ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA P

1

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA
PADA KARANGAN SISWA SMK PGRI 01 SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting. Sebagai alat
komunikasi, bahasa memegang peranan penting bagi hubungan manusia. Dengan
bahasa tersebut, orang mudah berhubungan dengan orang lain. Memang, manusia
dapat memakai media-media lain seperti, video, dan bahkan situs internet atau
isyarat untuk menjalin kontak komunikasi. Akan tetapi, sarana-sarana komunikasi
tersebut kurang, bahkan tidak efektifkarena tidak menjamin timbulnya hubungan
timbal balik secara leluasa antar pihak-pihak yang berinteraksi. Oleh karena itu,
bahasa tetap dipilih sebagai media komunikasi terbaik dari alat-alat komunikasi
yang lain tersebut. Sejalan dengan pernyataan tersebut, bahwa dengan bahasa
manusia saling dapat menyampaikan informasi yang berupa pikiran, gagasan,
maksud, perasaan, dan emosi secara langsung (Finoza, 2002:2).
Tarigan (1990:7) menelaskan bahwa ketrampilan berbahasa terdiri dari
empat keterampilan, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara,
keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Menulis merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang digunakan komunikasi secara tidak langsung, tidak

secara temu muka dengan orang lain. Keterampilan menilis diberikan siswa seak
menginjak sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah atas (SMA). Meskipun
sedah bertahun-tahun keterampilan menulis diberikan kepada siswa, akan tetapi
masih banyak siswa yang merasa kesulitan saat diberi tugas membuat karangan
oleh guru.
Hafera (2003:7) berpendapat bahwa mengarang merupakan kegiatan yang
mudah dilakukan oleh siapapun apabila kegiatan mengarang dilakukan secara
rutin. Orang yang suka mengarang secara rutin semakin lama akan menambah
perbendaharaan kata menjadi bervariasi. Belajar mengarang melatih seseoarang
untuk mengutarakan ide-ide atau pilihannya dengan menyusun kata dengan urut

2

untuk memudahkan pembaca memahami isi tulisan. Kesalahan bahasa tulis yang
terjadi pada siswa dapat dilihat saat guru memberi tugas mengarang.
Kesalahan berbahasa dapat diklarifikasikan berdasarkan tataran linguistik,
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana (Tarigan, 1997:48). Dari
batasan-batasan di atas, diketahui bahwa menulis diperlukan kemampuan
menggunakan tata bahasa dan keterampilan erbahasa yang baik dan benar,
sehingga penulis dapat lebih mudah mengungkapkan segala ide, gagasan, ataupun

peristiwa yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Akan tetapi, dalam kegiatan
tulis-menulis masih banyak siswa yang menggunakan kalimat yang tidak efektif.
Banyak penilaian yang diberikan terhadap pengajaran bahasa Indonesia terutama
penggunaan kalimat efektif dalam karangan siswa belum mencapai hasil yang
memuaskan. Hal tersebut karena keterbatasan penguasaan kosakata dan
ketidakcermatan penggunaan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar
sehingga menimbulkan kesalahan berbahasa.
Setyawati (2010:10) menjelaskan bahwa dalam perkembangan bahasa
Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah mulai dari sekolah dasar
sampai perguruan tinggi merupakan mata pelajaran yang bersifat umum, sehingga
dalam proses penyampaiannya tidak hanya terbatas dalam interaksi belajar
mengajar, tetapi setiap siswa atau mahasiswa dituntut untuk mengembangkan
bahasa Indonesia secara luas.
Untuk mencapai tujuan pengajaran bahasa seperti yang telah diuraikan di
atas, hendaknya guru lebih banyak memberikan latihan dalam melibatkan siswa
dalam situasi berbahasa dalam artian bahwa guru harus memberikan latihanlatihan dan contoh-contoh penggunaan bahasa yang baik dan benar. Salah satu di
ataranya memisahkan suku kata atau cara penulisan kata bahasa Indonesia.
Penulisan kata ini sangat penting dalam bahasa Indonesia, karena dalam berbahasa
sering kata dasar mengalami perubahan karena mendapat imbuhan, pengulangan,
penggabungan. Untuk dapat memahami seluk beluk penulisan kata maka siswa,

guru dituntut lebih kreatif dalam proses belajar mengajar.

