EFEKTIVITAS KOMUNIKASI SEBAGAI MEDIATOR doc

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI SEBAGAI MEDIATOR TERHADAP KINERJA SDM
DALAM ORGANISASI DI SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN
Harsuko Riniwati* dan Agus Nur Afiyanto*
Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan
Universitas Brawijaya
Email : riniwatisepk@gmail.com dan riniwatisepk@ub.ac.id
Abstrak
Kualitas sumberdaya manusia (SDM) menentukan keberhasilan tercapainya tujuan
organisasi. Salah satu faktor kualitas SDM yang penting adalah komunikasi.
Efektifitas komunikasi tergantung dari faktor individu, antar individu dan organisasi
yang akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerja. Dalam rangka meningkatkan
kinerja DKP, perlu dilihat sejauh mana efektifitas komunikasi dalam organisasi DKP
dan faktor yang mempengaruhinya. Populasi penelitian adalah seluruh SDM di DKP
Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta. Responden penelitian berjumlah 41 orang.
Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Data dianalisis dengan
metode Generalized Structure Component Analysis (GESCA). Hasil analisis data
dengan GESCA menunjukkan bahwa efektifitas komunikasi merupakan mediator
yang sangat baik yang berfungsi sebagai variabel mediasi antara faktor individu,
antar individu dan organisasi dalam peranannya meningkatkan kinerja SDM di
DKP Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta.
Untuk meningkatkan efektivitas komunikasi dan kinerja dapat dilakukan

dengan meningkatkan kepribadian masing-masing individu melalui persamaan
persepsi, keterampilan mendengar, menjaga kondisi emosi, dan ketrampilan umpan
balik (faktor individu), melakukan kegiatan bersama seperti ibadah, olah raga, seni
dan lain-lain sehingga faktor usia tidak menimbulkan perbedaan yang berarti,
kepercayaan antar individu meningkat dan gaya bahasa tidak menjadi penghalang
komunikasi (faktor antar individu), mengembangkan gaya kepemimpinan konsultatif
dan partisipatif, pimpinan dan bawahan tidak ada kesenjangan, tidak banyak
kelompok-kelompok kepentingan (faktor organisasi), pengulangan informasi,
kesempatan dan respon umpan balik dan empati (efektifitas komunikasi),
meningkatkan kecakapan, kedisiplinan, kreatifitas, kerjasama, tanggung jawab,
ketepatan waktu, ketrampilan memimpin, kualitas dan kuantitas kerja (kinerja)
Kata Kunci : efektifitas komunikasi dan kinerja

Pendahuluan
Keberadaan Indonesia yang mempunyai luas lautan lebih besar
dibandingkan daratan menyebabkan potensi kelautan dan perikanan sangat
besar. Namun sumberdaya alam kelautan perikanan yang besar tersebut
ibarat raksasa yang sedang tidur jika tidak ada keseimbangan
pengembangan kualitas sumberdaya manusia (SDM). Tekad pemerintahan
sekarang ini dengan salah satu jargon nya yaitu revolusi mental SDM patut

kita dukung dengan menjalankan sistem pemerintahan khususnya di sektor
kelautan perikanan dengan semaksimal mungkin sesuai kebutuhan
kemajuan Indonesia. Pemerintahan di wilayah propinsi dan atau
kota/kabupaten untuk mampu menyesuaikan diri dalam segala aspek
kehidupan. Sistem pemerintahan suatu negara dari tingkat pusat hingga
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan
Perikanan di Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September
2014[Type text]
Page 1

daerah harus mampu memenuhi tuntutan globalisasi, penyelenggaran
pemerintahan yang baik menjadi kewajiban yang mutlak untuk dipenuhi.
Prinsip-prinsip pemerintahan yang baik adalah sebagai berikut
akuntabilitas yang diartikan sebagai kewajiban untuk mempertanggung
jawabkan kinerjanya; keterbukaan dan transparansi (openness and
transparency) dalam arti masyarakat tidak hanya dapat mengakses suatu
kebijakan tetapi juga ikut berperan dalam proses perumusannya; ketaatan
pada hukum dalam artian seluruh kegiatan didasarkan pada aturan hukum
yang berlaku dan aturan hukum tersebut dilaksanakan secara adil dan
konsisten

dan partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan
pemerintahan umum dan pembangunan (Mangnga’,2012)
Organisasi merupakan suatu sistem dimana bagian yang satu saling
terkait dengan yang lain. Organisasi merupakan suatu kesatuan kompleks
yang berusaha mengalokasikan sumber daya manusia secara penuh demi
tercapainya suatu tujuan (Mangnga’, 2012). Tujuan tersebut akan mampu,
mudah dan ringan dicapai apabila setiap komponen di dalamnya mampu
berjalan selaras dan beriringan. Sebaliknya apabila salah satu komponen di
dalamnya tidak mampu berjalan selaras, akan mengakibatkan komponen
lainnya mengalami kerusakan sehingga tujuan organisasi tersebut sulit untuk
dicapai.
Tanpa SDM suatu organisasi tidak akan dapat berjalan. Sumber Daya
Manusia (pegawai) merupakan unsur yang strategis dalam menentukan
sehat tidaknya suatu organisasi. Pengembangan SDM yang terencana dan
berkelanjutan merupakan kebutuhan yang mutlak terutama untuk masa
depan organisasi. Oleh karena itu manajemen dituntut untuk
mengembangkan paradigma baru dalam mempertahankan kualitas SDM
terkait mengembangkan potensinya agar memberikan kontribusi maksimal
pada organisasi (Pratiwi, 2012).
Manajemen sumber daya manusia merupakan serangkaian tindakan atau

