Pengaturan Sistem Pembuktian Terbalik Dalam Perspektif Rezim Anti Money Laundering

PENGATURAN SISTEM PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM
PERSPEKTIF REZIM ANTI MONEY LAUNDERING

TESIS

OLEH

HISAR PARSAORAN SINAGA
097005081/HK

[

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara

PENGATURAN SISTEM PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM
PERSPEKTIF REZIM ANTI MONEY LAUNDERING


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum
Dalam Program Studi Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara

HISAR PARSAORAN SINAGA
097005081/HK

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara

Judul Tesis
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi


: PENGATURAN
SISTEM
PEMBUKTIAN
TERBALIK
DALAM PERSPEKTIF REZIM ANTI MONEY LAUNDERING
: Hisar Parsaoran Sinaga
: 097005081
: Ilmu Hukum

Menyetujui :
Komisi Pembimbing

(Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum)
Ketua

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH)
Anggota

Ketua Program Studi,


(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH)

(Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum)
Anggota

Dekan Fakultas Hukum,

(Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum)

Tanggal Lulus : 31 Agustus 2012

Universitas Sumatera Utara

Telah Diuji Pada
Tanggal 31 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS:
Ketua


:

Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum

Anggota

:

1. Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH
2. Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum
3. Dr. Madiasa Ablisar, SH, MS
4. Syafruddin S. Hasibuan, SH, MH, DFM

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Salah satu perubahan secara khusus dalam UU No. 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UUPPTPPU)
adalah pembuktian dengan menggunakan prinsip pembuktian terbalik sebagaimana
yang diamanatkan dalam Pasal 77 UUPPTPPU yang menegaskan bahwa: ”Untuk

kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan, terdakwa wajib membuktikan bahwa
harta kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana.” Ketentuan ini berbeda
dengan pembuktian secara umum menurut hukum acara pidana dimana pihak yang
harus membuktikan adalah pihak yang mengajukan tuntutan (JPU), sedangkan
pihak yang diwajibkan membuktikan dalam UUPPTPPU adalah pihak tersangka
atau terdakwa atau kuasanya.
Perumusan masalah yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu: pertama,
bagaimanakah asas pembuktian terbalik menurut hukum acara pidana dalam undangundang tindak pidana pencucian uang? kedua, bagaimanakah pengaturan sistem
pembuktian terbalik dalam tindak pidana pencucian uang? dan ketiga, apakah
hambatan-hambatan penerapan sistem pembuktian terbalik dalam undang-undang
tindak pidana pencucian uang?
Jenis metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif yakni
mengacu kepada norma-norma, kaidah-kaidah, asas-asas, dan ketentuan yuridis yang
terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Sifat penelitian adalah deskriptif
analitis yaitu mengungkapkan bahan-bahan menyangkut pembuktian terbalik dalam
peraturan perundang-undangan terkait dan UUPPTPPU serta dalam bahan hukum
sekunder secara analisis dalam bentuk uraian secara sistematis dengan menjelaskan
hubungan antara berbagai jenis data.
Disimpulkan dalam penelitian ini: Pertama, asas pembuktian terbalik menurut
hukum acara pidana tindak pidana pencucian uang murni pengingkaran asas yang

bersifat universal yakni pengingkaran terhadap asas praduga tidak bersalah menjadi
asas praduga bersalah. Kedua, pengaturan sistem pembuktian terbalik dalam Pasal 77
UUPPTPPU mewajibkan pihak terdakwa untuk membuktikan asal-usul harta
kekayaannya sedangkan kesalahan terdakwa tidak perlu dibuktikan. Ketiga, hambatan
dalam penerapan sistem pembuktian terbalik adalah bertentangan dengan perspektif
Hak Asasi Manusia.
Saran yang diharapkan: Pertama, perlu kehati-hatian dalam penerapan asas
pembuktian terbalik sebab asas ini cenderung tidak sejalan dengan konsep HAM yang
menagnggap setiap orang bersalah. Kedua, perlu penajaman bahwa selain yang
dibuktikan adalah harta kekayaan agar ketentuan dalam Pasal 77 UUPPTPPU juga
diatur penegasan tentang pembuktian mengenai kesalahan terdakwa. Ketiga, perlu
ditetapkan ketentuan pembuktian terbalik dalam Pasal 77 UUPPTPPU agar tetap
dipergunakan sebagai upaya terakhir (ultimum remidium).
Kata Kunci : Asas Pembuktian Terbalik, Pengaturan Pembuktian Terbalik, dan
Tindak Pidana Pencucian Uang

