Peranan Tenaga Kerja Wanita Pada Usahatani Kopi Dan Sikapnya Terhadap Peran Ganda Dalam Rumah Tangga (Studi Kasus : Desa Parulohan, Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

(1)

PERANAN TENAGA KERJA WANITA PADA USAHATANI

KOPI DAN SIKAPNYA TERHADAP PERAN GANDA DALAM

RUMAH TANGGA

(Studi Kasus : Desa Parulohan, Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

SKRIPSI

OLEH :

JANIAR ELISABET L. TOBING 040309005

SEP-PKP

Janiar Elisabet L.Tobing : Peranan Tenaga Kerja Wanita Pada Usahatani Kopi Dan Sikapnya Terhadap Peran

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERANAN TENAGA KERJA WANITA PADA USAHATANI

KOPI DAN SIKAPNYA TERHADAP PERAN GANDA DALAM

RUMAH TANGGA

(Studi Kasus : Desa Parulohan, Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

SKRIPSI

OLEH :

JANIAR ELISABET L. TOBING 040309005

SEP - PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Ir. Hasudungan Butar-Butar, MSi Ir. M. Jufri, MSi

NIP : 131639808 NIP : 131785641

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

RINGKASAN

JANIAR ELISABET L.TOBING (040309005/ SEP-PKP) dengan judul skripsi ”PERANAN TENAGA KERJA WANITA PADA USAHATANI KOPI DAN SIKAPNYA TERHADAP PERAN GANDA DALAM RUMAH TANGGA” dengan Studi Kasus di Desa Parulohan, Kecamatan Lintong nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara yang dilakukan pada tahun 2008.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pada tahap-tahap pekerjaan apa saja wanita itu dilibatkan dalam usahatani kopi, seberapa besar pencurahan tenaga kerja wanita pada setiap tahapan pekerjaan pada usahatani kopi, apakah ada pengaruh faktor sosial (umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman bertani, tingkat kosmopolitan) terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi, apakah ada pengaruh faktor ekonomi (luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga pendapatan di luar usahatani kopi) terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi, bagaimana sikap tenaga kerja wanita terhadap peran gandanya dalam usahatani kopi, masalah-masalah apa saja yang dihadapi tenaga kerja wanita dalam peran gandanya pada usahatani kopi dan upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk menghadapi masalah peran ganda wanita pada usahatani kopi.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive. Sampel adalah petani kopi yang berperan sebagai istri yang memiliki suami dan anak. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode stratifide random sampling. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Adapun tahap-tahap pekerjaan yang melibatkan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi adalah pada tahap penanaman (persiapan lahan, menanam, menyulam/ menyisip), tahap pemeliharaan (pemupukan, pemberantasan hama, penyakit dan gulma), tahap panen (pemetikan), tahap pengolahan hasil (penyortiran, pengupasan kulit, pengeringan).

2. Curahan tenaga kerja wanita pada pada setiap tahapan pekerjaan pada usahatani kopi adalah berbeda-beda. Curahan tenaga kerja wanita strata 1 pada tahap penanaman (persiapan lahan, menanam, dan menyulam) adalah sebesar 144 HKP dan strata 2 sebesar 87,12. Pada tahap pemeliharaan (pemupukan, pengendalian hama, penyakit dan gulma) untuk strata 1 sebesar 622,23 HKP dan strata 2 sebesar 687,54 HKP. Pada tahap panen (pemetikan) untuk strata 1 sebesar 405,82 HKP dan strata 2 sebesar 300,22 HKP. Pada tahap pengolahan hasil (penggilingan, penyortiran, pengeringan, pengepakan) untuk strata 1 sebesar 177,94 HKP dan strata 2 sebesar 192,59 HKP.

3. a. Secara serempak ada pengaruh faktor sosial (umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman bertani, tingkat kosmopolitan) terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi.

b. Secara parsial, tidak ada pengaruh umur terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi.

c. Secara parsial, tidak ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi


(4)

d. Secara parsial, ada pengaruh pengalaman bertani terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi

e. Secara parsial, tidak ada pengaruh tingkat kosmopolitan terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi.

4. a. Secara serempak ada pengaruh faktor ekonomi (luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan di luar usahatani kopi) terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi.

b. Secara parsial, ada pengaruh luas lahan terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi.

c. Secara parsial, tidak ada pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi

d. Secara parsial, tidak ada pengaruh ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi

e. Secara parsial, tidak ada pengaruh pendapatan diluar usahatani kopi terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi.

5. Sikap tenaga kerja wanita terhadap peran gandanya dalam usahatani kopi yang bersikap positif sebesar 63,33 % dan yang bersikap negatif sebanyak 36,67 %

6. Masalah-masalah yang dihadapi tenaga kerja wanita dalam peran gandanya pada usahatani kopi adalah masalah yang timbul dari diri sendiri (masalah internal) dan masalah diluar diri sendiri seperti dukungan suami, kehadiran anak, dan beban kerja yang berat.

7. Tenaga kerja wanita memiliki upaya-upaya yang dapat dilakukannya untuk menghadapi masalah peran ganda wanita pada usahatani kopi baik diri sendiri maupun yang berasal diluar diri sendiri.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Janiar Elisabet L.Tobing dilahirkan di Tarutung pada tanggal 07 Januari 1987. Penulis merupakan putri kedua dari ayahanda Willem Tobing dan Ibunda Derlina Sianipar.

Tahun 1998 penulis lulus dari SD Negeri No.173118 Tarutung, Tahun 2001 lulus dari SLTP N 5 Tarutung, Tahun 2004 lulus dari SMU N 1 Tarutung, dan tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara Medan melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Kecamatan Ujung Padang Kabupaten Simalungun pada tahun 2008 dan melakukan penelitian skripsi tahun 2008.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun Juduk Skripsi ini adalah “ PERANAN TENAGA KERJA WANITA PADA USAHATANI KOPI DAN SIKAPNYA TERHADAP PERAN GANDA DALAM RUMAH TANGGA” Dengan Studi Kasus di Desa Parulohan, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan.

Penulis mengucapkan trimakasih kepada :

1. Bapak Ir. Hasudungan Butar-Butar, Msi Selaku ketua komisi pembimbing. 2. Bapak Ir. M. Jufri, Msi selaku anggota komisi pembimbing.

3. Bapak Ir. Luhut Sihombing MP sebagai ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh staff pengajar dan pegawai di Departemen Sosial Ekonomu Pertanian khususnya dan di Fakultas Pertanian umumnya.

5. Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dan seluruh staff yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Camat Kecamatan Lintong Nihuta dan seluruh staff yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Kepala Desa Parulohan dan seluruh keluarga yang telah banyak mendukung dan memberi tempat tinggal untuk saya untuk melakukan penelitian ini.

8. Masyarakat yang telah memberi waktu dan kesempatan kepada penulis untuk memperoleh berbagai informasi untuk kesempurnaan skripsi ini.


(7)

Terimakasih yang teramat besar penulis ucapkan kepada Ayahanda Willem dan Ibunda Derlina, Tua Ross dan merliana untuk semua doa, dukungan, kesabaran, cinta dan kasih sayang yang sungguh tidak ternilai untuk penulis. Terimakasih juga untuk abang saya Rudi, adikku Mesak, Jonas, dan Edo dan juga kepada sepupu saya Dr. Feranika dan Nita yang memberi semangat dan dukungan bagi penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat terkasih (Sabeth, Roma, Yani, kori), Abang Kelompok dan teman KTb ku ( b”Jansen, Jonriaman, Rut, Nova, Yani, dan Roma), Teman satu dosen pembimbing saya (Lilis, Een, Yessi, Betsi, k”Icut), sserta seluruh mahasiswa SEP 04 Khususnya PKP 04 yang selalu memberi dukungan.

Penulis menyadari skripsi ini belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsim ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih untuk pembaca dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2009

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP...iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian ... 7

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka ... 8

Landasan Teori... 10

Kerangka Pemikiran... 17

Hipotesis Penelitian... 20

METODOLOGI PENELITIAN Penentuan Daerah Penelitian... 21

Metode Pengambilan Sampel... 22

Metode Pengumpulan Data ... 22

Metode Analisis Data... 23

Defenisi Dan Batasan Operasional ... 27

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian... 30

Karakteristik Petani Sampel... 35

HASIL DAN PEMBAHASAN Tahapan Kegiatan yang Melibatkan Tenaga Kerja Wanita Pada Usahatani Kopi di Desa Parulohan Kecamatan Lintong Nihuta... 38


(9)

Pengaruh Faktor Sosial (Umur, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Bertani, Tingkat Kosmopolitan) Terhadap Curahan Tenaga Kerja Wanita Pada Usahatani Kopi ... 44 Pengaruh Faktor Ekonomi (Luas Lahan, Jumlah Tanggungan Keluarga, Pendapatan Diluar Usahatani Kopi) Terhadap Curahan Tenaga Kerja Wanita Pada Usahatani Kopi... 49 Sikap Tenaga Kerja Wanita Terhadap Peran Gandanya Pada Usahatani Kopi ... 56 Masalah-Masalah Yang Dihadapi Tenaga Kerja Wanita Dalam Peran Gandanya Pada Usahatani kopi... 57 Upaya-Upaya Yang Dilakukan Tenaga Kerja Wanita Untuk Menghadapi Masalah Peran Ganda Wanita Pada Usahatani Kopi... 59 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 61 Saran... 63 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR


(11)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Luas Tanaman, Produksi Kopi Menurut Kecamatan

di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2007 ... 4

Tabel 2. Luas Lahan Tanaman Kopi di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2007 ... 21

Tabel 3. Penentuan Sampel Penelitian di Desa Parulohan, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan ... ... 22

Tabel 4. Distribusi penggunaan Lahan di Desa Parulohan Tahun 2007 ... 31

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa Parulohan Tahun 2007 ... ... 32

Tabel 6. Distribusi Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Desa Parulohan Tahun 2007 ... ... 33

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Suku Bangsa di Desa Parulohan Tahun 2007 ... ... 33

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Desa Parulohan Tahun 2007 ... ... 34

Tabel 9. Jenis Sarana Dan Prasarana di Desa Parulohan Tahun 2007 .... ... 34

Tabel 10.Karakteristik Petani Sampel di Desa Parulohan ... ... 35

Tabel 11.Rata-Rata Curahan Tenaga Kerja Pria dan Wanita Pada Setiap Tahapan Kegiatan Pada Usahatani Kopi Per Hektar ... ... 42

Tabel 12. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Faktor Sosial 12. a Variabel Entered/Removedb... ... 45

12. b Model Summary... ... 45

12. c Coefficient ... ... 46

12. d Anova ... ... 49

Tabel 13 Hasil Analisis Regresi Pengaruh Faktor Ekonomi 13. a Variabel Entered/Removedb... ... 50

