Efektivitas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU Ditinjau Dari Hukum Adminsitrasi Negara

10

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menyatakan bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Berdasarkan penjelasan Pasal
tersebut setiap orang berhak untuk hidup dalam lingkungan yang sehat. Oleh
karena itu, pemerintah wajib menjamin lingkungan yang sehat bagi warga
negaranya.
Kesehatan masyarakat merupakan jaminan penunjang keberlangsungan
hidup masyarakat disuatu daerah untuk upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia

guna

mendukung


pembangunan

nasional

yang

berkelanjutan.

Pertambahan penduduk dunia yang pesat merupakan ancaman terhadap kualitas
dan kesehatan umat manusia. Pertambahan penduduk yang pesat tersebut sudah
mulai mengancam daya dukung bumi dan justru terjadi di negara-negara
berkembang yang merupakan 77% dari penduduk dunia, tetapi hanya
menyumbang 15% dari pendapatan dunia. 1
Penerapan kawasan tanpa rokok di Indonesia masih jauh dari harapan.
Sebagai bukti sampaiFebruari 2015 hanya 30 % (166 kabupaten/kota) yang
menerapkan kawasan tanpaasa prokok, dari 403 kabupaten dan 98 kotadi
1

Kusdwirarti Setiono, dkk, Manusia, Kesehatan dan Lingkungan, (Bandung:Alumni,
1998), hlm. 3.


Universitas Sumatera Utara

11

Indonesia (Kemenkes, 2015). Padahal pembentukan peraturan kawasan tanpa
rokok oleh pemerintah daerah melalui Undang-Undang Republik Indonesia No.36
tahun 2009 tentang Kesehatan pada bagian ketujuh belas Pasal 115 telah enam
tahun diberlakukan, tetapi tidak menunjukan hasil yang signifikan. Hal ini
menggambarkan belum meratanya kesadaran Pemerintah Daerah menerapkan
kebijakan kawasan tanpa rokok. 2
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mengalami laju
pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dan banyak menerima dampak dari
adanya globalisasi yang menunjang timbulnya masalah-masalah kesehatan,
lingkungan dan pembangunan di beberapa daerah. Oleh karena itu, faktor
pertambahan penduduk, pola hidup dan tingkat konsumsi masyarakat harus selalu
menjadi pertimbangan dalam menyelesaikan masalah kesehatan, lingkungan dan
pembangunan. 3
Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok tertinggi di
dunia setelah Cina dan India dengan prevalensi perokok yaitu 36,1%. Pada tahun

2010, diperkirakan 384.058 orang (237.167 laki-laki dan 146.881 wanita) di
Indonesia menderita penyakit terkait konsumsi tembakau. Total kematian akibat
konsumsi rokok mencapai 190.260 (100.680 laki-laki dan 50.520 wanita) atau
12.7% dari total kematian pada tahun 2010. Sedangkan 50% dari yang terkena
penyakit terkait rokok mengalami kematian dini. Penyebab kematian terbanyak
adalah penyakit stroke, Jantung Koroner, serta kanker trakhea, bronkhus dan paru.

2

http://www.kompasiana.com/nersundip/pentingnya-kawasan-tanparokok_5578429dc3afbd387f27e6a2 diakses tanggal 1 Juli 2016
3
Kusdwirarti Setiono, Op.Cit, hlm.4.

Universitas Sumatera Utara

12

Secara keseluruhan kematian akibat penyakit terkait konsumsi rokok sebesar
12,7% dari total kematian pada tahun 2010. 4
Pengaruh dari faktor pertambahan penduduk, pola hidup dan tingkat

konsumsi masyarakat yang mengakibatkan masalah kesehatan, lingkungan dan
pembangunan, menuntut Pemerintah Indonesia melakukan reformasi total
terhadap kebijakan pembangunan di segala bidang. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan dengan berdasarkan pada asas perikemanusiaan, keseimbangan,
manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan,
gender dan non diskriminatif dan norma-norma agama. Pembangunan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang
ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dengan perilaku hidup sehat
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomis. 5
Setiap manusia berhak atas kesehatan dan mendapatkan lingkungan yang
sehat. Kenyataannya lingkungan yang sehat masih jauh dari yang di harapkan.
Kebiasaan pola hidup yang buruk seperti merokok merupakan salah satu bentuk
perilaku yang memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.
Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk
dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih,
cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman tembakau (nicotiana
4
5


