Perilaku individu dalam organisasi adala (1)

1. Ciri - ciri biografis, yaitu ciri -ciri yang melekat pada individu. Antara lain :

a. Umur. Dijelaskan secara empiris bahwa umur berpengaruh terhadap bagaimana perilaku seorang individu, termasuk bagaimana kemampuannya untuk bekerja, merespon stimulus yang dilancarkan oleh individu lainnya. Setidaknya ada tiga alasan yang menjadikan umur penting untuk dikaji. Pertama, adanya persepsi bahwa semakin tua seseorang maka prestasi kerjanya akan semaki merosot karena faktor biologis alamiah. Kedua, adanya realitas bahwa semua pekerja akan menua. Di Amerika Serikat tahun 1995-2005 sektor pekerja usia 50 tahun ke atas ternyata berkembang jauh lebih cepat dari generasi penggantinya. Ketiga, adanya ketentuan peraturan (di amerika serikat) pensiunan yang sifatnya perintah adalah melanggar hukum karena batasan pensiun bukanlah umur, melainkan ketika yang bersangkutan menyatakan tidak mampu lagi bekerja. Jika terlaksana demikian maka banyak pekerja usia 70 tahun belum akan pensiun.

Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa absensi pegawai usia tua ternyata lebih baik, karena persoalan yang dihadapi orang tua yang menyebabkan mangkir relatif lebih sedikit dari orang muda. Namun karena alasan kesehatan akhirnya orang tua lebih banyak absen pada usia lanjut.

Orang tua cenderung semakin menyenangi pekerjaannya, sehingga semakin tua, orang lebih enggan untuk berganti-ganti pekerjaan dibandingkan orang muda yang selalu ingin tahu, mencoba, dan membutuhkan pengalaman sehingga sering berganti-ganti pekerjaan.

Dari segi produktifitas, ternyata orang tua lebih produktif karena lebih berpengalaman, sehingga terampil dan menguasai pekerjaan lebih baik dibbangingkan orang yang lebih muda. Motivasi dan dedikasi kerja juga ternyata lebih tinggi. Namun tidak dapat dihindari, pada usia 60 tahun kekuatan fisik tidak akan menunjang semangat dan pengalaman gyang tinggi tersebut. sehingga produktifitas akan menurun pada usia tersebut.

b. Jenis Kelamin. Penelitian membuktikan bahwa sebenarnya kinerja pria dan wanita dalam menangani pekerjaan relatif sama. Keduanya hampir sama konsistensinya dalam memecahkan masalah, keterampilan analitis dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas, dan kemampuan belajar. Pendekatan psikologi menyatakan bahwa wanita lebih patuh pada aturan dan otoritas. Sedangkan pria lebih agresif, sehingga lebih besar kemungkinan mencapai sukses walaupun perbedaan ini terbukti sangat kecil. Sehingga sebenarnya dalam pemberian kesempatan kerja tidak perlu ada perbedaan karena tidak ada cukup bukti yang membedakan pria dan wanita dalam hal kepuasan kerja.

Secara kodrati Tuhan menciptakan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dari kapasitas fisik, peran, tugas, dan tanggungjawab dalam lingkungan keluarga. Perempuan lebih sering tidak masuk kerja karena menanggung beban rumah tangga misalnya menunggui anak yang sakit, hamil, melahirkan sehingga harus absen.

c. Status Perkawinan. Pemaknaan tentang pekerjaan akan berbeda antara karyawan yang single dengan karyawan yang sudah menikah. penelitian membuktikan bahwa orang yang telah berumah tangga relatif lebih baik dibandingkan dengan single baik ditinjau dari segi absensi. Keluar beralih kerja dan kepuasan kerja. Hal ini disebabkan karena oarng yang telah berkeluarga mempunyai rasa tanggungjawab dan membuat pekerjaan lebih ajeg, lebih tertib, dan mengganggap pekerjaan llebih berharga dan lebih penting. Penelitian selama ini belum menjangkau pada orang-orang yang bercerai, janda, duda, dan orang-orang yang kumpul kebo saja.

d. Jumlah atau Banyaknya Tanggungan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan dalam keluarga berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan.

e. Masa Kerja. Relevansi masa kerja adalah berkaitan langsung dengan senioritas dalam pekerjaan. Artinya tidak relevan membandingkan pria-wanita-tua-muda dan seterusnya karena penelitian menunjukkan bahwa belum tentu yang lebih lama pada pekerjaan memiliki produktifitas yang lebih tinggi. Karena bisa saja orang baru bekerja tetapi memiliki pengalaman yang lebih baik dari pekerjaan masa lalu.sehingga dapat disimpulkan bahwa pengalaman masa lalu merupakan penentu masa depan seseorang dalam pekerjaan.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa hubungan positif antara lama masa kerja dengan kepuasankerja, artinya semakin lama seorang karyawan bekerja, maka semakin rendah keinginan karyawan untuk meninggalkan pekerjaannya.

2. Kepribadian

Robin dallam sopiah (2008) mengemukakan,” personality is the dynamic organization within the individual of those psychophycal systems that determine his unique adjustment to this environment. Nimran dalam sopiah (2008) memaknainya,”kepribadian sebagai pengorganisasian yang dinamis dari sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian diri dengan lingkungannya.” dia menambahkan bahwa kepribadian sebagai keseluruhan cara bagaimana individu beraksi dan berinteraksi dengan orang lain. Robbins dalam sopiah (2008) mengartikan kepribadian sebagai cara dengan mana seseorang bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Adapun karakteristik kepribadian yang popular di antaranya adalah agresif ,malu, pasrah, malas, ambisius, setia, jujur. Semakin konsisten karakteristik tersebut di saat merepons lingkungan, hal itu menunjukkan faktor keturunan atas pembawaan (traits) merupakan faktor yang penting dalam membentuk keribadian seseorang.

Kunarto (2001) menyebutkan bahwa temperament we are born with, sedangkan character we have to make. Berangkat dari pendapat ini, pribadi seseorang selalu diwarnai oleh temperamen dan sekaligus karakter. Temperamen berwarna sifat-sifat yang diperoleh dari keturunan. Sedangkan karakter terbentuk oleh lingkungan dan situasi. Interaksi antara temperamen dan karakter itu yang membentuk kepribadian seseorang. Orang yang karakternya terbentuk paada lingkungan dan budaya kerja yang tinggi akan cenderung serius, ambisius, dan agresif. Sedangkan orang yang berada pada lingkungan dan budaya yang menekankan pada pentingnya bergaul baik dengan orang lain, maka ia akan lebih memprioritaskan keluarga dibandingkan kerja dan karier.