13. b Model Summary... ... 51

13. c Coefficient ... ... 52

13. d Anova ... ... 55

Tabel 15 Sikap Tenaga Kerja Wanita Terhadap Peran Gandanya Pada Usahatani Kopi di Desa Parulohan ... ... 57


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel Tahun 2008 Lampiran 2. Ketersediaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Lampiran 3a. Pertanyaan Tingkat Kosmopolitan

Lampiran 3b. Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tingkat Kosmopolitan

Lampiran 3c. Frekuensi Jawaban Tingkat Kosmopolitan Lampiran 3d. Total Nilai Pertanyaan Tingkat Kosmopolitan Lampiran 4a. Curahan Tenaga Kerja Pria dan Wanita Per Petani Lampiran 4b. Curahan Tenaga Kerja Pria dan Wanita Per Ha

Lampiran 5. Produksi, Produktivitas, dan Penerimaan Usahatani Kopi Tahun 2008

Lampiran 6a. Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Non Usahatani Kopi Per Petani Tahun 2008

Lampiran 6b. Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Usaha Ternak Petani Kopi Tahun 2008

Lampiran 7a. Pendapatan Non Usahatani Kopi Tahun 2008

Lampiran 7b. Pendapatan Dari Usaha Ternak Petani Sampel Tahun 2008 Lampiran 7c. Pendapatan Di Luar Usahatani Tahun 2008

Lampiran 7d. Total Pendapatan Di Luar Usahatani Kopi Tahun 2008

Lampiran 8a. Pernyataan-Pernyataan Sikap Yang Ditanyakan Kepada Petani Sampel

Lampiran 8b. Jawaban Petani Sampel Terhadap Pilihan Jawaban Pernyataan Sikap (A – E)

Lampiran 8c. Jawaban Petani Sampel Terhadap Pilihan Jawaban (STS – SS ) Lampiran 8d. Jumlah Petani Sampel Yang Menjawab Pernyataan Sikap

Lampiran 8e. Total Nilai Skala Jawaban Petani Sampel Yang Menjawab Pernyataan Sikap


(13)

Lampiran 9a. Pengaruh Faktor Sosial (Umur, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Bertani, Tingkat Kosmopolitan)

Lampiran 9b. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Pengaruh Faktor Sosial (Umur, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Bertani dan Tingkat Kosmopolitan)

Lampiran 10a. Pengaruh Faktor Ekonomi (Luas Lahan, Jumlah Tanggungan Keluarga, Ketersediaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Pendapatan di Luar Usahatani Kopi)

Lampiran 10b. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Pengaruh Faktor Ekonomi (Luas Lahan, Jumlah Tanggungan Keluarga, Ketersediaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Pendapatan di Luar Usahatani Kopi


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada beberapa penelitian tentang keluarga inti yang pernah dilakukan, diungkapkan bahwa dalam keluarga dan rumah tangga, wanita pada dasarnya seringkali berperan ganda. Hal ini pertama-tama dicerminkan oleh perannya sebagai ibu rumah tangga, yang melakukan pekerjaan rumah tangga, mengurus dan membimbing anak, mengurus suami, suatu pekerjaan produktif yang tidak langsung mendapatkan pendapatan karena pekerjaan itu memungkinkan anggota keluarga lainnya untuk mendapatkan penghasilan secara langsung. Peranan kedua adalah sebagai pencari nafkah baik pencari nafkah pokok atau tambahan

(Ihromi, 1990:81).

Dalam rumah tangga, biasanya perempuan yang menjadi pengelola dalam menyelesaikan proses pekerjaan domestik, karena perempuan dinilai lebih mampu bekerja dalam hal membersihkan dan memelihara lingkungan rumah tangganya seperti menyapu rumah, mencuci piring, memasak dan memelihara anak menjadi tanggung jawab perempuan. Pada keluarga yang kaya dan mampu, sering kali kerja domestik dibebankan pada pembantu rumah tangga yang biasanya perempuan yang bekerja tanpa perlindungan dan tidak memiliki batas waktu. Sedangkan pada keluarga miskin seluruh tanggung jawab kerja domestik harus dikerjakan oleh perempuan itu sendiri dan seringkali perempuan juga harus mencari dan mencukupi hidup untuk keluarganya seperti contoh kebanyakan perempuan di desa melakukan tugas rutin dalam pengelolaan dan pemeliharaan


(15)

rumah tangga, perempuan juga harus ke ladang untuk mencukupi kebutuhan ekonomi (Listiani, dkk, 2002 : 20).

Dalam suatu tatanan masyarakat selalu melekat status dan peran yang harus dimainkan, termasuk di dalamnya peran sosial seorang wanita. Dalam tiap peran tersebut terdapat harapan-harapan tertentu, yang kadang-kadang antara suatu peran dan peran lainnya berseberangan sehingga terjadi konflik peran (Susanto, 2006 : 1).

Konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak mengalami konflik antar anggotnya atau dengan kelompok masyarakat lainnya. Konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri (Anonimous, 2009 : 1).

Konflik peranan timbul apabila seseorang harus memilih peranan dari 2 atau lebih status yang dimilikinya. Pada umumnya konflik peranan timbul ketika seseorang dalam keadaan tertekan, karena merasa dirinya tidak sesuai atau kurang mampu melaksanakan peranan yang dimilikinya, akibatnya dia tidak melaksanakan perananya dengan ideal/ sempurna (Anonimous, 2009 : 1).

Fenomena wanita bekerja telah menjadi hal yang menarik untuk dikaji, lebih-lebih wanita yang tinggal di pedesaan. Keterlibatan mereka bekerja sebagian besar dikarenakan tuntutan ekonomi. Kondisi perekonomian keluarga yang lemah dan serba kekurangan memaksa wanita ikut bekerja membantu suaminya dalam rangka mendapatkan penghasilan tambahan. Mengingat mayoritas mata pencaharian penduduk desa adalah bertani maka kebanyakan wanita yang ikut bekerja membantu suaminya pada akhirnya bekerja pula di bidang pertanian (Komariyah, 2003:1).


(16)

Kondisi rumah tangga pada lapisan bawah dan lapisan menengah bawah memerlukan sumber penghasilan yang berganda. Penghasilan bapak rumah tangga tidak cukup untuk dapat menghidupi seluruh keluarga. Ibu dan anak-anak pada umumnya turut menyumbangkan penghasilan dan karena adanya sumber yang aneka itu maka berbagai kebutuhan dapat dipenuhi. Sumbangan para wanita dan anak-anak sering tidak diperhitungkan langsung dalam uang, tetapi sumbangannya bagi pendapatan rumah tangga dalam banyak hal bersifat tidak langsung karena berkat pekerjaan yang dilakukannya maka anggota-anggota lain dalam rumah tangga bersangkutan dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang secara langsung menghasilkan uang untuk digunakan bagi kerperluan rumah tangga

(Ihromi, 1990 :103).

Wanita seringkali diabaikan keberadaannya sebagai tenaga kerja yang produktif, walaupun dalam kenyataanya, wanita secara fisik terlibat dalam proses produksi, pengolahan hasil, dan pemasaran hasil pertanian. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan dan pemberdayaan wanita (BPTP, 2008 : 1).

Kecamatan Lintong Nihuta yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan yang merupakan sentra produksi kopi.Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(17)

Tabel.1. Luas Tanaman, Produksi Kopi Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2007.

N0 Kecamatan (Distrik)

Luas Tanaman (Ha)

Produksi (Ton)

Persentase (%)

1 Pakkat 306,00 252,24 4,05

2 Onan Ganjang 929,00 760,11 12,20

3 Sijama Polang 565,00 463,30 7,44

4 Lintong Nihuta 1.089,00 1.334,75 21,43

5 Paranginan 967,00 793,91 12,74

6 Dolok Sanggul 968,00 1.225,91 19,68

7 Pollung 710,00 582,20 9,35

8 Parlilitan 780,00 641,16 10,29

9 Tara Bintang - -

-10 Bakti Raja 215,00 176,09 2,83

Total 6.529,00 6.229,67 100,00 (Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2007)

Pada Tahun 2007 luas tanaman kopi di Kecamatan Lintong Nihuta adalah 1.089 Ha (16,68 %) dengan produksi 1.334,75 ton (21,43 %). Jadi, dari keseluruhan kecamatan yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan, Kecamatan Lintong Nihuta merupakan daerah dengan luas tanam dan produksi yang paling tinggi.

Untuk pengelolaan usahatani kopi ini, tidak hanya pria saja yang terlibat didalamnya, tetapi semua anggota keluarga juga ikut berperan, baik istri maupun anak-anaknya. Wanita, disamping bekerja sebagai ibu rumah tangga juga harus bekerja sebagai tenaga kerja pada usahataninya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti sejauh mana peranan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi dan sikapnya terhadap peran ganda dalam rumah tangganya.


(18)

Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang akan diteliti yaitu:

1. Pada tahap-tahap pekerjaan apa saja wanita itu dilibatkan dalam usahatani kopi?

2. Seberapa besar pencurahan tenaga kerja wanita pada setiap tahapan pekerjaan pada usahatani kopi?

3. Apakah faktor sosial (umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman bertani, tingkat kosmopolitan) mempengaruhi curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi?

4. Apakah faktor ekonomi (luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga, pendapatan di luar usahatani kopi) mempengaruhi curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi? 5. Bagaimana sikap tenaga kerja wanita terhadap peran gandanya dalam

usahatani kopi?

6. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi tenaga kerja wanita dalam peran gandanya pada usahatani kopi?

7. Upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk menghadapi masalah peran ganda wanita pada usahatani kopi?


(19)

Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui pada tahap-tahap pekerjaan apa saja wanita itu

dilibatkan dalam usahatani kopi.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pencurahan tenaga kerja wanita pada setiap tahapan pekerjaan pada usahatani kopi.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh faktor sosial (umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman bertani, tingkat kosmopolitan) terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi.

4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh faktor ekonomi (luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga, pendapatan di luar usahatani kopi) terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi.

5. Untuk mengetahui bagaimana sikap tenaga kerja wanita terhadap peran gandanya dalam usahatani kopi.

6. Untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi tenaga kerja wanita dalam peran gandanya pada usahatani kopi.

7. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk menghadapi masalah peran ganda wanita pada usahatani kopi.


(20)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi didalam mengambil kebijaksanaan dan keputusan khususnya dalam hal peranan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi dan sikapnya terhadap peran ganda dalam rumah tangga.

2. Sebagai bahan referensi dan bahan pertimbangan bagi pihak yang membutuhkan.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

Tinjauan pustaka

Bagi wanita desa yang miskin, peran ganda bukanlah hal yang baru, karena sejak kecil mereka telah dilatih hidup mandiri, belajar menjadi isteri, anggota masyarakat dan juga pencari nafkah. Mereka menyadari sulitnya bertahan hidup. Namun karena anggapan masyarakat yang berkembang selalu mengisyaratkan bahwa wanita adalah mahkluk yang tergantung pada laki-laki maka perilaku kemandirian yang sebenarnya dilakukan oleh perempuan selama ini tersembunyi (Suardiman, 2001:14).