TCSC-IAKMI. Atlas Tembakau Indonesia. 2013 diakses tanggal 7 Juni 2016.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014

Universitas Sumatera Utara

13

tobacum, nicotiana rustica), dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya
mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. 6 Merokok tidak
hanya mempengaruhi kesehatan dari seorang perokok aktif, melainkan juga
mempengaruhi kesehatan orang lain, yaitu yang disebut sebagai perokok pasif. 7
Mengingat bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 52 Peraturan
Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, Pemerintah
Daerah Kota Medan membentuk Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 Tentang
Kawasan Tanpa Rokok (selanjutnya disebut dengan KTR) sebagai lagkah
terwujudnya pembangunan kesehatan di Kota Medan. Peraturan Daerah tentang
KTR di kota Medan merupakan amanah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan yang mewajibkan tiap Daerah untuk menetapkan Kawasan

Tanpa Rokok di daerahnya masing-masing. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor
3 tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok (selanjutnya disebut Perda Kota
Medan KTR) menetapkan Kawasan Tanpa Rokok diantaranya adalah tempat
fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak
bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja dan tempat umum.
Kawasan Tanpa Rokok atau yang sering disebut dengan KTR adalah
ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan
memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau memproduksi tembakau 8.
Kebijakan publik diciptakan untuk mengatasi masalah yang timbul ditengah

6

Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, Bab
I, Pasal 1 angka 10
7
Kusdwirarti Setiono, dkk, Op.Cit., hlm. 46

Universitas Sumatera Utara

14


masyarakat. Salah satu masalah publik yang sering timbul ditengah masyarakat
yaitu masalah rokok. Masalah tentang rokok menjadi sebuah dilema bagi
pemerintah, karena pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat dengan membuat aturan yang ketat tentang rokok namun dilain pihak
terdapat kelompok masyarakat yang terancam keberlangsungan hidupnya apabila
aturan tersebut tetap dijalankan, karena ada ratusan ribu orang yang
menggantungkan hidupnya pada industri rokok. Pemerintah dalam hal ini
seharusnya mempunyai tanggung jawab untuk melindungi dan meningkatkan
kesehatan masyarakat tetapi juga harus memperhatikan kesejahteraan para buruh
pabrik rokok dan petani tembakau. 9
Oleh karena itu sebagai jalan keluar maka pada tahun 2014 Pemerintahan
Kota Medan mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 2014
tentang Kawasan Tanpa Rokok. Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 ini tidak
bermaksud untuk melarang orang merokok hanya saja untuk mengatur agar orang
tidak merokok disembarang tempat. Seseorang dapat merokok asalkan
ditempatkan yang disediakan bagi khusus para perokok. Penyediaan tempat
khusus merokok wajib disediakan oleh pimpinan atau penanggung jawab kawasan
tersebut. 10
Pimpinan atau penanggung jawab KTR adalah orang yang karena

jabatannya, mempimpin dan/atau bertanggungjawab atas kegiatan dan/atau usaha

8

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok,
Bab I, Pasal 1 angka 9
9
http://www.scribd.com/doc/143223940/Implementasi-Perda-Kota Surabaya-Nomor-5Tahun-2008-Tentang-Kawasan-Tanpa-Rokok-Dan-Kawasan-Terbatas-Merokok-Studi-tentangKawasan-Terbatas-Merokok-d#scribd, (di akses pada tanggal 11 maret 2016).
10
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

15

di kawasan yang ditetapkan sebagai KTR. 11 Peraturan Daerah Kota Medan
Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok ini telah diberlakukan
namun kenyataannya tujuan dari Perda tersebut belum terlaksana dengan
maksimal. Di Fakultas Hukum USU sebagai sarana pendidikan yang digunakan
oleh khalayak ramai masih ditemukan pelanggaran terhadap perda tersebut.

Banyak ditemukan individu-individu yang masih merokok secara sembarangan.
Hal ini juga disebabkan oleh ketiadaan kawasan rokok (Smoking Area) yang
dimana di area tersebut para perokok diperbolehkan merokok.
Terlepas dari sisi kelemahan rumusan kebijakan publik di tingkat lokal
oleh Pemko Medan tentang kawasan tanpa rokok (KTR) yang tertuang dalam
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 patut didukung implementasinya. Sudah
saatnya ruang-ruang publik disterilkan dari asap rokok, mengingat merokok
merupakan perbuatan yang sangat membahayakan, bukan hanya bagi si perokok
tetapi juga bagi orang di sekitarnya. 12
Implementasi Perda KTR Nomor 3 Tahun 2014 ini menjadi pro dan kontra
di tengah masyarakat. Ada yang mengatakan sosialisasi sangat minim, kemudian
tidak dibarengi oleh penetapan daerah khusus untuk merokok. Di berbagai SKPD
(Satuan Kerja Perangkat Daerah) saat ini seharusnya dibuat kawasan khusus
merokok bagi pegawai. Ternyata sampai saat ini hampir di semua dinas SKPD
belum ada ruangan khusus untuk merokok. Artinya infrastruktur mendukung
Perda KTR ini belum ada, sehingga bisa jadi bumerang.

11

Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, Bab

I, Pasal 1 angka 26
12
http://hariansib.co/view/Tajuk-Rencana/18511/Efektivitas-Perda-KTR-Kota-Medan.html (diakses tanggal 6 Juni 2016).

Universitas Sumatera Utara

16

Apapun argumentasi yang akan dibangun tentang ketidaksiapan Pemko
Medan menyusul belum adanya perwal pendukung sebagai petunjuk teknis, kita
patut mendukung kebijakan "kawasan tanpa rokok" ini karena menyangkut
kepentingan warga dan kenyamanan bersama. Kalau bisa dikatakan bahwa
"kawasan tanpa rokok" sudah terlambat dilakukan di Kota Medan. Dengan adanya
Perda KTR ini diharapkan akan mampu melindungi warga dari asap rokok yang
sangat merugikan warga. 13
Bahaya yang ditimbulkan oleh rokok sangat besar. Mulai dari penyakit
pernafasan yang sangat akut, sampai dengan kerugian ekonomi yang sangat besar,
belum lagi dampak sosial dari merokok. Dengan adanya Perda KTR ini tentu
menjadi payung hukum yang sangat kuat untuk menindak siapa saja yang
merokok di sembarangan tempat. Dengan adanya Perda ini kesehatan masyarakat

akan semakin lebih baik karena pencemaran lingkungan dan udara akan semakin
diminimalisasi. Untuk itu, apa saja infrastruktur pendukung untuk keberhasilan
Perda KTR ini saatnya dibuat oleh Pemko Medan. Mulai dari Perwal sampai
dengan adanya ruangan khusus bagi perokok berat.
Terobosan Wali Kota dan DPRD Medan ini patut mendapat apresiasi
sebagai ide yang inovatif dan kreatif. Kedepannya ide-ide lain perlu ditingkatkan
demi kesejahteraan warga Kota Medan. Semkain banyak kebijakan yang muncul
untuk melindungi warga Kota Medan, maka pembangunan Kota Medan akan
semakin berhasil. 14

13
14

Ibid
Ibid

Universitas Sumatera Utara

17

Saatnya semua menyadari, kesehatan lingkungan atau pembangunan Kota
Medan berwawasan lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Sekecil apapun
yang dilakukan sangat berguna untuk pembangunan Kota Medan yang
berwawasan lingkungan. Dengan membuang sampah pada tempatnya sudah ikut
serta membangun Kota Medan sebagai rumah bersama. Agar mendukung Perda
KTR ini agar kesehatan warga Kota Medan makin bagus dan mencegah polusi
udara yang makin mencemaskan. Segala pelanggaran pada Perda KTR harus
berlaku bagi semua warga dengan prinsip semua sama di depan aturan atau
hukum. Dengan demikian semua warga Kota Medan akan tunduk pada Perda
KTR Nomor 3 Tahun 2014 yang merupakan kebijakan publik demi kebaikan
bersama.
Berdasarkan dari uraian di atas Penulis tertarik untuk mengangkat
permasalahan ini ke dalam sebuah penelitian yang berjudul “Efektivitas
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan
Tanpa Rokok Di Fakultas Hukum USU Ditinjau Dari Hukum Administrasi
Negara”

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang menjadi permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Bagaimana penetapan kawasan tanpa rokok berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok?

2.

Bagaimana penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun
2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU?

Universitas Sumatera Utara

18

3.

Apa saja kendala dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan
Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum
USU?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan
Tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi
persyaratan tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan permasalahan di atas, adapun
tujuan dari penelitian ini adalah :
1.

Untuk mengetahui pengaturan kawasan tanpa rokok di Kota Medan sesuai
dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Kawasan Tanpa Rokok

2.

Untuk mengetahui penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3
Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU

3.

Untuk mengetahui apa saja kendala yang dihadapi oleh Pimpinan Fakultas
Hukum USU dalam pelaksanaan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di
Fakultas Hukum USU.
Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan ini adalah:

1.

Secara teoritis
Penulisan skripsi ini diharapkan akan memberi sumbangan pengetahuan
dalam perkembangan hukum di Indonesia dan memberikan kajian akademis
yang lebih objektif, jelas, tegas dan terperinci tentang efektivitas penerapan
Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa
Rokok.

Universitas Sumatera Utara

19

2.

Secara praktis
Diharapkan menunjang menunjang pengembangan ilmu pengetahuan yang
pernah Penulis terima selama kuliah di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.

D. Keaslian Penulisan
Guna menghindari terjadinya duplikasi terhadap masalah yang sama maka
sebelumnya Penulis telah melakukan penelusuran di Perpustakaan Universitas
Sumatera Utara dan khususnya Perpustakaan Fakultas Hukum USU, hasil
penelusuran ditemukan judul skripsi “Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan
Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan Hukum
Administrasi Negara (Studi Di Kota Medan)” oleh Tyan Puspita, Mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara stambuk 2011, namun jika
dibandingkan dengan judul dalam Penulisan ini jauh berbeda baik dari judul
maupun dari permasalahan yang dibahas, dimana fokus pembahasan dalam
Penulisan ini menitikberatkan kepada efektivitas penerapan pelaksanaan Peraturan
Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok oleh
karena itu judul dan permasalahan dari Penulisan ini jauh dari unsur plagiat dan
merupakan ide asli dari Penulis. Apabila ternyata dikemudian hari ditemukan
judul yang sama, maka dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya.

Universitas Sumatera Utara

20

E. Tinjauan Kepustakaan
1.

Efektivitas
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai

tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi
tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. 15 Hal terpenting yang dicatat
oleh Mardiasmo, adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa
besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh
jadi melebihi apa yang telah dianggarkan, boleh jadi dua kali lebih besar atau
bahkan tiga kali lebih besar daripada yang telah dianggarkan. Efektivitas
hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
2.

Kawasan tanpa rokok
Kawasan tanpa rokok di dalam Perda Kota Medan KTR Pasal 1 angka 9

diartikan sebagai ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan
merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan atau
mempromosikan produk tembakau.Penetapan kawasan tanpa rokok merupakan
upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan
kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok.
Tujuan penetapan Kawasan Tanpa Rokok adalah :
a. Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian dengan cara
mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat.
b. Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal.

15

Mardiasmo. Perpajakan Edisi Revisi (Yogyakarta: Andi Offset,2 009)

Universitas Sumatera Utara

21

c. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok.
d. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula.
e. Mewujudkan generasi muda yang sehat.
3.

Rokok
Pengertian rokok dapat dilihat dalam Perda Kota Medan KTR pada Pasal 1

angka 10, rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk
dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih,
cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman tembakau (nicotiana
tobacum, nicotiana rustica), dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya
mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.
4.

Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh faktor luar yang memengaruhi suatu

organisme; faktor-faktor ini dapat berupa organisme hidup (biotic factor) atau
variabel-variabel yang tidak hidup (abiotic factor). 16 Dari hal inilah kemudian
terdapat dua komponen utama lingkungan, yaitu:
a. Biotik: makhluk (organisme) hidup; dan
b. Abiotik: energi,
c. Bahan kimia. 17
Tempat umum adalah suatu tempat dimana orang banyak atau masyarakat
umum berkumpul untuk melakukan kegiatan baik secara sementara (insidentil)
maupun secara terus menerus (permanent), baik membayar mapupun tidak
membayar.

