Efektivitas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU Ditinjau Dari Hukum Adminsitrasi Negara

BAB II
PENETAPAN KAWASAN TANPA ROKOK BERDASARKAN
PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN
NOMOR 3 TAHUN 2014

A.

Latar Belakang Penetapan Kawasan Tanpa Rokok
Konsumsi rokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, bahkan

jumlahnya pun fantastis hingga mencapai 240 miliar di tahun 2009 dari yang
sebelumnya hanya 30 miliar batang pada tahun 1970. Angka ini jelas sudah
berada pada tahap mengganggu dan meresahkan masyarakat. Namun, masih
banyak masyarakat yang apatis dengan permasalahan rokok ini. Belum lagi
dengan kerugian ekonomi yang diderita oleh masyarakat karena penyakit yang
diakibatkan rokok. Sementara pemerintah seolah lebih mengutamakan pendapatan
negara dari cukai rokok, dibanding kesehatan masyarakatnya sendiri. 26
Perguruan tinggi yang merupakan tempat pendidikan paling tinggi bagi
generasi muda, seharusnya bisa membantu menanggulangi masalah rokok ini
dengan ikut menerapkan KTR. Selain itu, kampus juga cenderung menjadi sasaran
utama industri rokok, sehingga jika insan kampus banyak yang merokok hal itu

bisa menjadi promosi gratis bagi industri rokok. Karena itu perguruan tinggi perlu
memelopori dan menciptakan gerakan untuk mengendalikan konsumsi rokok ini.
Salah Kebijakan pengendalian tembakau yang lain adalah terlaksananya
KTR. Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan
dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan atau penggunaan
rokok. Upaya bentuk pengendalian tembakau telah berhasil di laksanakan, baik di
26

http://www.umy.ac.id/perguruan-tinggi-perlu-tetapkan-ktr-kawasan-tanpa-rokok.html,
(diakses tanggal 1 Juli 2016).

20

Universitas Sumatera Utara

21

tingkat pusat maupun daerah.Dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan. Dimana Pasal 113 menyatakan bahwa tembakau mengandung
zat adiktif. Dan Pasal 115 mengatur tentang Kawasan Tanpa Rokok.

1.

Ruang Lingkup Kawasan Tanpa Rokok
Menurut Kemenkes Republik Indonesia, ruang lingkup KTR, adalah :

27

a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/ atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan/ atau masyarakat.
b. Tempat Proses Belajar Mengajar
Tempat proses belajar Mengajar adalah gedung yang digunakan untuk
kegiatan belajar, mengajar, pendidikan dan/ atau pelatihan.
c. Tempat Anak Bermain
Tempat anak bermain adalah area tertutup maupun terbuka yang
digunakan untuk kegiatan bermain anak-anak.
d. Tempat Ibadah
Tempat ibadah adalah bangunan atau ruang tertutup yang memiliki ciriciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadah bagi para pemeluk

masingmasing agama secara permanen, tidak termasuk tempat ibadah
keluarga.

27

Kemenkes RI .Pedoman Penerapan Kawasan Tanpa Rokok. Kemenkes RI: Jakarta,

2011.

Universitas Sumatera Utara

22

e. Angkutan Umum
Angkutan umum adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat berupa
kendaraan darat, air, dan udara biasanya dengan kompensasi.
f. Tempat Kerja
Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau

sumber-sumber bahaya.
g. Tempat Umum
Tempat umum adalah semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh
masyarakat umum dan/ atau tempat yang dapat dimanfaatkan bersamasama untuk kegiatan masyarakat yang dikelola oleh pemerintah, swasta,
dan masyarakat.
h. Tempat Lainnya yang Ditetapkan
Tempat lainnya yang ditetapkan adalah tempat terbuka yang dapat
dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan masyarakat. Pemimpin atau
penanggung jawab tempat-tempat sebagaimana yang telah ditetapkan
wajib menetapkan dan menerapkan KTR. Fasilitas pelayanan kesehatan,
tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah dan
angkutan umum merupakan ruang lingkup KTR

yang dilarang

menyediakan tempat khusus untuk merokok dan merupakan KTR yang
bebas dari asap hingga batas terluar. Sedangkan tempat kerja, tempat

Universitas Sumatera Utara


23

umum, dan tempat lainnya yang ditetapkan dapat menyediakan tempat
khusus untuk merokok.

