Penggunaan Strategi Pengelolaan Diri unt

Penggunaan Strategi Pengelolaan Diri untuk Meningkatkan Disiplin Belajar
Siswa
Fitria Lailatus Zahrifah1 dan Eko Darminto2
Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji keefektifan
penggunaan strategi Pengelolaan Diri untuk meningkatkan disiplin belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan Pre test post test one group design. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket disiplin
belajar. Subjek penelitian ini 5 orang siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Kamal
Bangkalan yang memiliki disiplin belajar rendah. Analisis yang digunakan dalam
penelitian adalah uji tanda dengan taraf signifikan 5 % menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan skor antara sebelum dan sesudah penggunaan strategi
pengelolaan diri. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa strategi
pengelolaan diri efektif untuk meningkatkan disiplin belajar siswa kelas VIII B
SMP Negeri 3 Kamal Bangkalan.

Kata kunci : Pengelolaan diri, disiplin belajar

1
2

Alumni Prodi BK FIP Unesa

Staf Pengajar Prodi BK FIP Unesa

Pendahuluan
Pendidikan merupakan hal yang
tidak
dapat
dipisahkan
dari
kehidupan manusia. Dengan semakin
berkembangnya kemajuan teknologi
saat ini, semakin menempatkan
pendidikan pada tempat teratas
kebutuhan hidup manusia. Salah satu
lembaga pendidikan yang kita kenal
adalah sekolah. Di sekolah siswa
diharapkan memperoleh ilmu secara
maksimal yang nantinya akan
berguna
dalam
lingkungan

masyarakat. Dalam seluruh proses
pendidikan di sekolah, kegiatan
belajar merupakan kegiatan yang
paling pokok. Ini berarti bahwa
berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak bergantung pada
proses belajar yang dialami siswa
sebagai anak didik (Slameto, 2003).
Belakangan ini, permasalahan
dalam penerapan disiplin belajar
sering dialami siswa. Hal inilah yang
menghambat siswa untuk dapat
dari rumah, sarana yang menunjang,
pengawasan, hukuman, nasehat dan
sebagainya.
Disiplin merupakan aspek utama
pada pendidikan yang diemban oleh
guru di sekolah. Karena mereka
bertanggung jawab secara kodrati
dalam meletakkan dasar-dasar dan

fondasinya kepada siswa. Disiplin
adalah salah satu cara untuk meraih
suatu keberhasilan atau kesuksesan.
Semua individu meyakini bahwa
setiap siswa pasti ingin meraih
keberhasilan.
Menurut Maim (dalam Mudjijo,
2001:70)
“Disipilin
merupakan
konsep perilaku yang menuntut
adanya kepatuhan dan kontrol diri
terhadap aturan-aturan dan normanorma yang berlaku”. Demikian pula
apabila bicara tentang disiplin
belajar, seorang siswa yang disiplin
belajar adalah seorang siswa yang

menerapkan
disiplin
belajar.

Pernyataan tersebut dapat dilihat dari
beberapa perilaku siswa tentang
disiplin belajar mereka di sekolah.
Pada kenyataannya, masih terlihat
siswa yang memiliki masalah tentang
disiplin belajar. Menurut Sarbaini
(2001) perilaku siswa yang terlihat
tentang disiplin belajar antara lain
tidak mengikuti beberapa mata
pelajaran
dengan
alasan-alasan
tertentu, malas mencatat, terlambat
masuk kelas, tidak memperhatikan
penjelasan guru, membuat gaduh di
kelas.
Faktor penyebab siswa tidak
disiplin belajar dapat dipengaruhi
oleh beberapa hal, yaitu dorongan
dari dalam diri siswa (intern) seperti

pengetahuan, kesadaran, ketaatan,
keinginan berprestasi dan latihan
berdisiplin. Sedangkan dorongan dari
luar siswa (ekstern) mencakup
lingkungan, alat pendidikan, teman,
saudara, kebiasaan dan pembinaan
patuh dan taat untuk melakukan
proses perubahan dari belum bisa
menjadi bisa, belum tahu menjadi
tahu, dari pengalaman, kebiasaan,
latihan bersifat menetap yang
meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Dengan kata lain
disiplin lebih mengarah pada aturanaturan sistematik yang dibuat untuk
kepentingan hidup bersama demi
tercapai suatu tujuan.
Untuk membentuk satu sikap
hidup, perbuatan dan kebiasaan
dalam mengikuti, mentaati dan
mematuhi peraturan yang berlaku,