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
One of the specific changes in Law No.8/2010 on the Prevention and

Elimination of Money Laundering is to prove using the principle of inverted
authentication as mandated in Article 77 of Law No.8/2010 that to be used in the
investigation in court the defendant is required to prove that his property is not
gained from any criminal act. This provision is different from common authentication
according to the criminal law in which the party who needs to prove it is the party
who claims while in Law No.8/2010, the party who is required to prove is the
defendant or his/her lawyer.
The purpose of this study was, first, to find out what the principle of inverted
authentication is according to the criminal law in Law No.8/2010; second, to find out
how the system of inverted authentication in the criminal act money laundering is
regulated; and third, to find out the constraints in the application of the inverted
authentication system in Law No.8/2010.
The data for this descriptive analytical study with normative juridical method
referred to the juridical norms, rules, principles and provisions found in the
regulation of legislation that can reveal the materials related to the inverted
authentication in the related laws, Law No.8/2010, and secondary legal materials.
The data obtained were analyzed systematically through the description of the
relationship between various kinds of the data obtained.
The conclusion is that, first, the principle of inverted authentication according
to the criminal la, money laundering is purely a denial of the universal principle,

namely, the denial of the principle of presumption of innocence and make it the
principle of guilt; second, the regulation of inverted authentication system in Article
77 of Law No.8/2010 requires the defendant to prove the origin of his/her property
while the guilt of the defendant is not necessary to prove; and third, the constraints
faced in the application of inverted authentication system is against the perspective of
Human Rights.
It is suggested that, first, it needs to be careful in applying the principle of
inverted authentication because this principle tends not to be in line with the concept
of Human Rights which every person is guilty; second, it needs a clarity that besides,
according to Article 77 of Law No.8/2010 the defendant is required to prove the
origin of his/her property, a clear regulation to prove the guilt of the defendant is
also needed; and third, the provision of inverted authentication in Article 77 of Law
No.8/2010 needs to be enacted that it can still be used as the last effort (ultimatum
remidium).
Keywords: Inverted Authentication Principle, Inverted Authentication Regulation,
Money Laundering

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya yang maha pemurah lagi maha penyayang, penulis
dapat menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Magister Hukum (M.H.) di
Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara dengan judul
penelitian tentang, ”Pengaturan Sistem Pembuktian Terbalik Dalam Perspektif Rezim
Anti Money Laundering”.
Dengan kerendahan hati yang tulus dan ikhlas, penulis ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A (K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara atas kesempatan fasilitas yang diberikan kepada
penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister
Ilmu Hukum.
2. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, atas kesempatan yang diberikan untuk menjadi Mahasiswa
Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.
3. Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum,
Bapak telah banyak memberikan motivasi mulai sejak awal perkuliahan selalu
mengingatkan tesis sampai pada akhirnya meja hijau.


Universitas Sumatera Utara

4. Terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan setinggi-tingginya penulis
sampaikan kepada Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum, selaku Ketua Komisi
Pembimbing, Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, dan Dr. Mahmul Siregar, SH,
M.Hum selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian telah
memberikan bimbingan, arahan, petunjuk dan ide serta saran yang konstruktif
demi tercapainya hasil yang terbaik dalam penulisan tesis ini.
5. Penghormatan saya atas apresiasi yang sangat luar biasa

dari Dr. Madiasa

Ablisar, SH, MS, dan Syafruddin S. Hasibuan, SH, MH, DFM selaku penguji
tesis penulis.
6. Seluruh Guru Besar dan Dosen pada Program Studi Magister Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, beserta seluruh teman-teman
mahasiswa yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuannya.
7. Terimakasih juga kepada kedua orang tua ku, H. Sinaga, BA., dan N. br.
Sitohang, BA., yang telah memberi dukungan dalam setiap waktu dan sepanjang
hari tidak lupa dengan ikhtiar dan do’a agar penulis dapat mencapai cita-citanya

dengan sukses. Kepada istriku tercinta Endang D.S. Singarimbun, SE., Ak., atas
dukungan dan doa yang telah diberikan kepada penulis.
8. Terima kasih juga kepada kedua adik penulis, Samuel FR. Sinaga, SH., dan Maria
Sinaga atas dukungan dan doa-nya.
9. Kakanda Daud Brahmana, SH., dan Faisal Putra, SH., selaku senior partner
penulis di Kantor Hukum D&F Associates, yang telah memberikan dukungan dan

Universitas Sumatera Utara

bantuan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan program Magister Hukum ini.
Demikianlah sebagai kata pengantar, mudah-mudahan penelitian ini memberi
manfaat bagi semua pihak dan menambah serta memperkaya wawasan ilmu
pengetahuan. Akhir kata, mohon maaf atas ketidaksempurnaan substansi dalam
penelitian ini, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan kedepannya. Semoga penulis lebih giat lagi menambah wawasan ilmu
pengetahuan di masa-masa yang akan datang. Amin.

