Kajian Yuridis terhadap Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Bidang Jasa Pariwisata di Indonesia dalam Perspektif Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tiap-tiap individu yang dilahirkan di dunia ini pasti sangat mengharapkan
memiliki ekonomi yang cukup dan mampu menjalani hidup tanpa harus
menghiraukan besok makan apa karena telah memiliki penghasilan yang tetap dari
pekerjaan yang dimilikinya. Dengan kata lain, setiap orang berharap memperolah
pendapatan yang layak untuk dapat hidup dengan keluarganya secara layak. Soal
keuangan dalam ekonomi pembangunan merupakan soal yang pelik sekali. 1
Dengan keadaan yang sangat pelik ini tiap tiap orang berusaha untuk memperoleh
pekerjaan dan dapat menuntaskan puzzle ekonomi hidupnya. Setiap pekerja/buruh
berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Maksud penghasilan yang layak adalah penghasilan yang
memenuhi penghidupan yang layak, dimana jumlah penerimaan atau pendapatan
pekerja/buruh dari hasil pekerjaannya sehingga mampu memenuhi kebutuhan
hidup pekerja/ buruh dan keluarganya secara wajar yang meliputi makanan dan
minuman, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan jaminan hari
tua. 2
Masalah pekerjaan, kesempatan kerja serta perekonomian sebenarnya
merupakan hal yang sangat mendasar. Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar
1945 (“UUD 1945”) menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak


1

Rochmat Soemitro, Pengantar ekonomi dan ekonomi Pancasila (Bandung: Eresco,1991)

hlm. 180
2

Suria Ningsih, Mengenal Hukum Ketenagakerjaan (Medan: USU press 2013) hlm.124

1

Universitas Sumatera Utara

2

mendapatkan

kehidupan


dan

penghidupan

yang

layak

bagi

kemanusiaan”. 3Kalimat tersebut apabila dikaitkan dengan tugas pemerintah di
bidang ketenagakerjaan mempunyai makna bahwa kesempatan kerja yang tersedia
dalam negeri adalah untuk tenaga kerja Indonesia.Oleh karenanya, kesempatan
kerja yang ada dalam negeri wajib diprioritaskan bagi tenaga kerja Indonesia,
sedangkan keberadaan tenaga kerja asing adalah sebagai komplementer untuk
melaksanakan kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh tenaga
kerja Indonesia. 4Negara mempunyai kewajiban agara ketentuan Pasal 27 ayat (2)
dilaksanakan.Pasal ini menekankan hak tiap warga negara dan sekaligus menekan
tugas pemerintah untuk melaksanakan kewajibannya itu. 5
Sejalan dengan Pasal 27 ayat (2) diatas, pada Pasal 28D ayat (2) UUD

1945 berbunyi “Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja”. 6 Dari Pasal yang ada di
dalam landasan negara Indonesia itu dapat ditarik sebuah kesimpulan kecil bahwa
pada dasarnya hak untuk mendapat pekerjaan dan bekerja serta mendapat imbalan
yang adil dan layak sebenarnya adalah sudah dijamin karena telah diamanatkan
didalam dasar negara kita sendiri, walaupun pada kenyataan para pengguna tenaga
kerja selalu berusaha untuk menekan upah sampai suatu minimum yang

3

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia pasal 27 ayat (2)
C. Sumarprihatiningrum, Penggunaan Tanaga Keja Asing di Indonesia (Jakarta
Himpunan Pembina Sumber daya Manusia Indonesia, 2006) hlm. 4
5
H.S. Syarif,Pedoman Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia dan peraturanperaturannya (Jakarta, Sinar Grafika,1996) hlm.1
6
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 28D ayat (2)
4

