Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Anak Dalam Kumpulan Cerpen Bobo Edisi 39 Teman Dalam Kegelapan

(1)

Lampiran: Sinopsis Cerpen

1. Aku dan Popon

Mia kembali bermimpi bertemu dengan anak perempuan itu. Ia pun teringat dengan wanita tua yang mengalami gangguan jiwa yang mengganggu liburannya. Melalui mimpinya, ia dan keluarganya menelusuri apa yang sebenarnya terjadi.

2. Badut Simon

Pak Simon bekerja sebagai badut penghibur. Namun, keluarganya tidak mengetahuinya. Suatu hari, saat ia menolong istrinya yang kecopetan, Pak Simon meninggalkan jejak berupa senyum dengan gigi ompongnya.

3. Bagaimana Mungkin Ada Hantu Lain

Wulan dan Reno berencana mengusili Aryo agar tidak sembarangan membuat lelucon. Namun rencana mereka untuk menakut-nakuti membuat kebenaran lain terungkap.

4. Gigi Rahasia Makhluk Aneh

Yudi yang kala itu berada di sendiri di rumah, mendapati sesosok makhluk aneh mengendap-enadap mencari sesatu di halamn samping rumahnya. Dengan segala keberanian, ia menelusuri apa yang sebenarnya terjadi.

5. Maafkan Dirimu, Sisi

Sisi dan Lani sama-sama memiliki pengalaman pahit. Keduanya kehilangan saudara yang menyelamatkan mereka. Di lain hal, hanya Sisi-lah yang masih belum mampu menerima kenyataan.


(2)

6. Melacak Jejak

Nigar kesal pada Igun, adiknya. Hal itu membuat Igun pergi dari rumah. Di tengah kecemasan dan kebingungannya, Nigar bertemu dengan Oben, temannya, yang bersedia membantu mencari Igun.

7. Misteri Dua Karcis Pertunjukan Musik

Sebuah keluarga kecil mendapat dua karcis pertunjukkan musik. Namun suatu hal terjadi ketika mereka pergi meninggalkan rumah. Hingga akhirnya mereka mengetahui apa maksud kedua karcis pertunjukkan musik itu diberikan.

8. Misteri Tahi Lalat Mungil di Ujung Dagu

Puji memiliki tahi lalat di ujung dagu. Sepintas hal tersebut biasa saja baginya. Misteri itu tidak juga terjawab hingga akhirnya Puji jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit. Di sanalah ia menemukan jawaban dari pertanyaannya.

9. Pemuda Misterius

Bayu didatangi oleh seorang pemuda tidak dikenal. Beberapa saat kemudian pemuda tersebut tidak terlihat lagi di sekeliling rumah. Bersama Toni, teman sekelas Bayu, keduanya pun bekerja sama menelusuri siapa dan di mana keberadaan pemuda misterius tersebut.

10. Rahasia Sekeping Logam

Alia mendapatkan sebuah koin yang mampu mengabulkan tiga permintaannya. Dengan rasa tidak percaya, Alia menyebutkan satu persatu permintaannya. Hingga sesuatu terjadi padanya.


(3)

11. Pencuri Prangko Oscar

Oscar kehilangan prangko dari Belanda. Bersama dengan Doni, temannya, mereka pun berhasil menemukan pencuri prangko tersebut.

12. Seorang Nenek dengan Sarang Semut di Kakinya

Mita harus memasuki sebuah gubuk tua itu yang membuatnya bertemu dengan Nenek Rat yang disebut-sebut aneh tersebut. Obrolan mereka membuat Mita memahami apa yang sebenarnya terjadi pada Nenek Rat.

13. Teman dalam Kegelapan

Mia akan menjalani operasi mata. Namun hal tersebut membuat Liz khawatir. Ia takut Mia tidak mau lagi berteman dengannya nanti. Dengan penuh keyakinan, Mia menenangkan Liz bahwa mereka akan tetap berteman sampai kapan pun. Akhirnya ia tahu siapa Liz sebenarnya.

14. Tolong Bebaskan Aku

Karin melarikan diri ke rumah Tante Mo. Di sana ia bertemu dengan seorang anak perempuan seusianya yang tiba-tiba menasehatinya dan menceritakan suatu kejadian tidak menyenangkan yang ia alami.

15. Tetangga yang Aneh

Saat Dino dan Arni bermain bulu tangkis di halaman samping. Seseorang dengan sengaja memecahkan pot milik Ibu. Hal tersebut membuat sebuat fakta mengenai tetangga baru mereka terungkap.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Haricahyono, Cheppy. 1995. Dimensi-dimensi Pendidikan Moral.Semarang: IKIP Semarang Press.

Kemendiknas. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Mulyasa. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Ola, Pustaka. 2005. Kumpulan Cerpen Bobo Edisi 39: Teman dalam Kegelapan. Jakarta: PT Penerbitan Sarana Bobo.

Sarumpaet, Riris K. Toha. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.


