Kajian Yuridis terhadap Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Bidang Jasa Pariwisata di Indonesia dalam Perspektif Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

BAB II
KONSEKUENSI YURIDIS BERLAKUNYA KERANGKA MASYARAKAT
EKONOMI ASEAN TERHADAP INDONESIA
A. Sejarah

Terbentuknya

Masyaraat

Ekonomi

ASEAN

dan

Perkembangannya
Sejak dulu, secara geo politik dan geo ekonomi, kawasan Asia Tenggara
memiliki nilai yang sangat strategis. Namun sebelum ASEAN didirikan, berbagai
konflik kepentingan juga pernah terjadi diantara sesama negara-negara Asia
Tenggara seperti “konfrontasi” antara Indonesia dan Malaysia, klaim teritorial
antara Malaysia dan Filipina mengenai Sabah, seperta berpisahnya Singapura dari

Federasi Malaysia. Dilatarbelakangi oleh hal itu, negara-negara Asia Tenggara
menyadari perlunya dibentuk kerjasama untuk meredakan rasa saling curiga dan
mebangun rasa saling percaya, serta mendorong kerjasama pembangunan
kawasan. 38
Sebelum

ASEAN terbentuk,

negara-negara

Asia Tenggara telah

melakukan berbagai upaya untuk menggalang kerjasama regional baik yang
bersifat intra maupun ekstra kawasan seperti Association of South East Asia
(ASA), Malaysia, Phillipina, Indonesia (MAPHILINDO), South East Asian
Ministers of Education Organization (SEAMEO), South East Asia Treaty
Organization (SEATO) dan Asia and Pacific Council (ASPAC). Namun

38


Departemen Perdagangan Republik Indonesia, “Menuju ASEAN Economic Community
2015”, hlm. 1

22

Universitas Sumatera Utara

23

organisasi-organisasi tersebut dianggap kurang memadai untuk meningkatkan
integrasi kawasan.

39

Untuk mengatasi perseteruan yang sering terjadi di antara negara-negara
Asia Tenggara dan membentuk kerjasama regional yang lebih kokoh, maka lima
Menteri Luar Negeri yang berasal dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura
dan Thailand mengadakan pertemuan di Bangkok pada bulan Agustus 1967 yang
kemudian dikenal sebagai Deklarasi Bangkok 40, menghasilkan rancangan Joint
Declaration yang pada intinya mengatur tentang kerjasama regional di kawasan

tersebut. Sebagai puncak dari pertemuan tersebut, maka pada tanggal 8 Agustus
1967 ditandatangani Deklarasi ASEAN atau dikenal sebagai Deklarasi Bangkok
tersebut oleh Waki Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Malaysia
dan para Menteri Luar Negeri dari Indonesia, Filipina, Singapura dan Thailan.
Brunei Darussalam kemudian bergabung pada tanggal 8 januari 1984, Vietnam
tanggal 28 juli 1995, Laos dan Myanmar pada tanggal 23 Juli 1997, dan Kamboja
pada tanggal 30 April 1999. 41
Tujuan dibentuknya ASEAN seperti yang tercantum dalam Deklarasi
Bangkok adalah untuk: 42
1. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi kemajuan sosial serta
pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam
semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan
39

Ibid.
Luhulima, Dewi Fortuna Anwar dkk. op.cit. hlm. 4
41
Ibid. hlm.2
42
Departemen Perdagangan Republik Indonesia, op.cit. hlm. 3


40

Universitas Sumatera Utara

24

sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan
damai;
2. Untuk meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan
menghormati keadilan dan tertib hukum didalam hubungan antara
negaranegara dikawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB);
3. Untuk meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam
masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang
ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi;
4. Untuk saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan
dan penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, profesi, teknik, dan
administrasi;
5. Untuk bekerjasama dengan lebih efektif guna peningkatan pemanfaatan

pertanian dan industri mereka, perluasan perdagangan dan pengkajian
masalah-masalah

komoditi

internasional.

Perbaikan

sarana-sarana

pengangkutan dan komunikasi serta peningkatan taraf hidup rakyatrakyat mereka;
6. Untuk memajukan pengkajian mengenai Asia Tenggara;

7. Memelihara kerja sama yang erat dan berguna dengan berbagai
organisasi internasional dan regional yang mempunyai tujuan serupa, dan
untuk menjajagi segala kemungkinan untuk saling bekerjasama secara
erat diantara mereka sendiri.

Universitas Sumatera Utara


25

Dengan berjalannya waktu dan dalam rangka menghadapi berbagai
tantangan kerja sama regional- termasuk krisis ekonomi di 1997- para pimpinan
negara pada 7 oktober 2003, melalui Declaration of ASEAN concord II (Bali
Concord II) yang dihasilkan pada Pertemuan Puncak ASEAN ke-9, di Bali. 43Para
pemimpin ASEAN kembali memformulasikan “ASEAN Vision 2020” di Kuala
Lumpur pada 15 Desember 2007. 44 Angka 2020 adalah sama dengan batas akhir
tradisi menuju globalisasi ekonomi yang saat itu akan ditandai dengan kebebasan
arus barang,jasa, dan orang pada skala dunia. Pada saat itu, masyarakat di ASEAN
diharapkan bisa saling membantu dan menyatu menghadapi persaingan global
yang diduga akan sangat dasyat dampaknya. 45
Rencana jangka panjang tersebut menghasilkan pembentukan Komunitas
ASEAN (ASEAN community) yang terdiri atas tiga pilar. 46yakni Komunitas
Keamanan ASEAN (ASEAN security Community-ASC), Komunitas Ekonomi
ASEAN ( ASEAN Economy Community-AEC), Komunitas Sosial-Budaya
ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community-ASCC) 47
Berbagai dokumen resmi yang dikeluarkan ASEAN menunjukkan
Komunitas ASEAN yang terdiri dari tiga pilar diusung menjadi paradigma baru


43

Faizal Malik, ”Latar Belakang terbentuknya MEA atau AEC 2015”,
http://www.academia.edu/9601085/LATAR_BELAKANG_TERBENTUKNYA_MEA_ATAU_A
EC_2015, diakses pada 2 Agustus 2017 pukul 10:21
44
Sjamsul Arifin,Rizal A. Djaafara dkk.op.cit. hlm.1
45
CPF, Luhulima, Dewi Fortuna Anwar dkk.op.cit. hlm. 5
46
ibid. hlm.5
47
Sjamsul Arifin,Rizal A. Djaafara dkk.op.cit. hlm.2