Universitas Sumatera Utara


3

diperlukan buruh, sedangkan buruh sebaliknya berjuang terus menerus untuk
menaikkan tingkat kehidupan. 7
Tenaga kerja asing pada dewasa ini adalah ibarat salah suatu komoditi
unggul bagi suatu negara meningkatkan pendapatan negara serta salah satu cara
untuk mengurangi kepadatan penduduk dari suatu negara. Berbicara tentang
perekonomian yang kebanyakan negara mengalami semakin hari semakin sulit
maka banyak negara yang melakukan diskusi ataupun melakukan suatu perjanjian
antar negara untuk sama sama mendukung dalam menghadapi era globalisasi. Ada
beberapa negara yang mengadakan perjanjian bilateral, regional maupun
multilareal seperti Masyarakat Ekonomi Eropa (“MEE”), serta perjanjian lain.
Dan untuk yang regional sendiri negara negara di Asia Tenggara tidak ketinggalan
juga untuk membuat suatu kesepakatan maupun perjanjian sesama wilaya regional
Asia Tenggara yang diberi nama ASEAN dan yang nantinya akan membentuk
Masyarakat Ekonomi ASEAN (“MEA”).
Pada awal pembentukannya pada 8 Agustus 1967, 8 ASEAN lebih
ditujukan pada kerjasama yang ber orientasi politik guna pencapaian kedamaian,
keamanan di kawasan Asia Tenggara. Dimulai dari lima negara pendiri, yaitu,

Indonesia, Filipina, Thailand, Malaysia, dan Singapura, kini ASEAN terdiri dari
sepuluh

negara

yang

bergabung

kemudian,

yaitu

Brunei

Darussalam

(1984),Vietnam (1995), Myammar dan Laos (1997) dan Kamboja (1999). Kerja
sama regional ini semakin diperkuat dengan semangat stabilitas ekonomi dan


7

Rochmat Soemitro, op.cit. hlm 165.
Luhulima,dkk , Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN 2015 (Jakarta,
Pustaka Pelajar,2008), hlm. 1
8

Universitas Sumatera Utara

4

sosial di kawasan Asia Tenggara 9. Kerja sama ASEAN pun telah mengalami
perluasan (broadening) dan pendalaman (deepening), bukan lagi soal kerja smaa
ekonomi, teknologi dan sosial budaya, melainkan merambah ke soal-soal politik
hukum dan keamanan yang diharapkan dapat menjadi menjadi landasan untuk
mencapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. 10
Perjalanan panjang dan kerjasama regional ASEAN menemukan bentuk
yang lebih nyata dengan ditandatanganinya Piagam ASEAN dan Cetak biru
ASEAN menuju MEA 2015 pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-13 di
Singapura (November, 2007) bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-empat

dasawarsa.Dengan MEA sebagai tujuan akhir, berbagai inisiatif kerjasama
ekonomi yang dilakukan selama ini dipetakan dengan lebih sistematis dan secara
strategis dijadualkan pencapaiannya, termasuk pemantauan dan penyesuaian yang
diperlukan.Penandatangan Piagam ASEAN ini menandakan babak baru ASEAN
menuju sebuah organisasi dengan komitmen bersama yang mengikat secara
hukum,

dengan

cetak

biru

MEA

yang

memberikan

arah


bagi

perwujudannya. 11Adapun di Indonesia sendiri telah meratifikasi cetak biru
ASEAN Economy Community diundangkan di dalam undang-undang 38 tahun
2008 12. Dengan kata lain setelah adanya ratifikasi ini Indonesia secara hukum
harus tunduk terhadap apa-apa saja yang menjadi isi dari cetak biru dalam

9

Sjamsul Arifin, Rizal A. Djaafara, Aida S. Budiman, Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015,
(Jakarta:kelompok kompas Gramedia,2008), hlm. 1.
10
luhulima op.cit, hlm.v
11
Ibid hlm. vii
12
Undang-Undang Nomor 38 tahun 2008 tentang Pengesahan Charter of Association of
Southest Asian Nation( Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara), Lembaran Negara
Republik Indonesia, Nomor 165 Tahun 2008.