2.

Asas dan Tujuan Kawasan Tanpa Rokok
Penetapan KTR berasaskan:
a. kepentingan kualitas kesehatan manusia;
b. kelestarian dan keberlanjutan ekologi;
c. perlindungan hukum;
d. keseimbangan antara hak dan kewajiban;
e. keterpaduan;
f. keadilan;
g. keterbukaan dan peran serta;
h. akuntabilitas; dan
i. kepentingan bersama. 28
Tujuan penetapan kawasan dilarang merokok menurut Kemenkes, antara


lain:
a. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih bebas dari asap rokok;
b. Merubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat;
c. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula;
d. Mewujudkan generasi muda yang sehat;
e. Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal;
f. Menurunkan angka kesakitan dan/ atau angka kematian;

28

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok,

Pasal 2.

Universitas Sumatera Utara

24

g. Melindungi anak-anak dan bukan perokok dari risiko terhadap kesehatan;
h. Mencegah rasa tidak nyaman, bau dan kotoran dari ruang rokok;


3.

Pengaturan Kawasan Tanpa Rokok
Pengaturan pelaksanaan KTR bertujuan untuk:
a. Memberikan acuan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan KTR;
b. Memberikan pelindungan yang efektif dari bahaya asap rokok;
c. Memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat;
dan
d. Melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk
merokok baik langsung maupun tidak langsung. 29
Pengaturan kawasan tanpa rokok di Indonesia yaitu Undang-Undang

Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, UndangUndang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, UndangUndang Nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran, Peraturan Pemerintah (PP) RI
No. 41/1999 tentang pengendalian pencemaran udara, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok

Bagi Kesehatan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999
29

Kemenkes RI .Pedoman Penerapan Kawasan Tanpa Rokok. Kemenkes RI: Jakarta,

2011.

Universitas Sumatera Utara

25

tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Instruksi Menteri Kesehatan Nomor
84/Menkes/Inst/II/2002 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan
Sarana Kesehatan. Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
161/Menkes/Inst/III/1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap Rokok.
Kemenkes RI .Pedoman Penerapan Kawasan Tanpa Rokok. Kemenkes RI, 2011.
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa
Rokok. Peraturan Walikota Medan Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang
Kawasan Tanpa Rokok.


B.

Dampak Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia
Paparan asap rokok kepada orang bukan perokok sama bahayanya dengan

yang menimpa perokok itu sendiri. Karena itu sangat penting setiap wilayah dan
daerah memiliki kawasan bebas asap rokok untuk melindung hak bukan perokok
tak menghisap udara yang mengandung nikotin. 30
Menindaklanjuti Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 tentang
kawasan tanpa rokok (KTR) Pemerintah Kota Medan membuat Perda Nomor 3
Tahun 2014 menetapkan kawasan tanpa rokok antara lain hotel, restoran, kawasan
wisata, tempat ibadah, fasilitas layanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar,
tempat anak bermain, angkutan umum termasuk angkutan wisata. Kemudian

30

http://www.kompak.co/kawasan-tanpa-rokok/(diakses tanggal 6 Juni 2016)