proses penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan
SDM untuk mencapai tujuan individu maupun tujuan organisasi (Robbins,
1996). Jika proses manajemen SDM berjalan dengan baik, akan mampu
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan mampu mengembangkan
potensi yang terkandung di dalamnya.
Organisasi merupakan suatu kesatuan atau perkumpulan yang terdiri atas
orang-orang atau bagian-bagian yang di dalamnya terdapat aktivitas kerja
sama berdasarkan aturan-aturan untuk mencapai tujuan bersama (Sehfudin,
2011). proses atau kegiatan organisasi tidak terlepas dari kerjasama setiap
komponen (manusia) di dalamnya. Kerja sama tersebut akan mampu
berjalan apabila terdapat komunikasi. Lancar tidaknya proses komunikasi
akan mempengaruhi tercapai nya tujuan organisasi.
Komunikasi berperan penting yaitu sebagai penghubung antara
komponen satu dengan yang lainnya dalam organisasi. Melalui komunikasi,
setiap pegawai akan mampu untuk memberi dan menerima perintah,
berdiskusi, mengekspresikan perasaanya dan lain-lain. Komunikasi di
dalam organisasi dapat berlangsung secara vertikal, horisontal, ke samping
dan ke luar.
Komunikasi yang berjalan dengan baik akan mampu
meningkatnya kinerja SDM dan mampu meningkatkan kualitas organisasi

secara keseluruhan (Sehfudin, 2011). Komunikasi yang berjalan dengan baik
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan
Perikanan di Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September
2014[Type text]
Page 2

akan memberikan kepahaman yang sama antara pegawai satu dengan
pegawai lainnya.
Melalui
komunikasi, diharapkan SDM dapat diarahkan untuk
menghasilkan kinerja yang terbaik bagi organisasi. Komunikasi dalam
organisasi dapat dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, kompensasi,
motivasi, penciptaan lingkungan kerja yang nyaman, jaminan keselamatan,
dan lain-lain. Penilaian kinerja juga merupakan kegiatan komunikasi yang
artinya pegawai mendapat perhatian dari atasan dan menambah gairah
kerja pegawai.
Penilaian kinerja berdampak bagi yang berprestasi
dipromosikan, dikembangkan dan diberi penghargaan atas prestasi,
sebaliknya pegawai yang tidak berprestasi mungkin akan didemosikan
(Pratiwi, 2012)

Kinerja pegawai, baik instansi pemerintahan dan swasta diawasi dan
dinilai. Dengan demikian setiap pegawai dapat memberikan semua
kemampuan terbaiknya dalam setiap tugasnya demi tercapainya tujuan
organisasi (instansi). Hal ini tercantum dalam UU Nomor 43 tahun 1999
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian pasal 3 ayat 1 yang berbunyi, “Pegawai
Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil,
dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan
pembangunan.’ Maknanya bahwa setiap pegawai dituntut untuk memiliki
kinerja yang baik demi tercapainya tujuan organisasi (instansi).
Sejauh mana efektifitas komunikasi dalam organisasi pemerintah di sektor
kelautan dan perikanan (kasus di DKP DIY)?. Bagaimana pengaruh faktor
individu pegawai, antar individu pegawai dan faktor organisasi DKP DIY
terhadap efektifitas komunikasi terhadap kinerja?. Bagaimana juga peran
efektifitas komunikasi sebagai variabel mediator terhadap kinerja SDM di
DKP DIY? Semua pertanyaan tersebut ingin dianalisis dalam penelitian ini
sebagai bahan pertimbangan dan kebijakan dalam “revolusi mental SDM” di
instansi pemerintah khusus nya sektor kelautan dan perikanan.
Tujuan Penelitian :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui dan

mempelajari sejauh mana efektifitas komunikasi di DKP DIY; (2) mengetahui
dan mempelajari indikator dari faktor individu, antar individu dan organisasi
dalam mempengaruhi efektifitas komunikasi; (3) mengetahui dan
mempelajari sejauh mana peran efektifitas komunikasi terhadap kinerja SDM
di DKP DIY
Metode Penelitian
Penelitian ini bertempat di DKP Provinsi DIY yang dilaksanakan pada
tanggal 6 Januari – 17 Februari 2014.
Peneltian ini menggunakan
pendekatan deskriptif explanatory, yaitu menggambarkan dan memberikan
penjelasan mengenai peran DKP Provinsi DIY dalam menciptakan
komunikasi yang efektif dan peranan efektifitas komunikasi dalam
menunjang kinerja pegawai. Populasi dalam peneltian ini berjumlah 80 orang
pegawai/SDM DKP di DIY. Sampel sebanyak 41 responden yang ditentukan
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan
Perikanan di Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September
2014[Type text]
Page 3

dengan teknik purposive sampling (sampling tertuju) berdasarkan setiap

bagian ada yang mewakili

Analisis Data
Untuk menjawab tujuan penelitian ke satu yaitu sejauh mana
efektifitas komunikasi pada organisasi DKP di DIY dengan analisis distribusi
frekuensi jawaban responden terkait dengan variabel efektifitas komunikasi.
Untuk menjawab tujuan penelitian kedua yaitu apa saja indikator dari faktor
individu, antar individu dan organisasi yang mempengaruhi efektifitas
organisasi dengan measurement model masing-masing faktor dengan
generalized structure component analysis (GESCA). Untuk menjawab tujuan
penelitian ketiga yaitu bagaimana peran efektifitas komunikasi terhadap
kinerja pegawai/SDM DKP di DIY dengan overall model dengan GESCA.
Menurut Solimun (2010), langkah-langkah menganalisis data dengan
metode GESCA sebagai berikut :




Merancang Model Struktural (hubungan antar variabel laten)
Merancang Model Pengukuran (refleksif atau formatif)

Mengkonstruksi Diagram Jalur





Konversi Diagram Jalur ke Sistem Persamaan
Estimasi: Koef. Jalur, Loading dan Weight
Evaluasi Goodness of Fit



Pengujian Hipotesis (Resampling Bootstraping)

Model Efektifitas komunikasi sebagai mediator dalam kinerja SDM
organisasi di sektor kelautan dan perikanan dalam merancang model
strukturalnya didasarkan pada teori dan hasil penelitian empiris. Hasil
penyusunan model nya seperti tampak pada gambar 1.

Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan

Perikanan di Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September
2014[Type text]
Page 4

Gambar 1. Model Struktural Berbasis Teori dan Hasil Penelitian
Terdahulu
Pada penelitian ini dalam merancang model pengukuran dengan
metode GeSCA melalui konstruk dengan analisis komponen utama yaitu
menganggap bahwa variabel latent dibentuk (formasi) dari sejumlah indikator
dan reflektif yaitu variabel laten fungsi dari indikator. Dalam kasus penelitian
ini dapat dikatakan semua model pengukuran adalah reflektif. Kinerja (Y)
pegawai terdiri dari indikator kecakapan, kedisiplinan, kreatifitas, kerjasama,
tanggung jawab, ketepatan waktu, keterampilan memimpin, kualitas dan
kuantitas kerja. Model pengukuran variabel laten kinerja (Y) dapat dilihat
pada gambar 2.

Gambar 2. Model Pengukuran Formasi Dari Variabel Laten Kinerja (Y)
Efektifitas komunikasi (X4) dalam penelitian ini terdiri dari 3 indikator, yaitu
pengulangan informasi, umpan bail dan empati. Model pengukuran variabel
laten efektivitas komunikasi (X4) dapat dilihat pada gambar 3.

Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan
Perikanan di Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September
2014[Type text]
Page 5

Gambar 3. Model Pengukuran Formasi Dari Variabel Laten
Efektifitas Komunikasi (X4)
Faktor organisasi (X3) terdiri dari indikator gaya kepemimpinan, hirarki
organisasi dan ukuran kelompok.
Model Pengukuran variabel laten faktor
organisasi (X3) dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Model Pengukuran Formasi Dari Variabel Laten Faktor
Organisasi (X3)
Faktor individu (X1) terdiri dari indikator perbedaan persepsi, keterampilan
mendengar, kondisi emosi dan keterampilan umpan balik.
Model
pengukuran variabel laten faktor individu (X 1) dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 6. Model Pengukuran Formasi Dari Variabel Laten
Faktor Individu (X1)

Faktor antar individu (X2) terdiri dari indikator perbedaan usia, kepercayaan
penerima dan perbedaan bahasa. Model pengukuran variabel laten faktor antar
individu (X2) dapat dilihat pada gambar 6.

Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan
Perikanan di Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September
2014[Type text]
Page 6

Gambar 7. Model Pengukuran Formasi Dari Variabel Laten
Faktor Antar Individu (X2)
Mengkonstruksi Diagram Jalur
Pada analisis data dengan metode GeSCA, setelah dilakukan proses
merancang model struktural dan merancang model pengukuran, langkah
selanjutnya (langkah ketiga) adalah mengkonstruksi diagram jalur dengan
menggunakan notasi-notasi GeSCA. Konstruksi diagram jalur dengan notasi
GeSCA pada penelitian ini secara lengkap dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar
8. Diagram
Penelitian
Dengan Notasi GeSCA
Konversi
Diagram
Jalur keJalur
dalam
Sistem Persamaan
Menurut Solimun (2010), mengkonversi diagram jalur di atas ke dalam
sistem persamaan yang menghubungkan variabel laten dengan indikatornya
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan
Perikanan di Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September
2014[Type text]
Page 7

disebut measurement model. Dari diagram jalur di atas, model indikator
reflektifnya dapat ditulis persamaannya sebagai berikut :
x = ∏x ξ + δx
y = ∏y η + δy

Keterangan :
x = indikator variabel laten eksogen (ξ)
y = indikator variabel laten endogen (η)
∏ = matriks loading yang menghubungkan
indikatornya

variabel

laten

dan

Pada penelitian ini, setidaknya terdapat 5 mesurement model. Measurement
model tersebut adalah sebagai berikut :
a. variabel laten eksogen 1 (reflektif), yaitu faktor individu (X1):
x1.1
= λX1.1 ξ1 + δ1
x1.2
= λX1.2 ξ1 + δ1
x1.3
= λX1.3 ξ1 + δ1
x1.4
= λX1.4 ξ1 + δ1
b. variabel laten eksogen 2 (reflektif), yaitu faktor antar individu (X2):
x2.1
= λX2.1 ξ2 + δ2
x2.2
= λX2.2 ξ2 + δ2
x2.3
= λX2.3 ξ2 + δ2
c. variabel eksogen 3 (reflektif), yaitu faktor organisasi (X3):
x3.1
= λX3.1 ξ3 + δ3
x3.2
= λX3.2 ξ3 + δ3
x3.3
= λX3.3 ξ3 + δ3
d. variabel eksogen (reflektif), yaitu efektivitas organisasi (X4):
x4.1
= λX4.1 ξ4 + δ4
x4.2
= λX4.2 ξ4 + δ4
x4.2
= λX4.2 ξ4 + δ4
e. variabel endogen (reflektif), yaitu kinerja (Y):
Y1.1
= λY1.1 η + ζ
Y1.2
= λY1.2 η + ζ
Y1.3
= λY1.3 η + ζ
Y1.4
= λY1.4 η + ζ
Y1.5
= λY1.5 η + ζ
Y1.6
= λY1.6 η + ζ
Y1.7
= λY1.7 η + ζ
Y1.8
= λY1.8 η + ζ
Pendugaan Parameter
Pendugaan parameter pada GeSCA menggunakan kriteria optimasi kuadrat global
yang secara konsisten diminimalkan untuk mendapatkan estimasi model parameter
(Hwang et.al, 2004). Parameter pada GeSCA tersebut diminimalkan atau
diminimumkan dengan menggunakan Alternating Least Square (ALS) algorithm (de
Leeuw, Young & Takane, 1976 dalam Ghozali, 2008).
PLS dan GeSCA mengestimasi model parameter berdasarkan fixed point algorithm
(FP) atau algoritma poin tetap dimana satu set model parameter dibagi terlebih
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan
Perikanan di Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September
2014[Type text]
Page 8