Universitas Sumatera Utara

5

ASEAN itu. Tentu hal ini akan berpengaruh terhadap pemberlakuan hukum di
Indonesia setelah diratifikasinya hal ini.
MEA diharapkan akan membawa ASEAN menuju pasar tunggal dan
kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan
ekonomi yang lebih merata dan meningkatkan kemampuan untuk berintegrasi
dengan perekonomian global. Salah satu alasan pembentukan pasar tunggal
tersebut

adalah

menjawab

tantangan

sehubungan


dengan

meningkatnya

persaingan terutama di kawasan regional akibat bangkitnya Cina dan India.
Pencapaian MEA menjadi pasar tunggal dan kesatuan basis produksi dilakukan
melalui lima pilar, yaitu: aliran bebas dari barang, jasa, investasi, tenaga kerja
terampil, dan aliran modal yang lebih bebas. Selain itu juga dikembangkan 12
sektor prioritas yang menjadi “Lead Sektor”proses liberisasi dan integrasi
kawasan. Kerjasama ekonoomi regional secara teoritis dan empiris menawarkan
berbagai peluang bagi ASEAN. Tetapi hal yang tidak dapat dipungkiri adalah
manfaat tersebut baru dapat dinikmati secara optimal bila persyaratan dasar
terpenuhi, termasuk kemampuan individual negara dalam mempersiapkan diri
menuju proses integrasi tersebut. 13

Untuk meningkatkan kerja sama di bidang perdagangan jasa antar negara
anggota ASEAN dibentuklah ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS)
pada tanggal 15 Desember 1995 di Bangkok, Thailand oleh Menteri-menteri
Ekonomi ASEAN. Liberalisasi perdagangan jasa di bawah kerangka AFAS

dilaksanakan melalui putaran negosiasi setiap 2 tahun hingga 2015.Dari putaran13

ibid

Universitas Sumatera Utara

6

putaran perundingan dalam kerangka AFAS, dihasilkan suatu jadwal komitmen
yang spesifik yang dilampirkan pada kerangka perjanjian.Jadwal ini sering disebut
sebagai paket komitmen jasa. 14

Dalam kesepakatan mengenai bidang jasa tersebut maka arus keluar masuk
tenaga kerja asing akan semakin mudah baik itu di Indonesia maupun di negara
ASEAN lainnya. Integrasi sektor jasa harus memfasilitasi proses pembangunan
landasan produksi tunggal ASEAN. Inisiatif-inisiatif regional harus pula ditujukan
untuk mempromosikan industri jasa berbiaya rendah tetapi berkualitas tinggi yang
memungkinkan ASEAN mengembangkan diri sebagai suatu poros alihdaya
(outsourching hub) global. 15 Pada ASEAN sendiri, salah satu upaya yang akan
dilakukan untuk mendukung sektor jasa dan bidang terampil adalah pembentukan
Mutual Recognition Arrangements atau dapat disebut dengan MRA. MRA ini
adalah kesepakatan yang diakui bersama oleh seluruh negara ASEAN untuk
saling mengakui atau menerima beberapa atau semua aspek hasil penilaian seperti
hasil tes atau berupa sertifikat.
MRA merupakan instrumen kebijakan yang dibentuk untuk memajukan
integrasi ekonomi dan meningkatkan perdagangan antar negara.Kondisi ini
dicapai melalui pengurangan hambatan non tarif barang dan jasa. Melalui MRA,
untuk produk barang dan jasa yang telah melalui tahapan pengujian/testing, dapat
masuk ke negara importir secara langsung tanpa melalui prosedur pengujian

14

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Arus Bebas Perdagangan Jasa,
http://aeccenter.kemendag.go.id/tentang-aec-2015/4-pilar-ASEAN/single-market-productionbase/free-flow-of-services/, diakses pada 4 juli 2017 pukul 9.42.
15
Luhulima dkk, op.cit.hlm.59.