Universitas Sumatera Utara


26

perkantoran pemerintah baik sipil maupun TNI/Polri, pasar modern, pasar
tradisional, tempat hiburan, terminal, dan bandara. 31
Terbentuknya perda kawasan tanpa rokok (KTR) di Kota Medan sangatlah
disambut baik. Ini adalah momentum yang baik untuk melangkah lebih lanjut
mewujudkan KTR di tempat-tempat lainnya. Semua orang harus terlindung dari
paparan asap rokok. Kebijakan yang efektif dengan membentuk kawasan 100%
bebas asap rokok karena pembuatan ruangan khusus merokok kurang efektif.
Perda tersebut dibuat untuk melindungi para perokok dan bukan perokok
dari dampak zat adiftif rokok. Larangan merokok di tempat kerja justru
bermanfaat pada perokok dan non perokok. Pertama, dapat mengurangi paparan
asap rokok pada non perokok. Kedua, mengurangi konsumsi rokok pada para
perokok. Ketiga, menghemat uang untuk pembelian rokok sehingga dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan lainnya. Keempat, dapat menghemat biaya untuk
kebersihan, mengurangi risiko kebakaran, absensi kerja.
Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada tempat proses
belajar mengajar wajib melarang setiap peserta didik, pendidik, tenaga
kependidikan, tenaga non kependidikan atau setiap orang yang berada di area

tempat proses belajar mengajar yang menjadi tanggung jawabnya untuk tidak
melakukan kegiatan merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau
membeli rokok.
Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada tempat
proses belajar mengajar wajib memberikan teguran, peringatan dan/atau
31

http://purnamabagus.blogspot.co.id/2012/04/mewujudkan-kawasan-tanpa-rokok.html
(diakses tanggal 6 Juni 2016)

Universitas Sumatera Utara

27

mengambil tindakan kepada setiap peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan,
tenaga non pendidikan atau setiap orang yang berada di area tempat proses belajar
mengajar yang menjadi tanggung jawabnya apabila terbukti melakukan kegiatan
merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau membeli rokok.
Tindakan yang dapat dilakukan oleh pengelola, pimpinan, dan/atau
penanggung jawab KTR pada tempat proses belajar mengajar sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) antara lain:

32

1.

memberikan teguran untuk mematuhi larangan;

2.

apabila teguran sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak dihiraukan,
maka kepada pelanggar diperintahkan untuk meninggalkan KTR pada tempat
proses belajar mengajar;

3.

memberikan sanksi administratif kepada setiap peserta didik, pendidik,
tenaga kependidikan, dan tenaga non kependidikan sesuai dengan kebijakan
dan/atau peraturan yang berlaku pada tempat proses belajar mengajar; atau

4.

melaporkan kepada aparat yang berwenang.
Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada tempat

proses belajar mengajar wajib membuat serta memasang pengumuman dan tanda
larangan merokok pada tempat dan/atau lokasi yang menjadi tanggung jawabnya.
Salah satu perilaku yang semakin hari semakin berdampak negatif bagi
lingkungan adalah merokok. Merokok merupakan sebuah perilaku yang tidak
sehat, selain berbahaya bagi diri sendiri terlebih lagi pada orang lain yang
memiliki hak untuk menghirup udara yang bersih dan terhindar dari segala bahan

Universitas Sumatera Utara

28

cemaran yang dikeluarkan oleh asap rokok orang lain.Dengan arti kata setiap
orang berhak mendapatkan hak untuk sehat dalam kehidupan.
Merokok di tempat umum, yang disini bermakna sebagai tempat atau
sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah, swasta atau perorangan yang
digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat adalah melanggar hak orang lain untuk
menikmati udara bersih dan menyebabkan gangguan kesehatan pada orang yang
tidak merokok.
Dalam membicarakan setiap masalah, misalnya mengenai masalah
kesehatan, tidak akan pernah lepas dari berbagai sistem hukum, yang dalam
struktur hukumnya berarti menyangkut tentang aparat atau kelembagaan yang
bertanggungjawab atas terlaksananya berbagai kebijakan tentang kesehatan,
dalam substansi hukumnya berarti membicarakan tentang keberadaan aturan
hukum formil dan perundang-undangan yang mengatur tentang kebijakan
tersebut, dan dalam budaya hukumnya berarti bagaimana masyarakat memandang
dan menjalani peraturan yang telah ada tersebut. Jadi ketiga hal tersebut yang
menjadi kerangka dan mendasari terlaksananya berbagai sistem dalam tatanan
berbangsa dan bermasyarakat, dalam berbagai masalah dan rutinitas, termasuk
pula pada berbagai hal yang menyangkut pada masalah kesehatan. 33
Dalam UUD 1945 hal tentang kesehatan diatur dalam Pasal 34 ayat (3)
yaitu Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak serta Pasal 28H ayat (1) yaitu Setiap orang