Rumah tangga di pedesaan sebagai kesatuan sosial ekonomi penting, karena terdapat sejumlah anggota pemberi tenaga kerja dalam produksi dan kegiatan pencarian nafkah lainnya. Tenaga kerja itu terdiri dari laki-laki dan wanita dewasa maupun anak-anak yang dianggap cukup mampu melaksanakan sesuatu (Sajogyo, 1985:117).

Pengetahuan tentang faktor tenaga kerja dalam usahatani dapat membantu petani dalam penggunaan tenaga kerja. Baik tenaga manusia maupun tenaga ternak secara efisien guna meningkatkan produksi usahatani, pendapatan dan kesejahteraan petani (Tohir, 1991:243).

Satuan tenaga kerja sering disebut dengan HKP (Hari Kerja Pria dewasa), satu HKP adalah tenaga kerja seorang pria dewasa yang bekerja efektif selama 8 jam per hari. Untuk tenaga kerja wanita dewasa setara dengan 0,8 HKP dan tenaga kerja seorang anak-anak setara dengan 0,5 HKP. Harga atau upah 1HKP


(22)

untuk setiap daerah bervariasi, juga untuk jenis pekerjaan yang berbeda upah 1HKP sering berbeda (Tarigan, 2002:53).

Oleh karena itu, tenaga kerja tidak bisa dipisahkan dengan manusia atau penduduk. Penduduk adalah semua orang yang mendiami suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu. Menurut sebagian pakar ekonomi pertanian, tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja, yaitu yang berumur 15 - 64 tahun, merupakan penduduk potensial yang dapat bekerja untuk memproduksi barang atau jasa (Daniel, 2002:87).

Tanaman kopi (coffea Sp) adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai tinggi 12 m. Daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang dan ranting-rantingnya (Najiyati dan Danarti, 1997 :7).

Tanaman kopi bukan produk homogen, ada banyak varietas dan beberapa cara pengolahannya. Di seluruh dunia kini terdapat sekitar 4500 jenis kopi, yang dapat dibagi dalam 4 kelompok besar yakni :

1. Coffea cenephora, salah satu jenis varietasnya menghasilkan kopi dagang robusta.

2. Coffea arabica menghasilkan kopi dagang arabika. 3. Coffea excelsa menghasilkan kopi dagang excelsa.

4. Coffea liberica menghasilkan kopi dagang liberika (Spillane, 1990 : 11). Tanaman kopi umumnya tumbuh optimum di daerah dengan curah hujan 2000 - 3000 mm/tahun dengan ketinggian 0 – 1000 m dpl. Kopi robusta dapat


(23)

tumbuh optimum pada ketinggian 400 – 700 m dpl dan kopi arabika menghendaki ketinggian tempat antara 500 – 1700 m dpl (Najiyati dan Danarti, 1997:23).

Kopi adalah hasil perkebunan. Panen pertama kira-kira pada umur 3 – 4 tahun dan dibutuhkan 2 tahun lagi sebelum produksinya sampai batas normal. Produksinya biasanya mulai menurun pada umur 13 tahun, tetapi dengan pengelolaan yang baik penurunan produksi ini tidak terlalu cepat. Pohon mempunyai umur ekonomis sampai 50 tahun (Spillane, 1990 :138).

Landasan Teori

Menurut Gross Mason dan Mc Eachern peran atau peranan di defenisikan sebagai seperangkat harapan – harapan yang dikenakan pada indifidu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan-harapan tersebut merupakan hubungan dari norma sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan itu ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat. Dengan kata lain dalam peranan terdapat dua macam harapan yaitu harapan dari masyarakat pemegang peranan dan harapan yang dimiliki si pemegang peranan terhadap masyarakat (Ihromi, 1990: 482).

Ada 3 pembagian peran yang terdapat di dalam suatu masyarakat yakni : 1. Peran produktif

Peran produktif adalah kegiatan kerja yang menghasilkan pendapatan dalam bentuk uang yang dihasilkan seseorang guna mencukupi kebutuhan hiudupnya.

2. Peran reproduktif

Peran reproduktif adalah kegiatan kerja yang menjamin kelangsungan hidup manusia dan keluarga seperti mengasuh anak, memasak, melahirkan, dll.


(24)

3. Peran domestik

Peran domestik adalah kegiatan yang tidak terbatas pada kegiatan rumah tangga dan mencari uang, akan tetapi menyangkut kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan masyarakat misalnya : berorganisasi dengan kelompok tani maupun kelompok wanita, kelompok gereja, pengajian, maupun kegiatan wirid yasin (Listiani, dkk, 2002 : 21).

Peran wanita dalam aspek sosial disederhanakan dalam dua peran yaitu peran wanita dalam keluarga dan peran wanita dalam masyarakat. Peran adalah bagian yang dimainkan seseorang pada setiap keadaan dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri dengan keadaan. Peran wanita artinya bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan wanita. Ada berbagai peran wanita yang dimilikinya sejak lahir sampai pada usia-usia selanjutnya. Peran itu merupakan bagian dari hidupnya (Sugihastuti, 2000 : 121).

Faktor-faktor yang biasanya menjadi sumber persoalan bagi para ibu yang bekerja dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Faktor Internal

Yang dimaksud dengan faktor internal adalah persoalan yang timbul dalam diri pribadi sang ibu tersebut. Ada di antara para ibu yang lebih senang jika dirinya benar-benar hanya menjadi ibu rumah tangga, yang sehari-hari berkutat di rumah dan mengatur rumah tangga. Namun, keadaan “menuntut” nya untuk bekerja, untuk menyokong keuangan keluarga. Kondisi tersebut mudah menimbulkan stress karena bekerja bukanlah timbul dari keinginan diri namun seakan tidak punya pilihan lain demi membantu ekonomi rumah tangga. Biasanya, para ibu yang mengalami masalah demikian, cenderung merasa sangat lelah


(25)

(terutama secara psikis), karena seharian “memaksakan diri” untuk bertahan di tempat kerja.

1. Faktor Eksternal

• Dukungan suami

• Kehadiran anak

• Masalah pekerjaan Manfaat Bekerja Bagi Wanita

• Mendukung ekonomi rumah tangga

• Meningkatnya harga diri dan pemantapan identitas

• Relasi yang sehat dan positif dengan keluarga

• Pemenuhan kebutuhan sosial

• Peningkatan skill dan kompetensi (Rini Jacinta, 2002 :1-3).

Beberapa faktor sosial dan faktor ekonomi yang dimiliki petani adalah : 1. Faktor Sosial, diantaranya adalah:

Ü Umur

Setiap masyarakat mempunyai suatu sistem tentang harapan-harapan sosial yang menuntut setiap anggotanya untuk berperilaku sesuai dengan usianya. Pertambahan usia akan diikuti perubahan perilaku. Oleh sebab itu dengan bertambahnya umur seseorang maka pengetahuannya untuk memahami pengertian-pengertian yang rumit akan meningkat, termasuk dalam mengelola pendapatannya (Suardiman, 2001:74).


(26)

Ü Tingkat Pendidikan

Pendidikan akan memberikan kemampuan seseorang untuk berfikir rasional dan objektif dalam menghadapi masalah. Pendidikan juga merupakan unsur modernisasi yang menuju kepada terciptanya suatu cara berfikir rasional dan gaya hidup yang mendorong diaplikasikannya teknologi modern

(Suardiman, 2001: 76). Ü Pengalaman Berusahatani

Pengalaman berusahatani akan membantu para petani dalam mengambil keputusan berusahatani. Semakin lama pengalaman yang dimiliki petani maka petani tersebut akan cenderung memiliki tingkat keterampilan yang tinggi. Pengalaman berusahatani yang dimiliki oleh petani juga akan mendukung keberhasilan dalam berusahatani (Sumantri, dkk, 2004: 35).

Ü Tingkat Kosmopolitan

Tingkat Kosmopolitan dapat diartikan sebagai keterbukaan maupun hubungan petani dengan dunia luar yang nantinya diharapkan akan memberikan inovasi baru bagi para petani dalam menjalankan usahataninya. Tingkat kosmopolitan dapat diukur dari perkembangan sumber inovasi baru, antara lain media cetak, media elektronik dan bepergiannya petani keluar daerah tempat tinggal mereka atau keluar desa dalam rangka memasarkan hasil usahatani mereka serta mendapatkan pendidikan dan informasi mengenai inovasi pertanian untuk mengembangkan usahatani mereka (Fauzia dan Tampubolon, 1991 : 22).


(27)

2. Faktor Ekonomi, diantaranya adalah: Ü Luas Lahan

Penduduk desa yang kegiatan utamanya bertani menggantungkan hidup dari tanah garapannya. Dengan demikian luas tanah garapan yang dimilikinya menjadi salah satu petunjuk besarnya pendapatan yang diterimanya

(Suardiman, 2001 : 78).

Ü Jumlah Tanggungan Keluarga

Tanggungan keluarga merupakan salah satu sumber daya manusia pertanian yang dimiliki oleh petani, terutama yang berusia produktif dan ikut membantu dalam usahataninya. Tanggungan keluarga juga dapat menjadi beban hidup bagi keluarga apabila tidak aktif bekerja (Syafrudin, 2003: 78-79).

Ü Ketersediaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani, di mana tenaga kerja yang dimaksud di sini adalah petani dan para anggota keluarganya. Dalam usahatani, keluarga petani merupakan unsur penentu, namun pada saat tertentu faktor tenaga kerja keluarga akan muncul sebagai faktor yang menentukan kelestarian dari usahatani itu (Tohir, 1991 : 221).

Ü Pendapatan di Luar Usahatani

Usaha memenuhi kebutuhan keluarga petani yaitu mencari sumber mata pencaharian tambahan. Situasi yang tidak pasti dalam berusahatani disebabkan oleh faktor alam seperti : iklim, curah hujan, hama dan penyakit tanaman, harga dan pemasaran. Dalam situasi ketidakpastian inilah petani mencari sumber-sumber pendapatan yang lain (Soekartawi, 1988 :32).


(28)

Sikap merupakan pernyataan evaluatif baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan mengenai objek, orang atau peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu (Robbins, 2001:138).

Sikap dapat bersifat negatif atau positif. Sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk menjauhi, membenci, menghindari ataupun tidak menyukai keberadaan suatu objek. Sedangkan sikap positif memunculkan kecenderungan untuk menyenangi atau mendekati, menerima atau bahkan mengharapkan kehadiran objek tertentu (Adi, 1994 :178).