(5)

Winarni, Retno. 2014. Kajian Sastra Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Zubaedi. 2013. Desain Pendidikan Karakter: Konsepnya dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Internet

Damayanti, Novita. 2014. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Anak Sejuta Bintang Karya Akmal Nasery Basral dan Implementasinya dalam Pembelajaran di SMP Negeri 3 Gabus. Yogyakarta. Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga.

http://eprints.ums.ac.id/29871/14/JURNAL_PUBLIKASI.pdf Diakses pada 31 Agustus 2015

Mei Lestari, Tri. 2014. Nilai-nilai Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini (Telaah Terhadap Majalah Ummi). Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t31813.pdf Diakses pada 31 Agustus 2015

Mutmainah, Isnaini. 2013. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara dan Relevansinya dengan Pendidikan Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga.

http://digilib.uin-suka.ac.id/7725/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf Diakses pada 31 Agustus 2015

Ning Kharah, Nugrahani. 2013. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel

Chairul Tanjung Si Anak Singkong dan Relevansinya dengan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak pada Tingkat Madrasah Ibitaiyah. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. http://digilib.uin-suka.ac.id/10110/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf Diakses pada 31 Agustus 2015


(6)

Solihah, Marliya. 2013. Penanaman Karakter pada Siswa di MAN Wonokromo Bantul Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

http://digilib.uin-suka.ac.id/7603/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf Diakses pada 31 Agustus 2015


(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Sumber Data

Judul buku : Kumpulan Cerpen Bobo Edisi 39 Teman dalam Kegelapan

Pengarang : (Tim) Pustaka Ola Tahun Terbit : 2005

Tebal Buku : 144 Halaman

Penerbit : PT Penerbitan Sarana Bobo Kota Terbit : Jakarta

Warna Sampul : Merah Marun

Gambar Sampul : Di balik latar belakang sampul berwarna merah marun, terdapat dua buah gambar di bagian kanan dan kiri. Pada bagian kiri merupakan sebuah sketsa wajah perempuan dengan tinta kuning emas. Sedangkan pada bagian kanan merupakan gambar animasi seorang anak perempuan yang mendekapkan kedua tangannya ke dada. Pada sudut kiri atas buku terdapat logo berbentuk bulat bertuliskan

“PRODUK KHUSUS CERPEN” pada bagian luar dan

terdapat gambar tokoh animasi khas BOBO yaitu Oki di bagian dalam lingkaran. Tulisan judul buku berwarna putih serta terdapat keterangan seri buku ke 39 di sudut kanan atas. Pada bagian bawah sampul terdapat nama pengarang berwarna hijau dengan latar belakang kuning. Desain Sampul : D. S. Wibowo


(8)

Dalam Kumpulan Cerpen Bobo Edisi 39 Teman dalam Kegelapan terdapat lima belas judul cerpen yaitu 1. Aku dan Popon, 2. Badut Simon, 3. Bagaimana Mungkin Ada Hantu Lain, 4. Gigi Rahasia Makhluk Aneh, 5. Maafkan Dirimu, Sisi, 6. Melacak Jejak, 7. Misteri Dua Karcis Pertunjukan Musik, 8. Misteri Tahi Lalat Mungil di Ujung Dagu, 9. Pemuda Misterius, 10. Rahasia Sekeping Logam, 11. Pencuri Prangko Oscar, 12. Seorang Nenek dengan Sarang Semut di Kakinya, 13. Teman dalam Kegelapan, 14. Tolong Bebaskan Aku, dan 15. Tetangga yang Aneh.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik penelitian kepustakaan. Melalui data-data dari sumber yang telah dibaca, kemudian dilakukan analisis teks yang mengandung unsur nilai pendidikan karakter anak lalu data tersebut diseleksi dan digolongkan berdasar rumusan masalahnya.

Dalam pencarian data, digunakan teknik membaca heuristik dan

hermeneutik. Kerja heuristik merupakan pembacaan karya sastra pada sistem semiotik tingkat pertama. Bekal yang dibutuhkan adalah pengetahuan tentang sistem bahasa itu, kompetensi terhadap kode bahasa. Sedangkan pembacaan hermeneutik merupakan pembacaan dan pemahaman pada semiotik timgkat kedua. Jika pada tataran kerja heuristik dibutuhkan pengetahuan tentang kode bahasa, pada tataran kerja hermeneutik dibutuhkan pengetahuan tentang kode sastra. Kode sastra merupakan semacam kesepakatan bahwa ketika membaca teks-teks kesastraan terdapat makna lai, ada tafsir lain, ada kemungkinan pemaknaan lain yang diberikan (Nurgiyantoro, 2013: 46-48).


(9)

3.3Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode analisis data dalam cara kerjanya. Selain itu teknik analisisnya ialah teknik analisis deskriptif. Dalam penerapannya, prosedur yang dilakukan sebagai berikut:

• Membaca teks Kumpulan Cerpen Bobo Edisi 39: Teman dalam Kegelapan

yang dijadikan sumber teks sastra.