Ada sejumlah atribut kepribadian yang perlu dicermati, diantaranya:

a. Daerah pengendalian (Locus of control)

Ada dua daerah pengendalian kepribadian, yaitu eksternal dan internal. Kepribadian yang bersifat pengendalian internal adalah kepribadian di mana seseorang percaya bahwa dialah yang mengendalikan apa yang terjadi pada dirinya. Sedangkan sifat kepribadian pengendalian eksternal adalah keyakinan seseorang bahwa apa yang terjadi pada dirinya ditentukan oleh lingkungan (diluar dirinya), seperti nasib dan keberuntungan.

b. Paham Otoritarian

Paham ini berkeyakinan bahwa ada perbedaan status dan keyakinan pada orang-orang yang ada dalam organisasi. Sifat kepribadian otoritarian yang tinggi memiliki intelektual yang kaku, membedakan orang atau kedudukan dalam organisasi, mengeksploitasi orang yang memiliki status dibawahnya, suka curiga dan menolak perubahan.

c. Orientasi Prestasi

Orientasi juga merupakan karakteristik kepribadian yang dapat digunakan untuk meramal perilaku orang. Mc Clelland, tentang kebutuhan untuk berprestasi, menyebutkan bahwa ada dua karakteristik sifat kepribadian seseorang yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi tinggi, yaitu : (1) Mereka secara pribadi ingin bertanggungjawab atas keberhasilan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. (2) Mereka lebih senang dengan suatu resiko. Resiko merupakan tantangan yang mengasyikkan. Jika berhasil melewatinya maka ia akan merasa puas.

Bentuk-bentuk kepribadian akhirnya menentukanperilaku organisasi, karenanya orang lalu mencari dan berusaha menemukan ciri-ciri kepribadian. Hasil penelitian Edgar H. Schein yang dikutip dalam kunarto (2001) memperoleh 16 ciri kepribadian yaitu : (1)pendiam vs ramah, (2) kurang cerdas vs lebih cerdas, (3) dipengaruhi perasaan vs emosional mantap, (4) mengalah vs dominan, (5) serius vs suka bersenang-senang, (6) selalu siap vs selalu berhati-hati, (7) malu-malu vs petualang, (8) keras hati vs peka, (9) mempercayai vs mencurigai, (10) praktis vs imajinatif, (11) terus terang vs banyak muslihat, (12) percaya diri vs takut-takut, (13) konservatif vs suka eksperimen, (14) bergantung kelompok mandiri vs mandiri, (15) tak terkendali vs terkendali, (16) santai vs tegang.

Introversi adalah sifat kepribadian seseorang yang cenderung menghabiskan waktu dengan dunianya sendiri dan menghasilkan kepuasan atas pikiran dan perasaannya. Ekstroversi merupakan sifat kepribadian yang cenderung mengarahkan perhatian kepada orang lain, kejadian di lingkungan dan menghasilkan kepuasan dari stimulus lingkungan.

3. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan satu faktor yang harus dipahami kita dapat memahami perilaku orang lain. Dengan saling memahami individu maka organisasi akan dapat dikelola dengan baik. Definisi sikap dapat dijelaskan dalam tiga komponen sikap, yaitu afektif, kognitif dan psikomotorik. Afektif berkenaan dengan komponen emosional atau perasaan sesorang. Komponon kognitif ini berkaitan dengan proses berfikir yang menekankan pada rasionalitas dan logika. Komponen psikomotorik merupakan kecenderungan seseorang dalam bertindak terhadap lingkungannya.

4. Kemampuan

Yang dimaksud dengan istilah kemampuan adalah kapasitas seseorang untuk melaksanakan beberapa kegiatan dalam satu pekerjaab. Pencapaian tujuanorganisasi atau manajemen yang berhasil adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengeksploitasikan kelebihan sebesar-besarnya dan menekankan kekurangannya dari berbagai orang untuk bersama-sama meningkatkan produktifitas. Kategori dikelompokkan menjadi dua yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan phisik.

  • Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental. Untuk mengungkap kemampuan ini digunakan tes IQ yang berusaha mengeksplorasi dimensi kecerdasan numeris yaitu kemampuan berhitung dengan cepat dan tepat, pemahaman verbal yaitu kemampuan memahami apa yang dibaca dan didengar serta relasinya satu sama lain, kecepatan perseptual yaitu kemampuan mengenali kemiripan dan beda visual dengan cepat dan tepat, penalaran induktif yaitu kemampuan mengenali suatu urutan secara logis dalam suatu masalah dan kemdian memecahkan masalah tersebut, penalaran deduktif yaitu kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari suatu argumen, visualisasi ruang yaitu kemampuan membayangkan bagaimana suatu objek akan tampak seandainya posisinya dalam ruang dirubah, ingatan (memory) yaitu kemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman masa lalu. Untuk pekerjaan yang memerlukan rutinitas tinggi dan tidak memerlukan intelektualitas tinggi, IQ tinggi tidak ada relevansinya dengan kinerja. Namun pemahaman verbal, kecepatan persepsi, visualisasi ruand dan ingatan banyak diperlukan di berbagai bidang pekerjaan. Sehingga tes IQ tetap diperlukan.

  • Kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan.

Karyawan yang mempunyai kemampuan intelektual dan fisiknya tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan, sipastikan akan merupakan penghambat pencapaian tujuan kinerja atau produktifitas. Seorang pilot misalnya harus berkualitas tinggi kemampuan visualisasi ruangnya, penjagapantai harus kuat kemampuan visualisasi dan koordinasi tubuhnya.

5. Persepsi

Gitosudarmo, I (1997) memberikan definisi persepsi sebagai suatu proses memperhatikan dan menyeleksi, mengorganisasikan, dan menafsirkan stimulus lingkungan. Dia menambahkan bahwa ada sejumlah faktor yang mempengaruhi persepsi, diantaranya :

  1. Ukuran

  2. Intensitas. Semakin tinggi tingkat intensitas stimulus maka akan semakin besar kemungkinannya untuk dipersepsikan.

  3. Frekuensi. Semakin sering frekuensi suatu stimulus maka akan semakin dipersepsikan orang. Misalnya perusahaan yang gencar mengiklankan produknya di berbagai media.

  4. Kontras. Stimulus yang kontras / menncolok dengan lingkungannya akan semakin dipersepsikan orang. Seseorang yang tampil “beda” secara fisik akan semakin dipersepsikan banyak orang.

  5. Gerakan. Stimulus dengan gerakan yang lebih banyak akan semakin dipersepsikan orang dibandingkan dengan stimulus yang gerakannya kurang. Misalnya di suatu ruangan yang hening, semua diam, tiba-tiba ada seseorang yang bergerak, maka semua orang di ruangan tersebut akan memperhatikan orang yang bergerak itu.