3

Sehubungan dengan latar belakang pemikiran di atas, maka penulis perlu
mengadakan penelitian tentang kesalahan berbahasa Indonesia pada karangan
siswa. Dengan hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan dasar pemikiran untuk
menyusun pengajaran bahasa Indonesia pada umumnya, dan program berbahasa
Indonesia yang baik dan benar.
Adapun yang menjadi pertimbangan penulis menganalisis kesalahan
berbahasa Indonesia pada karangan siswa sebagai objek penelitian, karena masih
banyak siswa yang masih kurang memahami bagaimana berbahasa Indonesia yang
baik dan benar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah untuk
penelitian ini adalah bagaimanakah menganalisis kesalahan berbahasa Indonesia
pada karangan siswa SMK PGRI 01 Semarang Tahun Pelajaran 2014/ 2015?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa

Indonesia pada karangan siswa SMK PGRI 01 Semarang tahun pelajaran 2014/
2015.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini meliputi manfaat teoretis dan manfaat praktis.
Kedua manfaat itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.

Manfaat Teoretis
a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang bahasa.
b. Sebagai bentuk penerapan dan penjelasan secara sederhana tentang teori
yang berkaitan dengan kesalahan berbahasa Indonesia.

2.

Manfaat Praktis
a. Bagi Guru

4

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru sebagai bahan referensi

yang sangat mendukung untuk memperluas tentang kesalahan berbahasa
Indonesia.
b. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang analisis
kesalahan berbahasa Indonesia dan mendorong siswa untuk rajin menulis
khususya membuat karangan.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak menimbulkan salah tafsir atau pengertian dalam memahami
judul “Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Pada Karangan Siswa SMK PGRI
01 Semarang tahun pelajaran 2014/ 2015”, maka perlu dijelaskan istilah pokok
yang terdapat dalam judul, yaitu :
1.

Analisis
Analisis adalah Penyelidikan terhadap sesuatu peristiwa (karangan,
perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui kedaan yang sebenarnya
(Poerwadarminta, 1991:37).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:58) analisis adalah
penyelidikan terhadap suatu karangan untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya.


2.

Kesalahan berbahasa
Kesalahan merupakan kata turunan dari kata salah yang mendapat
awalan ke- dan akhiran –kan sehingga membentuk kata nomina. Setyawati
(2010:13) menjelaskan bahwa kata salah diantonimkan dengan betul, artinya
apa yang dilakukan tidak betul, tidak menurut norma, tidak menurut aturan
yang ditentukan. Jika kesalahan ini dikaitkan dengan penggunaan kata, maka
termasuk kesalahan dalam pemakaian kata.

5

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1207)
dijelaskan bahwa kesalahan merupakan kalimat nomina yang bermakna
perihal salah; kekeliruan; kealpaan (Sutrisno, 2008:6).
Kesalahan berbahasa adalah bagian konversi atau komposisi yang
menyimpang dari beberapa norma baku (norma terpilih) dari performentasi
bahasa orang dewasa (Tarigan, 1990:141).
3.


Karangan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:506) karangan adalah
hasil dari mengarang yang melukiskan suatu gagasan yang lebih terperinci
sehingga apa yang dilaporkan hidup dan tergambar dalam imajinasi karangan
secara obyektif, karangan yang terbentuk berdasarkan pembagian logis pokok
karangan. Disebutkan pula bahwa narasi adalah pengisian suatu cerita atau
kejadian.
Karangan adalah hasil dari penjabaran suatu gagasan secara resmi dan
teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan (Finoza, 2002:184), atau
dengan kata lain, karangan merupakan sarana untuk mengungkapkan fakta,
perasaan, sikap ide, dan pikiran secara jelas dan efektif kepada para pembaca.

F.

Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi berjudul Analisis Kesalahan Pemenggalan

Suku Kata Pada Karangan Narasi Siswa SMK PGRI 01 Semarang Tahun
Pelajaran 2014/ 2015 adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan berisi tentang judul, latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan
istilah, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II Landasan Teori. Pada bab ini mengungkapkan prinsip-prinsip dari
suatu teori yang dapat menggambarkan langkah dan arah analisis atau teori yang
menjadi dasar untuk menganalisis pemenggalan suku kata.