Universitas Sumatera Utara

26

untuk membangun kawasan baru yang lebih maju searah tuntutan perubahan

dimasa mendatang dengan mewujudkan: 48
1. Dalam konteks komunitas ekonomi, ingin dicapai visi ASEAN 2020
yang akan menjadi pasar tunggal dan basis produksi, dimana akan ada
aliran barang,jasa dan investasi yang bebas. Dengan aliran modal lebih
bebas akan menjadikannya lebih kuat, dinamis, dan komparatif secara
ekonomi dalam pasar global.
2. Daam konteks komunitas keamanan yang ingin dicapai, ASEAN akan
menyelesaikan perbedaan diantara negara anggotanya bukan dengan
cara kekerasan atau dengan ancaman penggunaan kekerasan.
3. Dalam konteks komunitas sosial budaya yang ingin dicapai, ASEAN
akan membangaun masyarakat yang peduli (building a community of
caring societies).
ASEAN Economic Community (AEC) atau dalam bahasa Indonesia sering
disebut sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), adalah bentuk kerjasama
ekonomi di kalangan negara-negara yang tergabung dalam ASEAN. ASEAN
Economic Community(AEC) merupakan integrasi ekonomi regional ASEAN yang
berupa kesepakatan untuk menciptakan suatu situasi perdagangan bebas, bebas
disini maksudnya adalah dimana tidak ada hambatan tarif (bea cukai) bagi negaranegara anggotanya. 49

48


C.P.F, Luhulima, Dewi Fortuna Anwar dkk. op.cit. hlm. 9
Faizal Malik, op.cit.

49

Universitas Sumatera Utara

27

Dalam perkembangan realisasi konsep MEA selanjutnya dirumuskan
tujuan akhir integrasi ekonomi, yakni mewujudkan ASEAN Vision 2020 pada
Deklarasi Bali concord II, Oktober 2003. Pencapian dilakukan melalui lima pilar,
yaitu: aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga terampil, dan aliran modal yang
lebih bebas. Berbagai kerja sama ekonomi dilakukan, khususnya di bidang
perdagangan dan investasi, dimulai dari Prefential Trade Arrangement
(PTA,1977), ASEAN Free Trade Area (AFTA,1992), ASEAN Framework
Agreement on Servis (AFAS,1995) dan ASEAN Investment Area (AIA,1998),
kemudian dilengkapi dengan perumususan sektor prioritas integrasi dan kerja
sama di bidang moneter lain. 50

.

Pencapaian ASEAN Economic Community (AEC) semakin kuat dengan

ditandatanganinya “Cebu Declaration on the Acceleration of the Establishment of
an ASEAN Community by 2015” yang dilakukan oleh para pemimpin ASEAN
pada KTT ke 12 ASEAN di Cebu Filipina, pada tanggal 13 Januari 2007 lalu.
ASEAN Economic Community (AEC) pada dasarnya mengacu pada kebijakan
yang disusun pada AEC Blueprint. 51
Langkah untuk memperkuat kerangka kerja MEA kembali bergulir di 2006
antara lain dengan formulasi blueprint atau cetak biru yang berisi target dan waktu
penyampaian

MEA

dengan

jelas.

Mempertimbangkan


keuntungan

dan

kepentingan ASEAN untuk menghadapi tantangan daya saing global, diputuskan
untuk mempercepat pembentukan MEA dari 2020 menjadi 2015 (12th ASEAN
summit, januari 2007). Keputusan ini juga menjadi political will para pimpinan
50

Sjamsul Arifin,Rizal A. Djaafara dkk.loc. cit
Faizal Malik, op.cit.

51

Universitas Sumatera Utara

28

ASEAN ditandai dengan ditandatanganinya ASEAN Charter (Piagam ASEAN)
yang terdiri dari cetak biru dan jadwal strategis pencapaian MEA di Singapura
pada 20 November 2007(13th)ASEAN Summit, 20 November 2007). Dokumen
tersebut berisi komitmen negara anggota atas keseriusan pencapaian MEA dimana
evaluasi pencapaian MEA akan dilakukan melalui serangkaian indikator kinerja
yang disepakati dan diumumkan ke masyarakat luas. 52
Adapun Konsep MEA ini dilandasi oleh empat pilar utama sebagai
berikut: 53

1.

Free Movement of Goods and Services. Konsep ini memungkinkan
terjadinya pergerakan barang-barang dan jasa tanpa ada hambatan
(pajak bea masuk, tarif, quota), yang merupakan bentuk lanjut dari
kawasan

perdagangan

bebas

(sebagaimana

AFTA)

dengan

menghilangkan segala bentuk hambatan
perdagangan yang tersisa.
2.

Freedom of Establishment and Provision of Services and Mutual
Recognition of Diplomas. Konsep ini menjamin setiap warga negara
ASEAN akan bebas membuka praktek layanan (profesional) di setiap
wilayah ASEAN tanpa ada diskriminasi kewarganegaraan.

3.

Freedom of Movement for Skilled and Talented Labours. Konsep ini
dimaksudkan untuk mendorong terjadinya mobilitas tenaga kerja sesuai

52

Sjamsul Arifin,Rizal A. Djaafara dkk.op.cit. hlm.3
Widyahartono, Bob. "Dari AFTA Menuju Komunitas ASEAN",
http://www2.kompas.com/kompascetak/0711/23/opini/4017526.htm, (diakses tanggal 25 juli
2017).
53

Universitas Sumatera Utara

29

dengan tuntutan pasar dan memberi kesempatan para pekerja untuk
menemukn pekerjaan terbaik sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki.
Free Movement of Capital. Konsep ini akan menjamin bahwa modal

4.

atau kapital akan bisa berpindah secara leluasa diantara negara-negara
ASEAN, yang secara teoritis memungkinkan terjadinya penanaman
modal secara bebas dan efisien.

B. Tujuan MEA dan Manfaatnya Bagi Indonesia
1. Tujuan MEA
Pembentukan MEA berawal dari kesepakatan para pemimpin ASEAN
dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada Desember 1997 di Kuala Lumpur,
Malaysia. Kesepakatan ini bertujuan untuk meningkatkan stabilitas perekonomian
di kawasan ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah di
bidang ekonomi antar negara ASEAN, meningkatkan daya saing ASEAN serta
bisa menyaingi Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing. Modal asing
dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan warga
ASEAN. 54Saat itu, ASEAN meluncurkan inisiatif pembentukan integrasi kawasan
ASEAN atau komunitas masyarakat ASEAN melalui ASEAN Vision 2020 saat
berlangsungnya ASEAN Second Informal Summit.Inisiatif ini kemudian

54

Kementerian Keuangan Republik Indonesia, “Masyarakat Ekonomi ASEAN(MEA) dan
Perekonomian Indonesia”http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikelkeuangan-umum/20545-masyarakat-ekonomi-asean-mea-dan-perekonomian-indonesia (diakses
pada 24 juli 2017)