Telaah ilmiah mengenai sikap membutuhkan alat ukur yang dapat mengukur suatu sikap. Vander Zanden, dalam bukunya Social Psykologi mengatakan sekurang-kurangnya sejauh ini, ada empat cara pengukuran yang banyak digunakan oleh para ilmuwan atau pun mereka yang tertarik akan study mengenai sikap. Keempat cara pengukuran itu adalah :

Ü Pengukuran dengan Skala Thurstone

Pengukuran dengan skala thurstone ini dikembangkan oleh Louis thurstone, dan dikenal dengan nama metode Equal Appearing Intervals. Ia mengembangkan sejumlah besar pertanyaan untuk mengukur sikap seseorang terhadap suatu hal.

Ü Pengukuran dengan Skala Likert

Skala Likert adalah skala yang dikembangkan oleh Rensis Likert dan dikenal sebagai Tehnik Summated Ratings. Pada pengukuran dengan skala Likert, responden diberikan pernyataan-pernyataan dengan kategori jawaban yang sudah dituliskan, contoh:


(29)

1. Sangat setuju 2. Setuju 3. Ragu-ragu 4. Tidak setuju 5. Sangat tidak setuju

Jawaban 5, 4, 3 ,2, 1 maupun 1, 2, 3, 4, 5 diatas mengambarkan arah atau tingkatan dari hal yang menyenangkan (favourable) sampai tidak menyenangkan (un favourable).

Ü Pengukuran dengan Skala Guttman

Pengukuran dengan skala ini dikembangkan oleh Louis Guttman, dan skala yang ia kembangkan disebut juga sebagai Tehnik Analisis Skalogram.

Ü Pengukuran dengan Skala Semantic – Differential

Skala semantic-differential ini dikembangkan oleh Charles E Osgood dan rekan pada tahun 1975, digunakan untuk mengukur makna konotatif dari suatu konsep (Adi, 1994 : 192-194).


(30)

Kerangka Pemikiran

Melihat potensi wanita sebagai sumber daya manusia, maka upaya menyertakan wanita dalam proses pembangunan bukan hanya merupakan perikemanusiaan belaka, tetapi merupakan tindakan efisien karena tanpa mengikut sertakan wanita dalam proses pembangunan menyebabkan pemborosan dan dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi.

Karena adanya kesempatan, hak dan kewajiban yang sama bagi pria dan wanita untuk berperan dalam segala kegiatan pembangunan telah mendorong wanita untuk bekerja, termasuk dalam sebuah keluarga yang menyebabkan wanita berperan ganda yaitu pencari nafkah sebagai petani pada usahatani kopi.

Wanita dalam usahatani kopi terlibat dalam berbagai kegiatan yaitu pada tahap penanaman (persiapan lahan, penanaman, penyisipan), tahap pemeliharaan (pemupukan, pemberantasan hama, penyakit dan gulma), tahap panen (pemetikan), tahap pengolahan hasil (penyortiran, pengupasan kulit, pengeringan).

Pada usahatani kopi penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Besarnya curahan tenaga kerja dinyatakan dalam HKP (Hari Kerja Pria). Untuk tenaga kerja wanita dewasa yang bekerja efektif dalam 1 hari setara dengan 0,8 HKP.

Dari usahatani kopi ini, akan dihasilkan produksi kopi. Besarnya produksi kopi yang diperoleh akan menambah pendapatan yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga petani.

Sebagai petani, wanita memiliki berbagai faktor sosial dan faktor ekonomi yang dapat mempengaruhi curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi.


(31)

Yang termasuk pada faktor sosial diantaranya : umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman bertani, dan tingkat kosmopolitan, sedangkan yang termasuk pada faktor ekonomi diantaranya : luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, ketersediaan tenaga kerja dalam kelurga, dan pendapatan diluar usahatani kopi.

Wanita dalam peran gandanya dalam rumah tangga yaitu sebagai petani memiliki sikap, baik positif maupun negatif. Di mana sikap positif memunculkan kecenderungan untuk menyenangi, atau mendekati, menerima atau bahkan mengharapkan kehadiran objek tertentu. Sedangkan sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk menjauhi, membenci, menghindari ataupun tidak menyukai keberadaan suatu objek.


(32)

WANITA

Keterangan:

: Menyatakan Hubungan : Menyatakan pengaruh

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran POSITIF PETANI

Faktor Sosial

-Umur

-Tingkat pendidikan -Pengalaman bertani -Tingkat kosmopolitan

Faktor Ekonomi

-Luas lahan

-Jumlah tanggungan keluarga

-Ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga

-Pendapatan diluar usaha tani kopi

USAHATANI KOPI

NEGATIF SIKAP

PERAN GANDA

Tahapan kegiatan

-Penanaman -Pemeliharaan -Panen

-Pengolahanhasil

PRODUKSI KOPI


(33)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tujuan dari penelitian maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut :

1. Ada pengaruh faktor sosial (umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman bertani, tingkat kosmopolitan) terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi.

2. Ada pengaruh faktor ekonomi (luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga, pendapatan di luar usahatani kopi) terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi.

3. Sikap tenaga kerja wanita terhadap peran gandanya pada usahatani kopi adalah positif.


(34)

METODOLOGI PENELITIAN

Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Desa Parulohan, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan. Adapun dasar pemilihan daerah penelitian ini adalah karena di desa tersebut pada umumnya wanita ikut terlibat dalam usahatani kopi dan desa ini memiliki luas lahan untuk tanaman kopi yang paling luas yaitu 102 Ha dengan total luas lahan tanaman kopi di Kecamatan Lintong Nihuta 1.089 Ha. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel.2. Luas Lahan Tanaman Kopi di Kecamatan Lintong Nihuta

Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2007 No Nama Desa Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

1 Sibuntuon Parpea 40 3,67

2 Sibuntuon Partur 50 4,59

3 Parulohan 102 9,37

4 Sigumpar 35 3,21

5 Siharjulu 26 2,39

6 Sitolu Bahal 58 5,33

7 Habeahan 65 5,97

8 Tapian Nauli 90 8,26

9 Pargaulan 49 4,50

10 Sigompul 37 3,40

11 Siponjot 91 8,36

12 Dolok Margu 56 5,14

13 Hutasoit I 37 3,40

14 Hutasoit II 40 3,67

15 Sitio II 33 3,03

16 Lobu Tua 39 3,58

17 Bonan Dolok 50 4,59

18 Nagasaribu I 41 3,76

19 Nagasaribu II 37 3,40

20 Nagasaribu III 25 2,30

21 Nagasaribu IV 48 4,41

22 Nagasaribu V 40 3,60

Total 1.089 100,00


(35)

Metode pengambilan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan lahan dengan tanaman kopi yang berperan sebagai istri dan memiliki keluarga yang lengkap sebanyak 235 KK di Desa Parulohan, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan. Pengambilan sampel dilakukan secara Stratified Random Sampling atas dasar strata luas lahan dengan jumlah petani sampel 30 KK.

Sampel dikelompokkan atas dua strata yakni lebih kecil dari 0,5 Ha dan lebih besar sama dengan 0,5 Ha. Di mana luas lahan yang dimaksud di sini adalah luas lahan yang ditanami tanaman kopi baik itu. Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel.3. Penentuan Sampel penelitian di Desa Parulohan, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan

Strata Luas Lahan

(Ha)

Populasi Petani Kopi (KK)

Sampel Penelitian (KK)

I < 0,5 157 20

II ≥ 0,5 78 10

Total 235 30

(Sumber : Kepala Desa Parulohan) Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada petani kopi sebagai responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dibuat lebih dulu, sedangkan data sekunder diperoleh dari dinas terkait seperti kantor kecamatan Lintong Nihuta, Kantor Kepala Desa, Dinas Pertanian Humbang Hasundutan, dan buku pendukung penelitian.


(36)

Metode Analisis Data

Data dari lapangan diperoleh dan dikumpulkan maka :

a. Untuk identifikasi masalah 1 dianalisis dengan menggunakan Metode Deskriptif.

b. Untuk identifikasi masalah 2 dianalisis dengan Metode deskriptif, di mana hal-hal yang perlu dijelaskan adalah curahan tenaga kerja wanita pada setiap tahapan kegiatan pada usahatani kopi.

c. Untuk identifikasi masalah 3 dianalisis dengan menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda, dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS (Statitistical Product and Service Solution) dengan rumus matematisnya sebagai berikut :

= a0 + a1x1 + a2x2 + ………….+ akxk

Keterangan

= Curahan tenaga kerja wanita (HKP/ Tahun) a0 = Koefisien intercept

a1a2 ….ak = Koefisien regresi

x1 = Umur wanita (Tahun).

x2 = Tingkat pendidikan formal (Tahun)

x3 = Pengalaman bertani (Tahun)

x4 = Tingkat Kosmopolitan (Score).

Secara parsial diuji dengan membandingkan T-Hitung dengan T-Tabel 1

: = − −

=

dk n k

Sa a T

i i Hitung


(37)

Keterangan

ai = Koefisien Regresi yang diperoleh dari sampel

Sai = Standart error untuk koefisien regresi sampel

Dengan Kriteria Uji :

T-Hitung < T-Tabel………Hipotesis H0 diterima

T-Hitung ≥ T-Tabel………Hipotesis H0 ditolak

Untuk mengetahui variabel tersebut berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi dapat digunakan uji –F yaitu dengan rumus:

1 /

/

− − =

k n JK

k JK F

res reg

JKreg = a1∑x1i yi + a2∑x2iyi + ……..+ ak∑xkiyi

JKres = ∑(yi – Yi )2

Keterangan:

JKreg = Jumlah kuadrat-kuadrat regresi

JKres = Jumlah kuadrat-kuadrat residu

k = Derajat bebas pembilang n = Derajat bebas penyebut Kriteria uji untuk serempak

F-Hitung < F-Tabel……….Hipotesis H0 diterima

F-hitung ≥ F-Tabel………. Hipotesis H0 ditolak

(Sudjana, 1992 : 347,388).


