Pusat Perbelanjaan di Simpang Kayu Besar, Kualanamu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Terminologi Judul
Judul proyek ini adalah “Pusat Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu
Besar, Kualanamu“. Secara terminologi, judul dapat dijabarkan sebagai berikut :
Pusat Perbelanjaan
: Sekelompok penjual eceran dan usahawan komersial
lainnya
yang
merencanakan,
mengembangkan,
mendirikan, memiliki dan mengelola sebuah properti
tunggal1.
Kawasan
: Sebuah
tempat
yang
mempunyai
ciri
serta
mempunyai kekhususan untuk menampung kegiatan
manusia berdasarkan kebutuhannya dan setiap
tempat yang mempunyai ciri dan identitas itu akan
lebih mudah untuk dicari ataupun ditempati untuk
lebih melancarkan segala hal yang berhubungan
dengan kegiatannya2.
Simpang Kayu Besar
: Lokasinya terletak (simp.kualanamu) di jl. Limau
Manis ujung pasar 15 Medan sinembah, Tanjung
Morawa3.
Kualanamu
: Sebuah bandara udara baru untuk kota Medan,
Indonesia. Lokasinya terletak di Kualanamu, Desa
Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli
Serdang4.
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_perbelanjaan, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00
Mirabiela, 2008, “Kawasan & Lingkungan”, https://mirabiela.wordpress.com/2008/10/23/
kawasan-lingkungan/, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00
3
http://inforumahdijualdi.com/317097-rumah-sekitar-simpang-kayu-besar-simp-kualanamutanjung-morawa-medan-kota/, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00
4
http://wikimapia.org/9679322/id/Bandar-Udara-Internasional-Kuala-Namu, diakses pada tanggal
5 Maret 2016 pkl 21.00
2
8
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan batasan pengertian di atas, diambil kesimpulan bahwa Pusat
Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu Besar, Kualanamu adalah sebuah pusat
perbelanjaan dalam satu bangunan yang di dalamnya mencakup banyak kegiatan
baik berbelanja, berjalanjalan, berkumpul, maupun rekreasi yang berada di kawasan
simpang Kayu Besar.
2.2.
Tinjauan Umum
2.2.1
Pengertian Pusat Perbelanjaan
1.
Pengertian dari pusat perbelanjaan adalah kompleks toko ritel dan
fasilitas yang direncanakan sebagai kelompok terpadu untuk
memberikan kenyamanan berbelanja yang maksimal kepada pelanggan
dan pentaan barang dagangan yang terekspose secara maksimal5 .
2.
Menurut International Council of Shopping center (ICSC) tahun 2013,
Pusat perbelanjaan sendiri memiliki arti sekelompok pengusaha eceran
(retailer ) dan kegiatan komersil lainnya yang direncanakan,
dikembangkan, dimiliki, dan dioperasikan dalam satu unit bisnis, pada
umumnya menyediakan tempat parkir.
3.
Menurut situs online Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2012,
pusat perbelanjaan
adalah
tempat
yang
diperuntukkan
bagi
pertokoan yang mudah dikunjungi pembeli berbagai lapisan
masyarakat.
4.
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112
Tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat
Perbelanjaan Dan Toko Modern menyebutkan bahwa pusat
perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau
beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal dari satu atau
beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal,
yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri
untuk melakukan kegiatan perdagangan barang.
5
Chiara, J. D. & Crosbie, M. J., 2001, Time Saver Standart For Building Types . 4th penyunt.
Singapore: McGraw - Hill Book Co, hlm 119
9
Universitas Sumatera Utara
5.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pusat perbelanjaan
adalah suatu kompleks bangunan komersil yang dirancang dan
direncanakan beserta retail-retail dan fasilitas pendukungnya untuk
memberikan
kenyamanan
dalam
aktivitas
perdagangan
yang
diwadahinya.
2.2.2. Klasifikasi Pusat Perbelanjaan
1. Jenis Shopping Center berdasarkan lingkup atau skala pelayanannya dan
total luas area dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, yaitu6 :
a. Neighbourhood Shopping Center ( Pusat Perbelanjaan lokal/
lingkungan)
Shopping Center jenis ini biasanya menekankan pada pelayanan
barang kebutuhan sehari-hari. Luas lantai penjalan (Gross leaseble
Area- GLA ) 30.000 sq.ft sampai 100.000 sq.ft (2.870 m sampai
9.290 m ) dengan tingkat pelayanan antara 5.000 penduduk sampai
dengan 40.000 penduduk (skala lingkungan radius 5 mil).Lokasi
berada pada jalan utama lingkungan,mengelompok dengan pusat
perdagangan lingkungan.Serta mewadahi 5 – 25 toko eceran,
supermaket merupakan penyewa ruang utama serta dilengkapi
dengan ruang untuk perdagangan jasa.
b. Community Shopping Center ( Pusat Perbelanjaan Kawasan
Wilayah )
Melayani jenis barang yang lebih luas GLA pada jarak 100.000 sq.ft
sampai 300.000 sq.ft ( 9.290 m sampai 27.870 m ) tingkat pelayanan
40.000
penduduk
sampai
150.000
penduduk
(skala
wilayah).Mewadahi 15 – 50 toko yang terdiri dari junior department
store, supermarket, convience store, kantor dan bank ( ATM ).
c. Regional Shopping Center ( Pusat Perbelanjaan Berskala Kota )
Anditriplea, 2011, “Jenis Shopping Center”, http://anditriplea.blogspot.co.id/2011/05/jenisshopping-center.html, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00
6
10
Universitas Sumatera Utara
Regional Shopping Center mempunyai kriteria jangkauan pelayanan
150.000 – 400.000 jiwa atau lebih penduduk, dilengkapi dengan
fasilitas-fasilitas seperti Departemen store, supermarket , shop
cinema, bank, toko-toko eceran, variety shop, convience store,
restaurant dan sebagainya. GLA pada jarak 300.000 sq.ft sampai
1.000.000 sq.ft (27.870 m2 sampai 92.990 m2 ) terletak pada tempat
yang strategis dngan lokasi perkantoran, rekreasi dan kesenian serta
pencapaian dengan kendaraan memakan waktu maksimal 25 menit.
Berdasarkan luas areal pusat perbelanjaan, maka jenis pusat perbelanjaan
yang direncanakan dikategorikan ke dalam Regional Shopping Centers.
2. Klasifikasi Pusat Perbelanjaan berdasarkan bentuk fisik dikategorikan
menjadi 7 golongan, yaitu7 :
a. Shopping Center
Merupakan suatu kelompok pertokoan yang terdiri dari toko-toko
yang disewakan / dijual yang dikelola secara teratur dan berada
diatas satu atap.Barang-barang yang diperdagangkan adalah mulai
dari barang kebutuhan sehari-hari sampai pada kebutuhan
berkala.Dilengkapi pula dengan fasilitas-fasilitas penunjang dan
fasilitas hiburan.
b. Shopping Street
Merupakan kelompok fasilitas perbelanjaan yang terdiri dari tokotoko yang berderet di sepanjang kedua sisi jalan, biasanya
membentuk koridor.
c. Shopping Precint
Merupakan kelompok pertokoan pertokoan yang akan pada bagian
depan
menghadap
kendaraan.Akibatnya
open
timbul
space,
yang
bentuk
bebas
lalu
lintas
kelompok
toko
yang
berorientasi pada suatu ruang bebas di tengah yang dikhususkan bagi
pejalan kaki.
Anditriplea, 2011, “Jenis Shopping Center”, http://anditriplea.blogspot.co.id/2011/05/jenisshopping-center.html, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00
7
11
Universitas Sumatera Utara
d. Departement Store
Merupakan suatu toko yang melayani perdagangan eceran yang
sangat besar dibawah satu atap dan terdiri dari beberapa lantai dan
menjual macam-macam barang. Luas lantai berkisar antara 10.00020.000 m2.
e. Supermaket
Merupakan toko yang menjual berbagai macam barang kebutuhan
sehari- hari dengan sistem self service. Jumlah bahan makanan
kurang dari 15% dari seluruh barang yang diperdagangkan dan luas
lantainya berkisar antara 1000-2500 m.
f. Superstore
Merupakan toko satu lantai dengan luas area penjualan lebih dari
2500 m, dengan sistem self service dan luas lantainya berkisar 50007000 m.
g. Shopping Mall Merupakan salah satu bentuk Shopping Center
dimana ruang terbuka berupa Mall, merupakan pusat oriantasi dari
kompleks pertokoan. Mall memiliki bentuk jalur pedestrian (untuk
aktivitas jual beli), memiliki beberapa anchor/ magnet pembangkit.
Berdasarkan klasifikasi diatas maka bentuk fisik pusat perbelanjaan yang
direncanakan adalah Shopping Center .
3. Pusat perbelanjaan dilihat dari fungsi dan kegiatan yang ada pada
bangunan, yaitu8:
a. Pusat perbelanjaan murni
Pusat perbelanjaan yang berfungsi sebagai tempat berbelanja dan
sebagai tempat bertemunya masyarakat untuk segala urusan, baik
untuk bersantai atau mencari hiburan.
b. Pusat perbelanjaan multi fungsi
8
Bukhari, arief, 2015, “Identifikasi Pusat Perbelanjaan”, http://dokumen.tips/documents/
identifikasi-pusat-perbelanjaan-mall.html, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00
12
Universitas Sumatera Utara
Pusat perbelanjaan dicampur dengan fungsi lain yang berbeda
namun saling menunjang dan meningkatkan nilai komersialnya.
Berdasarkan fungsi dan kegiatan diatas maka pusat perbelanjaan yang
direncanakan adalah pusat perbelanjaan murni.
4. Klasifikasi pusat perbelanjaan berdasarkan kuantitas barang yang dijual,
yaitu9:
a. Toko Grosir (Partai Besar)
Toko yang menjual barang-barangnya dalam partai besar atau
dengan kata lain barang-barangnya disimpan ditempat lain dan yang
ada di toko hanya contohnya saja.
b. Toko Ritel (Eceran)
Toko yang menjual barang-barangnya dalam bentuk eceran / partai
kecil. Toko ritel ini mempunyai sasaran pembeli yang lebih
beragam, oleh karena itu lingkup sistem ecerannya lebih luas dan
fleksibel dari pada grosir. Toko ini lebih menarik banyak banyak
pembeli karena tingkat variasi barangnya yang tinggi.
Berdasarkan klasifikasi diatas maka kuantitas barang yang dijual di pusat
perbelanjaan yang direncanakan adalah toko ritel ( eceran ).
2.3.
Tinjauan Lokasi
Berdasarkan data Rencana Detail Tata Ruang ( RDTR ) kecamatan
Tanjung Morawa, Pembagian WP (Wilayah Pengembangan) Provinsi Sumatera
Utara terdiri dari 5 WP yaitu:
1. WP Mebidangro (Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo);
2. WP Tapanuli;
3. WP Kisaran-Rantau Prapat;
4. WP Tapanuli Selatan;
5. WP Nias ;
9
Anditriplea, 2011, “Jenis Shopping Center”, http://anditriplea.blogspot.co.id/2011/05/jenisshopping-center.html, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00
13
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Pembagian Wilayah Pengembangan Provinsi Sumatera Utara
WP
Mebidangro
(Medan
Binjai-Deli
SerdangKaro)
CAKUPAN
WILAYAH
KAB/KOTA
CAKUPAN SISTEM
KOTA
- Kota Medan
- Kota Binjai
- Kota
Pematang
Siantar
- Kota
Tebing
Tinggi
- Kab Deli Serdang
- Kab Karo
- Kab
Serdang
Bedagai
- Kab Langkat
- Kab Simalungun
- Kab. Batubara
PKN : Mebidang
PKW : Tebing Tinggi,
Pematang Siantar
ORIENT
ASI
PERGER
AKAN
Ke
Metropoli
tan Medan
PKL
:
Pangkalan
Brandan, Stabat, Tj
Selamat,
Brastagi,
Kabanjahe, Limapuluh,
Lubuk Pakam, Sei
Rampah, Seribudolok,
Prapat
Sumber: RTRW Provinsi Sumatera Utara 2009-2028
Dengan mempertimbangkan Sistem Perkotaan RTRWN dan kajian
RTRWP Sumatera Utara Tahun 2003-2018, maka Rencana Sistem Perkotaan
fungsional Provinsi Sumatera Utara diarahkan sebagai berikut :
Tabel 2.2. Rencana Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Utara
Hirarki
Kota
Pusat
Kegiatan
Nasional
Kawasan Perkotaan
Mebidang (Medan,
Binjai, Deli Serdang)
Pusat pemerintahan Propinsi
Pusat perdagangan dan jasa regional
Pusat distribusi dan kolektor barang &
jasa regional
Pusat pelayanan jasa pariwisata
Pusat transportasi darat, laut, dan udara
regional
Pendidikan tinggi
Industri
Fungsi Utama
Sumber: RTRW Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2028
14
Universitas Sumatera Utara
Sistem pusat-pusat pelayanan di Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat
pada Tabel berikut :
Tabel 2.3. Rencana Sistem Perkotaan Di Kabupaten Deli Serdang Tahun
2030
NO
1
HIRARKI
Pusat Kegiatan
Nasional (PKN)
KOTA
Mebidangro
2
Pusat Kegiatan
Lokal (PKL)
Lubuk Pakam
Pancur Batu
Tanjung
Morawa
Batang Kuis
Hamparan
Perak
FUNGSI YANG
DIKEMBANGKAN
Pusat perdagangan dan jasa
regional
Pusat distribusi dan kolektor
barang & jasa
regional
Pusat transportasi darat, laut,
dan udara regional
Pendidikan tinggi
Industri
Pusat pemerintahan
kabupaten;
Perdagangan dan jasa;
Kota transit;
Pusat pelayanan fasilitas sosial
dan umum;
Permukiman perkotaan
Perdagangan dan jasa regional
(pasar induk dan
terminal sayur);
TOD
Pendidikan dan olah raga;
Pariwisata;
Perumahan dan permukiman.