• Memilah data yang mengandung unsur nilai pendidikan karakter anak yang ditulis secara tersurat maupun tersirat.

3.4 Laporan

Selesai dipilah data berdasarkan pokok masalahnya, maka ditulislah hasilnya di dalam bentuk skripsi.


(10)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Anak

Nilai-nilai pendidikan karakter anak yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) religius; (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratif, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab.

Kemudian nilai-nilai pendidikan karakter anak ini diimplementasikan ke dalam bidang Tuhan YME, diri sendiri, orang tua, keluarga, teman,orang lain seusianya, masyarakat, lingkungan hidup, benda miliknya, bangsa, permasalahan dan pendidikan.

Hasil penelitian dapat digambarkan seperti dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1. Bentuk Nilai Pendidikan Anak

Kategori

Judul

1. Aku dan Popon

2. Badut Simon

3. Bagaimana

Mungkin Ada Hantu

Lain

4. Gigi Rahasia Makhluk

Aneh

5. Maafkan Dirimu, Sisi

Relijius Jujur Toleransi

Disiplin

Kerja keras

Kreatif

Mandiri Demokratis


(11)

Rasa ingin

tahu

Semangat kebangsaan

Cinta tanah air

Menghargai

prestasi Bersahabat/

Komunikatif

Cinta damai

Gemar membaca Peduli lingkungan

Peduli sosial

Tanggung

jawab

(Kemendiknas)

Tabel 1. Bentuk Nilai Pendidikan Anak

Kategori Judul 6. Melacak Jejak 7. Misteri Dua Karcis Pertunjukan Musik 8. Misteri Tahi Lalat Mungil di Ujung Dagu 9. Pemuda Misterius 10. Rahasia Sekeping Logam Relijius

Jujur Toleransi Disiplin Kerja keras

Kreatif

Mandiri Demokratis Rasa ingin

tahu

Semangat kebangsaan Cinta tanah air Menghargai prestasi Bersahabat/

Komunikatif

Cinta damai

Gemar membaca Peduli lingkungan Peduli sosial


(12)

Tanggung jawab

(Kemendiknas)

Tabel 1. Bentuk Nilai Pendidikan Anak

Kategori Judul 11. Pencuri Prangko Oscar 12. Seorang Nenek dengan Sarang Semut di Kakinya 13. Teman dalam Kegelapan 14. Tolong Bebaskan Aku 15. Tetangga yang Aneh Relijius

Jujur

Toleransi

Disiplin

Kerja keras

Kreatif

Mandiri

Demokratis Rasa ingin tahu

Semangat kebangsaan

Cinta tanah air Menghargai prestasi Bersahabat/

Komunikatif

Cinta damai

Gemar

membaca

Peduli

lingkungan

Peduli sosial

Tanggung

jawab

(Kemendiknas)

Tabel 2. Bentuk nilai-nilai pendidikan karakter anak

Kepada 1. Aku dan Popon 2. Badut Simon 3. Bagaimana 4. Gigi Rahasia 5. Maafkan Dirimu, Sisi


(13)

Judul Mungkin Ada Hantu Lain Makhluk Aneh Tuhan YME Diri Sendiri

Orang tua

Keluarga

Teman

Orang Lain

Seusianya

Masyarakat

Lingkungan Hidup

Benda Miliknya Bangsa Permasalahan

Pendidikan

Tabel 2. Bentuk nilai-nilai pendidikan karakter anak

Kepada Judul 6. Melacak Jejak 7. Misteri Dua Karcis Pertunjukan Musik 8. Misteri Tahi Lalat Mungil di Ujung Dagu 9. Pemuda Misterius 10. Rahasia Sekeping Logam Tuhan YME

Diri Sendiri

Orang tua

Keluarga

Teman

Orang Lain

Seusianya

Masyarakat

Lingkungan Hidup Benda Miliknya Bangsa

Permasalahan

Pendidikan

Tabel 2. Bentuk nilai-nilai pendidikan karakter anak


(14)

Judul Pencuri Prangko Oscar Nenek dengan Sarang Semut di Kakinya dalam Kegelapan Bebaskan Aku Tetangga yang Aneh

Tuhan YME

Diri Sendiri

Orang tua

Keluarga

Teman

Orang Lain

Seusianya

Masyarakat Lingkungan Hidup

Benda Miliknya

Bangsa

Permasalahan

Pendidikan

4.2 Nilai-nilai Pendidikan Karakter Anak dan Bentuk Nilai-nilai Pendidikan Anak

4.2.1 Nilai-nilai Pendidikan Karakter Anak

Berikut ini dipaparkan mengenai nilai-niai pendidikan karakter yang terapat dalam kumpulan cerpen Bobo edisi 39 Teman dalam Kegelapan, yaitu:

4.2.1.1 Relijius

KBBI (2007: 943-944) “relijius atau religius merupakan sesuatu yang bersifat religi (kepercayaan kepada Tuhan) atau sesuatu yang bersangkut-paut dengan religi.” Kerelijiusan juga ditunjukkan dengan tokoh bersikap dan berperilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. (Zubaedi, 2013: 74).


