INTEGRASI PRINSIP PRINSIP LINGKUNGAN GLO
TUGAS HUKUM LINGKUNGAN
INTEGRASI PRINSIP – PRINSIP LINGKUNGAN GLOBAL DALAM REGULASI
ISAKH BENYAMIN MANUBULU
NIM. 1516051189
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan yang Maha Esa
karena atas perlindungan dan bimbingannya, Penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah
ini dengan lancar. Pada dasarnya pembuatan makalah ini bertujuan untuk memberikan kajain
terhadap INTEGRASI PRINSIP – PRINSIP LINGKUNGAN GLOBAL DALAM
REGULASI. Disamping semua itu, salah satu alasan yang mendasari pembuatan makalah ini
adalah karena makalah ini akan dijadikan prasyarat bagi kami untuk mengikuti Ujian Tengah
Semester Hukum Lingkungan yang telah kami pelajari sebelumnya.
Hukum lingkungan secara etimologis diartikan sebagai seperangkat aturan yang yang mengatur
tentang tatanan lingkungan (lingkungan hidup), dimana lingkungan mencangkup semua benda
dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya yang terdpat dalam
ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup jasad – jasad hidup
lainnya. Obyek kajian hukum lingkungan mencangkup segala sesuatu yang ada dalam sebuah
lingkungan tertentu serta implikasi dari aktifitas manusia terhadap lingkungan.
Akhir kata kami ingin mengucapkan trimakasih kepada bapak I Ketut Sudiarta, SH., MH
sebagai dosen Hukum adat yang telah melunangkan waktu untuk membaca dan mengoreksi
makalah kami. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak keterbatasan dalam pembuatan
makalah ini, dikarenakan hal tersebut maka kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang
membangun dari bapak serta para pembaca sehingga kami dapat menyempurnakannya di lain
waktu.
Denpasar, Oktober 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia dikarenakan faktor globalisasi memberikan dampak yang sangat baik
di berbagai sektor diantaranya Ilmu Politik, Ekonomi, sosial, Budaya, Hukum, HAM
Nasional. Dalam konteks ini, perubahan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik atau
positif namun di salah satu pihak, perkembangan juga memberikan suatu dampak negatif
yakni jika dilihat dari segi IPTEK dengan masuknya teknologi – teknologi modern,
membuat manusia lebih cenderung untuk hidup instan dengan mengesampingkan berbagai
faktor yang mana memberikan dampak yang lebih buruk terhadap lingkungan. Katakan
saja polibek, yang merupakan wujud atau terobosan baru di dunia perindustrian dan
pertanian yang diharapkan dapat mengurangi sampah plasitik karena polibek merupakan
hasil daur ulang dari sampah plastik, namun bagaimana dengan kenyataannya? Solusi
tersebut justru menjadi suatu permasalahan baru yakni menimbulkan kerugian yang
berkepanjangan.
Mengantisipasi masalah tersebut, dibentuklah suatu Konfrensi yang membahas bagaimana
cara menanggulangi permasalahan lingkungan hidup di era modern dengan menggunakan
upaya yang bersifat solutif berkepanjangan. Upaya tersebut juga bertujuan untuk
membangun kestabilan atau (suistinable development) agar dapat memperbaiki
permasalahan dari kesalahan yang ditimbulkan. Menurut Susan Smith ada 4 hal yang perlu
dicapai oleh suatu negara dalam proses optimalisasi pembangunan yakni (1) Pemeliharaan
hasil – hasil yang dicapai secara berkelanjutan atas sumber daya yang dapat dibaharui, (2)
Menggantikan sumber daya alam yang bersifat jenuh, (3) Pemeliharaan sistem – sistem
pendukung ekologis, dan (4) Pemeliharaan atas keanekaragaman hayati. Hal tersebut
dihayati oleh pemerintah Indonesia dengan meratifikasi Undang – Undang Nomor 11 tahun
2013 tentang Konfrensi Roterdam dan Undang – Undang Nomor 11 tahun 2013 tentang
Pengesahan Protokol Nagoya. Pembahasan kali ini akan menitikberatan pada integrasi dari
prinsip – prinsip lingukungan hidup yang disepakati dalam konfrensi rio de Jeneiro sebagai
pedoman dalam penjabaran makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah integrasi prinsip- prinsip lingkungan global dalam dalam hukum
nasional indonesia?
1.2.2 Bagaimana implementasinya terhadap regulasi di Indonesia?
1.3 Pendekatan Masalah
Proses pembuatan makalah ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif (qualitative
research) yang disokong dengan metode kajian pustaka (Library Research) yang mana isu
– isu terkait penerapan hukum alam di Indonesia dikaji dari segi penerapannya dan
menggunakan beberapa teory hukum untuk menjelaskan relevansi dari Isu tersebut dengan
manusia modern Indonesia masa kini. Obyek dari Kajian pustaka itu sendiri adalah buku –
buku yang memiliki kaitan yang erat dengan tema atau materi yang kami angkat sehingga
dapat menambah nilai kebenaran dari karya ilmiah itu sendiri.
1.4 Tujuan Penulisan
Adapula tujuan penulisan dari makalah ini diantaranya adalah :
1.4.1 Menganalisa pelaksanaan pilar Konferensi Rio De Janerio yang terintegrasi dalam
hukum nasional Indonesia.
1.4.2 Memberikan contoh dari realisasi undang – undang lingkungan Hidup dalam
bentuk sebuah regulasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisa Masalah
2.2.1 Integrasi Prinsip- Prinsip Lingkungan Global
Kata “integrasi” diartikan sebagai suatu wujud pelaksanaan dari suatu program yang
mana jika dikaitkan dengan “Prinsip – Prinsip Lingkungan” maka dapat disimpulkan
bahwa Integrasi Prinsip – Prinsip Lingkungan Global berbicara tentang bagaimana cara
mewujudkan suatu kesepakatan Internasional berkenaan dengan lingkungan hidup dan
prinsip – prinsip yang telah disepakati. Dalam pelaksanaannya, prinsip – prinsip
lingkungan global telah diwujudnyatakan dalam hukum positif di Indonesia namun
diatur dalam instrumen hukum yang lebih rendah dituangkan dalam legislasi maupun
regulasi. Prinsip – prinsip lingkungan global terdiri dari1 :
(a) Kedaulatan atas kekayaan alam dan tanggung jawab untuk tidak mengakibatkan
kerugian terhadap lingkungan negara lain atau terhadap wilayah di Luar yurisdiksi
Nasional
(b) Prinsip pencegahan dalam deklarasi Stocholm , Prinsip Deklarasi Rio dan putusan
arbitrase dalam kasus trail smalter.
(c) Prinsip sustainable development atau stabilitas pembangunan yang berupaya untuk
dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang
(d) Prinsip keadilan antar generasi negara yang diratifikasi dalam Undang – Undang
Nomor 32 Tahun 2009 dst.
Memaknai arti dari prinsip – prinsip lingkungan global tersebut, saya mencoba untuk
menjabarkan bentuk – bentuk perjanjian internasional serta prinsip yang terkandung
didalamnya dengan melihat dari segi ratifikasi perjanjian internasional itu sendiri
diantaranya :
1
Abdurrahman, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1990.
(1)
Prinsip of Preventif Action (Prinsip Tindakan Pencegahan)
Prinsip of Preventif Action (Prinsip Tindakan Pencegahan) merupakan suatu
prinsip yang memberikan pandangan bahwa perlu dilakukan tindakan pencegahan
dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup sehingga bisa mewujudkan suatu
pembangunan yang berkelanjutan dengan menguntungkan segala pihak di segala
generasi. Prinsip pencegahan dini (precautionary principle) secara teoretis atau
praktis mengandung makna bahwa apabila terdapat ancaman atau adanya ancaman
kerusakan lingkungan yang tidak dapat dipulihkan, ketiadaan pembuktian ilmiah
yang konklusif dan pasti, tidak dapat dijadikan alasan menunda upaya-upaya untuk
mencegah terjadinya kerusakan lingkungan tersebut.2
PERATURAN
NO
PERUNDANG –
RUMUSAN PASAL
ANALISA
“setiap orang berhak sejahtera lahir batin,
Prinsip pencegahan yang dimaksud dalam hal ini,
bertempat
mendapatkan
jika dikaitkan dengan Konstitusi maka akan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
ditemukan fakta yakni setiap orang berhak untuk
berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.
hidup dalam suatu lingkungan baik dan sehat
“untuk menegakan dan melindungi hak asasi
dalam upaya mendapatkan perlindungan terhadap
manusia sesuai dengan prinsip negara hukum
hak asasi manusia yang optimal maka setiap orang
yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi
berhak untuk melaksanakan prinsip – prinsip
manusia
lingkungan
UNDANGAN
1.
UUD
28 H ayat (1)
28 I ayat (5)
tinggal
manusia
dan
dijamin,
diatur,
dan
hidup
dengan
cara
mencegah
dituangkan dalam peraturan perundang –
terwujudnya suatu pencemaran atau kerusakan
udangan”
lingkungan sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam pasal 28 J UUD 1945.
Berdasarkan rumusan dari Pasal 5 Ketetapan MPR
TAB MPR
a.
2
Tab MPR No.
Pasal 5
Nomor IX / MPR / 2001, tertuang frasa
IX/MPR/2001
Memelihara keberlanjutan yang dapat memberi
“Memelihara”, frasa ini memiliki banyak arti
tentang
manfaat yang optimal, baik untuk generasi
karena bersifat abstrak, sehingga kata memelihara
Pembaharuan
sekarang maupun generasi mendatang, dengan
bisa juga dikaitkan dengan upaya pencegahan
Agrarian dan
tetap memperhatikan daya tampung dan
terhadap kerusakan lingkungan. Peran aktif untuk
Pengelolaan
dukung lingkungan
mencegah pencemaran dari pemerintah dan
Sumber Daya
masyarakat secara tidak langsung dijabarkan
Alam
dalam pasal ini
Syamsuhardi Bethan Penerapan Prinsip-Prinsip Hukum Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup Dalam Aktivitas
Industri Nasional: Sebuah Upaya Penyelamatan Lingkungan Hidup dan Kehidupan Antar Generasi, Alumni,
Bandung, 2008., hlm. 95.
PERPU/UU
Pasal 40 ayat (3) Pengelolaan lingkungan hidup
Upaya
Undang – Undang
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berupa
lingkungan secara tegas ditekan dalam pasal ini,
Nomor
22 Tahun
kewajiban untuk melakukan pencegahan dan
hal tersebut dikarenakan adanya suatu tujuan yang
tentang
penanggulangan pencemaran serta pemulihan
ingin dicapai yakni dengan mewujudkan suatu
Minyak Dan Gas
atas terjadinya kerusakan lingkungan hidup,
pemulihan terhadap lingkungan hidup yang akhir –
Bumi
termasuk
akhir ini menjadi suatu permasalahan dikarenakan
2001
kewajiban
pascaoperasi
pencegahan
terhadap
pencemaran
adanya eksploitasi hutan secara ilegal, pembakaran
pertambangan.
hutan, pertambangan liar dst.
PP
BAB III PENGENDALIAN PENCEMARAN
Pencemaran lingkungan direalisasikan dalam
Peraturan
UDARA Bagian Kesatu – Umum Pasal 16
berbagai hal salah satunya adalah pencemaran
Pemerintah Nomor
Pengendalian pencemaran
udara
41
pencegahan dan penanggulangan pencemaran,
bermotor, pembakaran bahan – bahan kimia yang
tentang
serta
dengan
dikhawatirkan dapat merusak lapisan ozon.
Pengendalian
melakukan inventarisasi mutu udara ambien,
Mengantisipasi hal demikian maka pemerintah
Pencemaran Udara
pencegahan sumber pencemar, baik dari
memberlakukan suatu program melalui Peraturan
sumber
Pemerintah
Tahun
1999
pemulihan
bergerak
mutu
maupun
udara
meliputi
udara
sumber
tidak
dikarenakan
polutan
dalam
upaya
dari
kendaraan
mewujudkan
bergerak termasuk sumber gangguan serta
pengendalian terhadap pencemaran udara yang
penanggulangan keadaan darurat.
terjadi dalam berbagai bentuk, sehingga dapat
menekan presentasi pencemaran lingkungan di
Indonesia.
PERPRES
Peraturan Presiden
Sebagai realisasi Keputusan Presiden Nomor
Dunia menanggapi pencemaran sebagai suatu hal
Republik Indonesia
23 Tahun 1992 tentang Pengesahan Vienna
yang fatal sebab efek dari pencemaran itu sendiri
Nomor 33 Tahun
Convention for the Protection of the Ozone
yang
2005
Layer dan Montreal Protocol on Substances
tersebut maka diselenggarakan berbagai bentuk
Pengesahan
that Deplete the Ozone Layer as Adjusted and
perjanjian internasional dalam bentuk konfensi,
Beijing Amendment
Amended by the Second Meeting of the Parties
deklarasi, kongres dst.
To The Montreal
London, 27 - 29 June 1990 (Lembaran Negara
menanggapi hal tersebut sebagai suatu upaya yang
Protocol
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 50);
memiliki nilai kegunaan dan manfaat yang nyata
Substances
Tentang
On
That
berkesinambungan.