Perdagangan dan jasa lokal;
Industri;
Perumahan dan permukiman.
Perdagangan dan jasa lokal;
Pengolahan pertanian dan
perkebunan;
TOD
Perumahan dan permukiman;
Kota transit
Perdagangan dan jasa
regional;
Pengolahan pertanian dan
perikanan;
15
Universitas Sumatera Utara
NO
3
HIRARKI
Pusat Kegiatan
Lokal Promosi
(PKLp)
KOTA
Sunggal
Deli Tua
Pagar
Merbau
Tembung
4
Pusat Pelayanan
Kawasan (PPK)
Galang
Sibolangit
Gunung
Meriah
Namo Rambe
Bangun
Purba
FUNGSI YANG
DIKEMBANGKAN
Perumahan dan permukiman.
Industri;
Pusat pendidikan dan olah
raga;
Perdagangan dan jasa lokal;
Industri;
Perumahan dan permukiman.
Perdagangan dan jasa regional
(pasar induk
sayuran);
TOD
Pelayanan sosial
Perumahan dan permukiman.
Perdagangan dan jasa lokal;
Pengolahan pertanian dan
perkebunan;
Perumahan dan permukiman.
Perdagangan dan jasa;
Industri;
Perumahan dan permukiman.
Perdagangan dan jasa lokal;
Pengolahan pertanian dan
perkebunan;
TOD
Militer
Perumahan dan permukiman.
Perdagangan dan jasa lokal;
Pariwisata;
Agropolitan
Kawasan konservasi
(Kawasan Suaka Alam)
Perumahan dan permukiman.
Pengolahan pertanian;
Kehutanan
Pengolahan pertanian;
Perumahan
Pariwisata
Pengolahan pertanian dan
perkebunan;
Perumahan dan permukiman;
16
Universitas Sumatera Utara
NO
5
HIRARKI
Pusat Pelayanan
Lingkungan (PPL)
KOTA
Patumbak
STM Hulu
Kutalimbaru
Biru-biru
STM Hilir
Labuhan
Deli
Pantai Labu
Beringin
FUNGSI YANG
DIKEMBANGKAN
Pengolahan pertanian dan
perkebunan;
Perumahan;
Industri;
Perdagangan dan jasa.
Pengolahan pertanian;
Kehutanan
Pariwisata
Pengolahan pertanian dan
perkebunan;
Perumahan dan permukiman;
Kehutanan
Pengolahan pertanian;
Pariwisata
Pengolahan pertanian;
Kehutanan
Pengolahan pertanian dan
perikanan;
RTH;
Perumahan dan permukiman;
Perdagangan dan jasa.
Pengolahan pertanian dan
perikanan;
Transpotasi;
Perdagangan dan jasa;
Perumahan dan permukiman
Pengolahan pertanian;
Transpotasi;
Perdagangan dan jasa;
Perumahan dan permukiman
Sumber: RTRW Kabupaten Deli Serdang 2010-2030
17
Universitas Sumatera Utara
2.3.1.
Kriteria Pemilihan Lokasi
Tabel 2.4. Kriteria Pemilihan Lokasi
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kriteria
Lokasi
Tinjauan terhadap
struktur kota
Tapak berada pada Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) menurut RTRW Kabupaten Deli
Serdang. Penetapan Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) di Deli Serdang ditetapkan berdasarkan
pertimbangan Struktur Ruang Kawasan
Perkotaan
Mebidangro
dan
potensi
pengembangan Kabupaten Deli Serdang.
Pencapaian
Lokasi site mudah di capai dari pusat kota
Medan, karena adanya fasilitas jalan raya dan
jalan tol.
Area Pelayanan
Area sekitar site merupakan fungsi-fungsi
yang dapat saling mendukung dengan
bangunan yang direncanakan.
Status Kepemilikan
Lahan PTPN II
Nilai Lahan
Relatif tinggi karena merupakan bekas lahan
PTPN II dan berada di akses utama jalan
masuk ke Bandara Kualanamu.
Pola penggunaan lahan Berada di lokasi pengembangan sesuai RTRW
site (Tata Guna Lahan)
GSB, KLB, KDB, dsb. Disesuaikan dengan RDTR Kabupaten Deli
Serdang.
Tersedia utilitas yang Terdapat di lokasi yang sudah mempunyai
baik
utilitas listrik, air, telepon, gas, dan kebakaran,
dsb.
18
Universitas Sumatera Utara
2.3.2.
Deskripsi Lokasi Sebagai Tapak Rancangan
Adapun deskripsi lokasi sebagai tapak rancangan :
1. Kasus Proyek
: Pusat Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu
Besar, Kualanamu
2. Status Proyek
: Fiktif
3. Pemilik Proyek
: Pihak Swasta
4. Lokasi Tapak
: Simpang Kayu Besar Jalan Batang Kuis , Deli
Serdang
a.
Batas Utara
: PTPN II
b.
Batas Timur
: PTPN II
c.
Batas Selatan
: Jalan Raya Medan
d.
Batas Barat
: Jalan Batang Kuis
5. Luas Lahan
: 1,5 hektar
6. Kontur
: Relatif Datar
7. KDB
: 60 - 70 %
8. KLB
: 1 – 5 Lantai
9. GSB
a.
Jl. Batang Kuis
: 15 m ( Row = 30 m )
b.
Jl. Raya Medan
: 15 m ( Row = 30 m )
10. Bangunan eksisting
: Lahan Kosong
19
Universitas Sumatera Utara
2.4.
Tinjauan Fungsi
Sub bab tinjauan fungsi ini membahas bagaimana Pusat Perbelanjaan Di
Kawasan Simpang Kayu Besar, Kualanamu bekerja, apa aktivitasnya, siapa
penggunanya, persyaratan, kebutuhan ruang dan besaran ruang.
2.4.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan10
Pengguna kegiatan dalam Pusat Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu
Besar, Kualanamu terdiri atas pengunjung, penyewa, pengelola, dan servis:
1. Pengunjung adalah pihak yang melakukan kunjungan ke Pusat
Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu Besar, Kualanamu, yang
dibagi berdasarkan pertimbangan tertentu seperti :
a. Berdasarkan golongan :
a) Masyarakat berpenghasilan menengah
b) Masyarakat berpenghasilan cukup
b. Berdasarkan asal-usul
a) Pengunjung yang datang dari kota Binjai dan sekitarnya
b) Pengunjung yang datang dari luar kota Binjai
c. Berdasarkan klasifikasi umur :
a) Anak-anak ( usia 5-13 tahun )
b) Remaja ( usia 14-24 tahun )
c) Dewasa ( usia 25-45 tahun )
d) Lanjut usia
d. Berdasarkan motivasi atau tujuan :
a) Pengunjung untuk berbelanja
b) Pengunjung hanya untuk berjalan jalan
2. Penyewa
Penyewa adalah pihak yang menyewa retail-retail yang terdapat dalam
bangunan untuk menjual barang dan jasa mereka kepada pengunjung
yang datang.
10
Abadsyah, Haris, 2014, Binjai Shopping Mall,[pdf], (http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/42342/4/Chapter%20II.pdf,diakses pada tanggal 5 Maret 2016) pkl 21.00
20
Universitas Sumatera Utara
3. Pengelola
Pengelola adalah pihak yang melakukan pengelolaan kegiatan
administrasi dan operasional yang dibedakan dalam 2 tingkatan, yaitu :
a. Pimpinan, terdiri dari direktur dan wakil direktur. Direktur ini
dibantu oleh sekretaris yang bertanggung jawab langsung kepada
direktur.
b. Kepala bagian, terdiri dari kabag operasional, keuangan, pemasaran,
keamanan, pemeliharaan, dan perawatan gedung.
4. Servis
Servis adalah pihak yang melakukan kegiatan pelayanan bangunan
seperti masalah teknis, kebersihan, keamanan, utilitas, pantry dan
pergudangan.
Berdasarkan pelaku kegiatan, maka kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Kegiatan pengunjung, aktivitas umum yang dilakukan pengunjung
adalah :
a. Berbelanja
b. Melihat pertunjukan yang diberikan oleh pihak pengelola
c. Jalan-jalan / cuci mata
d. Makan / minum
e. Melakukan kegiatan permainan
f. Menggunakan fasilitas penunjang yang ada di shopping arcade
2. Kegiatan pengelola, aktivitas yang dilakukan oleh pengelola adalah :
a. Mengelola dan mengatur jalannya operasional bangunan
b. Melayani kebutuhan para konsumen
c. Persiapan peralatan dan tempat sebelum kegiatan pertunjukkan
d. Memberikan informasi singkat
e. Melakukan kegiatan administrasi
f. Penyelenggaraan kegiatan penunjang ( bisa saja bekerjasama
dengan badan lain yang bersangkutan )
g. Mengadakan publikasi
3. Kegiatan servis, aktivitas yang dilakukan adalah :
21
Universitas Sumatera Utara
a. Membersihkan setiap ruangan
b. Melakukan perawatan dan perbaikan terhadap bangunan dan
peralatan-peralatan yang ada didalamnya
c. Mengurus loading dock
d. mengurus utilitas bangunan
e. menjaga keamanan
2.4.2. Deskripsi Perilaku11
Perilaku pengguna pusat perbelanjaan adalah :
1. Pengunjung
Kegiatan utama pengunjung pada pusat perbelanjaan ada 2 yaitu :
a. Mengkonsumsi kebutuhan berbelanja yang rutin/berulang seperti
kebutuhan berbelanja makanan.
b. Membandingkan barang berdasarkan kualitas, variasi, desain, harga,
layanan dll sebelum membuat keputusan barang yang akan dibeli.
2. Penyewa
Penyewa adalah orang atau sekelompok orang yang menyewa dan
mengunakan ruang serta fasilitas yang disediakan dalam melakukan
kegiatan jual beli.
3. Pengelola
Pengelola adalah individu yang tergabung dalam suatu badan yang
bertanggung jawab penuh terhadap segala kegiatan pengelolaan yang
terdapat dalam pusat perbelanjaan. Pengelola shopping center hanya
meliputi dan behubungan dengan bangunan yang dikelola tidak
termasuk pengelola yang ada pada outlet masing-masing yaitu terdiri:
a. Manager (pimpinan)
Pengturan dibatasi pada pengambilan keputusan (decision making)
tingkat atas.
b. Administration (administrasi)
11
Fransisca, 2014, Tinjauan Pusat Perbelanjaan Modern , [pdf],
(http://e
journal.uajy.ac.id/6802/3/ TA213444.pdf, diakses pada tanggal 5 Maret 2016) pkl 22.00
22
Universitas Sumatera Utara
Adalah sebuah tim yang mengelola segala hal yang berhubungan
dengan administrasi kantor.
c. Marketing team (Tim marketing)
Adalah suatu tim yang mengurusi masalah pemasaran. Berhasil
tidaknya shopping center tergantung pada marketingnya. Marketing
sering dikatakan sebagai ujung tombaknya produksi.
d. Cleaning service
Adalah yang mengurusi segala hal yang berhubungan dengan
kebersihan gedung.
e. Maintenance Building Service (Perawatan gedung)
Adalah suatu tim yang bertanggung jawab terhadap perawatan
gedung yang meliputi utilitas dan struktur gedung.
f. Security (keamanan)
Adalah suatu tim yang bertanggung jawab terhadap keamanan
lingkungan bangunan dari pencurian, perampokan, pengerusakan
dan lain-lain.
4. Pemilik
Yakni pihak yang paling berkepentingan terhadap nilai komersial dari
shopping center. Sasaran utama investor adalah para pedagang/penyewa
toko dan sasaran tidak langsungnya adalaaah para pengunjung.
23
Universitas Sumatera Utara
2.4.3. Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Minimal
1. Fasilitas Umum ( Publik )
Tabel 2.5. Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Umum Minimal
Jenis Fungsi
Jenis Ruang
Standar
Jumlah
Kapasitas
Sumber
( Unit)
( orang )
2 m² / org
1
4
NAD
1,5 m² / org
1
200
SB
2 m² / org
2
1
TSS
R. informasi
R. informasi
Hall
Hall
R. Satpam
R. Satpam
ATM Center
ATM Center
1,5 m² / org
1
4
SB
Tempat Sholat
Area Sholat
2 m² / org
1
25
NAD
Toilet
1,5 m² / org
2
2
NAD
Wudhu
1,2 m² / org
1
5
NAD
Bilik KM
1,5 m² / unit
12
12
NAD
Urinoir
0,24 m²/unit
20
20
NAD
Wastafel
0,3 m² / unit
8
8
NAD
Bilik KM
1,5 m² / unit
12
12
NAD
Wastafel
0,3 m² / unit
12
12
NAD
Toilet Pria
Toilet Wanita
Sumber : Hasil Olah Data Primer
2. Fasilitas Berbelanja ( Publik )
Tabel 2.6. Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Berbelanja Minimal
Jenis Fungsi
Jenis Ruang
Standar
Jumlah
Kapasitas
( Unit)
( orang )
Sumber
Men’s Fashion
Giordano
Display area 1,9 m² / org
1
20
NAD
Polo Jeans Co
Fitting room 1,2 m² / org
2
2
NAD
Charles &
Fitting area
(shoes area)
0,36 m² /
1
10
NAD
Kasir
2 m² / org
1
2
NAD
6,5 m²
1
3
SB
Display area 1,9 m² / org
1
20
NAD
Fitting room 1,2 m² / org
2
2
NAD
Keith
Gudang
Ladies’ Fashion
org
24
Universitas Sumatera Utara
ZARA
Gaudi
Mango
Fitting area
(shoes area)
0,36 m² /
Kasir
Gudang
1
10
NAD
2 m² / org
1
2
NAD
6,5 m²
1
3
SB
org
Batik fashion
Display area 1,9 m² / org
1
20
NAD
Danar hadi
Fitting room 1,2 m² / org
2
2
NAD
Fitting area
(shoes area)
0,36 m² /
1
10
NAD
Kasir
2 m² / org
1
2
NAD
6,5 m²
1
2
SB
Display area 1,9 m² / org
1
50
NAD
Fitting room 1,2 m² / org
3
3
NAD
Fitting area
(shoes area)
0,36 m² /
1
5
NAD
Kasir
2 m² / org
1
2
NAD
10 m²
1
-
SB
Display area 1,9 m² / org
1
20
NAD
Fitting room 1,2 m² / org
3
3
NAD
Kasir
2 m² / org
1
2
NAD
Gudang
9 m²
-
9
SB
Accessories
Entrance
0,9 m² / org
1
3
NAD
Shop
Display area 1,9 m² / org
1
20
NAD
Kasir
1
1
NAD
Display area 1,5 m² / org
1
800
NAD
Kasir
2 m² / org
4
8
NAD
R. Penitipan
0,6 m² / org
1
10% kap.