  1. Perubahan/ stimulis yang berubah-ubah akan menarik untuk diparhatikan dibandingkan dengan stimulus yang tetap. Misalnya lampu yang nyalanya berkelip-kelip atau memiliki warna yang bermacam-macam akan lebih menarik perhatian.

  2. Baru. Suatu stimulus baru akan lebih menarik perhatian orang dibanding stimulus lama. Misalnya buku terbitan baru tentu akan lebih menarik perhatian publik dibangingkan buku terbitan lama.

  3. Unik. Semakin unik suatu objek atau kejadian maka akan semakin menarik orang untuk memperhatikannya.

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya distorsi dalam persepsi atau adanya perbedaan persepsi dalam memaknai sesuatu. Faktor tersebut adalah :

1. Pemberian Kesan (perceiver)

Bagaimana seseorang memberikan arti terhadap sesuatu sangat ditentukan oleh karakteristik kepribadian orang tersebut. Misalnya umur, lama bekerja, status, tingkat pendidikan, agama, budaya, dan lain-lain.

  1. Sasaran. Atribut yang melekat pada objek yang sedang diamati akan dipersepsikanm sehingga dapat mempengaruhi bagaimana orang mempersepsikan hal tersebut. misalnya dari wujud fisik, tinggi, bentuk tubuh, rambut, cara berpakaian, suara, gerakan, bahasa tubuh maupun sikapnya yang memberikan berbagai persepsi yang berbeda dari tiap orang yang berbeda.

  2. Situasi

Lingkungan sangat menentukan individu/kelompok dalam mempersepsikan objek atau kejadian. Contoh, setiap malam minggu Anda melihat sesorang di sebuah café. Menurut Anda, orang tersebut tidak menarik. Tetapi ketika orang tersebut datang ke masjid, menurut Anda, orang tersebut menjadi sangat menarik. Namun mungkin saja orang lain tidak menilainya demikian. Proses persepsi dari gitusudarmo dlam sopiah (2008) :

Gudson dalam Sopiah (2008) mengemukakan ada sejumlah kesalahan yang sering terjadi dalam mempersepsikan suatu objek atau kejadian tertentu yaitu :

  • Stereotyping. Yaitu menilai seseorang hanya atas dasar satu atau beberapa sifat kelompoknya. Stereotype sering didasarkan atas jenis kelamin, umur, agama, kebangsaan, kedudukan, jabatan. Misalnya seorang pimpinan menilai perempuan yang sudah menikah, apalagi punya anak cenderung memiliki tingkat absensi tinggi.

  • Halo effect. Yaitu kecenderungan untuk menilai seseorang hanya atas dasar salah satu sifatnya saja, misalnya orang yang mudah tersenyumm berpenampilan menarik, maka orang tersebut dinilai baik dan jujur. Pada saat wawancara seleksi karyawan, efek halo ini sering terjadi. Pewawancara seringkali tertipu denganpenampilan sesaat calon karyawan. Hal ini tentu sangat berbahaya.

  • Projection. Yaitu kecenderungan seseorang untuk menilai orang lain atas dasar perasaan atau sifatnya. Misalnya seseorang yang membenci orang lain, apapun yang dilakukan orang itu maka akan membuatnya tidak suka. Begitu pula sebaliknya, jika ia suka terhadap orang tertentu, maka apapun yang dilakukannya walau menyakitkan tetap saja orang tersebut tidak bisa membencinya.

6. Belajar

Robbins (1993) menyebutkan belajar adalah proses perubahan yang relatif konstan dalam tingkah laku yang terjadi karena adanya suatu pengalaman atau latihan. Dari pengetian tersebut, dapat dipahami ada tiga komponen belajar yaitu (1) belajar melibatkan adanya perubahan, dari buruk menjadi baik, dari tidak tahu menjadi tah, dari tidak bisa menjadi bisa. (2) perubahan yang terjadi relatif permanen. Perubahan yang bersifat sementara menunjukkan kegagalan dalam proses belajar. (3) belajar berarti ada perubahan perilaku. Belajar tidak hanya mengubah pikiran dan sikap, tetapi ada yang lebih penting lagi adalah belajar harus mengubah perilaku subjek ajar.

Jenis-jenis Teori Belajar :

1. Teori Pengondisian Klasik. Dikemukakan oleh Paplov. Hasil percobaanya terhadap anjing mengenai keterkaitan antara stimulus dan respon menunjukkan bahwa stimulus yang tidak dikondisikan akan menghasilkan respons yang tidak dikondisikan pula, dan melalui proses belajar maka stimulus yang dikondisikan itu akan menghasilkan respons yang dikondisikan.

2. Teori Pengondisian operan. Menurut teori ini, perilaku merupakan fungsi dan akibat dari perilaku itu sendiri.kecenderungan mengulangi sebuah perilaku tertentu dipengaruhi penguatan yang disebabkan oleh adanya akibat daro perilaku itu. Misalnya bila seorang karyawan berprestasi di atas standar kemudian diberi insentif oelh pimpinan, maka akan berdampak positif / kesenangan sehingga pada bulan berikutnya karyawan itu akan melakukan hal yang sama untuk memperoleh imbalan.

3. Teori social. Teori sosial tentang belajar adalah suatu proses belajar yang dilakukan melalui suatu pengamatan dan pengalaman secara langsung. Agar memperoleh hasil yang maksimal, ada empat hal yang harus diperhatikan oleh seorang pengajar dalam melakukan proses belajar-mengajar yaitu :

a) Proses perhatian, dimana pengajar harus menyampaikan materi pelajaran dengan menarik, dan suasana belajar yang kondusif.

b) Proses ingatan, dimana hasil belajar juga tergantung pada seberapa bbesar daya ingat si subjek belajar.

c) Proses reproduksi, dimana subjek ajar setelah belajar harus mengalami perubahan sikap, berpikir dan berperilaku.

d) Proses penguatan, dimana apabila subjek belajar telah belajar dengan baik maka harus diberikan penguatan. Misalnya, karyawan yang mengikuti pelatihan, setelah selesai pelatihan dan kinerjanya menjadi lebih baik maka ia harus mendapatkan imabalan yang sesuai/

B. Memahami Perilaku Manusia

Thoha (2009) menjelaskan perbedaan perilaku manusia beberapa aspek mendasar sebagai berikut:

  1. Manusia berbeda perilakunya karena kemampuannya tidak sama. Berbagai pendapat menjelaskan penyebab perbedaan ini seperti ada yang beranggapan karena disebabkan sejak lahir manusia ditakdirkan tidak sama kemampuannya, ada yg mengatakan karena perbedaan dalam kemampuan menyerap informasi dari suatu gejala, ada yang beranggapan karena kombinasi diantara keduanya. Oleh karenanya kecerdasan menjadi perwujudan dari kemampuan seseorang. Terbentuknya kecerdasan juga dijelaskan beragam, ada yang mengatakan kecerdasan merupakan pembawaan sejak lahir, ada yg mengatakan karena pendidikan dan pengalaman. Karena adanya perbedaan perilaku kemampuan ini maka dapat memberikan prediksi pelaksanaan dan hasil kerja seseorang yang bekerja di dalam suatu organisasi. Kalau kita berhasil memahami sifat-sifat manusia dari sudut manusia dari sudut ini, maka akan paham pula mengapa seseorang berperilaku yang berbeda dengan yang lain di dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang sama.