dahulu menjadi subset. Setiap subset tersebut kemudian diestimasi secara parsial
(sendiri-sendiri) dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan menganggap
subset lain tetap, estimasi ini dilakukan berulang kali sampai sampai diperoleh
keadaan convergence (Ghozali, 2008). Pendugaan parameter di dalam GeSCA
menurut Solimun (2010) meliputi:
a. Berdasarkan data sampel original
1. Weight dan Loading estimate adalah untuk mendapatkan data variabel
laten, umumnya pendugaan parameter menggunakan pendekatan eigen
value dan eigen vector.
2. Path coefficient estimate yaitu koefisien hubungan antar variabel laten,
digunakan ALS.
b. Berdasarkan data resampling (sampel bootstrap)
Means dari Weight, Loading dan Path coefficient, yaitu dugaan parameter
berupa rerata dari subsampel, digunakan metode resampling bootstrap.
Measure of Fit
Measure of fit pada GeSCA dijelaskan secara rinci oleh Solimun (2010), bahwa
pada analisis GeSCA measures of fit dapat dilakukan pada model pengukuran,
model struktural, dan model keseluruhan (overall model).
 Measure of fit pada model pengukuran bertujuan untuk memeriksa (menguji)
apakah instrumen penelitian valid dan reliabel.
 Measure of fit pada model struktural bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar informasi yang dapat dijelaskan oleh model struktural (hubungan antar
variabel laten) hasil analisis GESCA.
 Measure of fit pada model keseluruhan (overall model) adalah ukuran
goodness of fit gabungan antara model pengukuran dan model struktural,
hal ini dapat dilakukan pada overall model yang semua variabel memiliki
indikator bersifat refleksif.
a. Measure of fit Measurement Model
 Convergent validity
Suatu konstruk laten dikatakan mempunyai convergent validity yang baik
apabila memiliki nilai loading factor lebih dari 0.70 dan signifikan. Akan
tetapi, untuk penelitian tahap awal pengembangan skala pengukuran,
konstruk laten yang memiliki nilai 0.5 sampai 0.6 dikatakan cukup (Chin,
1998 dalam Ghozali, 2008).
 Discriminant validity
Discriminant validity model pengukuran refleksif diukur dengan cara
membandingkan nilai akar kuadrat dari AVE (average variance extracted)
setiap variabel laten dengan korelasi antara variabel bersangkutan dengan
variabel lainnya di dalam model. Dikatakan memiliki nilai discriminant
validity yang baik apabila nilai akar kuadrat AVE lebih besar dari pada nilai
korelasi antara variabel tersebut dengan variabel lainnya dalam model
(Forner dan Lacker, 1981 dalam Ghozali, 2008).
Berikut rumus
menghitung discriminant validity menurut Ghozali (2008) :
2

AVE =
2

∑ λi
2
2
∑ λi + ∑ 1− λi

Dimana λi adalah komponen loading factor dan
 Internal concistensy reliability

1−λ 2i = var (εi)

Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan
Perikanan di Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September
2014[Type text]
Page 9

Kelompok Indikator yang mengukur sebuah variabel memiliki reliabilitas
internal konsistensi yang baik jika memiliki alpha ≥ 0.6, walaupun bukan
merupakan standar absolut (Solimun, 2010).
Pada indikator formatif ukuran validitas dievaluasi berdasarkan pada
substantive contentnya, yaitu dengan melihat signifikansi dari weight, jika
signifikan (p < 0.05) berarti valid (Solimun, 2010).
b. Measure of fit Structural Model
Menurut Solimun (2010), Goodness of Fit Model struktural diukur
menggunakan FIT, yaitu setara dengan R square pada analisis regresi atau
koefisien determinasi total pada analisis jalur atau Q2 pada PLS .
1. Menurut Ghozali (2008) FIT menunjukkan varian total dari semua variabel
yang dapat dijelaskan oleh model struktural. Nilai FIT berkisar dari 0
sampai 1, semakin besar nilai ini, semakin besar varian data yang dapat
dijelaskan oleh model. Menurut Solimun (2010), jika nilai FIT = 1 berarti
model secara sempurna dapat menjelaskan fenomena yang diselidiki.
2. AFIT (Adjusted FIT) serupa dengan R2 adjusted pada analisis regresi. AFIT
dapat digunakan untuk perbandingan model. Model dengan AFIT nilai
terbesar dapat dipilih antara model yang lebih baik (Solimun, 2010).
c. Measure of fit Overall Model
Overall Model adalah model di dalam GeSCA yang melibatkan model
struktural dan model pengukuran secara terintegrasi, jadi merupakan
keseluruhan model. Menurut (Hu & bentler, 1999 dalam Ghozali, 2008), suatu
model dikatakan good fit apabila mempunyai nilai GFI mendekati 1 dan nilai
SRMR mendekati 0.
Beberapa pemeriksaan goodness-of-fit model overall disertai nilai cut-off
menurut Solimun (2010) dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1. Ukuran Goodnes of fit Model Overall Pada GeSCA

Goodnes of fit
SRMR
GFI

Cut-off
≤ 0.08
≥ 0.90

Keterangan
Setara dengan RMSEA pada SEM
Mirip dengan R2 dalam regresi

Tabel 2. Kriteria SRMR
SRMR
< 0.05
0.05 – 0.08
0.08 – 0.1
> 0.1

Keterangan
Close fit (model sangat sesuai)
Good fit (model sesuai)
Marginal fit (model cukup sesuai)
Poor fit (model tidak sesuai)

Hasil dan Pembahasan
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden
Efektifitas komunikasi pada SDM DKP di DIY sudah baik terbukti dari
distribusi jawaban responden terkait dengan pengulangan informasi, umpan
balik dan empati menjawab setuju dan sangat setuju. Semua item indikator
dari efektifitas komunikasi yaitu setiap komunikasi penyampaian informasi
diulang jika belum jelas, pihak yang berkomunikasi saling bertanya jika
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan
Perikanan di Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September
2014[Type text]
Page 10