NAD
R.
Pengelola
R.
Karyawan
2,4 m² / org
1
5
NAD
2,4 m² / org
1
10
NAD
Batik semar
batik
Gudang
Sportwear
Equipment
Skate
Element
Planet
Gudang
Beauty Care
Johnny
Andrean
Rudi
org
org
Hadisuwarno
Supermarket
Maxi mart
2 m² / org
25
Universitas Sumatera Utara
Gudang
100 m²/unit
1
-
NAD
Toilet
1,5 m² /unit
2
2
NAD
Department
Display area 1,5 m² / org
1
800
NAD
Store
Kasir
2 m² / org
8
16
NAD
Kamar Pas
1 m² / org
20
20
NAD
2,4 m² / org
1
5
NAD
2,4 m² / org
1
10
NAD
Gudang
100 m²/unit
1
-
NAD
Toilet
1,5 m² /unit
2
2
NAD
Display area 1,5 m² / org
1
360
NAD
Kasir
2 m² / org
2
4
NAD
R.
Pengelola
R.
Karyawan
Gudang
2,4 m² / org
1
5
NAD
2,4 m² / org
1
10
NAD
50 m²/unit
1
-
NAD
Retail
Entrance
0,9 m² / org
1
3
NAD
(65 buah)
Display area 1,9 m² / org
1
20
NAD
Kasir
1
1
NAD
R.
Pengelola
R.
Karyawan
Gramedia
2 m² / org
Sumber : Hasil Olah Data Primer
3. Fasilitas Rekreasi ( Hiburan )
Tabel 2.7. Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Rekreasi Minimal
Jenis Fungsi
Jenis Ruang
Standar
Jumlah
Kapasitas
( Unit)
( orang )
Sumber
Fast Food
Order area
1,2 m² / org
1
5
NAD
A&W
Area makan
1,6 m² / org
1
35
NAD
Dapur
1,4 m² / org
1
5
NAD
Storage
16 m²
1
3
SB
KFC
26
Universitas Sumatera Utara
Pizza Hut
Wastafel
0,3 m² / unit
2
2
NAD
Cafe
Entrance
1,2 m² / org
1
5
NAD
Food&drink
stealing area
Area makan
(non
smoking)
Area makan
(smoking)
Kasir
1,2 m² / org
1
5
NAD
1,6 m² / org
1
35
NAD
1,6 m² / org
1
15
NAD
2 m² / org
1
2
NAD
Dapur
1,4 m² / org
1
3
NAD
Storage
12 m²
1
3
SB
Entrance
1,2 m² / org
1
8
NAD
Area makan
1,6 m² / org
1
35
NAD
Dapur
1,4 m² / org
1
10
NAD
Storage
16 m²
1
3
SB
2 m² / org
1
2
NAD
Area makan
1,6 m² / org
1
100
NAD
Wastafel
0,3 m² / unit
5
5
NAD
Counter
16 m² / unit
8
-
SB
Pantry
1,4 m² / org
10
20
SB
Area
permainan
Kasir
1,6 m² / org
1
80
SB
5 m² / org
1
2
SB
R. Karyawan
2,4 m² / org
1
8
NAD
10% Play
Area
1
-
SB
Ya kun kaya
toast
J.Co Donuts
Restaurant
Fountain
Ice Cream
Solaria
Kasir
Food Court
Time Zone
Gudang
Sumber : Hasil Olah Data Primer
27
Universitas Sumatera Utara
4. Fasilitas Administrasi
Tabel 2.8. Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Administrasi Minimal
Jenis Fungsi
R. Pengelola
R. ME
Jenis Ruang
Standar
Jumlah
Kapasitas
( Unit)
( orang )
Sumber
Front office
20 m²
1
5
SB
R. Manager
20 m²
1
3
SB
R. Personalia
20 m²
1
3
SB
R. Rapat
50 m²
1
10
SB
R. Karyawan
20 m²
1
10
SB
1
1
SB
1
1
SB
1
2
SB
R. AHU &
Chiller
1
1
SB
R.Pengendali
kebakaran
1
1
SB
R. Panel
Listrik
R. Ground
Water Tank
1
1
SB
1
1
SB
R. Boiler
1
1
SB
R. PABX
1
1
SB
R. CCTV
1
1
SB
1
2
SB
R. Genset &
Tangki BBM
R. Trafo
R. Pompa
R. STP
15 m²
45 m²
10 m²
Sumber : Hasil Olah Data Primer
28
Universitas Sumatera Utara
2.4.4. Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang12
Tabel 2.9. Persyaratan dan Kriteria Ruang
Fungsi
Shopping
Center
Kelompok
Kebutuhan
Fungsi
Ruang
Utama
Kantor pengelola
Mudah dalam pencapaian
Hall
Cukup luas
Restoran
Persyaratan
Memerlukan view yang
bagus
Cafe
Memerlukan view yang
bagus, suasana tenang
Supermarket
Disesuaikan dengan modul
struktur
Food Court
Memerlukan view yang
bagus, suasana tenang
Retail
Disesuaikan dengan modul
struktur
Mushalla
R. ME
Nyaman, tenang
Tertutup bagi umum
Area parkir
Kemudahan pencapaian
R. Pameran
Bebas kolom
Sumber : Hasil Olah Data Primer
12
Abadsyah, Haris, 2014, Binjai Shopping Mall,[pdf], (http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/42342/4/Chapter%20II.pdf,diakses pada tanggal 5 Maret 2016) pkl 21.00
29
Universitas Sumatera Utara
2.4.5.
Studi Banding Arsitektur yang Mempunyai Fungsi Sejenis
Studi banding proyek sejenis adalah bertujuan untuk mendapatkan
perbandingan proyek yang akan dibuat, dimana dalam hal ini akan diambil poinpoin dari proyek yang akan dijadikan sebagai pembanding.
2.4.5.1. Paris Van Java Mall13
Paris van Java Resort Lifestyle Place (juga dikenal dengan nama Paris Van
Java Mall) adalah sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di Bandung, Jawa Barat.
Mal ini bisa dicapai beberapa menit dengan mengemudi dari tol Pasteur. Mal yang
diresmikan pada bulan Juli 2006 ini, dirancang dengan nuansa open air yang alami
serta pemandangan burung-burung merpati hias yang beterbangan bebas. Faktor
lain yang menjadi daya tarik adalah konsep bangunan yang kental dengan desain
Eropa. Paris van Java Mall adalah mal yang terbagi menjadi first floor , ground
floor , upper ground serta lower ground dengan salah satu department store terbaik
di Indonesia, Sogo Department Store di lantai teratas. Fasilitas lainnya yang cukup
menjadi daya tarik adalah pasar swalayan Carrefour , toko buku Gramedia, serta
bioskop Blitzmegaplex. Selain itu, di Paris van Java juga berjejer kafe-kafe.
Gambar 2.1. Paris Van Java Mall
Sumber : www.google.com
13
http://arthagading.com, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
30
Universitas Sumatera Utara
Paris van Java pada dibangun diatas kawasan bersejarah. Namun
perencanaan proyek ini tidak melibatkan bangunan eksisting, melainkan membuat
bangunan baru dengan tema kolonial. Fungsi utama adalah shopping center , pusat
wisata kuliner, serta fungsi lifestyle masyarakat kota. Konsep shopping mall
terbuka dengan bangunan bergaya kolonial membuat suasana kolonialnya kian
terasa. Suasana berjalan dibawah arcade diantara bangunan kolonial dapat
dirasakan disini.
2.4.5.2. Mal Ciputra Jakarta14
Mal Ciputra terletak dipersimpangan antara Jl. S. Parman – Jl. Kyai Tapa
–Jl. Tol Dalam Kota, adalah lokasi yang strategis karena selalu menjadi daerah yang
dilewati setiap orang yang akan menuju ke kawasan Jakarta Barat. Dengan luas
lahan ± 5 Ha, Mal Ciputra adalah sebuah superblock dengan Mix-used Complex
yaitu mal dengan luas ± 80.000 m2 yang terdiri dari 9 lantai dan hotel bintang empat
dengan luas ± 30.000 m2 yang terdiri dari 9 lantai. Konsep arsitektural keseluruhan
baik eksterior maupu interior adalah festive, bersifat cerah dan ramai. Konsep ini
dapat terlihat antara lain pada permainan 2 warna utama yaitu peach yang pada saat
itu menjadi trend warna Internasional dan hijau tosca yang melambangkan
corporate identity Grup Ciputra. Terlihat juga pada permainan bentuk massa
bangunan yang merupakan perpaduan antara bangunan mal dan hotel yang
disambungkan melalui sebuah podium dibagian tengah dilengkapi dengan menara
pada kedua ujungnya.
Gambar 2.2. Mall Ciputra
Sumber : www.google.com
14
http://www.ciputramall.com/, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
31
Universitas Sumatera Utara
Selain dari segi desain, perancangan mal Ciputra tidak melupakan 2 faktor
penting yaitu kemudahan dan kenyamanan pengunjung. Untuk kemudahan, dibuat
koridor utama dengan sistem ramp sepanjang interior bangunan sebagai sirkulasi
horizontal, sedangkan untuk sirkulasi vertikal terdapat 10 buah elevator dan 29
buah eskalator, serta berbagai signage/directory sebagai penunjuk arah. Untuk
kenyamanan, dibuat ruang – ruang publik dengan ukuran besar antara lain atrium
dan centercourt tempat berbagai acara biasa dilaksanakan seperti pameran.
Dilengkapi juga dengan elemen- elemen interior seperti void, skylight pada lantai
foodcourt sebagai penerangan alami dan brige.
Berbagai fasilitas tersedia di mal ini yang secara garis besar dapat dibagi
menjadi beberapa kelompok. Fasilitas pusat pertokoan berupa ritel tenant yang
berjumlah 360 unit. Fasilitas khusus berupa area pameran di atrium/centercourt,
area bermain anak, ruang ibu dan bayi, tempat penitipan anak, playgroup bekerja
sama dengan Sanggar Bobo, ruang serba guna Amadeus, taman bacaan anak dan
berbagai kelas khusus seperti kelas musik dan kelas komputer. Fasilitas hiburan
berupa Bioskop Citra 21 (4 studio), stringer dan Fun city. Fasilitas sosial berupa
kantin murah untuk karyawan. Fasilitas pelengkap berupa ATM center, toilet
pengunjung disetiap lantai, pusat informasi, kursi roda, musholla, dan telepon
umum. Fasilitas lain yang tidak kalah penting adalah fasilitas parkir yang dibagi
menjadi dua jenis yaitu parkir terbuka di sekeliling area bangunan dan parker
tertutup berupa gedung parkir 11 lantai dengan system split level. Kapasitas
keduanya dapat dapat menampung ± 1.500 buah mobil dan ± 700 buah sepeda
motor serta dapat memenuhi daya tampung pengunjung baik pada hari – hari biasa
maupun pada akhir pekan dan libur.
Gambar 2.3. Interior Mal Ciputra
Sumber : www.google.com
32
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan kondisi kawasan segmentasi mal ciputra adalah B+. Untuk
itu, beragam jenis retail tenant yang dipilih telah melalui seleksi disesuaikan
segmentasi tersebut dan dengan sistem pengelolaan yaitu system sewa penuh.
Penerapan single-corridor dengan ramping sistem shopping center di lantai 1-6
pada interior bangunan menambah kuat konsep mal. Penyusunan letak retai tenant
berhubungan langsung dengan zoning mal. Untuk barang – barang bermerek dari
mancanegara diletakkan di ground floor sebagai daya tarik dan nilai jual mal.
Anchor tenant di sudut – sudut bangunan untuk menarik pengunjung agar
mengelilingi semua sudut bagian mal. Sedangkan untuk retail tenant kecil, disusun
bercampur agar secara psikologis pengunjung tidak merasa lelah dan bosan.
Meskipun usianya telah menginjak 13 tahun, mal ciputra sampai sekarang
tetap menjadi menjadi salah satu tujuan wisata belanja, khususnya untuk kawasan
Jakarta Barat. Dengan kondisi ini tentunya Mal Ciputra akan selalu
mengembangkan dan memajukan diri demi kenyamanan, kemudahan dan kepuasan
pengunjung di tengah era persaingan antar mal yang semakin hari semakin kuat.
2.5.
Elaborasi Tema
2.5.1.
Pengertian Tema
Adapun tema yang diambil dalam perancangan ini adalah Arsitektur
Metafora.
2.5.1.1. Pengertian Arsitektur
Arsitektur adalah bagian dari kebudayaan manusia, berkaitan dengan
berbagai segi kehidupan antara lain: seni, teknik, ruang/tata ruang, geografi,
sejarah. Dari segi seni, arsitektur adalah seni bangunan termasuk didalamnya
bentuk dan ragam hiasnya. Dari segi teknik, arsitektur adalah sistem mendirikan
bangunan termasuk proses perancangan, konstruksi, struktur, dan dalam hal ini juga
menyangkut aspek dekorasi dan keindahan. Dipandang dari segi ruang, arsitektur
adalah pemenuhan kebutuhan ruang oleh manusia atau kelompok manusia untuk
melaksanakan aktivitas tertentu. Dari segi sejarah, kebudayaan dan geografi,
33
Universitas Sumatera Utara
arsitektur adalah ungkapan fisik dan peninggalan budaya dari suatu masyarakat
dalam batasan tempat dan waktu tertentu15.
2.5.1.2. Pengertian Metafora
Istilah metafora berasal dari bahasa Yunani metapherein (Latin: metafora,
Inggris: metaphor, Perancis: metaphore). ”Meta” dapat diartikan sebagai
memindahkan atau berhubungan dengan perubahan. ”pherein” berarti mengandung
atau memuat. Jadi secara etimologi, metafora dapat diartikan sebagai pemindahan
makna yang dikandungnya kepada obyek atau konsep lain sehingga makna tersebut
terkandung pada obyek yang dikenakan baik melalui perbandingan langsung
maupun analogi16.
Secara etimologis, terminologi metafora dibentuk melalui perpaduan dua
kata Yunani—”meta” (diatas) dan ”pherein” (mengalihkan/memindahkan). Dalam
bahasa Yunani Modern, kata metafora juga bermakna “transfer” atau “transport”.
Dengan demikian, metafora adalah pengalihan citra, makna, atau kualitas sebuah
ungkapan kepada suatu ungkapan lain (Classe: 2000: 941)
2.5.1.3. Metafora Dalam Arsitektur17
Metafora dalam Arsitektur adalah kiasan atau ungkapan bentuk,
diwujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari
orang yang menikmati atau memakai karyanya. Adapun prinsip-prinsip yang dianut
oleh Arsitektur Metafora, yaitu:
1. Mencoba atau berusaha memindahkan keterangan dari suatu subjek ke subjek
lain.
2. Mencoba atau berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan sesuatu hal
yang lain.
Kamilia, Mazaya, 2012, “Apa Itu Arsitektur? What is Architecture?”,
https://mazayakamilia.wordpress.com/2012/12/13/apa-itu-arsitektur-what-is-architecture/, diakses
pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
16
Wungow, Tessa, 2011, “Metafora Dalam Arsitektur”, http://tessaiver.blogspot.co.id/2011/
09/metafora-dalam-arsitektur.html, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
17
Maulizar, Affif, 2013, “Arsitektur Metafora”, http://affifmaulizar.blogspot.co.id/2013/03/
assalamualaikum-wr.html, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
15
34
Universitas Sumatera Utara
3. Mengganti fokus penelitian atau penyelidikan area konsentrasi atau
penyelidikan lainnya (dengan harapan jika dibandingkan atau melebihi
perluasan kita dapat menjelaskan subjek yang sedang dipikirkan dengan cara
baru).
Dalam Penerapannya Metafora dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
1. Intangible methapors (metafora yang tidak dapat diraba)
Metafora yang berangkat dari suatu konsep, ide, hakikat manusia dan nilai-nilai
seperti : individualisme, naturalisme, komunikasi, tradisi dan budaya.
2. Tangible methapors (metafora yang nyata)
Metafora yang berangkat dari hal-hal visual serta spesifikasi / karakter tertentu
dari sebuah benda seperti sebuah rumah adalah puri atau istana, maka wujud
rumah menyerupai istana.
3. Combined methapors (metafora kombinasi)
Merupakan penggabungan kategori 1 dan kategori 2 dengan membandingkan
suatu objek visual dengan yang lain dimana mempunyai persamaan nilai konsep
dengan objek visualnya. Dapat dipakai sebagai acuan kreativitas perancangan.
2.5.1.4. Kegunaan Penerapan Metafora dalam Arsitektur
Sebagai salah satu cara atau metode sebagai perwujudan kreativitas
Arsitektural, yakni sebagai berikut18 :
1.
Memungkinkan untuk melihat suatu karya Arsitektural dari sudut pandang
yang lain.
2.
Mempengaruhi untuk timbulnya berbagai interprestasi pengamat.
3.
Mempengaruhi pengertian terhadap sesuatu hal yang kemudian dianggap
menjadi hal yang tidak dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada
pengertiannya.
4.
Dapat menghasilkan Arsitektur yang lebih ekspresif.
Maulizar, Affif, 2013, “Arsitektur Metafora”, http://affifmaulizar.blogspot.co.id/
2013/03/assalamualaikum-wr.html, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
18
35
Universitas Sumatera Utara
2.5.2.
Interpretasi Tema19
Metafora merupakan suatu istilah yang memiliki arti sesuatu seperti
(something like). Metafora juga merupakan suatu istilah yang didasarkan pada
kesamaan (similarity). Metafora merupakan suatu ungkapan bentuk yang
mengharapkan tanggapan dari para pengamat dan apabila diamati akan mempunyai
makna yang berbeda-beda bagi orang awam yang mengamatinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan tema
metafora pada design bangunan adalah dengan mencoba menangkap objek yang
mewakili kehadiran dari fungsi serta klien proyek. Dalam perancangan Pusat
Perbelanjaan ini menggunakan gaya arsitektur metafora yang bersifat Combined
dengan adanya kombinasi wujud nyata benda yang berkaitan dengan penerbangan,
di ikuti oleh wujud abstrak yang mengikuti benda yang dipakai sebagai bentuk
dasar perancangan. Design bangunan menginterpretasikan konsep dari bandara
Kualanamu, Tema metafora diangkat menjadi tema dari Pusat Perbelanjaan dengan
pendekatan segala sesuatu yang berhubungan dengan penerbangan.
2.5.3.
Keterkaitan Tema Dengan Judul
Tema adalah suatu pola atau gagasan spesifik yang berulang di seluruh
desain pada suatu proyek20. Judul dapat dikatakan sebagai jabaran topik atau tema.
Karena itu, judul harus mampu mencerminkan topik atau tema, tidak boleh
menyimpang dari intinya21.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tema
dengan judul sangat erat kaitannya. Tema metafora diambil dan diterapkan pada
perancangan Pusat Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu Besar, Kualanamu
untuk menciptakan suatu bangunan yang mampu menarik perhatian orang, mampu
memberi kesan dan citra sendiri, serta mampu mewakili suasana dan aktivitas yang
Febry, Nans, 2011, “Tema Arsitektur Simbolisme”, http://sittinur.blogspot.co.id/2011/11/temaarsitektur-simbolisme.html, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
20
Dwifpputeri, 2011, “Tema dan Konsep”, http://dwifpputeri.blogspot.co.id/2011/04/tema-dankonsep.html, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
21
Scout, Rahmat, 2010, “Tema, Topik, Judul, dan Kerangka karangan”,
https://www.academia.edu/10231304/Tema_Topik_Judul_dan_Kerangka_karangan, diakses pada
tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
19
36
Universitas Sumatera Utara
terdapat di dalamnya. Tujuan pemakaian tema sendiri adalah menciptakan
bangunan dengan karakter yang sesuai dengan fungsi bangunan itu sendiri.
2.5.4.
Studi Banding Arsitektur yang Mempunyai Tema Sejenis
Berikut studi banding proyek dengan tema yang sejenis dengan :
2.5.4.1. Museum Of Fruit, Yamanshi, Jepang22
Salah satu perancangan yang menggunakan metafora sebagai konsep
rancangannya adalah Itsuko Hasegawa. Tema ini tampak pada salah satu karyannya
yaitu Museum Of Fruit di Jepang tepatnya di kota Yamashi. Bangunan ini didirikan
pada tahun 1996, berfungsi sebagai museum dan green house dengan material baja
dan kaca. Berlokasi sekitar 30 km dari Gunung Fuji, Museum of Fruit berada pada
salah satu daerah gempa bumi yang paling aktif di dunia. Pusat pengetahuan ini
memiliki 3 struktur shell yang terrbuat dari baja dengan tinggi sampai 20 m dan
bentang 50 m yang dihubungkan oleh bangunan bawah tanah.
Sebagian dari dome ini dilapisi kaca dan terbentuk dari baja yang
berbentuk pipa. Dimensi tipikal adalah 40 m dengan bentang 20 m. Kompleks
bangunan ini terdiri dari tiga massa utama, yaitu : Fruit Plaza , Green house, dan
workshop. Ketiga massa ini diatas menyebar seolah-olah berupa bibit yang disebar
di sebuah lahan. Kehadiran metafora terlihat pada bangunan yang menjadi obyek
kasus, yaitu Museum of Fruit. Pada bangunan ini, sang perancang menghadirkan
sifat-sifat buah dan bibit dalam bentuk bangunan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
bangunan Museum of Fruit ini merupakan perumpamaan Arsitektur.
22
Hasegawa, Itsuko, 1992, Museum Of Fruit,
https://books.google.co.id/books?id=CF6eD95flZkC&pg=PA184&lpg=PA184&dq=site+plan+Mu
seum+Of+Fruit&source=bl&ots=b7vVidUssW&sig=bXxPdfYKqH5BcewdkOfS8QBED4E&hl=e
n&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=site%20plan%20Museum%20Of%20Fruit&f=false, diakses
pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
37
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4. Site Plan Museum Of Fruit
Sumber : www.google.com
Gambar 2.5. Museum Of Fruit
Gambar 2.6. Maket Museum Of Fruit
Sumber : www.google.com
Sumber : www.google.com
Sebagai sebasaran bibit dan buah. Buah hanya bentuk buah atau bibit yang
dimunculkan pada bentuk arsitektural bangunan ini, tapi juga sifat-sifatnya. Hal
inilah yang membuat bangunan ini dikatakan memiliki tema metafora dan
bukannya analogi atau mimesis. Terlebih lagi bentuk dan sifat buah atau bibit yang
diambil tersebut sesuai dengan fungsi bangunanya yaitu sebagai Museum buahbuahan. Jadi dalam pencapaian ide bentuknya, Isuko Hazegawa mentransfer sifatsifat buah dan bibit ke dalam bangunan. Bangunan ini menggunakan tema metafora
dengan kategori combine metaphore. Bangunan Museum of Fruit menggunakan
konsep penyebaran bibit dalam menerapkan idenya sekaligus juga menerapkan
bentuk fisik dari tumbuhan dan buah-buahan. Pada museum of Fruit, perancang
menstransfer sifat-sifat dan bentuk dari bibit dan buah- buahan serta tumbuh-
38
Universitas Sumatera Utara
tumbuhan yang lain. Itsuko Hazegawa berusaha menampilkan metafora dan
kekuatan serta perbedaan buah-buahan, sebuah lansekap purba yang tersembunyi
dalam jiwa manusia.
Dia menggunakan bentuk bibit-bibit yang berbeda yang disebar ke tanah
dalam penampilan keseluruhan kompleks bangunannya, termasuk dalam
menemukan bentuk denah dari tiga massa utama. Sisi inilah yang merupakan
kategori tangible metaphor . Sedangkan kategori intangible metaphor tampak pada
gambaran sebuah bibit yang kemudian tumbuh menjadi pohon yang besar yang
ditampilkannya ke dalam salah satu massa yaitu fruit plaza . Kemudian dia
menampilkan kenangan akan matahari tropis di mana bibit berkecambah pada
green house.
Dia juga menggambarkan dunia gen buah-buahan ke dalam rancangan
exhibition hall. Kekuatan bibit digambarkan dalam workshop, cerita buah-buahan
tampak pada museum, sementara kekayaan hubungan budaya dan sejarah antara
manusia dan buah bisa disimbolkan dengan cara menyebarkan lahan bibit dan
menjadi makmur dalam lingkungan tertentu serta pencampurannya bisa dilihat
sebagai metafora hidup berdampingan dengan damai pada daerah yang bermacam
macam di dunia, simbiosis manusia dan binatang, dan pemeliharaan alam.
Tampilan keseluruhan bangunan merupakan “new age village“.
2.5.4.2. Sidney Opera House23
Sydney Opera House berdiri diatas tanah seluas 2.2 Ha dan Luas Banguan
1.8 Ha dengan bentan bangunan 185 m X 120 dan ketinggian atap mencapai 67
meter di atas permukaan laut. Atap terbuat dari 2194 bagian beton precast yang
masing-masing seberat 15.5 ton.
Satya,
Salman,
2011,
“Opera
House
Sydney
(Struktur
Lengkung)”,
http://salmansatya.blogspot.co.id/2011/04/opera-house-sydney-struktur-lengkung.html, diakses
pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
23
39
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.7. Sydney Opera House
Gambar 2.8. Bentuk Sydney Opera House
Sumber : www.google.com
Sumber : www.google.com
Selain dapat dikategorikan berdasarkan kiasan obyeknya, sebuah karya
arsitektur bisa memiliki multi-interpretasi bahasa metafora bagi yang melihatnya.
Sydney Opera House dirancang oleh jorn utzon, seorang arsitek kelahiran
Denmark. Setiap orang yang melihat karya arsitektur ini, akan menghasilkan
berbagai macam interpretasi sesuai dengan pikiran masing-masing. Ada yang
berpendapat bahwa konsep metafora Sydney Opera House berasal dari cangkang
siput atau kerang. Ada pula yang berpendapat bagaikan bunga yang sedang mekar.
Sydney Opera House ini terletak di atas pelataran menjorok di tepian air,
berdampingan dengan pelabuhan di kawasan benellong point diatas teluk Sydney
yang dulunya difungsikan sebagai gudang penyimpanan kereta trem oleh Jorn
Utzon diubah menjasi suatu mahakarya yang indah dan dikenang sepanjang masa
pada tahun 1957 untuk memenuhi ambisi pemerintah setempat.
Bentuknya yang melengkung berwarna putih menggunakan sistem struktur
cangkang (shell system) selaras den seolah-olah seperti echo dari pelengkung
jembatan Sydney ini merupakan sistem struktur ruang dimana dalam hai ini dinding
tanpa tiang menyatu dengan atap seperti pada rumah siput. Bentuk dan warna yang
ditampilkan oleh sistem tersebut selain memberikan kesan sesuai dengan
lingkungan, yaitu siput binatang laut, didukung oleh lokasinya di tepian air yang
sangat terbuka membuat Sydney Opera House terlihat monumental.