orang
dapat
mengembangkannya
melalui
kesadaran diri dan kebebasan dirinya
dalam mentaati dan mengikuti aturan
yang ada. Menurut Arikunto
(1990:155), “Peraturan dan tata tertib
merupakan dua hal yang sangat
penting bagi kehidupan sekolah

sebagai sebuah organisasi yang
menyelenggarakan
pendidikan”.
Untuk menjaga berlakunya peraturan
dan
tata
tertib
diperlakukan
kedisiplinan dari semua personil

sekolah.
Untuk mengantisipasi masalah
disiplin belajar siswa yang rendah
terus terjadi, maka perlu diberikan
suatu teknik untuk membimbing
siswa dalam upaya meningkatkan
disiplin belajar dan siswa dapat
secara sadar berkeinginan untuk
mengubah
perilakunya
sendiri,
khususnya disiplin belajar yang
rendah. Sehingga diharapkan dengan
teknik pengubahan perilaku maka
siswa dapat menggantinya dengan
perilaku
yang
benar
guna
meningkatkan disiplin belajarnya.

Maka teknik atau strategi yang
berfungsi untuk mengubah perilaku
adalah
dengan
menggunakan
pendekatan behavior. Salah satunya
adalah dengan menggunakan strategi
Pengelolaan Diri.
mengetahui
perbedaan
yang
signifikan antara ketidak disiplinan
belajar siswa sebelum dan sesudah
pemberian strategi Pengelolaan Diri.
Disiplin Belajar
Disiplin belajar adalah suatu
kondisi yang tercipta dan terbentuk
melalui proses dari serangkaian
perilaku seseorang yang sesuai
dengan peraturan atau tata tertib

untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru sebagai hasil
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi dengan lingkungannya
(Arikunto, 1990).
Menurut Prijodarminto (1994)
disiplin
adalah
kondisi
yang
menunjukkan ketaatan, kepatuhan,
keteraturan, ketertiban, yang tercipta
melalui binaan keluarga, pendidikan
di sekolah dan pengalaman individu.

Berdasarkan pemaparan di
atas, penelitian dimaksudkan untuk
memecahkan

masalah
yang
dirumuskan
dalam
pertanyaan
berikut “Apakah penggunaan strategi
Pengelolaan Diri efektif digunakan
sebagai tehnik untuk meningkatkan
disiplin belajar siswa?”. Untuk lebih
memudahkan dalam pemecahan
masalah, maka rumusan masalah
dijabarkan secara lebih operasional
lagi, yaitu “Apakah tingkat disiplin
belajar siswa dapat meningkat secara
signifikan
sesudah
pemberian
strategi Pengelolaan Diri?”
Tujuan umum yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah

untuk
menguji
keefektifan
penggunaan strategi Pengelolaan Diri
untuk meningkatkan disiplin belajar
siswa. Sedangkan tujuan khusus
dalam penelitian ini adalah untuk
memperoleh
penjelasan
dan
memperoleh data empirik serta

Sedangkan belajar menurut Speare
(dalam Suradi, 1991) adalah
pengamatan, membaca, mencatat,
mencobanya sendiri, mendengarkan,
pengalaman dan mengikuti petunjuk.
Berdasarkan pengertian diatas,
dapat disimpulkan bahwa disiplin
belajar dalam penelitian ini adalah
suatu kondisi yang tercipta dan
terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku seseorang yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
dan keteraturan berdasarkan acuan
nilai
moral
individu
melalui
pengamatan,
membaca,
mendengarkan
dengan
tujuan
memperoleh perubahan perilaku
yang
baru
sebagai
hasil
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Siswa yang memiliki disiplin
belajar tinggi akan belajar dengan

baik,
teratur
sehingga
akan
menghasilkan prestasi yang baik.
Faktor-faktor
belajar
turut
berpengaruh terhadap tingkat disiplin
individu. Menurut Suryabrata (1998)
faktor-faktor yang mempengaruhi
disiplin belajar adalah sebagai
berikut: 1) 1. Faktor ekstrinsik,
faktor non-sosial, seperti keadaan
udara, suhu udara, waktu, tempat dan
alat-alat yang dipakai untuk belajar.
faktor sosial, terdiri atas lingkungan
keluarga, lingkungan masyarakat dan
lingkungan kelompok. 2) faktor
intrinsik, faktor psikologi, seperti
minat, bakat, motivasi, konsentrasi,
dan kemampuan kognitif. faktor
fisiologis,
seperti
pendengaran,
penglihatan, kesegaran jasmani,
keletihan, kekurangan gizi, kurang
tidur, dan sakit yang diderita.

dipaksakan orang lain, jadi pusat
pengendalian berada di luar diri.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perilaku
disiplin, yaitu: 1) dorongan dari
dalam manusia (intern), antara lain:
pengetahuan, kesadaran, ketaatan,
keinginan berprestasi, dan latihan
berdisiplin. 2) dorongan dari luar
manusia (ekstern), antara lain:
lingkungan, alat pendidikan, teman,
saudara, kebiasaan dan pembinaan
dari rumah, sarana yang menunjang,
pengawasan, hukuman, nasehat dan
sebagainya.
Strategi Pengelolaan Diri
Strategi Pengelolaan Diri adalah
suatu
proses
dimana
konseli
mengarahkan perubahan tingkah laku
mereka
sendiri,
dengan
menggunakan satu strategi atau
kombinasi
strategi.
Indikatorindikator strategi Pengelolaan Diri

Terbentuknya perilaku disiplin
siswa tidak lepas dari dorongandorongan yang mempengaruhinya.
Menurut Barus (2002) Ada 2 hal
yang
mempengaruhi
perilaku
disiplin, yaitu dorongan yang
datangnya dari dalam diri manusia
dan dari luar diri manusia. Pertama,
dorongan yang datangnya dari dalam
diri manusia itu sendiri yaitu
pengetahuan,
kesadaran,
dan
kemauan untuk berbuat disiplin.
Dengan disiplin yang datangnya dari
dalam maka pusat pengendalian
berada pada pribadi siswa akan
muncul dengan keinginannya sendiri.
Kedua, dorongan yang datangnya
dari luar manusia yaitu, berupa
larangan,
pengawasan,
pujian,
ancaman, hukuman dan sebagainya
untuk berbuat disiplin. Dalam
disiplin yang datangnya dari luar
sebenarnya
disiplin
yang
adalah Pemantauan Diri adalah
upaya Konseli untuk mengamati diri
sendiri, mencatat sendiri tingkah laku
tertentu (pikiran, perasaan dan
tindakan) tentang dirinya dan
interaksinya
dengan
peristiwa
lingkungan. Pengendalian Diri yaitu
merancang sebelumnya antecedent
atau isyarat pedoman atau petunjuk
untuk menambah atau mengurangi
tingkah laku, dan Penghargaan Diri
yakni pemberian hadiah pada diri
sendiri, setelah tercapainya tujuan
yang
diinginkan.
Dalam
mengarahkan perubahan tingkah laku
ini digunakan kombinasi antara
ketiganya, tetapi tidak ada satupun
dari strategi ini yang sepenuhnya
bebas dari pengaruh variabel
lingkungan
(Nursalim,
2005).
Watson & Tharp (1989) (dalam
Singgih, 1992) menggunakan istilah
pengarahan diri (Self-Directed) yang
pada dasarnya sama saja dengan

penguasaan diri (Self-Control) atau
pengaturan diri.
Cormier (1995) mengemukakan
beberapa faktor penting yang
mempengaruhi efektifitas strategi
pengelolaan diri yaitu: 1) Suatu
kombinasi strategi, sebagian terfokus
pada tingkah laku anteseden dan
sebagian pada konsekuen. 2)
Konsisten dari penggunaan strategi
selama periode waktu tertentu.
Kesungguhan dari konseli untuk
membuktikan dan melaksanakan
evaluasi diri dan penetapan tujuan
dengan standar yang tinggi tetapi
terjangkau. 1) Penggunaan penguat
dari dalam, lisan, maupun penguat
yang bersifat materi, 2) Tingkat
dukungan dari luar maupun dari
dalam lingkungan.
Sedangkan menurut Soekadji
(1983), fungsi pengelolaan diri yaitu
dapat mengatasi beberapa problem
dalam kehidupan sehari-hari.
Dari pendapat di atas penulis
menyimpulkan bahwa fungsi strategi
pengelolaan diri adalah sebagai
strategi yang dapat membantu
seseorang
untuk
memecahkan
berbagai masalah dengan mengelola
diri sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab dalam kehidupan
sehari-hari.
Menurut Cormier (1985), bentuk
latihan strategi Pengelolaan Diri ada
3 antara lain:
a. Pemantauan Diri
Pemantauan diri adalah
proses
dimana
konseli
mengobservasi dan mencatat
segala sesuatu tentang dirinya
dan interaksinya dengan situasi
lingkungan.
Thoersen
dan
Mahoney (dalam Cormier, 1985)
Memberi
langkah-langkah
dalam pemantauan diri yaitu
rasional
strategi,
memilih
respon, memetakan respon,

Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang
mempengaruhi
efektifitas
strategi Pengelolaan Diri adalah
adanya kesungguhan dari konseli
untuk
membuktikan
dan
melaksanakan evaluasi diri dan
penetapan tujuan dengan standart
yang tinggi dan mendapatkan
dukungan dari luar atau dari dalam
lingkungan.
Menurut Cormier (1985) fungsi
strategi Pengelolaan Diri adalah
sebagai strategi bantuan bagi
seseorang untuk dapat mengelola
dirinya sehingga mampu untuk
megendalikan maupun menciptakan
realitas kehidupan sesuai dengan
misi dan tujuannya.
memepertunjukkan data, dan
mengaplikasikannya.
b. Pengendalian Rangsangan
Menurut Kanfer (dalam
Cormier, 1985) pengendalian
rangsangan digunakan sebagai
susunan
awal
kondisi
lingkungan
itu
tidak
meningkatkan
terwujudnya
perilaku
yang
diinginkan.
Sedangkan menurut Cormier
(1985), mengemukakan prinsip
penggunaan
pengendalian
rangsangan
yaitu
dapat
digunakan untuk mengurangi
perilaku-perilaku yang tidak
diinginkan dan dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku
yang diinginkan.
c. Penghargaan diri
Menurut Cormier (1985),
prosedur
penghargaan
diri
digunakan untuk membantu
klien mengatur dan menguatkan
tingkah laku mereka sesuai
konsekuensi
yang
telah
ditetapkan. Sedangkan menurut
Heffernan dan Richads (dalam

Cormier, 1985), penghargaan
diri adalah mampu menguji diri
sendiri secara tersembunyi atau
memberikan hal-hal yang positif
kepada
diri
sendiri
atas
peningkatan yang dirasakan
berhubungan dengan perubahan
diri.
Penghargaan diri digunakan
pada sasaran subyek ketika
pelaksanaanya
diikuti
oleh
respon yang telah ditargetkan.
Penghargaan diri terdiri dari
empat komponen utama yaitu:
pemilihan
penghargaan,
penentuan waktu, penghargaan,
dan
perencanaan
untuk
memelihara perubahan diri.
Keempat komponen tersebut
merupakan bagian yang terpadu
dari prosedur penghargaan diri.
Metode
Penelitian ini dilaksanakan di
SMP Negeri 3 Kamal Bangkalan.
Adapun subjek penelitian adalah
siswa kelas VIII B di SMP Negeri 3
Kamal Bangkalan yang memiliki
disiplin belajar rendah setelah diberi
Pre test. Diketahui terdapat 5 orang
siswa di kelas VIII B SMP Negeri 3
Kamal
Bangkalan
yang
terindentifikasi mengalami disiplin
belajar rendah. Tehnik pengumpulan
data
yang
digunakan
dalam
penelitian ini berupa angket, Angket
merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan mengadakan
komunikasi dengan sumber data.
Dalam penelitian ini metode analisis
data yang digunakan adalah analisis
statistik. Hal ini disebabkan data yang
dikumpulkan berupa angka atau
bilangan (penelitian kuantitatif). Karena
data yang disajikan berbentuk ordinal
dan berdistribusi normal yang artinya
subyek dalam penelitian ini kurang dari
25, yaitu terdapat 5 subyek (N=5) yang

akan mendapatkan perlakuan. Maka
dalam penelitian ini digunakan teknik
analisis data statistik non parametrik.
Menurut Siegel (1998) “Jika sampelnya
kecil, hanya tes non parametrik yang
bisa digunakan”.
Teknik
analisis
non
parametrik yang digunakan untuk

menguji hipotesis dalam penelitian
ini adalah Sign test (uji tanda).
Karena penelitian ini sampelsampelnya saling berkorelasi dan
datanya berbentuk ordinal (data yang
berupa peringkat atau rangking yaitu
rendah, sedang dan tinggi). Menurut
Sugiono (2008) yang menyatakan
Sign test (uji tanda) dilakukan untuk
penelitian
yang
sampelnya
berkorelasi dan data yang dihasilkan
berbentuk
ordinal,
analisis
dinyatakan dalam bentuk-bentuk
tanda-tanda, yaitu positif (+) dan
tanda negatif (-). Uji tanda dapat
digunakan
untuk
mengetahui
keefektifan suatu perlakuan. Yakni
dengan didasarkan pada tanda (+)
dan (-). Tanda ini didapat dari selisih
nilai pengamatan. Bentuk selisih
antara 2 perlakuan dapat dilihat (XY) misal perolehan hasil (X>Y)
maka dapat kita beri tanda positif (+)
dan bila sebaliknya (X