Pusat Perbelanjaan di Simpang Kayu Besar, Kualanamu

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Terminologi Judul
Judul proyek ini adalah “Pusat Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu

Besar, Kualanamu“. Secara terminologi, judul dapat dijabarkan sebagai berikut :
Pusat Perbelanjaan

: Sekelompok penjual eceran dan usahawan komersial
lainnya

yang

merencanakan,

mengembangkan,

mendirikan, memiliki dan mengelola sebuah properti
tunggal1.

Kawasan

: Sebuah

tempat

yang

mempunyai

ciri

serta

mempunyai kekhususan untuk menampung kegiatan
manusia berdasarkan kebutuhannya dan setiap
tempat yang mempunyai ciri dan identitas itu akan
lebih mudah untuk dicari ataupun ditempati untuk
lebih melancarkan segala hal yang berhubungan
dengan kegiatannya2.

Simpang Kayu Besar

: Lokasinya terletak (simp.kualanamu) di jl. Limau
Manis ujung pasar 15 Medan sinembah, Tanjung
Morawa3.

Kualanamu

: Sebuah bandara udara baru untuk kota Medan,
Indonesia. Lokasinya terletak di Kualanamu, Desa
Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli
Serdang4.

1

https://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_perbelanjaan, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00
Mirabiela, 2008, “Kawasan & Lingkungan”, https://mirabiela.wordpress.com/2008/10/23/
kawasan-lingkungan/, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00
3
http://inforumahdijualdi.com/317097-rumah-sekitar-simpang-kayu-besar-simp-kualanamutanjung-morawa-medan-kota/, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00

4
http://wikimapia.org/9679322/id/Bandar-Udara-Internasional-Kuala-Namu, diakses pada tanggal
5 Maret 2016 pkl 21.00
2

8

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan batasan pengertian di atas, diambil kesimpulan bahwa Pusat
Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu Besar, Kualanamu adalah sebuah pusat
perbelanjaan dalam satu bangunan yang di dalamnya mencakup banyak kegiatan
baik berbelanja, berjalanjalan, berkumpul, maupun rekreasi yang berada di kawasan
simpang Kayu Besar.

2.2.

Tinjauan Umum

2.2.1


Pengertian Pusat Perbelanjaan
1.

Pengertian dari pusat perbelanjaan adalah kompleks toko ritel dan
fasilitas yang direncanakan sebagai kelompok terpadu untuk
memberikan kenyamanan berbelanja yang maksimal kepada pelanggan
dan pentaan barang dagangan yang terekspose secara maksimal5 .

2.

Menurut International Council of Shopping center (ICSC) tahun 2013,
Pusat perbelanjaan sendiri memiliki arti sekelompok pengusaha eceran
(retailer ) dan kegiatan komersil lainnya yang direncanakan,
dikembangkan, dimiliki, dan dioperasikan dalam satu unit bisnis, pada
umumnya menyediakan tempat parkir.

3.

Menurut situs online Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2012,

pusat perbelanjaan

adalah

tempat

yang

diperuntukkan

bagi

pertokoan yang mudah dikunjungi pembeli berbagai lapisan
masyarakat.
4.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112
Tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat
Perbelanjaan Dan Toko Modern menyebutkan bahwa pusat
perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau

beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal dari satu atau
beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal,
yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri
untuk melakukan kegiatan perdagangan barang.

5

Chiara, J. D. & Crosbie, M. J., 2001, Time Saver Standart For Building Types . 4th penyunt.
Singapore: McGraw - Hill Book Co, hlm 119

9

Universitas Sumatera Utara

5.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pusat perbelanjaan
adalah suatu kompleks bangunan komersil yang dirancang dan
direncanakan beserta retail-retail dan fasilitas pendukungnya untuk
memberikan


kenyamanan

dalam

aktivitas

perdagangan

yang

diwadahinya.

2.2.2. Klasifikasi Pusat Perbelanjaan
1. Jenis Shopping Center berdasarkan lingkup atau skala pelayanannya dan

total luas area dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, yaitu6 :
a. Neighbourhood Shopping Center ( Pusat Perbelanjaan lokal/
lingkungan)
Shopping Center jenis ini biasanya menekankan pada pelayanan

barang kebutuhan sehari-hari. Luas lantai penjalan (Gross leaseble
Area- GLA ) 30.000 sq.ft sampai 100.000 sq.ft (2.870 m sampai
9.290 m ) dengan tingkat pelayanan antara 5.000 penduduk sampai
dengan 40.000 penduduk (skala lingkungan radius 5 mil).Lokasi
berada pada jalan utama lingkungan,mengelompok dengan pusat
perdagangan lingkungan.Serta mewadahi 5 – 25 toko eceran,
supermaket merupakan penyewa ruang utama serta dilengkapi
dengan ruang untuk perdagangan jasa.
b. Community Shopping Center ( Pusat Perbelanjaan Kawasan
Wilayah )
Melayani jenis barang yang lebih luas GLA pada jarak 100.000 sq.ft
sampai 300.000 sq.ft ( 9.290 m sampai 27.870 m ) tingkat pelayanan
40.000

penduduk

sampai

150.000


penduduk

(skala

wilayah).Mewadahi 15 – 50 toko yang terdiri dari junior department
store, supermarket, convience store, kantor dan bank ( ATM ).
c. Regional Shopping Center ( Pusat Perbelanjaan Berskala Kota )

Anditriplea, 2011, “Jenis Shopping Center”, http://anditriplea.blogspot.co.id/2011/05/jenisshopping-center.html, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00
6

10

Universitas Sumatera Utara

Regional Shopping Center mempunyai kriteria jangkauan pelayanan
150.000 – 400.000 jiwa atau lebih penduduk, dilengkapi dengan
fasilitas-fasilitas seperti Departemen store, supermarket , shop
cinema, bank, toko-toko eceran, variety shop, convience store,
restaurant dan sebagainya. GLA pada jarak 300.000 sq.ft sampai

1.000.000 sq.ft (27.870 m2 sampai 92.990 m2 ) terletak pada tempat
yang strategis dngan lokasi perkantoran, rekreasi dan kesenian serta
pencapaian dengan kendaraan memakan waktu maksimal 25 menit.
Berdasarkan luas areal pusat perbelanjaan, maka jenis pusat perbelanjaan
yang direncanakan dikategorikan ke dalam Regional Shopping Centers.
2. Klasifikasi Pusat Perbelanjaan berdasarkan bentuk fisik dikategorikan
menjadi 7 golongan, yaitu7 :
a. Shopping Center

Merupakan suatu kelompok pertokoan yang terdiri dari toko-toko
yang disewakan / dijual yang dikelola secara teratur dan berada
diatas satu atap.Barang-barang yang diperdagangkan adalah mulai
dari barang kebutuhan sehari-hari sampai pada kebutuhan
berkala.Dilengkapi pula dengan fasilitas-fasilitas penunjang dan
fasilitas hiburan.
b. Shopping Street

Merupakan kelompok fasilitas perbelanjaan yang terdiri dari tokotoko yang berderet di sepanjang kedua sisi jalan, biasanya
membentuk koridor.
c. Shopping Precint