40
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Terminologi Judul
Judul proyek ini adalah “Pusat Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu
Besar, Kualanamu“. Secara terminologi, judul dapat dijabarkan sebagai berikut :
Pusat Perbelanjaan
: Sekelompok penjual eceran dan usahawan komersial
lainnya
yang
merencanakan,
mengembangkan,
mendirikan, memiliki dan mengelola sebuah properti
tunggal1.
Kawasan
: Sebuah
tempat
yang
mempunyai
ciri
serta
mempunyai kekhususan untuk menampung kegiatan
manusia berdasarkan kebutuhannya dan setiap
tempat yang mempunyai ciri dan identitas itu akan
lebih mudah untuk dicari ataupun ditempati untuk
lebih melancarkan segala hal yang berhubungan
dengan kegiatannya2.
Simpang Kayu Besar
: Lokasinya terletak (simp.kualanamu) di jl. Limau
Manis ujung pasar 15 Medan sinembah, Tanjung
Morawa3.
Kualanamu
: Sebuah bandara udara baru untuk kota Medan,
Indonesia. Lokasinya terletak di Kualanamu, Desa
Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli
Serdang4.
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_perbelanjaan, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00
Mirabiela, 2008, “Kawasan & Lingkungan”, https://mirabiela.wordpress.com/2008/10/23/
kawasan-lingkungan/, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00
3
http://inforumahdijualdi.com/317097-rumah-sekitar-simpang-kayu-besar-simp-kualanamutanjung-morawa-medan-kota/, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00
4
http://wikimapia.org/9679322/id/Bandar-Udara-Internasional-Kuala-Namu, diakses pada tanggal
5 Maret 2016 pkl 21.00
2
8
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan batasan pengertian di atas, diambil kesimpulan bahwa Pusat
Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu Besar, Kualanamu adalah sebuah pusat
perbelanjaan dalam satu bangunan yang di dalamnya mencakup banyak kegiatan
baik berbelanja, berjalanjalan, berkumpul, maupun rekreasi yang berada di kawasan
simpang Kayu Besar.
2.2.
Tinjauan Umum
2.2.1
Pengertian Pusat Perbelanjaan
1.
Pengertian dari pusat perbelanjaan adalah kompleks toko ritel dan
fasilitas yang direncanakan sebagai kelompok terpadu untuk
memberikan kenyamanan berbelanja yang maksimal kepada pelanggan
dan pentaan barang dagangan yang terekspose secara maksimal5 .
2.
Menurut International Council of Shopping center (ICSC) tahun 2013,
Pusat perbelanjaan sendiri memiliki arti sekelompok pengusaha eceran
(retailer ) dan kegiatan komersil lainnya yang direncanakan,
dikembangkan, dimiliki, dan dioperasikan dalam satu unit bisnis, pada
umumnya menyediakan tempat parkir.
3.
Menurut situs online Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2012,
pusat perbelanjaan
adalah
tempat
yang
diperuntukkan
bagi
pertokoan yang mudah dikunjungi pembeli berbagai lapisan
masyarakat.
4.
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112
Tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat
Perbelanjaan Dan Toko Modern menyebutkan bahwa pusat
perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau
beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal dari satu atau
beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal,
yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri
untuk melakukan kegiatan perdagangan barang.
5
Chiara, J. D. & Crosbie, M. J., 2001, Time Saver Standart For Building Types . 4th penyunt.
Singapore: McGraw - Hill Book Co, hlm 119
9
Universitas Sumatera Utara
5.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pusat perbelanjaan
adalah suatu kompleks bangunan komersil yang dirancang dan
direncanakan beserta retail-retail dan fasilitas pendukungnya untuk
memberikan
kenyamanan
dalam
aktivitas
perdagangan
yang
diwadahinya.
2.2.2. Klasifikasi Pusat Perbelanjaan
1. Jenis Shopping Center berdasarkan lingkup atau skala pelayanannya dan
total luas area dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, yaitu6 :
a. Neighbourhood Shopping Center ( Pusat Perbelanjaan lokal/
lingkungan)
Shopping Center jenis ini biasanya menekankan pada pelayanan
barang kebutuhan sehari-hari. Luas lantai penjalan (Gross leaseble
Area- GLA ) 30.000 sq.ft sampai 100.000 sq.ft (2.870 m sampai
9.290 m ) dengan tingkat pelayanan antara 5.000 penduduk sampai
dengan 40.000 penduduk (skala lingkungan radius 5 mil).Lokasi
berada pada jalan utama lingkungan,mengelompok dengan pusat
perdagangan lingkungan.Serta mewadahi 5 – 25 toko eceran,
supermaket merupakan penyewa ruang utama serta dilengkapi
dengan ruang untuk perdagangan jasa.
b. Community Shopping Center ( Pusat Perbelanjaan Kawasan
Wilayah )
Melayani jenis barang yang lebih luas GLA pada jarak 100.000 sq.ft
sampai 300.000 sq.ft ( 9.290 m sampai 27.870 m ) tingkat pelayanan
40.000
penduduk
sampai
150.000
penduduk
(skala
wilayah).Mewadahi 15 – 50 toko yang terdiri dari junior department
store, supermarket, convience store, kantor dan bank ( ATM ).
c. Regional Shopping Center ( Pusat Perbelanjaan Berskala Kota )
Anditriplea, 2011, “Jenis Shopping Center”, http://anditriplea.blogspot.co.id/2011/05/jenisshopping-center.html, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00
6
10
Universitas Sumatera Utara
Regional Shopping Center mempunyai kriteria jangkauan pelayanan
150.000 – 400.000 jiwa atau lebih penduduk, dilengkapi dengan
fasilitas-fasilitas seperti Departemen store, supermarket , shop
cinema, bank, toko-toko eceran, variety shop, convience store,
restaurant dan sebagainya. GLA pada jarak 300.000 sq.ft sampai
1.000.000 sq.ft (27.870 m2 sampai 92.990 m2 ) terletak pada tempat
yang strategis dngan lokasi perkantoran, rekreasi dan kesenian serta
pencapaian dengan kendaraan memakan waktu maksimal 25 menit.
Berdasarkan luas areal pusat perbelanjaan, maka jenis pusat perbelanjaan
yang direncanakan dikategorikan ke dalam Regional Shopping Centers.
2. Klasifikasi Pusat Perbelanjaan berdasarkan bentuk fisik dikategorikan
menjadi 7 golongan, yaitu7 :
a. Shopping Center
Merupakan suatu kelompok pertokoan yang terdiri dari toko-toko
yang disewakan / dijual yang dikelola secara teratur dan berada
diatas satu atap.Barang-barang yang diperdagangkan adalah mulai
dari barang kebutuhan sehari-hari sampai pada kebutuhan
berkala.Dilengkapi pula dengan fasilitas-fasilitas penunjang dan
fasilitas hiburan.
b. Shopping Street
Merupakan kelompok fasilitas perbelanjaan yang terdiri dari tokotoko yang berderet di sepanjang kedua sisi jalan, biasanya
membentuk koridor.
c. Shopping Precint
Merupakan kelompok pertokoan pertokoan yang akan pada bagian
depan
menghadap
kendaraan.Akibatnya
open
timbul
space,
yang
bentuk
bebas
lalu
lintas
kelompok
toko
yang
berorientasi pada suatu ruang bebas di tengah yang dikhususkan bagi
pejalan kaki.
Anditriplea, 2011, “Jenis Shopping Center”, http://anditriplea.blogspot.co.id/2011/05/jenisshopping-center.html, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00
7
11
Universitas Sumatera Utara
d. Departement Store
Merupakan suatu toko yang melayani perdagangan eceran yang
sangat besar dibawah satu atap dan terdiri dari beberapa lantai dan
menjual macam-macam barang. Luas lantai berkisar antara 10.00020.000 m2.
e. Supermaket
Merupakan toko yang menjual berbagai macam barang kebutuhan
sehari- hari dengan sistem self service. Jumlah bahan makanan
kurang dari 15% dari seluruh barang yang diperdagangkan dan luas
lantainya berkisar antara 1000-2500 m.
f. Superstore
Merupakan toko satu lantai dengan luas area penjualan lebih dari
2500 m, dengan sistem self service dan luas lantainya berkisar 50007000 m.
g. Shopping Mall Merupakan salah satu bentuk Shopping Center
dimana ruang terbuka berupa Mall, merupakan pusat oriantasi dari
kompleks pertokoan. Mall memiliki bentuk jalur pedestrian (untuk
aktivitas jual beli), memiliki beberapa anchor/ magnet pembangkit.
Berdasarkan klasifikasi diatas maka bentuk fisik pusat perbelanjaan yang
direncanakan adalah Shopping Center .
3. Pusat perbelanjaan dilihat dari fungsi dan kegiatan yang ada pada
bangunan, yaitu8:
a. Pusat perbelanjaan murni
Pusat perbelanjaan yang berfungsi sebagai tempat berbelanja dan
sebagai tempat bertemunya masyarakat untuk segala urusan, baik
untuk bersantai atau mencari hiburan.
b. Pusat perbelanjaan multi fungsi
8
Bukhari, arief, 2015, “Identifikasi Pusat Perbelanjaan”, http://dokumen.tips/documents/
identifikasi-pusat-perbelanjaan-mall.html, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00
12
Universitas Sumatera Utara
Pusat perbelanjaan dicampur dengan fungsi lain yang berbeda
namun saling menunjang dan meningkatkan nilai komersialnya.
Berdasarkan fungsi dan kegiatan diatas maka pusat perbelanjaan yang
direncanakan adalah pusat perbelanjaan murni.
4. Klasifikasi pusat perbelanjaan berdasarkan kuantitas barang yang dijual,
yaitu9:
a. Toko Grosir (Partai Besar)
Toko yang menjual barang-barangnya dalam partai besar atau
dengan kata lain barang-barangnya disimpan ditempat lain dan yang
ada di toko hanya contohnya saja.
b. Toko Ritel (Eceran)
Toko yang menjual barang-barangnya dalam bentuk eceran / partai
kecil. Toko ritel ini mempunyai sasaran pembeli yang lebih
beragam, oleh karena itu lingkup sistem ecerannya lebih luas dan
fleksibel dari pada grosir. Toko ini lebih menarik banyak banyak
pembeli karena tingkat variasi barangnya yang tinggi.
Berdasarkan klasifikasi diatas maka kuantitas barang yang dijual di pusat
perbelanjaan yang direncanakan adalah toko ritel ( eceran ).
2.3.
Tinjauan Lokasi
Berdasarkan data Rencana Detail Tata Ruang ( RDTR ) kecamatan
Tanjung Morawa, Pembagian WP (Wilayah Pengembangan) Provinsi Sumatera
Utara terdiri dari 5 WP yaitu:
1. WP Mebidangro (Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo);
2. WP Tapanuli;
3. WP Kisaran-Rantau Prapat;
4. WP Tapanuli Selatan;
5. WP Nias ;
9
Anditriplea, 2011, “Jenis Shopping Center”, http://anditriplea.blogspot.co.id/2011/05/jenisshopping-center.html, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00
13
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Pembagian Wilayah Pengembangan Provinsi Sumatera Utara
WP
Mebidangro
(Medan
Binjai-Deli
SerdangKaro)
CAKUPAN
WILAYAH
KAB/KOTA
CAKUPAN SISTEM
KOTA
- Kota Medan
- Kota Binjai
- Kota
Pematang
Siantar
- Kota
Tebing
Tinggi
- Kab Deli Serdang
- Kab Karo
- Kab
Serdang
Bedagai
- Kab Langkat
- Kab Simalungun
- Kab. Batubara
PKN : Mebidang
PKW : Tebing Tinggi,
Pematang Siantar
ORIENT
ASI
PERGER
AKAN
Ke
Metropoli
tan Medan
PKL
:
Pangkalan
Brandan, Stabat, Tj
Selamat,
Brastagi,
Kabanjahe, Limapuluh,
Lubuk Pakam, Sei
Rampah, Seribudolok,
Prapat
Sumber: RTRW Provinsi Sumatera Utara 2009-2028
Dengan mempertimbangkan Sistem Perkotaan RTRWN dan kajian
RTRWP Sumatera Utara Tahun 2003-2018, maka Rencana Sistem Perkotaan
fungsional Provinsi Sumatera Utara diarahkan sebagai berikut :
Tabel 2.2. Rencana Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Utara
Hirarki
Kota
Pusat
Kegiatan
Nasional
Kawasan Perkotaan
Mebidang (Medan,
Binjai, Deli Serdang)
Pusat pemerintahan Propinsi
Pusat perdagangan dan jasa regional
Pusat distribusi dan kolektor barang &
jasa regional
Pusat pelayanan jasa pariwisata
Pusat transportasi darat, laut, dan udara
regional
Pendidikan tinggi
Industri
Fungsi Utama
Sumber: RTRW Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2028
14
Universitas Sumatera Utara
Sistem pusat-pusat pelayanan di Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat
pada Tabel berikut :
Tabel 2.3. Rencana Sistem Perkotaan Di Kabupaten Deli Serdang Tahun
2030
NO
1
HIRARKI
Pusat Kegiatan
Nasional (PKN)
KOTA
Mebidangro
2
Pusat Kegiatan
Lokal (PKL)
Lubuk Pakam
Pancur Batu
Tanjung
Morawa
Batang Kuis
Hamparan
Perak
FUNGSI YANG
DIKEMBANGKAN
Pusat perdagangan dan jasa
regional
Pusat distribusi dan kolektor
barang & jasa
regional
Pusat transportasi darat, laut,
dan udara regional
Pendidikan tinggi
Industri
Pusat pemerintahan
kabupaten;
Perdagangan dan jasa;
Kota transit;
Pusat pelayanan fasilitas sosial
dan umum;
Permukiman perkotaan
Perdagangan dan jasa regional
(pasar induk dan
terminal sayur);
TOD
Pendidikan dan olah raga;
Pariwisata;
Perumahan dan permukiman.