(38)

d. Untuk identifikasi masalah 4 dianalisis dengan menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda, dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS (Statitistical Product and Service Solution) dengan rumus matematisnya sebagai berikut :

= a0 + a1x1 + a2x2 + ………….+ akxk

Keterangan:

= Curahan tenaga kerja wanita (HKP/ Tahun) a0 = Koefisien intercept

a1a2 ….ak = Koefisien regresi

x1 =Luas lahan (Ha).

x2 = Jumlah tanggungan (Jiwa)

x3 = Ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga (HKP / Tahun)

x4 = Pendapatan diluar usahatani kopi (Rp / Tahun)

Secara parsial diuji dengan membandingkan T-Hitung dengan T-Tabel 1

: = − −

=

dk n k

Sa a T

i i Hitung

Keterangan

ai = Koefisien Regresi yang diperoleh dari sampel

Sai = Standart error untuk koefisien regresi sampel

Dengan Kriteria Uji :

T-Hitung < T-Tabel………Hipotesis H0 diterima


(39)

Untuk mengetahui variabel tersebut berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi dapat digunakan uji –F yaitu dengan rumus:

1 /

/

− − =

k n JK

k JK F

res reg

JKreg = a1∑x1i yi + a2∑x2iyi + ……..+ ak∑xkiyi

JKres = ∑(yi – Yi )2

Keterangan:

JKreg = Jumlah kuadrat-kuadrat regresi

JKres = Jumlah kuadrat-kuadrat residu

k = Derajat bebas pembilang n = Derajat bebas penyebut

Kriteria uji untuk serempak

F-Hitung < F-Tabel……….Hipotesis H0 diterima

F-hitung ≥ F-Tabel………. Hipotesis H0 ditolak

(Sudjana, 1992:347,388).

e. Untuk identifikasi masalah 5 dianalisis dengan menggunakan Metode Penskalaan LIKERT dengan kriteria sebagai berikut :

A = Sangat Setuju

B = Setuju

C = Ragu-ragu D = Tidak Setuju

E = Sangat Tidak Setuju

Skor standart yang digunakan adalah Skor T yaitu :


(40)

⎥⎦ ⎤ ⎢⎣

⎡ − +

=

S X x T 50 10 Keterangan :

T = Skor standart x = Skor responden

X = Rata-rata skor kelompok S = Deviasi standart kelompok Dengan kriteria uji :

T > 50 = Sikap positif T ≤ 50 = Sikap negatif (Azwar, 1995 : 156).

f. Untuk identifikasi masalah 6 dan 7 dianalisis dengan Metode Deskriptif.

Defenisi Dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Defenisi

1. Peran adalah bagian yang dimainkan seseorang pada setiap keadaan dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri dengan keadaan.

2. Rumah tangga adalah kesatuan sosial ekonomi dan anggotanya berdiam dalam satu rumah atau bagian dari rumah.

3. Tingkat kosmopolitan adalah tingkat keterbukaan petani terhadap dunia luar, yang diukur berdasarkan banyaknya melakukan kunjungan keluar


(41)

desa serta penggunaan sarana informasi melalui media cetak dan frekuensi petani menggunakan media elektronik.

4. Sikap adalah pernyataan evaluatif baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan mengenai objek, orang, atau peristiwa.

Batasan Operasional

1. Petani Sampel adalah istri petani yang membudidayakan tanaman kopi, sekaligus menjadi tenaga kerja pada usahataninya.

2. Tempat penelitian berada di Desa Parulohan, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan.

3. Waktu penelitian direncanakan pada tahun 2008-Selesai.

4. Peran ganda yang dimaksud peneliti adalah peranan wanita sebagai ibu rumah tangga dan petani pada usahatani kopi.

5. Curahan tenaga kerja wanita adalah besarnya penggunaan tenaga kerja oleh istri yang berperan sebagai petani pada usahatani kopi.

6. Produksi adalah hasil usahatani kopi yang di hitung dalam satuan kg. 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya curahan tenaga kerja wanita

pada usahatani kopi adalah ;

a. Faktor sosial (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, tingkat kosmopolitan)

b. Faktor ekonomi ( luas lahan, jumlah tanggungan, ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga, pendapatan diluar usahatani kopi). 8. Umur adalah usia petani sampel yang berumur ≥ 15 tahun dan masih

produktif.


(42)

9. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang pernah dijalani oleh petani sampel misalnya : SD, SMP,SMA atau sederajat yang biasanya dinyatakan dalam tahun.

10.Pengalaman bertani adalah lamanya petani sampel mengusahakan usahatani kopi yang dinyatakan dalam tahun.

11.Luas lahan adalah luas lahan yang ditanami tanaman kopi yang dinyatakan dalam satuan hektar.

12.Jumlah tanggungan adalah banyaknya yang ditanggung oleh kepala keluarga dalam sebuah rumah tangga.

13.Ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga adalah jumlah tenaga kerja yang dapat bekerja pada usahatani kopi yang berasal dari dalam keluarga. 14.Pendapatan diluar usahatani kopi adalah pendapatan yang diperolah petani


(43)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

1.Deskripsi Daerah Penelitian a. Luas dan Kondisi Geografis

Penelitian ini dilakukan di Desa Parulohan, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan. Kecamatan Lintong Nihuta merupakan salah dari 10 kecamatan yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan yang memiliki luas lahan 11.490 Ha dan Desa Parulohan merupakan salah satu dari 22 desa yang ada di Kecamatan Lintong Nihuta. Secara administratif Desa Parulohan berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kecamatan Bakti Raja Sebelah Selatan : Desa Sibuntuon Partur Sebelah timur : Desa Sitolu Bahal Sebelah Barat : Desa Sigumpar

Desa Parulohan berada diketinggian 1200-1500 m dpl dan memiliki luas wilayah 542 Ha. Jarak desa dari ibu kota kecamatan yakni Pasar Baru adalah 3

Km dan berjarak 32 Km dari Ibukota kabupaten yakni Dolok Sanggul (Profil Desa, 2007).

b. Penggunaan Lahan


(44)

Luas wilayah desa penelitian yakni Desa Parulohan menurut fungsinya dapat dibagi menjadi pekarangan / bangunan / halaman, tegal / ladang / huma, padang rumput, kebun kopi, kolam, tanah tidak diusahakan, tanah untuk kayu-kayu, rawa-rawa, sawah, dll. Untuk lebih jelasnya tabel 4 berikut ini akan dapat menggambarkan bagaimana sebaran penggunaan lahan di Desa Parulohan.

Tabel 4. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Parulohan Tahun 2007 NO Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Pekarangan,Bangunan, Halaman Tegal/Ladang Padang Rumput Perkebunan Kopi Kolam

Tanah Tidak Diusahakan Tanah Untuk Kayu-Kayu Rawa-Rawa Sawah Lain-Lain 57 49 100 102 3 85 23 0 66 57 10,52 9,04 18,45 18,82 0,55 15,68 4,24 0 12,18 10,52 Total 542 100

(Sumber : Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Lintong Nihuta Tahun 2007) C. Keadaan Penduduk

Desa Parulohan memiliki jumlah penduduk 1475 jiwa dengan 267 KK. Distribusi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(45)

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa Parulohan Tahun 2007

Jenis kelamin No Golongan Umur

(tahun) Laki-laki Perempuan

Jumlah Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 ≥ 65

112 90 62 75 57 38 41 37 45 37 34 22 26 25 114 115 68 85 63 42 44 43 49 33 42 32 24 30 226 205 130 160 120 80 85 80 94 70 76 54 50 45 15,32 13,90 8,81 10,85 8,14 5,42 5,76 5,42 6,37 4,75 5,15 3,66 3,40 3,05 Total 696 779 1475 100 (Sumber : Kepala Desa Parulohan Tahun 2007)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Kelompok usia produktif (15-64 Tahun) di Desa Prulohan sebanyak 869 jiwa (58,92 %).


(46)

Pada umumnya, kondisi penduduk cukup mengenal satu sama lain. Keakraban dan kekeluargaan sangat jelas terlihat dalam lingkungan kehidupan masyarakatnya. Secara umum bahasa sehari-hari yang digunakan sebagai alat komunikasi di Desa Parulohan adalah Bahasa Batak Toba.

Tabel 6. Distribusi Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Desa Parulohan Tahun 2007

NO Jenis mata pencaharian Jumlah jiwa (KK) Persentase (%) 1.

2. 3.

Patani Buruh

Pegawai Negri Sipil

235 21 11 88,02 7,86 4,12

Total 267 100

(Sumber : Kepala Desa Parulohan Tahun 2007)

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa bertani merupakan mata pencarian yang utama dilakukan oleh penduduk, disamping itu terdapat juga buruh tani yang bekerja pada perkebunan kopi milik Pt.Pesona yang terdapat di daerah penelitian dan terdapat juga pegawai negeri sipil yang bekerja sebagai tenaga pengajar dan sebagai tenaga medis di daerah penelitian.

Di Desa Parulohan terdapat 3 suku bangsa yaitu suku batak toba, jawa dan nias. Dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Suku Bangsa di Desa Parulohan Tahun 2007

No Suku Bangsa Jumlah Jiwa Persentase (%) 1. 2. 3. Batak Toba Jawa Nias 1452 8 15 98,44 0,54 1,02


(47)

Total 1475 100 (Sumber : Kepala Desa Parulohan Tahun 2007)

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa suku Batak Toba merupakan suku yang paling besar jumlahnya di banding dengan suku lainnya. Suku jawa dan nias merupakan pendatang baru di daerah penelitian.

Dapat juga digambarkan bahwa di Desa Parulohan terdapat beberapa agama yang dianut oleh penduduk yang lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Desa Parulohan Tahun 2007

No Agama Jumlah Jiwa Persentase (%)

1 2 3 Kristen Protestan Katolik Islam 1461 12 2 99,05 0.81 0,14

Total 1475 100

(Sumber : Kepala Desa Parulohan Tahun 2007).

Dari tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa agama kristen protestan merupakan agama yang paling banyak dianut oleh penduduk desa (99,05%), disusul oleh agama katolik (0,81%) dan islam (0,14%).

d.Sarana dan Prasarana.

Adapun sarana dan prasarana yang ada didesa penelitian adalah sekolah, klinik, gereja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 9. Jenis Sarana dan Prasarana di Desa Parulohan Tahun 2007 NO Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah(unit) Kondisi 1 Sekolah TK SD 1 1 Baik Baik


(48)

2 Klinik 2 Baik

3 Gereja 1 Baik

4 Jalan Baik

(Sumber : Kepala Desa Parulohan Tahun 2007)

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa didaerah penelitian terdapat sekolah yakni TK dan SD sebanyak 1 unit, klinik 2 unit, gereja 1 unit. Adapun jalan yang ada didaerah penelitian kondisinya baik yaitu sudah diaspal tetapi angkutan belum lancar. Angkutan roda empat ke desa ini ada pada saat hari pekan.

Untuk sarana pendidikan, pada umumnya baik karena gedungnya sudah permanen sehinga anak-anak tidak perlu pergi ke desa lain untuk menuntut ilmu. Untuk sarana kesehatan, di Desa Parulohan terdapat 2 unit klinik sehinga masyarakat lebih mudah untuk mendapatkan perawatan kesehatan.

2. Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik Petani Sampel yang dimaksud disini meliputi : Umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman bertani, tingkat kosmopolitan, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan di luar usahatani kopi, dan ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 10. Karakteristik Petani Sampel Di Desa Parulohan

No Karakteristik Petani Sampel

Satuan Range Strata I

Strata II


(49)

1 2 3 4 5 6 7 8 Umur

Tingkat Pendidikan Formal Pengalaman Bertani Tingkat Kosmopolitan Luas Lahan

Jumlah Tanggungan Keluarga

Ketersediaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pendapatan Diluar Usahatani Kopi Tahun Tahun Tahun Score Ha Jiwa HKP/Thn Rp/ Thn

26 - 62 0 - 12 5 - 41 2 - 19 0,08 – 1,3

2 – 9 500 – 2500

327000 - 21352500 39,10 7,25 15,55 9,6 0,25 4,75 1110 8503850 47,80 4,50 25,60 10,9 0,82 4,50 1523,6 8509200

(Sumber:Analisis Data Primer Lampiran 1 Tahun 2008)

Rataan umur petani sampel strata I adalah sebesar 39,10 tahun, dimana lebih rendah dari rataan umur petani sampel strata II yaitu 47,80 tahun. Dari rataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa petani sampel pada masing-masing strata masih berada dalam kategori petani usia produktif sehingga masih besar potensi tenaga kerja yang dimiliki petani sampel dalam mengelola usaha taninya untuk beberapa waktu yang akan datang.

Untuk tingkat pendidikan formal, rataan tingkat pendidikan petani strata I adalah sebesar 7,25 tahun yang lebih tinggi dari pada rataan istri petani strata II yaitu sebesar 4,5 tahun. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan formal petani tiap strata memiliki perbedaan yang besar, dimana hal ini akan dapat berpengaruh pada wawasan, pengetahuan, serta cara berfikir dan bertindak istri petani dalam pengelolaan usahataninya.


(50)

Dari segi pengalaman bertani, dapat dilihat bahwa petani strata I lebih rendah pengalaman bertaninya dari pada pengalaman bertani petani strata II yaitu sebesar 15,55 tahun. Sedangkan rataan pengalaman bertani petani sampel pada strata II sebesar 25,6 tahun. Pengalaman bertani dapat berpengaruh pada pengetahuaan dan wawasan petani didalam mengelola usahataninya. Semakin besar pengalaman petani didalam mengelola usahatani maka semakin besar atau tinggi pula pengetahuan dan wawasan terhadap pengelolaan usahataninya.

Rataan tingkat kosmopolitan petani didesa penelitian adalah rendah. Dimana rata – rata tingkat kosmopolitan strata 1 yakni 9,6 sedangkan rataan tingkat kosmopolitan strata 2 yakni 10,9. Hal ini dapat berpengaruh pada pengetahuan, sikap, dan tindakan petani sampel dalam mengembangkan usahataninya.

Luas lahan dapat mempengaruhi besarnya produksi yang diperoleh petani dalam usahataninya, walaupun lahan pertanian luas tetapi terkadang tidak memberikan produksi yang baik pula. Rataan luas lahan petani pada strata I sebesar 0,25 Ha / KK, sementara untuk petani strata II sebesar 0,82 Ha / KK.

Jumlah tanggungan keluarga pada petani strata I rataannya sebesar 4,75 jiwa yang tidak jauh berbeda dengan rataan jumlah tanggungan keluarga pada strata II yakni sebesar 4,5 jiwa. Dimana jumlah tanggungan keluarga ini akan berpengaruh pada pendapatan petani yang ketersediaan tenaga kerja pada usahatani. Tanggungan keluarga juga dapat menjadi beban hidup bagi keluarga apabila tidak aktif bekerja.

Ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga merupakan faktor penting dalam usahatani, dimana tenaga kerja yang dimaksud adalah petani dan anggota


(51)

keluarganya. Ketersediaan tenaga kerja yang dimiliki oleh petani selama 1 tahun adalah 300 hari untuk pria umur > 15 tahun, 250 hari untuk wanita > 15 tahun, serta 144 hari untuk anak-anak usia 10-15 tahun. Rataan ketersedian tenaga kerja pada strata I sebesar 1110 HKP / tahun yang lebih rendah dari pada rataan ketersediaan tenaga kerja pada strata II yakni sebesar 1523,6 HKP / tahun.

Pendapatan diluar usahatani kopi dapat diperoleh dari non-usahatani kopi seperti cabai, tomat, kol, kentang, sawi. Usaha ternak diperoleh dari kerbau dan babi. Dan kegiatan non-usahatani seperti pegawai negeri sipil, pedagang. Rataan pendapatan diluar usahatani kopi pada petani strata I yaitu sebesar

Rp 8.503.850 yang hampir sama dengan rataan pendapatan diluar usahatani kopi petani sampel strata II yaitu sebesar Rp 8.509.200.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Tahapan Kegiatan yang Melibatkan Tenaga Kerja Wanita Pada Usahatani Kopi Di Desa Parulohan, Kecamatan Lintong Nihuta

Dalam usahatani kopi terdapat beberapa tahapan pekerjaan dimana secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :

I. Penanaman

1.1Persiapan Lahan

Lahan yang akan ditanami tanaman kopi bisa dibedakan menjadi 3 yaitu :

a. Lahan bukaan baru yang belum pernah ditanami tanaman kopi ataupun tanaman perkebunan lainnya.


(52)

b. Lahan bekas tanaman perkebunan ataupun tanaman usaha lainnya selain tanaman kopi.

c. Lahan yang ditanami kopi, tetapi tidak produktif dan harus diganti dengan jenis kopi lainnya yang lebih unggul.

Persiapan lahan untuk masing-masing jenis lahan tersebut tentu berbeda-beda. Tapi pada umumnya pada persiapan lahan dilakukan tiga tahap yakni :

a. Tahap pembersihan lahan, yakni tahap dimana tanah dibersihkan dari pohon-pohon yang bersisa pada lahan.

b. Tahap pengolahan tanah, yakni mengolah tanah secara hati-hati agar lapisan humus tanah tidak hilang dan rusak.

c. Tahap penanaman tanaman pelindung, yakni tahap terlebih dahulu ditanami dengan tanaman pelindung dan penutup tanah sebelum ditanami dengan kopi. d. Tahap pembuatan lubang tanam, yakni sebelum pembuatan lubang tanam

maka terlebih dahulu ditentukan letak lubang tanam yang akan digali. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 2.5 m x 2.5 m.

1.2. Menanam

Setelah pohon pelindung dan lubang tanamnya dipersiapkan, maka tahap selanjutnya adalah penanaman. Penanaman ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :

Ü Lubang tanam yang semula sudah ditutup digali lagi, tetapi dengan ukuran yang lebih kecil. Kira-kira ukurannya sedikit lebih besar daripada gumpalan tanah yang membungkus akar bibit.

Ü Pembungkus gumpalan tanah pada bibit seperti plastik dan pelepah batang pisang dilepas pelan-pelan. Tanahnya sedikit dikorek-korek.


(53)

Ü Bibit berikut gumpalan tanahnya dimasukkan kedalam lubang sampai batas leher batang. Lubang ditutup dengan tanah sampai agak menggunung agar bila tanah agak memadat, bibit tidak tergenang air kalau hujan. Selanjutnya tanah disiram dengan air.

Ü Bila perlu, tanaman diberi penggapit agar tidak mudah goyah 1.3.Penyulaman atau Penyisipan

Tanaman yang tumbuh merana atau mati harus segera disulam dengan tanaman yang baru. Pemeriksaan terhadap tanaman kopi yang sudah ditanam biasanya ditentukan dengan jadwal sebagai berikut :

Ü Setelah 2 minggu setelah tanam, kebun diperiksa 2 kali / minggu. Ü Tanaman berumur 2-4 minggu, diperiksa 1 kali / minggu.

Ü Selama 6 bulan berikutnya kebun diperiksa 1 kali / bulan

Bibit yang digunakan untuk menyulam adalah bibit cadangan yang sudah disiapkan sebelumnya.

II. Pemeliharaan 2.1. Pemupukan

Pemupukan pada tanaman bertujuan untuk : Ü Mencukupi kebutuhan unsur hara bagi tanaman.

Ü Memperbaiki kondisi tanah sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan dapat menyerap unsur hara dengan jumlah yang cukup.

Jenis pupuk yang sering digunakan untuk tanaman kopi adalah pupuk buatan seperti : Urea, KCL, TSP, serta pupuk organik seperti : Pupuk kandang dan kompos.

1.2.Pengendalian Hama, Penyakit dan Gulma.


(54)

Tanaman kopi sedapat mungkin harus dihindarkan dari serangan hama, penyakit, dan gulma, karena ketiga hal tersebut dapat menurunkan produksi dan mutu kopi yang dihasilkan. Bahkan akibat serangan hama dan penyakit dan gulma bisa menyebabkan tanaman tidak mau berbuah sama sekali, atau bahkan sering menyebabkan kematian.

III. Panen / Pemetikan

Tanaman kopi yang dirawat dengan baik biasanya sudah mulai berproduksi pada umur 2.5 – 3 tahun, tergantung pada iklim dan jenisnya. Pemetikan kopi secara garis besar dibagi menjadi tiga tahap yakni :

a. Pemetikan pendahuluan

b. Petik merah (Panen raya), bisa berlangsung selama 4 – 5 bulan dengan giliran pemetikan pertanaman 10 – 14 hari sekali.

c.Petik hijau (Petik racutan), dilakukan dengan cara memetik semua buah yang masih tertinggal baik yang sudah merah maupun yang masih hijau.

Untuk memperoleh hasil yang bermutu tinggi, buah kopi harus dipetik setelah betul-betul matang yaitu saat kulit buahnya sudah berwarna merah.

4. Pengolahan Hasil

Untuk mendapatkan kopi yang sudah siap diperdagangkan perlu adanya pengolahan. Prinsip dari pengolahan buah kopi bertujuan untuk memisahkan kopi dari dagingnya, kulit tanduk, dan kulit ari, sehingga tinggal bijinya. Didalam pelaksanaan pengolahan secara sederhana melalui tahapan pengeringan, pengupasan dan sortasi. Pengeringan kopi glondong dilakukan dengan menjemur diatas lantai jemur dan kadang-kadang sebelum dilakukan penjemuran dilakukan pemecahan kulit. Setelah biji kopi kering dilakukan pengupasan untuk


(55)

memisahkan kulit luar dan kulit tanduk dan kulit ari dengan cara menumbuk. Kopi yang sudah baik pengeringannya lalu dicampur rata dan disimpan dalam karung lalu dijual.

2. Curahan Tenaga Kerja Wanita Pada Usahatani Kopi

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi bersama-sama dengan faktor produksi lain dalam suatu proses produksi guna meningkatkan hasil pertanian. Curahan tenaga kerja yang dimaksud adalah tenaga kerja dalam keluarga yakni tenaga kerja wanita (istri) dan tenaga kerja pria (suami) yang biasanya tidak diberi upah.

Kebutuhan tenaga kerja pada setiap usahatani berbeda-beda menurut komoditinya. Demikian juga dengan komoditi kopi yang memiliki tahap-tahap tertentu dalam pelaksanaan kegiatannya.

Rata-rata curahan tenaga kerja pria dan wanita pada setiap tahapan pekerjaan pada usahatani kopi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 11. Rata-Rata Curahan Tenaga Kerja Pria dan Wanita Pada Setiap Tahapan Kegiatan Pada Usahatani Kopi per Hektar.