(15)

Berikut kutipannya dalam cerpen: • Teman dalam Kegelapan

“Terima kasih, Dokter!” Dokter itu tersenyum.

Berterimakasihlah pada Tuhan, Via.

Tuhanlah yang telah memberimu penglihatan ini.” (126)

Tokoh Via mulanya hanya berterima kasih pada dokter yang menanganinya. Namun sebagai bentuk pendidikan karakternya, tokoh Via diarahkan pada mukjizat Tuhan YME sehingga ia harus mengucap syukur atas nikmat penglihatan yang diberikan Tuhan padanya yang selama ini menderita tuna netra.

Rahasia Sekeping Logam

“Kamu harus percaya. Tuhan sedang berbaik hati pada kamu!” Usagi mengembalikan uang logam itu. Kulihat tahun pembuatannya sama dengan tahun kelahiranku.

“Ayo Alia, sekarang kamu harus minta sesuatu!” Usagi terus memaksa. aku tidak percaya, tapi tidak apa-apalah.

“Kalau begitu aku akan minta kepada Tuhan, supaya hari ini ada matahari bersinar!” kataku akhirnya. Beberapa saat kemudian permintaanku itu benar-benar dikabulkan Tuhan.

“Lihat Alia!” teriakan Usagi, “Lihat! Matahari muncul di balik awan!”

Ah, aku hampir-hampir tidak percaya. Matahari muncul di langit sana, padahal sekarang musim salju!

“Betul, kan, apa yang kubilang. Tuhan sedang

berbaik hati sama kamu. Sekarang, coba ajukan permintaan kedua! Ayo, Alia!” kata Usagi.

“Aku mau hadiah bunga sakura!” aku mengucapkan permintaan kedua. Diiin! Diiin! Bus yang aku tunggu datang. (94-95)


(16)

Dialog kedua tokoh menunjukkan keimanannya kepada Tuhan. Serta kepercayaannya mengenai Tuhan yang juga sebagai sumber pengabul harapan. Tokah Alia pun kembali mengucapkan permintaannya pada kesempatan ke dua dari tiga permintaannya.

4.2.1.2 Jujur

KBBI (2007: 479) “jujur merupakan sifat lurus hati berupa berkata yang

tidak bohong.” Penerapannya dalam kehidupan ialah tokoh berperilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. (Zubaedi, 2013: 74).

Berikut kutipannya dalam cerpen: • Pencuri Prangko Oscar

Bobi terdiam. Menunduk.

“Memang aku mencurinya. Maafkan aku, Oscar,” katanya pelan.

Bobi menyerahkan prangko Belanda Belanda itu pada Oscar.

“Ini kukembalikan prangkomu... Gambar prangko ini sangat bagus sehingga aku sangat ingi memilikinya, tapi aku yakin kau tidak mau menukarnya, “ jelas Bobi. (106).

Tetangga yang Aneh

“Bu, ini yang telah memecahkan pot Ibu kemarin. Ayo mengaku!”

“Maafkan saya, Bu. Saya ini Cuma pembantu. Saya hanya melakukan perintah Mbak Mita,” kata anak lelaki itu memelas. (142)

Kedua cerpen di atas menunjukkan sifat jujur yang berdampingan dengan penyesalan dari tokoh cerpen (a) Bobi dan (b) anak asisten rumah tangga, melalui kejadian tidak terpuji yang mereka lakukan. Kedua tokoh sama-sama mengakui


(17)

kesalahnnya dan meminta maaf. Namun pada cerpen (a), tokoh bertindak atas dasar kemauan sendiri, sementara (b), tokoh bertindak atas suruhan orang lain.

4.2.1.3 Toleransi

KBBI (2007: 1204) toleransi adalah “sifat atau sikap toleran (sikap

menenggang pendirian yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian

sendiri.” Toleransi dapat dicerminkan melalui tokoh yang memiliki sikap dan

tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. (Zubaedi, 2013: 74).

Berikut kutipannya dalam cerpen: • Tetangga yang Aneh

…Tapi sebulan yang lalu ia kecelakaan lalu lintas, dan harus kehilangan kakinya. Mbak Mita sedih karena tidak bisa lagi engejar cita-citanya. Dan ia membenci bulu tangkis, “papar anak lelaki itu dengan muka sedih.

Ibu, Dino, dan Arni terenyuh.

“Ya, sudahlah kalau begitu. Kamu kembali saja. Nanti malam kami akan berkunjung menemui Mbak Mita. Kami akan meminta maaf karena mengganggu ketenangannya,” kata Ibu kemudian. (143)

Toleransi yang dihadirkan berupa pemakluman antar tokoh atas keadaan buruk yang menimpa tokoh Mita. Tokoh Ibu, Dino, dan Arni menolerir anggapan Mita yang berusaha melupakan bulu tangkis untuk menenangkan perasaannya yang sedih akibat kecelakaan yang menimpa dirinya.