Universitas Sumatera Utara

30

diwujudkan dalam bentuk road map jangka panjang yang bernama Hanoi Plan of
Action yang disepakati pada 1998. 55
Kalau melihat dari isi salah satu butir kesepakatan dalam Deklarasi
Bangkok adalah:” akan lebih mengedepankan kerja sama ekonomi dan sosial
sebagai perwujudan dari solidaritas ASEAN”. Dengan demikian secara sadar
ASEAN telah memilih Economi road towards mencapai kemakmuran, maka
perdamaian akan terwujud di kawasan ini. Dengan kata lain ASEAN didirikan
dengan tujuan bagaimana keamanan yang stabil (stable peace) dalam jangka
panjang dapat tercipta di kawasan, baik melalui kerja sama ekonomi, teknologi
dan sosial budaya, maupun melalui kerja sama di bidang politik keamanan. 56
2. Manfaat Masyarakat Ekonomi ASEAN bagi Indonesia
Gambaran karakteristik utama MEA adalah pasar tunggal dan basis
produksi; kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi; kawasan dengan
pembangunan ekonomi yang adil; dan kawasan yang terintegrasi ke dalam
ekonomi global.Dampak terciptanya MEA adalah terciptanya pasar bebas di
bidang permodalan, barang dan jasa, serta tenaga kerja.Konsekuensi atas
kesepakatan MEA yakni dampak aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN,
dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas investasi, dampak arus tenaga kerja
terampil, dan dampak arus bebas modal. 57

55

Ibid.
Luhulima dkk, op.cit. hlm.2
57
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, opcit.Diakses pada tanggal 2 Agustus 2017
pukul 13.10.
56

Universitas Sumatera Utara

31

Dari karakter dan dampak MEA tersebut di atas sebenarnya ada peluang
dari momentum MEA yang bisa diraih Indonesia. 58Dengan adanya MEA
diharapkan perekonomian Indonesia menjadi lebih baik.Salah satunya pemasaran
barang dan jasa dari Indonesia dapat memperluas jangkauan ke negara ASEAN
lainnya 59.Pangsa pasar yang ada di Indonesia adalah 250 juta orang. Pada MEA,
pangsa pasar ASEAN sejumlah 625 juta orang bisa disasar oleh Indonesia. Jadi,
Indonesia memiliki kesempatan lebih luas untuk memasuki pasar yang lebih
luas.Ekspor dan impor juga dapat dilakukan dengan biaya yang lebih
murah. 60Tenaga kerja dari negara-negara lain di ASEAN bisa bebas bekerja di
Indonesia. Sebaliknya, tenaga kerja Indonesia (TKI) juga bisa bebas bekerja di
negara-negara lain di ASEAN. 61
Bagi Indonesia, semakin terintegrasinya ekonomi di kawasan dan
kemudahan bagi pergerakan dan perpindahan tenaga kerja secara lebih luas,
mengingat masih terbatasnya lapangan kerja di dalam negeri. Hal ini diharapkan
dapat mengurangi tingkat pengangguran yang masih tinggi, mengentaskan
kemiskinan, serta meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penerimaan
devisa. 62

58

Muhammad Edrian Kuncoro, “Masyarakat Ekonomi ASEAN Peluang, Tantangan, dan
paradoks”, https://fois.or.id/mea-peluang-tantangan-dan-paradoks-f2396a9b6d51, diakses pada
15 Agustus 2015 pukul. 10.45.
59
Ibid.
60
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, op.cit.
61
ibid.
62
Sjamsul Arifin, Op.cit. hlm. 278

Universitas Sumatera Utara

32

Dari sisi pengusaha 63, keleluasaan bergerak bagi para pekerja AEAN
memberikan peluang bagi bertambahnya supply tenaga kerja. Dengan demikian,
para pengusaha akan lebih mudah memenuhi kebutuhan karyawannya sesuai
dengan persyaratan dan kualifikasi yang dibutuhkan. Ketersediaan tenaga kerja
tersebut tidak terbatas pada tenaga kerja yang ada dalam negeri, namun juga para
pekerja yang ada di luar negeri.Untuk menarik masuk pekerja asing, tentu
pengusaha harus dapat memberikan upah yang menarik dan sebanding dengan
upah negara asal mereka.
Dari sisi jumlah tenaga kerja, sebagian besar produksi ASEAN (39,1
persen) berada di Indonesia. Indonesia dapat menawarkan keterediaan tenaga
kerja yang cukup dan pasar yang besar, sehingga bias menjadi pusat industri. Di
lain pihak, Indonesia juga dapat menjadikan ASEAN sebagai tujuan pekerjaan
guna mengisi investasi yang akan dilakukan dalam rang MEA 2015. Standarisasi
yang dilakukan melalui Mutual Recognatition Arrangements (MRAs) dapat
memfasilitasi pergerakan tenaga kerja tersebut. 64
Jumlah penduduk Indonesia yang besar menjadi salah satu potensi
pelaksanaan MEA 2015.Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang heterogen
dengan berbagai jenis suku, bahasa dan adat istiadat yang terhampar dari Sabang
sampai Merauke. Indonesia mempunyai kekuatan ekonomi yang cukup bagus,
pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia ketiga (4,5%) setelah Republik Rakyat

63
64

Ibid.
Ibid. hlm. 287

Universitas Sumatera Utara

33

Tiongkok (RRT) dan India. Ini akan menjadi modal yang penting untuk
mempersiapkan masyarakat Indonesia menuju MEA tahun 2015. 65
Dari

sisi

produksi,

besarnya

penduduk

kawasan

dan

prospek

perekonomian yang menjanjikan membuat kawasan ASEAN sebagai tujuan
ekspor Indoenesia. Indonesia secara kumulatif 1973-1983 baru mengekspor 26
persen dari total ekspor intra- ASEAN. 66Artinya, Indonesia mempunyai produk
yang bisa ditawarkan di ASEAN dan mendiversifikasi negara tujuan
ekspornya.Indonesia juga merupakan kordinator untuk sektor prioritas yang di
integrasikan di MEA, yaitu produk berbahan dasar kayu dan otomotif. 67Di lain
pihak, produk otomotif Indonesia ada yang telah di ekspor di ASEAN.Keduanya
menunjukkan potensi yang bisa dimanfaatkan oleh Indonesia. 68
Dari sisi peningkatan investasi, berbagai negara ASEAN mengalami
penurunan rasio investasi terhadap PDB sejak krisis, antara lain akibat
berkembangnya regional hub production. Tapi bagi Indonesia, salah satu faktor
penyebab penting adalah membaiknya iklim investasi dan keterbatasan
infrastruktur (pipa gas, teknologi informasi) maupun dari segi pembiayaan
menjadi agenda. Kesempatan tersebut membuka peluang bagi perbaikan iklim
investasi Indonesia melalui pemanfaatan program kerja sama regional, terutama
dalam melancarkan program perbaikan infrastruktur domestik. Selain itu,