Perdagangan dan jasa lokal;
Industri;
Perumahan dan permukiman.
Perdagangan dan jasa lokal;
Pengolahan pertanian dan
perkebunan;
TOD
Perumahan dan permukiman;
Kota transit
Perdagangan dan jasa
regional;
Pengolahan pertanian dan
perikanan;
15
Universitas Sumatera Utara
NO
3
HIRARKI
Pusat Kegiatan
Lokal Promosi
(PKLp)
KOTA
Sunggal
Deli Tua
Pagar
Merbau
Tembung
4
Pusat Pelayanan
Kawasan (PPK)
Galang
Sibolangit
Gunung
Meriah
Namo Rambe
Bangun
Purba
FUNGSI YANG
DIKEMBANGKAN
Perumahan dan permukiman.
Industri;
Pusat pendidikan dan olah
raga;
Perdagangan dan jasa lokal;
Industri;
Perumahan dan permukiman.
Perdagangan dan jasa regional
(pasar induk
sayuran);
TOD
Pelayanan sosial
Perumahan dan permukiman.
Perdagangan dan jasa lokal;
Pengolahan pertanian dan
perkebunan;
Perumahan dan permukiman.
Perdagangan dan jasa;
Industri;
Perumahan dan permukiman.
Perdagangan dan jasa lokal;
Pengolahan pertanian dan
perkebunan;
TOD
Militer
Perumahan dan permukiman.
Perdagangan dan jasa lokal;
Pariwisata;
Agropolitan
Kawasan konservasi
(Kawasan Suaka Alam)
Perumahan dan permukiman.
Pengolahan pertanian;
Kehutanan
Pengolahan pertanian;
Perumahan
Pariwisata
Pengolahan pertanian dan
perkebunan;
Perumahan dan permukiman;
16
Universitas Sumatera Utara
NO
5
HIRARKI
Pusat Pelayanan
Lingkungan (PPL)
KOTA
Patumbak
STM Hulu
Kutalimbaru
Biru-biru
STM Hilir
Labuhan
Deli
Pantai Labu
Beringin
FUNGSI YANG
DIKEMBANGKAN
Pengolahan pertanian dan
perkebunan;
Perumahan;
Industri;
Perdagangan dan jasa.
Pengolahan pertanian;
Kehutanan
Pariwisata
Pengolahan pertanian dan
perkebunan;
Perumahan dan permukiman;
Kehutanan
Pengolahan pertanian;
Pariwisata
Pengolahan pertanian;
Kehutanan
Pengolahan pertanian dan
perikanan;
RTH;
Perumahan dan permukiman;
Perdagangan dan jasa.
Pengolahan pertanian dan
perikanan;
Transpotasi;
Perdagangan dan jasa;
Perumahan dan permukiman
Pengolahan pertanian;
Transpotasi;
Perdagangan dan jasa;
Perumahan dan permukiman
Sumber: RTRW Kabupaten Deli Serdang 2010-2030
17
Universitas Sumatera Utara
2.3.1.
Kriteria Pemilihan Lokasi
Tabel 2.4. Kriteria Pemilihan Lokasi
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kriteria
Lokasi
Tinjauan terhadap
struktur kota
Tapak berada pada Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) menurut RTRW Kabupaten Deli
Serdang. Penetapan Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) di Deli Serdang ditetapkan berdasarkan
pertimbangan Struktur Ruang Kawasan
Perkotaan
Mebidangro
dan
potensi
pengembangan Kabupaten Deli Serdang.
Pencapaian
Lokasi site mudah di capai dari pusat kota
Medan, karena adanya fasilitas jalan raya dan
jalan tol.
Area Pelayanan
Area sekitar site merupakan fungsi-fungsi
yang dapat saling mendukung dengan
bangunan yang direncanakan.
Status Kepemilikan
Lahan PTPN II
Nilai Lahan
Relatif tinggi karena merupakan bekas lahan
PTPN II dan berada di akses utama jalan
masuk ke Bandara Kualanamu.
Pola penggunaan lahan Berada di lokasi pengembangan sesuai RTRW
site (Tata Guna Lahan)
GSB, KLB, KDB, dsb. Disesuaikan dengan RDTR Kabupaten Deli
Serdang.
Tersedia utilitas yang Terdapat di lokasi yang sudah mempunyai
baik
utilitas listrik, air, telepon, gas, dan kebakaran,
dsb.
18
Universitas Sumatera Utara
2.3.2.
Deskripsi Lokasi Sebagai Tapak Rancangan
Adapun deskripsi lokasi sebagai tapak rancangan :
1. Kasus Proyek
: Pusat Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu
Besar, Kualanamu
2. Status Proyek
: Fiktif
3. Pemilik Proyek
: Pihak Swasta
4. Lokasi Tapak
: Simpang Kayu Besar Jalan Batang Kuis , Deli
Serdang
a.
Batas Utara
: PTPN II
b.
Batas Timur
: PTPN II
c.
Batas Selatan
: Jalan Raya Medan
d.
Batas Barat
: Jalan Batang Kuis
5. Luas Lahan
: 1,5 hektar
6. Kontur
: Relatif Datar
7. KDB
: 60 - 70 %
8. KLB
: 1 – 5 Lantai
9. GSB
a.
Jl. Batang Kuis
: 15 m ( Row = 30 m )
b.
Jl. Raya Medan
: 15 m ( Row = 30 m )
10. Bangunan eksisting
: Lahan Kosong
19
Universitas Sumatera Utara
2.4.
Tinjauan Fungsi
Sub bab tinjauan fungsi ini membahas bagaimana Pusat Perbelanjaan Di
Kawasan Simpang Kayu Besar, Kualanamu bekerja, apa aktivitasnya, siapa
penggunanya, persyaratan, kebutuhan ruang dan besaran ruang.
2.4.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan10
Pengguna kegiatan dalam Pusat Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu
Besar, Kualanamu terdiri atas pengunjung, penyewa, pengelola, dan servis:
1. Pengunjung adalah pihak yang melakukan kunjungan ke Pusat
Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu Besar, Kualanamu, yang
dibagi berdasarkan pertimbangan tertentu seperti :
a. Berdasarkan golongan :
a) Masyarakat berpenghasilan menengah
b) Masyarakat berpenghasilan cukup
b. Berdasarkan asal-usul
a) Pengunjung yang datang dari kota Binjai dan sekitarnya
b) Pengunjung yang datang dari luar kota Binjai
c. Berdasarkan klasifikasi umur :
a) Anak-anak ( usia 5-13 tahun )
b) Remaja ( usia 14-24 tahun )
c) Dewasa ( usia 25-45 tahun )
d) Lanjut usia
d. Berdasarkan motivasi atau tujuan :
a) Pengunjung untuk berbelanja
b) Pengunjung hanya untuk berjalan jalan
2. Penyewa
Penyewa adalah pihak yang menyewa retail-retail yang terdapat dalam
bangunan untuk menjual barang dan jasa mereka kepada pengunjung
yang datang.
10
Abadsyah, Haris, 2014, Binjai Shopping Mall,[pdf], (http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/42342/4/Chapter%20II.pdf,diakses pada tanggal 5 Maret 2016) pkl 21.00
20
Universitas Sumatera Utara
3. Pengelola
Pengelola adalah pihak yang melakukan pengelolaan kegiatan
administrasi dan operasional yang dibedakan dalam 2 tingkatan, yaitu :
a. Pimpinan, terdiri dari direktur dan wakil direktur. Direktur ini
dibantu oleh sekretaris yang bertanggung jawab langsung kepada
direktur.
b. Kepala bagian, terdiri dari kabag operasional, keuangan, pemasaran,
keamanan, pemeliharaan, dan perawatan gedung.
4. Servis
Servis adalah pihak yang melakukan kegiatan pelayanan bangunan
seperti masalah teknis, kebersihan, keamanan, utilitas, pantry dan
pergudangan.
Berdasarkan pelaku kegiatan, maka kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Kegiatan pengunjung, aktivitas umum yang dilakukan pengunjung
adalah :
a. Berbelanja
b. Melihat pertunjukan yang diberikan oleh pihak pengelola
c. Jalan-jalan / cuci mata
d. Makan / minum
e. Melakukan kegiatan permainan
f. Menggunakan fasilitas penunjang yang ada di shopping arcade
2. Kegiatan pengelola, aktivitas yang dilakukan oleh pengelola adalah :
a. Mengelola dan mengatur jalannya operasional bangunan
b. Melayani kebutuhan para konsumen
c. Persiapan peralatan dan tempat sebelum kegiatan pertunjukkan
d. Memberikan informasi singkat
e. Melakukan kegiatan administrasi
f. Penyelenggaraan kegiatan penunjang ( bisa saja bekerjasama
dengan badan lain yang bersangkutan )
g. Mengadakan publikasi
3. Kegiatan servis, aktivitas yang dilakukan adalah :
21
Universitas Sumatera Utara
a. Membersihkan setiap ruangan
b. Melakukan perawatan dan perbaikan terhadap bangunan dan
peralatan-peralatan yang ada didalamnya
c. Mengurus loading dock
d. mengurus utilitas bangunan
e. menjaga keamanan
2.4.2. Deskripsi Perilaku11
Perilaku pengguna pusat perbelanjaan adalah :
1. Pengunjung
Kegiatan utama pengunjung pada pusat perbelanjaan ada 2 yaitu :
a. Mengkonsumsi kebutuhan berbelanja yang rutin/berulang seperti
kebutuhan berbelanja makanan.
b. Membandingkan barang berdasarkan kualitas, variasi, desain, harga,
layanan dll sebelum membuat keputusan barang yang akan dibeli.
2. Penyewa
Penyewa adalah orang atau sekelompok orang yang menyewa dan
mengunakan ruang serta fasilitas yang disediakan dalam melakukan
kegiatan jual beli.
3. Pengelola
Pengelola adalah individu yang tergabung dalam suatu badan yang
bertanggung jawab penuh terhadap segala kegiatan pengelolaan yang
terdapat dalam pusat perbelanjaan. Pengelola shopping center hanya
meliputi dan behubungan dengan bangunan yang dikelola tidak
termasuk pengelola yang ada pada outlet masing-masing yaitu terdiri:
a. Manager (pimpinan)
Pengturan dibatasi pada pengambilan keputusan (decision making)
tingkat atas.
b. Administration (administrasi)
11
Fransisca, 2014, Tinjauan Pusat Perbelanjaan Modern , [pdf],
(http://e
journal.uajy.ac.id/6802/3/ TA213444.pdf, diakses pada tanggal 5 Maret 2016) pkl 22.00
22
Universitas Sumatera Utara
Adalah sebuah tim yang mengelola segala hal yang berhubungan
dengan administrasi kantor.
c. Marketing team (Tim marketing)
Adalah suatu tim yang mengurusi masalah pemasaran. Berhasil
tidaknya shopping center tergantung pada marketingnya. Marketing
sering dikatakan sebagai ujung tombaknya produksi.
d. Cleaning service
Adalah yang mengurusi segala hal yang berhubungan dengan
kebersihan gedung.
e. Maintenance Building Service (Perawatan gedung)
Adalah suatu tim yang bertanggung jawab terhadap perawatan
gedung yang meliputi utilitas dan struktur gedung.
f. Security (keamanan)
Adalah suatu tim yang bertanggung jawab terhadap keamanan
lingkungan bangunan dari pencurian, perampokan, pengerusakan
dan lain-lain.
4. Pemilik
Yakni pihak yang paling berkepentingan terhadap nilai komersial dari
shopping center. Sasaran utama investor adalah para pedagang/penyewa
toko dan sasaran tidak langsungnya adalaaah para pengunjung.
23
Universitas Sumatera Utara
2.4.3. Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Minimal
1. Fasilitas Umum ( Publik )
Tabel 2.5. Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Umum Minimal
Jenis Fungsi
Jenis Ruang
Standar
Jumlah
Kapasitas
Sumber
( Unit)
( orang )
2 m² / org
1
4
NAD
1,5 m² / org
1
200
SB
2 m² / org
2
1
TSS
R. informasi
R. informasi
Hall
Hall
R. Satpam
R. Satpam
ATM Center
ATM Center
1,5 m² / org
1
4
SB
Tempat Sholat
Area Sholat
2 m² / org
1
25
NAD
Toilet
1,5 m² / org
2
2
NAD
Wudhu
1,2 m² / org
1
5
NAD
Bilik KM
1,5 m² / unit
12
12
NAD
Urinoir
0,24 m²/unit
20
20
NAD
Wastafel
0,3 m² / unit
8
8
NAD
Bilik KM
1,5 m² / unit
12
12
NAD
Wastafel
0,3 m² / unit
12
12
NAD
Toilet Pria
Toilet Wanita
Sumber : Hasil Olah Data Primer
2. Fasilitas Berbelanja ( Publik )
Tabel 2.6. Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Berbelanja Minimal
Jenis Fungsi
Jenis Ruang
Standar
Jumlah
Kapasitas
( Unit)
( orang )
Sumber
Men’s Fashion
Giordano
Display area 1,9 m² / org
1
20
NAD
Polo Jeans Co
Fitting room 1,2 m² / org
2
2
NAD
Charles &
Fitting area
(shoes area)
0,36 m² /
1
10
NAD
Kasir
2 m² / org
1
2
NAD
6,5 m²
1
3
SB
Display area 1,9 m² / org
1
20
NAD
Fitting room 1,2 m² / org
2
2
NAD
Keith
Gudang
Ladies’ Fashion
org
24
Universitas Sumatera Utara
ZARA
Gaudi
Mango
Fitting area
(shoes area)
0,36 m² /
Kasir
Gudang
1
10
NAD
2 m² / org
1
2
NAD
6,5 m²
1
3
SB
org
Batik fashion
Display area 1,9 m² / org
1
20
NAD
Danar hadi
Fitting room 1,2 m² / org
2
2
NAD
Fitting area
(shoes area)
0,36 m² /
1
10
NAD
Kasir
2 m² / org
1
2
NAD
6,5 m²
1
2
SB
Display area 1,9 m² / org
1
50
NAD
Fitting room 1,2 m² / org
3
3
NAD
Fitting area
(shoes area)
0,36 m² /
1
5
NAD
Kasir
2 m² / org
1
2
NAD
10 m²
1
-
SB
Display area 1,9 m² / org
1
20
NAD
Fitting room 1,2 m² / org
3
3
NAD
Kasir
2 m² / org
1
2
NAD
Gudang
9 m²
-
9
SB
Accessories
Entrance
0,9 m² / org
1
3
NAD
Shop
Display area 1,9 m² / org
1
20
NAD
Kasir
1
1
NAD
Display area 1,5 m² / org
1
800
NAD
Kasir
2 m² / org
4
8
NAD
R. Penitipan
0,6 m² / org
1
10% kap.