Merupakan kelompok pertokoan pertokoan yang akan pada bagian
depan

menghadap

kendaraan.Akibatnya

open
timbul

space,

yang

bentuk

bebas

lalu

lintas

kelompok

toko

yang

berorientasi pada suatu ruang bebas di tengah yang dikhususkan bagi
pejalan kaki.
Anditriplea, 2011, “Jenis Shopping Center”, http://anditriplea.blogspot.co.id/2011/05/jenisshopping-center.html, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00
7

11

Universitas Sumatera Utara

d. Departement Store
Merupakan suatu toko yang melayani perdagangan eceran yang
sangat besar dibawah satu atap dan terdiri dari beberapa lantai dan
menjual macam-macam barang. Luas lantai berkisar antara 10.00020.000 m2.
e. Supermaket
Merupakan toko yang menjual berbagai macam barang kebutuhan
sehari- hari dengan sistem self service. Jumlah bahan makanan
kurang dari 15% dari seluruh barang yang diperdagangkan dan luas
lantainya berkisar antara 1000-2500 m.
f. Superstore
Merupakan toko satu lantai dengan luas area penjualan lebih dari
2500 m, dengan sistem self service dan luas lantainya berkisar 50007000 m.
g. Shopping Mall Merupakan salah satu bentuk Shopping Center
dimana ruang terbuka berupa Mall, merupakan pusat oriantasi dari
kompleks pertokoan. Mall memiliki bentuk jalur pedestrian (untuk
aktivitas jual beli), memiliki beberapa anchor/ magnet pembangkit.
Berdasarkan klasifikasi diatas maka bentuk fisik pusat perbelanjaan yang
direncanakan adalah Shopping Center .
3. Pusat perbelanjaan dilihat dari fungsi dan kegiatan yang ada pada
bangunan, yaitu8:
a. Pusat perbelanjaan murni
Pusat perbelanjaan yang berfungsi sebagai tempat berbelanja dan
sebagai tempat bertemunya masyarakat untuk segala urusan, baik
untuk bersantai atau mencari hiburan.
b. Pusat perbelanjaan multi fungsi

8

Bukhari, arief, 2015, “Identifikasi Pusat Perbelanjaan”, http://dokumen.tips/documents/
identifikasi-pusat-perbelanjaan-mall.html, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00

12

Universitas Sumatera Utara

Pusat perbelanjaan dicampur dengan fungsi lain yang berbeda
namun saling menunjang dan meningkatkan nilai komersialnya.
Berdasarkan fungsi dan kegiatan diatas maka pusat perbelanjaan yang
direncanakan adalah pusat perbelanjaan murni.
4. Klasifikasi pusat perbelanjaan berdasarkan kuantitas barang yang dijual,
yaitu9:
a. Toko Grosir (Partai Besar)
Toko yang menjual barang-barangnya dalam partai besar atau
dengan kata lain barang-barangnya disimpan ditempat lain dan yang
ada di toko hanya contohnya saja.
b. Toko Ritel (Eceran)
Toko yang menjual barang-barangnya dalam bentuk eceran / partai
kecil. Toko ritel ini mempunyai sasaran pembeli yang lebih
beragam, oleh karena itu lingkup sistem ecerannya lebih luas dan
fleksibel dari pada grosir. Toko ini lebih menarik banyak banyak
pembeli karena tingkat variasi barangnya yang tinggi.
Berdasarkan klasifikasi diatas maka kuantitas barang yang dijual di pusat
perbelanjaan yang direncanakan adalah toko ritel ( eceran ).
2.3.

Tinjauan Lokasi
Berdasarkan data Rencana Detail Tata Ruang ( RDTR ) kecamatan

Tanjung Morawa, Pembagian WP (Wilayah Pengembangan) Provinsi Sumatera
Utara terdiri dari 5 WP yaitu:
1. WP Mebidangro (Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo);
2. WP Tapanuli;
3. WP Kisaran-Rantau Prapat;
4. WP Tapanuli Selatan;
5. WP Nias ;

9

Anditriplea, 2011, “Jenis Shopping Center”, http://anditriplea.blogspot.co.id/2011/05/jenisshopping-center.html, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00

13

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1. Pembagian Wilayah Pengembangan Provinsi Sumatera Utara

WP

Mebidangro
(Medan
Binjai-Deli
SerdangKaro)

CAKUPAN
WILAYAH
KAB/KOTA

CAKUPAN SISTEM
KOTA

- Kota Medan
- Kota Binjai
- Kota
Pematang
Siantar
- Kota
Tebing
Tinggi
- Kab Deli Serdang
- Kab Karo
- Kab
Serdang
Bedagai
- Kab Langkat
- Kab Simalungun
- Kab. Batubara

PKN : Mebidang
PKW : Tebing Tinggi,
Pematang Siantar

ORIENT
ASI
PERGER
AKAN
Ke
Metropoli
tan Medan

PKL
:
Pangkalan
Brandan, Stabat, Tj
Selamat,
Brastagi,
Kabanjahe, Limapuluh,
Lubuk Pakam, Sei
Rampah, Seribudolok,
Prapat

Sumber: RTRW Provinsi Sumatera Utara 2009-2028

Dengan mempertimbangkan Sistem Perkotaan RTRWN dan kajian
RTRWP Sumatera Utara Tahun 2003-2018, maka Rencana Sistem Perkotaan
fungsional Provinsi Sumatera Utara diarahkan sebagai berikut :
Tabel 2.2. Rencana Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Utara
Hirarki

Kota

Pusat
Kegiatan
Nasional

Kawasan Perkotaan
Mebidang (Medan,
Binjai, Deli Serdang)

 Pusat pemerintahan Propinsi
 Pusat perdagangan dan jasa regional
 Pusat distribusi dan kolektor barang &
jasa regional
 Pusat pelayanan jasa pariwisata
 Pusat transportasi darat, laut, dan udara
regional
 Pendidikan tinggi
 Industri
Fungsi Utama

Sumber: RTRW Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2028

14

Universitas Sumatera Utara

Sistem pusat-pusat pelayanan di Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat
pada Tabel berikut :
Tabel 2.3. Rencana Sistem Perkotaan Di Kabupaten Deli Serdang Tahun
2030
NO
1

HIRARKI
Pusat Kegiatan
Nasional (PKN)

KOTA
Mebidangro







2

Pusat Kegiatan
Lokal (PKL)

Lubuk Pakam








Pancur Batu

Tanjung
Morawa
Batang Kuis

Hamparan
Perak











FUNGSI YANG
DIKEMBANGKAN
Pusat perdagangan dan jasa
regional
Pusat distribusi dan kolektor
barang & jasa
regional
Pusat transportasi darat, laut,
dan udara regional
Pendidikan tinggi
Industri
Pusat pemerintahan
kabupaten;
Perdagangan dan jasa;
Kota transit;
Pusat pelayanan fasilitas sosial
dan umum;
Permukiman perkotaan
Perdagangan dan jasa regional
(pasar induk dan
terminal sayur);
TOD
Pendidikan dan olah raga;
Pariwisata;
Perumahan dan permukiman.
Perdagangan dan jasa lokal;
Industri;
Perumahan dan permukiman.