Medan, Agustus 2012
Penulis

Hisar Parsaoran Sinaga

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama
Tempat/Tgl Lahir
Alamat Rumah
Telepon
Pekerjaan
Alamat Kantor

Agama
Jenis kelamin
Hobby
Status Kawin
E-mail

: Hisar Parsaoran Sinaga
: Medan/ 18 April 1981
: Jln. Madiosantoso Gg. Pakkat No. 142 A, Kel. P. Brayan
Darat I, Kec. Medan Timur, Kota Medan 20239.
: (061) 6635166
: Advokat-Konsultan Hukum
: Jl. Airlangga No. 14, Medan 20112
Telp. (061) 4155832, Fax. (061) 4529246,
Hp: 081361072296.
: Kristen Protestan
: Laki-Laki
: Membaca dan Olah Raga.
: Menikah
: adv.hisarpsinaga@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL
No
Jenjang Pendidikan/Jurusan
1. TK PKMI-3 Medan
2. SD PKMI-3 Medan
3. SMP Hang Kesturi Medan
4. SMAN-7 Medan
5. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
5. Program Studi Magister Ilmu Hukum USU Medan

Tahun Lulus
1987
1993
1996
1999
2005
2012

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................
i
ABSTRACT ...........................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP ..............................................................................................
v
DAFTAR ISI .........................................................................................................
vii
BAB I

: PENDAHULUAN ..............................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................
B. Perumusan Masalah .......................................................................
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................
D. Manfaat Penelitian .........................................................................
E. Keaslian Penelitian .........................................................................
F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional.................................
1. Kerangka Teori.........................................................................
2. Landasan Konsepsional............................................................
G. Metode Penelitian...........................................................................
1. Jenis dan Sifat Penelitian .........................................................
2. Sumber Data .............................................................................
3. Teknik Pengumpulan Data .......................................................
4. Analisis Data ............................................................................

BAB II : ASAS PEMBUKTIAN TERBALIK MENURUT HUKUM
ACARA PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG TINDAK
PIDANA PENCUCIAN UANG ........................................................
A. Asas Legalitas Dalam Undang-Undang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang ............................
B. Asas Beban Pembuktian.................................................................
1. Beban Pembuktian Pada Penuntut Umum ...............................
2. Beban Pembuktian Pada Terdakwa..........................................
3. Beban Pembuktian Berimbang.................................................
C. Tujuan Asas Pembuktian Terbalik Untuk Merampas Aset Hasil
Tindak Pidana Pencucian Uang .....................................................
D. Asas Pembuktian Terbalik Dalam Undang-Undang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang .....................
BAB III : PENGATURAN SISTIM PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG .......................................
A. Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang .
1. Pengertian Tindak Pidana Pencucian Uang .............................

1
1
14
14
15
16
17
17
29
30
31
31
32
33

34
34
38
39
40
42
45
53

62
62
62

Universitas Sumatera Utara

2. Tahapan Dalam Tindak Pidana Pencucian Uang .....................
B. Pengaturan Pembuktian Terbalik Dalam Berbagai PerundangUndangan .......................................................................................
C. Pengaturan Sistem Pembuktian Terbalik Dalam Tindak Pidana
Pencucian Uang..............................................................................

BAB IV : HAMBATAN-HAMBATAN
PENERAPAN
SISTEM
PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM UNDANG-UNDANG
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG .......................................
A. Hambatan-Hambatan Pembuktian Terbalik Dalam Perspektif
Hak Asasi Manusia ........................................................................
B. Hambatan-Hambatan Dalam Perkembangan Tindak Pidana
Pencucian Uang..............................................................................

67
72
81

93
93
102

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................
A. Kesimpulan ....................................................................................
B. Saran...............................................................................................

110
110
112

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................

113

Universitas Sumatera Utara