belum jelas, memberikan laporan apabila tugas selesai dilaksanakan dan
pihak yang berkomunikasi saling menyesuaikan merupakan cerminan baik
jika responden menjawab setuju atau sangat setuju.
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana instrumen bisa
mnegukur apa yang ingin diukur. Sedangkan uji reliabilitas bertujuan untuk
mengukur sejauh mana instrumen penelitian bisa diandalkan.
Pada
penelitian ini, untuk mengukur validitas dan reliabilitas instrumen digunakan
SPSS 16.0 for windows, yaitu dengan melihat nilai perason correlation (uji
validitas) dimana dikatakan valid apabila nilai pearson correlation lebih dari
0.3; untuk uji reliabilitas dengan melihat nilai cronbach’s Alpha dimana
dikatakan reliabel apabila nilainya lebih dari 0.6. Dari hasil pengujian,
instrumen penelitian ini valid dan reliabel karena semua indikator dan
variablenya mempunyai nilai Pearson Correlation di atas 0.3 dan nilai
Cronbach’s Alpha di atas 0.6.
Measurement Model
Measurement model merupakan model persamaan yang dapat
mendifinisikan
karakteristik
variabel
laten
dengan
indikatornya,
measurement model ini didapatkan dari kosntruksi diagram jalur. Pada
variabel laten faktor individu (X 1) dengan indikator perbedaan persepsi,
keterampilan mendengar, kondisi emosi dan keterampilan umpan balik,
indikator yang menjadi fokus utama dalam membentuk komunikasi yang
efektif adalah keterampilan mendengar. Pada variabel laten faktor antar
individu (X2) dengan indikator perbedaan usia, kepercayaan penerima dan
perbedaan bahasa, indikator yang menjadi fokus utama membentuk
komunikasi yang efektif adalah perbedaan bahasa. Pada variabel laten
faktor organisasi (X3) dengan indikator gaya kepemimpinan, hirarki
organisasi dan ukuran kelompok, indikator yang menjadi fokus utama dalam
membentuk komunikasi yang efektif adalah hirarki organisasi. Pada variabel
laten efektifitas komunikasi (X4) dengan indikator pengulangan informasi,
umpan balik dan empati, indikator yang menjadi fokus utama dalam
membentuk komunikasi yang efektif adalah umpan balik. Pada variabel
laten kinerja dengan indikator kecakapan, kedisiplinan, kretifitas, kerjasama,
tanggung jawab, ketepatan waktu, keterampilan memimpin, kualitas dan
kuantitas kerja, indikator yang menjadi fokus dalam penilaian kerja adalah
kreatifitas.
Model Struktural (Structural Model)
Model struktural menggambarkan hubungan antar variabel laten, dengan
menggunakan GeSCA model struktrural digambarkan dengan path
coefficients.
Tabel 3. Path Coefficients
Path Coefficients
Estim
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan
Perikanan di Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September
2014[Type text]
Page 11

Individu->Organisasi
Individu->Efektifitas Komunikasi
Individu->Kinerja
Antar Individu->Organisasi
Antar Individu->Efektifitas Komunikasi
Antar Individu->Kinerja
Organisasi->Efektifitas Komunikasi
Organisasi->Kinerja
Efektifitas Komunikasi->Kinerja

ate
0.133
0.418
0.258
0.638
0.079
0.174
0.371
0.233
0.195

Dari tabel path coefficients di atas menunjukkan semua hubungan antara
variabel laten satu dengan variabel laten yang lainnya bernilai positif, artinya
variabel laten yang berada di sebelah kiri anak panah mengalami kenaikan
sebesar satu satuan, maka variabel laten lain yang berada di sebelah kanan
anak panah akan naik sebesar nilai estimate.
Measure of fit
Measure of fit Measurement Model
Measure of fit Measurement Model merupakan tahap evalusasi model
berupa pengkalibrasian instrumen, pengkalibrasian ini perlu dilakukan
apabila suatu instrumen penelitian mempunyai indikator bersifat reflektif.
a. Convergent Validity
Convergent validity menggambarkan nilai korelasi antara nilai indikator
dengan nilai variabel latennya, suatu dikatakan convergent validity apabila
nilai loading factornya setidaknya 0.5.
Tabel 4. Convergent Validity
Variabel Laten
Indikator
Loading Factor
Faktor Individu (X1)
Perbedaan Persepsi
0.734
Keterampilan Mendengar
0.867
Kondisi Emosi
0.850
Keterampilan umpan balik
0.850
Faktor Antar Individu Perbedaan Usia
0.906
(X2)
Kepercayaan Penerima
0.757
Perbedaan Bahasa
0.934
Faktor Organisasi (X3)
Gaya Kepemimpinan
0.829
Hirarki Organisasi
0.897
Ukuran Kelompok
0.879
Efektifitas Komunikasi Pengulangan Informasi
0.911
(X4)
Umpan Balik
0.924
Empati
0.869
Kinerja (Y)
Kecakapan
0.309
Kedisiplinan
0.828
Kreatifitas
0.871
Kerjasama
0.826
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan
Perikanan di Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September
2014[Type text]
Page 12

Tanggung Jawab
0.826
Ketepatan Waktu
0.833
Keterampilan Memimpin
0.827
Kualitas dan Kuantitas Kerja
0.562
Dari tabel convergent validity di atas, hanya indikator kecakapan pada
variabel laten kinerja (Y) yang tidak convergent validity karena nilai loading
factornya < 0.5; yaitu sebesar 0.309.
b. Discriminant Validity
Discriminant Validity mengukur korelasi nilai variabel laten ( √ AVE )
dengan nilai korelasi antar variabel laten. Instrumen penelitian dikatakan
mempunyai nilai diccriminant validity yang baik apabila nilai korelasi variabel
laten ( √ AVE ) lebih besar dibandingkan dengan nilai korelasi antar
variabel.
Tabel 5. Discriminant Validity Variabel Individu dan Antar Individu
Individu
Antar Individu
Individu

√ AVE=0.684

0.632

Antar Individu

0.632
0.536
0.667
0.623

√ AVE =0.756

Organisasi
Efektifitas Komunikasi
Kinerja

0.722
0.611
0.625

Tabel 6. Discriminant Validity Variabel Organisasi dan Efektifitas
Komunikasi

Individu
Antar Individu
Organisasi
Efektifitas Komunikasi
Kinerja

Organisasi

Efektifitas Komunikasi

0.536
0.722

√ AVE =0.755

0.667
0.611
0.653

0.653

√ AVE =0.813

0.624

0.626

Tabel 7. Discriminant Validity Variabel Organisasi dan Efektifitas
Komunikasi
Individu
Antar Individu
Organisasi
Efektifitas Komunikasi

Kinerja
0.623
0.625
0.624
0.626

Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan
Perikanan di Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September
2014[Type text]
Page 13

Kinerja

√ AVE=0.574

Dari tabel discriminant validity di atas, hanya variabel laten kinerja (Y) yang
tidak memiliki nilai discriminant validity yang baik karena nilai korelasi
variabel laten lebih kecil dibandingkan dengan nilai korelasi antar variabel.
c. Internal Consistency Reliability
Suatu instrumen dikatakan memiliki nilai Internal Consistency Reliability
apabila mempunyai nilai alpha ≥ 0.6.
Tabel 8. Internal Consistency Reliability
Variabel Laten
Individu
Antar Individu
Organisasi
Efektifitas Komunikasi

Alpha

Cut Off

0.807
0.823
0.829
0.875

0.6
0.6
0.6
0.6

Kinerja
0.842
0.6
Dari tabel Internal Consistency Reliability di atas, kelima variabel laten
memiliki nilai alpha ≥ 0.6; sehingga instrumen penelitian ini memiliki nilai
Internal Consistency Reliability.
Model Fit
Model fit ini bergtujuan untuk melihat kesesuaian model yang digunakan
dalam penelitian dengan teknik GeSCA.
Tabel 9. Model Fit
Model Fit
FIT
0.613
AFIT
0.589
GFI
0.978
SRMR
0.178
NPAR
51
a. measure of fit structural model
Measure of fit structural model dapat dilihat dari nilai FIT dan AFIT
(Adjusted FIT). Nilai FIT dalam penelitian ini adalah sebsar 0.613; artinya
model penelitian ini bisa menjelaskan 61,3 % variasi data, sisanya sebesar
38,7% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai AFIT dalam penelitian
ini adlaah sebesar 0.589; artinya kompleksitas penelitian ini bisa
menjelaskan 58,9 % variasi data, sisanya sebesar 41,1 % dijelaskan oleh
kompleksitas variabel di luar model.
b. measure of fit overall model
Measure of fit structural model ini bisa diihat dari nilai GFI dan SRMR,
model penelitian dikatakan sesusai atau baik (good fit) apabila nilai SRMR ≤
0.08 atau mendekati 0 (nol) dan nilai GFI ≥ 0.90 atau mendekati 1 (satu).
Dalam penelitian ini, nilai GFO sebesar 0.978 dan nilai SRMR sebesar
0.178; sehingga model penelitian ini sesuai atau baik (good fit).
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan
Perikanan di Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September
2014[Type text]
Page 14

Uji t
Pengujian hubungan antar variabel laten pada penelitian ini menggunakan
Uji T, yaitu membandingkan nilai T hitung yang didapat dari pembagian nilai
estimate dan standart error dengan nilai T tabel yang didapat dari tabel T.

Gambar 29. Pengujian Hubungan Antar Variabel Laten Dengan Uji T
a. Faktor individu (X1) tidak berpengaruh secara langsung terhadap kinerja
(Y), faktor individu (X1) akan berpengaruh terhadap kinerja (Y) melalui
komunikasi yang efektif.
Dari pernyataan persetujuan terhadap
pernyataan pada indikator tidak saling berdebat argumen, tidak memotong
pembicaraan, mengajukan pertanyaan dan memperhatikan keseluruhan
informasi menandakan setiap individu (pegawai) membutuhkan
komunikasi yang efektif untuk menunjang kinerjanya. Faktor individu (X 1)
tidak berpengaruh secara langsung terhadap faktor organisasi (X 3)
menunjukkan Dislautkan Provinsi DIY mampu menciptakan kerjasasama
yang baik, dengan kerjasama yang baik maka kelebihan yang dimiliki
seorang pegawai akan mampu menutupi kelemahan pegawai yang
lainnya.
b. Faktor antar individu (X2) tidak berpengaruh secara langsung terhadap
efektifitas komunikasi (X4) dan kinerja (Y), perbedaan – perbedaan antara
pegawai satu dengan pegawai yang lainnya seperti perbedaan bahasa,
perbedaan usia, kepercayaan penerima menjadi hambatan tersendiri
untuk membentuk komunikasi yang efektif. Faktor antar individu (X 2)
berpengaruh secara langsung terhadap faktor organisasi (X 3), hal ini
menandakan Dislautkan Provinsi DIY mampu menjembatani perbedaan –
perbedaan yang terdapat diantara para pegawainya karena didukung oleh
kepemimpinan, hirarki organisasi dan pembagian kelompok kerja yang
baik.
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan
Perikanan di Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September
2014[Type text]
Page 15

c. Faktor organisasi (X3) tidak berpengaruh secara langsung terhadap
kinerja (Y), faktor organisasi (X3) akan berpengaruh terhadap kinerja (Y)
melalui efektifitas komunikasi, suatu organisasi sangat membutuhkan
komunikasi yang efektif karena berkaitan dengan pendistribusian
informasi, pelaksaanaan fungsi-fungsi manajemen yang membuthkan
koordinasi yang baik dari semua elemen yang ada di dalamnya.
d. Efektifitas komunikasi (X4) menunjukkan peranan yang sangat penting di
dalam organisasi yaitu mampu menjadi intervening variable (variabel
penghubung) antara variabel laten faktor individu (X 1), faktor antar individu
(X2) dan faktor organisasi (X3) dengan kinerja (Y). Hal ini menunjukkan
kegiatan di dalam organisasi, baik kegiatan individu, antar individu
maupun kegiatan organisasi membutuhkan komunikasi yang efektif untuk
menunjang kinerja.
Implementasi
Setiap organisasi memiliki banyak elemen-elemen yang saling terkait
membentuk suatu sistem, elemen-elemen tersebut memiliki karateristik yang
berbeda-beda dan berpotensi menimbulkan masalah yang dapat
mengganggu kelancaran organisasi.
Masalah dapat timbul karena
komunikasi yang buruk, namun masalah juga bisa diselesaikan dengan
komunikasi yang terjalin dengan baik.
Semua elemen di dalam organisasi akan bekerja saling terkait satu sama
lain untuk menjalankan tugas atau pekerjaannya, untuk itu peran komunikasi
sangat penting di dalamnya, melalui komunikasi kesamaan persepsi
(pandangan, pendapat) bisa terbentuk sehingga membantu pelaksanaan
tugas. Penciptaan iklim komunikasi yang kondusif, proses komunikasi yang
berjalan efektif akan mampu menunjang kinerja pegawai karena setiap
pegawai akan mampu terkoneksi dengan baik, untuk itu komunikasi yang
berjalan dengan efektif akan mampu membawa pengaruh positif terhadap
kinerja pegawai.
Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislautkan) Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta mampu membentuk komunikasi yang efektif yang berpengaruh
secara langsung dan positif terhadap kinerja pegawai. Secara lebih luas,
stakeholder sektor kelautan dan perikanan di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta baik yang berada di kantor maupun di lapangan dari tingkat
provinsi sampai dengan kabupaten/kota mampu saling berkoordinasi
(berkomunikasi) dengan baik, hal ini dapat digambarkan dengan semakin
berkembangnya sektor perikanan dan kelautan di Provinsi daerah Istimewa
Yogyakarta, karena tanpa adanya komunikasi yang terjalin dengan baik akan
sangat sulit bahkan mustahil untuk mengembangkan sektor perikanan di
wilayah Provinsi DIY yang sangat kompleks. Dalam penelitian ini, bisa
menggambarkan peran pemimpin melalui organisasinya (instansi) di wilayah
Provinsi DIY bisa membawa perkembangan yang positif bagis sektor
kelautan dan perikanan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, namun
terlepas dari itu semua sektor kelautan dan perikanan di Provinsi DIY masih
bisa terus dikembangkan dilihat dari potensi ketersediaan lahan yang masih
belum dimanfaatkan.

Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan
Perikanan di Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September
2014[Type text]
Page 16

Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian yang dilakukan di Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah
sebagai berikut :
1. Visi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
adalah “Menjadi Fasilitator Masyarakat Kelautan dan Perikanan yang
Mandiri dan Berdaya Saing Berbasi Kekuatan Sumberdaya Lokal”, untuk
mewujudkan misi tersebut ada empat misi yang dijalankan oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu (1)
memberdayakan SDM kelautan dan perikanan menuju masyarakat
berbasis pengetahuan yang berdaya saing dan berbudi luhur (2)
mengembangkan jejaring kelembagaan dan memantapkan struktur
ekonomi kerakyatan berbasis pengelolaan potensi sumberdaya kelautan
dan perikanan menuju usaha yang produktif dan berkelanjutan (3)
meningkatkan efisiensi dan efektivitas tata kerja Dinas Kelautan dan
Perikanan untuk mewujudkan good governance dan clean goverment dan
(4) mengembangkan sarana dan prasarana bidang kelautan dan
perikanan dalam upaya meningkatkan pelayanan publik.
2. Faktor individu (X1) tidak berpengaruh secara langsung terhadap faktor
organisasi, namun faktor antar individu (X 2) berpengaruh secara langsung
terhadap faktor organisai (X3)
3. Faktor individu (X1) dan faktor organisasi (X3) berpengaruh secara
langsung terhadap efektifitas komunikasi (X 4). Sedangkan faktor antar
individu tidak berpengaruh secara langsung terhadap efektifitas
komunikasi (X4)
4. Hanya efektifitas komunikasi (X4) yang berpengaruh secara langsung
terhadap kinerja pegawai (Y)
5. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di
dalam penelitian ini dianggap mampu menciptakan komunikasi yang
efektif dan berpengaruh secara langsung dan positif terhadap kinerja
pegawai di lingkungan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
6. Efektifitas komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting di dalam
menunjang kinerja pegawai.
Saran
Saran berdasarkan hasil analisis dengan GESCA antara lain :
1. Berdasarkan
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa efektifitas
komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting, maka perlu adanya
upaya peningkatan kualitas dan efektifitas komunikasi di antara pegawai,
baik secara vertikal maupun horisontal, antara lain dengan cara sebagai
berikut :
a. Secara rutin (setiap minggu atau setiap bulan) mengadakan ceramah
keagamaan (spiritual) mengenai kerjasama, komunikasi, kehidupan
beorganisasi dan lain sebagainya sesuai dengan masing-masing agama
dan kepercayaan dengan mengundang ulama atau tokoh agama.
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan
Perikanan di Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September
2014[Type text]
Page 17

b. Menggalakkan sholat berjamaah bagi pegawai yang beragama Islam.
Membangun tempat ibadah yang nyaman, bersih dan indah agar dapat
memotivasi SDM untuk beribadah. Mengembangkan program-program
ibadah dengan cara menabung, arisan atau sistem penghargaan berupa
sarana dan prasarana beribadah
c. Melakukan pengulangan informasi yang dapat dilakukan secara formal
maupun informal, misalnya melalui website organisasi, papan
pengumuman dan surat edaran
d. Meningkatkan umpan balik, dapat dilakukan misalnya melalui
pembuatan laporan tugas baik menggunakan laporan berbentuk tulisan,
secara verbal dan menyebarkan angket
e. Menyediakan berbagai fasilitas hiburan ringan seperti permainan catur,
tenis meja, pusat kuliner, latihan menyanyi, latihan musik,
untuk
melepaskan kepenatan.
f. menggelar kegiatan olahraga secara rutin setiap minggunya di
lingkungan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta misalnya senam bersama, membangun atau bekerjasama
dengan sport center misalnya pusat kebugaran, kolam renang, tenes,
bulu tangkis, futsal, dll
g. Melakukan kegiatan sosial seperti kunjungan ke panti dan menggelar
acara memasak ikan bersama kaum dhuafa, program beasiswa bagi
pelajar atau mahasiswa yang tidak mampu.
h. Membiasakan Penggunaan Bahasa Indonesia secara baik dan benar,
meningkatkan kemampuan bahasa Inggris dengan kursus, software
bahasa Inggris, dll
i. Pengoptimalan
penyampaian
informasi
melalui
media
yang
memunculkan gelombang suara, baik media komunikasi audial seperti
melalui speaker, telephone, dari mulut ke mulut, maupun media
komunikasi audiovisual seperti video, dokumentasi, peragaan dan lain
sebagainya
j. Perlu adanya upaya pelatihan dan pengembangan karir sesuai keahlian
masing-masing pegawai, antara lain dengan cara sebagai berikut :
 Secara rutin (setiap bulan atau 2 bulan sekali) mengundang
motivator untuk memberikan motivasi kepada pegawai
 Menggelar kunjungan kerja ke instansi sejenis di luar daerah
 Melakukan rotasi jabatan secara berkala
 Memberlakukan sangsi yang bersifat membangun, seperti
pemberian tugas tambahan
Daftar Pustaka
Achmadi, Riza. 2013. Generalized Structured Component Analysis (GeSCA)
dengan Peubah Second Order (Aplikasi pada Data Pariwisata dengan
Peubah Second Order). Jurusan Matematika. Fakultas MIPA.
Universitas Brawijaya : Malang.

Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan
Perikanan di Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September
2014[Type text]
Page 18

Ekasari, Dewi Fenty dan Sunaryo, Sony. 2010. Pemodelan SEM dengan
Generalized Structured Component Analysis (GESCA). Jurusan
Statistika. Fakultas MIPA. ITS : Surabaya.
Ghozali, Imam. 2008. Generalized Structure Component Analysis (GeSCA).
Program Doktor Ilmu Ekonomi. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro: Semarang.
Gitosudarmo, Indriyo dan I Nyoman Sudita. 1997. Perilaku Keorganisasian.
BPFE: Yogyakarta.
Huda,
Niamul.
2011.
Pengertian
Dokumentasi.
http://pengertianpengertian.blogspot.com/2011/10/pengertiandokumentasi.html?m=1. Diakses pada 18 Desember 2012.
Hwang, Heungsun et.al. 2004. Generalized Structured Component Analysis.
Psychometrika 69 (1) : 81-99.
Imron, Ali. 2007. Hubungan Efektivitas Komunikasi Organisasi Dengan
Kinerja Guru (Survai di SMK Nusantara, Ciputat). Skripsi Mahasiswa
Program Studi Manajemen Pendidikan. Jurusan Pendidikan Islam.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta.
Junaidi,
Wawan. 2011. Pengertian Dokumentasi. http://wawanjunaidi.blogspot.com/ 2011/12/pengertian-dokumentasi.html. Diakses
pada tanggal 18 Desember 2012.
Kiswanto, M. 2010. Pengaruh Kepemimpinan dan Komunikasi Terhadap
Kinerja Karyawan Kaltim Pos Samarinda. 6 (1) : 10.
KKP. 2012.
Statistik Kelautan dan Perikanan.
Diakses tanggal 19 Maret 2014

www.stattistik.kkp.go.id.

Mangnga’, Dwi Arche Rante. 2012. Kinerja Pegawai di Dinas Kelautan Dan
Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi Mahasiswa Program
Sarjana. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Universitas Hasanuddin: Makassar.
Manullang, M dan Manullang, Marihot. 2001. Manajemen Sumberdaya
Manusia Edisi Pertama. Fakultas Ekonomi UGM: Yogyakarta.
Nimran, Umar. 2009. Perilaku Organisasi. Laros: Sidoarjo.
Pratiwi, Riska. 2012. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
Pegawai Pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
Makassar. Skripsi Mahasiswa Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis. Universitas Hasanuddin: Makassar.
Riniwati, Harsuko. 2011. Mendongkrak Motivasi dan Kinerja Pendekatan
Pemberdayaan SDM. UB Press: Malang.

Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan
Perikanan di Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September
2014[Type text]
Page 19

Romel, Dian. 2011. Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Kepuasan
Kerja dan Implikasinya Pada Kinerja Pada Kineja Karyawan di
Unikom. Fakultas Ekonomi. Universitas Komputer Indonesia :
Bandung.
Rukmana, Widdi Ega. 2010. Analisis Pengaruh Human Relation dan Kondisi
Fisik Lingkungan Terhadap Etos Kerja dan Kinerja Karyawan Dedy
Jaya Plaza Tegal. Fakultas Ekonomi. Undip : Semarang
Sehfudin, Arif. 2011. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Komunikasi Organisasi
dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada PT Bank
Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Semarang). Skripsi
Mahasiswa Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro: Semarang.
Setiarini, Sri Kus. 2011. Analisis Hubungan Karakteristik Individu, Faktor
Organisasi dan Motivasi Terrhadap Kinerja Perawat Pelaksana dan
Bidan di Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto Tahun
2011. Fakultas Kesehatan Masyarakart. Universitas Indonesia : Depok
Siagian, Sondang P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi
Aksara: Jakarta.
Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survai. PT
Pustaka LP3ES Indonesia: Jakarta.
Solimun. 2010. Generalized Structure
Universitas Brawijaya: Malang.

Component Analysis.

Jurnal.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta:
Bandung.
Sumarsono, H.M Sonny. 2004. Metode Riset Sumber Daya Manusia. Graha
Ilmu: Yogyakarta.
Sunu, Pramudya. 1999. Peran SDM dalam Penerapan ISO 9000 Kajian
Peran SDM dengan Pendekatan TQM. PT Gramedia Widiasarana
Indonesia: Jakarta.
Udaya, Jusuf et.al. 1992. Pengantar Ilmu Manajemen. PT Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta
Umar, Husein. 2011. Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan
Paradigma Positivistik dan Berbasis Pemecahan Masalah. PT Raja
Grafindo Persada
Usman, Husain dan Purnomo Setiady Akbar. 2008. Metodologi Penelitian
Sosial Edisi Kedua. Bumi Aksara : Jakarta.
Yusnita, Rita Tri. 2010. Pengaruh Pengembangan Karir Terhadap Konflik
Pekerjaan Keluarga dan Ketakutan Akan Kesuksesan pada Wanita
Serta Dampaknya pada Prestasi Kerja (Survey pada Pemerintah Kota
Tasikmalaya Tahun 2010).
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan
Perikanan di Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September
2014[Type text]
Page 20

Zulganef. 2008. Metode Penelitian Sosial dan Bisnis. Graha Ilmu :
Yogyakarta.

Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan
Perikanan di Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September
2014[Type text]
Page 21