Disiplin

KBBI (2007: 268) disiplin ialah “ketaatan (kepatuhan) terhadap peraturan.” Dengan disiplin, hal baik tentunya akan menyertai orang yang


(18)

melakukannya. Tokoh menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. (Zubaedi, 2013: 75).

Berikut kutipannya dalam cerpen: • Gigi Rahasia Makhluk Aneh

“Ah, sebaiknya aku tidur sekarang. Supaya besok tidak kesiangan” pikir Yudi. Ia segera mematikan tivi. Tiba-tiba terdengar bunyi anjing melolong. (36)

Tokoh Yudi membiasakan dirinya untuk tidur tepat waktu menghindari keterlambatannya bangun keesokan hari.

Kerja Keras

“Kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu.” (KBBI, 2007: 554). Sedangkan keras merupakan gigih atau bersungguh-sungguh hati. (KBBI, 2007: 5540). Tokoh memiliki perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas dengan sebaik-baiknya. (Zubaedi, 2013: 75).

Berikut kutipannya dalam cerpen: • Badut Simon

“Badut! Badut!” terdengar teriakan anak-anak

kecil bersorak. Pak Simon tersenyum. Ia memulai atraksinya. Berputar-putar di atas sepeda sambil melempar-lempar beberapa bola dengan kedua tangannya. Orang-orang mulai mengerubunginya untuk menonton. Pak Simon juga meletakkan sebuah mangkuk plastik di hadapan orang-orang itu. Satu demi satu orang-orang melemparkan uang recehan ke dalam mangkuk. Mereka rela memberikan uang mereka. Pertunjukan atraksi Pak Simon memang lucu dan menggemaskan. Penonton merasa terhibur.


(19)

Waktu terus berlalu. Pak Simon masih melanjutkan atraksinya. Tetapi tiba-tiba jantungnya berdegup kencang ketika melihat seorang wanita yang menggendong anak kecil. Anak itu tampak sangat kagum memperhatikan gerak-geriknya.

“Aduh! Istriku! Mengapa ia ke sini dengan Upik?” Pak Simon cemas. Ia khawatir istri dan anaknya tahu kalau selama ini ia bekerja sebagai badut. Saat pikirannya sedang kalut, tiba-tiba…(21)

Tokoh Simon berprofesi sebagai badut, dengan bekerja menghibur orang-orang di sekitarnya. Melalui pekerjaannya inilah ia mengandalkan pola tingkah lucunya agar orang-orang mau menyisihkan uang untuknya. Namun di sisi lain, tidak seorang pun dari anggota keluarganya tau mengenai profesi yang ia geluti ini.

Teman dalam Kegelapan

Sejak saat itulah kami berteman. Liz selalu membangunkanku dengan kata-kata bijaknya. Dan Liz selalu ada ada saat aku sendirian di dalam kamar. Mama selalu pulang malam. Aku tahu, Mama berusaha keras agar dapat membiayai operasi mataku. Ah, seandainya saja Papa masih ada...(121-123)

Tokoh Mama yang menjadi orang tua tunggal terlihat harus lebih bekerja keras bekerja untuk mengumpulkan biayai operasi mata anaknya di samping tetap berpenghasilan memnuhi kebutuhan hidup ia dan anak tunggalnya.

Kreatif

KBBI (2007:599) “kreatif ialah memiliki kemampuan untuk

menciptakan.” Dalam hal ini, tokoh berpikir dan melakukan sesuatu untuk

menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. (Zubaedi, 2013: 75)


(20)

Berikut kutipannya dalam cerpen: • Bagaimana Mungkin Ada Hantu Lain

“Ha... ha... ha... akhirnya senjata makan tuan,” tawa Aryo membuat yang lain terkejut.

“Hu-uh! Bagaimana kamu bisa tahu rencana kami yang tersusun rapi ini?” tanya Reno sambil menggelengkan kepala tidak percaya.

“Memangnya aku tidak mendengar saat kalian

menyusun rencana ini di kantin,” ungkap Aryo. (32)

Dari dialog di atas, terlihat bahwa usaha tokoh Aryo mengelabuhi temannya berhasil dengan membuat temannya terkecoh atas rencana yang semula mereka susun.

Melacak Jejak

Nigar manggut-manggu. “Lantas dari mana kamu tahu nomor teleponnya?”

“Juga mudah. Selama pesawat teleponmu itu belum dipakai siapa pun, nomor telepon yang terakhir dihubungi akan otomatis terekam. Kita dapat menghubungi nomor itu dengan menekan tombol redial, artinya menghubungi ulang,” papar Oben. (60)

Pengalaman dan pengetahuan tokoh Nigar membuatnya mampu memecahkan masalah yang dialami temannya Oben. Sekalipun merupakan pengetahuan umum, namun bagi anak seusia Oben dan Nigar merupakan hal yang berada di luar penalaran.