Mengantisipasi
hal
Presiden Indonesiaa
jika dapat direalisasi secara optimal, menggapi hal
Deplete The Ozone
Keputusan Presiden Nomor 92 Tahun 1998
tersebut maka presiden mengeluarkan suatu
Layer (Amendemen
tentang Pengesahan
Montreal Protocol on
Peraturan Presiden yang sifatnya mengatur secara
Beijing
Atas
Substances that Deplete the Ozone Layer,
umum – abstrak, berbeda halnya dengan keputusan
Protokol
Montreal
Copenhagen, 1992 (Protokol Montreal tentang
yang
Tentang
Bahan-
Zat-zat
Presiden
Bahan
Merusak
Ozon )
Yang
Lapisan
yang
Copenhagen,
Merusak
1992)
Lapisan
(Lembaran
Ozon,
Negara
Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 105);
bersifat
juga
individual
konkrit.
memperkuat
Peraturan
substansi
dari
perjanjian internasional yang pernah disepakati.
PERDA PROV
Peraturan Daerah
BAB III Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal
Prinsip
Provinsi Nusa
11 ayat (2) Setiap orang atau badan usaha
substansi dari Peraturan Daerah Tingkat Provinsi
Tenggara Timur
wajib
dan
Nusa Tenggara Timur dengan mengharuskan
Nomor 3 Tahun
memulihkan pencemaran dan atau perusakan
upaya pencegahan dilakukan tidak hanya oleh
2006 tentang
terhadap lingkungan hidup.
pemerintah tetapi juga masyarakat (setiap orang)
mencegah,
menanggulangi
Pengendalian
pencegahan
juga
dijadikan
sebagai
maupun badan usaha.
Lingkungan Hidup
PERDA KAB
Perda
Kabupaten
Bab I Ketentuan Umum Nomor 23 Sistem
Pencegahan dilaksanakan melalui pengendalian
Timor Tengah Utara
tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan
penanggulangan kecelakaan akibat pengelolaan
Nomor
Tahun
yang dilakukan dalam rangka pengendalian
sampah, sebab di beberapa daerah di Provinsi
tentang
yang meliputi pencegahan dan penanggulangan
Timor Tengah Utara belum ditemukan suatu
kecelakaan akibat pengelolaan sampah yang
sistem pengelolaan sampah terpadu.
4
2011
Pengurangan
Sampah
Rumah
Tanggah
dan
Sampah
Sejenis
Sampah
Rumah
tidak benar.
Tangga
(2)
Prinsip Pencemar Membayar (Polluter – Pay principle)
Prinsip Pencemar Membayar (Polluter – Pay principle) adalah sebuah prinsip yang
lahir dengan dilatarbelakangi oleh pemikiran ekonomis sehingga prinsip ini sering
dikatakan sebagai prinsip ekonom lingkungan hidup. Prinsip ini berpandangan
bahwa pihak yang menimbulkan kerugian harus memberikan ganti rugi kepada
pihak yang merasa dirugikan sehingga dapat mengimbangi kerugian yang
diberikan kepada salah satu pihak. Prinsip ini berangkat dari suatu keadaan,
penggunaan sumber--sumber lingkungan hidup, merupakan kecenderungan dari
dorongan pasar. Akibatnya, kepentingan yang selama ini tidak terwakili dalam
komponen pengambilan keputusan dalam menentukan harga pasar tersebut
diabaikan dan menimbulkan kerugian bagi mereka. Masyarakat yang menjadi
korban dari kerusakan lingkungan, tidak memiliki suatu mekanisme untuk
memaksa kelompok untuk membayar kerugian bagi kerusakan tersebut kecuali
pengadilan3.
3
Mas Ahmad Santosa, Aktualisasi Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan Dalam Sistem dan Praktik Hukum
Nasional, Artikel Jurnal Hukum Lingkungan, ICEL, Jakarta, 1996, hlm. 13.
PERATURAN
PERUNDANG –
NO
RUMUSAN PASAL
ANALISA
UNDANGAN
1.
Pasal 28 I ayat (5) berkorelasi
UUD
28 I ayat (5)
“Untuk menegakan dan melindungi hak asasi
dengan prinsip poluter pay, sebab
manusia sesuai dengan prinsip negara yang
dalam
demokratis,
asasi
menjamin hak asasi manusia untuk
manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam
setiap warga negaranya namun
peraturan perundang – undangan”
apabila
maka
pelaksanaan
hak
pelaksanaannya
ada
yang
negara
melanggar
ketentuan yang ditetapkan, maka
akan dikenakan sanksi denda yang
ditetapkan oleh peraturan perundang
– undangan lain atau instrumen
hukum yang lebih rendah dari
Undang – Undang Dasar 1945
TAB MPR
Tab MPR No. IX/MPR/2001
Pasal 3
Suatu penjelasan secara ringkas
tentang Pembaharuan Agrarian
Pengelolaan sumberdaya alam yang terkandung
dapat
dan Pengelolaan Sumber Daya
di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara
pasal ini yang mana Pemegang
Alam
optimal,
Kedaulatan Rakyat tertinggi (MPR)
adil,
berkelanjutan
dan
ramah
lingkungan.
disimpulkan
berdasarkan
merumuskan suatu ketetapan yang
memiliki
substansi
pengelolaan
Pasal 6
secara optimal dan adil (pasal 3)
Menyusun strategi pemanfaatan sumberdaya
serta
alam yang didasarkan pada optimalisasi manfaat
mengoptimalisasikan SDA (pasal
dengan memperhatikan kepentingan dan kondisi
6). Ketetapan MPR ini memberikan
daerah maupun nasional.
dasar hukum yang kuat bagi para
menyusun
pihak
dalam
stategi
upaya
dalam
pemberian
sanksi bagi para pencemar sebab
sanksi merupakan suatu strategi
administratif.
PERPU/UU
Bab X Larangan Pasal 29
Denda
Undang - Undang Nomor 18
Peraturan daerah kabupaten/kota sebagaimana
sebagaimana dimuat dalam rumusan
Tahun 2008 tentang Pengelolaan
dimaksud pada ayat (3) dapat menetapkan sanksi
pasal tersebut ditetapkan secara
Sampah
pidana
terhadap
tegas bagi para piha yang melanggar
pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud
ketentuan huruf e, f, dan g dalam
pada ayat (1) huruf e (membuang sampah tidak
Undang – Undang RI Nomor 18
pada
tahun 2008 tentang Pengelolaan
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2008
kurungan
tempat
yang
atau
telah
denda
ditentukan
dan
disediakan), huruf f (melakukan penanganan
Sampah
terhadap
pelanggar
sampah dengan pembuangan terbuka di tempat
pemrosesan akhir) dan huruf g (membakar
sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan
teknis pengelolaan sampah)
PP
Bagian Kedua Ganti Kerugian Pasal 50 ayat (1)
Substansi pasal 50 PP Nomor 82
Peraturan Pemerintah Republik
Setiap perbuatan melanggar hukum berupa
Tahun 2001 berkorelasi dengan
Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
pencemaran dan atau perusakan lingkungan
prinsip
Tentang Pengelolaan Kualitas
hidup yang menimbulkan kerugian pada orang
mewajibkan
Air
lain
penanggung jawab pelaksana suatu
Dan
Pengendalian
atau
lingkungan
hidup,
mewajibkan
polluter
pay
sebab
kepada
atau
kegiatan
para
Pencemaran Air
penanggung jawab usaha dan atau kegiatan untuk
usaha
untuk
Presiden Republik Indonesia
membayar ganti kerugian dan atau melakukan
membayar kerugian atas limbah atau
tindakan tertentu.
kerusakan yang ditimbulakn akibat
usahanya.
Memberikan perhatian lebih proses
PERPRES
Peraturan
Presiden
Republik
lalulintas peredaran minyak bumi
Indonesia Nomor 47 Tahun 2005
mentah (besel) dengan memuat
Tentang
Pengesahan
beberapa
The
Basel
kesediaan untuk membayar kerugian
Convention On The Control Of
terhadap jalur yang dilewati oleh
Transboundary Movements
kapal pengangkut minyak mentah
Of Hazardous Wastes And Their
dalam upaya melakukan konserfasi
Disposal
kembali oleh pihak di negara yang
Amendment
To
(Amendemen Atas
Konvensi
Basel
ketentuan
berupa
Tentang
berwenang sebab tercemarnya jalur
Pengawasan Perpindahan Lintas
yang dilewati oleh kapal pengangkut
Batas Limbah Berbahaya Dan
minyak mentah.
Pembuangannya)
PERDA PROV
BAB XVIII LARANGAN DAN SANKSI
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa
Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Bagian Kedua Sanksi Pasal 51 ayat (1) Setiap
Barat memberikan sanksi tegas bagi
Barat Nomor 20 Tahun 2014
orang yang melakukan pelanggaran terhadap
para pencemar dengan mengenakan
Tentang Pengelolaan Daerah
ketentuan pengelolaan DAS, dikenakan sanksi
sanksi administratif sebagaimana
Aliran Sungai
administratif dan sanksi pidana sesuai ketentuan
esensi dari prinsip polluter pay, hal
peraturan perundang-undangan.
ini memiliki korelasi yang erat.
PERDA KAB
BAB XIV SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 32
Pemungutan uang secara paksa
Peraturan Daerah Kabupaten
Kepala
bahkan
Malang Nomor 10 tahun 2010
administratif kepada pengelola sampah yang
merupakan sanksi yang dikenakan
tentang Pengelolaan Sampah
melanggar
kepada para pencemar berdasarkan
Daerah
dapat
ketentuan
menerapkan
persyaratan
sanksi
yang
pencabutan
ijin
usaha
ditetapkan dalam perizinan berupa :
Perda Kabupaten Malang, hal ini
a. uang paksa; dan/atau
dianggap merupakan imbalan yang
b. pencabutan izin usaha.
tegas bagi mereka yang mencemari
lingkungan
(3) Prinsip Keadilan Intragenerasi (The Principle of Intrageneration Equity)
Prinsip Keadilan Intragenerasi (The Principle of Intrageneration Equity) merupakan suatu
prinsip yang mengemukakan bahwa pengelolaan lingkungan hidup harus dilakukan secara
berkesinambungan sehingga dapat memberikan suatu dampak kepada suatu generasi di
masa itu. Prinsip ini menurut Prof. Ben Boer, menunjuk kepada gagasan bahwa masyarakat
dan tuntutan kehidupan dalam satu generasi, memiliki hak dalam kemanfaatan sumbersumber alam dan kenikmatan atas lingkungan yang bersih dan sehat.4
PERATURAN
PERUNDANG –
NO
RUMUSAN PASAL
ANALISA
UNDANGAN
1.
UUD
“setiap orang berhak sejahtera lahir batin,
Pasal
28 H ayat (1)
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan
sejahtera lahir dan batin tidak hanya
hidup yang baik dan sehat serta berhak
seharusnya dirasakan semua orang
memperoleh pelayanan kesehatan”.
dalam
“Segala
Pasal 27 ayat (1)
warga
negara
bersamaan
ini
menyatakan
suatu
bahwa
generasi
tanpa
memandang istilah “kecuali” sebab
dan
ditekankan lagi dalam pasal 27 ayat
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
(1) bahwa setiap warga negara
pemerintahan itu dengan tidak terkecuali”
bersamaan kedudukannya di depan
kedudukannya
di
dalam
hukum
hukum dikarenakan hal tersebut
maka rasa nyaman dan tentram
terhadap lingkungan hidup harus
dirasakan oleh segala pihak dalam
suatu generasi.
TAB MPR
Pasal 3
Rumusan pasal dalam ketetapan
Tab MPR No. IX/MPR/2001
Pengelolaan sumberdaya alam yang terkandung
MPR ini bertujuan untuk memenuhi
tentang Pembaharuan Agrarian
di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara
unsur
dan Pengelolaan Sumber Daya
optimal,
mewujudkan
Alam
lingkungan.
terhadap sumber daya alam dan
Pasal 5
lingkungan
Memelihara keberlanjutan yang dapat memberi
berkelanjutan (Pasal 5), yang mana
manfaat yang optimal, baik untuk generasi
dampaknya dapat dirasakan oleh
sekarang maupun generasi mendatang, dengan
seluruh kalangan masyarakat
adil,
berkelanjutan
dan
ramah
tetap memperhatikan daya tampung dan dukung
lingkungan
4
Dikutip dari NHT. Siahaan, op., cit., hlm. 74.
adil
(Pasal
suatu
3)
dan
pemanfaatan
hidup
yang
PERPU/UU
Dalam upaya terwujudnya keadilan
Undang - Undang Nomor 23 Pasal 4 huruf (c) bahwa sasaran pengelolaan
Tahun
1997
tentang lingkungan
hidup
adalah
terjaminnya
Pengelolaan
Lingkungan
kepentingan generasi masa kini dan generasi
Hidup
antar generasi di masa sekarang
masa depan
peraturan perundang – undangan
maupun masa depan, pemerintah
Indonesia
terkait
merumuskan
pengelolaan
suatu
lingkungan
hidup, hal ini dapat dikaitkan
dengan prinsip intragenerasi sebab
terdapat kalimat “Generasi masa
kini” sehingga dapat dikatakan
berkorelasi
dengan
prinsip
intragenerasi
Pertimbangan
PP
akan
pengelolaan
PERATURAN PEMERINTAH
Konsideran : bahwa untuk mencegah terjadinya
racun berbahaya dan beracun tidak
REPUBLIK
INDONESIA
dampak yang dapat merusak lingkungan hidup,
dimuat secara eksplisit dalam pasal
NOMOR 74 TAHUN 2001
kesehatan manusia, dan makhluk hidup lainnya
– pasal PPRI Nomor 74 tahun 2001
TENTANG
diperlukan pengelolaan bahan berbahaya dan
namun dalam konsideran dimuat
BAHAN BERBAHAYA DAN
beracun
tentang
BERACUN
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
PENGELOLAAN
secara
terpadu
sesuai
dengan
Pencegahan
terhadap
dampak yang akan dirasakan oleh
mahluk hidup (manusia, hewan dan
tumbuhan), dikarenakan hal tersebut
maka
berdasarkan
penulis,
hal
diklasifikasikan
pertimbangan
tersebut
dalam
dapat
prinsip
intragenerasi maupun antargenerasi.