6

Bab III Metode Penelitian. Metode penelitian mengungkapkan pendelatan
penelitian, variabel penelitian, populas dan sampel, teknik pengumpulan data,
intrumen penelitian, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan pembahasan. Bagian penelitian dan
pembahasan ini mengungkapkan: deskripsi data (memaparkan data yang
terkumpul), uji persyaratan data, uji hipotesis, dan pembahasan.
Bab V Penutup. Bagian penutup ini berisi simpulan dan saran.
Dibagian akhir dicantumkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

7


BAB II
LANDASAN TEORI
A. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia
Menurut Tarigan (1997:168) menjelaskan bahwa analisis kesalahasan
berbahasa merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses maka ada prosedur yang
harus diikuti sebagai pedoman kerja. Prosedur itu terdiri dari beberapa tahap,
yaitu: memilih korpus bahasa, mengenali kesalahan, menjelaskan kesalahan, dan
mengevaluasi kesalahan.
Setyowati (2010;130 menelaskan dalam bahasa Indonesia terdapat
beberapa kata yang artinya bernuansa dengan kesalahan yaitu; penyimpangan,
pelanggaran, dan kekhilafan. Keempat kata itu dapat dideskripsikan artinya
sebagai berikut.
1.

Kata salah diantonimkan dengan kata betul, artinya apa yang dilakukan tidak
betul, tidak menurut norma, tidak menurit aturan yang ditentukan.

2.

Kata penyimpangan dapat diartikan menyimpang dari norma yang telah

ditetapkan.

3.

Kata pelanggaran terkesan negatif karena penmakai bahasa dengan penuh
kesadaran tidak mau menurut norma yang telah ditentukan, sekalipun dia
mengetahui bahwa yang dilakukan berakibat tidak baik.

4.

Kata kekhilafan, merupakan proses psikologis yang dalam hal ini menandai
seseorangkhilaf menerapkan teori atau norma bahasa yang ada pada dirinya,
khilaf mengakibatkan sikap keliru memakai.
Tarigan (dalam Setyawati, 2010:19) menjelaskan bahwa kesalahan

berbahasa dalam bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi :

8

1.


Berdasarkan tataran linguistik, kesalahn berbahasa dapat diklasifikasikan
menjadi: kesalahan berbahasa di bidang fonologi, morfologi, sintaksis (frasa,
klausa, dan kalimat), semantik, dan wacana.

2.

Berdasarkan kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa dapat
diklasifikasikan

menjadi

kesalahan

berbahasa

menyimak,

berbicara,

membaca, dan menulis.
3.

Berdasarkan saran atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud
kesalahan berbahasa secara lisan dan secara tertulis.

4.

Berdasarkan penyebab kesahan tersebut terjadi dapat diklasifikasikan menjadi
kesalahan berbahasa karena pengajaran, dan kesalahan berbahasa karena
interferensi.

5.

Kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya dapat diklasifikasikan
atas kesalahan berbahasa yang paling sering, sering, sedang, kurang, dan
jarang terjadi.

B. Macam-macam Kesalahan Berbahasa Indonesia
1.

Kesalahan berbahasa tataran fonologi
Fonologi berhubungan dengan tata bunyi. Oleh karena itu kesalahan

fonologi berhubungan dengan pelafalan (ragam lisan) dan penulisan bunyi-bunyi
bahasa (ragam tulis) (Muslich, 2010:1).
Setyowati (2010:25) menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia
dalam tataran fonologi dapat terjadi baik panggunaan bahasa secara lisan maupun
tulis. Sebagian besar kesalahan berbahasa Indonesia dalam tataran fonologi
berkaitan dengan pelafalan. Bila kesalahan pelafalan itu dituliskan, maka
terjadilah kesalahan berbahasa dalam ragam tulis. Beberapa gambaran kesalahan