Universitas Sumatera Utara

7

serupa, menurut Tullao dan Cortez, tujuan pembentukan MRA dimaksimalkan
untuk menciptakan prosedur dan mekanisme akreditasi mencapai kesamaan /
kesetaraan serta mengakui perbedaan antar negara dalam hal pendidikan dan
pelatihan, pengalaman, serta persyaratan lisensi untuk praktik profesi. 16
Dengan tercapainya kesepakatan MRA, negara-negara akan memperoleh
beberapa manfaat berupa pengurangan biaya, kepastian akses pasar, peningkatan
daya saing, serta aliran perdagangan yang lebih leluasa. Hingga 2007, terdapat
empat MRA yang telah disepakati oleh negara-negara anggota yakni MRA untuk
jasa engineering,nursing,architectural, dan surveying qualificatiom. Sementara itu
MRA yang masih dalam proses negosiasi adalah MRA untuk sektor jasa-jasa
akuntansi, tenaga medis (dokter umum dan dokter gigi), dan pariwisata.
Penyusunan MRA untuk bidang professional utama lainnya seperti bidang
pertambangan dan e-commerce, hingga 2007 belum dimulai.Dalam hal ini, perlu
dikemukakan bahwa penyusunan MRA untuk berbagai bidang professional di
negara-negara ASEAN pada prinsipnya bersifat terbuka, sepanjang MRA profesi
tersebut dipandang perlu dan dapat dilakukan. 17
Adapun untuk tenaga kerja asing bidang jasa pariwisata itu sendiri dibahas
oleh

Kementerian

Pariwisata

bersama

Sekretariat

ASEAN

serta

menyelenggarakan konferensi internasional “ASEAN Mutual Recognition
Arrangement on Tourism Professional (MRA-TP)” pada 8-9 Agustus 2016 di
Hotel Grand Mercure, Kemayoran Jakarta. Dan untuk menyikapi hal ini telah

16

Sjamsul arifin,dkk,op. cit, hlm.251
Ibid. hlm. 252

17

Universitas Sumatera Utara

8

dikeluarkan beberapa peraturan yang dapat mengakomodir terhadap penggunaan
tenaga kerja asing jasa pariwisata terebut. 18 Adapun dengan berlakunya MRA di
bidang jasa pariwisata ini akan membuat satu patokan baru terhadap sistem
ketenagakerjaan bidang jasa pariwisata di ASEAN.
Oleh karena latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penulisan skripsi
dengan judul “Kajian yuridis terhadap penggunaan tenaga kerja asing di
bidang jasa pariwisata di Indonesia dalam perspektif Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA)”

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan sebelumnya,
penulis memilih beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi
ini. Adapun permasalahan yang akan dibahas, antara lain:
1. Apakah konsekuensi

yuridis berlakunya kerangka Masyarakat

Ekonomi ASEAN bagi Indonesia?
2. Bagaimana pengaturan atas penggunaan tenaga kerja asing bidang jasa
pariwisata di Indonesia?
3. Apakah akibat hukum keberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN
terhadap penerimaan tenaga kerja asing bagi jasa pariwisata di
Indonesia.
18

Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, “Siaran Pers Konferensi Internasional
ASEAN Mutual Recognition Arrangement on Tourism Professional (MRA-TP) Bentuk Dukungan
Indonesia Hadapi MEA 2016”, http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=16&id=3251 di akses
pada 17 juli 2017 pukul 16.20 WIB.

Universitas Sumatera Utara

9

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan yang akan dicapai dari penulisan skripsi ini, adalah:
1. Mengetahui konsekuensi yuridis berlakunya kerangka Masyarakat
Ekonomi ASEAN bagi Indonesia
2. Mengetahui pengaturan atas penggunaan tenaga kerja asing bidang
jasa pariwisata di Indonesia?
3. Mengetahui akibat hukum keberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN
terhadap penerimaan tenaga kerja asing bagi jasa pariwisata di
Indonesia.
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini, adalah:
1.

Manfaat Teoritis
Diharapkan dari skripsi ini mampu memberikan sumbangan konsep teoritis

dalam pengembangan ilmu pengetahuan hukum ekonomi khususnya dalam bidang
Ketenagakerjaan Asing di Indonesia terlebih di dalam menghadapi MEA yang
telah berjalan. Skripsi ini diharapkan juga dapat dijadikan bahan referensi bagi
Pemerintah sebagai pengatur penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia dan
tenaga kerja asing yang ada di Indonesia bahkan bagi para swasta yang mungkin
ada ketertarikan dalam pengadaan tenaga kerja asing di Indonesia khususnya
bidang jasa pariwisata dan juga kiranya skripsi ini mampu memberikan sedikit
pencerahan kepada pengusaha yang bergerak di bidang jasa pariwisata bagaimana
aturan mengenai penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

10

2.