  2. Manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda.

Perilaku umumnya didorong olleh seranngkaian kebutuhan, yaitu beberapa pernyataan dalam diri seseorang (internal state) yang menyebabkan seseorang itu berbuat untuk mencapainya sebagai objek atau hasil. Sebagaimana teori kebutuhan dari abraham maslonw yang menjelaskan 5 tingkatan yang menjadi kebutuhan manusia. Ketika satu tingkat kebutuhan telah terpenuhi, maka akan beranjak untuk memenuhi kebutuhan pada tingkat selanjutnya atau berganti dengan kebutuhan yang lain. Kebutuhan yang sekarang mendorong seseorang, mungkin akan merupakan suatu hal yang potensial dan juga mungkin tidak, untuk menentukan perilakunya di kemudian hari. Pemahaman terhadap perbedaan dalam kebutuhan ini sangat diperlukan karena dapat memprediksi dan menjelaskan perilaku yang berorientasi tujuan di dalam kerja sama organisasi, serta membantu memahami mengapa suatu hasil dianggap penting bagi seseorang yang juga masih berkaitan dengan konsep motivasi..

1. Orang berpikir tentang masa depan, dan membuat pilihan tentang bagaimana bertindak.

Seseorang dapat dihadappkan pada sejumlah kebutuhan yang potensial harus dipenuhi lewat perilaku yang dipilihnya. Cara untuk menjelaskan bagaimana seseorang membuat pilihan di antara sejumlah besar rangkaian pilihan perilaku yang terbuka baginya, dengan menggunakan teori expextancy. teori expextancy berdasarkan suatu anggapan yang menunjukkan bagaimana menganalisa dan meramalkan rangkaian tindakan apakah yang akan diikuti oleh seseorang manakala ia mempunyai kesempatan untuk membuat pilihan mengenai perilakunya. Teoori ini berdasarkan proposisi yang sederhana yakni bahwa seseorang memilih berperilaku sedemikian karena ia yakin bahwa seseorang memilih berperilaku sedemikian karena ia yakin dapat mengarahkan untuk mendapatkan suatu hasil tertentu (misalnya mendapatkan hadiah, upah, dikenal oleh atasan yang menarik baginya karena sesuai dengan tuntutan kebutuhannya. Dengan model ini dapat dipahami bahwa kekuatan yang mendorong seseorang untuk berperilaku dalam suatu cara tertentu akan menjadi besar manakala individu tersebut :

a) Percaya bahwa pelaksanaan kerja suatu tingkat yang diinginkan itu memungkinkan (tingginya expectancy U-P)

b) Percaya bahwa perilakunya akan memimpin ke arah pencapaian suatu hasil (terdapatnya expectancy P-H yang tinggi)

c) Dan apabila hasill-hasil tersebut mempunyai nilai yang positif (mempunyai daya tarik yang tinggi).

Sehingga dapat dijelaskan bahwa individu akan memilih perilaku yang memberikan dorongan motivasi besar. Model expectancy ini tidak bisa dipergunakan untuk meramalkan bahwa seseorang akan selalu berperilaku dengancara yang terbaik agar tercapai tujuan yang diinginkan. Model ini hanya mebuat asumsi bahwa seseorng membuat keputusan yang rasional itu berdasarkan pada persepsinya terhadap lingkungannya.

  1. Seseorang memahami lingkungannya dalam hubungannya dengan pengalaman masa lampau dan kebutuhannya. Memahami lingkungan adalah suatu proses yang aktif, dimana seseorang mencoba membuat lingkungannya itu mempunyai arti baginya. Proses aktif ini melibatkan seorang individu mengakui secara selektif aspek-aspek yang berbeda dari lingkungan, menilai apa yang dilihatnya dalam hubugannya dengan pengalaman masa lalu, dan mengevaluasi apa yang dialami itu dalam kaitannya dengan kebutuhan – kebutuhan dan nilai-nilainya. Oleh karena kebutuhan-kebutuhan dan pengalaman seseorang itu seringkali berbeda sifatnya, maka persepsinya terhadap lingkungan juga akan berbeda. Suatu contoh, orang-orang yang berada dalam organisasi yang sama seringkali mempunyai perbedaan di dalam pengharapan(expextancy) mengenai suatu jenis perilaku yang membuahkan suatuv penghargaan, mislanya naiknya gaji dan cepatnya promosi.

  2. Seseorang mempunyai reaksi senang atau tidak senang (affective)

  3. Banyak faktor yang menentukan sikap dan perilaku seseorang.

C. Kinerja Individu

Perilaku individu dapat dipengaruhi oleh effort (usaha), ability (kemampuan) dan situasi lingkungan.

  1. 1. Effort

Usaha individu diwujudkan dalam bentuk motivasi. Motivasi adalah kekuatan yang dimiliki seseorang dan kekuatan tersebut akan melahirkan intensitas dan ketekunan yang dilakukan secara sukarela. Motivasi ada 2 macam ;

a. Motivasi dari dalam : keinginan yang besar yang muncul dari dalam diri individu tersebut untuk mencapai tujuan-tujuan dalam hidupnya.

b. motivasi dari luar : motivasi yang bersumber dari luar diri yang menjadi kekuatan bagi individu tersebut untuk meraih cita-tujuan-tujuan hidupnya seperti pengaruh atasan, teman, keluarga, dsb.

  1. 2. Ability. Ability seorang individu diwujudkan dalam bentuk komoetensi. Individu yang kompeten memiliki pengetahuan dan keahlian. Sejak dilahirkan setiap individu dianugerahi Tuhan dengan bakat dan kemampuan. Bakat adalah kcerdasan alami yang bersifat bawaan. Kemampuan adalah kecerdasan individu yang diperoleh malalui belajar.

  2. Situasi Lingkungan. Lingkungan dapat memberikan dampak positif maupun negatif. Situasi yang kondusif misalnya dukungan dari atasan, teman kerja, sarana dan prasarana yang memadai, dll. Situasi lingkungan yang negatif misalnya suasana kerja yang tidak nyaman karena sarana san prasarana yang tidak memadai, tidak adanya dukungan dari atasan, teman kerja, dll.