9

palafalan yang meliputi: (a) Perubahan fonem, (b) Penghilangan fonem, dan (c)
Penambahan fonem.
a. Perubahan Fonem Vokal
1) Fonem /a/ dilafalkan menadi /ê/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

akta

aktê

masjid

mesjêd

pedas

pedês

2) Fonem /a/ dilafalkan menadi /i/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

mayat

mayit

moral

moril

3) Fonem /a/ dilafalkan menadi /o/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

musala

musola

ramadan

romadon

4) Fonem /ê/ dilafalkan menadi /a/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

ritmê

ritma

10

sêbab

sabab

5) Fonem /é/ dilafalkan menadi /i/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

magnét

magnit

siréne

sirine

6) Fonem /i/ dilafalkan menjadi /é/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

keliru

keléru

nasihat

naséhat

7) Fonem /0/ dilafalkan menjadi /u/, mislnya:
Lafal baku
khotbah
rohani

lafal tidak baku
khutbah
ruhani

8) Fonem /u/ dilafalkan menadi /e/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

truk

trek

plus

ples

9) Fonem /u/ dilafalkan menadi /o/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

11

saus

saos

guncang

goncang

b. Perubahan Fonem Konsonan
1) Fonem /b/ dilafalkan menjadi /p/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

nasib

nasip

sabtu

saptu

2) Fonem /d/ dilafalkan menjadi /t/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

murid

murit

sujud

sujut

3) Fonem /f/ dilafalkan menadi /p/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

negatif

negatip

paraf

parap

4) Fonem /g/ dilafalkan menadi /j/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

religius

relijius

regional

rejional

12

5) Fonem /g/dilafalkan menjadi /h/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

magnet

mahnet

pragmatis

prahmatis

6) Fonem /j/ dilafalkan menjadi /g/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

manajer

manager

manajemen

managemen

7) Fonem /j/ dilafalkan menjadi /y/, mislanya:
Lafal baku

lafal tidak baku

objek

obyek

subjek

subyek

8) Fonem /k/ dilafalkan menjadi /c/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

maskulin

masculin

vokal

vocal

9) Fonem /k/ dilafalkan menadi /h/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

teknik

tehnik

13

teknologi

tehnilogi

10) Fonem /n/ dilafalkan menadi /ng/,misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

ransel

rangsel

pankreas

pangkreas

11) Fonem /p/ dilafalkan menadi /f/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

napas

nafas

paham

faham

12) Fonem /q/ dilafalkan menjadi /k/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

musabaqah

musabakah

quran

kuran

13) Fonem /s/ dilafalkan menjadi /t/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

rasio

ratio

rasional

rational

14) Fonem /v/ dilafalkan menjadi /f/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

14

motivasi

motifasi

vakum

fakum

15) Fonem /v/ dilafalkan menjadi /p/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

November

nopember

vitamin

pitamin

16) Fonem /y/ dilafalkan menjadi /j/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

proyek

projek

yuridis

juridis

17) Fonem /z/ dilafalkan menjadi /d/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

mazhab

madhab

nazar

nadar

18) Fonem /z/ dilafalkan menjadi /j/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

izin

ijin

rezeki

rejeki

19) Fonem /z/ dilafalkan menjadi /s/, misalnya:

15

Lafal baku

lafal tidak baku

protozoa

protosoa

razia

rasia

20) Fonem /z/ dilafalkan menjadi /y/, misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

takziah

takyiah

zamrud

yamrud

21) Fonem /k/ dilafalkan menadi konsonan ain (yang dilambangkan
dengan’ ), misalnya:
Lafal baku

lafal tidak baku

makna

ma’na

makmur

ma’mur

c. Perubahan fonem vokal menadi fonem

d.

16

G. Metode Penelitian
1.

Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK PGRI 01 Semarang tahun

pelajaran 2014/ 2015.
2.

Pendekatan Penelitian
Berdasarkan data penelitian, pendekatan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah pendekatan deskripstif kualitatif. Penelitian kualitatif yang bersifat
deskripstif kualitatif yaitu bahwa data yang diperoleh (berupa kata-kata, gambar,
perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik melainkan
tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari sekedar angka
atau frekuaensi. Analisis data dilakukan dengan memberi pemaparan gambran
situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif (Rachman, 1993:112).
Alasan pemilihan pendekatan ini karena penelitian ini berkaitan dengan
data yang tidak berupa angka, melainkan berupa bentuk kesalahan berbahasa
khususnya pada pemenggalan suku kata pada karangan narasi siswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan dat-data
yang diperoleh dalam penelitian kesalahan berbahasa Indonesia pada karangan
siswa SMK PGRI 01 Semarang Tahun Pelajaran 2014/ 2015.
3.