Peraturan
PERPRES
PERATURAN
REPUBLIK
presiden
memberikan
PRESIDEN
landasan hukum bagi beberapa
INDONESIA
persetujuan internasional yang pada
NOMOR 33 TAHUN 2005
awalnya
TENTANG
bentuk keputusan presiden. Tentu
BEIJING
PENGESAHAN
AMENDMENT
TO
hanya
tertuang
dalam
saja hal ini berindikasi pada suatu
THE MONTREAL PROTOCOL
tindakan
ON
THAT
terhadap hak – hak dari generasi
DEPLETE THE OZONE LAYER
sekarang maupun generasi yang
(AMENDEMEN
BEIJING
akan datang, karena merupakan
PROTOKOL
sebuah peraturan, maka tingkat
SUBSTANCES
ATAS
MONTREAL
BAHAN-BAHAN
TENTANG
YANG
MERUSAK LAPISAN OZON)
perlindungan
keberlakuannya
adalah
hukum
umum
sehingga setiap subyek hukum wajib
untuk menaatinya.
PERDA PROV
PERATURAN
DAERAH
PROVINSI
NUSA
BAB I KETENTUAN UMUM
Prinsip intragenerasi merupakan suatu prinsip yang
PASAL I
berkorelasi dengan perlindungan hukum kepada
upaya
generasi yang hidup pada suatu masa di kalangan
TENGGARA TIMUR NOMOR
memelihara keberadaan serta
manapun sehingga bisa dikatakan memiliki kaitan
4 TAHUN 2007 TENTANG
keberlajutan keadaan, sifat dan
dengan prinsip intragenerasi.
PENGELOLAAN
fungsi ekologis sumber daya
WILAYAH
PESISIR DAN LAUT
Konservasi
adalah
pesisir agar senantiasa tersedia
dalam kondisi yang memadai
untuk
memenuhi
manusia
dan
kebutuhan
makluk
hidup
lainnya, pada waktu sekarang
dan yang akan datang
PERDA KAB
BAB I KETENTUAN UMUM
Berdasarkan penjelasan Peraturan daerah kabupaten
PERATURAN
DAERAH
P
2
Bantul 12 Tahun 2015 Tentang Perlindungan Dan
KABUPATEN
BANTUL
PPLH dilaksanakan berdasarkan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dimuat beberapa
NOMOR 12 TAHUN 2015
asas :
asas diantaranya adalah asas kesejahtraan sosial dan
TENTANG PERLINDUNGAN
a. tanggungjawab daerah;
kelestarian serta kelanjutan, jika melihat dari sudut
DAN
b. kelestarian dan keberlanjutan;
pandang asas kelestarian dan keberlanjutan maka
c. keserasian dan keseimbangan;
disimpulkan bahwa SDA tidak hanya untuk
d. kesejahteraan sosial;
masyarakat yang hidup di suatu generasi dan jika
e. keterpaduan;
kita menyimpulka dari sudut pandang tanggung
f. manfaat;
jawab daerah maka dapat disimpulkan bahwa suatu
g. kehatian-hatian;
daerah wajib memberikan perlindungan hukum
h. keadilan;
terhadap
i. ekoregion;
mengoptimalisasi
j. keanekaragaman hayati;
mengkaitkan asas – asas tersebut maka akan
k. pencemar membayar;
didapatkan suatu kesimpulan bahwa tanggung jawab
l. partisipatif; dan
dari daerah untuk mewujudnkan suatu keserasian
m. kearifan lokal.
dan keseimbangan pengelolaan lingkungan hidup
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
A
S
A
L
suatu
generasi
hak
–
dengan
haknya.
Jika
cara
kita
yng adil dan sejahtera bagi generasi saat ini maupun
generasi yang akan datang.
(4)
Prinsip Pencegahan Dini ( The Precautionary Principle)
Prinsip Pencegahan Dini ( The Precautionary Principle) merupakan salah satu bentuk
prinsip yang menyatakan bahwa sekalipun tidak ditemukan suatu kegiatan ilegal, namun
setiap pihak berwenang dan berkewajiban untuk melindungi dan menciptakan suatu
lingkungan hidup. Prinsip pencegahan dini (precautionary principle) secara teoretis atau
praktis mengandung makna bahwa apabila terdapat ancaman atau adanya ancaman
kerusakan lingkungan yang tidak dapat dipulihkan, ketiadaan pembuktian ilmiah yang
konklusif dan pasti, tidak dapat dijadikan alasan menunda upaya-upaya untuk mencegah
terjadinya kerusakan lingkungan tersebut.5
PERATURAN
PERUNDANG –
NO
RUMUSAN PASAL
ANALISA
UNDANGAN
1.
UUD
a.
28 H ayat (1)
Dengan
dimuatnya
ketentuan
“setiap orang berhak sejahtera lahir batin,
sebagaimana
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan
Instrumen hukum tertinggi dalam
hidup yang baik dan sehat serta berhak
negara,
memperoleh pelayanan kesehatan”.
berupaya untuk mempertahankan
diatur
maka
bahkan
dalam
pemeritah
mencegah
dapat
terjadinya
penyelewenang atau unrealisasi dari
suatu sunbstansi.
TAB MPR
b.
Tab MPR No.
Pasal 3
Pencegahan dilakukan dengan cara
IX/MPR/2001 tentang
Pengelolaan sumberdaya alam yang terkandung
melaksanakan pemanfaatan sumber
Pembaharuan Agrarian dan
di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara
daya yang ramah lingkungan dan
Pengelolaan Sumber Daya
optimal,
sebagaimana
Alam
lingkungan.
adil,
berkelanjutan
dan
ramah
dipaparkan
pasal 6, pemanfaatan sumber daya
alam
dilakukan
dengan
Pasal 6
memperhatikan kepentingan dan
Menyusun strategi pemanfaatan sumberdaya
kondisi yang memungkinkan adanya
alam yang didasarkan pada optimalisasi manfaat
pencegahan apabila melebihi batas
dengan memperhatikan kepentingan dan kondisi
pemakaian.
daerah maupun nasional.
5
dalam
Erwin, Muhammad, Hukum Lingkungan dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan Hidup,
Bandung : P.T. Refika Aditama, 2008.
PERPU/UU
UU No. 22 Tahun 2001 tentang
Pasal 40 ayat (3) Pengelolaan lingkungan hidup
Secara
Minyak Dan Gas Bumi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berupa
“pencegahan” disebut dalam pasal
kewajiban untuk melakukan pencegahan dan
40 UU Nomor 20 tahun 2001 dalam
1
penanggulangan pencemaran serta pemulihan
upaya penanggulangan pencemaran
Tahun 2004 tentang Izin Bagi
atas terjadinya kerusakan lingkungan hidup,
serta pemulihan atas terjadinya
Perusahaan
Tambang
termasuk kewajiban pascaoperasi pertambangan.
kerusakan lingkungan hidup, dari
Melakukan
Kegiatan
hal inilah maka dapat disimpulkan
Kawasan
adanya suatu prinsip pencegahan.
Undang-Undang
Pertambangan
Nomor
di
langsung
nomenklatur
Hutan Lindung
PP
Peraturan Pemerintah Nomor 41
BAB III PENGENDALIAN PENCEMARAN
Sama
Tahun
UDARA
nomenklatur
Bagian Kesatu – Umum Pasal 16 Pengendalian
tegas disebutkan dalam pasal ini
pencemaran udara meliputi pencegahan dan
yang
penanggulangan pencemaran, serta pemulihan
pelaksanaan
mutu udara dengan
pencegahan
1999
tentang
Pengendalian Pencemaran Udara
mutu
udara
melakukan inventarisasi
ambien,
pencegahan
sumber
hal
dengan
sebelumnya,
pencegahan
mana
secara
berindikasi
suatu
yang
pada
prinsip
direalisasikan
dalam pasal tersebut.
pencemar, baik dari sumber bergerak maupun
sumber
tidak
bergerak
termasuk
sumber
gangguan serta penanggulangan keadaan darurat.
PERPRES
Peraturan
Presiden
Republik
Sebagai Peenguat Keputusan Presiden Nomor 23
Mengantisipasi
Indonesia Nomor 33 Tahun 2005
Tahun
kerusakan terhadap lapisan ozon,
Tentang Pengesahan
Convention for the Protection of the Ozone Layer
pemerintah
Beijing Amendment To The
dan Montreal Protocol on Substances that
merealisasikan suatu peraturan yang
Montreal
On
Deplete the Ozone Layer as Adjusted and
pada
Substances That Deplete The
Amended by the Second Meeting of the Parties
mengikat kedalam karena normanya
Ozone
London, 27 - 29 June 1990 (Lembaran Negara
yang konkrit dalam bentuk sebuah
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 50);
keputusan
Protocol
Layer
(Amendemen
Beijing Atas Protokol Montreal
Tentang
Bahan-Bahan
Merusak Lapisan Ozon )
1992
tentang
Pengesahan
Vienna
Yang
terjadinya
suatu
indonesia
awalnya
hanya
bersifat
(beschiking),
diterjamahkan
kembali
dalam
Keputusan Presiden Nomor 92 Tahun 1998
bentuk suatu norma abstak yang
tentang Pengesahan
tidak mengikat kepada pihak – pihak
Montreal Protocol on
Substances that Deplete the Ozone Layer,
tertentu
Copenhagen, 1992 (Protokol Montreal tentang
masyarakat umum dan dijadikan
Zat-zat
sebagai
yang
Merusak
Lapisan
Ozon,
tetapi
juga
pedoman
kepada
terhadap
Copenhagen, 1992) (Lembaran Negara Republik
pembuatan instrumen hukum yang
Indonesia Tahun 1998 Nomor 105);
lebih rendah.
PERDA PROV
Peraturan Daerah Provinsi Nusa
BAB III Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal
Kata
Tenggara Timur Nomor 3
11 ayat (2) Setiap orang atau badan usaha wajib
mengarah pada prinsip pencegahan
Tahun 2006 tentang
mencegah, menanggulangi dan memulihkan
sehingga menjadi cerminan dari
Pengendalian Lingkungan
pencemaran
prinsip pencegahan dalam suatu
Hidup
lingkungan hidup.
dan
atau
perusakan
terhadap
mencegah
secara
jelas
norma hukum.
(5) Prinsip Intergenerasi
Prinsip ini mengemukakan bahwa negara dalam hal pelaksanaan pada pengelolaan
lingkungan terkait proses melestarikan dan menggunakan lingkungan serta sumber daya
alam bagi kemanfaatan generasi sekaang dan generasi yang akan datang. Prinsip
intergenerasi mengemukakan bahwa pemanfaatan sumber daya alam haruslah dilaksanakan
berkelanjutan/berkepanjangan tanpa mengurangi kemampuan salah satu generasi dalam
proses mengupayakan sumber daya yang tersedia.6
PERATURAN
PERUNDANG –
NO
RUMUSAN PASAL
ANALISA
UNDANGAN
1.
UUD
b.
28 H ayat (2)
Hal ini merupakan perwujudan dari
“setiap orang berhak mendapatkan kemudahan
suatu norma abstrak yang mana
dan
memprioritaskan
perlakuan
khusus
untuk
memperoleh
suatu
kesempatan dan manfaat yang sama guna
pembangunan berjangka panjang,
mencapai persamaan dan keadilan ”.
sehingga bisa dirasakan oleh semua
generasi.
6
pada
Hamzah, Andi, Penegakan Hukum Lingkungan, Jakarta : CV. Sapta Artha Jaya, 1997.
Substansi dari pasal 5 Tab MPR
TAB MPR
c.
Tab MPR No.
Pasal 5
Nomor IX/MPR/2001 secara jelas
IX/MPR/2001 tentang
Memelihara keberlanjutan yang dapat memberi
menyebutkan
Pembaharuan Agrarian dan
manfaat yang optimal, baik untuk generasi
Mendatang”
Pengelolaan Sumber Daya
sekarang maupun generasi mendatang, dengan
diterjamahkan
Alam
tetap memperhatikan daya tampung dan dukung
menggunakan suatu pola pikir yang
lingkungan
lebih sederhana ternyata merupakan
“Generasi
istilah
yang
jika
dengan
interpretasi
dari
prinsip
intergenerasi.
PERPU/UU
UU No. 22 Tahun 2001 tentang
BAB II Azas dan Tujuan Pasal 3 ayat (a)
Prinsip pembangunan berkelanjutan
Minyak Dan Gas Bumi
menjamin
dan
terwujud pada suatu yang konkrit
pengendalian kegiatan usaha Eksplorasi dan
dimana pemerintah merealisasikan
1
Eksploitasi secara berdaya guna, berhasil guna,
suatu peraturan yang mengatur dan
Tahun 2004 tentang Izin Bagi
serta berdaya saing tinggi dan berkelanjutan atas
membatasi
Perusahaan
Tambang
Minyak dan Gas Bumi milik negara yang
pemanfaatan sumber daya alam
Melakukan
Kegiatan
strategis
sehingga bisa dirasakan oleh seluruh
Kawasan
mekanisme yang terbuka dan transparan;
Undang-Undang
Pertambangan
Nomor
di
efektivitas
dan
tidak
pelaksanaan
terbarukan
melalui
segala
bentuk
generas di masa sekarang maupun
Hutan Lindung
masa yang akan datang.