32

Tyan Puspita Dewi, Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014
Tentang Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan Hukum Administrasi Negara (Studi Di Kota Medan),
2015, Skripsi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan

Universitas Sumatera Utara

29

berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Namun dalam pelaksanaannya larangan merokok ditempat umum
belumlah memberikan pengaruh yang besar kepada perokok yang masih
senantiasa melakukan aktivitas merokok ditempat umum atau tempat-tempat yang
menurut aturan dilarang merokok, ini terjadi karna berbagai faktor antara lain
kurangnya sosialisasi dari pemerintah terhadap aturan larangan merokok ditempat
umum, sehingga pemerintah seolah-olah setengah hati dalam penerapan aturan
tersebut.
Selanjutnya kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk untuk tidak
merokok ditempat umum atau kawasan tanpa rokok, ini disebabkan kebanyakan
perokok tidak mempedulikan resiko yang ditimbulkan oleh rokok, mereka
menganggap bahwa merokok hanya merupakan suatu kebiasaan sesaat untuk
memperoleh kesenangan, ketenangan, bahkan meningkatkan kreativitas. Perokok
juga beranggapan bahwa merokok dapat dihentikan dengan segera sewaktu-waktu
kapanpun mereka ingin, meski dalam kenyataannya, ketergantungan terhadap
kandungan nikotin yang terdapat dalam sebatang rokok teramat sulit untuk
dipulihkan. 34
Hal ini semakin diperburuk oleh perilaku aparat yang belum bisa
menjadikan dirinya sebagai contoh, seperti misalnya pada Pemerintah Propinsi
DKI Jakarta yang sejak diberlakukannya kawasan dilarang merokok di tujuh

33

http://evenalexchandra.webs.com/apps/blog/categories/show/1552239-sosiologi-hukum
(diakses tanggal 6 Juni 2016).
34
http://hendry-poetra.blogspot.com/2012/09/contoh-makalah-tentang-pengaruhrokok.html (diakses tanggal 6 Juni 2016).

Universitas Sumatera Utara

30

tempat, justru para aparat yang masih banyak merokok di tempat kerja dan
mempertontonkannya pada masyarakat. Dalam sebuah survei yang dilakukan
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan Forum Warga Kota Jakarta
(Fakta) di 110 kantor pemerintahan baik pusat maupun daerah di Ibukota, didapati
sebanyak 36,9 persen pegawai di kantor pemerintahan itu melanggar kawasan
dilarang merokok, dan 32,1 persen petugas keamanan dan 31 persen pengunjung
juga turut melanggar. Survey tersebut juga mendapati pengunjung yang
melanggar dengan alasan tidak ada sanksi mencapai 31 persen, sementara pegawai
49,2 persen, dan petugas keamanan 36 persen 35

C.

Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Proses Belajar
Mengajar
Salah satu terobosan penting yang dilakukan oleh pemerintah baru-baru ini

adalah perumusan MOU (memorandum of understanding) antara Kementerian
Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan yang menekankan pemberlakuan
Kawasan Tanpa Rokok. Peraturan bersama antara Menteri Kesehatan dan Menteri
Dalam Negeri dituangkan dalam surat bernomor 188/ MENKES/PB/I/2011 dan
Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa rokok.
Peraturan bersama ini sebenarnya sudah menyebutkan adanya sanksi bagi pihak
pelanggar, namun masih perlu diperkuat dengan petunjuk operasional dan
konsistensi implementasinya dilapangan. 36

35

Ibid.
http://tcsc-indonesia.org/wp-content/uploads/2012/08/KTR_rev100712.pdf , (diakses
tanggal 1 Juli 2016)
36

Universitas Sumatera Utara

31

Berdasarkan perundang-undangan, pemerintah dan pemerintah daerah
diwajibkan mewujudkan apa yang disebut “KTR” 37. Kawasan Tanpa Rokok
diartikan sebagai ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan
merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau
mempromosikan produk tembakau. 38 Tempat-tempat yang ditetapkan menjadi
kawasan tanpa rokok atau kawasan dilarang merokok adalah fasilitas pelayanan
kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah,
angkutan umum, tempat kerja, dan tempat umum dan tempat lain yang
ditetapkan. 39
Menurut PP No. 39 Tahun 2012, yang dimaksud dengan “tempat umum”
adalah “semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh masyarakat umum
dan/atau tempat yang dapat dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan
masyarakat yang dikelola oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat, sedangkan
“tempat lainnya” adalah “tempat terbuka tertentu yang dimanfaatkan bersamasama untuk kegiatan masyarakat”. 40 Khusus untuk fasilitas pelayanan kesehatan,
tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan
umum penyelenggara tempat-tempat tersebut dilarang untuk menyediakan tempat
rokok terpisah dan tempat-tempat tersebut harus menjadi tempat yang bebas dari
asap rokok hingga batas terluar. Artinya, larangan untuk merokok di tempattempat tersebut bersifat absolut dan menyeluruh. Selain itu, para penyelenggara

37

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Ps. 115 ayat (2) dan
Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012, Pasal. 49
38
PP No. 39/2012, Ps. 1 angka 11.
39
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,, Ps. 115 ayat (1), PP No.
39/2012, Ps. 50 ayat (1), PB No. 7/2011, Ps. 3 ayat (1).
40
PP No. 39/2012, penjelasan Pasal 115 ayat (1) huruf g

Universitas Sumatera Utara

32

tempat kerja, tempat umum dan tempat lainnya diperbolehkan untuk menyediakan
tempat khusus untuk merokok yang memenuhi ketentuan sebagai berikut: 41
merupakan ruang terbuka atau ruang yang berhubungan langsung dengan udara
luar

sehingga

udara

dapat

bersirkulasi

dengan

baik;

terpisah

dari

gedung/tempat/ruang utama dan ruang lain yang digunakan untuk beraktivitas;
jauh dari pintu masuk dan keluar; dan jauh dari tempat orang berlalu-lalang.
Konsumsi rokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, bahkan
jumlahnya pun fantastis hingga mencapai 240 miliar di tahun 2009 dari yang
sebelumnya hanya 30 miliar batang pada tahun 1970. Angka ini jelas sudah
berada pada tahap mengganggu dan meresahkan masyarakat. Namun, masih
banyak masyarakat yang apatis dengan permasalahan rokok ini. Belum lagi
dengan kerugian ekonomi yang diderita oleh masyarakat karena penyakit yang
diakibatkan rokok. Sementara pemerintah seolah lebih mengutamakan pendapatan
negara dari cukai rokok, dibanding kesehatan masyarakatnya sendiri. 42
Perguruan tinggi yang merupakan tempat pendidikan paling tinggi bagi
generasi muda, seharusnya bisa membantu menanggulangi masalah rokok ini
dengan ikut menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Selain itu, kampus juga
cenderung menjadi sasaran utama industri rokok, sehingga jika insan kampus
banyak yang merokok hal itu bisa menjadi promosi gratis bagi industri rokok.
Karena itu perguruan tinggi perlu memelopori dan menciptakan gerakan untuk
mengendalikan konsumsi rokok ini. 43

41

PP No. 39/2012, Ps. 51 ayat (1), PB No. 7/2011, Ps. 5 ayat (1) dan (2)
http://www.umy.ac.id/perguruan-tinggi-perlu-tetapkan-ktr-kawasan-tanpa-rokok.html
(diakses tanggal 6 Juni 2016).
43
Ibid
42

Universitas Sumatera Utara

33

Demikian disampaikan Edy Suandi Hamid, selaku ketua Asosiasi
Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) saat menjadi pembicara dalam
seminar dan workshop “Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Lingkungan
Kampus”. Acara yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah Tobacco Control
Center (MTCC) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bekerjasama
dengan APTISI ini, dilaksanakan pada Kamis (18/12) di Hotel Grand Zury,
Yogyakarta. Dalam acara ini hadir pula Bambang Sulistomo, mantan staf ahli
Kementerian Kesehatan RI dan Tinuk Istiarti, Dekan FKM Universitas
Diponegoro (Undip). 44
Menurut Edy, perguruan tinggi jangan hanya menjadi institusi yang pasif
dalam menghadapi masalah rokok tersebut. Dengan ikut menerapkan KTR,
kampus sudah bisa dikatakan ikut terlibat aktif dalam penanganan dan
pengendalian rokok. “Selain itu, perguruan tinggi se-Indonesia, khususnya PTS
juga bisa melakukan berbagai penelitian dan pengembangan dampak pandemi
produk tembakau di bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya. Hal ini
untuk mewujudkan hak untuk hidup sehat serta mewujudkan generasi muda dan
bangsa yang berkualitas dan berdaya saing,”
Langkah lainnya yang bisa dilakukan perguruan tinggi, menurut Prof. Edy
adalah dengan menolak tawaran beasiswa atau sponsorship dari industri rokok.
“Perguruan tinggi harus menolak tawaran beasiswa atau sponsorship dari industri
rokok. Ini juga sebagai bentuk pengendalian terhadap bahaya rokok. Peraturan ini

44

Ibid

Universitas Sumatera Utara

34

juga sudah kami berlakukan pada semua PTS anggota APTISI, agar tidak lagi
menerima tawaran beasiswa atau sponsorship dari industri rokok,”
Sementara itu, Bambang Sulistomo, mantan staf ahli Kementerian
Kesehatan RI, mengatakan, konsumsi rokok saat ini sudah banyak terjadi di
kalangan remaja, bahkan ada pula yang masih di bawah umur tapi sudah
mengonsumsi rokok. Padahal, banyak dampak negatif bagi remaja yang
mengonsumsi rokok. “Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja dan
anak-anak yang merokok kemungkinannya akan menjadi pecandu narkoba 15 kali
lebih besar dibanding yang bukan perokok, mereka juga kemungkinan akan
menjadi pecandu alkohol 3 kali lebih besar,”. 45
Selain itu, dampak lainnya bagi remaja, lanjut Bambang, remaja dan anakanak yang merokok akan menurun kecerdasan emosinya, menurun kemampuan
untuk belajar dan berinteraksi dengan orang lain, serta lebih sulit beradaptasi
dengan lingkungan sosial yang berubah. Karena itulah, Bambang pun sepakat jika
semua perguruan tinggi di Indonesia bisa menerapkan Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) tersebut. Di samping karena salah satu tujuan dari acara tersebut untuk
mendorong perguruan tinggid di DIY dan Jawa Tengah agar bisa menerapkan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di kampusnya, juga sebagai bentuk kepedulian
pada hak untuk sehat bagi masyarakat.
Saat ini provinsi yang ditengarai berhasil dalam menerapkan KTR adalah
Jawa TImur dengan kota Surabaya, melalui Peraturan Daerah Kota Surabaya
Nomor 5 Tahun 2008 Kawasan Tanpa Rokok. sementara itu di Kota Medan, hal

45

Ibid

Universitas Sumatera Utara

35

ini masih sampai pada Rancangan Peraturan Daerah yang sudah bergulir sejak
sekian lama namun belum juga memperoleh hasil. Masih menjalani pembahasan
yang alot. 46 Bahkan terjadi penolakan dari Raperda tersebut dengan pernyataan
bahwa peraturah ini disinyalir adalah upaya pemerintah Kota Medan untuk
menghilangkan hak konstitusi masyarakat yang mengkonsumsi rokok dan
mengkebiri para produsen/penjual rokok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ada pula tuntutan untuk menyediakan Kawasan Khusus Merokok untuk para
perokok. Sebenarnya hal ini tidak salah memang, jadi kebijakan yang di ambil
tidak sepihak.
Intinya adalah, komitmet dan sikap saling menghargai satu sama lain. Jika
perokok merasa haknya di ambil dengan (nanti) adanya Peraturan Kawasan Tanpa
Rokok, maka perokok juga harus menghargai para non perokok untuk merasa
terbebas dari asap rokok yang mengepul kemana-mana.
Jadi sebagai warga Negara yang baik kita patut untuk menjaga
kenyamanan orang lain, karena asap rokok itu bagi sebagian orang sangat
mengganggu.
Pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat proses belajar
mengajar wajib melarang kepada peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan
serta seluruh unsur sekolah lainnya untuk merokok di tempat proses belajar
mengajar. Pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat proses ' '
belajar mengajar wajib menegur dan/atau memperingatkan dan/atau mengambit
tindakan kepada peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan serta unsur
46

http://nur-akmal.blogspot.co.id/2013/06/dilema-perda-kawasan-tanpa-rokok.html
(diakses tanggal 6 Juni 2016)

Universitas Sumatera Utara

36

sekolah lainnya, apabila terbukti merokok di tempat proses belajar mengajar.
Peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan serta seluruh unsllr sekolah
lainnya berkewajiban melaporkan kepada pengelola, pimpinan danlatau
penanggung jawab tempat proses belajar mengajar, apabila terbukti ada yang
merokok di tempat proses belajar mengajar. Pengelola, pimpinan dan/atau
penanggung jawab tempat proses belajar mengajar, wajib memperingatkan
pelanggar dan mengambil tindakan atas laporan yang disampaikan oleh peserta
didik, pendidik dan tenaga kependidikan serta seluruh unsur sekolah lainnya. 47
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
Sejak tahun 1999, melalui PP 19/2003 tentang Pengamanan Rokok bagi
Kesehatan, Indonesia telah memiliki peraturan untuk melarang orang merokok di
tempat-tempat yang ditetapkan. Peraturan Pemerintah tersebut, memasukkan
peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada bagian enam pasal 22 – 25. Pasal 25
memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mewujudkan Kawasan
Tanpa Rokok. Namun peraturan tersebut belum menerapkan 100% Kawasan
Bebas Asap Rokok karena masih dibolehkan membuat ruang khusus untuk
merokok dengan ventilasi udara di tempat umum dan tempat kerja. Dengan
adanya ruang untuk merokok, kebijakan kawasan tanpa rokok nyaris tanpa
resistensi. Pada kenyataannya, ruang merokok dan ventilasi udara kecuali mahal,
kedua hal tersebut secara ilmiah terbukti tidak efektif untuk melindungi perokok
pasif, disamping rawan manipulasi dengan dalih ”hak azasi bagi perokok”.

47

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Roko
Pasal 24 ayat 1, 2, 3 dan 4

Universitas Sumatera Utara

37

Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, juga
mencantumkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada Bagian Ketujuh Belas,
Pengamanan Zat Adiktif, pasal 115.
(1) Kawasan tanpa rokok antara lain:
a. fasilitas pelayanan kesehatan;
b. tempat proses belajar mengajar;
c. tempat anak bermain;
d. tempat ibadah;
e. angkutan umum;
f. tempat kerja; dan
g. tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.
(2) Pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok di wilayahnya.
Menindak lanjuti pasal 25 PP 19/2003, beberapa pemerintah daerah
telah mengeluarkan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.
1)

DKI Jakarta
DKI Jakarta tidak mempunyai Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok

secara eksklusif. Peraturan Kawasan Dilarang Merokok hanya tercantum dalam
Peraturan Daerah (PERDA) No. 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara untuk Udara Luar Ruangan. Yang ada hanya Peraturan Gubernur (Per-Gub)
Nomor 75 Tahun 2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok. DKI Jakarta belum
menerapkan 100% Kawasan Tanpa Rokok karena dalam peraturan tersebut masih
menyediakan ruang untuk merokok.
2)

Kota Bogor

Universitas Sumatera Utara

38

Kota Bogor belum menerbitkan Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok
secara eksklusif. Pengaturan tertib Kawasan Tanpa Rokok tertuang dalam
Peraturan Daerah No 8 Tahun 2006 tentang Ketertiban Umum, pasal 14 – 16.
Kota Bogor juga belum menerapkan 100% Kawasan Tanpa Rokok karena
masih mencantumkan ruang untuk merokok.
Kota Bogor merencanakan akan menyusun Perda Kawasan Tanpa Rokok
secara eksklusif.