D. Langkah Modifikasi Perilaku

Perilaku individu dapat dimodifikasi ke arahh yang lebih baik sehingga mengarah pada penciptaan tujuan yang efektif dan efisien. Adapun langkah modifikasi yg bisa dikembangkan adalah sebagai berikut :

  • Antecendents, apa yang melatarbelakangi perilaku individu ?

  • Behavior, apa yang individu lakukan / katakan ?

  • Consequences, apa yang terjadi setelah tindakan tersebut ?

Tahap-tahap tersebut dapat menjadi siklus perilaku individu. Jika tahap ketiga yaitu konsekuensi telah dilakukan, maka tindakan tersebut bisa menjadi pemicu tahapan perilaku untuk siklus kedua.

E. Kesimpulan

Dalam mengelola organisasi, seorang pemimpin atau manager harus memahamiperilaku kelompok sebagai landasan untuk mengelola orang-orang yang ada di dalamnya. Masalah perilaku individu maupun kelompok merupakan salah satu masalah yang amat pelik yang selalu dihadapi oleh semua manajer di berbagai organisasi, oleh karena itu perlu sekali mempelajari dan memahami agar tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu dalam organisasi 15 Maret 2015 17:28:50 Diperbarui: 17 Juni 2015 09:37:35 Dibaca : 9,465 Komentar : 0 Nilai : 0 Oke kali ini saya akan membahas mengenai Perilaku Individu dalam sebuah Organisasi. Organisasi adalah suatu perserikatan atau persatuan individu-individu yang bekerjasama untuk mengemban visi dan misi yang sama atau tujuan yang sama. Suatu organisasi dikatakan baik apabila diakui keberadaannya oleh masyarakat atau lingkungan sekitar karena memberi kontribusi tertentu dalam masyarakat atau lingkungan tersebut. Perilaku individu dalam organisasi merupakan bentuk interaksi antara karakterikstik individu dengan karakteristik organisasi. Perilaku setiap individu dalam organisasi pasti beragam atau berbeda-beda, karena individu satu pasti berbeda dengan individu lainnya. Karakteristik yang dimiliki individu akan dibawa ketika individu tersebut memasuki lingkungan baru, yaitu organisasi, dan organisasi juga merupakan suatu lingkungan yang memiliki karakteristik tersendiri, jadi terkadang terjadi disconnect antara karakter individu dengan karakter organisasi. Faktor yang mempengaruhi hal itu adalah: 1.Ciri-ciri biologis, mencakup: Umur, umur berpengaruh terhadap bagaimana perilaku induvidu, termasuk bagaimana kemampuannya untuk bekerja, dan merespon stimulus yang diberikan individu lainnya. Jenis kelamin, wanita lebih patuh terhadap aturan dan otoritas, sedangkan pria lebih agresif sehingga lebih besar mencapai kesuksesan walaupun perbedaan itu terbukti sangat kecil. Status perkawinan, penelitian membuktinkan bahwa orang yang telah berumah tangga relatif lebih baik dibandingkan dengan yang masih single. Jumlah atau banyaknya tanggungan, penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak tanggungan dalam keluarga berpengaruh terhadap produktivitas karyawan. Masa kerja, revelensi masa kerja adalah berkaitan dengan senioritas dalam pekerjaan. 2.Kepribadian, kepribadian sebagai cara dengan mana individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Bentuk-bentuk kepribadian pada akhirnya mempengaruhi perilaku organisasi. 3.Kemampuan, yang dimaksud dengan kemampuan adalah kapasitas seseorang untuk melaksanakan beberapa kegiatan dalam satu pekerjaan. Untuk mencapai tujuan organisasi diperlukan kemampuan yang terstruktur untuk mengeksploitasi kinerja-kinerja yang menghasilkan produktifitas. 4.Pembelajaran atau Belajar, belajar adalah proses perubahan yang relatif konstan dalam tingkah laku yang terjadi karena adanya pengalaman atau latian. Belajar tidak hanya mengubah sikap dan pikiran tetapi yang lebih penting lagi belajar harus mengubah perilaku subjek ajar. 5.Sikap, sikap merupakan faktor yang harus

dipahami agar dapat memahami individu lain. Dengan saling memahami sikap individu maka organisasi dapat berjalan dengan baik. 6.Persepsi, merupakan suatu proses memperhatiakan dan menyeleksi, mengorganisasikan, dan menafsirkan stimulus lingkungan. 7.Kepuasan kerja, kepuasan kerja mempengaruhi produktifitas atau kinerja karyawan, semakin puas

individu tersebut dalam bekerja maka akan betah berada dalam organisasi, dan bila individu tidak puas maka akan mempengaruhi kinerjanya, seperti berhenti kerja atau selalu terlambat datang. 8.Stress, stresss dapat mengakibatkan tidak sinkronnya mental dan fisik individu, yang bisa menyebabkan menjadi tidak produktif individu tersebut dalam organisasi. Itu adalah faktor yang mempengaruhi perilaku individu dalam organisasi. Semoga bermanfaat. Ghusyara Hima /ghusyarahimapramudhitan Mahasiswa psikologi, dan sedang proses menuju profesor psikologi hahaha Selengkapnya...

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Individu karena Diri Sendiri, Kelompok dan Organisasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Berikut ini penulis sebagai mahasiswa STIA LAN Jakarta, akan menyampaikan makalah tentang “Analisis Faktor Pengaruh Perilaku Individu karena Diri Sendiri (Pribadi), Kelompok dan Organisasi”. Penulisan makalah ini sebagai syarat untuk lulus dalam Mata Kuliah Teori dan Perilaku Organisasi pada Semester Gasal Tahun 2015 oleh Bapak Prof. Dr. Johanes Basuki, M.Psi.

Menurut Prof. Dr. Johanes Basuki, M.PSi (2014), dalam perkuliahan Pengantar Ilmu Administrasi dan Manajemen, “Organisasi dapat dilihat dalam dua sudut pandang, yaitu Statis dan Dinamis”.

Organisasi dalam pengertian statis, yaitu organisasi adalah wadah, organ dan struktur. Hal ini dapat diartikan bahwa organisasi menurut arti statis adalah wadah yang menghimpun atau tempat berkumpulnya sejumlah orang yang bermaksud mencapai satu atau sejumlah tujuan yang sama, dengan upaya kerjasama melakukan rangkaian kegiatan untuk tercapainya tujuan.

Organisasi dalam pengertian dinamis, yaitu manajemen yang menggerakkan seluruh unit atau bagian, subsistem dalam organisasi. Hal ini dapat diartikan bahwa organisasi menurut arti dinamis adalah sistem atau cara sejumlah orang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang selalu dapat berubah.