PP
Dampak
kerusakan
lingkungan
Peraturan Pemerintah Nomor 27
Pasal 5 Kriteria mengenai dampak besar dan ditanggapi secara serius dengan
Tahun 1999 tentang Analisis
penting suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap
lingkungan hidup antara lain :
a. jumlah manusia yang akan terkena dampak;
b. luas wilayah persebaran dampak;
c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d. banyaknya komponen lingkungan lainnya
yang terkena dampak;
e. sifatnya kumulatif dampak;
f. berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya
menjabarkan
(irreversible) dampak.
bagi yang melakukan pelanggaran
Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup
dampak
yang
ditimbulkan oleh sebuah badan
usaha sebagaimana dimuat dalam
penjelasan
PP
dijelaskan
secara
No.
rinci
27/1999
sanksi
pidana, administrasi dan perdata
sebab
dapat
mempengaruhi
keseimbangan kehidupan di masa
depan.
Jelas
PERPRES
bahwa
tertuang
dalam
Republik
Konsideran : Menimbang bahwa untuk mencapai
konsideran Perpres Nomor 22 tahun
Indonesia Nomor 22 Tahun 2009
kondisi konsumsi pangan sebagaimana dimaksud
2009 tentang penganekaragaman
Tentang Kebijakan Percepatan
pada huruf b, perlu dilakukan percepatan
konsumsi pangan berbasis sumber
Penganekaragaman
Konsumsi
penganekaragaman konsumsi pangan berbasis
daya lokal secara terintegrasi dan
Pangan Berbasis Sumber Daya
sumber daya lokal secara terintegrasi dan
berkesinambungan berindikasi pada
Lokal
berkesinambungan
prinsip intergenerasi.
Peraturan
Presiden
PERDA PROVINSI
Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Bagian Kedua Asas
Barat Nomor 1 Tahun 2012
lingkungan
tentang Pengelolaan Lingkungan
Lingkungan dilaksanakan berdasarkan asas :
pasal
Hidup dan Penataan Lingkungan
a. tanggungjawab Daerah; Penjelasan “ Daerah
kesejahtraan
Hidup
menjamin pemanfaatan sumberdaya alam akan
masyarakat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
maupun masa depan.
hidup
Pasal 2 Pengelolaan
dan
penaatan
Hukum
Prinsip
intergenerasi
dapat
ditemukan ketika substansi dari
tersebut
memuat
dan
tentang
mutu
baik
hidup
generasi
kini
perlindungan
dan
kesejahteraan dan mutu hidup masyarakat, baik
generasi masa kini maupun generasi masa
depan”;
Pengawetan,
PERDA KAB
Peraturan Daerah Kabupaten
Purbalingga Nomor Nomor 02
Tahun 2014 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
BAB VI
PEMELIHARAAN
Pasal 38
Konservasi sumber daya alam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi
kegiatan:
a. perlindungan sumber daya alam;
b. pengawetan sumber daya alam; dan
c. pemanfaatan secara lestari sumber daya alam.
pemnafaatan ssumber daya alam
yang
dimaksud
adalah
untuk
mempertahankan nilai kegunaan dan
potensi penggunaan di masa yang
akan
datang
sehingga
tidak
mengurangi kesempatan dari salah
satu pihak untuk ikut merasakan
suatu sumber daya yang optimal.
(6) Sovoreign Rights and Environmental Responsibility
Prinsip ini mengharuskan agar pemerintah dan segenap warga negaranya berwajib untuk
melindungi lingkungan sebagai upaya pertanggungjawaban terhadap lingkungan demi
melindungi hak dari setiap mahluk hidup. Prinsip mengenai kedaulatan negara untuk
mengelola sumber daya alam tanpa mengesampingkan negara lain dalam hal ini, secara
langsung ditekankan pada realisasi dari suatu program haruslah tidak merugikan salah satu
pihak
PERATURAN
PERUNDANG –
NO
RUMUSAN PASAL
ANALISA
UNDANGAN
1.
UUD
Sebagai negara hukum tentunya
Pasal 1 ayat (3)
“Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.
Pasal 28 I ayat (4)
“perlindungan,
Indonesia harus dapat bertanggung
dan
jawab atas segala hal yang terjadi
pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
dan akan terjadi dalam negaranya,
jawab negara, terutama pemerintah”
disamping itu, dengan tegas dimuat
pemajuan,
penegakan,
bahwa pemerintah bertangungjawab
atas segala hal yang dilakukannya
serta
mengupayakan
adanya
keadilan dalam proses pelaksanaan
tugasnya tanpa mengesampingkan
kepentingan dari negara lain.
Frasa “adil” menjadi suatu titik paut
TAB MPR
d.
Tab MPR No.
Pasal 3
dalam perumusan pembahasan ini
IX/MPR/2001 tentang
Pengelolaan sumberdaya alam yang terkandung
sebab pemerintah indonesia sudah
Pembaharuan Agrarian dan
di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara
seharusnya mengoptimalkan suatu
Pengelolaan Sumber Daya
optimal,
keadaan dimana ada salah satu pihak
Alam
lingkungan.
adil,
berkelanjutan
dan
ramah
yang diuntungkan maupun salah
satu pihak yang dirugikan.
Bab I Ketentuan Umum Pasal 2 Konservasi
Seimbang dalam ketentuan undang
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
– undang RI nomor 5 tahun 1990
Indonesia Nomor 5 Tahun 1990
berasaskan
dan
adalah dengan mewujudkan suatu
Tentang
pemanfaatan sumber daya alam hayati dalam
pengelolaan yang efektif dan efisien
ekosistemnya secara serasi dan seimbang.
sehingga keuntungan bisa dirasakan
PERPU/UU
Undang-Undang
Daya
Republik
Konservasi
Alam
Hayati
Sumber
Dan
pelestarian
kemampuan
Ekosistemnya
tidak hanya pada salah satu pihak
saja melainkan pihak – pihak lain
juga bisa diuntungkan.
Ternyata tidak hanya diatur dalam
PP
Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup
Kriteria mengenai dampak besar dan penting
suatu usaha dan/atau
kegiatan terhadap lingkungan hidup antara lain :
a. jumlah manusia yang akan terkena dampak;
b. luas wilayah persebaran dampak;
c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d. banyaknya komponen lingkungan lainnya
yang terkena dampak;
e. sifatnya kumulatif dampak;
f. berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya
instrumen hukum yang lebih tinggi
(irreversible) dampak.
disinilah terbukti adanya sebuah
namun instrumen hukum yang lebih
rendah
juga
mewujudnyatakannnya
substasinya,
keuntungan
ikut
dalam
yang
dirasakan haruslah bisa diimbangi
dengan kerugian yang ditimbulkan
tanggung jawab.
Presiden indonesia berupaya untuk
PERPRES
Nomor 28 Tahun 2011 Tentang
Pasal 5 Perlindungan hutan adalah usaha untuk
mewujudnyatakan suatu keadilan
Penggunaan
Hutan
mencegah dan membatasi kerusakan hutan,
dalam pengelolaan sumber daya
Lindung Untuk Penambangan
kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan
alam
Bawah Tanah
oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran,
mempertahankan
daya-daya alam, hama dan penyakit serta
diplomasi dengan negara – negara
mempertahankan dan menjaga hak-hak negara,
tetangga dengan memberlakukan
masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan
Perpres 28 tahun 2011 sebagai
hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang
wujud tanggung jawabnya.
Kawasan
sehingga
bisa
tetap
hubungan
berhubungan dengan pengelolaan hutan
PERDA PROVINSI
Bab II Kewenangan Dan Tanggung Jawab
Istilah “tanggung jawab” bisa dilihat
Peraturan Daerah Provinsi
Pemerintah Daerah Bagian Kedua Tanggung
dalam pasal 6 ayat (1) Perda
Papua Nomor 6 Tahun 2008
Jawab Pasal 6 ayat (1) Pemerintah Daerah
Provinsi Papua dengan melakukan
Tentang
melakukan upaya pencegahan kerusakan dan
pencegahan terhadap kerusakan dan
Pelestarian Lingkungan Hidup
atau pencemaran
atau
pencemaran
terhadap
lingkungan hidup yang mana hal
tersebut
Sovoreign
berkorelasi
dengan
Rights
and
Environmental Responsibility
PERDA KAB
Salah satu wujud tanggung
jawab terhadap lingkungan dari
Nomor 8 Tahun 2005 Tentang berkewajiban
menumbuhkan
dan
pemerintah
kabupaten
Ketertiban, Kebersihan Dan mengembangkan kesadaran masyarakat akan Tanjungpinang
dengan
kesadaran
Keindahan Lingkungan
tanggung jawab kebersihan lingkungan melalui menumbuhkan
masyarakat tentang arti penting
bimbingan dan penyuluhan.
dari kebersihan lingkungan
Peraturan
Daerah
Kabupaten
Bab III Kebersihan Pasal 10 Pemerintah Daerah
2.2 Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Regulasi
Pengelolaan lingkungan hidup diimplementasikan oleh pemerintah dalam sebuah
regulasi diantaranya :
1. Peraturan Pemerintah Yogyakarta Nomor 18 tahun 2002 tentang Pengelolaan
Kebersihan Jo Peraturan Daerah Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2006 tentang
Perubahan Ketentuan Pidana Pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta
mengamanatkan dalam Bab V Etika Kebersihan Lingkungan Pasal 15 yang berisi “
Untuk menjamin terwujudnya kebersihan lingkungan secara menyeluruh dan terusmenerus, setiap warga masyarakat harus menyadari dan menghayati bahwa
kebersihan adalah sebagian dari iman serta membudayakan untuk menjaga
kebersihan lingkungannya baik secara sendiri-sendiri maupun secara gotongroyong”. Pasal ini secara tegas menjelaskan 2 prinsip yakni polluter pay principle
dan Sovoreign Rights and Environmental Responsibility
2. Peraturan Pemerintah Nomor 04 Tahun 2001 tentang Kebersihan dan Ketertiban
Umum Di Kabupaten Badung dalam rumusan BAB II Kebersihan dan Sarana
Kebersihan Pasal 2 bahwa setiap orang berkewajiban menjaga kebersihan umum.
Peraturan ini diklasifikasikan dalam prinsip keadilan antar generasi atau The
Principle of Intrageneration Equity
2.3 Partisipasi Masyarakat Dalam Upaya Menjaga Lingkungan
Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses
menjaga lingkungan hidup dan melakukan
prinsip – prinsip lingkungan global dengan
berbagai
tindakan
diantaranya
adalah
dengan membuat peringatan – peringatan di
beberapa tempat wisata terkait dengan
kegiatan membuang sampah sembarangan salah satunya adalah Gianyar, Monkey
Forest, Provinsi Bali, Indonesia. (Sumber Gambar : Dokumentasi Penulis, Gianyar,
Monkey Forest)
“Dilarang!! Berani Buang Sampah Disini, Nyawa Taruhannya, Dibacok Warga,
Jangan Salahkan Kami”. Sekilas merupakan suatu hal yang terkesan tidak etis
namun dalam usaha mewujudkan suatu pengelolaan lingkungan hidup yang
optimal, tindakan ini diklasifikasikan sebagai tindakan prefentif yang dilakukan
oleh
organisasi
masyarakat
.
(Sumber
:
Google
http://mblusuk.com/gambar/2013/rambu01/turen02.jpg )
Tindakan prefentif yang dilakukan oleh masyarakat berikutnya adalah dengan
membuat suatu poster yang bertuliskan “ BILA KAMU BERP ENDIDIKAN,
J ANG AN
BU ANG
D ISINI ”.
SAMP AH
Sumber
:
https://encryptedtbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS2XCA4yxsRuGo5de5Q6STn5u
i
x
f
F
G
3
0
c
Q
P
u
i
I
i
9
2
1
e
V
7
6
j
R
e
l
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Lingkungan merupakan suatu tempat bagi manusia dan mahluk hidup lain untuk
mempertahankan kehidupan dan mengusahakan segala kebutuhannya. Berdasarkan
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perlu adanya optimalisasi dalam pengelolahan
lingkungan sehingga kedepannya bisa terwujud suatu lingkungan hidup yang bersih
dan memberikan kenyamanan tidak hanya kepada beberapa pihak tetapi juga pihak –
pihak lain tanpa melihat kedudukan sosial maupun pendapatannya.
3.2 Saran
Sekiranya pencemaran lingkungan ini adalah masalah kita bersama, untuk itu selaku
insan manusia yang bertanggung jawab dan memegang teguh konsep keseimbangan
alam, maka sudah sepantasnya kita menjaga dan merawat lingkungan, mulai dari
lingkungan tempat tinggal kita sehingga nantinya akan tercipta lingkungan yang sehat.
3.3 Daftar Pustaka
Abdurrahman. 1990. Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia. Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti
Syamsuhardi Bethan. 2008. Penerapan Prinsip-Prinsip Hukum Pelestarian Fungsi Lingkungan
Hidup Dalam Aktivitas Industri Nasional: Sebuah Upaya Penyelamatan Lingkungan Hidup
dan Kehidupan Antar Generasi. Bandung : Alumni
Mas Ahmad Santosa. 1996. Aktualisasi Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan Dalam
Sistem dan Praktik Hukum Nasional, Artikel Jurnal Hukum Lingkungan. Jakarta : ICEL
NHT. Siahaan, op., cit., hlm. 74.
Erwin, Muhammad. 2008. Hukum Lingkungan dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan
Lingkungan Hidup. Bandung : P.T. Refika Aditama,
Hamzah, Andi. 1997. Penegakan Hukum Lingkungan, Jakarta : CV. Sapta Artha Jaya,
INTEGRASI PRINSIP – PRINSIP LINGKUNGAN GLOBAL DALAM REGULASI
ISAKH BENYAMIN MANUBULU
NIM. 1516051189
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan yang Maha Esa
karena atas perlindungan dan bimbingannya, Penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah
ini dengan lancar. Pada dasarnya pembuatan makalah ini bertujuan untuk memberikan kajain
terhadap INTEGRASI PRINSIP – PRINSIP LINGKUNGAN GLOBAL DALAM
REGULASI. Disamping semua itu, salah satu alasan yang mendasari pembuatan makalah ini
adalah karena makalah ini akan dijadikan prasyarat bagi kami untuk mengikuti Ujian Tengah
Semester Hukum Lingkungan yang telah kami pelajari sebelumnya.
Hukum lingkungan secara etimologis diartikan sebagai seperangkat aturan yang yang mengatur
tentang tatanan lingkungan (lingkungan hidup), dimana lingkungan mencangkup semua benda
dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya yang terdpat dalam
ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup jasad – jasad hidup
lainnya. Obyek kajian hukum lingkungan mencangkup segala sesuatu yang ada dalam sebuah
lingkungan tertentu serta implikasi dari aktifitas manusia terhadap lingkungan.
Akhir kata kami ingin mengucapkan trimakasih kepada bapak I Ketut Sudiarta, SH., MH
sebagai dosen Hukum adat yang telah melunangkan waktu untuk membaca dan mengoreksi
makalah kami. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak keterbatasan dalam pembuatan
makalah ini, dikarenakan hal tersebut maka kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang
membangun dari bapak serta para pembaca sehingga kami dapat menyempurnakannya di lain
waktu.
Denpasar, Oktober 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia dikarenakan faktor globalisasi memberikan dampak yang sangat baik
di berbagai sektor diantaranya Ilmu Politik, Ekonomi, sosial, Budaya, Hukum, HAM
Nasional. Dalam konteks ini, perubahan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik atau
positif namun di salah satu pihak, perkembangan juga memberikan suatu dampak negatif
yakni jika dilihat dari segi IPTEK dengan masuknya teknologi – teknologi modern,
membuat manusia lebih cenderung untuk hidup instan dengan mengesampingkan berbagai
faktor yang mana memberikan dampak yang lebih buruk terhadap lingkungan. Katakan
saja polibek, yang merupakan wujud atau terobosan baru di dunia perindustrian dan
pertanian yang diharapkan dapat mengurangi sampah plasitik karena polibek merupakan
hasil daur ulang dari sampah plastik, namun bagaimana dengan kenyataannya? Solusi
tersebut justru menjadi suatu permasalahan baru yakni menimbulkan kerugian yang
berkepanjangan.
Mengantisipasi masalah tersebut, dibentuklah suatu Konfrensi yang membahas bagaimana
cara menanggulangi permasalahan lingkungan hidup di era modern dengan menggunakan
upaya yang bersifat solutif berkepanjangan. Upaya tersebut juga bertujuan untuk
membangun kestabilan atau (suistinable development) agar dapat memperbaiki
permasalahan dari kesalahan yang ditimbulkan. Menurut Susan Smith ada 4 hal yang perlu
dicapai oleh suatu negara dalam proses optimalisasi pembangunan yakni (1) Pemeliharaan
hasil – hasil yang dicapai secara berkelanjutan atas sumber daya yang dapat dibaharui, (2)
Menggantikan sumber daya alam yang bersifat jenuh, (3) Pemeliharaan sistem – sistem
pendukung ekologis, dan (4) Pemeliharaan atas keanekaragaman hayati. Hal tersebut
dihayati oleh pemerintah Indonesia dengan meratifikasi Undang – Undang Nomor 11 tahun
2013 tentang Konfrensi Roterdam dan Undang – Undang Nomor 11 tahun 2013 tentang
Pengesahan Protokol Nagoya. Pembahasan kali ini akan menitikberatan pada integrasi dari
prinsip – prinsip lingukungan hidup yang disepakati dalam konfrensi rio de Jeneiro sebagai
pedoman dalam penjabaran makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah integrasi prinsip- prinsip lingkungan global dalam dalam hukum
nasional indonesia?
1.2.2 Bagaimana implementasinya terhadap regulasi di Indonesia?
1.3 Pendekatan Masalah
Proses pembuatan makalah ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif (qualitative
research) yang disokong dengan metode kajian pustaka (Library Research) yang mana isu
– isu terkait penerapan hukum alam di Indonesia dikaji dari segi penerapannya dan
menggunakan beberapa teory hukum untuk menjelaskan relevansi dari Isu tersebut dengan
manusia modern Indonesia masa kini. Obyek dari Kajian pustaka itu sendiri adalah buku –
buku yang memiliki kaitan yang erat dengan tema atau materi yang kami angkat sehingga
dapat menambah nilai kebenaran dari karya ilmiah itu sendiri.
1.4 Tujuan Penulisan
Adapula tujuan penulisan dari makalah ini diantaranya adalah :
1.4.1 Menganalisa pelaksanaan pilar Konferensi Rio De Janerio yang terintegrasi dalam
hukum nasional Indonesia.
1.4.2 Memberikan contoh dari realisasi undang – undang lingkungan Hidup dalam
bentuk sebuah regulasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisa Masalah
2.2.1 Integrasi Prinsip- Prinsip Lingkungan Global
Kata “integrasi” diartikan sebagai suatu wujud pelaksanaan dari suatu program yang
mana jika dikaitkan dengan “Prinsip – Prinsip Lingkungan” maka dapat disimpulkan
bahwa Integrasi Prinsip – Prinsip Lingkungan Global berbicara tentang bagaimana cara
mewujudkan suatu kesepakatan Internasional berkenaan dengan lingkungan hidup dan
prinsip – prinsip yang telah disepakati. Dalam pelaksanaannya, prinsip – prinsip
lingkungan global telah diwujudnyatakan dalam hukum positif di Indonesia namun
diatur dalam instrumen hukum yang lebih rendah dituangkan dalam legislasi maupun
regulasi. Prinsip – prinsip lingkungan global terdiri dari1 :
(a) Kedaulatan atas kekayaan alam dan tanggung jawab untuk tidak mengakibatkan
kerugian terhadap lingkungan negara lain atau terhadap wilayah di Luar yurisdiksi
Nasional
(b) Prinsip pencegahan dalam deklarasi Stocholm , Prinsip Deklarasi Rio dan putusan
arbitrase dalam kasus trail smalter.
(c) Prinsip sustainable development atau stabilitas pembangunan yang berupaya untuk
dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang
(d) Prinsip keadilan antar generasi negara yang diratifikasi dalam Undang – Undang
Nomor 32 Tahun 2009 dst.
Memaknai arti dari prinsip – prinsip lingkungan global tersebut, saya mencoba untuk
menjabarkan bentuk – bentuk perjanjian internasional serta prinsip yang terkandung
didalamnya dengan melihat dari segi ratifikasi perjanjian internasional itu sendiri
diantaranya :
1
Abdurrahman, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1990.
(1)
Prinsip of Preventif Action (Prinsip Tindakan Pencegahan)
Prinsip of Preventif Action (Prinsip Tindakan Pencegahan) merupakan suatu
prinsip yang memberikan pandangan bahwa perlu dilakukan tindakan pencegahan
dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup sehingga bisa mewujudkan suatu
pembangunan yang berkelanjutan dengan menguntungkan segala pihak di segala
generasi. Prinsip pencegahan dini (precautionary principle) secara teoretis atau
praktis mengandung makna bahwa apabila terdapat ancaman atau adanya ancaman
kerusakan lingkungan yang tidak dapat dipulihkan, ketiadaan pembuktian ilmiah
yang konklusif dan pasti, tidak dapat dijadikan alasan menunda upaya-upaya untuk
mencegah terjadinya kerusakan lingkungan tersebut.2
PERATURAN
NO
PERUNDANG –
RUMUSAN PASAL
ANALISA
“setiap orang berhak sejahtera lahir batin,
Prinsip pencegahan yang dimaksud dalam hal ini,
bertempat
mendapatkan
jika dikaitkan dengan Konstitusi maka akan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
ditemukan fakta yakni setiap orang berhak untuk
berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.
hidup dalam suatu lingkungan baik dan sehat
“untuk menegakan dan melindungi hak asasi
dalam upaya mendapatkan perlindungan terhadap
manusia sesuai dengan prinsip negara hukum
hak asasi manusia yang optimal maka setiap orang
yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi
berhak untuk melaksanakan prinsip – prinsip
manusia
lingkungan
UNDANGAN
1.
UUD
28 H ayat (1)
28 I ayat (5)
tinggal
manusia
dan
dijamin,
diatur,
dan
hidup
dengan
cara
mencegah
dituangkan dalam peraturan perundang –
terwujudnya suatu pencemaran atau kerusakan
udangan”
lingkungan sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam pasal 28 J UUD 1945.
Berdasarkan rumusan dari Pasal 5 Ketetapan MPR
TAB MPR
a.
2
Tab MPR No.
Pasal 5
Nomor IX / MPR / 2001, tertuang frasa
IX/MPR/2001
Memelihara keberlanjutan yang dapat memberi
“Memelihara”, frasa ini memiliki banyak arti
tentang
manfaat yang optimal, baik untuk generasi
karena bersifat abstrak, sehingga kata memelihara
Pembaharuan
sekarang maupun generasi mendatang, dengan
bisa juga dikaitkan dengan upaya pencegahan
Agrarian dan
tetap memperhatikan daya tampung dan
terhadap kerusakan lingkungan. Peran aktif untuk
Pengelolaan
dukung lingkungan
mencegah pencemaran dari pemerintah dan
Sumber Daya
masyarakat secara tidak langsung dijabarkan
Alam
dalam pasal ini
Syamsuhardi Bethan Penerapan Prinsip-Prinsip Hukum Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup Dalam Aktivitas
Industri Nasional: Sebuah Upaya Penyelamatan Lingkungan Hidup dan Kehidupan Antar Generasi, Alumni,
Bandung, 2008., hlm. 95.
PERPU/UU
Pasal 40 ayat (3) Pengelolaan lingkungan hidup
Upaya
Undang – Undang
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berupa
lingkungan secara tegas ditekan dalam pasal ini,
Nomor
22 Tahun
kewajiban untuk melakukan pencegahan dan
hal tersebut dikarenakan adanya suatu tujuan yang
tentang
penanggulangan pencemaran serta pemulihan
ingin dicapai yakni dengan mewujudkan suatu
Minyak Dan Gas
atas terjadinya kerusakan lingkungan hidup,
pemulihan terhadap lingkungan hidup yang akhir –
Bumi
termasuk
akhir ini menjadi suatu permasalahan dikarenakan
2001
kewajiban
pascaoperasi
pencegahan
terhadap
pencemaran
adanya eksploitasi hutan secara ilegal, pembakaran
pertambangan.
hutan, pertambangan liar dst.
PP
BAB III PENGENDALIAN PENCEMARAN
Pencemaran lingkungan direalisasikan dalam
Peraturan
UDARA Bagian Kesatu – Umum Pasal 16
berbagai hal salah satunya adalah pencemaran
Pemerintah Nomor
Pengendalian pencemaran
udara
41
pencegahan dan penanggulangan pencemaran,
bermotor, pembakaran bahan – bahan kimia yang
tentang
serta
dengan
dikhawatirkan dapat merusak lapisan ozon.
Pengendalian
melakukan inventarisasi mutu udara ambien,
Mengantisipasi hal demikian maka pemerintah
Pencemaran Udara
pencegahan sumber pencemar, baik dari
memberlakukan suatu program melalui Peraturan
sumber
Pemerintah
Tahun
1999
pemulihan
bergerak
mutu
maupun
udara
meliputi
udara
sumber
tidak
dikarenakan
polutan
dalam
upaya
dari
kendaraan
mewujudkan
bergerak termasuk sumber gangguan serta
pengendalian terhadap pencemaran udara yang
penanggulangan keadaan darurat.
terjadi dalam berbagai bentuk, sehingga dapat
menekan presentasi pencemaran lingkungan di
Indonesia.
PERPRES
Peraturan Presiden
Sebagai realisasi Keputusan Presiden Nomor
Dunia menanggapi pencemaran sebagai suatu hal
Republik Indonesia
23 Tahun 1992 tentang Pengesahan Vienna
yang fatal sebab efek dari pencemaran itu sendiri
Nomor 33 Tahun
Convention for the Protection of the Ozone
yang
2005
Layer dan Montreal Protocol on Substances
tersebut maka diselenggarakan berbagai bentuk
Pengesahan
that Deplete the Ozone Layer as Adjusted and
perjanjian internasional dalam bentuk konfensi,
Beijing Amendment
Amended by the Second Meeting of the Parties
deklarasi, kongres dst.
To The Montreal
London, 27 - 29 June 1990 (Lembaran Negara
menanggapi hal tersebut sebagai suatu upaya yang
Protocol
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 50);
memiliki nilai kegunaan dan manfaat yang nyata
Substances
Tentang
On
That
berkesinambungan.
Mengantisipasi
hal
Presiden Indonesiaa
jika dapat direalisasi secara optimal, menggapi hal
Deplete The Ozone
Keputusan Presiden Nomor 92 Tahun 1998
tersebut maka presiden mengeluarkan suatu
Layer (Amendemen
tentang Pengesahan
Montreal Protocol on
Peraturan Presiden yang sifatnya mengatur secara
Beijing
Atas
Substances that Deplete the Ozone Layer,
umum – abstrak, berbeda halnya dengan keputusan
Protokol
Montreal
Copenhagen, 1992 (Protokol Montreal tentang
yang
Tentang
Bahan-
Zat-zat
Presiden
Bahan
Merusak
Ozon )
Yang
Lapisan
yang
Copenhagen,
Merusak
1992)
Lapisan
(Lembaran
Ozon,
Negara
Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 105);
bersifat
juga
individual
konkrit.
memperkuat
Peraturan
substansi
dari
perjanjian internasional yang pernah disepakati.
PERDA PROV
Peraturan Daerah
BAB III Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal
Prinsip
Provinsi Nusa
11 ayat (2) Setiap orang atau badan usaha
substansi dari Peraturan Daerah Tingkat Provinsi
Tenggara Timur
wajib
dan
Nusa Tenggara Timur dengan mengharuskan
Nomor 3 Tahun
memulihkan pencemaran dan atau perusakan
upaya pencegahan dilakukan tidak hanya oleh
2006 tentang
terhadap lingkungan hidup.
pemerintah tetapi juga masyarakat (setiap orang)
mencegah,
menanggulangi
Pengendalian
pencegahan
juga
dijadikan
sebagai
maupun badan usaha.
Lingkungan Hidup
PERDA KAB
Perda
Kabupaten
Bab I Ketentuan Umum Nomor 23 Sistem
Pencegahan dilaksanakan melalui pengendalian
Timor Tengah Utara
tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan
penanggulangan kecelakaan akibat pengelolaan
Nomor
Tahun
yang dilakukan dalam rangka pengendalian
sampah, sebab di beberapa daerah di Provinsi
tentang
yang meliputi pencegahan dan penanggulangan
Timor Tengah Utara belum ditemukan suatu
kecelakaan akibat pengelolaan sampah yang
sistem pengelolaan sampah terpadu.
4
2011
Pengurangan
Sampah
Rumah
Tanggah
dan
Sampah
Sejenis
Sampah
Rumah
tidak benar.
Tangga
(2)
Prinsip Pencemar Membayar (Polluter – Pay principle)
Prinsip Pencemar Membayar (Polluter – Pay principle) adalah sebuah prinsip yang
lahir dengan dilatarbelakangi oleh pemikiran ekonomis sehingga prinsip ini sering
dikatakan sebagai prinsip ekonom lingkungan hidup. Prinsip ini berpandangan
bahwa pihak yang menimbulkan kerugian harus memberikan ganti rugi kepada
pihak yang merasa dirugikan sehingga dapat mengimbangi kerugian yang
diberikan kepada salah satu pihak. Prinsip ini berangkat dari suatu keadaan,
penggunaan sumber--sumber lingkungan hidup, merupakan kecenderungan dari
dorongan pasar. Akibatnya, kepentingan yang selama ini tidak terwakili dalam
komponen pengambilan keputusan dalam menentukan harga pasar tersebut
diabaikan dan menimbulkan kerugian bagi mereka. Masyarakat yang menjadi
korban dari kerusakan lingkungan, tidak memiliki suatu mekanisme untuk
memaksa kelompok untuk membayar kerugian bagi kerusakan tersebut kecuali
pengadilan3.
3
Mas Ahmad Santosa, Aktualisasi Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan Dalam Sistem dan Praktik Hukum
Nasional, Artikel Jurnal Hukum Lingkungan, ICEL, Jakarta, 1996, hlm. 13.
PERATURAN
PERUNDANG –
NO
RUMUSAN PASAL
ANALISA
UNDANGAN
1.
Pasal 28 I ayat (5) berkorelasi
UUD
28 I ayat (5)
“Untuk menegakan dan melindungi hak asasi
dengan prinsip poluter pay, sebab
manusia sesuai dengan prinsip negara yang
dalam
demokratis,
asasi
menjamin hak asasi manusia untuk
manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam
setiap warga negaranya namun
peraturan perundang – undangan”
apabila
maka
pelaksanaan
hak
pelaksanaannya
ada
yang
negara
melanggar
ketentuan yang ditetapkan, maka
akan dikenakan sanksi denda yang
ditetapkan oleh peraturan perundang
– undangan lain atau instrumen
hukum yang lebih rendah dari
Undang – Undang Dasar 1945
TAB MPR
Tab MPR No. IX/MPR/2001
Pasal 3
Suatu penjelasan secara ringkas
tentang Pembaharuan Agrarian
Pengelolaan sumberdaya alam yang terkandung
dapat
dan Pengelolaan Sumber Daya
di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara
pasal ini yang mana Pemegang
Alam
optimal,
Kedaulatan Rakyat tertinggi (MPR)
adil,
berkelanjutan
dan
ramah
lingkungan.
disimpulkan
berdasarkan
merumuskan suatu ketetapan yang
memiliki
substansi
pengelolaan
Pasal 6
secara optimal dan adil (pasal 3)
Menyusun strategi pemanfaatan sumberdaya
serta
alam yang didasarkan pada optimalisasi manfaat
mengoptimalisasikan SDA (pasal
dengan memperhatikan kepentingan dan kondisi
6). Ketetapan MPR ini memberikan
daerah maupun nasional.
dasar hukum yang kuat bagi para
menyusun
pihak
dalam
stategi
upaya
dalam
pemberian
sanksi bagi para pencemar sebab
sanksi merupakan suatu strategi
administratif.
PERPU/UU
Bab X Larangan Pasal 29
Denda
Undang - Undang Nomor 18
Peraturan daerah kabupaten/kota sebagaimana
sebagaimana dimuat dalam rumusan
Tahun 2008 tentang Pengelolaan
dimaksud pada ayat (3) dapat menetapkan sanksi
pasal tersebut ditetapkan secara
Sampah
pidana
terhadap
tegas bagi para piha yang melanggar
pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud
ketentuan huruf e, f, dan g dalam
pada ayat (1) huruf e (membuang sampah tidak
Undang – Undang RI Nomor 18
pada
tahun 2008 tentang Pengelolaan
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2008
kurungan
tempat
yang
atau
telah
denda
ditentukan
dan
disediakan), huruf f (melakukan penanganan
Sampah
terhadap
pelanggar
sampah dengan pembuangan terbuka di tempat
pemrosesan akhir) dan huruf g (membakar
sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan
teknis pengelolaan sampah)
PP
Bagian Kedua Ganti Kerugian Pasal 50 ayat (1)
Substansi pasal 50 PP Nomor 82
Peraturan Pemerintah Republik
Setiap perbuatan melanggar hukum berupa
Tahun 2001 berkorelasi dengan
Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
pencemaran dan atau perusakan lingkungan
prinsip
Tentang Pengelolaan Kualitas
hidup yang menimbulkan kerugian pada orang
mewajibkan
Air
lain
penanggung jawab pelaksana suatu
Dan
Pengendalian
atau
lingkungan
hidup,
mewajibkan
polluter
pay
sebab
kepada
atau
kegiatan
para
Pencemaran Air
penanggung jawab usaha dan atau kegiatan untuk
usaha
untuk
Presiden Republik Indonesia
membayar ganti kerugian dan atau melakukan
membayar kerugian atas limbah atau
tindakan tertentu.
kerusakan yang ditimbulakn akibat
usahanya.
Memberikan perhatian lebih proses
PERPRES
Peraturan
Presiden
Republik
lalulintas peredaran minyak bumi
Indonesia Nomor 47 Tahun 2005
mentah (besel) dengan memuat
Tentang
Pengesahan
beberapa
The
Basel
kesediaan untuk membayar kerugian
Convention On The Control Of
terhadap jalur yang dilewati oleh
Transboundary Movements
kapal pengangkut minyak mentah
Of Hazardous Wastes And Their
dalam upaya melakukan konserfasi
Disposal
kembali oleh pihak di negara yang
Amendment
To
(Amendemen Atas
Konvensi
Basel
ketentuan
berupa
Tentang
berwenang sebab tercemarnya jalur
Pengawasan Perpindahan Lintas
yang dilewati oleh kapal pengangkut
Batas Limbah Berbahaya Dan
minyak mentah.
Pembuangannya)
PERDA PROV
BAB XVIII LARANGAN DAN SANKSI
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa
Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Bagian Kedua Sanksi Pasal 51 ayat (1) Setiap
Barat memberikan sanksi tegas bagi
Barat Nomor 20 Tahun 2014
orang yang melakukan pelanggaran terhadap
para pencemar dengan mengenakan
Tentang Pengelolaan Daerah
ketentuan pengelolaan DAS, dikenakan sanksi
sanksi administratif sebagaimana
Aliran Sungai
administratif dan sanksi pidana sesuai ketentuan
esensi dari prinsip polluter pay, hal
peraturan perundang-undangan.
ini memiliki korelasi yang erat.
PERDA KAB
BAB XIV SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 32
Pemungutan uang secara paksa
Peraturan Daerah Kabupaten
Kepala
bahkan
Malang Nomor 10 tahun 2010
administratif kepada pengelola sampah yang
merupakan sanksi yang dikenakan
tentang Pengelolaan Sampah
melanggar
kepada para pencemar berdasarkan
Daerah
dapat
ketentuan
menerapkan
persyaratan
sanksi
yang
pencabutan
ijin
usaha
ditetapkan dalam perizinan berupa :
Perda Kabupaten Malang, hal ini
a. uang paksa; dan/atau
dianggap merupakan imbalan yang
b. pencabutan izin usaha.
tegas bagi mereka yang mencemari
lingkungan
(3) Prinsip Keadilan Intragenerasi (The Principle of Intrageneration Equity)
Prinsip Keadilan Intragenerasi (The Principle of Intrageneration Equity) merupakan suatu
prinsip yang mengemukakan bahwa pengelolaan lingkungan hidup harus dilakukan secara
berkesinambungan sehingga dapat memberikan suatu dampak kepada suatu generasi di
masa itu. Prinsip ini menurut Prof. Ben Boer, menunjuk kepada gagasan bahwa masyarakat
dan tuntutan kehidupan dalam satu generasi, memiliki hak dalam kemanfaatan sumbersumber alam dan kenikmatan atas lingkungan yang bersih dan sehat.4
PERATURAN
PERUNDANG –
NO
RUMUSAN PASAL
ANALISA
UNDANGAN
1.
UUD
“setiap orang berhak sejahtera lahir batin,
Pasal
28 H ayat (1)
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan
sejahtera lahir dan batin tidak hanya
hidup yang baik dan sehat serta berhak
seharusnya dirasakan semua orang
memperoleh pelayanan kesehatan”.
dalam
“Segala
Pasal 27 ayat (1)
warga
negara
bersamaan
ini
menyatakan
suatu
bahwa
generasi
tanpa
memandang istilah “kecuali” sebab
dan
ditekankan lagi dalam pasal 27 ayat
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
(1) bahwa setiap warga negara
pemerintahan itu dengan tidak terkecuali”
bersamaan kedudukannya di depan
kedudukannya
di
dalam
hukum
hukum dikarenakan hal tersebut
maka rasa nyaman dan tentram
terhadap lingkungan hidup harus
dirasakan oleh segala pihak dalam
suatu generasi.
TAB MPR
Pasal 3
Rumusan pasal dalam ketetapan
Tab MPR No. IX/MPR/2001
Pengelolaan sumberdaya alam yang terkandung
MPR ini bertujuan untuk memenuhi
tentang Pembaharuan Agrarian
di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara
unsur
dan Pengelolaan Sumber Daya
optimal,
mewujudkan
Alam
lingkungan.
terhadap sumber daya alam dan
Pasal 5
lingkungan
Memelihara keberlanjutan yang dapat memberi
berkelanjutan (Pasal 5), yang mana
manfaat yang optimal, baik untuk generasi
dampaknya dapat dirasakan oleh
sekarang maupun generasi mendatang, dengan
seluruh kalangan masyarakat
adil,
berkelanjutan
dan
ramah
tetap memperhatikan daya tampung dan dukung
lingkungan
4
Dikutip dari NHT. Siahaan, op., cit., hlm. 74.
adil
(Pasal
suatu
3)
dan
pemanfaatan
hidup
yang
PERPU/UU
Dalam upaya terwujudnya keadilan
Undang - Undang Nomor 23 Pasal 4 huruf (c) bahwa sasaran pengelolaan
Tahun
1997
tentang lingkungan
hidup
adalah
terjaminnya
Pengelolaan
Lingkungan
kepentingan generasi masa kini dan generasi
Hidup
antar generasi di masa sekarang
masa depan
peraturan perundang – undangan
maupun masa depan, pemerintah
Indonesia
terkait
merumuskan
pengelolaan
suatu
lingkungan
hidup, hal ini dapat dikaitkan
dengan prinsip intragenerasi sebab
terdapat kalimat “Generasi masa
kini” sehingga dapat dikatakan
berkorelasi
dengan
prinsip
intragenerasi
Pertimbangan
PP
akan
pengelolaan
PERATURAN PEMERINTAH
Konsideran : bahwa untuk mencegah terjadinya
racun berbahaya dan beracun tidak
REPUBLIK
INDONESIA
dampak yang dapat merusak lingkungan hidup,
dimuat secara eksplisit dalam pasal
NOMOR 74 TAHUN 2001
kesehatan manusia, dan makhluk hidup lainnya
– pasal PPRI Nomor 74 tahun 2001
TENTANG
diperlukan pengelolaan bahan berbahaya dan
namun dalam konsideran dimuat
BAHAN BERBAHAYA DAN
beracun
tentang
BERACUN
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
PENGELOLAAN
secara
terpadu
sesuai
dengan
Pencegahan
terhadap
dampak yang akan dirasakan oleh
mahluk hidup (manusia, hewan dan
tumbuhan), dikarenakan hal tersebut
maka
berdasarkan
penulis,
hal
diklasifikasikan
pertimbangan
tersebut
dalam
dapat
prinsip
intragenerasi maupun antargenerasi.
Peraturan
PERPRES
PERATURAN
REPUBLIK
presiden
memberikan
PRESIDEN
landasan hukum bagi beberapa
INDONESIA
persetujuan internasional yang pada
NOMOR 33 TAHUN 2005
awalnya
TENTANG
bentuk keputusan presiden. Tentu
BEIJING
PENGESAHAN
AMENDMENT
TO
hanya
tertuang
dalam
saja hal ini berindikasi pada suatu
THE MONTREAL PROTOCOL
tindakan
ON
THAT
terhadap hak – hak dari generasi
DEPLETE THE OZONE LAYER
sekarang maupun generasi yang
(AMENDEMEN
BEIJING
akan datang, karena merupakan
PROTOKOL
sebuah peraturan, maka tingkat
SUBSTANCES
ATAS
MONTREAL
BAHAN-BAHAN
TENTANG
YANG
MERUSAK LAPISAN OZON)
perlindungan
keberlakuannya
adalah
hukum
umum
sehingga setiap subyek hukum wajib
untuk menaatinya.
PERDA PROV
PERATURAN
DAERAH
PROVINSI
NUSA
BAB I KETENTUAN UMUM
Prinsip intragenerasi merupakan suatu prinsip yang
PASAL I
berkorelasi dengan perlindungan hukum kepada
upaya
generasi yang hidup pada suatu masa di kalangan
TENGGARA TIMUR NOMOR
memelihara keberadaan serta
manapun sehingga bisa dikatakan memiliki kaitan
4 TAHUN 2007 TENTANG
keberlajutan keadaan, sifat dan
dengan prinsip intragenerasi.
PENGELOLAAN
fungsi ekologis sumber daya
WILAYAH
PESISIR DAN LAUT
Konservasi
adalah
pesisir agar senantiasa tersedia
dalam kondisi yang memadai
untuk
memenuhi
manusia
dan
kebutuhan
makluk
hidup
lainnya, pada waktu sekarang
dan yang akan datang
PERDA KAB
BAB I KETENTUAN UMUM
Berdasarkan penjelasan Peraturan daerah kabupaten
PERATURAN
DAERAH
P
2
Bantul 12 Tahun 2015 Tentang Perlindungan Dan
KABUPATEN
BANTUL
PPLH dilaksanakan berdasarkan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dimuat beberapa
NOMOR 12 TAHUN 2015
asas :
asas diantaranya adalah asas kesejahtraan sosial dan
TENTANG PERLINDUNGAN
a. tanggungjawab daerah;
kelestarian serta kelanjutan, jika melihat dari sudut
DAN
b. kelestarian dan keberlanjutan;
pandang asas kelestarian dan keberlanjutan maka
c. keserasian dan keseimbangan;
disimpulkan bahwa SDA tidak hanya untuk
d. kesejahteraan sosial;
masyarakat yang hidup di suatu generasi dan jika
e. keterpaduan;
kita menyimpulka dari sudut pandang tanggung
f. manfaat;
jawab daerah maka dapat disimpulkan bahwa suatu
g. kehatian-hatian;
daerah wajib memberikan perlindungan hukum
h. keadilan;
terhadap
i. ekoregion;
mengoptimalisasi
j. keanekaragaman hayati;
mengkaitkan asas – asas tersebut maka akan
k. pencemar membayar;
didapatkan suatu kesimpulan bahwa tanggung jawab
l. partisipatif; dan
dari daerah untuk mewujudnkan suatu keserasian
m. kearifan lokal.
dan keseimbangan pengelolaan lingkungan hidup
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
A
S
A
L
suatu
generasi
hak
–
dengan
haknya.
Jika
cara
kita
yng adil dan sejahtera bagi generasi saat ini maupun
generasi yang akan datang.
(4)
Prinsip Pencegahan Dini ( The Precautionary Principle)
Prinsip Pencegahan Dini ( The Precautionary Principle) merupakan salah satu bentuk
prinsip yang menyatakan bahwa sekalipun tidak ditemukan suatu kegiatan ilegal, namun
setiap pihak berwenang dan berkewajiban untuk melindungi dan menciptakan suatu
lingkungan hidup. Prinsip pencegahan dini (precautionary principle) secara teoretis atau
praktis mengandung makna bahwa apabila terdapat ancaman atau adanya ancaman
kerusakan lingkungan yang tidak dapat dipulihkan, ketiadaan pembuktian ilmiah yang
konklusif dan pasti, tidak dapat dijadikan alasan menunda upaya-upaya untuk mencegah
terjadinya kerusakan lingkungan tersebut.5
PERATURAN
PERUNDANG –
NO
RUMUSAN PASAL
ANALISA
UNDANGAN
1.
UUD
a.
28 H ayat (1)
Dengan
dimuatnya
ketentuan
“setiap orang berhak sejahtera lahir batin,
sebagaimana
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan
Instrumen hukum tertinggi dalam
hidup yang baik dan sehat serta berhak
negara,
memperoleh pelayanan kesehatan”.
berupaya untuk mempertahankan
diatur
maka
bahkan
dalam
pemeritah
mencegah
dapat
terjadinya
penyelewenang atau unrealisasi dari
suatu sunbstansi.
TAB MPR
b.
Tab MPR No.
Pasal 3
Pencegahan dilakukan dengan cara
IX/MPR/2001 tentang
Pengelolaan sumberdaya alam yang terkandung
melaksanakan pemanfaatan sumber
Pembaharuan Agrarian dan
di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara
daya yang ramah lingkungan dan
Pengelolaan Sumber Daya
optimal,
sebagaimana
Alam
lingkungan.
adil,
berkelanjutan
dan
ramah
dipaparkan
pasal 6, pemanfaatan sumber daya
alam
dilakukan
dengan
Pasal 6
memperhatikan kepentingan dan
Menyusun strategi pemanfaatan sumberdaya
kondisi yang memungkinkan adanya
alam yang didasarkan pada optimalisasi manfaat
pencegahan apabila melebihi batas
dengan memperhatikan kepentingan dan kondisi
pemakaian.
daerah maupun nasional.
5
dalam
Erwin, Muhammad, Hukum Lingkungan dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan Hidup,
Bandung : P.T. Refika Aditama, 2008.
PERPU/UU
UU No. 22 Tahun 2001 tentang
Pasal 40 ayat (3) Pengelolaan lingkungan hidup
Secara
Minyak Dan Gas Bumi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berupa
“pencegahan” disebut dalam pasal
kewajiban untuk melakukan pencegahan dan
40 UU Nomor 20 tahun 2001 dalam
1
penanggulangan pencemaran serta pemulihan
upaya penanggulangan pencemaran
Tahun 2004 tentang Izin Bagi
atas terjadinya kerusakan lingkungan hidup,
serta pemulihan atas terjadinya
Perusahaan
Tambang
termasuk kewajiban pascaoperasi pertambangan.
kerusakan lingkungan hidup, dari
Melakukan
Kegiatan
hal inilah maka dapat disimpulkan
Kawasan
adanya suatu prinsip pencegahan.
Undang-Undang
Pertambangan
Nomor
di
langsung
nomenklatur
Hutan Lindung
PP
Peraturan Pemerintah Nomor 41
BAB III PENGENDALIAN PENCEMARAN
Sama
Tahun
UDARA
nomenklatur
Bagian Kesatu – Umum Pasal 16 Pengendalian
tegas disebutkan dalam pasal ini
pencemaran udara meliputi pencegahan dan
yang
penanggulangan pencemaran, serta pemulihan
pelaksanaan
mutu udara dengan
pencegahan
1999
tentang
Pengendalian Pencemaran Udara
mutu
udara
melakukan inventarisasi
ambien,
pencegahan
sumber
hal
dengan
sebelumnya,
pencegahan
mana
secara
berindikasi
suatu
yang
pada
prinsip
direalisasikan
dalam pasal tersebut.
pencemar, baik dari sumber bergerak maupun
sumber
tidak
bergerak
termasuk
sumber
gangguan serta penanggulangan keadaan darurat.
PERPRES
Peraturan
Presiden
Republik
Sebagai Peenguat Keputusan Presiden Nomor 23
Mengantisipasi
Indonesia Nomor 33 Tahun 2005
Tahun
kerusakan terhadap lapisan ozon,
Tentang Pengesahan
Convention for the Protection of the Ozone Layer
pemerintah
Beijing Amendment To The
dan Montreal Protocol on Substances that
merealisasikan suatu peraturan yang
Montreal
On
Deplete the Ozone Layer as Adjusted and
pada
Substances That Deplete The
Amended by the Second Meeting of the Parties
mengikat kedalam karena normanya
Ozone
London, 27 - 29 June 1990 (Lembaran Negara
yang konkrit dalam bentuk sebuah
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 50);
keputusan
Protocol
Layer
(Amendemen
Beijing Atas Protokol Montreal
Tentang
Bahan-Bahan
Merusak Lapisan Ozon )
1992
tentang
Pengesahan
Vienna
Yang
terjadinya
suatu
indonesia
awalnya
hanya
bersifat
(beschiking),
diterjamahkan
kembali
dalam
Keputusan Presiden Nomor 92 Tahun 1998
bentuk suatu norma abstak yang
tentang Pengesahan
tidak mengikat kepada pihak – pihak
Montreal Protocol on
Substances that Deplete the Ozone Layer,
tertentu
Copenhagen, 1992 (Protokol Montreal tentang
masyarakat umum dan dijadikan
Zat-zat
sebagai
yang
Merusak
Lapisan
Ozon,
tetapi
juga
pedoman
kepada
terhadap
Copenhagen, 1992) (Lembaran Negara Republik
pembuatan instrumen hukum yang
Indonesia Tahun 1998 Nomor 105);
lebih rendah.
PERDA PROV
Peraturan Daerah Provinsi Nusa
BAB III Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal
Kata
Tenggara Timur Nomor 3
11 ayat (2) Setiap orang atau badan usaha wajib
mengarah pada prinsip pencegahan
Tahun 2006 tentang
mencegah, menanggulangi dan memulihkan
sehingga menjadi cerminan dari
Pengendalian Lingkungan
pencemaran
prinsip pencegahan dalam suatu
Hidup
lingkungan hidup.
dan
atau
perusakan
terhadap
mencegah
secara
jelas
norma hukum.
(5) Prinsip Intergenerasi
Prinsip ini mengemukakan bahwa negara dalam hal pelaksanaan pada pengelolaan
lingkungan terkait proses melestarikan dan menggunakan lingkungan serta sumber daya
alam bagi kemanfaatan generasi sekaang dan generasi yang akan datang. Prinsip
intergenerasi mengemukakan bahwa pemanfaatan sumber daya alam haruslah dilaksanakan
berkelanjutan/berkepanjangan tanpa mengurangi kemampuan salah satu generasi dalam
proses mengupayakan sumber daya yang tersedia.6
PERATURAN
PERUNDANG –
NO
RUMUSAN PASAL
ANALISA
UNDANGAN
1.
UUD
b.
28 H ayat (2)
Hal ini merupakan perwujudan dari
“setiap orang berhak mendapatkan kemudahan
suatu norma abstrak yang mana
dan
memprioritaskan
perlakuan
khusus
untuk
memperoleh
suatu
kesempatan dan manfaat yang sama guna
pembangunan berjangka panjang,
mencapai persamaan dan keadilan ”.
sehingga bisa dirasakan oleh semua
generasi.
6
pada
Hamzah, Andi, Penegakan Hukum Lingkungan, Jakarta : CV. Sapta Artha Jaya, 1997.
Substansi dari pasal 5 Tab MPR
TAB MPR
c.
Tab MPR No.
Pasal 5
Nomor IX/MPR/2001 secara jelas
IX/MPR/2001 tentang
Memelihara keberlanjutan yang dapat memberi
menyebutkan
Pembaharuan Agrarian dan
manfaat yang optimal, baik untuk generasi
Mendatang”
Pengelolaan Sumber Daya
sekarang maupun generasi mendatang, dengan
diterjamahkan
Alam
tetap memperhatikan daya tampung dan dukung
menggunakan suatu pola pikir yang
lingkungan
lebih sederhana ternyata merupakan
“Generasi
istilah
yang
jika
dengan
interpretasi
dari
prinsip
intergenerasi.
PERPU/UU
UU No. 22 Tahun 2001 tentang
BAB II Azas dan Tujuan Pasal 3 ayat (a)
Prinsip pembangunan berkelanjutan
Minyak Dan Gas Bumi
menjamin
dan
terwujud pada suatu yang konkrit
pengendalian kegiatan usaha Eksplorasi dan
dimana pemerintah merealisasikan
1
Eksploitasi secara berdaya guna, berhasil guna,
suatu peraturan yang mengatur dan
Tahun 2004 tentang Izin Bagi
serta berdaya saing tinggi dan berkelanjutan atas
membatasi
Perusahaan
Tambang
Minyak dan Gas Bumi milik negara yang
pemanfaatan sumber daya alam
Melakukan
Kegiatan
strategis
sehingga bisa dirasakan oleh seluruh
Kawasan
mekanisme yang terbuka dan transparan;
Undang-Undang
Pertambangan
Nomor
di
efektivitas
dan
tidak
pelaksanaan
terbarukan
melalui
segala
bentuk
generas di masa sekarang maupun
Hutan Lindung
masa yang akan datang.
PP
Dampak
kerusakan
lingkungan
Peraturan Pemerintah Nomor 27
Pasal 5 Kriteria mengenai dampak besar dan ditanggapi secara serius dengan
Tahun 1999 tentang Analisis
penting suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap
lingkungan hidup antara lain :
a. jumlah manusia yang akan terkena dampak;
b. luas wilayah persebaran dampak;
c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d. banyaknya komponen lingkungan lainnya
yang terkena dampak;
e. sifatnya kumulatif dampak;
f. berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya
menjabarkan
(irreversible) dampak.
bagi yang melakukan pelanggaran
Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup
dampak
yang
ditimbulkan oleh sebuah badan
usaha sebagaimana dimuat dalam
penjelasan
PP
dijelaskan
secara
No.
rinci
27/1999
sanksi
pidana, administrasi dan perdata
sebab
dapat
mempengaruhi
keseimbangan kehidupan di masa
depan.
Jelas
PERPRES
bahwa
tertuang
dalam
Republik
Konsideran : Menimbang bahwa untuk mencapai
konsideran Perpres Nomor 22 tahun
Indonesia Nomor 22 Tahun 2009
kondisi konsumsi pangan sebagaimana dimaksud
2009 tentang penganekaragaman
Tentang Kebijakan Percepatan
pada huruf b, perlu dilakukan percepatan
konsumsi pangan berbasis sumber
Penganekaragaman
Konsumsi
penganekaragaman konsumsi pangan berbasis
daya lokal secara terintegrasi dan
Pangan Berbasis Sumber Daya
sumber daya lokal secara terintegrasi dan
berkesinambungan berindikasi pada
Lokal
berkesinambungan
prinsip intergenerasi.
Peraturan
Presiden
PERDA PROVINSI
Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Bagian Kedua Asas
Barat Nomor 1 Tahun 2012
lingkungan
tentang Pengelolaan Lingkungan
Lingkungan dilaksanakan berdasarkan asas :
pasal
Hidup dan Penataan Lingkungan
a. tanggungjawab Daerah; Penjelasan “ Daerah
kesejahtraan
Hidup
menjamin pemanfaatan sumberdaya alam akan
masyarakat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
maupun masa depan.
hidup
Pasal 2 Pengelolaan
dan
penaatan
Hukum
Prinsip
intergenerasi
dapat
ditemukan ketika substansi dari
tersebut
memuat
dan
tentang
mutu
baik
hidup
generasi
kini
perlindungan
dan
kesejahteraan dan mutu hidup masyarakat, baik
generasi masa kini maupun generasi masa
depan”;
Pengawetan,
PERDA KAB
Peraturan Daerah Kabupaten
Purbalingga Nomor Nomor 02
Tahun 2014 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
BAB VI
PEMELIHARAAN
Pasal 38
Konservasi sumber daya alam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi
kegiatan:
a. perlindungan sumber daya alam;
b. pengawetan sumber daya alam; dan
c. pemanfaatan secara lestari sumber daya alam.
pemnafaatan ssumber daya alam
yang
dimaksud
adalah
untuk
mempertahankan nilai kegunaan dan
potensi penggunaan di masa yang
akan
datang
sehingga
tidak
mengurangi kesempatan dari salah
satu pihak untuk ikut merasakan
suatu sumber daya yang optimal.
(6) Sovoreign Rights and Environmental Responsibility
Prinsip ini mengharuskan agar pemerintah dan segenap warga negaranya berwajib untuk
melindungi lingkungan sebagai upaya pertanggungjawaban terhadap lingkungan demi
melindungi hak dari setiap mahluk hidup. Prinsip mengenai kedaulatan negara untuk
mengelola sumber daya alam tanpa mengesampingkan negara lain dalam hal ini, secara
langsung ditekankan pada realisasi dari suatu program haruslah tidak merugikan salah satu
pihak
PERATURAN
PERUNDANG –
NO
RUMUSAN PASAL
ANALISA
UNDANGAN
1.
UUD
Sebagai negara hukum tentunya
Pasal 1 ayat (3)
“Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.
Pasal 28 I ayat (4)
“perlindungan,
Indonesia harus dapat bertanggung
dan
jawab atas segala hal yang terjadi
pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
dan akan terjadi dalam negaranya,
jawab negara, terutama pemerintah”
disamping itu, dengan tegas dimuat
pemajuan,
penegakan,
bahwa pemerintah bertangungjawab
atas segala hal yang dilakukannya
serta
mengupayakan
adanya
keadilan dalam proses pelaksanaan
tugasnya tanpa mengesampingkan
kepentingan dari negara lain.
Frasa “adil” menjadi suatu titik paut
TAB MPR
d.
Tab MPR No.
Pasal 3
dalam perumusan pembahasan ini
IX/MPR/2001 tentang
Pengelolaan sumberdaya alam yang terkandung
sebab pemerintah indonesia sudah
Pembaharuan Agrarian dan
di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara
seharusnya mengoptimalkan suatu
Pengelolaan Sumber Daya
optimal,
keadaan dimana ada salah satu pihak
Alam
lingkungan.
adil,
berkelanjutan
dan
ramah
yang diuntungkan maupun salah
satu pihak yang dirugikan.
Bab I Ketentuan Umum Pasal 2 Konservasi
Seimbang dalam ketentuan undang
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
– undang RI nomor 5 tahun 1990
Indonesia Nomor 5 Tahun 1990
berasaskan
dan
adalah dengan mewujudkan suatu
Tentang
pemanfaatan sumber daya alam hayati dalam
pengelolaan yang efektif dan efisien
ekosistemnya secara serasi dan seimbang.
sehingga keuntungan bisa dirasakan
PERPU/UU
Undang-Undang
Daya
Republik
Konservasi
Alam
Hayati
Sumber
Dan
pelestarian
kemampuan
Ekosistemnya
tidak hanya pada salah satu pihak
saja melainkan pihak – pihak lain
juga bisa diuntungkan.
Ternyata tidak hanya diatur dalam
PP
Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup
Kriteria mengenai dampak besar dan penting
suatu usaha dan/atau
kegiatan terhadap lingkungan hidup antara lain :
a. jumlah manusia yang akan terkena dampak;
b. luas wilayah persebaran dampak;
c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d. banyaknya komponen lingkungan lainnya
yang terkena dampak;
e. sifatnya kumulatif dampak;
f. berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya
instrumen hukum yang lebih tinggi
(irreversible) dampak.
disinilah terbukti adanya sebuah
namun instrumen hukum yang lebih
rendah
juga
mewujudnyatakannnya
substasinya,
keuntungan
ikut
dalam
yang
dirasakan haruslah bisa diimbangi
dengan kerugian yang ditimbulkan
tanggung jawab.
Presiden indonesia berupaya untuk
PERPRES
Nomor 28 Tahun 2011 Tentang
Pasal 5 Perlindungan hutan adalah usaha untuk
mewujudnyatakan suatu keadilan
Penggunaan
Hutan
mencegah dan membatasi kerusakan hutan,
dalam pengelolaan sumber daya
Lindung Untuk Penambangan
kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan
alam
Bawah Tanah
oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran,
mempertahankan
daya-daya alam, hama dan penyakit serta
diplomasi dengan negara – negara
mempertahankan dan menjaga hak-hak negara,
tetangga dengan memberlakukan
masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan
Perpres 28 tahun 2011 sebagai
hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang
wujud tanggung jawabnya.
Kawasan
sehingga
bisa
tetap
hubungan
berhubungan dengan pengelolaan hutan
PERDA PROVINSI
Bab II Kewenangan Dan Tanggung Jawab
Istilah “tanggung jawab” bisa dilihat
Peraturan Daerah Provinsi
Pemerintah Daerah Bagian Kedua Tanggung
dalam pasal 6 ayat (1) Perda
Papua Nomor 6 Tahun 2008
Jawab Pasal 6 ayat (1) Pemerintah Daerah
Provinsi Papua dengan melakukan
Tentang
melakukan upaya pencegahan kerusakan dan
pencegahan terhadap kerusakan dan
Pelestarian Lingkungan Hidup
atau pencemaran
atau
pencemaran
terhadap
lingkungan hidup yang mana hal
tersebut
Sovoreign
berkorelasi
dengan
Rights
and
Environmental Responsibility
PERDA KAB
Salah satu wujud tanggung
jawab terhadap lingkungan dari
Nomor 8 Tahun 2005 Tentang berkewajiban
menumbuhkan
dan
pemerintah
kabupaten
Ketertiban, Kebersihan Dan mengembangkan kesadaran masyarakat akan Tanjungpinang
dengan
kesadaran
Keindahan Lingkungan
tanggung jawab kebersihan lingkungan melalui menumbuhkan
masyarakat tentang arti penting
bimbingan dan penyuluhan.
dari kebersihan lingkungan
Peraturan
Daerah
Kabupaten
Bab III Kebersihan Pasal 10 Pemerintah Daerah
2.2 Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Regulasi
Pengelolaan lingkungan hidup diimplementasikan oleh pemerintah dalam sebuah
regulasi diantaranya :
1. Peraturan Pemerintah Yogyakarta Nomor 18 tahun 2002 tentang Pengelolaan
Kebersihan Jo Peraturan Daerah Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2006 tentang
Perubahan Ketentuan Pidana Pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta
mengamanatkan dalam Bab V Etika Kebersihan Lingkungan Pasal 15 yang berisi “
Untuk menjamin terwujudnya kebersihan lingkungan secara menyeluruh dan terusmenerus, setiap warga masyarakat harus menyadari dan menghayati bahwa
kebersihan adalah sebagian dari iman serta membudayakan untuk menjaga
kebersihan lingkungannya baik secara sendiri-sendiri maupun secara gotongroyong”. Pasal ini secara tegas menjelaskan 2 prinsip yakni polluter pay principle
dan Sovoreign Rights and Environmental Responsibility
2. Peraturan Pemerintah Nomor 04 Tahun 2001 tentang Kebersihan dan Ketertiban
Umum Di Kabupaten Badung dalam rumusan BAB II Kebersihan dan Sarana
Kebersihan Pasal 2 bahwa setiap orang berkewajiban menjaga kebersihan umum.
Peraturan ini diklasifikasikan dalam prinsip keadilan antar generasi atau The
Principle of Intrageneration Equity
2.3 Partisipasi Masyarakat Dalam Upaya Menjaga Lingkungan
Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses
menjaga lingkungan hidup dan melakukan
prinsip – prinsip lingkungan global dengan
berbagai
tindakan
diantaranya
adalah
dengan membuat peringatan – peringatan di
beberapa tempat wisata terkait dengan
kegiatan membuang sampah sembarangan salah satunya adalah Gianyar, Monkey
Forest, Provinsi Bali, Indonesia. (Sumber Gambar : Dokumentasi Penulis, Gianyar,
Monkey Forest)
“Dilarang!! Berani Buang Sampah Disini, Nyawa Taruhannya, Dibacok Warga,
Jangan Salahkan Kami”. Sekilas merupakan suatu hal yang terkesan tidak etis
namun dalam usaha mewujudkan suatu pengelolaan lingkungan hidup yang
optimal, tindakan ini diklasifikasikan sebagai tindakan prefentif yang dilakukan
oleh
organisasi
masyarakat
.
(Sumber
:
http://mblusuk.com/gambar/2013/rambu01/turen02.jpg )
Tindakan prefentif yang dilakukan oleh masyarakat berikutnya adalah dengan
membuat suatu poster yang bertuliskan “ BILA KAMU BERP ENDIDIKAN,
J ANG AN
BU ANG
D ISINI ”.
SAMP AH
Sumber
:
https://encryptedtbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS2XCA4yxsRuGo5de5Q6STn5u
i
x
f
F
G
3
0
c
Q
P
u
i
I
i
9
2
1
e
V
7
6
j
R
e
l
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Lingkungan merupakan suatu tempat bagi manusia dan mahluk hidup lain untuk
mempertahankan kehidupan dan mengusahakan segala kebutuhannya. Berdasarkan
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perlu adanya optimalisasi dalam pengelolahan
lingkungan sehingga kedepannya bisa terwujud suatu lingkungan hidup yang bersih
dan memberikan kenyamanan tidak hanya kepada beberapa pihak tetapi juga pihak –
pihak lain tanpa melihat kedudukan sosial maupun pendapatannya.
3.2 Saran
Sekiranya pencemaran lingkungan ini adalah masalah kita bersama, untuk itu selaku
insan manusia yang bertanggung jawab dan memegang teguh konsep keseimbangan
alam, maka sudah sepantasnya kita menjaga dan merawat lingkungan, mulai dari
lingkungan tempat tinggal kita sehingga nantinya akan tercipta lingkungan yang sehat.
3.3 Daftar Pustaka
Abdurrahman. 1990. Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia. Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti
Syamsuhardi Bethan. 2008. Penerapan Prinsip-Prinsip Hukum Pelestarian Fungsi Lingkungan
Hidup Dalam Aktivitas Industri Nasional: Sebuah Upaya Penyelamatan Lingkungan Hidup
dan Kehidupan Antar Generasi. Bandung : Alumni
Mas Ahmad Santosa. 1996. Aktualisasi Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan Dalam
Sistem dan Praktik Hukum Nasional, Artikel Jurnal Hukum Lingkungan. Jakarta : ICEL
NHT. Siahaan, op., cit., hlm. 74.
Erwin, Muhammad. 2008. Hukum Lingkungan dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan
Lingkungan Hidup. Bandung : P.T. Refika Aditama,
Hamzah, Andi. 1997. Penegakan Hukum Lingkungan, Jakarta : CV. Sapta Artha Jaya,