Janiar Elisabet L.Tobing : Peranan Tenaga Kerja Wanita Pada Usahatani Kopi Dan Sikapnya Terhadap Peran

Curahan Tenaga Kerja (HKP)

Pria Wanita Tahapan

Pekerjaan

Strata 1 Strata 2

Total

Strata 1 Strata 2

Total Penanaman (Persiapan lahan, menanam, dan penyulaman)

163,43 89,21 252,64 144 87,12 231,12

Pemeliharaan (Pemupukan, Pengendalian hama penyakit dan gulma)

604,14 629,31 1233,45 622,23 687,54 1309,77

Panen / pemetikan

130,99 94,43 225,42 405,82 300,22 706,04 Pengolahan 49,89 98,38 148,27 177,94 192,59 370,53


(56)

hasil

(penggilingan, pengeringan, penyortiran, pengepakan

Total 948,45 911,33 1859,78 1349,99 1267,47 2617,46 (Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 4b Thn 2008)

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata curahan tenaga kerja wanita pada tiap strata pada tahap penanaman ( persiapan lahan, menanam, penyulaman) lebih kecil dari pada curahan tenaga kerja pria. Dimana, rata-rata curahan tenaga kerja wanita strata 1 sebesar 144 HKP dan strata 2 sebesar 87,12 HKP sedangkan curahan tenaga kerja pria strata 1 sebesar 163,43 HKP dan strata 2 sebesar 89,21 HKP. Hal ini disebabkan karena pada tahap penanaman pada usahatani kopi terutama pada persiapan lahan membutuhkan kemampuan fisik yang kuat sehingga tenaga kerja pria lebih banyak yang bergerak didalamnya.

Pada tahap pemeliharaan, curahan tenaga kerja wanita strata 1 sebesar 622,23 HKP dan strata 2 sebesar 687,54 HKP sedangkan curahan tenaga kerja pria strata 1 sebesar 604,14 HKP dan strata 2 sebesar 629,31 . Dari sini dapat dilihat bahwa curahan tenaga kerja wanita pada tahap ini lebih besar daripada curahan tenaga kerja pria. Hal ini dikarenakan oleh ketekunan dan kerajinan tenaga kerja wanita.

Pada tahap panen/ pemetikan curahan tenaga kerja wanita strata 1 sebesar 405,82 HKP dan strata 2 sebesar 300,22 HKP sedangkan curahan tenaga kerja pria strata 1 sebesar 130,99 HKP dan strata 2 sebesar 94,43 HKP . Dari sini dapat dilihat bahwa curahan tenaga kerja wanita pada tahap ini lebih besar daripada curahan tenaga kerja pria. Hal ini dikarenakan oleh ketekunan dan kerajinan tenaga kerja wanita.


(57)

Pada tahap pengolahan hasil, curahan tenaga kerja wanita strata 1 sebesar 177,94 HKP dan strata 2 sebesar 192,59 HKP sedangkan curahan tenaga kerja pria strata 1 sebesar 49.89 HKP dan strata 2 sebesar 98,38 . Dari sini dapat dilihat bahwa curahan tenaga kerja wanita pada tahap ini lebih besar daripada curahan tenaga kerja pria. Hal ini dikarenakan oleh ketekunan dan kerajinan tenaga kerja wanita.

Jadi dapat disimpulkan bahwa curahan tenaga kerja wanita di daerah penelitian pada baik strata 1 maupun strata 2 pada setiap tahapan kegiatan pada usahatani kopi (kecuali tahap penanaman) lebih besar daripada curahan tenaga kerja pria.

c. Pengaruh Faktor Sosial (Umur, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Bertani, Tingkat Kosmopolitan) Terhadap Curahan Tenaga Kerja Wanita Pada Usahatani Kopi

Faktor – faktor sosial yang diduga mempengaruhi curahan tenaga kerja wanita pada usaha tani kopi adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan tingkat kosmopolitan. Umur yang dimaksud disini adalah usia petani sampel yang berumur > 15 tahun dan masih produktif.

Tingkat pendidikan yang dimaksud disini adalah tingkat pendidikan formal yang pernah dijalani oleh petani sampel misalnya : SD, SMP, SMA, atau sederajat yang biasanya dinyatakan dalam tahun.

Pengalaman bertani yang dimaksud disini adalah lamanya petani sampel mengusahakan usahatani kopi yang dinyatakan dalam tahun.

Tingkat Kosmopolitan dapat diartikan sebagai keterbukaan maupun hubungan petani dengan dunia luar yang nantinya diharapkan akan memberikan


(58)

inovasi baru bagi para petani dalam menjalankan usahataninya. Tingkat kosmopolitan dapat diukur dari perkembangan sumber inovasi baru, antara lain media cetak, media elektronik dan bepergiannya petani keluar daerah tempat tinggal dengan menggunakan score.

Untuk melihat bagaimana pengaruh umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, tingkat kosmopolitan terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi dapat dilihat pada hasil analisis regresi linear berganda pada tabel 12 dibawah ini :

Tabel 12 a. Variables Enttered/ Removedb

Model Variables Entered Variables Removed

Method 1 Tingkat

Kosmopolitan,

Umur, Tingkat Pendidikan,

Pengalaman Bertani

Enter

i. a All requested variables Entered

b Dependent Variable: Curahan tenaga kerja wanita ( Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 9 )

Pada Variabel enter/ removed terlihat bahwa variabel-variabel bebas yang dimasukkan (entered) adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan tingkat kosmopolitan. Metode yang dipilih adalah metode enter.

Tabel 12b. Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .673(a) .453 .365 337.76425

a. Predictors: (Constan), Tingkat Kosmopolitan, Umur, Tingkat pendidikan, Pengalaman Bertani


(59)

( Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 9 )

R = 0,673 berarti pengaruh antara umur,tingkat pendidikan, pengalaman bertani, dan tingkat kosmopolitan terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi sebesar 67,3 %., sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

R Square sebesar 0,453 berarti 45,3 % faktor-faktor curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi dapat dijelaskan oleh umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, tingkat kosmopolitan sedangkan sisanya 54,7 % dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Adjusted R Square sebesar 0,365 berarti 36,5 % faktor – faktor curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi dapat dijelaskan oleh umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, dan tingkat kosmopolitan. Sedangkan sisanya 63,5 % dapat dijelaskan oleh faktor – faktor yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Standart error of the estimate artinya mengukur variasi dari nilai yang di prediksi. Standart error of the estimate juga disebut standar deviasi. Dalam penelitian ini standart error of the estimate adalah 337,76425.

Tabel 12c. Coefficientsa

Unstandardized Coefficiens

Standardize d Coefficients Model

B Std.Error Beta

t Sig

1 (Constan) 957,890 561,478 1,706 0,100

Umur -19,619 13,464 -0,482 -1,457 0,158

Tingkat Pendidikan -53,208 27,689 -0,456 -1,922 0,066 Pengalaman Bertani 29,206 11,301 0,722 2,584 0,016 Tingkat

Kosmopolitan 20,832 14,156 0,231 1,472 0,154

a. Dependent Variable: Curahan Tenaga Kerja Wanita


(60)

( Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 9 )

Berdasarkan hasil out put tersebut maka rumus persamaan regresinya adalah:

= 957,890 - 19,619X1 – 53,208X2 + 29,206X3 + 20,832X4

Dimana :

= Curahan Tenaga Kerja Wanita Pada Usahatani Kopi (HKP/ Tahun) X1 = Umur (Tahun)

X2 = Tingkat Pendidikan (Tahun)

X3 = Pengalaman Bertani (Tahun)

X4 = Tingkat kosmopolitan (Score)

Dari model diatas diperoleh interpretasi sebagai berikut :

1. Setiap terjadi peningkatan umur sebesar 1 tahun, terjadi penurunan curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi sebesar 19,619 HKP.

2. Setiap terjadi peningkatan tingkat pendidikan sebesar 1 tahun, terjadi penurunan curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi sebesar 53,208 HKP.

3. Setiap terjadi peningkatan pengalaman bertani sebesar 1 tahun, terjadi peningkatan curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi sebesar 29,206 HKP.

4. Setiap terjadi peningkatan tingkat kosmopolitan sebesar 1 skor, terjadi peningkatan curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi sebesar 20,832 HKP.


(61)

Dari hasil uji t, maka diperoleh nilai t hitung untuk variabel umur adalah 1,457, dengan tingkat signifikansi 0,158. Sedangkan t tabel pada tingkat kepercayaan 95 % ( = 0,05) adalah 2,060. Oleh karena pada kedua perhitungan yaitu t hitung < t tabel dan tingkat signifikansinya 0,158 > 0,050 menunjukkan bahwa pengaruh variabel umur secara parsial tidak signifikan terhadap besarnya curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi. Hal ini disebabkan karena petani sampel memiliki umur yang produktif dan masih memiliki fisik yang kuat dalam mengelola usahatani kopi.

Untuk variabel tingkat pendidikan diperoleh nilai t hitung sebesar 1,922 dengan tingkat signifikansi 0,066. Sedangkan t tabel pada tingkat kepercayaan

95 % ( = 0,05) adalah 2,060. Oleh karena pada kedua perhitungan yaitu t hitung < t tabel dan tingkat signifikansinya 0,066 > 0,050 menunjukkan bahwa

pengaruh variabel tingkat pendidikan secara parsial tidak signifikan terhadap besarnya curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi. Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan merupakan pendidikan formal, yang tidak berhubungan langsung dengan usahatani petani sampel.

Untuk variabel pengalaman bertani nilai t hitung sebesar 2,584 dengan tingkat signifikansi 0,016. Sedangkan t tabel pada tingkat kepercayaan 95 % ( = 0,05) adalah 2,060. Oleh karena pada kedua perhitungan yaitu t hitung > t tabel dan tingkat signifikansinya 0,016 < 0,050 menunjukkan bahwa pengaruh variabel pengalaman bertani secara parsial signifikan terhadap besarnya curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi dan memiliki hubungan yang positif antara pengalaman bertani dengan curahan tenaga kerja wanita pada usahatani


(62)

kopi. Makin banyak pengalaman bertani maka curahan tenaga kerja wanita semakin besar.

Untuk variabel tingkat kosmopolitan nilai t hitung sebesar 1,472 dengan tingkat signifikansi 0,154. Sedangkan t tabel pada tingkat kepercayaan 95 %

( = 0,05) adalah 2,060. Oleh karena pada kedua perhitungan yaitu t hitung < t tabel dan tingkat signifikansinya 0,154 > 0,05 menunjukkan bahwa

pengaruh variabel tingkat kosmopolitan secara parsial tidak signifikan terhadap besarnya curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi.

Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan statistik F (uji F). Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima atau H1 ditolak, Sedangkan jika F hitung ≥ F tabel maka Ho ditolak dan terima H1. Jika tingkat signifikansi dibawah 0,050 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan out put dibawah ini terlihat bahwa:

Tabel 12d. Anovab

Model Sum of

Squares

df Mean Square F Sig

1 Regression Residual Total 2361456,275 2852117,261 5213573,536 4 25 29 590364,069 114084,690 5,175 0,004(a) a. Prediktors: (Constan), Tingkat Kosmopolitan, Umur, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Bertani b. Dependent variable: Curahan Tenaga Kerja Wanita Pada Usahatani Kopi

( Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 9 )

Tabel diatas mengungkapkan bahwa nilai F hitung adalah 5,175 dengan tingkat signifikansi 0,004. Sedangkan F tabel pada tingkat kepercayaan 95 % ( = 0,05) adalah 2,76. Oleh karena pada kedua perhitungan yaitu F hitung > F tabel dan tingkat signifikansinya 0,004 < 0,050 menunjukkan bahwa pengaruh variabel independent ( Umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, tingkat kosmopolitan) secara serempak signifikan terhadap curahan tenaga kerja wanita


(63)

pada usahatani kopi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Sehingga hipotesis 1 dapat diterima.

d. Pengaruh Faktor Ekonomi (Luas Lahan, Jumlah Tanggungan Keluarga, Ketersediaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga, Pendapatan di Luar Usahatani Kopi) Terhadap Curahan Tenaga Kerja Wanita Pada Usahatani Kopi

Luas Lahan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam kegiatan usahatani. Luas lahan yang dimaksud disini merupakan luas lahan pertanaman kopi yang diusahakan oleh petani.

Jumlah tanggungan keluarga yang dimaksud adalah banyaknya yang ditanggung oleh kepala keluarga dalam rumah tangga. Tanggungan keluarga merupakan salah satu sumber daya manusia pertanian yang dimiliki oleh petani, terutama yang berusia produktif dan ikut membantu dalam usahataninya. Tanggungan keluarga juga dapat menjadi beban hidup bagi keluarga apabila tidak aktif bekerja.

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani, di mana tenaga kerja yang dimaksud di sini adalah petani dan para anggota keluarganya. Dalam usahatani, keluarga petani merupakan unsur penentu, namun pada saat tertentu faktor tenaga kerja keluarga akan muncul sebagai faktor yang menentukan kelestarian dari usahatani itu.

Usaha memenuhi kebutuhan keluarga petani yaitu mencari sumber mata pencaharian tambahan. Pendapatan diluar usahatani kopi yang dimaksud disini adalah pendapatan yang diperoleh diluar usahatani kopi, baik dari usahatani, ternak maupun non-usahatani.


(64)

Untuk melihat bagaimana pengaruh faktor ekonomi (luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga, pendapatan diluar usahatani kopi) terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi dapat dilihat pada tabel 13 dibawah ini:

Tabel 13a. Variables Enttered/ Removedb

Model Variables Entered Variables Removed

Method

1 Pendapatan diluar

usahatani kopi, luas lahan, jumlah tanggungan

keluarga, ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga.

Enter

ii. a All requested variables Entered

b Dependent Variable: Curahan tenaga kerja wanita ( Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 10 )

Pada Variabel enter/ removed terlihat bahwa variabel-variabel yang dimasukkan (entered) adalah pendapatan diluar usahatani kopi, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga. Metode yang dipilih adalah metode enter.

Tabel 13b. Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 0,918(a) 0,842 0,817 181,33164

b. Predictors: (Constan), Pendapatan Diluar Usahatani Kopi, Luas Lahan, Jumlah Tanggungan Keluarga, Ketersediaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga.

( Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 10 )

R = 0,918 berarti pengaruh antara pendapatan diluar usahatani kopi, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi sebesar 91,8 %.


(1)

yang bisa sebagai tempat beristirahat bagi mereka.Biasanya petani sampel dari pagi sampai sore berada diladang, karena diladang bukan hanya tanaman kopi saja yang mereka kelola tetapi juga tanaman hortikultura seperti tomat, kol, kentang, sawi, dan cabai.

c. Untuk mengatasi beban kerja yang berat ini, maka petani sampel membagi tugasnya pada anak-anaknya setelah pulang sekolah. Anak – anaknya terlebih dahulu diberi pengertian untuk ikut membantunya diladang. Oleh karena itu petani sampel perlu mengatur waktu dan pekerjaan mereka sehingga semua perannya dapat terselesaikan.

KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

1. Adapun tahap-tahap pekerjaan yang melibatkan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi adalah pada tahap penanaman (persiapan lahan, menanam, menyulam/ menyisip), tahap pemeliharaan (pemupukan, pemberantasan hama, penyakit dan gulma), tahap panen (pemetikan), tahap pengolahan hasil (penyortiran, pengupasan kulit, pengeringan).

2. Curahan tenaga kerja wanita pada pada setiap tahapan pekerjaan pada usahatani kopi adalah berbeda-beda. Curahan tenaga kerja wanita strata 1 pada tahap penanaman (persiapan lahan, menanam, dan menyulam) adalah sebesar 144 HKP dan strata 2 sebesar 87,12. Pada tahap pemeliharaan (pemupukan, pengendalian hama, penyakit dan gulma) untuk strata 1 sebesar 622,23 HKP


(2)

dan strata 2 sebesar 687,54 HKP. Pada tahap panen (pemetikan) untuk strata 1 sebesar 405,82 HKP dan strata 2 sebesar 300,22 HKP. Pada tahap pengolahan hasil (penggilingan, penyortiran, pengeringan, pengepakan) untuk strata 1 sebesar 177,94 HKP dan strata 2 sebesar 192,59 HKP.

3. a. Secara serempak ada pengaruh faktor sosial (umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman bertani, tingkat kosmopolitan) terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi.

b. Secara parsial, tidak ada pengaruh umur terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi.

c. Secara parsial, tidak ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi

d. Secara parsial, ada pengaruh pengalaman bertani terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi

e. Secara parsial, tidak ada pengaruh tingkat kosmopolitan terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi.

4. a. Secara serempak ada pengaruh faktor ekonomi (luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan di luar usahatani kopi) terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi.

b. Secara parsial, ada pengaruh luas lahan terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi.

c. Secara parsial, tidak ada pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi

d. Secara parsial, tidak ada pengaruh ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi


(3)

e. Secara parsial, tidak ada pengaruh pendapatan diluar usahatani kopi terhadap curahan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi.

5. Sikap tenaga kerja wanita terhadap peran gandanya dalam usahatani kopi yang bersikap positif sebesar 63,33 % dan yang bersikap negatif sebanyak 36,67 %

6. Masalah-masalah yang dihadapi tenaga kerja wanita dalam peran gandanya pada usahatani kopi adalah masalah yang timbul dari diri sendiri (masalah internal) dan masalah diluar diri sendiri seperti dukungan suami, kehadiran anak, dan beban kerja yang berat.

7. Tenaga kerja wanita memiliki upaya-upaya yang dapat dilakukannya untuk menghadapi masalah peran ganda wanita pada usahatani kopi baik diri sendiri maupun yang berasal diluar diri sendiri.

b.Saran

1. Kepada Petani

Ü Diharapkan kepada seluruh anggota keluarga petani agar ada kerjasama yang baik didalam mengelola dan mengembangkan usahataninya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

Ü Diharapkan kepada petani untuk membuka diri terhadap perkembangan teknologi dan pengetahuan sehingga dapat menambah wawasannya.

2. Kepada Pemerintah

Ü Diharapkan kepada pemerintah untuk mengadakan penyuluhan pertanian sehubungan dengan usahatani kopi sehingga pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dapat bertambah.


(4)

Ü Diharapkan pemerintah membuat program pemberdayaan wanita sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Ü Agar diadakan penelitian lanjutan terhadap peranan tenaga kerja wanita pada usahatani kopi dan sikapnya terhadap peran ganda dalam rumah tangga.

Ü Agar dalam penelitian selanjutnya dapat mengadakan sistem metodologi penelitian yang lebih baik sehingga penelitian selanjutnya menghasilkan hasil penelitian yang lebih baik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adi. 1994. Psikologi Pekerjaan Sosial Dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Anonimous. 2009. Lembaga Sosial. http://www.FAQ.org.ac.id Anonimous. 2009. Konflik. http://id.wikipedia.org/wiki/konflik.

Azwar. 1995. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

BPTP. 2008. Profil Akses Dan Kontrol Dalam Usahatani Sayuran. Sulawesi Selatan.

http://Sulsel.Litbang.deptan.go.id.

Daniel. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara: Jakarta. Fauzia L. dan H. Tampubolon. 1991. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi

Terhadap Keputusan Petani Dalam Penggunaan Sarana Produksi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara: Medan.

Ihromi, T.O. 1990. Para Ibu Yang Berperan Tunggal Dan Berperan Ganda. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta. Komariyah. 2003. Profil Wanita Buruh Tani Dalam Usaha Meningkatkan

Kesehatan, Desa Wonorejo, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar. ITB: Bandung.

http://www.jiptum.org.ac.id

Listiani, dkk.2002. Gender Dan Komunitas Perempuan Pedesaan. Bitra Indonesia. Medan.

Najiyati dan Danarti. 1997. Kopi Budi Daya Dan Penanganan lepas Panen. Penebar Swadaya: Jakarta.

Rini Jacinta. 2002. Wanita Bekerja. Team e-Psikologi. Jakarta. http://www.e-psikologi.ac.id.

Robbins. 2001. Perilaku Organisasi. Prenhallindo: Jakarta.

Sajogyo, Pudjiwati. 1985. Peranan Wanita Dalam Perkembangan Masyarakat Desa. Penerbit CV Rajawali: Jakarta.


(6)

Janiar Elisabet L.Tobing : Peranan Tenaga Kerja Wanita Pada Usahatani Kopi Dan Sikapnya Terhadap Peran Spillane. 1990. Komoditi Kopi: Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia.

Kanisius: Yogyakarta.

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI press: Jakarta. Suardiman. 2001. Wanita Kepala Rumah Tangga. Penerbit Jendela: Yogyakarta. .

Sudjana. 1992. Metode Statistika. Penerbit Tarsito: Bandung.

Sugihastuti. 2000. Wanita Dimata Wanita. Yayasan Adikarya IKAPI Dan The Lord Foundation: Yogyakarta.

Sumantri, dkk. 2004. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani Lada di Desa Kunduran Kecamatan Ulu Musi, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu: bengkulu

http: //www.bd.punib.org/jipi/artikel jipi/2004/32. Susanto, 2006. Wanita dan Karier. http:///:/Peran ibu %20

Syafrudin. 2003. Pengaruh Media Cetak Brosur Dalam Proses Adopsi dn Divusi Inovasi Betrnak Ayam Broiler di Kota Kendiri.UGM :Yogyakarta.

http: //www.domandiri.or.id/file/syafrudinngmbab 6.pdf.

Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Tarigan. 2002. Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan.