Inilah beberapa derita menjadi mahasiswa

Inilah beberapa derita menjadi mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia..

1. Dipandang Sebelah Mata
Banyangkan dialog seperti ini saat reuni dengan teman-teman SMP atau SMA.
“Hai, sekarang kuliah di mana? Ambil jurusan apa?”
“Bahasa Inggris,” jawab seorang temanmu.
“Wow, hebat.”
“Matematika.”
“Kamu emang pinter sejak SMP.”
“Teknik Informasi dan Komunikasi.”
“Wah, mau jadi master komputer atau internet, nih.”
“Kedokteran.”
“Hebat banget kamu.”
“PGSD.”
“Sekarang memang lagi dibutuhkan banyak guru SD. Gampang cari kerja nanti.”
Terus tiba giliran kamu menjawab, “Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.”
“Oh...” jawab teman-temanmu yang lalu memalingkan muka atau mengalihkan topik
pembicaraan.
Ugh, sakit kan digituin. Serasa kamu menjadi makhluk asing di antara teman-temanmu.
Lalu kamu berkhayal seandainya kamu tidak tinggal di planet Bumi.


2. Sering Diolok-olok
Ini ibu Budi. Itulah kalimat yang teringat saat orang mendengar pelajaran Bahasa
Indonesia. Memori itu begitu kuat melekat bagi generasi yang melalui masa SD pada
tahun 1990an - 2000.
Saat kamu katakan kamu kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, otomatis otak
teman-temanmu memutar ulang memori masa SD dulu: Ini ibu Budi. Dengan santai dan
tanpa merasa dosa mereka berceloteh, “Bahasa Indonesia kan gampang, Ini ibu Budi.
Masa pakai kuliah segala.”
Ejekan yang lain yaitu, “Orang Indonesia kok belajar Bahasa Indonesia. Haha....”
Mendengar ejekan seperti itu mungkin kamu emosi, lalu tubuhmu bergetar --kebetulan
juga pas bulan purnama-- hingga kamu pun berubah menjadi werewolf: mengamuk
mengoyak-oyak seisi kampus. #cukup, hentikan imajinasi liarmu.

3. Tidak Punya Prospek
Kuliah di Kedokteran, pasti jadi dokter. Pekerjaan yang prestisius dengan gaji yang
melimpah. Begitu juga jurusan yang lain yang hampir semuanya memiliki prospek
pekerjaan yang bagus setelah lulus, termasuk jurusan pendidikan atau guru, kecuali......

(ada kecuali-nya, dengan pembacaan ditekan pada kata kecuali), kecuali guru Bahasa
Indonesia.

Guru Bahasa Indonesia itu tidak penting. Orang sudah banyak yang bisa membaca.
Apalagi SMP atau SMA. Jadi, SMP dan SMA tidak membutuhkan guru Bahasa
Indonesia. Begitulah anggapan sebagian orang-orang.
Guru Matematika, dari TK sampai SMA, membutuhkannya. Juga IPA dan Bahasa
Inggris. Tapi kalau guru Ini ibu Budi? Hahaha.... mengajar SD kelas satu atau dua saja.
Di luar sekolah, banyak ditawarkan les Matematika, les IPA, les Bahasa Inggris.
Bahkan, les melukis serta les bermain gitar dan piano saja ada. Lha, les Bahasa
Indonesia? Hahaha... mimpi...
Begitu. Kata sebagian orang-orang. Kamu jangan emosi lagi, sekarang tidak sedang
bulan purnama, lho.

4. Belajar Lagi Cara Mengucapkan Huruf yang Benar
Jangan heran jika mahasiswa PBSI berlatih mengucapkan huruf dari a-z, persis kayak
anak TK. Bedanya, ditambahi pengetahuan asal bunyi huruf tersebut, sebelas duabelas
lah dengan ilmu makhorijul huruf saat belajar bahasa Arab.
Oya, aku belum menyebut bahwa setiap mahasiswa selain memahami, juga harus
menghafalkanya. Aku kasih sedikit bocoran materinya seperti ini:
Bunyi bahasa yang arus udaranya keluar melalui mulut disebut bunyi oral (contohnya
[p], [g], [f]), bunyi bahasa yang arus udaranya keluar dari hidung disebut bunyi sengau /
nasal (contohnya [m], [n], [ñ], [ŋ]). Bunyi bahasa yang arus udaranya sebagian keluar

melalui mulut dan sebagian keluar dari hidung disebut bunyi yang disengaukan /
dinasalisasi.
----Bunyi konsonan dapat diperikan berdasarkan artikulator dan daerah artikulasinya.
Penamaan bunyi dilakukan dengan menyebutkan artikulator yang bekerja : labio- (bibir
bawah), apiko- (ujung lidah), lamino- (daun lidah), dorso- (belakang lidah), dan radiko(akar lidah), diikuti oleh daerah artikulasinya : -labial (bibir atas), -dental (gigi atas),
-alveolar (gusi), -palatal (langit-langit keras), -velar (langit-langit lunak), -uvular (anak
tekak).
--Bila udara dari paru-paru dihambat secara total, maka bunyi yang dihasilkan dinamakan
bunyi hambat (contohnya bunyi [p] dan [b]). Apabila arus udara melewati saluran yang
sempit, maka akan terdengar bunyi desis, disebut bunyi frikatif (contohnya bunyi [f]).
Apabila ujung lidah bersentuhan dengan gusi dan udara keluar melalui samping lidah,
disebut bunyi lateral (contohnya bunyi [l]). Apabila ujung lidah menyentuh tempat yang
sama berulang-ulang, disebut bunyi getar (contohnya bunyi [r]).
--Contohnya, huruf [f] termasuk bunyi labio-dental geseran (frikatif).

Sudah, segitu saja bocoran materi yang harus dihafal dan dipahami oleh mahasiswa
PBSI karena aku yakin pikiranmu sudah ruwet membaca yang sedikit itu. Lanjut....

5. Disuruh Menulis Ringkasan Buku Bacaan
Mungkin cuma di jurusan PBSI ada dosen yang menyuruh mahasiswanya meringkas

seluruh isi buku bacaan. Mending sih kalau meringkasnya dengan diketik. Yang bikin
gregetan dan gemes maksimal sama dosennya itu kalau tugas meringkasnya ditulis
tangan di buku tulis. Ini fakta. Mungkin hal ini bisa dimasukkan dalam jajaran 100
kejadian unik di dunia, dan kejadian ini menempati urutan lima besar.
Lalu, jika sudah selesai meringkas, disodorkan kepada dosen. Dosen melihat-lihat
sebentar (katakanlah 4 sampai 5 detik) lalu ditanda tangani di bagian akhir ringkasan.
Kamu membatin, ya ampuuunnnn, aku nulisnya berhari-hari, menghabiskan berlembarlembar buku tulis, sampai rambutku keriting gini (bukannya kamu udah keriting dari
lahir? Oh, iya, lupa), cuma dilihat sekilas dan ditanda tangani gitu tok. Nggak rela aku,
Pak. Aku kan sudah berjuang mati-matian buat ngedapatin kamu, masa kamu cuma
mengabaikan gitu. #Okey, ini mulai agak lebay.

6. Disuruh Membaca Novel yang Segede Bantal
dengan Bahasa Langit
Sastra, sebagai salah satu unsur pembelajaran di jurusan PBSI mendapat porsi yang
lumayan (agak) banyak saat kuliah. Dan tugas yang pasti ada ialah membaca
kemudian menulis sinopsis dan atau resensi novel. Novel yang harus dibaca bukan
novel remaja yang menye-menye itu, tapi biasanya novel tebal dengan bahasa langit,
bahasa yang susah dipahami sampai-sampai kening mengerut karena memikirkan
makna satu kalimat.
Apatah lagi jika membaca novel angkatan lama (20, 30) yang sebagian kata-katanya

sudah jarang digunakan pada masa sekarang. Tambah pusing lagi.

7. Yaelah, Cuma Kurang Koma Aja, Pak
Ya, hanya di jurusan PBSI, masalah titik koma adalah masalah hidup mati, eh,
maksudku masalah lulus atau tidak lulus. Saat mengerjakan tugas membuat makalah,
lebih-lebih skripsi, mahasiswa PBSI mesti teliti. Makalah atau tugas yang sudah jadi
harus diteliti berulang-ulang. Sampai pada tanda baca: koma, titik, tanda seru, tanda
tanya, tanda petik; juga penulisan huruf kapital. Jika kamu menulis kata senin dengan
huruf s kecil, sudah pasti dicoret sama dosen. Atau kamu menulis kalimat: Meski hujan
dia tetap menangis (apa hubungannya, yak). Sudah pasti, Pak Dosen --dengan bolpoin

tinta merah-- membubuhkan tanda koma yang besar setelah kata hujan, “Ini harus
diberi tanda koma!”
Tak heran jika saat konsultasi dengan dosen pembimbing, hasil skripsi mahasiswa
banyak coretannya. Itu pun dosennya baru mengoreksi tata bahasanya, belum
mengoreksi isinya.

***
Oke, itu tadi tujuh derita mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Sebenarnya masih ada derita yang lain, namun karena aku sudah terlanjur memberi

judul “7 Derita....”, tentu tidak baik menambahinya.
Meskipun banyak deritanya, mahasiswa jurusan PBSI juga mempunyai banyak
bahagianya, lho. Nantikan tulisan selanjutnya: 7 Kesenangan Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN ANATOMI JARINGAN EPIDERMIS DAN STOMATA BERBAGAI DAUN GENUS ALLAMANDA (Dikembangkan menjadi Handout Siswa Biologi Kelas XI SMA)

5 148 23

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Kelimpahan, Sebaran keanekaragaman jenis kelelawar pada beberapa gua dengan pola pengelolaan berbeda di kawasan Karst Gombong Jawa Tengah

3 52 57

Pentingnya pendidikan pemakai bagi mahasiswa dalam penelusuran informasi melalui katalog Online (OPAC) : studi kasus pada Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

0 18 85

Hubungan orientasi masa depan dengan pengambilan keputusan dalam memilih program studi pada mahasiswa

2 41 95

Pengaruh religiusitas terhadap perilaku prososial: studi kasus mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Mukhlisin (STAIM) Ciseeng Bogor.

3 52 83

Pengaruh pemahaman fiqh muamalat mahasiswa terhadap keputusan membeli produk fashion palsu (study pada mahasiswa angkatan 2011 & 2012 prodi muamalat fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 22 0

Tingkat Pemahaman Fiqh Muamalat kontemporer Terhadap keputusan menjadi Nasab Bank Syariah (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

1 34 126

Perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung : (studi deksriptif mengenai perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung)

9 116 145

Model Stokastik Curah Hujan Harian dari beberapa Stasiun Curah Hujan di Way Jepara

6 35 58