Manfaat Praktis
a. Bagi Akademisi
Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam memperkaya refrensi
kepustakaan bagi akedemisi dan diharapkan dapat menambah wawasan
bagi para pembacanya.

b. Bagi Tenaga Kerja Asing
Diharapan dengan penulisan skripsi ini dapat memberikan informasi
kepada tenaga kerja asing bagaimana ketentuan hukum dan ketentuanketentuan yang harus dipatuhi di Indonesia terkait dengan bekerjanya
tenaga kerja asing tersebut di Indonesia dalam jasa pariwisata
terkhususnya dengan berlakunya pasar bebas ASEAN.
c. Bagi Pengusaha/Pemberi Kerja Tenaga Kerja Asing
Diharapkan dengan penulisan skripsi ini dapat memberikan informasi
kepada para pengusaha sebagai salah satu pengguna jasa tenaga kerja di
Indonesia dan yang terkhusus dalam bidang usaha pariwisata yang
mempergunakan tenaga kerja asing sebagai orang yang bekerja di
perusahaan yang dimiliki maupun yang di pimpinnya.

Universitas Sumatera Utara

11

D. Keaslian Penulisan
Skripsi ini berjudul “Kajian yuridis terhadap penggunaan tenaga kerja
asing di bidang jasa pariwisata di Indonesia dalam perspektif Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA)” Penulis terlebih dahulu melakukan penelusuran
terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
Setelah dilakukan berbagai penelusuran mengenai judul skripsi, dari
perpustakaan ataupun media elektonik, maka penulis tertarik membahas tentang
Tenaga Kerja Asing jasa pariwisata dan kaitannya dengan berlakunya Masyarakat
Ekonomi ASEAN yang dilampirkan pada tanggal 26 Mei 2017 membuktikan
bahwa judul ini belum ada atau belum terdapat di perpustakaan Universitas
Sumatera Utara.
Skripsi ini dilakukan dengan menelusuri karya ilmiah melalui media
internet dan sepanjang penelusuran yang dilakukan, belum ada penelitian yang
pernah mengangkat topik tersebut.Sekalipun ada tentu saja subtansinya berbeda
dengan substansi skripsi ini.
Permasalahan yang dibahas di skripsi ini murni hasil pemikiran penulis
yang didasarkan pada pengertian-pengertian, teori-teori dan aturan hukum yang
diperoleh melalui referensi media cetak maupun media elektronik.Oleh karena itu,
skripsi ini adalah karya asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Universitas Sumatera Utara

12

E. Tinjauan Kepustakaan
Dalam tinjauan kepustakaan dicoba untuk mengemukakan beberapa
ketentuan dan batasan yang menjadi sorotan dalam mengadakan studi
kepustakaan.Hal ini berguna bagi penulis untuk membantu melihat ruang lingkup
skripsi agar berada dalam topik yang diangkat dari permasalahan yang telah
disebutkan di atas.
Terkait dengan topik yang diangkat dalam skripsi ini perlu dilakukan
pemabtasan terhadap beberapa hal sebagai berikut:
1.

Tenaga Kerja Asing
Tenaga Kerja Asing adalah orang asing yang bukan warga negara

Indonesia, karena kemampuan dan kualifikasi yang dimilikinya sangat dibutuhkan
untuk melakukan kegiatan dana tau pekerjaan di dalam negeri guna memenuhi
kebutuhan masyarakat. Terkait dengan kebutuhan masyarakat disini dapat
diartikan bahwa tenaga kerja asing terpaksa dipekerjakan oleh pengguna jasa
tenaga kerja, Karena pasar kerja yang ada di dalam negeri tidak terdapat tenaga
kerja yang memenuhi kualifikasi untuk melaksanakan kegiatan atau pekerjaan
yang ada di dalam negeri atau apabila ada jumlahnya sangat terbatas dalam arti
volume kerja yang ada dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia tidak
sebanding. 19
Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan
pada Pasal 1 ayat (18) yang dimaksud dengan Tenaga kerja asing adalah warga
warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah
19