16

Mulyanto. Ilmu Lingkungan. (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2007), hlm. 1

Universitas Sumatera Utara

22

5.

Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya
kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Tenaga kesehatan adalah
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan. Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna. Pemeliharaan
kesehatan adalah upaya penanggulan dan pencegahan gangguan kesehatan yang
memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan
dan persalinan.

F.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:
1.

Spesifikasi penelitian
Penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini bersifat

deskriptif. Deskriptif artinya bertujuan untuk menggambarkan secara cermat
karateristik dari fakta-fakta (individu, kelompok, atau keadaan), dan untuk
menentukan frekuensi sesuatu yang terjadi. 18 Dalam penulisan skripsi ini yang
17

Agoes Soegianto. Ilmu Lingkungan, Sarana Menuju Masyarakat Berkelanjutan.
(Surabaya: Airlangga University Press, 2010), hlm. 1
18
Rianto Adi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta : Garanit, 2004), hlm. 58.

Universitas Sumatera Utara

23

mengacu kepada penelitian hukum normatif yaitu mengkaji ketentuan-ketentuan
tentang efisiensi dari penerapan peraturan daerah kota Medan Nomor 3 Tahun
2014.
Untuk membahas permasalahan yang terdapat dalam skripsi ini penulis
menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan
yuridis normatif adalah pendekatan masalah dengan melihat, menelaah dan
menginterpretasikan hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas
hukum yang berupa konsepsi, peraturan perundang-undangan, pandangan, doktrin
hukum dan sistem hukum yang berkaitan. Jenis pendekatan ini menekankan pada
diperolehnya keterangan berupa naskah hukum yang berkaitan dengan objek yang
diteliti. Sedangkan pendekatan yuridis empiris yaitu cara prosedur yang
dipergunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data
sekunder terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan mengadakan
penelitian terhadap data primer di lapangan. 19 Penelitian ini menggunakan metode
penelitian hukum empiris dengan teknik analisis data kualitatif.
2.

Data penelitian
Sumber data adalah subjek darimana data dapat diperoleh. 20 Data

penelitian ini dikumpulkan melalui penelusuran kepustakaan (library research)
untuk memperoleh bahan hukum primer, bahan hukum sekundar, serta bahan

19

Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif: SuatuTinjaua nSingkat (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2011), hlm.15
20
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu PendekatanPraktik (Jakarta:
RinekaCipta, 2010), hlm.172

Universitas Sumatera Utara

24

hukum tersier. 21 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber
data sekunder, dimana data yang diperoleh secara tidak langsung.

a. Bahan hukum primer
Dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang
berwenang. Dalam tulisan ini diantaranya adalah Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 Tentang Kawasan Tanpa
Rokok Di Lingkungan Sekolah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 57 Tahun 2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001 tentang
Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat dan peraturanperaturan lainnya. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014
Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Peraturan Walikota Medan Nomor 35
Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok.
b. Bahan hukum sekunder

21

Sumaidi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo, 2004), hlm. 39.

Universitas Sumatera Utara

25

Semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang
asuransi pertanian seperti buku-buku, seminar-seminar, jurnal hukum,
majalah, koran, karya tulis ilmiah, dan beberapa sumber dari internet yang
berkaitan dengan permasalahan di atas.

c. Bahan hukum tersier
Semua dokumen yang berisi tentang konsep-konsep dan keteranganketerangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, seperti kamus, ensiklopedi, dan sebagainya.
3.

Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah

dengan penelusuran pustaka (library research) yaitu mengumpulkan data dari
informasi dengan bantuan buku, karya ilmiah dan juga perundang-undangan yang
berkaitan dengan materi penelitian. Penelitian lapangan (field research) dengan
menyebarkan angket kepada responden yaitu mahasiswa/i Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
Menurut M. Nazil dalam bukunya, dikemukakan bahwa studi kepustakaan
adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap
buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. 22
4. Analisa data

22

M. Nazil, MetodePenelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia,2010), hlm. 111

Universitas Sumatera Utara

26

Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data
berikut dengan analisisnya. 23 Metode analisis data dilakukan dengan metode
kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif. Metode penarikan
kesimpulan pada dasarnya ada dua, yaitu metode penarikan kesimpulan secara
deduktif dan induktif. Metode penarikan kesimpulan secara dedukti fadalah suatu
proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui dan berakhir pada suatu
kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih khusus. 24 Metode penarikan
kesimpulan secara induktif adalah proses berawal dari proposisi-proposisi khusus
(sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada kesimpulan (pengetahuan baru)
berupa asas umum. 25Penarikan kesimpulan terhadap data yang telah dikumpulkan
dilakukan dengan mempergunakan metode penarikan kesimpulan secara deduktif
maupun

induktif,

sehingga

akan

dapat

merangkum

jawaban

terhadap

permasalahan yang telah disusun.

G.

SistematikaPenulisan
Sistem penulisan untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, sehingga

pembahasan didalamnya harus disusun secara sistematis.Untuk memudahkan
penulisan skripsi ini maka diperlukan adanya penguraian alam bab per bab secara
teratur dan berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini
adalah :
BAB I

PENDAHULUAN

23

Soerjono Soekanto, Op.cit., hlm. 69.
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2007),

24

hlm. 11.
25

Ibid.,hlm. 10.

Universitas Sumatera Utara

27

Bab ini merupakan bab pendahuluan yang pokok isinya
menguraikan tentang latar belakang pengangkatan judul skripsi,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian judul,
tinjauan pustaka, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II.

PENETAPAN KAWASAN TANPA ROKOK BERDASARKAN
PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 3 TAHUN
2014
Berisikan mengenai Latar Belakang Penetapan Kawasan Tanpa
Rokok, Ruang Lingkup Kawasan Tanpa Rokok, Asas Dan Tujuan
Kawasan Tanpa Rokok dan Pengaturan Kawasan Tanpa Rokok,
Dampak Kawasan Tanpa Rokok Di Indonesia, Pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok Di Tempat Proses Belajar Mengajar

BAB III

PENERAPAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 3
TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berisikan Pengawasan Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Di
Fakultas Hukum USU dan Kewajiban Pimpinan Fakultas Hukum
USU dalam Penerapan Kawasan Tanpa Rokok Di Tempat Proses
Belajar Mengajar serta Tindakan Pimpinan Fakultas Hukum USU
dalam Menyikapi Pelanggaran Terhadap Perda Kota Medan No.3
Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok

BAB IV

KENDALA

DALAM

PELAKSANAAN

PERATURAN

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN
TANPA ROKOK DI FAKULTAS HUKUM USU

Universitas Sumatera Utara

28

Berisikan Persepsi Responden Tentang Kawasan Tanpa Rokok Di
Fakultas Hukum USU dan Efektivitas Peraturan Daerah Nomor 3
Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Di Fakultas Hukum
USU serta Kendala dalam Pelaksanaan Kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok Di Fakultas Hukum USU.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir yang memuat kesimpulandan
saran, yaitu sebagai bab yang berisikan kesimpulan mengenai
permasalahan yang dibahas dalam pembahasan sebelumnya dalam
skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan Hukum Administrasi Negara (Studi Di Kota Medan)

13 140 63

Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan Hukum Administrasi Negara (Studi Di Kota Medan)

0 3 63

Efektivitas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU Ditinjau Dari Hukum Adminsitrasi Negara

1 21 84

Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan Hukum Administrasi Negara (Studi Di Kota Medan)

0 0 8

Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan Hukum Administrasi Negara (Studi Di Kota Medan)

0 0 2

Efektivitas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU Ditinjau Dari Hukum Adminsitrasi Negara

0 0 9

Efektivitas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU Ditinjau Dari Hukum Adminsitrasi Negara

0 0 1

Efektivitas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU Ditinjau Dari Hukum Adminsitrasi Negara

0 0 21

Efektivitas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU Ditinjau Dari Hukum Adminsitrasi Negara

0 1 3

Efektivitas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU Ditinjau Dari Hukum Adminsitrasi Negara

1 1 2