 Perdagangan dan jasa lokal;
 Pengolahan pertanian dan
perkebunan;
 TOD
 Perumahan dan permukiman;
 Kota transit
 Perdagangan dan jasa
regional;
 Pengolahan pertanian dan
perikanan;

15

Universitas Sumatera Utara

NO

3

HIRARKI

Pusat Kegiatan
Lokal Promosi
(PKLp)

KOTA

Sunggal

Deli Tua

Pagar
Merbau

Tembung

4

Pusat Pelayanan
Kawasan (PPK)

Galang

Sibolangit

Gunung
Meriah
Namo Rambe

Bangun
Purba








FUNGSI YANG
DIKEMBANGKAN
Perumahan dan permukiman.
Industri;
Pusat pendidikan dan olah
raga;
Perdagangan dan jasa lokal;
Industri;
Perumahan dan permukiman.

 Perdagangan dan jasa regional
(pasar induk
 sayuran);
 TOD
 Pelayanan sosial
 Perumahan dan permukiman.
 Perdagangan dan jasa lokal;
 Pengolahan pertanian dan
perkebunan;
 Perumahan dan permukiman.
 Perdagangan dan jasa;
 Industri;
 Perumahan dan permukiman.
 Perdagangan dan jasa lokal;
 Pengolahan pertanian dan
perkebunan;
 TOD
 Militer
 Perumahan dan permukiman.
 Perdagangan dan jasa lokal;
 Pariwisata;
 Agropolitan
 Kawasan konservasi
(Kawasan Suaka Alam)
 Perumahan dan permukiman.
 Pengolahan pertanian;
 Kehutanan
 Pengolahan pertanian;
 Perumahan
 Pariwisata
 Pengolahan pertanian dan
perkebunan;
 Perumahan dan permukiman;

16

Universitas Sumatera Utara

NO

5

HIRARKI

Pusat Pelayanan
Lingkungan (PPL)

KOTA
Patumbak



STM Hulu








Kutalimbaru

Biru-biru
STM Hilir
Labuhan
Deli

Pantai Labu

Beringin





















FUNGSI YANG
DIKEMBANGKAN
Pengolahan pertanian dan
perkebunan;
Perumahan;
Industri;
Perdagangan dan jasa.
Pengolahan pertanian;
Kehutanan
Pariwisata
Pengolahan pertanian dan
perkebunan;
Perumahan dan permukiman;
Kehutanan
Pengolahan pertanian;
Pariwisata
Pengolahan pertanian;
Kehutanan
Pengolahan pertanian dan
perikanan;
RTH;
Perumahan dan permukiman;
Perdagangan dan jasa.
Pengolahan pertanian dan
perikanan;
Transpotasi;
Perdagangan dan jasa;
Perumahan dan permukiman
Pengolahan pertanian;
Transpotasi;
Perdagangan dan jasa;
Perumahan dan permukiman

Sumber: RTRW Kabupaten Deli Serdang 2010-2030

17

Universitas Sumatera Utara

2.3.1.

Kriteria Pemilihan Lokasi
Tabel 2.4. Kriteria Pemilihan Lokasi

NO
1.

2.

3.

4.
5.

6.
7.
8.

Kriteria

Lokasi

Tinjauan terhadap
struktur kota

Tapak berada pada Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) menurut RTRW Kabupaten Deli
Serdang. Penetapan Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) di Deli Serdang ditetapkan berdasarkan
pertimbangan Struktur Ruang Kawasan
Perkotaan
Mebidangro
dan
potensi
pengembangan Kabupaten Deli Serdang.
Pencapaian
Lokasi site mudah di capai dari pusat kota
Medan, karena adanya fasilitas jalan raya dan
jalan tol.
Area Pelayanan
Area sekitar site merupakan fungsi-fungsi
yang dapat saling mendukung dengan
bangunan yang direncanakan.
Status Kepemilikan
Lahan PTPN II
Nilai Lahan
Relatif tinggi karena merupakan bekas lahan
PTPN II dan berada di akses utama jalan
masuk ke Bandara Kualanamu.
Pola penggunaan lahan Berada di lokasi pengembangan sesuai RTRW
site (Tata Guna Lahan)
GSB, KLB, KDB, dsb. Disesuaikan dengan RDTR Kabupaten Deli
Serdang.
Tersedia utilitas yang Terdapat di lokasi yang sudah mempunyai
baik
utilitas listrik, air, telepon, gas, dan kebakaran,
dsb.

18

Universitas Sumatera Utara

2.3.2.

Deskripsi Lokasi Sebagai Tapak Rancangan
Adapun deskripsi lokasi sebagai tapak rancangan :

1. Kasus Proyek

: Pusat Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu
Besar, Kualanamu

2. Status Proyek

: Fiktif

3. Pemilik Proyek

: Pihak Swasta

4. Lokasi Tapak

: Simpang Kayu Besar Jalan Batang Kuis , Deli
Serdang

a.

Batas Utara

: PTPN II

b.

Batas Timur

: PTPN II

c.

Batas Selatan

: Jalan Raya Medan

d.

Batas Barat

: Jalan Batang Kuis

5. Luas Lahan

: 1,5 hektar

6. Kontur

: Relatif Datar

7. KDB

: 60 - 70 %

8. KLB

: 1 – 5 Lantai

9. GSB
a.

Jl. Batang Kuis

: 15 m ( Row = 30 m )

b.

Jl. Raya Medan

: 15 m ( Row = 30 m )

10. Bangunan eksisting

: Lahan Kosong

19

Universitas Sumatera Utara

2.4.

Tinjauan Fungsi
Sub bab tinjauan fungsi ini membahas bagaimana Pusat Perbelanjaan Di

Kawasan Simpang Kayu Besar, Kualanamu bekerja, apa aktivitasnya, siapa

penggunanya, persyaratan, kebutuhan ruang dan besaran ruang.
2.4.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan10
Pengguna kegiatan dalam Pusat Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu
Besar, Kualanamu terdiri atas pengunjung, penyewa, pengelola, dan servis:

1. Pengunjung adalah pihak yang melakukan kunjungan ke Pusat
Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu Besar, Kualanamu, yang

dibagi berdasarkan pertimbangan tertentu seperti :
a. Berdasarkan golongan :
a) Masyarakat berpenghasilan menengah
b) Masyarakat berpenghasilan cukup
b. Berdasarkan asal-usul
a) Pengunjung yang datang dari kota Binjai dan sekitarnya
b) Pengunjung yang datang dari luar kota Binjai
c. Berdasarkan klasifikasi umur :
a) Anak-anak ( usia 5-13 tahun )
b) Remaja ( usia 14-24 tahun )
c) Dewasa ( usia 25-45 tahun )
d) Lanjut usia
d. Berdasarkan motivasi atau tujuan :
a) Pengunjung untuk berbelanja
b) Pengunjung hanya untuk berjalan jalan
2. Penyewa
Penyewa adalah pihak yang menyewa retail-retail yang terdapat dalam
bangunan untuk menjual barang dan jasa mereka kepada pengunjung
yang datang.
10