C.sumarprihatiningrum, op.cit. hlm. 2

Universitas Sumatera Utara

13

Indonesia. 20 Adapun pengertian mengenai tenaga kerja asing juga ditemukan di
dalam ketentuan Pasal 1 angka (1) Keputusan Presiden Nomor 75 tahun 1995
tentang Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang, yang
menyebutkan bahwa Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang selanjutnya
disingkat TKWNAP adalah Warga Negara Asing yang memiliki Visa Tinggal
Terbatas atau izin Tinggal Terbatas atau izin Tinggal Tetap untuk maksud bekerja
di dalam wilayah Republik Indonesia. Dengan demikian dapat di simpulkan
bahwa TKA/TKWNAP menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Keppres di atas
terdiri dari:
1.Tenaga Kerja warga negara asing yang mempunyai visa tinggal terbatas
atau izin terbatas
2. Tenaga kerja warga negara asing yang mempunyai izin tinggal tetap. 21
Adapun pengertian lain yang terkait dengan tenaga kerja asing sesuai
dengan ketentuan yang ada berlaku di Indonesia adalah
-Tenaga kerja Indonesia pendamping yang selanjutnya disebut sebagai
TKI pendamping adalah tenaga kerja warga negara Indonesia yang di tunjuk dan
dipersiapkan sebagai pendamping dana tau calon pengganti tenaga kerja asing
tersebut;
-Pemberi tenaga kerja asing yang selanjutnya disebut pemberi tenaga kerja
TKA adalah perusahaan, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang
mempekerjakan tenaga kerja asing dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain;
20
21

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan
Suria Ningsih, op.cit, hlm. 162

Universitas Sumatera Utara

14

-Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang selanjutnya disebut
RPTKA adalah rencana penggunaan tenaga kerja asing atau tenaga kerja
Indonesia pendamping yang pada jabatan tertentu yang dibuat oleh pemberi kerja
Tenaga Kerja Asing untuk jangka waktu tertentu yang disahkan oleh menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau pejabat yang ditunjuk;
-Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing yang selanjutnya dibut (IMTA)
adalah ijin tertulis yang diberikan oleh menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
atau pejabat yang ditunjuk kepada pemberi kerja Tenaga Kerja Asing;
-Instansi Teknis adalah instansi yang memberikan ijinusaha atau yang
bertanggung jawab dalam pembinaan kegiatan usaha pemberi kerja tenaga kerja
asing atau yang bertanggung jawab dalam pembinaan profesi. 22

2.
Menurut

Pariwisata
undang-undang

kepariwisataan 23,

pada

pasal

1

angka

4

“Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan
setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.”
Istilah pariwisat terlahir dari Bahasa sansekerta yang komponen-komponen
terdiri dari:
Pari

- penuh, terlengkap, berkeliling

Wis(man)

- rumah, properti, kampong, komunitas

22

C. Sumarprihatiningrum, op.cit. hlm 4
Undang-UndangNomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan Lembaran Negara
Nomor 11 Tahun 2009
23

Universitas Sumatera Utara

15

Ata

- pergi, terus-menerus, mengembara (roaming

about)
Yang bila dirangkai menjadi satu kata melahirkan istilah pariwisata,
berarti: pergi secara lengkap meninggalkan rumah (kampong) berkeliling terus
menerus. Dalam operasionalnya istilah pariwisata sebagai pengganti istilah asing
“tourism” atau “travel” diberi makna oleh Pemerintah Indonesia: “Mereka yang
meninggalkan rumah untuk mengadakan perjalanan tanpa mencari nafkah di
tempat-tempat yang dikunjungi sambal menikmati kunjungan mereka”. 24

3. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Masyarakat Ekonomi ASEAN “MEA” 2015 “ASEAN Economic Community
(AEC)” Merupakan sebuah intergrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi
perdagangan bebas antar sesama negara-negara ASEAN. Dalam hal ini
berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa MEA ialah sebuah
sistem pasar bebas antara sesama negara anggota ASEAN yang menghilangkan
pajak atau bea cukai serta kebebasan sebuah negara untuk memasukkan
barangnya ke negara lainnya. 25
MEA atau ASEAN Economy Community (AEC) merupakan konsep yang
mulai digunakan dalam Declaration of ASEAN Concord II (Bali, Oktober
2003.Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah salah satu pilar perwujudan ASEAN
Vision, bersama-sama dengan ASEAN Security Community (ASC) dan ASEAN
24

Nyoman Pendit, Ilmu Pariwisata (Jakarta: Pradnya Paramita, 2002) hlm. 1
Samhis Setiawan, “Masyarakat Ekonomi ASEAN Pengertian, Tujuan dan Kesiapan”,
http://www.gurupendidikan.co.id/masyarakat-ekonomi-asean-pengertian-tujuan-kesiapan/, diakses
pada 7 Agustus 2017 pukul 5:11
25

Universitas Sumatera Utara

16

Socio-Cultural Community (ASCC).MEA adalah tujuan akhir dari intergrasi
ekonomi seperti yang dicanangkan dalam ASEAN Vision 2020. 26Keputusan
penting pada KTT ASEAN ke-12 di Cebu Januari 2007 adalah mempercepat
pembentukan Komunitas ASEAN dari target semula tahun 2020 menjadi 2015.
Percepatan jadwal ini semula diusulkan dalam KTT ASEAN ke-11 di Kuala
Lumpur tahun 2005 dan diperkuat dengan rekomendasi dari ASEAN Economic
Ministerial Meeting ke-38 pada Agustus 2006. 27Adapun negara negara yang
tergabung dalam MEA itu sendiri adalah Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina,
Singapura, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myammar, dan Kamboja. 28

F. Metode Penelitian
Soerjono Soekanto menyatakan bahwa, penelitian merupakan suatu
kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan anlisa konstruksi yang dilaksanakan secara
metodologis dan konsisten. 29 Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara
tertentu.

30

Sistematis berarti berdasarkan suatu sistem yang konsisten yang berarti

tidak adanya hal-hal yang bertentangan dengan suatu keterangan tertentu. 31 Dalam
skripsi ini, metode yang dipakai adalah sebagai berikut:

1.

Jenis dan Sifat Penelitian

26

Sjamsul Arifin, Rizal A. Djaafara, op.cit. hlm. 9.
Luhulima, Dewi Fortuna Anwar, dkk. Op.cit. hlm. 110
28
KOMINFO, Komunitas ASEAN 2015
29
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta.UI Press, 1986), hlm.46.
30
Ibid.
31
Ibid.
27

Universitas Sumatera Utara

17

Jenis Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian
yang dilakukan berdasarkan perundang-undangan (law in books) atau hukum
dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berprilaku
manusia yang dianggap pantas. 32Penelitian yuridis mengandung arti bahwa dalam
meninjau dan menganalisa masalah dipergunakan data sekunder dibidang hukum,
yaitu meliputi berbagai macam peraturan perundang-undangan, hasil karya ilmiah,
hasil-hasil penelitian dan literatur-literatur ilmu hukum. 33Sedangkan normatif
mengandung arti dalam meninjau dan menganalisa masalahnya dipergunakan
pendekatan dengan menganalisa undang-undang. 34 Penelitian hukum normatif
atau penelitian hukum kepustakaan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka atau hanya menggunakan data sekunder. 35

2.

Data Penelitian
Penelitian yuridis normatif menggunakan data sekunder sebagai data

utama. Data sekunder yang digunakan dalam skripsi ini adalah data yang
diperoleh dari bahan-bahan hukum yang sudah tersedia, antar lain : 36
a. Bahan Hukum Primer
Adapun bahan hukum primer yang digunakan antara lain :

32

Amiruddin dan Zainal Askin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2003), hlm.118.
33
Ibid.
34
Ibid.
35
Tampil Anshari Siregar, Metode Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, (Jakarta :PT.
Pustaka Bangsa Pres, 2005), hlm. 23.
36
Bambang Sugono,Metodologi Penelitian Hukum , (Jakarta: PT.Raja Grapindo
Persada,2003), hlm.116.