Pemuda Misterius

“Entahlah, aku tidak memperhatikan,” bisik Bayu. Sambil mengerutkan kening, Toni memperhatikan lubang itu sekali lagi. Ia lalu mengajak Bayu ke dapur. Toni menyuruh Bayu menyiapkan penggorengan. Setelah semuanya siap, Toni mengambil segenggam cabe merah besar di rak bumbu. Lalu


(21)

memasukannya ke dalam minyak goreng panas.

“Untuk apa menggoreng cabe sebanyak itu?” tanya Bayu keheranan.

“Sudahlah. Sekarang tutup saja hidungmu. Lalu kita tunggu apa yang akan terjadi nanti,” bisik Toni, menutup hidung dengan ujung bajunya. (87-88)

Kekreatifitasan tokoh Toni muncul untuk membuktikan kejanggalan pada hilangnya seorang lelaki yang tadi bertamu di rumah Bayu, temannya. Berdasarkan cara yang tokoh Toni rencanakan, hal yang akan ia lakukan berdasar pada pengalaman.

Pencuri Prangko Oscar

“Tapi bagaimana kita membuktikannya?” tanya Oscar.

“Aku ada ide...” jawab Doni.

Doni ingin barter prangko lagi, maka ia menyuruh ketiga temannya untuk membawa album prangko mereka. Di taman sekolah, mereka saling melihat isi album prangko lagi. Tiba-tiba Doni berkata, “Maafkan aku, Bob. Tapi kau telah mencuri prangko Oscar!”

Semua terkejut. Bobi segera membantah denga keras, “Enak saja kau menuduhku. Mana buktinya?”

“Katamu kemarin, tantemu tinggal di

Amsterdam. Tapi stempel prangko yang terbaca di sini adalah „t t e r d a m‟,” kata Doni sambil menunjuk tulisan stempel di atas prangko. Semua bergantian melihatnya dengan teliti.

“Oscar, di mana pamanmu tinggal?” tanya Doni.

“Rotterdam,” jawab Oscar.

“Seperti yang kita tahu, kata Amsterdam hanya memiliki satu t. Sedangkan Rotterdam memilki dua t. Bagaimana?” jelas Doni dengan tenang. (104-106)


(22)

Pengetahuan umum yang dimiliki oleh tokoh Doni berhasil membantu temannya, Oscar, untuk mencari pencuri prangko miliknya. Ketelitian dan ingatannya menelusuri kasus menemukan titik terang sehingga ditemuilah siapa yang mencuri prangko Oscar tersebut. Melalui alasan logis yang dinyatakan, tokoh Doni membuka titik terang permasalahan yang tidak disangka.

Tolong Bebaskan Aku

“Tidak baik ngambek sampai kabur segala. Nanti kamu akan menyesal seperti aku.”

“Apa urusanmu?” kataku (Karin) marah.

“Dulu aku pun pernah marah pada Mama. Mama melupakan ulang tahunku. Aku pura-pura minggat dengan sembunyi di gudang ini. Aku tahu gudang ini ada ruang bawah tanahnya. Aku masuk dengan membawa buku harian. Aku mengunci dari dalam. Aku senang membayangkan Mama akan bingung mencariku. Tapi lama-lama aku menyesal bila ingat Mama mengkhawatirkan aku. Aku ingin keluar. Tapi tidak bisa, sebab aku lupa membawa kuncinya. Aku terkurung di ruang bawah tanah karena ulahku sendiri. Selama bertahun-tahun. Aku butuh bantuanmu, tolong bebaskan aku….”

Aku menatap Nina dengan ngeri. Matanya menjadi sendu. Wajahnya terlihat pucat. Nina terus menatapku aneh. Aku pun menghambur keluar gudang ketakutan. Ternyata Nina itu….(134)

...

“O, jadi karena itu kamu minta pulang? Nina berhasil membuat kamu takut. Si bandel itu memang tukang kibul. Dia anak Pak Jamal, tetangga Tante,” jelas Tante Mo sambil terus tertawa. (135)

Ide kreatif yang dibuat oleh tokoh Nina menyebabkan pemikiran tokoh Karin kapok membuat cemas ibunya dan ingin segera bertemu orang tuanya untuk meminta maaf. Sekalipun hal tersebut dianggap menjengkelkan, namun berhasil mebuat tokoh Karin berubah pikiran.


(23)

Tetangga yang Aneh

“Kamu tahu, rumah kosong di sebelah kita sudah ada penghuninya?” tanya Dino pada adiknya, Arni.

“Iya, tapi aku belum melihat mereka. Apa di rumah itu ada anak sebaya kita ya, Kak? Biar bisa jadi teman kita bermain,” kata Arni sambil mengunyah kacang.

“Untuk itu kita harus memancingnya.” “Maksud Kakak?”

“Kita bermain saja di halaman samping nanti sore. Pasti dia akan melihat atau mendengar permainan kita. Siapa tahu ia tertarik dan mau

berkenalan.” (137-138)

Tokoh Dino dengan mengajak adiknya, Arni, berusaha membuat tetangga baru mereka tertarik menunjukkan diri pada mereka. Berdasar pada kebutuhan kodrati anak, yakni bermain, tokoh Doni dan adiknya, berencana membuat suasana seru dengan bermain di halaman samping rumah yang berdekatan dengan rumah tetangga barunya.