Abadsyah, Haris, 2014, Binjai Shopping Mall,[pdf], (http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/42342/4/Chapter%20II.pdf,diakses pada tanggal 5 Maret 2016) pkl 21.00

20

Universitas Sumatera Utara

3. Pengelola
Pengelola adalah pihak yang melakukan pengelolaan kegiatan
administrasi dan operasional yang dibedakan dalam 2 tingkatan, yaitu :
a. Pimpinan, terdiri dari direktur dan wakil direktur. Direktur ini
dibantu oleh sekretaris yang bertanggung jawab langsung kepada
direktur.
b. Kepala bagian, terdiri dari kabag operasional, keuangan, pemasaran,
keamanan, pemeliharaan, dan perawatan gedung.
4. Servis
Servis adalah pihak yang melakukan kegiatan pelayanan bangunan
seperti masalah teknis, kebersihan, keamanan, utilitas, pantry dan
pergudangan.
Berdasarkan pelaku kegiatan, maka kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Kegiatan pengunjung, aktivitas umum yang dilakukan pengunjung
adalah :
a. Berbelanja
b. Melihat pertunjukan yang diberikan oleh pihak pengelola
c. Jalan-jalan / cuci mata
d. Makan / minum
e. Melakukan kegiatan permainan
f. Menggunakan fasilitas penunjang yang ada di shopping arcade
2. Kegiatan pengelola, aktivitas yang dilakukan oleh pengelola adalah :
a. Mengelola dan mengatur jalannya operasional bangunan
b. Melayani kebutuhan para konsumen
c. Persiapan peralatan dan tempat sebelum kegiatan pertunjukkan
d. Memberikan informasi singkat
e. Melakukan kegiatan administrasi
f. Penyelenggaraan kegiatan penunjang ( bisa saja bekerjasama
dengan badan lain yang bersangkutan )
g. Mengadakan publikasi
3. Kegiatan servis, aktivitas yang dilakukan adalah :

21

Universitas Sumatera Utara

a. Membersihkan setiap ruangan
b. Melakukan perawatan dan perbaikan terhadap bangunan dan
peralatan-peralatan yang ada didalamnya
c. Mengurus loading dock
d. mengurus utilitas bangunan
e. menjaga keamanan
2.4.2. Deskripsi Perilaku11
Perilaku pengguna pusat perbelanjaan adalah :
1. Pengunjung
Kegiatan utama pengunjung pada pusat perbelanjaan ada 2 yaitu :
a. Mengkonsumsi kebutuhan berbelanja yang rutin/berulang seperti
kebutuhan berbelanja makanan.
b. Membandingkan barang berdasarkan kualitas, variasi, desain, harga,
layanan dll sebelum membuat keputusan barang yang akan dibeli.
2. Penyewa
Penyewa adalah orang atau sekelompok orang yang menyewa dan
mengunakan ruang serta fasilitas yang disediakan dalam melakukan
kegiatan jual beli.
3. Pengelola
Pengelola adalah individu yang tergabung dalam suatu badan yang
bertanggung jawab penuh terhadap segala kegiatan pengelolaan yang
terdapat dalam pusat perbelanjaan. Pengelola shopping center hanya
meliputi dan behubungan dengan bangunan yang dikelola tidak
termasuk pengelola yang ada pada outlet masing-masing yaitu terdiri:
a. Manager (pimpinan)
Pengturan dibatasi pada pengambilan keputusan (decision making)
tingkat atas.
b. Administration (administrasi)
11

Fransisca, 2014, Tinjauan Pusat Perbelanjaan Modern , [pdf],
(http://e
journal.uajy.ac.id/6802/3/ TA213444.pdf, diakses pada tanggal 5 Maret 2016) pkl 22.00

22

Universitas Sumatera Utara

Adalah sebuah tim yang mengelola segala hal yang berhubungan
dengan administrasi kantor.
c. Marketing team (Tim marketing)
Adalah suatu tim yang mengurusi masalah pemasaran. Berhasil
tidaknya shopping center tergantung pada marketingnya. Marketing
sering dikatakan sebagai ujung tombaknya produksi.
d. Cleaning service

Adalah yang mengurusi segala hal yang berhubungan dengan
kebersihan gedung.
e. Maintenance Building Service (Perawatan gedung)
Adalah suatu tim yang bertanggung jawab terhadap perawatan
gedung yang meliputi utilitas dan struktur gedung.
f. Security (keamanan)
Adalah suatu tim yang bertanggung jawab terhadap keamanan
lingkungan bangunan dari pencurian, perampokan, pengerusakan
dan lain-lain.
4. Pemilik
Yakni pihak yang paling berkepentingan terhadap nilai komersial dari
shopping center. Sasaran utama investor adalah para pedagang/penyewa
toko dan sasaran tidak langsungnya adalaaah para pengunjung.

23

Universitas Sumatera Utara

2.4.3. Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Minimal
1. Fasilitas Umum ( Publik )
Tabel 2.5. Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Umum Minimal
Jenis Fungsi

Jenis Ruang

Standar

Jumlah

Kapasitas

Sumber

( Unit)

( orang )

2 m² / org

1

4

NAD

1,5 m² / org

1

200

SB

2 m² / org

2

1

TSS

R. informasi

R. informasi

Hall

Hall

R. Satpam

R. Satpam

ATM Center

ATM Center

1,5 m² / org

1

4

SB

Tempat Sholat

Area Sholat

2 m² / org

1

25

NAD

Toilet

1,5 m² / org

2

2

NAD

Wudhu

1,2 m² / org

1

5

NAD

Bilik KM

1,5 m² / unit

12

12

NAD

Urinoir

0,24 m²/unit

20

20

NAD

Wastafel

0,3 m² / unit

8

8

NAD

Bilik KM

1,5 m² / unit

12

12

NAD

Wastafel

0,3 m² / unit

12

12

NAD

Toilet Pria

Toilet Wanita

Sumber : Hasil Olah Data Primer

2. Fasilitas Berbelanja ( Publik )
Tabel 2.6. Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Berbelanja Minimal
Jenis Fungsi

Jenis Ruang

Standar

Jumlah

Kapasitas

( Unit)

( orang )

Sumber

Men’s Fashion
 Giordano

Display area 1,9 m² / org

1

20

NAD

 Polo Jeans Co

Fitting room 1,2 m² / org

2

2

NAD

 Charles &

Fitting area
(shoes area)

0,36 m² /

1

10

NAD

Kasir

2 m² / org

1

2

NAD

6,5 m²

1

3

SB

Display area 1,9 m² / org

1

20

NAD

Fitting room 1,2 m² / org

2

2

NAD

Keith

Gudang

Ladies’ Fashion

org

24

Universitas Sumatera Utara

 ZARA
 Gaudi

 Mango

Fitting area
(shoes area)

0,36 m² /

Kasir
Gudang

1

10

NAD

2 m² / org

1

2

NAD

6,5 m²

1

3

SB

org

Batik fashion

Display area 1,9 m² / org

1

20

NAD

 Danar hadi

Fitting room 1,2 m² / org

2

2

NAD

Fitting area
(shoes area)

0,36 m² /

1

10

NAD

Kasir

2 m² / org

1

2

NAD

6,5 m²

1

2

SB

Display area 1,9 m² / org

1

50

NAD

Fitting room 1,2 m² / org

3

3

NAD

Fitting area
(shoes area)

0,36 m² /

1

5

NAD

Kasir

2 m² / org

1

2

NAD

10 m²

1

-

SB

Display area 1,9 m² / org

1

20

NAD

Fitting room 1,2 m² / org

3

3

NAD

Kasir

2 m² / org

1

2

NAD

Gudang

9 m²

-

9

SB

Accessories

Entrance

0,9 m² / org

1

3

NAD

Shop

Display area 1,9 m² / org

1

20

NAD

Kasir

1

1

NAD

Display area 1,5 m² / org

1

800

NAD

Kasir

2 m² / org

4

8

NAD

R. Penitipan

0,6 m² / org

1

10% kap.

