Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Anak Dalam Kumpulan Cerpen Bobo Edisi 39 Teman Dalam Kegelapan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Masa anak-anak adalah masa yang diidentikan dengan fase bermain dan
belajar. Sebagai orang dewasa, tentulah kita pernah berada pada masa anak-anak.
Pada masa inilah mulai tertanamnya pendidikan untuk membentuk karakter anak.
Upaya tersebut tentunya diselingi dengan bermain yang merupakan kebutuhan
mutlak anak.
Seiring berjalannya waktu, porsi bermain dan belajar disesuaikan dengan
usia anak dan beban yang diberikan kepadanya. Pendidikan yang diajarkan tidak
hanya secara akademik dan nonakademik, namun juga

norma-norma yang

berlaku dalam kehidupan ataupun segala macam hal yang berdampak positif bagi
pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal ini mereka tentu memerlukan
bimbingan dari orang dewasa. “Bantuan dan bimbingan yang mereka perlukan
adalah yang didasarkan pada kebutuhan mereka dan dilihat dengan kacamata
mereka pula.” (Sarumpaet, 2010: 4). Oleh karenanya menjadi tugas penting bagi
orang tua untuk dapat memilih yang terbaik bagi anaknya. Agar apa yang

diharapkan (hal-hal baik) dapat terealisasikan pada mereka.
Salah satu kajian yang dipusatkan dalam pembahasan ini ialah sastra anak.
Sastra dan anak tidak dapat dipisahkan. Secara tidak langsung sastra berperan
dalam pembentukan karakter anak melalui proses pembelajaran. Sebab dalam
sastra, seorang anak akan diajarkan melihat kehidupan dari berbagai sudut
pandang. Selain orang dewasa, anak-anak juga mengambil peran penting dalam

12
Universitas Sumatera Utara

penciptaan karya sastra. Bahkan orang dewasa sekalipun, hampir keseluruhannya
pernah “mencicipi” sastra pada masa kecilnya. Sastra jenis ini tergolong dalam
sastra ringan yang mana isinya tidak serumit sastra dewasa.
Awal mula kemunculan sastra anak, banyak pendapat yang masih
menganggap kesimpangsiuran lahirnya sastra anak. Sastra anak mulanya hanya
berupa sastra dalam bentuk lisan yang diceritakan oleh nenek moyang
berdasarkan pengalaman dan petualangannya kepada sanak keluarganya dan
diceritakan kembali secara turun-temurun. Hal tersebut masih berlangsung sejak
zaman prasejarah hingga abad 15. Seiring waktu proses tersebut akhirnya yang
kemudian membuat sastra anak kini dituangkan dalam bentuk tulisan. Tepatnya

pada awal abad 19 sastra anak dicetuskan secara formal dan institusional. Hal
tersebut dibuktikan melalui karya sastrawan asing seperti Charles Perrault
(Perancis), Jacob dan Wilhelm Grimm (Jerman), Peter Christian Asbjörnsen dan
Jörgen Moe (Norwegia), Joseph Jacobs dan Andrew Lang (Inggris). Kala itu
Charles melahirkan karyanya yakni “Cinderella”, “Putri Tidur”, dan “ Si Tudung
Merah” dalam Tales of Mother Goose. Sedangkan “Putri Salju” karya Grimm
dengan judul Nurseryand Household Tales pada 1812. Pada 1800-an, Hans
Christian Andersen (Denmark) menciptakan dongeng modern yang pertama,
berjudul Fairy Tales Told for Children. Dengan demikian dapat dikatakan, inilah
awal pertama anak-anak di dunia diizinkan membaca dan mendengarkan cerita
yang khusus ditulis untuknya. (Sarumpaet, 2010: 8). Sedangkan untuk
perkembangannya di Indonesia, melalui penelitian Christantiowati menyatakan
bahwa betapa pada tahun 1800-an sudah ada bacaan yang diperuntukkan bagi
anak-anak. Kemudian ia menuangkannya dalam “ Bacaan Anak Indonesia Tempo

Universitas Sumatera Utara

Doeloe: Kajian Pendahuluan Periode 1908-1945” yang berisi aspek-aspek yang
terkandung dalam karya sastra untuk anak-anak.
Hal yang paling penting dari sastra anak ialah fungsinya. Fungsi yang

umumnya dapat ditemui adalah fungsi sastra anak sebagai sarana pendidikan
dengan memberi infomasi terhadap suatu hal dan sarana hiburan untuk memberi
kesenangan, kenikmatan, dan kepuasan pada diri