NAD
R.
Pengelola
R.
Karyawan
2,4 m² / org
1
5
NAD
2,4 m² / org
1
10
NAD
Batik semar
batik
Gudang
Sportwear
Equipment
Skate
Element
Planet
Gudang
Beauty Care
Johnny
Andrean
Rudi
org
org
Hadisuwarno
Supermarket
Maxi mart
2 m² / org
25
Universitas Sumatera Utara
Gudang
100 m²/unit
1
-
NAD
Toilet
1,5 m² /unit
2
2
NAD
Department
Display area 1,5 m² / org
1
800
NAD
Store
Kasir
2 m² / org
8
16
NAD
Kamar Pas
1 m² / org
20
20
NAD
2,4 m² / org
1
5
NAD
2,4 m² / org
1
10
NAD
Gudang
100 m²/unit
1
-
NAD
Toilet
1,5 m² /unit
2
2
NAD
Display area 1,5 m² / org
1
360
NAD
Kasir
2 m² / org
2
4
NAD
R.
Pengelola
R.
Karyawan
Gudang
2,4 m² / org
1
5
NAD
2,4 m² / org
1
10
NAD
50 m²/unit
1
-
NAD
Retail
Entrance
0,9 m² / org
1
3
NAD
(65 buah)
Display area 1,9 m² / org
1
20
NAD
Kasir
1
1
NAD
R.
Pengelola
R.
Karyawan
Gramedia
2 m² / org
Sumber : Hasil Olah Data Primer
3. Fasilitas Rekreasi ( Hiburan )
Tabel 2.7. Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Rekreasi Minimal
Jenis Fungsi
Jenis Ruang
Standar
Jumlah
Kapasitas
( Unit)
( orang )
Sumber
Fast Food
Order area
1,2 m² / org
1
5
NAD
A&W
Area makan
1,6 m² / org
1
35
NAD
Dapur
1,4 m² / org
1
5
NAD
Storage
16 m²
1
3
SB
KFC
26
Universitas Sumatera Utara
Pizza Hut
Wastafel
0,3 m² / unit
2
2
NAD
Cafe
Entrance
1,2 m² / org
1
5
NAD
Food&drink
stealing area
Area makan
(non
smoking)
Area makan
(smoking)
Kasir
1,2 m² / org
1
5
NAD
1,6 m² / org
1
35
NAD
1,6 m² / org
1
15
NAD
2 m² / org
1
2
NAD
Dapur
1,4 m² / org
1
3
NAD
Storage
12 m²
1
3
SB
Entrance
1,2 m² / org
1
8
NAD
Area makan
1,6 m² / org
1
35
NAD
Dapur
1,4 m² / org
1
10
NAD
Storage
16 m²
1
3
SB
2 m² / org
1
2
NAD
Area makan
1,6 m² / org
1
100
NAD
Wastafel
0,3 m² / unit
5
5
NAD
Counter
16 m² / unit
8
-
SB
Pantry
1,4 m² / org
10
20
SB
Area
permainan
Kasir
1,6 m² / org
1
80
SB
5 m² / org
1
2
SB
R. Karyawan
2,4 m² / org
1
8
NAD
10% Play
Area
1
-
SB
Ya kun kaya
toast
J.Co Donuts
Restaurant
Fountain
Ice Cream
Solaria
Kasir
Food Court
Time Zone
Gudang
Sumber : Hasil Olah Data Primer
27
Universitas Sumatera Utara
4. Fasilitas Administrasi
Tabel 2.8. Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Administrasi Minimal
Jenis Fungsi
R. Pengelola
R. ME
Jenis Ruang
Standar
Jumlah
Kapasitas
( Unit)
( orang )
Sumber
Front office
20 m²
1
5
SB
R. Manager
20 m²
1
3
SB
R. Personalia
20 m²
1
3
SB
R. Rapat
50 m²
1
10
SB
R. Karyawan
20 m²
1
10
SB
1
1
SB
1
1
SB
1
2
SB
R. AHU &
Chiller
1
1
SB
R.Pengendali
kebakaran
1
1
SB
R. Panel
Listrik
R. Ground
Water Tank
1
1
SB
1
1
SB
R. Boiler
1
1
SB
R. PABX
1
1
SB
R. CCTV
1
1
SB
1
2
SB
R. Genset &
Tangki BBM
R. Trafo
R. Pompa
R. STP
15 m²
45 m²
10 m²
Sumber : Hasil Olah Data Primer
28
Universitas Sumatera Utara
2.4.4. Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang12
Tabel 2.9. Persyaratan dan Kriteria Ruang
Fungsi
Shopping
Center
Kelompok
Kebutuhan
Fungsi
Ruang
Utama
Kantor pengelola
Mudah dalam pencapaian
Hall
Cukup luas
Restoran
Persyaratan
Memerlukan view yang
bagus
Cafe
Memerlukan view yang
bagus, suasana tenang
Supermarket
Disesuaikan dengan modul
struktur
Food Court
Memerlukan view yang
bagus, suasana tenang
Retail
Disesuaikan dengan modul
struktur
Mushalla
R. ME
Nyaman, tenang
Tertutup bagi umum
Area parkir
Kemudahan pencapaian
R. Pameran
Bebas kolom
Sumber : Hasil Olah Data Primer
12
Abadsyah, Haris, 2014, Binjai Shopping Mall,[pdf], (http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/42342/4/Chapter%20II.pdf,diakses pada tanggal 5 Maret 2016) pkl 21.00
29
Universitas Sumatera Utara
2.4.5.
Studi Banding Arsitektur yang Mempunyai Fungsi Sejenis
Studi banding proyek sejenis adalah bertujuan untuk mendapatkan
perbandingan proyek yang akan dibuat, dimana dalam hal ini akan diambil poinpoin dari proyek yang akan dijadikan sebagai pembanding.
2.4.5.1. Paris Van Java Mall13
Paris van Java Resort Lifestyle Place (juga dikenal dengan nama Paris Van
Java Mall) adalah sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di Bandung, Jawa Barat.
Mal ini bisa dicapai beberapa menit dengan mengemudi dari tol Pasteur. Mal yang
diresmikan pada bulan Juli 2006 ini, dirancang dengan nuansa open air yang alami
serta pemandangan burung-burung merpati hias yang beterbangan bebas. Faktor
lain yang menjadi daya tarik adalah konsep bangunan yang kental dengan desain
Eropa. Paris van Java Mall adalah mal yang terbagi menjadi first floor , ground
floor , upper ground serta lower ground dengan salah satu department store terbaik
di Indonesia, Sogo Department Store di lantai teratas. Fasilitas lainnya yang cukup
menjadi daya tarik adalah pasar swalayan Carrefour , toko buku Gramedia, serta
bioskop Blitzmegaplex. Selain itu, di Paris van Java juga berjejer kafe-kafe.
Gambar 2.1. Paris Van Java Mall
Sumber : www.google.com
13
http://arthagading.com, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
30
Universitas Sumatera Utara
Paris van Java pada dibangun diatas kawasan bersejarah. Namun
perencanaan proyek ini tidak melibatkan bangunan eksisting, melainkan membuat
bangunan baru dengan tema kolonial. Fungsi utama adalah shopping center , pusat
wisata kuliner, serta fungsi lifestyle masyarakat kota. Konsep shopping mall
terbuka dengan bangunan bergaya kolonial membuat suasana kolonialnya kian
terasa. Suasana berjalan dibawah arcade diantara bangunan kolonial dapat
dirasakan disini.
2.4.5.2. Mal Ciputra Jakarta14
Mal Ciputra terletak dipersimpangan antara Jl. S. Parman – Jl. Kyai Tapa
–Jl. Tol Dalam Kota, adalah lokasi yang strategis karena selalu menjadi daerah yang
dilewati setiap orang yang akan menuju ke kawasan Jakarta Barat. Dengan luas
lahan ± 5 Ha, Mal Ciputra adalah sebuah superblock dengan Mix-used Complex
yaitu mal dengan luas ± 80.000 m2 yang terdiri dari 9 lantai dan hotel bintang empat
dengan luas ± 30.000 m2 yang terdiri dari 9 lantai. Konsep arsitektural keseluruhan
baik eksterior maupu interior adalah festive, bersifat cerah dan ramai. Konsep ini
dapat terlihat antara lain pada permainan 2 warna utama yaitu peach yang pada saat
itu menjadi trend warna Internasional dan hijau tosca yang melambangkan
corporate identity Grup Ciputra. Terlihat juga pada permainan bentuk massa
bangunan yang merupakan perpaduan antara bangunan mal dan hotel yang
disambungkan melalui sebuah podium dibagian tengah dilengkapi dengan menara
pada kedua ujungnya.
Gambar 2.2. Mall Ciputra
Sumber : www.google.com
14
http://www.ciputramall.com/, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
31
Universitas Sumatera Utara
Selain dari segi desain, perancangan mal Ciputra tidak melupakan 2 faktor
penting yaitu kemudahan dan kenyamanan pengunjung. Untuk kemudahan, dibuat
koridor utama dengan sistem ramp sepanjang interior bangunan sebagai sirkulasi
horizontal, sedangkan untuk sirkulasi vertikal terdapat 10 buah elevator dan 29
buah eskalator, serta berbagai signage/directory sebagai penunjuk arah. Untuk
kenyamanan, dibuat ruang – ruang publik dengan ukuran besar antara lain atrium
dan centercourt tempat berbagai acara biasa dilaksanakan seperti pameran.
Dilengkapi juga dengan elemen- elemen interior seperti void, skylight pada lantai
foodcourt sebagai penerangan alami dan brige.
Berbagai fasilitas tersedia di mal ini yang secara garis besar dapat dibagi
menjadi beberapa kelompok. Fasilitas pusat pertokoan berupa ritel tenant yang
berjumlah 360 unit. Fasilitas khusus berupa area pameran di atrium/centercourt,
area bermain anak, ruang ibu dan bayi, tempat penitipan anak, playgroup bekerja
sama dengan Sanggar Bobo, ruang serba guna Amadeus, taman bacaan anak dan
berbagai kelas khusus seperti kelas musik dan kelas komputer. Fasilitas hiburan
berupa Bioskop Citra 21 (4 studio), stringer dan Fun city. Fasilitas sosial berupa
kantin murah untuk karyawan. Fasilitas pelengkap berupa ATM center, toilet
pengunjung disetiap lantai, pusat informasi, kursi roda, musholla, dan telepon
umum. Fasilitas lain yang tidak kalah penting adalah fasilitas parkir yang dibagi
menjadi dua jenis yaitu parkir terbuka di sekeliling area bangunan dan parker
tertutup berupa gedung parkir 11 lantai dengan system split level. Kapasitas
keduanya dapat dapat menampung ± 1.500 buah mobil dan ± 700 buah sepeda
motor serta dapat memenuhi daya tampung pengunjung baik pada hari – hari biasa
maupun pada akhir pekan dan libur.
Gambar 2.3. Interior Mal Ciputra
Sumber : www.google.com
32
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan kondisi kawasan segmentasi mal ciputra adalah B+. Untuk
itu, beragam jenis retail tenant yang dipilih telah melalui seleksi disesuaikan
segmentasi tersebut dan dengan sistem pengelolaan yaitu system sewa penuh.
Penerapan single-corridor dengan ramping sistem shopping center di lantai 1-6
pada interior bangunan menambah kuat konsep mal. Penyusunan letak retai tenant
berhubungan langsung dengan zoning mal. Untuk barang – barang bermerek dari
mancanegara diletakkan di ground floor sebagai daya tarik dan nilai jual mal.
Anchor tenant di sudut – sudut bangunan untuk menarik pengunjung agar
mengelilingi semua sudut bagian mal. Sedangkan untuk retail tenant kecil, disusun
bercampur agar secara psikologis pengunjung tidak merasa lelah dan bosan.
Meskipun usianya telah menginjak 13 tahun, mal ciputra sampai sekarang
tetap menjadi menjadi salah satu tujuan wisata belanja, khususnya untuk kawasan
Jakarta Barat. Dengan kondisi ini tentunya Mal Ciputra akan selalu
mengembangkan dan memajukan diri demi kenyamanan, kemudahan dan kepuasan
pengunjung di tengah era persaingan antar mal yang semakin hari semakin kuat.
2.5.
Elaborasi Tema
2.5.1.
Pengertian Tema
Adapun tema yang diambil dalam perancangan ini adalah Arsitektur
Metafora.
2.5.1.1. Pengertian Arsitektur
Arsitektur adalah bagian dari kebudayaan manusia, berkaitan dengan
berbagai segi kehidupan antara lain: seni, teknik, ruang/tata ruang, geografi,
sejarah. Dari segi seni, arsitektur adalah seni bangunan termasuk didalamnya
bentuk dan ragam hiasnya. Dari segi teknik, arsitektur adalah sistem mendirikan
bangunan termasuk proses perancangan, konstruksi, struktur, dan dalam hal ini juga
menyangkut aspek dekorasi dan keindahan. Dipandang dari segi ruang, arsitektur
adalah pemenuhan kebutuhan ruang oleh manusia atau kelompok manusia untuk
melaksanakan aktivitas tertentu. Dari segi sejarah, kebudayaan dan geografi,
33
Universitas Sumatera Utara
arsitektur adalah ungkapan fisik dan peninggalan budaya dari suatu masyarakat
dalam batasan tempat dan waktu tertentu15.