65

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, “Peluang dan tantangan Pasar Bebas
ASEAN”, Ditjen PEN/WRT/04/I/2015 edisi Januari
66
Sjamsul Arifin. Op.cit. hlm. 287
67
Ibid.
68
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

34

kepentingan untuk harmonisasi dengan regional menjadi prakondisi untuk
menyesuaikan peraturan investasi terkait sesuai standar kawasan. 69
Dari segi penarikan aliran modal asing, ASEAN sebagai kawasan dikenal
sebagai tujuan penanaman modal global, termasuk CLMV 70 khususnya
Vietnam.MEA membuka peluang bagi Indonesia untuk dapat memanfaatkan
aliran modal masuk ke kawasan yang kemudian ditempatkan di aset berdominasi
rupiah.Aliran modal tersebut tidak saja berupa porsi dari portofolio regional tetapi
juga dalam bentuk aliran modal langsung (PMA) yang ditanamkan di sektor riil.
Dengan keharusan harmonisasi regional, maka peluang Indonesia meningkatkan
aliran dana masuk berbentuk PMA semakin terbuka. 71
Dari sisi peningkatan kapasitas dan kualitas lembaga, peraturan terkait,
maupun sumber daya manusia, berbagai program kerja sama regional dilakukan
tidak terlepas dari keharusan melakukan harmonisasi, standarisasi, maupun
mengikuti MRA yang telah disetujui bersama. Artinya akan terjadi proses
perbaikan kapisitas di berbagai institusi, sektor, maupun peraturan terkait. Sebagai
contoh adalah penerapan ASEAN Single Window di 2008 untuk ASEAN-6 yang
mengharuskan penerapan sistem National Single Window (NWS) di masingmasing negara. Indonesia telah mulai menerapkan NSW pada November 2007,
kondisi yang memungkinkan pemusatan sistem informasi (pengolahan dan
sinkronisasi) serta pemusatan keputusan mengenai custom release dan cargo
clearance.Kondisi ini juga berlaku bagi pengelolaan makroekonomi dimana
69

Ibid.
Kamboja-Laos-Myanmar-Vietnam
71
Ibid. hlm. 288

70

Universitas Sumatera Utara

35

diperlukan indikator ekonomi yang menyamai kinerja negara regional lainnya,
seperti tingkat inflasi, defisit fiskal, dan rasio utang luar negeri. 72

C. Kedudukan MEA dari Segi Hukum
Perjanjian internasional menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2004
tentang Perjanjian Internasional adalah perjanjian dalam bentuk nama tertentu,
yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis menimbulkan
hak dan kewajiban di bidang hukum publik. 73 Menurut konvensi wina tahun 1969
Pasal 2(1)(a) perjanjian internasional diartikan sebagai kesepakatan internasional
yang dibuat oleh dua negara atau lebih dan tunduk terhadap hukum internasional,
baik dalam bentuk satu dokumen lebih dan apapun namanya. 74
ASEAN adalah salah satu contoh dari perjanjian internasional.Para
pemimpin ASEAN telah mendeklarasikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
sebagai tujuan akhir integrasi ekonomi regional ASEAN. 75 Sebagai komitmen
bentuk tersebut, negara anggota ASEAN setuju untuk mengimplementasikan
MEA pada 2015 dan menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis
produksi serta menciptakan ASEAN sebagai kawasan ekonomi yang kompetitif,
berdaya saing tinggi, dan terintegrasi penuh dalam ekonomi global. 76Bentuk akhir

72

Ibid.
Undang-Undang nomor 24 tahun 2004 tantang perjanjian internasional
74
Fahkirah Dianah, “Pengertian perjanjian Internasional”,
https://www.scribd.com/doc/64059640/Pengertian-perjanjian-Internasional, diakses pada 8
Agustus 2017 pukul. 4:43
75
Alex Media Komputindo, “Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015”,
https://books.google.co.id/books?id=p0d6QS0i_PsC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&
f=false, diakses pada 15 Agustus 2017
76
Ibid.
73

Universitas Sumatera Utara

36

ideal bagi integrasi ASEAN telah menjadi perdebatan dalam berbagai diskusi
mengenai integrasi ASEAN.
Adapun akibat hukum berlakunya MEA: 77
1. Bidang Perdagangan Barang.
a.

Negara-negara anggota wajib menghapus seluruh Tarif Preferensiao
Efektif Bersama (CEPT-AFTA)

pada seluruh produk yang sudah

diidentifikasikan yang dicakup oleh masing-masing Protokol Integrasi
Sektoral ASEAN, kecuali yang tercantum dalam daftar negative (
daftar sensitive,daftar sangat sensitif, dan daftar pengecealian umum)
pada Protokol-Protokol tersebut, yang jumlah keseluruhan untuk
masing-masing Negara Anggota wajib tidak melebihi 15 % dari daftar
total produk pada 1 januari 2007 untuk ASEAN-6; dan 1 januari 2013
untuk CLMV.
b.

Negara-negara anggota wajib melaksanakan tindakan-tindakan berikut
ini terkait dengan kebijakan-kebijakan non tarif (selanjutnya disebut
sebagai (NTMs) dan hambatan non tarif (selanjutnya disebut dengan
(NTBs), untuk memastikan transparansi, sesuai dengan batas waktu
yang ditetapkan :
i. Menyusun data NTMs ASEAN pada juni 2004 dan diperbaharui
secara rutin;

77

Departemen Perdagangan. Op.cit. hlm 42.

Universitas Sumatera Utara

37

ii.

Menyusun kriteria yang jelas untuk mengidentifikasikan NTMs
yangmerupakan hambatan-hambatan perdagangan, pada tanggal 27
September 2005;

iii. Menyusun suatu program kerja yang jelas dan tetap untuk menilai
NTMs yang ada dan identifikasi NTBs pada tanggal 21 Agustus
2006;
iv. Menghapuskan NTBs pada seluruh produk yang ditetapkan dalam
batas waktu berikut ini;
(1) Paket pertama: pada tanggal 1 Januari 2008 untuk ASEAN-5; 1
Januari 2010 untuk Filiphina; dan 1 Januari 2013 untuk CLMV;
(2) Paket kedua: pada tanggal 1 januari 2009 untuk ASEAN-5: 1
januari 2011 untuk Filipina; dan 1 Januari 2014 untuk CLMV;
(3) Paket ketiga : pada tanggal 1 januari 2010 untuk ASEAN-5 : 1
Januari 2012 untuk Filiphina; dan 1 januari 2015 dengan
fleksibilitas sampai tahun 2018 untuk CLMV;
v.