NAD

R.
Pengelola
R.
Karyawan

2,4 m² / org

1

5

NAD

2,4 m² / org

1

10

NAD

 Batik semar
batik

Gudang
Sportwear

 Equipment
Skate

 Element
Planet

Gudang
Beauty Care

 Johnny

Andrean

 Rudi

org

org

Hadisuwarno

Supermarket

 Maxi mart

2 m² / org

25

Universitas Sumatera Utara

Gudang

100 m²/unit

1

-

NAD

Toilet

1,5 m² /unit

2

2

NAD

Department

Display area 1,5 m² / org

1

800

NAD

Store

Kasir

2 m² / org

8

16

NAD

Kamar Pas

1 m² / org

20

20

NAD

2,4 m² / org

1

5

NAD

2,4 m² / org

1

10

NAD

Gudang

100 m²/unit

1

-

NAD

Toilet

1,5 m² /unit

2

2

NAD

Display area 1,5 m² / org

1

360

NAD

Kasir

2 m² / org

2

4

NAD

R.
Pengelola
R.
Karyawan
Gudang

2,4 m² / org

1

5

NAD

2,4 m² / org

1

10

NAD

50 m²/unit

1

-

NAD

Retail

Entrance

0,9 m² / org

1

3

NAD

(65 buah)

Display area 1,9 m² / org

1

20

NAD

Kasir

1

1

NAD

R.
Pengelola
R.
Karyawan

Gramedia

2 m² / org

Sumber : Hasil Olah Data Primer

3. Fasilitas Rekreasi ( Hiburan )
Tabel 2.7. Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Rekreasi Minimal
Jenis Fungsi

Jenis Ruang

Standar

Jumlah

Kapasitas

( Unit)

( orang )

Sumber

Fast Food

Order area

1,2 m² / org

1

5

NAD

 A&W

Area makan

1,6 m² / org

1

35

NAD

Dapur

1,4 m² / org

1

5

NAD

Storage

16 m²

1

3

SB

 KFC

26

Universitas Sumatera Utara

 Pizza Hut

Wastafel

0,3 m² / unit

2

2

NAD

Cafe

Entrance

1,2 m² / org

1

5

NAD

Food&drink
stealing area
Area makan
(non
smoking)
Area makan
(smoking)
Kasir

1,2 m² / org

1

5

NAD

1,6 m² / org

1

35

NAD

1,6 m² / org

1

15

NAD

2 m² / org

1

2

NAD

Dapur

1,4 m² / org

1

3

NAD

Storage

12 m²

1

3

SB

Entrance

1,2 m² / org

1

8

NAD

Area makan

1,6 m² / org

1

35

NAD

Dapur

1,4 m² / org

1

10

NAD

Storage

16 m²

1

3

SB

2 m² / org

1

2

NAD

Area makan

1,6 m² / org

1

100

NAD

Wastafel

0,3 m² / unit

5

5

NAD

Counter

16 m² / unit

8

-

SB

Pantry

1,4 m² / org

10

20

SB

Area
permainan
Kasir

1,6 m² / org

1

80

SB

5 m² / org

1

2

SB

R. Karyawan

2,4 m² / org

1

8

NAD

10% Play
Area

1

-

SB

 Ya kun kaya
toast

 J.Co Donuts

Restaurant

 Fountain
Ice Cream

 Solaria

Kasir
Food Court

Time Zone

Gudang

Sumber : Hasil Olah Data Primer

27

Universitas Sumatera Utara

4. Fasilitas Administrasi
Tabel 2.8. Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Administrasi Minimal
Jenis Fungsi

R. Pengelola

R. ME

Jenis Ruang

Standar

Jumlah

Kapasitas

( Unit)

( orang )

Sumber

Front office

20 m²

1

5

SB

R. Manager

20 m²

1

3

SB

R. Personalia

20 m²

1

3

SB

R. Rapat

50 m²

1

10

SB

R. Karyawan

20 m²

1

10

SB

1

1

SB

1

1

SB

1

2

SB

R. AHU &
Chiller

1

1

SB

R.Pengendali
kebakaran

1

1

SB

R. Panel
Listrik
R. Ground
Water Tank

1

1

SB

1

1

SB

R. Boiler

1

1

SB

R. PABX

1

1

SB

R. CCTV

1

1

SB

1

2

SB

R. Genset &
Tangki BBM
R. Trafo
R. Pompa

R. STP

15 m²

45 m²

10 m²

Sumber : Hasil Olah Data Primer

28

Universitas Sumatera Utara

2.4.4. Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang12
Tabel 2.9. Persyaratan dan Kriteria Ruang
Fungsi

Shopping
Center

Kelompok

Kebutuhan

Fungsi

Ruang

Utama

Kantor pengelola

Mudah dalam pencapaian

Hall

Cukup luas

Restoran

Persyaratan

Memerlukan view yang
bagus

Cafe

Memerlukan view yang
bagus, suasana tenang

Supermarket

Disesuaikan dengan modul
struktur

Food Court

Memerlukan view yang
bagus, suasana tenang

Retail

Disesuaikan dengan modul
struktur

Mushalla
R. ME

Nyaman, tenang
Tertutup bagi umum

Area parkir

Kemudahan pencapaian

R. Pameran

Bebas kolom
Sumber : Hasil Olah Data Primer

12

Abadsyah, Haris, 2014, Binjai Shopping Mall,[pdf], (http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/42342/4/Chapter%20II.pdf,diakses pada tanggal 5 Maret 2016) pkl 21.00

29

Universitas Sumatera Utara

2.4.5.

Studi Banding Arsitektur yang Mempunyai Fungsi Sejenis
Studi banding proyek sejenis adalah bertujuan untuk mendapatkan

perbandingan proyek yang akan dibuat, dimana dalam hal ini akan diambil poinpoin dari proyek yang akan dijadikan sebagai pembanding.
2.4.5.1. Paris Van Java Mall13
Paris van Java Resort Lifestyle Place (juga dikenal dengan nama Paris Van
Java Mall) adalah sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di Bandung, Jawa Barat.