anak ketika membaca dan

menghayati sastra (Santosa dalam Winarni: 2014: 5).
Sastra sangat berperan penting dalam proses belajar seorang anak. Sudah
menjadi hal lumrah apabila anak akan dominan mengikuti apa yang disampaikan
oleh gurunya, walaupun tidak terbantah apabila anak tersebut ingin berkembang
sesuai kemauannya. Oleh karenanya, selain orang tua dan lingkungan sekitarnya,
sosok seorang guru tak lepas perannya dalam pembentukan karakter anak melalui
ilmu-ilmu yang diajarkannya. Dalam hal ini, yang menonjol dari sastra anak ialah
kandungan nilai pendidikan, moral, sosial serta hiburan yang sangat berperan
dalam proses perkembangan anak menuju kedewasaan. “Itulah sebabnya sastra
anak, betapa pun maksudnya untuk menghibur, tetap saja ia bersifat mendidik.”
(Sarumpaet, 2010: 12).
Salah satu nilai yang sangat berpengaruh pada proses belajar anak ialah
nilai pendidikan karakter.
“Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral,

karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan benar-salah,
tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik
dalam kehidupan, sehingga anak/peserta didik memiliki kesadaran, dan
pemahaman yang tinggi, serta kepedulian komitmen untuk menerapkan
kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.” (Mulyasa, 2012: 3).

14
Universitas Sumatera Utara

Karakter merupakan sifat alami yang terbagi atas karakter baik dan yang
kurang baik. Karakter umumnya “hanya” dapat dirasakan oleh orang lain. Oleh
karenanya setiap orang pasti ingin berada pada karakter yang baik untuk
menciptakan hubungan dan citra yang baik. Penerapan karakter tersebut juga
dilandasi berbagai macam alasan, yakni rasa takut berbuat salah terhadap satu hal
atau ingin diapresiasi.
Bobo merupakan bacaan favorit kalangan anak. Periode berdirinya Bobo
sudah membuktikan bagaimana dedikasi Bobo menyajikan bacaan anak yang
berkualitas. Hampir sebagian besar anak Indonesia pernah membaca majalah
mingguan ini. Di samping desainnya menarik, isinya juga berbobot. Yang paling
menonjol mengenai pendidikan karakter yang diusung pada majalah Bobo itu

sendiri untuk anak-anak adalah kreativitas, mandiri, dan berani. Hal tersebut
ditunjukkan pada penyajian halaman “surat pembaca” yang memberikan
kesempatan pada pembaca untuk mengirimkan karya, pesan, komentar, dan lainlain guna membangun dan mempertahankan dedikasi majalah Bobo untuk anakanak Indonesia. Oleh karenanya melalui penelitian ini diharapkan kepada seluruh
pihak kembali mengingat hakikat seorang anak merupakan insan yang harus
dididik dan dibimbing untuk berperilaku baik dan sesuai usianya. Pembahasan ini
diobjekan kepada aktifitas tokoh serta kandungan isi cerpennya yang terangkum
dalam ranah nilai pendidikan karakter. Walaupun sudah banyak pihak yang
mengkaji nilai pendidikan karakter ini, namun belum ditemukan sumber yang
sama yakni dari kumpulan cerpen Bobo edisi 39 ini. Oleh karena itu, akan
dianalisis kumpulan cerpen Bobo yang fokus penelitiannya adalah nilai-nilai
pendidikan karakter anak khususnya anak usia sekolah dasar.

Universitas Sumatera Utara

1.2

Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1.


Bagaimanakah

nilai-nilai

pendidikan

karakter

anak

dalam

kumpulan cerpen Bobo edisi 39 Teman Dalam Kegelapan?
2. Bagaimanakah bentuk nilai-nilai pendidikan karakter anak yang terdapat di
dalam kumpulan cerpen Bobo Edisi 39 Teman dalam Kegelapan?

1.3

Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.

Mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan karakter anak yang terdapat

di dalam kumpulan cerpen Bobo edisi 39 Teman dalam Kegelapan.
2. Mengetahui bentuk penerapan nilai-nilai pendidikan karakter anak yang
terdapat di dalam kumpulan cerpen Bobo edisi 39 Teman dalam
Kegelapan.

1.3.2 Manfaat Penelitian
1.3.2.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca tentang nilai
pendidikan karakter yang difokuskan pada anak. Juga cangkupan yang ada dalam
pendidikan karakter anak. Selain itu dideskripsikan pula tentang nilai pendidikan
karakter anak yang terkandung dalam kumpulan cerpen Bobo edisi 39 Teman
dalam Kegelapan.

16

Universitas Sumatera Utara

1.3.2.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini membantu pembaca memahami nilai pendidikan
karakter anak yang dituangkan dalam karya sastra. Selain itu bagi pembaca akan
membuka referensi baru bahwa dunia anak juga sangat luas kajiannya, sehingga
tidak menutup kemungkinan ada hal lain selain nilai pendidikan karakter yang
dapat diteliti.

Universitas Sumatera Utara