Mengadakan peninjauan kembali dan penilaian secara rutin terhadap
NMTs berdasarkan kriteria sebagaimana ditetapkan oleh Dewan
AFTA yang dimulai tanggal 1 Januari 2008.

2. Bidang perdagangan Jasa
Negara-negara Anggota wajib mempercepat liberalisasi perdagangan di
sektor -sektor jasa prioritas sampai tahun 2010. Hal ini dapat dicapai
melalui:

Universitas Sumatera Utara

38

a. Penghapusan seluruh pembatasan di mode 1 (pasokan lintas
batas) dan Mode 2 (konsumsi luar negeri) pada tanggal 31
Desember 2008, sebaliknya dengan alasan-alasan tertentu wajib
diberikan;
b. Mengijinkan mode 3 (kehadiran komersial) target-target keikut
sertaan saham asing dengan fleksibelitas, sampai tanggal 31
Desember 2010, sesuai dengan keputusan-keputusan Para Menteri
Ekonomi ASEAN (AEM);
c. Menetapkan target-target yang jelas untuk meliberalisasikan
pembatasan-pembatasan mode 3 lainnya, pada tanggal 31
Desember 2007;
d. Memperbaiki komitmen-komitmen Mode 4 sejalan dengan hasilhasil dari masing-masing putaran perundingan persetujuan
Kerangka Kerja ASEAN bidang Jasa (AFAS);
e. Mempercepat

pengembangan

dan

finalisasi

Pengaturan-

pengaturan saling Pengakuan (selanjutnya disebut sebagai
(MRAs) , sebagaimana telah ditetapkan, pada tanggal 31
Desember 2008;
f. Memberlakukan formula ASEAN-X; dan
g. Meningkatkan usaha-usaha patungan dan kerja sama, termasuk
pasar-pasar negara ketiga dimulai tahun 2007.”
3. Bidang Investasi (Penanaman Modal)

Universitas Sumatera Utara

39

a. Mempercepat pembukaan sektor-sektor yang saat ini dalam
Daftar Sensitif (selanjutnya disebut SL), dengan mengalihkan
sektor sektor tersebut kedalam daftar Pengecualian Sementara
(selanjutnya disebut sebagai TEL) berdasarkan Persetujuan
Kerangka Kerja mengenai Kawasan Penanaman Modal ASEAN
(AIA), dengan menggunakan formula ASEAN – X;
b. Mengurangi kebijakan-kebijakan penanaman modal yang bersifat
membatasi dalam SL. Menyelesaikan penghapusan progresif
kebijakan-kebijakan Penanaman modal yang bersifat membatasi
dalam TEL pada tahun 2010 untuk ASEA-6, tahun 2013 untuk
Vietnam dan tahun 2015 untuk Kamboja, Laos, dan Myammar;
c. Mengidentifikasikan dan melaksanakan program-program dan
kegiatan untuk meningkatkan penanaman-penanaman modal di
ASEAN.”
4. Bidang Ketentuan Asal Barang
Negara-Negar Anggota, pada tanggal 31 Desember 2006, wajib
memperbaiki Ketentuan Asal Barang CEPT dengan;
a. Membuat ketentuan asal barang menjadi lebih transparan, dapat
diprediksi terstandarisasi dan memfasilitasi perdagangan , dengan
memperhatikan kebutuhan unutk meningkatkan sumber regional
lainnya, termasik ketentutan asal barang WTO;
b. Menerima transformasi substansial sebagai kriteria alternative
untuk menentukan status asal barang.

Universitas Sumatera Utara

40

5. Prosedur kepabeanan
Melaksanakan ASEAN single window pada tanggal 1 Januari 2008 untuk
ASEAN-6 dan tanggal 1 Januari untuk CLMV;
6. Standar dan Kesesuaian
Negara-Negara Anggota wajib mengambil langkah-langkah berikut untuk
mempercepat pengembangan Mutual Recognation Arregements (MRAs) dan
menyelaraskan standar standar produk dan peraturan-peraturan teknis, dengan:
a. Mempercepat pengembangan dan pelaksanaan apabila sesuai
pengembangan sektoral MRAs untuk sektor-sektor prioritas
dimulai pada tanggal 1 Januari 2005;
b. Mendorong para pengatur dalam negeri untuk mengakui hasilhasil uji yang diterbitkan oleh laboratorium-laboratorium penguji
yang telah diakreditasi oleh badan-badan akreditasi nasional di
ASEAN yang merupakan penandatangan MRAs pada kerja sama
Akreditasi Laboratorium Internasional (ILAC) dan kerja sama
Akreditasi Laboratorium Asia Pasifik (APLAC) untuk produkproduk yang tidak mencakup dalam MRAs sektoral, dimulai
tanggal 1 Januari 2007;
c. Menetapkan target-target dan jadwal-jadwal yang jelas untuk
penyelarasan standar-standar dalam sektor -sektor prioritas
apabila dipersyaratkan. Apabila standar-standar internasional
tidak tersedia dan apabila diminta oleh industri , menyelaraskan

Universitas Sumatera Utara

41

standar-standar nasional diantara Negara-Negara Anggota; pada
tanggal 31 Desember 2005;
d. Menyelaraskan standar-standar yang telah ditetapkan diantara
negara-negara anggota pada tanggal 31 Desember 2007;
e. Menetapkan dan menyelaraskan standar-standar tambahan,
apabila dipersyaratkan, apabila standar-standar internasional tidak
tersedia, dan apabila dipersyaratkan oleh industri, menyelaraskan
standar-standar nasional diantara Negara-Negara Anggota pada
tanggal 31 Desember 2010;
f. Menyelaraskan dan/atau mengembangkan peraturan-peraturan
teknis yang sesuai, untuk pemberlakuan nasional pada tanggal 31
Desember 2010;
g. Memastikan
persetujuan

pemenuhan
persetujuan

persyaratan-persyaratan

WTO

pada

mengenaihambatan-hambatan

Teknis Perdagangan dan Pemberlakukan kebijakan-kebijakan
Sanitary dan phyto-Sanitary;
h. Menjajaki Pengembangan kebijakan ASEAN mengenai standarstandar dan

kesesuaian untuk memfasilitasi

lebih lanjut

perwujudan Masyarakat Ekonomi ASEAN, dimulai pada tahun
2005.
7. Fasilitas Perjalanan di ASEAN
a. Menyelaraskan prosedur-prosedur penerbitan visa bagi pelancong
internasional di ASEAN; dan

Universitas Sumatera Utara

42

b. Memberikan pembebasan visa untuk perjalan intra ASEAN untuk
para warga negara ASEAN.”
8. Perpindahan Pelaku Usaha, Tenaga Ahli, Profesional, Tenaga Terampil,
dan Orang Berbakat.
Dengan memperhatikan peraturan peraturan perundang-undangan dalam
negeri, masing masing negara anggota wajib:
a.