Universitas Sumatera Utara

18

1.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(“UUD 1945”);

2.

Undang-Undang 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

3.

Undang-Undang 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan;

4.

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia nomor 16
tahun 2015 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing

5.

Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2016 Tentang Pemberlakuan Wajib Sertifikasi Kompetensi Di Bidang
Pariwisata

b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder berupa buku-buku yang terkait dengan judul
skripsi, artikel-artikel, hasil-hasil penelitian dan beberapa jurnal yang akan saya
jadikan sebagai rujukan untuk melihat penggunaan Tenaga Kerja Asing jasa
pariwisata di Indonesia
b.

Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier, berupa petunjuk dan penjelasan terhadap hukum
primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum, jurnal ilmiah, dan
bahan-bahan hukum lain yang relevan dan bisa digunakan untuk melengkapi data
yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

19

3.

Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan dengan studi

pustaka, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang
diperoleh melalui peraturan perundang-undangan, buku-buku literatur, pendapat
sarjana hukum, hasil seminar, artikel dari media elektronik, dan sumber-sumber
lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

4.

Analisis Data
Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif yang bersifat kualitatif,

yaitu penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam
perundang-undangan serta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat. 37 Data yang di analisis secara kulitatif akan dikemukakan dalam
bentuk uaraian secara sistematis, semua data diseleksi diolah kemudian
dinyatakan secara deskriptif sehingga diperoleh jawaban terhadap permasalahan
yang diajukan.

5.

Sistematika Penulisan
Pembahasan dan penyajian suatu penelitian harus teratur agar tercipta

karya ilmiah yang baik. Skripsi ini terdiri dari beberapa bab yang saling berkaitan
satu sama lain, karena isi dari skripsi ini bersifat berkesinambungan antara bab
yang satu dengan bab yang lainnya. Adapun sistematika penulisan dalam skripsi
ini adalah sebagai berikut:

37

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Palu : Ghalia Indonesia, 2009), hlm.105.

Universitas Sumatera Utara

20

Bab I berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan
dan sistematika penulisan, yang semuanya berkaitan dengan tinjauan yuridis
terhadap penggunaan Tenaga Kerja Asing bidang Jasa Pariwisata dalam perspektif
Masyarakat Ekonomi ASEAN.
BabII memuat tentang konsekuensi yuridis berlakunya kerrangka
Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap Indonesia yang mana nantinya akan
dimuat mengenai Sejarah terbentuknya dan tujuan didirikannya MEA, kedudukan
MEA dari segi hukum, kesepakatan-kesepakatan dalam kerangka MEA dan
konsekuensi hukum berlakunya MEA terhadap Indonesia
Bab III membahas mengenai pengaturan penggunaan tenaga kerja asing di
bidang jasa pariwisata di Indonesia, yang mana pada bab ini akan dibahas
mengenai pengertian pariwisata dan jasa pariwisata, penggunaan tenaga kerja
asing berdasarkan perundang-undangan yang ada di Indonesia, penggunaan tenaga
kerja asing di bidang jasa pariwisata di Indonesia serta aspek pengawasan
terhadap tenaga kerja asing di bidang jasa pariwisata di Indonesia.
Bab IV membahas mengenai akibat hukum berlakunya MEA terhadap
perekonomian tenaga kerja asing bidang jasa pariwisata yang mana akan lebih
dibahas secara rinci dengan sub topik kerangka hukum perdagangan jasa dalam
kerangka MEA, kebebasan aliran tenaga kerja dalam kerangka MEA, Mutual
Recognition Arragement (MRA) dalam tenaga kerja terdidik bidang jasa
pariwisata dan akan dibahas juga mengenai akibat hukum MEA terhadap
perekonomian tenaga kerja asing bidang jasa pariwisata.

Universitas Sumatera Utara

21

Bab V merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dan saran dari
penulis.

Universitas Sumatera Utara