Populasi dan Sampel

17

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1997:115).
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas XI SMK
PGRI 01 Semarang Tahun Pelajaran 2014/ 2015 yang terdiri dari 2 kelas.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
1997:117). Sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari
populasi (Hadi, 1992:54). Sampel akan diambil dari sebagian jumlah populasi
penelitian, yakni siswa kelas XI SMK PGRI 01 Semarang Tahun Pelajaran 2014/
2015 yang terpilih.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik cluster random
sampling, yakni teknik pengambilan dengan membagi populasi menjadi beberapa
kelompok atau cluster, kemudian diambil secara acak untuk dijadikan sampel.
Dari pendapat di atas bahwa cluster random sampling adalah teknik
penagmbilan sampel dengan memberikan peluang yang sama pada setiap
kelompok atau kelas pada populasi. Oleh karena itu pada penelitian ini akan
diambil secara acak salah satu sebagai sampel penelitian. Kelas XI SMK PGRI 01
Semarang Tahun Pelajaran 2014/ 2015 yang terpilih sebagai sampel penelitian.

4.

Sumber Data Penelitian
Sumber data adalah subyek darimana data dapat diperoleh. Sedangkan

data adalah hasil pencatatan penelitian, baik berupa fakta ataupun angka
(Arikunto, 2012:109). Sumber data adalah karangan siswa kelas XI SMK PGRI
01 Semarang Tahun Pelajaran 2014/ 2015.
Adanya sumber data dalam suatu penelitian sangat mutlak keberadaannya.
Di dalam sumber data tersebut terdapat data yang dianalisis untuk menjawab
permasalahan. Data-data yang diperoleh dalam penelitData-data yang diperoleh

18

dalam penelitian ini adalah kalimat dalam karangan siswa yang di dalamnya
terdapat kesalahan pemenggalan suku kata.
5.

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan data. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
melalui tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi kemampuan
atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Arikunto, 2006:150). Tes dalam
penelitian ini digunakan untuk menjaring data kesalahan pada karangan siswa. Tes
yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah tes pembuatan karangan
narasi oleh siswa sesuai kaidah bahasa Indonesia yang disempurnakan.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah
metode simak. Metode simak adalah penyediaan data yang dilakukan dengan
menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133).
Cara kerja pengumpulan daatanya adalah dengan cara penulis membaca
atau menyimak berulang-ulang karangan siswa, kemudian mencatat data-data
kesalahan pemenggalan suku kata yang dilakukan siswa.

6.

Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data,

pada tahapan analisis para peneliti berupaya meneliti langsung permasalahan yang
terkandung dalam data. Penanganan itu tampak adanya tindakan mengamati yang
segera diikuti dengan membedah atau menguraikan masalah yang bersangkutan
dengan cara tertentu (Sudaryanto, 1993:13).
Metode yang digunakan dalam analisis penelitian ini adalah metode agih
(Sudaryanto, 1993:13). Metode agih adalah metode yang pelaksanaannya dengan

19

menggunakan unsur penentu yang berupa unsur-unsur bahasa itu sendiri
(Sudaryanto, 1993:15). Metode agih dilaksanakan dengan teknik dasar Bagi
Unsur Langsung (BUL), yaitu membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa
bagian atau unsur-unsur yang bersangkutan di pandang sebagai bagian yang
langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud.
Teknik lanjutan yang digunakan dalam teknik dasar Bagi Unsur Langsung
(BUL) yaitu:
a. Teknik lesap digunakan untuk membuktikan kadar keintian suatu
konstitusi antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Teknik
lesap dilaksanakan dengan melesapkan (melesapkan, menghilangkan,
menghapuskan, mengurangi) unsur tertentu suatu lingual yang
bersangkutan (Sudaryanto, 1993:42).
b. Teknik ganti digunakan untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau
kategori unsur terganti dengan unsur pengganti (Sudaryanto, 1993:48).
7.

Teknik Penyajian Hasil Analisis
Penyajian hasil analisis dalam penelitian menggunakan metode penyajian

informal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa
walaupun dengan termonologi teknis sifatnya (Sudaryanto, 1993:145).