Mengembangkan suatu Persetujuan ASEAN untuk memfasilitasi
perpindahan para pelaku usaha, termasuk pemberlakuan suatu
Kartu Perjalanan ASEAN;

b.

Menetapkan dan mengembangkan mekanisme lain yang akan
melengkapi prakarsa-prakarsa ASEAN yang telah ada untuk
memfasilitasi lebih lanjut perpindahan para tenaga ahli,
professional, tenaga terampil, dan orang berbakat pada tanggal 31
Desember 2007; dan

c.

Mempercepat

penyelesaian

MRAs

untuk

memfasilitasi

perindahan bebas dari para tenaga ahli, professional, tenaga
terampil, dan orang bebrbakat di ASEAN, pada tanggal 31
Desember 2008.”
9. Peningkatan Perdagangan dan Penanaman Modal
a. Mengintefsifkan upaya-upaya promosi bersama intra ASEAN dan
ekstra ASEAN secara rutin;
b. Mengatur prakarsa-prakarsa sektor swasta secara rutin untuk
melakukan kebijakan-kebijakan fasilitas dan promosi ASEAN

Universitas Sumatera Utara

43

bersama yang lebih efisien untuk meningkatkan FDI ke ASEAN;
dan
c. Misi-misi perdagangan dan penanaman modal bersama.
d.
10. Statistik Perdagangan dan Penanaman Modal intra ASEAN
Negara-negara anggota wajib mengembangkan suatu system yang efektif
untuk memantau perdagangan dan penanaman modal intra ASEAN
melalui:
a. Penyusunan suatu basis data perdagangan dan penanaman modal
yang efisien, pada tanggal 31 Desember 2009;
b. Penyediaan perkembagnan terakhir pada Sekretariat ASEAN
mengenal statistic terakhir perdagangan (barang dan jasa) dan
penanaman modal; dan
c. Penyiapan gabungan profil-profil industri oleh masing-masing
asosiasi yang antara lain, mencakup informasi seperti kemampuan
produksi dan cakupan produk.”
11. Hak Kekayaan Intelektual:
Negara-Negara Anggota wajib memperluas lingkup kerja sama hak kekayaan
intelektual ASEAN, selain merek dagang dan paten, termasuk kerjasama
pertukaran informasi dan penegakan hak cipta.
12. Penggunaan Tenaga Kerja Kontrak dan Industri Pelengkap:
Negara-negara Anggota wajib meningkatkan kelengkapan diantara para
pengusaha [abrikan ASEAN, apabila dapat diberlakkan, melalui:

Universitas Sumatera Utara

44

a. Identifikasi dan pengembangan kawasan-kawasan spesialisasi
proses-proses produksi, penelitian dan pengembangan(R&D),
serta

fasilitas-fasilitas

pengujian

berdasarkan

keuntungan

komparatif dan masing-masing Negara Anggota ;
b. Pengembangan pedoman mengenai pengenalan pengaturanpengaturan Penggunaan tenaga kerja kontrak diantara Negaranegara Anggota , apabila dapat diberlakukan, pada tanggal 31
Desember 2008. 78
D. Kesepakatan-Kesepakatan dalam Kerangka MEA
Bersamaan dengan ditandatanganinya ASEAN Charter, para pemimpin
ASEAN juga menandatangani grand design MEA yang berisi jadwal strategis,
yakni tahapan pencapaian dari masing-masing pilar di MEA. Target waktu
pencapaian MEA terbagi dalam empat fase yaitu 2008-2009,2010-2011,20122013 dan 2014-2015 79. Cetak biru ini menjadi arah bagi kawasan maupun negara
anggota untuk mencapai MEA 2015.Masing-masing negara berkewajiban untuk
melaksanakan komitmen dalam cetak biru untuk membentuk kredibilitas ASEAN.
Mengingat pentingnya perdagangan eksternal bagi ASEAN dan strategi
pembangunan ekonomi di negara ASEAN yang outward looking, cetak biru MEA
memuat empat kerangka kerja atau pilar MEA, yaitu: 80

78

Departemen Perdagangan Republik Indonesia, op.cit. hlm. 48.
Ibid. hlm.9
80
Faizal Malik, Later Belakang Terbentuknya MEA atau AEC 2015,
http://www.academia.edu/9601085/LATAR_BELAKANG_TERBENTUKNYA_MEA_ATAU_A
EC_2015,diakses pada 3 agustus 2017 pukul 2:20
79

Universitas Sumatera Utara

45

1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang
didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga
kerja terdidik dan aliran modal yang lebih luas.
2. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi,
dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, ha katas
kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan dan ecommerse.
3. ASEAN sebagai kawasan pengembangan ekonomi yang merata dengan
elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa
integrasi ASEAN untuk Negara CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos,
dan Vietnam)
4. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan
perekonomian global dengan pendekatan yang koheren dalam
hubungan ekonomi di luar kawasan dan meningkatkan peran serta
dalam jejaring produksi global.
Keempat pilar MEA saling berkaitan dan mendukung satu sama lain.
ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional harus memiliki
daya saing ekonomi yang tinggi, baik sebagai kawasan dalam kerangka
persaingan dengan kawasan/negara lain, maupun antar individu anggota.Untuk itu
kesenjangan pembangunan ekonomi antara negara anggota harus diperkecil

Universitas Sumatera Utara

46

sehingga playing field antar negara anggota menjadi setara. 81Hal ini perlu
dilakukan mengingat globalisasi dapat memperbesar kesenjangan pembangunan
yang secara potensial dapat menciptakan kerenggangan dan memperlemah
solidaritas ASEAN. Manfaat integrasi yang dirasakan seluruh anggota akan
menjamin integrasi ekonomi yang berkelanjutan. 82Sebagai basis produksi
internasional, maka pasar ASEAN yang terintegrasi secara penuh dengan pasar
global menuntut pula kordinasi kebijakan eksternal antara negara anggota
ASEAN. 83
Keterikatan keempat pilar MEA tersebut membutuhkan koordinasi
konsistensi dan kesatuan arah elemen-elemen dari setiap pilar, dimulai dari
perencanaan sampai dengan tahap implementasi. 84Untuk menjamin hal tersebut
maka keempat pilar perlu didukung oleh riset, capacity building dan efektivitas
kelembagaan ASEAN, serta komitmen kuat tiap negara. 85
Khusus untuk pencapaian pilar pasar tunggal dan kesatuan basis produksi
kelima elemen yang digunakan untuk pencapaiannya juga terkait erat dan saling
mendukung antara satu dengan lainnya. Dengan kerangka pasar tunggal ASEAN,
aliran barang dan jasa yang bebas di kawasan akan mendorong efisiensi produk
kawasan dalam kerangka supply chain. 86 Kondisi tersebut akan membuka peluang
lebih besar investasi lintas batas didalam kawasan. Aliran bebas investasi
81