Mal ini bisa dicapai beberapa menit dengan mengemudi dari tol Pasteur. Mal yang
diresmikan pada bulan Juli 2006 ini, dirancang dengan nuansa open air yang alami
serta pemandangan burung-burung merpati hias yang beterbangan bebas. Faktor
lain yang menjadi daya tarik adalah konsep bangunan yang kental dengan desain
Eropa. Paris van Java Mall adalah mal yang terbagi menjadi first floor , ground
floor , upper ground serta lower ground dengan salah satu department store terbaik

di Indonesia, Sogo Department Store di lantai teratas. Fasilitas lainnya yang cukup
menjadi daya tarik adalah pasar swalayan Carrefour , toko buku Gramedia, serta
bioskop Blitzmegaplex. Selain itu, di Paris van Java juga berjejer kafe-kafe.

Gambar 2.1. Paris Van Java Mall
Sumber : www.google.com
13

http://arthagading.com, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00

30

Universitas Sumatera Utara

Paris van Java pada dibangun diatas kawasan bersejarah. Namun

perencanaan proyek ini tidak melibatkan bangunan eksisting, melainkan membuat
bangunan baru dengan tema kolonial. Fungsi utama adalah shopping center , pusat
wisata kuliner, serta fungsi lifestyle masyarakat kota. Konsep shopping mall
terbuka dengan bangunan bergaya kolonial membuat suasana kolonialnya kian
terasa. Suasana berjalan dibawah arcade diantara bangunan kolonial dapat
dirasakan disini.
2.4.5.2. Mal Ciputra Jakarta14
Mal Ciputra terletak dipersimpangan antara Jl. S. Parman – Jl. Kyai Tapa

–Jl. Tol Dalam Kota, adalah lokasi yang strategis karena selalu menjadi daerah yang
dilewati setiap orang yang akan menuju ke kawasan Jakarta Barat. Dengan luas
lahan ± 5 Ha, Mal Ciputra adalah sebuah superblock dengan Mix-used Complex
yaitu mal dengan luas ± 80.000 m2 yang terdiri dari 9 lantai dan hotel bintang empat
dengan luas ± 30.000 m2 yang terdiri dari 9 lantai. Konsep arsitektural keseluruhan
baik eksterior maupu interior adalah festive, bersifat cerah dan ramai. Konsep ini
dapat terlihat antara lain pada permainan 2 warna utama yaitu peach yang pada saat
itu menjadi trend warna Internasional dan hijau tosca yang melambangkan
corporate identity Grup Ciputra. Terlihat juga pada permainan bentuk massa
bangunan yang merupakan perpaduan antara bangunan mal dan hotel yang
disambungkan melalui sebuah podium dibagian tengah dilengkapi dengan menara
pada kedua ujungnya.

Gambar 2.2. Mall Ciputra
Sumber : www.google.com

14

http://www.ciputramall.com/, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00

31

Universitas Sumatera Utara

Selain dari segi desain, perancangan mal Ciputra tidak melupakan 2 faktor
penting yaitu kemudahan dan kenyamanan pengunjung. Untuk kemudahan, dibuat
koridor utama dengan sistem ramp sepanjang interior bangunan sebagai sirkulasi
horizontal, sedangkan untuk sirkulasi vertikal terdapat 10 buah elevator dan 29
buah eskalator, serta berbagai signage/directory sebagai penunjuk arah. Untuk
kenyamanan, dibuat ruang – ruang publik dengan ukuran besar antara lain atrium
dan centercourt tempat berbagai acara biasa dilaksanakan seperti pameran.
Dilengkapi juga dengan elemen- elemen interior seperti void, skylight pada lantai
foodcourt sebagai penerangan alami dan brige.

Berbagai fasilitas tersedia di mal ini yang secara garis besar dapat dibagi
menjadi beberapa kelompok. Fasilitas pusat pertokoan berupa ritel tenant yang
berjumlah 360 unit. Fasilitas khusus berupa area pameran di atrium/centercourt,
area bermain anak, ruang ibu dan bayi, tempat penitipan anak, playgroup bekerja
sama dengan Sanggar Bobo, ruang serba guna Amadeus, taman bacaan anak dan
berbagai kelas khusus seperti kelas musik dan kelas komputer. Fasilitas hiburan
berupa Bioskop Citra 21 (4 studio), stringer dan Fun city. Fasilitas sosial berupa
kantin murah untuk karyawan. Fasilitas pelengkap berupa ATM center, toilet
pengunjung disetiap lantai, pusat informasi, kursi roda, musholla, dan telepon
umum. Fasilitas lain yang tidak kalah penting adalah fasilitas parkir yang dibagi
menjadi dua jenis yaitu parkir terbuka di sekeliling area bangunan dan parker
tertutup berupa gedung parkir 11 lantai dengan system split level. Kapasitas
keduanya dapat dapat menampung ± 1.500 buah mobil dan ± 700 buah sepeda
motor serta dapat memenuhi daya tampung pengunjung baik pada hari – hari biasa
maupun pada akhir pekan dan libur.

Gambar 2.3. Interior Mal Ciputra
Sumber : www.google.com

32

Universitas Sumatera Utara

Sesuai dengan kondisi kawasan segmentasi mal ciputra adalah B+. Untuk
itu, beragam jenis retail tenant yang dipilih telah melalui seleksi disesuaikan
segmentasi tersebut dan dengan sistem pengelolaan yaitu system sewa penuh.
Penerapan single-corridor dengan ramping sistem shopping center di lantai 1-6
pada interior bangunan menambah kuat konsep mal. Penyusunan letak retai tenant
berhubungan langsung dengan zoning mal. Untuk barang – barang bermerek dari
mancanegara diletakkan di ground floor sebagai daya tarik dan nilai jual mal.
Anchor tenant di sudut – sudut bangunan untuk menarik pengunjung agar
mengelilingi semua sudut bagian mal. Sedangkan untuk retail tenant kecil, disusun
bercampur agar secara psikologis pengunjung tidak merasa lelah dan bosan.
Meskipun usianya telah menginjak 13 tahun, mal ciputra sampai sekarang
tetap menjadi menjadi salah satu tujuan wisata belanja, khususnya untuk kawasan
Jakarta Barat. Dengan kondisi ini tentunya Mal Ciputra akan selalu
mengembangkan dan memajukan diri demi kenyamanan, kemudahan dan kepuasan
pengunjung di tengah era persaingan antar mal yang semakin hari semakin kuat.

2.5.

Elaborasi Tema

2.5.1.

Pengertian Tema
Adapun tema yang diambil dalam perancangan ini adalah Arsitektur

Metafora.
2.5.1.1. Pengertian Arsitektur
Arsitektur adalah bagian dari kebudayaan manusia, berkaitan dengan
berbagai segi kehidupan antara lain: seni, teknik, ruang/tata ruang, geografi,
sejarah. Dari segi seni, arsitektur adalah seni bangunan termasuk didalamnya
bentuk dan ragam hiasnya. Dari segi teknik, arsitektur adalah sistem mendirikan
bangunan termasuk proses perancangan, konstruksi, struktur, dan dalam hal ini juga
menyangkut aspek dekorasi dan keindahan. Dipandang dari segi ruang, arsitektur
adalah pemenuhan kebutuhan ruang oleh manusia atau kelompok manusia untuk
melaksanakan aktivitas tertentu. Dari segi sejarah, kebudayaan dan geografi,

33

Universitas Sumatera Utara

arsitektur adalah ungkapan fisik dan peninggalan budaya dari suatu masyarakat
dalam batasan tempat dan waktu tertentu15.