Mandiri

“Mandiri adalah keadaan dapat berdiri sendiri atau tidk bergantung pada

orang lain.” KBBI (2007: 710). Tokoh memiliki sikap dan perilaku yang tidak

mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas. (Zubaedi, 2013: 75).

Berikut kutipannya dalam cerpen: • Tolong Bebaskan Aku

…Mama marah kerena aku (Karin) kemarin telah membeli sebuah tas ransel trendi tanpa sepengetahuan Mama. Padahal aku membeli dengan uang tabunganku sendiri. Apalagi teman-temanku sudah banyak yang memakasi tas ransel itu. Uh! (128-129)


(24)

Aku memutuskan untuk datang ke rumah Tante Mo saja. Jaraknya memang agak jauh, di pinggiran kota. Tapi hari ini aku tidak mau pulang. Biar saja Bik Narti keriting menunggu aku makan siang. Biar saja Mama kelimpungan mencariku. Hup! Aku melompat ke sebuah bus besar jurusan rumah Tante Mo. Aku sudah hapal jalannya. Sebab, aku sudah beberapa kali datang ke rumah Tante Mo. (129)

Pada potongan cerpen, tokoh Karin menampilkan sisi kemandiriannya. Namun hal tersebut beriringan dengan hal negatif yang ia lakukan. Ketika tokoh Karin menabung untuk membeli keperluan pribadinya, orang tuanya tidak mengizinkan karena hal yang tidak dijelaskan. Kemudian pada upayanya menuju rumah tantenya, Karin menunjukkan kemandiriannya dengan pergi sendiri. Hal ini mampu menimbulkan kekhawatiran setiap orang tua bila anaknya yang masih di bawah usia melakukan hal yang sama, terlebih bila tujuan yang dicapai jauh.

Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu akan mucul untuk hal yang dianggap aneh, rahasia, misteri, dan tidak jelas. Begitu pun, rasa ingin tahu tergantung pada kepekaan seseorang. Dalam hal ini, rasa ingin tahu tokoh ditunjukkan dengan memiliki sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. (Zubaedi, 2013: 74).

Berikut kutipannya dalam cerpen: • Gigi Rahasia Makhluk Aneh

Makhluk itu ternyata tidak mengikutinya. Yudi jadi penasaran. Mungkin saja itu makhluk angkasa luar yang butuh pertolongan.

Perlahan-lahan Yudi keluar lagi. Kali ia keluar pagar, menuju ke rumah sebelah. Ternyata


(25)

makhluk itu masih ada. Ia sedang mencari sesuatu dengan senter. Keberanian Yudi timbul. Tak mungkin hantu membawa senter. (37-38)

Pemuda Misterius

Dengan bimbang, Bayu menemui tukang bubur yang mangkal tak jauh dar rumahnya. Ternyata, tukang bubur itu juga tidak melihat orang yang keluar dari rumah itu. Bayu mulai cemas.

“Ada yang tidak beres,” ujarnya dalam hati.

“Jangan-jangan di balik sikap manisnya tadi

tersembunyi maksud jahat. Apa dia

menyelinap ke kamar ketika kutinggal?”(84)

...

“Sejak kapan lubang itu terbuka tutupnya?” bisik Toni sambil menunjuk ke langit-langit itu.

Bayu memandang ke arah lubang yang ditunjuk Toni. (87)

Misteri Tahi Lalat Mungil di Ujung Dagu

Meski demikian, ada tingkah mereka yang aneh. Aku memiliki tahi lalat kecil di ujung dagu. Sejak aku kecil, ayah dan ibuku sangat memerhatikan dan menyayangi benda kecil ini. Kalau aku pakai bedak pun, tidak boleh tebal-tebal di bagian dagu. Bila kutanya sebabnya, Ibu menjelaskan, “Kalau bedaknya tebal, nanti tahi lalatnya tidak kelihatan dan hilang cantiknya.”

Rasanya penjelasan ibuku itu tidak masuk akal. Aku jadi penasaran. Suatu ketika, Ibu marah padaku. Gara-gara aku jatuh tersungkur dan daguku terluka. Luka itu tepat di sebelah tahi lalatku. (73)

....

Sejak saat itu, nenek dan orang tuaku melarangku berlibur ke Bogor. Padahal aku mulai tahu. Tetangga kaya di sebelah rumah nenek juga bernama Pak Irvan. Ia juga punya anak tunggal yang dimanja dan jarang keluar rumah. Aku sulit sekali bertemu dengan anak Pak Irvan itu. Padahal aku ingin tahu. Apakah


(26)

Pak Irvan itu yang nama dan wajah anak perempuannya sama denganku? (75-77)

Tetangga yang Aneh

“Kamu tahu, rumah kosong di sebelah kita sudah ada penghuninya?” tanya Dino pada adiknya, Arni.