Sjamsul Arifin. Op.cit.hlm. 16
Ibid.
83
ibid.
84
Desy Churul Aini, “Harmonisasi Undang-Undang Dasar 1945 dengan Ketentuan
Internasional tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (ASEAN Economy Community /AEC
2015)”, Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 9 No.3 Juli- September 2015, hlm. 377.
85
Ibid.
86
Ibid.
82

Universitas Sumatera Utara

47

akanmembutuhkan aliran bebas tenaga kerja dan aliran modal yang lebih bebas,
sebagai faktor produksi. Sebaliknya, aliran bebas investasi akan meningkatkan
arus barang dan jasa yang digunakan sebagai bahan baku maupun produk akhir. 87
Secara teknis pencapaian MEA 2015 menggunakan mekanisme dan
inisiatif yang telah dibentuk oleh ASEAN selama ini diperkuat dengan penguatan
institusi dalam kerja sama ASEAN. Sebagai contoh, untuk elemen aliran bebas
barang , inisiatif penurunan tarif dan non-tarif serta fasilitas perdagangan menuju
aliran

bebas

barang

MEA 2015

didasarkan

pada perkembangan

dan

penyempurnaan mekanisme yang ada mulai dari Preferential Tarif Arregement
(PTA), ASEAN Free Trade Area dan dilanjutkan oleh konsep cetak biru MEA.
Hal yang sama juga terjadi untuk elemen-elemen lainnya di dalam pilar ini. 88
Adapun kesepakatan-kesepakatan yang sudah terbentuk dalam kerangka
Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah sebagai berikut:
1. Yang berkaitan dengan arus bebas barang, negara-negara ASEAN
tela menyepakati ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) pada
pertemuan KTT ASEAN ke-14 tanggal 27 Februari 2009 di Cham,
Thailand. 89 ATIGA adalah persetujuan mengenai pembentukan
kawasan perdagangan bebas untuk perdagangan barang antara
negara anggota ASEAN. Setiap negara ASEAN yang tergabung
dalam proyek ini dapat dikenakan tarif preferensi sepanjang

87

Sjamsul Arifin. Op.cit.hlm.17
Ibid. hlm.19
89
Departemen Perdagangan Republik Indonesia.Op.cit. hlm. 18

88

Universitas Sumatera Utara

48

memenuhi asal barang dan adanya penyerahan invoice declaration
pada saat pengajuan pemberitahuan impor. Besarnya tarif preferensi
dikenakan berdasarkan peraturan Menteri Keuangan mengenai
penetapan tarif bea masuk dalam rangka ATIGA. Invoice
declaration diterbitkan oleh eksportir bersertifikat di negara peserta
proyek dengan cara sertifikasi mandiri untuk barang jenis tertentu
yang tercantum dalam daftar barang yang diproduksi oleh eksportir
bersertifikat. 90
2. Untuk menghilangkan hambatan penyediaan jasa di antara negaranegara ASEAN dilakukan melalui mekanisme yang diatur dalam
ASEAN Framework Agreement on Service (AFAS). 91
3. Arus

investasi

yang

bebas

dan

terbuka

dipastikan

akan

meningkatkan penanaman modal asing baik dari penanaman modal
yang bersumber dari intra-ASEAN maupun dari negara nonASEAN. 92 Sebagaimana digariskan dalam AEC Blueprint, maka
dibentuk ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA)
yang ditandatangani pada tanggal 26 Februari 2009 di Cha-am,
Thailand. ACIA pada dasarnya merupakan peleburan ASEAN
Investment Agreement (AIA) dan ASEAN Investment Guarantee
Agreement (IGA) sehingga ASEAN memiliki persetujuan bidang
90

Direktoral Jendral Bea dan Cukai Republik Indonesia, “Thailand dan Vietnam Masuk
dalam Sistem Self Certification Pengenaan Tarif Bea Masuk dalam Skema Atiga”,
http://www.beacukai.go.id/wwwbcgoid/?page=media-center/berita/thailand-dan-vietnam-masukdalam-sistem-self-certification-pengenaan-tarif-bea-masuk-dalam-skema-atiga.html, diakses pada
8 Agustus 2017 pukul 2:42
91
Departemen Perdagangan Republik Indonesia.Op.cit. hlm. 30.
92
Ibid. hlm. 33.

Universitas Sumatera Utara

49

investasi yang lebih komprehensif dan forward looking, dengan
4(empat) pilar pembaharuan sebagaimana tertuang dalam AEC
Blueprint. 93
4. Untuk bidang tenaga terampil sendiri telah disepakati beberapa
Mutual Recognition Arragement (MRA). Adapun MRA tersebut
antara lain jasa-jasa engineering, nursing, architectural, surveving
qualification tenaga medis (dokter umum dan dokter gigi) jasa-jasa
akuntansi dan kepariwisataan. 94
5. Dalam Sektor Prioritas Integrasi para Menteri Ekonomi ASEAN
pada tanggal 8 Desember 2006 di Cebu, Filiphina, menyetujui Sektor
Prioritas

Integrasi

menjadi

12

sektor.

Dalam

proses

meliberalisasinya seluruh Sektor Prioritas Integrasi tersebut,
disepakati agar setiap Negara Anggota ASEAN bertindak sebagai
koordinasi untuk 12 sektor tersebut. Adapun 12 sektor tersebut
adalah agro-based product, air travel, automotive, e-ASEAN,
electronics,fisheries, healthcare, rubber-based product, textile and
apprels, touris, wood-based product, logistics. 95

E. Konsekuensi Hukum Berlakunya MEA terhadap Indonesia
Sebagaimana ketentuan normatif pemberlakuan perjanjian internasional di
Indonesia yang harus dilaksanakan melalui proses ratifikasi sesuai ketentuan

93

Ibid. hlm. 34
Ibid. hlm 40
95
Ibid. hlm. 41

94

Universitas Sumatera Utara

50

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional, perjanjian-perjanjian dalam rangka MEA telah
diratifikasi oleh pemerintah Indonesia. Diawali dengan Peraturan Presiden Nomor
25 Tahun 2009 tentang Pengesahan ASEAN Framework Agreement for the
Integration of Priority Sektors dan diikuti dengan berbagai peraturan presiden
lainnya terkait pengesahan sektor spesifik lainnya. 96
Dalam menanggapi berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN pemerintah
telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru MEA, dalam upaya persiapan menghadapi
pasar bebas ASEAN. Dalam cetak biru MEA, terdapat 12 sektor prioritas yang
akan diintegrasikan oleh pemerintah. Sektor tersebut terdiri dari tujuh sektor
barang, yaitu industri agro, otomotif, elektronik, perikanan, industri berbasis karet,
industri berbasis kayu, dan tekstil. Kemudian, sisanya berasal dari lima sektor
jasa, yaitu transportasi udara, kesehatan, pariwisata, logistik, dan teknologi
informasi. Sektor-sektor tersebut pada era MEA akan terimplementasi dalam
bentuk pembebasan arus barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja. 97