Berdasarkan uarian di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan wadah bertemunya sekelompok orang yang terdiri atas manajer/pimpinan dan bawahan sebagai struktur yang saling bekerja sama untuk mencapai sebuah tujuan, melalui sistem dan rangkaian aktivitas-aktivitas kerja sama terhadap kegiatan atau upaya pencapaian tujuan.

Kehidupan manusia di dunia ini tidak dapat terlepas dari organisasi. Setiap hari manusia berhubungan dan terlibat dengan organisasi dan hidup ini dipengaruhi dan mempengaruhi organisasi dalam tingkatan yang berbeda-beda. Contohnya, secara sadar manusia itu sendiri terlibat dalam organisasi. Contohnya sebagai anggota keluarga, siswa di sekolah, karyawan ditempat bekerja, anggota masyarakat, warga negara dan sebagainya. Dengan demikian untuk mencapai sebuah tujuan, yang menjadi faktor penentu keberhasilan adalah individu (personal) yang merupakan subjek dalam proses pencapaian tujuan.

Oleh sebab itu, penulis merasa penting untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu sebelum individu tersebut menjadi salah satu bagian untuk mewujudkan tujuan sebuah organisasi. Hal ini juga terkait organisasi yang terdiri dari orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan berbagai perilaku dan sifat yang berbeda.

1.2. OBJEK PENGAMATAN DAN RUANG LINGKUP BAHASAN

Objek pengamatan pada makalah ini adalah perilaku individu dengan ruang lingkup pembahasan sebagai berikut:

1. Perilaku Individu karena diri sendiri (pribadi).

2. Perilaku Individu karena kelompok (keluarga, sekolah, kampus dan lingkungan).

3. Perilaku Individu karena organisasi (tempat bekerja).

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. TEORI PERILAKU DAN PERILAKU ORGANISASI

A. Teori Perilaku dan Perilaku Organisasi

Menurut Prof. Dr. Johanes Basuki, M.Psi (2015), dalam perkuliahan Teori dan Perilaku Organisasi;

“Perilaku adalah tindakan-tindakan seseorang, baik yang disadari maupun tidak disadari dalam pribadi atau organisasi.”

“Perilaku Organisasi adalah ilmu yang mempelajari (study) tentang aspek perilaku (sikap dan tindakan) seseorang dalam organisasi/kelompok tertentu. Perilaku organisasi bertujuan untuk mengubah perilaku seseorang menjadi sesuai dengan harapan atau aturan dalam organisasi, baik perilaku yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata.”

B. Definisi Perilaku Organisasi menurut beberapa ahli

1. Indriyo Gito Sudarmo dan Nyoman Sudita (1997)

Perilaku Keorganisasian adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari tentang interaksi manusia dalam organisasi yang meliputi studi secara sistematis tentang perilaku struktur dan proses dalam organisasi.

2. Fred Luthan (1985)

Perilaku organisasi didefinisikan sebagai studi dan aplikasi dari pengetahuan tentang bagaimana orang, individu dan kelompok bertindak dalam organisasi. Sikap organisasi sangat penting bagi manajemen sumber daya manusia, karena sikap ini akan mempengaruhi perilaku-perilaku organisasi. Sikap-sikap yang berkaitan dengan kepuasan kerja dan memfokuskan pada sikap karyawan terhadap keseluruhan (Luthan, 1985).

“Organizational Behavior (OB) is the study and aplication of knowledge about how people, individuals, and grups ant in organizations”.

3. Mathis-John H. Jackson

Perilaku organisasi adalah bagaimana anggota organisasi yakin dan menerima tujuan organisasional, serta berkeinginan untuk tinggal bersama atau meninggalkan perusahaan yang tercermin dalam tindak tanduk dalam organisasi tersebut.

4. Griffin dan kawan-kawan

Perilaku organisasi (organisational behavior) adalah sejauh mana seseorang individu mengenal dan terikat pada organisasinya. Seseorang individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi.

5. Schermerhorn Jr., Hunt, & Osborn, 2008, p. 5

Perilaku organisasi adalah ilmu tentang individu dan kelompok dalam suatu organisasi.

“Organizational behavior is the study of individuals and groups in organizations”.

Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku organisasi adalah suatu studi tentang apa yang dikerjakan oleh orang-orang dalam organisasi dan bagaimana perilaku orang-orang tersebut dapat mempengaruhi kinerja organisasi, dengan bahan kajiannya adalah sikap manusia terhadap pekerjaan, terhadap rekan kerja, imbalan, kerjasama dan sebagainya.

C. Tingkat Analisis Dalam Perilaku Organisasi

1. Tingkat individu, artinya terkait dengan perilaku, nilai saat berinteraksi.

2. Tingkat kelompok, artinya pengaruh perilaku anggota oleh dinamika anggota kelompok, norma dan nilai kelompok.

3. Tingkat organisasi, artinya proses pengambilan keputusan manajemen.

D. Fokus Bahasan Dalam Perilaku Organisasi

1. Perilaku (perilaku individu dan organisasi)

2. Struktur (organisasi dan kelompok)

3. Proses (interaksi di antara anggota), proses tersebut berupa komunikasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan dan sebagainya.

2.2. OBSERVASI/HASIL PENGAMATAN

Menurut Prof. Dr. Johanes Basuki, M.Psi (2015), terdapat 3 (tiga) aspek pembentuk perilaku manusia, yaitu

Teori Genetik, teori ini menyatakan bahwa perilaku manusia sudah terbentuk dari awal pembentukan manusia (janin dalam kandungan). Teori ini menyatakan bahwa perilaku manusia tersebut sudah merupakan bawaan lahir, saat manusia itu dikandung oleh seorang ibu. Dalam kandungan seorang ibu, perilaku manusia (anak) tersebut sudah dibentuk.

Teori Sosial, teori ini menyatakan bahwa perilaku manusia terbentuk melalui pengaruh dari lingkungan tempat beradanya manusia tersebut. Lingkungan ini meliputi keluarga (orang tua, saudara dan sanak saudara), sekolah (guru dan teman sejawat), lingkungan (tetangga), organisasi (tempat bekerja) dan sebagainya.

Teori Campuran, sedangkan teori ini merupakan gabungan dari teori genetik dan teori sosial. Yaitu perilaku manusia terbentuk sejak manusia itu di dalam kandungan seorang ibu, kemudian berkembang dan dipengaruhi oleh lingkungan tempat manusia tersebut berada.