2.5.1.2. Pengertian Metafora
Istilah metafora berasal dari bahasa Yunani metapherein (Latin: metafora,

Inggris: metaphor, Perancis: metaphore). ”Meta” dapat diartikan sebagai
memindahkan atau berhubungan dengan perubahan. ”pherein” berarti mengandung
atau memuat. Jadi secara etimologi, metafora dapat diartikan sebagai pemindahan
makna yang dikandungnya kepada obyek atau konsep lain sehingga makna tersebut
terkandung pada obyek yang dikenakan baik melalui perbandingan langsung
maupun analogi16.
Secara etimologis, terminologi metafora dibentuk melalui perpaduan dua
kata Yunani—”meta” (diatas) dan ”pherein” (mengalihkan/memindahkan). Dalam

bahasa Yunani Modern, kata metafora juga bermakna “transfer” atau “transport”.
Dengan demikian, metafora adalah pengalihan citra, makna, atau kualitas sebuah
ungkapan kepada suatu ungkapan lain (Classe: 2000: 941)
2.5.1.3. Metafora Dalam Arsitektur17
Metafora dalam Arsitektur adalah kiasan atau ungkapan bentuk,
diwujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari
orang yang menikmati atau memakai karyanya. Adapun prinsip-prinsip yang dianut
oleh Arsitektur Metafora, yaitu:
1. Mencoba atau berusaha memindahkan keterangan dari suatu subjek ke subjek
lain.
2. Mencoba atau berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan sesuatu hal
yang lain.

Kamilia, Mazaya, 2012, “Apa Itu Arsitektur? What is Architecture?”,
https://mazayakamilia.wordpress.com/2012/12/13/apa-itu-arsitektur-what-is-architecture/, diakses
pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
16
Wungow, Tessa, 2011, “Metafora Dalam Arsitektur”, http://tessaiver.blogspot.co.id/2011/
09/metafora-dalam-arsitektur.html, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
17
Maulizar, Affif, 2013, “Arsitektur Metafora”, http://affifmaulizar.blogspot.co.id/2013/03/
assalamualaikum-wr.html, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
15

34

Universitas Sumatera Utara

3. Mengganti fokus penelitian atau penyelidikan area konsentrasi atau
penyelidikan lainnya (dengan harapan jika dibandingkan atau melebihi
perluasan kita dapat menjelaskan subjek yang sedang dipikirkan dengan cara
baru).
Dalam Penerapannya Metafora dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
1. Intangible methapors (metafora yang tidak dapat diraba)
Metafora yang berangkat dari suatu konsep, ide, hakikat manusia dan nilai-nilai
seperti : individualisme, naturalisme, komunikasi, tradisi dan budaya.
2. Tangible methapors (metafora yang nyata)
Metafora yang berangkat dari hal-hal visual serta spesifikasi / karakter tertentu
dari sebuah benda seperti sebuah rumah adalah puri atau istana, maka wujud
rumah menyerupai istana.
3. Combined methapors (metafora kombinasi)
Merupakan penggabungan kategori 1 dan kategori 2 dengan membandingkan
suatu objek visual dengan yang lain dimana mempunyai persamaan nilai konsep
dengan objek visualnya. Dapat dipakai sebagai acuan kreativitas perancangan.

2.5.1.4. Kegunaan Penerapan Metafora dalam Arsitektur
Sebagai salah satu cara atau metode sebagai perwujudan kreativitas
Arsitektural, yakni sebagai berikut18 :
1.

Memungkinkan untuk melihat suatu karya Arsitektural dari sudut pandang
yang lain.

2.

Mempengaruhi untuk timbulnya berbagai interprestasi pengamat.

3.

Mempengaruhi pengertian terhadap sesuatu hal yang kemudian dianggap
menjadi hal yang tidak dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada
pengertiannya.

4.

Dapat menghasilkan Arsitektur yang lebih ekspresif.

Maulizar, Affif, 2013, “Arsitektur Metafora”, http://affifmaulizar.blogspot.co.id/
2013/03/assalamualaikum-wr.html, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00

18

35

Universitas Sumatera Utara

2.5.2.

Interpretasi Tema19
Metafora merupakan suatu istilah yang memiliki arti sesuatu seperti

(something like). Metafora juga merupakan suatu istilah yang didasarkan pada
kesamaan (similarity). Metafora merupakan suatu ungkapan bentuk yang
mengharapkan tanggapan dari para pengamat dan apabila diamati akan mempunyai
makna yang berbeda-beda bagi orang awam yang mengamatinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan tema
metafora pada design bangunan adalah dengan mencoba menangkap objek yang
mewakili kehadiran dari fungsi serta klien proyek. Dalam perancangan Pusat
Perbelanjaan ini menggunakan gaya arsitektur metafora yang bersifat Combined
dengan adanya kombinasi wujud nyata benda yang berkaitan dengan penerbangan,
di ikuti oleh wujud abstrak yang mengikuti benda yang dipakai sebagai bentuk
dasar perancangan. Design bangunan menginterpretasikan konsep dari bandara
Kualanamu, Tema metafora diangkat menjadi tema dari Pusat Perbelanjaan dengan
pendekatan segala sesuatu yang berhubungan dengan penerbangan.

2.5.3.

Keterkaitan Tema Dengan Judul
Tema adalah suatu pola atau gagasan spesifik yang berulang di seluruh

desain pada suatu proyek20. Judul dapat dikatakan sebagai jabaran topik atau tema.
Karena itu, judul harus mampu mencerminkan topik atau tema, tidak boleh
menyimpang dari intinya21.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tema
dengan judul sangat erat kaitannya. Tema metafora diambil dan diterapkan pada
perancangan Pusat Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu Besar, Kualanamu
untuk menciptakan suatu bangunan yang mampu menarik perhatian orang, mampu
memberi kesan dan citra sendiri, serta mampu mewakili suasana dan aktivitas yang

Febry, Nans, 2011, “Tema Arsitektur Simbolisme”, http://sittinur.blogspot.co.id/2011/11/temaarsitektur-simbolisme.html, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
20
Dwifpputeri, 2011, “Tema dan Konsep”, http://dwifpputeri.blogspot.co.id/2011/04/tema-dankonsep.html, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
21
Scout, Rahmat, 2010, “Tema, Topik, Judul, dan Kerangka karangan”,
https://www.academia.edu/10231304/Tema_Topik_Judul_dan_Kerangka_karangan, diakses pada
tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
19

36

Universitas Sumatera Utara

terdapat di dalamnya. Tujuan pemakaian tema sendiri adalah menciptakan
bangunan dengan karakter yang sesuai dengan fungsi bangunan itu sendiri.

2.5.4.