96

Wahyuni Bahar, “Peran Hukum dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA)” , Journal of Legal and Policy Studies Volume I No. 1 - April 2015. Hlm. 9
97
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, “Peluang dan Tantangan Indonesia
Pasar Bebas Asean”, Ditjen PEN/WRT/04/I/2015,Edisi Januari, diakses pada 3 Agustus 2017
pukul. 10.46

Universitas Sumatera Utara

51

Dan untuk Piagam ASEAN sendiri telah diratifikasi oleh pemerinta
Indonesia. 98Ratifikasinya Piagam ASEAN yang dimuat dalam Undang-Undang
No. 38 Tahun 2008 tentang Pengesahan Charter of Association of Southeast Asian
Nation (Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara). 99Dengan demikian
piagam ini berlaku mengikat (legally binding) terhadap Indonesia.Indonesia tidak
dapat keluar dari kerangkeng perjanjian ASEAN.Semua kesepakatan ASEAN
bersifat mengikat. 100
Hakim Konstitusi Harjono berpendapat bahwa undang-undang berlaku
sebagai norma hukum, maka negara Indonesia dan negara lain, dalam hal ini
negara ASEAN wajib terikat secara hukum oleh Undang-Undang Nomor 38
tahun 2008. 101
“Kewajiban yang dibebankan kepada suatu negara oleh perjanjian
internasional tidaklah lahir karena perjanjian internasional bersangkutan
telah disahkan sebagai Undang-Undang oleh pihak negara lain tetapi
kewajiban tersebut lahir karena para pihak dalam hal ini negara-negara
sebagai subjek hukumnya telah menyetujui bersama suatu perjanjian. Hal
demikian sesuai dengan asas pacta sunt servanda,” paparnya. 102

98

Khaerudin, “MK Diminta Batalkan Ratifikasi Piagam ASEAN”,

https://www.google.co.id/amp/s/app.kompas.com/amp/internasional/read/2012/11/23/2139259/M
K.Diminta.Batalkan.Ratifikasi.Piagam.Asean.Diakses pada 3 Agustus 2017 pukul. 10.54.
99

Undang-Undang No. 38 Tahun 2008 tentang Pengesahan Charter of Association of
Southeast Asian Nation (Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara) yang diundangkan
pada tanggal 6 November 2008, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 2008
100
Khaerudin .loc. cit
101
Merujuk kepada Undang-Undang No. 38 Tahun 2008 tentang Pengesahan Charter of
Association of Southeast Asian Nation (Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara)
102

Lulu Anjarsari, “MK Tolak Ratifikasi Piagam ASEAN”,

http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.Berita&id=8155#.WYKWtb2yTqA,
diakses pada 3 Agustus 2017 pukul. 10:33

Universitas Sumatera Utara

52

Keberadaan dari undang-undang ini sendiri telah pernah diujikan ke
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.Adapun permohonan ini diajukan
sejumlah LSM yang tergabung dalam Aliansi untuk Keadilan Global 103. Majelis
MK menyatakan menolak permohonan uji materi Pasal 1 ayat (5) dan Pasal 2 ayat
(2) huruf n Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pengesahan Piagam
ASEAN. 104 Dalam pendapat Mahkamah yang dibacakan oleh Hakim Konstitusi
Harjono, Pemohon pada dasarnya mendalilkan, Pasal 1 angka 5 dan Pasal 2 ayat
(2) huruf n ASEAN Charter yang merupakan lampiran dan bagian yang tidak
terpisahkan dari Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2008 merugikan hak
konstitusional para Pemohon sebagaimana dijamin oleh UUD 1945 dan harus
dinyatakan tidak bertentangan dengan UUD 1945. 105
Sejauh ini, langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Indonesia
berdasarkan rencana strategis pemerintah untuk menghadapi MEA / AEC, antara
lain: 106
1. Penguatan daya saing ekonomi. Tanggal 27 Mei 2011, Pemerintah
meluncurkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3IE).

103

Andrey Sujatmoko, “Pengujian Undang-Undang Ratifikasi Piagam ASEAN Kandas”,
http://m.hukumonline.com/berita/baca/lt512cb1408c03e/pengujian-uu-ratifikasi-piagam-aseankandas, di akses pada 8 Agustus 2017 1:57.
104

Ibid.
Lulu Anjarsariloc. Cit.
106
Wahyuni Bahar, loc. cit.

105

Universitas Sumatera Utara

53

2. Program ACI (Aku Cinta Indonesia), yang merupakan salah satu
gerakan “Nation Branding” bagian dari pengembangan ekonomi
kreatif.
3. Penguatan Sektor UMKM.
4. Perbaikan Infrastruktur. Dalam rangka mendukung peningkatan daya
saing sektor riil, selama tahun 2010 telah berhasil dicapai peningkatan
kapasitas

dan

kualitas

infrastruktur

seperti

prasarana

jalan,

perkeretaapian, transportasi darat, transportasi laut, transportasi udara,
komunikasi dan informatika, serta ketenagalistrikan.
5. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
6. Reformasi kelembagaan dan pemerintahan. Dalam rangka mendorong
percepatan pencegahan dan pemberantasan korupsi, telah ditetapkan
strategi nasional pencegahan dan pemberantasan korupsi jangka
panjang 2012-2025 dan menengah 2012-2014 sebagai acuan bagi
seluruh pemangku kepentingan untuk pelaksanaan aksi setiap
tahunnya. Upaya penindakan terhadap Tindak Pidana Korupsi (TPK)
ditingkatkan melalui koordinasi dan supervise yang dilakukan oleh
KPK kepada kejaksaan dan kepolisian.
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab ini, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwaIndonesia telah meratifikasi piagam ASEAN dengan ini
konsekuensi yuridis berlakunya kerangka Masyarakat Ekonomi ASEAN bagi
Indonesia bahwa setiap warga negara baik itu warga negara asing maupun warga
negara Indonesia yang sedang bekerja maupun yang akan bekerja di Indonesia

Universitas Sumatera Utara

54

harus mematuhi piagam ASEAN yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia
tersebut. Dan dengan dirafikasinya piagam ASEAN tersebut maka Indonesia
harus tunduk pada piagam tersebut secara hukum dan memperhatikan piagam
ASEAN tersebut ketika akan mengeluarkan produk hukum agar tidak
bertentangan dengan kesepakatan tersebut.

Universitas Sumatera Utara