum adalah kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan, sikap, nilai prilaku, serta karakteristik pustakawan, yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan secara optimal.

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan kompetensi pustakawan adalah pengetahuan, kemampuan serta karakteristik yang berhubungan dengan tingkat kinerja dalam melakukan pekerjaan yang ada di perpustakaan. Kompetensi pustakawan dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme sebagai pelayan informasi sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan pengguna jasa perpustakaan. Dalam meningkatkan profesionalisme pustakawan ada yang harus diperhatikan dalam peningkatan kompetensi pustakawan. Menurut Hermawan dan Zen (2006: 176), komponen yang harus di perhatikan dalam peningkatan kompetensi pustakawan yaitu :

1.Penguasaan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan, serta integritas pustakawan

2. Kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan pustakawan 3. Kesesuaian dan persyaratan penempatan kerja pustakawan 4. Pengakuan dan jaminan formal pustakawan kepada masyarakat

5. Standart kinerja (kualitas dan kuantitas) yang harus dicapai pustakawan

6. Sarana dan prasarana untuk peningkatan yang harus dicapai seorang pustakawan ( pendidikan formal dan non formal)

7. Perangkat organisasi kompetensi pustakawan.

Dengan adanya komponen-komponen tersebut diharapkan pustakawan mampu meningkatakan kinerja dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas sebagai seorang pustakawan yang professional.


(4)

19 2.3.2 Jabatan Fungsional

Menteri Pendayagunaan dan Aparatur Negara No.132/ MENPAN/12/2002 (2006: 5) menyatakan bahwa Jabatan fungsional pustakawan adalah jabatan karier yang hanya dapat diduduki oleh seorang yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil. Menurut Supriyanto (2006: 323) Menyatakan bahwa jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan adalah Sebagai berikut :

1. Jabatan fungsional keahlian adalah jabatan fungsional kualifikasi profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keahlianya.

2. Jabatan fungsional keterampilan adalah kualifikasi teknisi atau penunjang profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan pengetahuan teknis di satu bidang ilmu pengetahuan atau lebih.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jabatan fungsional adalah jabatan atau kedudukan seorang pegawai negeri sipil (PNS) yang menunjukkan tugas dan tanggung jawab di satuan organisasinya yang dalam pelaksanaanya didasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu. Jabatan fungsional terdiri dari jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan. Berdasarkan pengetahuan dan tingkat pendidikan pustakawan maka jabatan fungsional pustakawan terdiri dari pustakawan tingkat terampil dan tingkat ahli. Dalam Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Dan Aparatur Negara No.132/M.PAN/12/2002 (2006: 3) menyatakan bahwa:

1. Pustakawan tingkat terampil adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk pengangkatan pertama kali serendah-rendanhnya diploma II perpustakaan, dokumentasi dan informasi atau diploma bidang lain yang disetarakan

2. Pustakawan tingkat ahli adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk pengangkatan pertama kali serendah-rendahnya sarjana perpustakan, dokumentasi dan informasi atau sarjana bidang lain yang disetarakan.

Dalam pengangkatan pustakawan menjadi jabatan fungsional ada persyaratan yang harus dipenuhi. Dalam buku jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya (2006: 28) Persyaratan yang harus dipenuhi pustakawan adalah : 1. Persyaratan untuk dapat diangkat dalam jabatan pustakawan tingkat terampil, adalah;

a. Berijazah serendah-rendahnya diploma II perpustakaan, dokumentasi, dan informasi atau diploma di bidang lain;

b. Bagi diploma bidang lain harus mengikuti pelatihan kepustakawanan dengan kualifikasi yang ditentukan oleh perpustakaan Nasional RI;

c. Serendah-rendahnya menduduki pangkat pengatur muda tingkat I, golongan ruang II/b;


(5)

20

d. Bertugas pada unit perpustakan, dokumentasi dan informasi sekurang-kurangnya selama 2 (dua) tahun berturut-turut;

e. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP-3), sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.

2. Untuk dapat diangkat dalam jabatan pustakawan tingkat ahli, adalah :

a. Serendah-rendahnya berijazah sarjana (S1) perpustakaan, dokumentasi, dan informasi atau sarjana bidang lain;

b. Bagi sarjana bidang lain harus mengikuti pelatihan kepustakawanan dengan kualifikasi yang ditentukan oleh perpustakaan Nasional RI;

c. Serendah-rendahnya menduduki pangkat penata muda, golongan ruang III/a; d. Bertugas pada unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi

sekurang-kurangnya selama 2 (Dua) tahun berturut-turut;

e. Setiap unsur penilain pelaksana pekerjaan (DP-3), sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1(satu) tahun terakhir.

Setelah pustakawan memenuhi persyaratan dalam pengangkatan sebagai jabatan fungsional, maka langkah selanjutnya dilakukan penempatan pustakawan sesuai dengan jenjang jabatan dan pangkat pustakawan. Jabatan fungsional pustakawan mempunyai jenjang jabatan berdasarkan penilaian terhadap bobot jabatan fungsional,

Menurut Supriyanto (2006: 323) menyatakan bahwa Jabatan Fungsional mempunyai jenjang jabatan sebagai berikut:

1. Jenjang jabatan fungsional keahlian :

a. Jenjang utama yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis yang mensyaratkan kulifikasi profesional tingkat tertinggi, dengan kepangkatan dari pembina utama madya (IV/d) s/d pembina utama (IV/e).

b. Jenjang madya yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis sektoral yang mensyaratkan kualifikasi professional tingkat tinggi, dengan kepangkatan mulai dari pembina (IV/a) s/d pembina utama muda (IV/c).

c. Jenjang muda yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat taktis oprasional yang mensyaratkan kulaifikasi profesional tingkat lanjutan, dengan kepangkatan mulai dari penata (III/c) s/d (III/d).

d. Jenjang pertama yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat oprasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat dasar, dengan kepangkatan mulai dari penata muda (III/a) s/d penata muda tingkat I (III/b).

2. Jenjang jabatan fungsional keterampilan :

a. Jenjang penyelia yaitu jenjang jabatan fungsional keterampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pembimbing, pengawas, dan penilai pelaksanaan pekerjaan pejabat fugsional tingkat dibawahnya yang mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis oprasional penunjang beberapa cabang ilmu pengetahuan tertentu, dengan kepangkatan dari penata (III/c) s/d Penata tingkat I(III/d).

b. Jenjang pelaksanaan lanjutan yaitu jenjang jabatan fungsional keterampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana tingkat lanjutan dan


(6)

21

mensyaratkan pengetahuan dan pengakaman teknisi opersional penunjang yang didasari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu, dengan kepangkatan mulai dari penata muda (III/a) s/d Penata muda tingkat I (III/b). c. Jenjang pelaksana yaitu jenjang jabatan fungsional keterampilan yang tugas

dan fungsi utamanya sebgai pelaksana dan mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang yang didasari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu, dengan kepangkatan mulai dari peñata (II/b) s/d (II/d).