2.5.1.2. Pengertian Metafora
Istilah metafora berasal dari bahasa Yunani metapherein (Latin: metafora,
Inggris: metaphor, Perancis: metaphore). ”Meta” dapat diartikan sebagai
memindahkan atau berhubungan dengan perubahan. ”pherein” berarti mengandung
atau memuat. Jadi secara etimologi, metafora dapat diartikan sebagai pemindahan
makna yang dikandungnya kepada obyek atau konsep lain sehingga makna tersebut
terkandung pada obyek yang dikenakan baik melalui perbandingan langsung
maupun analogi16.
Secara etimologis, terminologi metafora dibentuk melalui perpaduan dua
kata Yunani—”meta” (diatas) dan ”pherein” (mengalihkan/memindahkan). Dalam
bahasa Yunani Modern, kata metafora juga bermakna “transfer” atau “transport”.
Dengan demikian, metafora adalah pengalihan citra, makna, atau kualitas sebuah
ungkapan kepada suatu ungkapan lain (Classe: 2000: 941)
2.5.1.3. Metafora Dalam Arsitektur17
Metafora dalam Arsitektur adalah kiasan atau ungkapan bentuk,
diwujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari
orang yang menikmati atau memakai karyanya. Adapun prinsip-prinsip yang dianut
oleh Arsitektur Metafora, yaitu:
1. Mencoba atau berusaha memindahkan keterangan dari suatu subjek ke subjek
lain.
2. Mencoba atau berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan sesuatu hal
yang lain.
Kamilia, Mazaya, 2012, “Apa Itu Arsitektur? What is Architecture?”,
https://mazayakamilia.wordpress.com/2012/12/13/apa-itu-arsitektur-what-is-architecture/, diakses
pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
16
Wungow, Tessa, 2011, “Metafora Dalam Arsitektur”, http://tessaiver.blogspot.co.id/2011/
09/metafora-dalam-arsitektur.html, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
17
Maulizar, Affif, 2013, “Arsitektur Metafora”, http://affifmaulizar.blogspot.co.id/2013/03/
assalamualaikum-wr.html, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
15
34
Universitas Sumatera Utara
3. Mengganti fokus penelitian atau penyelidikan area konsentrasi atau
penyelidikan lainnya (dengan harapan jika dibandingkan atau melebihi
perluasan kita dapat menjelaskan subjek yang sedang dipikirkan dengan cara
baru).
Dalam Penerapannya Metafora dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
1. Intangible methapors (metafora yang tidak dapat diraba)
Metafora yang berangkat dari suatu konsep, ide, hakikat manusia dan nilai-nilai
seperti : individualisme, naturalisme, komunikasi, tradisi dan budaya.
2. Tangible methapors (metafora yang nyata)
Metafora yang berangkat dari hal-hal visual serta spesifikasi / karakter tertentu
dari sebuah benda seperti sebuah rumah adalah puri atau istana, maka wujud
rumah menyerupai istana.
3. Combined methapors (metafora kombinasi)
Merupakan penggabungan kategori 1 dan kategori 2 dengan membandingkan
suatu objek visual dengan yang lain dimana mempunyai persamaan nilai konsep
dengan objek visualnya. Dapat dipakai sebagai acuan kreativitas perancangan.
2.5.1.4. Kegunaan Penerapan Metafora dalam Arsitektur
Sebagai salah satu cara atau metode sebagai perwujudan kreativitas
Arsitektural, yakni sebagai berikut18 :
1.
Memungkinkan untuk melihat suatu karya Arsitektural dari sudut pandang
yang lain.
2.
Mempengaruhi untuk timbulnya berbagai interprestasi pengamat.
3.
Mempengaruhi pengertian terhadap sesuatu hal yang kemudian dianggap
menjadi hal yang tidak dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada
pengertiannya.
4.
Dapat menghasilkan Arsitektur yang lebih ekspresif.
Maulizar, Affif, 2013, “Arsitektur Metafora”, http://affifmaulizar.blogspot.co.id/
2013/03/assalamualaikum-wr.html, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
18
35
Universitas Sumatera Utara
2.5.2.
Interpretasi Tema19
Metafora merupakan suatu istilah yang memiliki arti sesuatu seperti
(something like). Metafora juga merupakan suatu istilah yang didasarkan pada
kesamaan (similarity). Metafora merupakan suatu ungkapan bentuk yang
mengharapkan tanggapan dari para pengamat dan apabila diamati akan mempunyai
makna yang berbeda-beda bagi orang awam yang mengamatinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan tema
metafora pada design bangunan adalah dengan mencoba menangkap objek yang
mewakili kehadiran dari fungsi serta klien proyek. Dalam perancangan Pusat
Perbelanjaan ini menggunakan gaya arsitektur metafora yang bersifat Combined
dengan adanya kombinasi wujud nyata benda yang berkaitan dengan penerbangan,
di ikuti oleh wujud abstrak yang mengikuti benda yang dipakai sebagai bentuk
dasar perancangan. Design bangunan menginterpretasikan konsep dari bandara
Kualanamu, Tema metafora diangkat menjadi tema dari Pusat Perbelanjaan dengan
pendekatan segala sesuatu yang berhubungan dengan penerbangan.
2.5.3.
Keterkaitan Tema Dengan Judul
Tema adalah suatu pola atau gagasan spesifik yang berulang di seluruh
desain pada suatu proyek20. Judul dapat dikatakan sebagai jabaran topik atau tema.
Karena itu, judul harus mampu mencerminkan topik atau tema, tidak boleh
menyimpang dari intinya21.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tema
dengan judul sangat erat kaitannya. Tema metafora diambil dan diterapkan pada
perancangan Pusat Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu Besar, Kualanamu
untuk menciptakan suatu bangunan yang mampu menarik perhatian orang, mampu
memberi kesan dan citra sendiri, serta mampu mewakili suasana dan aktivitas yang
Febry, Nans, 2011, “Tema Arsitektur Simbolisme”, http://sittinur.blogspot.co.id/2011/11/temaarsitektur-simbolisme.html, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
20
Dwifpputeri, 2011, “Tema dan Konsep”, http://dwifpputeri.blogspot.co.id/2011/04/tema-dankonsep.html, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
21
Scout, Rahmat, 2010, “Tema, Topik, Judul, dan Kerangka karangan”,
https://www.academia.edu/10231304/Tema_Topik_Judul_dan_Kerangka_karangan, diakses pada
tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
19
36
Universitas Sumatera Utara
terdapat di dalamnya. Tujuan pemakaian tema sendiri adalah menciptakan
bangunan dengan karakter yang sesuai dengan fungsi bangunan itu sendiri.
2.5.4.
Studi Banding Arsitektur yang Mempunyai Tema Sejenis
Berikut studi banding proyek dengan tema yang sejenis dengan :
2.5.4.1. Museum Of Fruit, Yamanshi, Jepang22
Salah satu perancangan yang menggunakan metafora sebagai konsep
rancangannya adalah Itsuko Hasegawa. Tema ini tampak pada salah satu karyannya
yaitu Museum Of Fruit di Jepang tepatnya di kota Yamashi. Bangunan ini didirikan
pada tahun 1996, berfungsi sebagai museum dan green house dengan material baja
dan kaca. Berlokasi sekitar 30 km dari Gunung Fuji, Museum of Fruit berada pada
salah satu daerah gempa bumi yang paling aktif di dunia. Pusat pengetahuan ini
memiliki 3 struktur shell yang terrbuat dari baja dengan tinggi sampai 20 m dan
bentang 50 m yang dihubungkan oleh bangunan bawah tanah.
Sebagian dari dome ini dilapisi kaca dan terbentuk dari baja yang
berbentuk pipa. Dimensi tipikal adalah 40 m dengan bentang 20 m. Kompleks
bangunan ini terdiri dari tiga massa utama, yaitu : Fruit Plaza , Green house, dan
workshop. Ketiga massa ini diatas menyebar seolah-olah berupa bibit yang disebar
di sebuah lahan. Kehadiran metafora terlihat pada bangunan yang menjadi obyek
kasus, yaitu Museum of Fruit. Pada bangunan ini, sang perancang menghadirkan
sifat-sifat buah dan bibit dalam bentuk bangunan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
bangunan Museum of Fruit ini merupakan perumpamaan Arsitektur.
22
Hasegawa, Itsuko, 1992, Museum Of Fruit,
https://books.google.co.id/books?id=CF6eD95flZkC&pg=PA184&lpg=PA184&dq=site+plan+Mu
seum+Of+Fruit&source=bl&ots=b7vVidUssW&sig=bXxPdfYKqH5BcewdkOfS8QBED4E&hl=e
n&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=site%20plan%20Museum%20Of%20Fruit&f=false, diakses
pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
37
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4. Site Plan Museum Of Fruit
Sumber : www.google.com
Gambar 2.5. Museum Of Fruit
Gambar 2.6. Maket Museum Of Fruit
Sumber : www.google.com
Sumber : www.google.com
Sebagai sebasaran bibit dan buah. Buah hanya bentuk buah atau bibit yang
dimunculkan pada bentuk arsitektural bangunan ini, tapi juga sifat-sifatnya. Hal
inilah yang membuat bangunan ini dikatakan memiliki tema metafora dan
bukannya analogi atau mimesis. Terlebih lagi bentuk dan sifat buah atau bibit yang
diambil tersebut sesuai dengan fungsi bangunanya yaitu sebagai Museum buahbuahan. Jadi dalam pencapaian ide bentuknya, Isuko Hazegawa mentransfer sifatsifat buah dan bibit ke dalam bangunan. Bangunan ini menggunakan tema metafora
dengan kategori combine metaphore. Bangunan Museum of Fruit menggunakan
konsep penyebaran bibit dalam menerapkan idenya sekaligus juga menerapkan
bentuk fisik dari tumbuhan dan buah-buahan. Pada museum of Fruit, perancang
menstransfer sifat-sifat dan bentuk dari bibit dan buah- buahan serta tumbuh-
38
Universitas Sumatera Utara
tumbuhan yang lain. Itsuko Hazegawa berusaha menampilkan metafora dan
kekuatan serta perbedaan buah-buahan, sebuah lansekap purba yang tersembunyi
dalam jiwa manusia.
Dia menggunakan bentuk bibit-bibit yang berbeda yang disebar ke tanah
dalam penampilan keseluruhan kompleks bangunannya, termasuk dalam
menemukan bentuk denah dari tiga massa utama. Sisi inilah yang merupakan
kategori tangible metaphor . Sedangkan kategori intangible metaphor tampak pada
gambaran sebuah bibit yang kemudian tumbuh menjadi pohon yang besar yang
ditampilkannya ke dalam salah satu massa yaitu fruit plaza . Kemudian dia
menampilkan kenangan akan matahari tropis di mana bibit berkecambah pada
green house.
Dia juga menggambarkan dunia gen buah-buahan ke dalam rancangan
exhibition hall. Kekuatan bibit digambarkan dalam workshop, cerita buah-buahan
tampak pada museum, sementara kekayaan hubungan budaya dan sejarah antara
manusia dan buah bisa disimbolkan dengan cara menyebarkan lahan bibit dan
menjadi makmur dalam lingkungan tertentu serta pencampurannya bisa dilihat
sebagai metafora hidup berdampingan dengan damai pada daerah yang bermacam
macam di dunia, simbiosis manusia dan binatang, dan pemeliharaan alam.
Tampilan keseluruhan bangunan merupakan “new age village“.
2.5.4.2. Sidney Opera House23
Sydney Opera House berdiri diatas tanah seluas 2.2 Ha dan Luas Banguan
1.8 Ha dengan bentan bangunan 185 m X 120 dan ketinggian atap mencapai 67
meter di atas permukaan laut. Atap terbuat dari 2194 bagian beton precast yang
masing-masing seberat 15.5 ton.
Satya,
Salman,
2011,
“Opera
House
Sydney
(Struktur
Lengkung)”,
http://salmansatya.blogspot.co.id/2011/04/opera-house-sydney-struktur-lengkung.html, diakses
pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
23
39
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.7. Sydney Opera House
Gambar 2.8. Bentuk Sydney Opera House
Sumber : www.google.com
Sumber : www.google.com
Selain dapat dikategorikan berdasarkan kiasan obyeknya, sebuah karya
arsitektur bisa memiliki multi-interpretasi bahasa metafora bagi yang melihatnya.
Sydney Opera House dirancang oleh jorn utzon, seorang arsitek kelahiran
Denmark. Setiap orang yang melihat karya arsitektur ini, akan menghasilkan
berbagai macam interpretasi sesuai dengan pikiran masing-masing. Ada yang
berpendapat bahwa konsep metafora Sydney Opera House berasal dari cangkang
siput atau kerang. Ada pula yang berpendapat bagaikan bunga yang sedang mekar.
Sydney Opera House ini terletak di atas pelataran menjorok di tepian air,
berdampingan dengan pelabuhan di kawasan benellong point diatas teluk Sydney
yang dulunya difungsikan sebagai gudang penyimpanan kereta trem oleh Jorn
Utzon diubah menjasi suatu mahakarya yang indah dan dikenang sepanjang masa
pada tahun 1957 untuk memenuhi ambisi pemerintah setempat.
Bentuknya yang melengkung berwarna putih menggunakan sistem struktur
cangkang (shell system) selaras den seolah-olah seperti echo dari pelengkung
jembatan Sydney ini merupakan sistem struktur ruang dimana dalam hai ini dinding
tanpa tiang menyatu dengan atap seperti pada rumah siput. Bentuk dan warna yang
ditampilkan oleh sistem tersebut selain memberikan kesan sesuai dengan
lingkungan, yaitu siput binatang laut, didukung oleh lokasinya di tepian air yang
sangat terbuka membuat Sydney Opera House terlihat monumental.
40
Universitas Sumatera Utara