Berikut ini hasil pengamatan (observasi) tentang pengaruh perilaku individu karena diri sendiri (pribadi), kelompok dan organisasi dalam kehidupan sehari-hari, sebagai berikut:

A. Perilaku Individu karena diri sendiri (pribadi)

Perilaku individu dipengaruhi oleh perasaan pribadinya. Perasaan seseorang akan berpengaruh karena keadaan perasaan dan mental pribadinya. Selain dari perasaan, perilaku seseorang juga dipengaruhi juga oleh faktor-faktor pribadi yang lain, sebagai berikut:

1. Perilaku yang dipengaruhi oleh Perasaan

Perasaan senang, bahagia, dan sebagainya akan mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Apabila pribadi individu merasakan sesuatu yang menyenangkan terjadi dalam hidupnya akan mempengaruhi dirinya dalam berperilaku baik karena dampak perasaannya yang dalam keadaan baik.

Demikian sebaliknya, apabila seseorang tersebut merasakan kesedihan, kekhawatiran, kegundahan, keraguan bahkan keputusasaan dan sebagainya. Hal ini juga akan mempengaruhi dirinya dalam berperilaku kurang baik karena dampak perasaan yang dalam keadaan tidak mendukung.

2. Perilaku yang dipengaruhi keadaan Fisik.

Perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh keadaan fisik dirinya, contohnya orang yang memiliki tubuh cacat, kecil, pendek, gemuk dan sebagainya. Keadaan pribadi ini akan mempengaruhi perilaku individunya yang merasa minder dan berperilaku iri terhadap orang yang lebih dari dirinya.

3. Perilaku yang dipengaruhi Kepribadiaan.

Perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh kepribadiannya, yaitu segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya.

4. Perilaku individu yang dipengaruhi Bakat.

Perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya.

Sehingga seorang individu akan berperilaku baik saat melakukan suatu hal yang merupakan keterampilan baginya karena ia memiliki bakan mengenai hal tersebut. Demikian juga pada hal yang sebaliknya, seorang individu tidak akan berperilaku baik terhadap suatu hal yang tidak ia sukai karena dirinya tidak berbakat dalam suatu hal.

5. Perilaku yang dipengaruhi oleh Jenis Ras/Keturunan.

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh jenis ras/keturunannya, pada saat individu tersebut menemui orang lain yang berbeda ras akan mempengaruhi perilakunya. Hal ini karena setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas dan tentu berbeda. Contohnya, perilaku ras Negroid antara lain bertemperamen keras, tahan menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan sering mengadakan upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang berbeda pula.

6. Perilaku yang dipengaruhi Jenis Kelamin.

Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian, melakukan pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkinkan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Menurut beberapa tulisan (media internet dan majalah), “wanita seringkali berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderung berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional”.

B. Perilaku Individu karena Kelompok

Perilaku individu tidak saja dipengaruhi oleh perasaan pribadinya, namun perilaku tersebut juga dipengaruhi oleh kelompok tempat seorang individu tersebut berada. Perilaku individu dipengaruhi oleh kelompok dalam hal ini ialah pengaruh keadaan dan kondisi suatu kelompok. Selain dari keadaan dan kondisi, perilaku seseorang juga dipengaruhi juga oleh faktor-faktor yang lain, sebagai berikut:

1. Perilaku individu dipengaruhi oleh bentuk kelompok.

Dalam hal ini perilaku individu dapat dipengaruhi oleh kelompok yang menjadikan individu sebagai objek yang dipengaruhi, contohnya kelompok keluarga, masyarakat, dsb yang mempengaruhi perilaku individu. Berikut ini beberapa ulasan tentang perilaku individu dipengaruhi sebagai objek dalam kelompok.

a. Perilaku individu dipengaruhi oleh keluarga

Perilaku individu dipengaruhi oleh keluarga sebagai suatu kelompok hubungan tali darah, contohnya hubungan terhadap orang tua, saudara, sepupu dan keluarga lainnya. Keluarga yang merupakan kelompok dasar tempat suatu individu mengawali pembentukan perilakunya dalam kelompok sebelum seorang individu masuk ke dalam kelompok yang lebih besar hingga nanti masuk dalam lingkup organisasi.

Pengaruh keluarga terhadap perilaku individu bisa saja dijelaskan sebagai berikut:

- Ayah/Bapak

Figur seorang ayah dan bapak dalam kehidupan individu, dapat membentuk perilaku tanggung jawab, kepemimpinan, disiplin dan sebagainya. Hal ini terjadi karena seorang ayah merupakan tulang punggung keluarga sehingga mewujudkan contoh perilaku kepemimpinan yang mendasar hingga perilaku tanggung jawab dan disiplin.

- Ibu

Figur seorang ibu dalam kehidupan individu dapat membentuk perilaku individu berupa perilaku kasih sayang, ikhlas, tulus, komunikasi, kesungguh-sungguhan dalam melakukan pekerjaan, mendidik dan mengajarkan perilaku-perilaku mendasar dalam kehidupan. Hal ini terjadi karena yang menjadi orang terdekat individu pada masa kecil umumnya adalah seorang ibu.

- Saudara dan Keluarga lainnya

Hubungan seorang individu dengan saudaranya maupun keluarga lainnya seperti kakek, nenek, sepupu dan sebagainya. Dalam hal ini dapat membentuk perilaku saling menghargai, saling menghormati dan sebagainya. Dengan hubungan yang baik akan membentuk perilaku yang baik bagi individu, yang membuat seorang individu akan lebih memudah bergaul dan membentuk karakter berhubungan dengan orang lain dalam individu.

b. Perilaku individu dipengaruhi oleh sekolah (kelompok belajar)

Pendidikan seorang individu di sekolah dapat mempengaruhi perilaku individu melalui pendidikan dan pola hubungan sesama siswa di sekolah. Pendidikan tersebut akan membentuk perilaku disiplin, norma-norma dalam berperilaku, ketentuan, keteraturan, sopan santun, kepribadian, saling menghormati, hak dan kewajiban, saling menghargai dan sebagainya. Hal ini terjadi karena di sekolah memang dilakukan pendidikan perilaku.

c. Perilaku individu dipengaruhi oleh kelompok sosial (lingkungan)

Perilaku individu seseorang tentu dipengaruhi oleh kelompok sosial, dalam hal ini yaitu hubungan seorang individu dengan teman sejawat, tetangga, dan masyarakat lainnya. Bentuk perilaku yang ditunjukkan oleh orang lain dalam pola hubungannya dengan seorang individu akan membentuk sebuah paradigma baru bagi individu tersebut, apalagi pada saat seorang individu menemui perilaku yang berbeda dengan apa yang diperolehnya di dalam keluarga, sekolah dan sebagainya.

2. Perilaku individu dipengaruhi oleh tujuan kelompok.

Perilaku individu dapat dipengaruhi oleh kelompok berdasarkan tujuan, dalam tujuannya kelompok dapat dibagi menjadi 4 (empat) bagian sebagai berikut:

a. Kelompok menolong

Perilaku menolong dalam hubungan seseorang dengan orang lain maupun kelompok dengan tujuannya menolong merupakan tindakan yang bersifat positif karena tidak merugikan orang lain dan diri sendiri. Menolong dapat mempererat tali persaudaraan dalam suatu kelompok. Menolong merupakan perilaku yang terpuji, intensitas perbuatan ini yang seling dilakukan akan membentuk perilaku baik terhadap seorang individu.