Studi Banding Arsitektur yang Mempunyai Tema Sejenis
Berikut studi banding proyek dengan tema yang sejenis dengan :

2.5.4.1. Museum Of Fruit, Yamanshi, Jepang22
Salah satu perancangan yang menggunakan metafora sebagai konsep
rancangannya adalah Itsuko Hasegawa. Tema ini tampak pada salah satu karyannya
yaitu Museum Of Fruit di Jepang tepatnya di kota Yamashi. Bangunan ini didirikan
pada tahun 1996, berfungsi sebagai museum dan green house dengan material baja
dan kaca. Berlokasi sekitar 30 km dari Gunung Fuji, Museum of Fruit berada pada
salah satu daerah gempa bumi yang paling aktif di dunia. Pusat pengetahuan ini
memiliki 3 struktur shell yang terrbuat dari baja dengan tinggi sampai 20 m dan
bentang 50 m yang dihubungkan oleh bangunan bawah tanah.
Sebagian dari dome ini dilapisi kaca dan terbentuk dari baja yang
berbentuk pipa. Dimensi tipikal adalah 40 m dengan bentang 20 m. Kompleks
bangunan ini terdiri dari tiga massa utama, yaitu : Fruit Plaza , Green house, dan
workshop. Ketiga massa ini diatas menyebar seolah-olah berupa bibit yang disebar

di sebuah lahan. Kehadiran metafora terlihat pada bangunan yang menjadi obyek
kasus, yaitu Museum of Fruit. Pada bangunan ini, sang perancang menghadirkan
sifat-sifat buah dan bibit dalam bentuk bangunan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
bangunan Museum of Fruit ini merupakan perumpamaan Arsitektur.

22

Hasegawa, Itsuko, 1992, Museum Of Fruit,
https://books.google.co.id/books?id=CF6eD95flZkC&pg=PA184&lpg=PA184&dq=site+plan+Mu
seum+Of+Fruit&source=bl&ots=b7vVidUssW&sig=bXxPdfYKqH5BcewdkOfS8QBED4E&hl=e
n&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=site%20plan%20Museum%20Of%20Fruit&f=false, diakses
pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00

37

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.4. Site Plan Museum Of Fruit
Sumber : www.google.com

Gambar 2.5. Museum Of Fruit

Gambar 2.6. Maket Museum Of Fruit

Sumber : www.google.com

Sumber : www.google.com

Sebagai sebasaran bibit dan buah. Buah hanya bentuk buah atau bibit yang
dimunculkan pada bentuk arsitektural bangunan ini, tapi juga sifat-sifatnya. Hal
inilah yang membuat bangunan ini dikatakan memiliki tema metafora dan
bukannya analogi atau mimesis. Terlebih lagi bentuk dan sifat buah atau bibit yang
diambil tersebut sesuai dengan fungsi bangunanya yaitu sebagai Museum buahbuahan. Jadi dalam pencapaian ide bentuknya, Isuko Hazegawa mentransfer sifatsifat buah dan bibit ke dalam bangunan. Bangunan ini menggunakan tema metafora
dengan kategori combine metaphore. Bangunan Museum of Fruit menggunakan
konsep penyebaran bibit dalam menerapkan idenya sekaligus juga menerapkan
bentuk fisik dari tumbuhan dan buah-buahan. Pada museum of Fruit, perancang
menstransfer sifat-sifat dan bentuk dari bibit dan buah- buahan serta tumbuh-

38

Universitas Sumatera Utara

tumbuhan yang lain. Itsuko Hazegawa berusaha menampilkan metafora dan
kekuatan serta perbedaan buah-buahan, sebuah lansekap purba yang tersembunyi
dalam jiwa manusia.
Dia menggunakan bentuk bibit-bibit yang berbeda yang disebar ke tanah
dalam penampilan keseluruhan kompleks bangunannya, termasuk dalam
menemukan bentuk denah dari tiga massa utama. Sisi inilah yang merupakan
kategori tangible metaphor . Sedangkan kategori intangible metaphor tampak pada
gambaran sebuah bibit yang kemudian tumbuh menjadi pohon yang besar yang
ditampilkannya ke dalam salah satu massa yaitu fruit plaza . Kemudian dia
menampilkan kenangan akan matahari tropis di mana bibit berkecambah pada
green house.

Dia juga menggambarkan dunia gen buah-buahan ke dalam rancangan
exhibition hall. Kekuatan bibit digambarkan dalam workshop, cerita buah-buahan

tampak pada museum, sementara kekayaan hubungan budaya dan sejarah antara
manusia dan buah bisa disimbolkan dengan cara menyebarkan lahan bibit dan
menjadi makmur dalam lingkungan tertentu serta pencampurannya bisa dilihat
sebagai metafora hidup berdampingan dengan damai pada daerah yang bermacam
macam di dunia, simbiosis manusia dan binatang, dan pemeliharaan alam.

Tampilan keseluruhan bangunan merupakan “new age village“.
2.5.4.2. Sidney Opera House23
Sydney Opera House berdiri diatas tanah seluas 2.2 Ha dan Luas Banguan
1.8 Ha dengan bentan bangunan 185 m X 120 dan ketinggian atap mencapai 67
meter di atas permukaan laut. Atap terbuat dari 2194 bagian beton precast yang
masing-masing seberat 15.5 ton.

Satya,
Salman,
2011,
“Opera
House
Sydney
(Struktur
Lengkung)”,
http://salmansatya.blogspot.co.id/2011/04/opera-house-sydney-struktur-lengkung.html, diakses
pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00

23

39

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.7. Sydney Opera House

Gambar 2.8. Bentuk Sydney Opera House

Sumber : www.google.com

Sumber : www.google.com

Selain dapat dikategorikan berdasarkan kiasan obyeknya, sebuah karya
arsitektur bisa memiliki multi-interpretasi bahasa metafora bagi yang melihatnya.
Sydney Opera House dirancang oleh jorn utzon, seorang arsitek kelahiran
Denmark. Setiap orang yang melihat karya arsitektur ini, akan menghasilkan
berbagai macam interpretasi sesuai dengan pikiran masing-masing. Ada yang
berpendapat bahwa konsep metafora Sydney Opera House berasal dari cangkang
siput atau kerang. Ada pula yang berpendapat bagaikan bunga yang sedang mekar.
Sydney Opera House ini terletak di atas pelataran menjorok di tepian air,
berdampingan dengan pelabuhan di kawasan benellong point diatas teluk Sydney
yang dulunya difungsikan sebagai gudang penyimpanan kereta trem oleh Jorn
Utzon diubah menjasi suatu mahakarya yang indah dan dikenang sepanjang masa
pada tahun 1957 untuk memenuhi ambisi pemerintah setempat.
Bentuknya yang melengkung berwarna putih menggunakan sistem struktur
cangkang (shell system) selaras den seolah-olah seperti echo dari pelengkung
jembatan Sydney ini merupakan sistem struktur ruang dimana dalam hai ini dinding
tanpa tiang menyatu dengan atap seperti pada rumah siput. Bentuk dan warna yang
ditampilkan oleh sistem tersebut selain memberikan kesan sesuai dengan
lingkungan, yaitu siput binatang laut, didukung oleh lokasinya di tepian air yang
sangat terbuka membuat Sydney Opera House terlihat monumental.

40

Universitas Sumatera Utara