Universitas Sumatera Utara

39

3)

Kota Cirebon
Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Cirebon berbentuk Surat

Keputusan Walikota No 27A/2006 tentang Perlindungan Terhadap Masyarakat
Bukan Perokok di Kota Cirebon.
Kota Cirebon merupakan kota pertama yang menerapkan 100% Kawasan
Tanpa Rokok yaitu tidak menyediakan ruang untuk merokok. Sayangnya
peraturan tersebut belum berbentuk Peraturan Daerah sehingga tidak ada sanksi
dan tidak mengikat masyarakat.
4)

Kota Surabaya
Kota Surabaya merupakan kota pertama yang mempunyai Peraturan

Daerah Kawasan Tanpa Rokok secara ekskusif, yaitu Peraturan Daerah Kota
Surabaya No. 5 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan
Terbatas Merokok. Perda ini membagi 2 kawasan yaitu Kawasan Tanpa Rokok
yang menerapkan 100% Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok
yang menyediakan ruang khusus untuk merokok.
Untuk melaksanakan Perda No 5 Tahun 2008, Kota Surabaya juga telah
membuat Peraturan Walikota Surabaya No 25 Tahun 2009 tentang Pelaksanaan
Perda Kota surabaya Nomor 5 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan
Kawasan Terbatas Merokok. Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas
Merokok yang tercantum dalam Perda 5/2009 dirinci dan dipertegas pada Perwali
tersebut.

Universitas Sumatera Utara

40

5)

Kota Palembang
Kota Palembang merupakan Kota pertama di Indonesia yang memiliki

Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok secara eksklusif dan menerapkan 100%
Kawasan Tanpa Rokok yaitu tanpa menyediakan ruang merokok. Peraturan
Daerah No. 07/2009 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Kota Palembang merupakan
satu-satunya Perda Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia yang sesuai dengan
standard internasional yaitu 100% Kawasan Tanpa Rokok dengan tidak
menyediakan ruang untuk merokok.
6) Kota Padang Panjang
Kota Padang Panjang memiliki Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok
yaitu Peraturan Daerah Kota Padang Panjang No 8 Tahun 2009 Tentang Kawasan
Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok. Peraturan Daerah ini dirinci dan
dipertegas dengan Peraturan Walikota Padang Panjang No.10 Tahun 2009 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Padang Panjang No. 8 Tahun 2009
Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok. 48

48

http://magfirahamir.blogspot.co.id/2013/09/kawasan-tanpa-asap-rokok.html (diakses
tanggal 1 Juli 2016).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan Hukum Administrasi Negara (Studi Di Kota Medan)

13 140 63

Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan Hukum Administrasi Negara (Studi Di Kota Medan)

0 3 63

Efektivitas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU Ditinjau Dari Hukum Adminsitrasi Negara

1 21 84

Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan Hukum Administrasi Negara (Studi Di Kota Medan)

0 0 8

Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan Hukum Administrasi Negara (Studi Di Kota Medan)

0 0 2

Efektivitas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU Ditinjau Dari Hukum Adminsitrasi Negara

0 0 9

Efektivitas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU Ditinjau Dari Hukum Adminsitrasi Negara

0 0 1

Efektivitas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU Ditinjau Dari Hukum Adminsitrasi Negara

0 0 19

Efektivitas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU Ditinjau Dari Hukum Adminsitrasi Negara

0 1 3

Efektivitas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU Ditinjau Dari Hukum Adminsitrasi Negara

1 1 2