Contohnya seperti yang berada di lingkungan sekitar, suatu saat seseorang yang mengadakan acara atau resepsi pernikahan makan tetangga yang lain akan ikut membantu dalam menjalankan rencana seperti contohnya membantu dalam memasak dan memcuci piring. Perilaku menolong tetangga ini akan semakin menambah kerukunan dalam lingkungan tempat tinggal kita.

b. Kelompok kerja sama

Perilaku yang terbentuk dari kelompok kerja sama merupakan perilaku yang netral tergantung tujuannya, karena kerjasama dapat masuk kedalam perilaku yang negatif dam dapat masuk kedalam perilaku positif. Contoh kerjasama yang negatif adalah bekerjasama dalam melakukan kejahatan seperti mencuri maupun menodong. Sedangkan kerjasama yang positif adalah kerjasama yang dilakukan dengan tujuan yang baik dan tidak merugikan orang lain. Dengan demikian kelompok ini dapat membentuk perilaku baik maupun tidak baik bagi seorang individu.

c. Kelompok persaingan

Perilaku yang terbentuk dari kelompok persaingan (kompetisi) akan membentuk perilaku individu. Persaingan merupakan suatu perilaku atau tindakan individu dalam bersaing dalam suatu hal. Kompetisi ini bertujuan untuk mengukur siapa yang berada di paling atas. Seperti contohnya dalam kehidupan para pelajar mereka sebagai individu berkompetisi dengan semua individu yang berada dalam suatu kelompok, dalam hal ini adalah kelas. Mereka semua berkompetisi untuk mendapatkan rangking satu sebagai tolak ukur siapa yang paling pintar dan dapat menguasai semua pelajaran dalan suatu kelas. Persaingan ini dilakukan secara sehat maksudnya adalah persaingan ini dilakukan tanpa adanya kekerasan satu sama lain. Demikian juga halnya apabila persaingan ini dilakukan dengan kekerasan akan membentuk perilaku yang tidak baik terhadap seorang individu, karena dampak kekerasan akan membentuk perilaku yang keras terhadap individu.

d. Kelompok konflik

Perilaku individu yang terbentuk melalui konflik akan membentuk perilaku individu secara tidak langsung, hal ini terjadi pada saat seorang individu memecahkan masalah dari konflik yang terjadi. Apabila seorang individu dapat menyelesaikan konflik dengan baik, maka akan terbentuk perilaku yang baik terhadap seorang individu. Demikian halnya yang terjadi apabila seorang individu tidak dapat menghadapi konflik dengan baik, maka akan terbentuk perilaku yang tidak baik juga.

C. Perilaku Individu karena Organisasi

Perilaku individu dalam organisasi terbentuk karena interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik organisasi. Setiap individu dalam organisasi, semuanya akan berperilaku berbeda satu sama lain, dan perilakunya adalah ditentukan oleh masing-masing lingkungannya yang memang berbeda. Sebagaimana telah diuraikan di point sebelumnya bahwa individu sudah memiliki perilaku yang berbeda karena pengaruh diri sendiri (pribadi maupun lingkungan/kelompok. Individu membawa ke dalam tatanan organisasi berupa kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan dan pengalaman masa lalunya.

Organisasi juga merupakan suatu lingkungan yang mempunyai karakteristik seperti keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan, tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem penggajian, sistem pengendalian dan sebagainya. Dalam kaitan antara individu dengan organisasi, maka ia membawa karakteristik individu dalam organisasi, sehingga terjadilah interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik organisasi.

Menurut Nimran dalam Sopiah (2008) karakteristik yang melekat dalam individu terdiri dari ciri-ciri biografis, kepribadian, persepsi dan sikap. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing karakteristik tersebut.

1. Ciri-ciri biografis

Yaitu ciri-ciri yang melekat pada individu, antara lain:

a. Umur

Secara empiris bahwa umur berpengaruh terhadap bagaimana perilaku seorang individu, termasuk bagaimana kemampuannya untuk bekerja dalam organisasi, merespon stimulus yang dilancarkan oleh individu lainnya. Adanya persepsi bahwa semakin tua seseorang maka prestasi kerjanya akan semakin merosot karena faktor biologis alamiah, walaupun terkadang semakin meningkat umur seseorang maka kemampuannya semakin berkembang jauh lebih cepat dari yang lebih muda. Hal ini terkait juga dengan usia yang menjadikan masa pensiun bagi seorang pekerja, maka hal ini akan mempengaruhi perilaku individu di saat ia akan mendekati masa pensiunnya.

b. Jenis kelamin

Menurut Sopiah (2008), penelitian membuktikan bahwa sebenarnya kinerja pria dan wanita dalam menangani pekerjaan relatif sama. Namun melalui pendekatan psikologi menyatakan bahwa perilaku wanita lebih patuh pada aturan dan otoritas. Sedangkan pria lebih agresif, sehingga lebih besar kemungkinan mencapai sukses walaupun perbedaan ini terbukti sangat kecil. Sehingga sebenarnya dalam pemberian kesempatan kerja tidak perlu ada perbedaan karena tidak ada cukup bukti yang membedakan pria dan wanita dalam hal kepuasan kerja.

c. Status Perkawinan

Pemaknaan tentang pekerjaan akan berbeda antara karyawan yang single dengan karyawan yang sudah menikah. Penelitiannya membuktikan bahwa orang yang telah berumah tangga memiliki perilaku relatif lebih baik dibandingkan dengan single ditinjau dari segi absensi. Hal ini terjadi mungkin karena orang yang telah berumah tangga memiliki tanggungan yang lebih besar sehingga membuat perilaku kerjanya lebih meningkat dibanding sebelum menikah.

d. Masa Kerja

Perilaku individu yang berhubungan dengan masa kerja adalah berkaitan langsung dengan senioritas dalam pekerjaan. Artinya tidak relevan membandingkan pria-wanita-tua-muda dan seterusnya karena penelitian menunjukkan bahwa belum tentu yang lebih lama pada pekerjaan memiliki produktifitas yang lebih tinggi. Karena bisa saja orang baru bekerja tetapi memiliki pengalaman yang lebih baik dari pekerjaan masa lalu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengalaman masa lalu merupakan penentu masa depan seseorang dalam pekerjaan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa hubungan positif antara lama masa kerja dengan kepuasan kerja, artinya semakin lama seorang karyawan bekerja, maka semakin rendah keinginan karyawan untuk meninggalkan pekerjaannya.

2. Kepribadian