“Iya, tapi aku belum melihat mereka. Apa di rumah itu ada anak sebaya kita ya, Kak? Biar bisa jadi teman kita bermain,” kata Arni sambil mengunyah kacang. (137)

“Maafkan saya, Bu. Saya ini cuma pembantu. Saya hanya melakukan perintah Mbak Mita,” kata anak lelaki itu memelas.

“Mengapa Mbak Mita menyuruhmu

melakukan itu?” tanya Arni kesal. (142)

Kutipan cerita (a), (b), (c), dan (d) menunjukkan rasa ingin tahu tokoh cerita pada hal yang dianggap janggal bagi mereka. Rasa ingin tahu muncul setelah mengalami beberapa kasus yang membingungkan tokoh tiap cerita. Pada cerpen (a), tokoh Yudi menggunakan pikiran logisnya menanggapi keanehan makhluk yang semulanya dianggap hantu ternyata membawa alat penerang dalam kegelapan, cerpen (b) tokoh Bayu dan Toni ingin mengungkapkan kemisteriusan dari perginya lelaki yang mendatangi rumahnya melalui perubahan di salah satu bagian rumah keluarga tokoh Bayu, cerpen (c) tokoh Puji merasa penasaran dengan tingkah laku orang di sekitarnya yang terlalu protektif dengan tanda lahir yang ia anggap sepele dan keramahtamahan orang yang tidak ia kenal, sedangkan (d) memunculkan rasa ingin tahu dari kejadian tidak menyenangkan yang dialami keluarga tokoh Dino yang Dino sendiri menganggap ia tidak melakukan hal buruk pada orang lain.


(27)

Maafkan Dirimu, Sisi

Lani mengambil foto di dompetnya. “Ini foto terakhirku dengan Lina, saudara kembarku.

Lina meninggal setahun lalu.”

“Apa yang terjadi?” Sisi nyaris berbisik. (146)

Dalam kasus ini, rasa ingin tahu tokoh Sisi hanyalah berdasar pada pengalaman yang dialami orang lain (temannya). Karena menyangkut akibat dari peristiwa meninggalnya seseorang.

Semangat Kebangsaan

“Semangat kebangsaan ialah dimana tokoh memiliki cara berpikir,

bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di

atas kepentingan diri dan kelompoknya.” (Zubaedi, 2013: 74). Semangat

kebangsaan mengacu pada bagaimana pentingnya meninggikan derajat bangsa dengan upaya yang dilakukan semaksimal mungkin.

Berikut kutipannya dalam cerpen: • Tetangga yang Aneh

“Sebenarnya dulu Mbak Mita sangat suka bulu tangkis. Dia malah berharap bisa menggantikan Susi Susanti. Tapi sebulan lalu ia mengalami kecelakaan lalu lintas, dan harus kehilangan kakinya. Mbak Mita sedih karena tidak bisa lagi mengejar cita-citanya. Dan ia membenci bulu tangkis,” papar anak lelaki itu dengan muka sedih. (143)

Tokoh Mita dulunya mengidolakan sosok atlet bulu tangkis Susi Susanti. Atlet Susi Susanti yang merupakan juara dunia asal Indonesia menginspirasi tokoh Mita untuk melakukan hal yang sama yang dilakukan idolanya. Ia juga ingin menjadi sosok yang mengharumkan bangsa dengan berprestasi di bidang bulu tangkis.


(28)

Cinta Tanah Air

Cinta tanah air merupakan langkah awal seseorang sebelum menuju semangat kebangsaan. Dengan mencintai tanah air, akan muncul rasa ingin memberikan pengabdian terhadap bangsa.

“Rasa cinta tanah air ini dapat diwujudkan dengan tokoh memiliki cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik

bangsa.” (Zubaedi, 2013: 74).

Berikut kutipannya dalam cerpen: • Aku dan Popon

“Geura ngalayad ka emak abdi (segera pergilah menengok ibuku)”, katanya tiba-tiba. Matanya menatapku (Mia) dengan penuh harap.

“Apa? Menengok ibumu?” tanyaku semakin terkejut. Aku memang bisa berbahasa Sunda. (8)

Walaupun tidak digunakan sebagai bahasa sehari-hari, dengan melestarikan bahasa daerah, tokoh Mia tetap memahami dan menggunakan bahasa daerah Sunda yang berasal dari Indonesia ketika berbicara dengan penduduk penutur bahas Sunda.

Bersahabat/Komunikatif

“Bersahabat ialah bersifat menyenangkan dalam pergaulan, sedangkan

komunikatif merupakan keadaan saling dapat berhubungan.” (KBBI, 2007: 585 &

977). Dalam pemahamannya, istilah di atas merupakan keadaan dimana tokoh memiliki tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. (Zubaedi, 2013: 74).

Berikut kutipannya dalam cerpen: • Aku dan Popon


(29)

Malam itu aku bermimpi lagi, tapi kali ini di telaga itu ada seorang anak perempuan sebayaku. Bajunya lusuh, rambutnya kusut kemerahan. Aku menyapanya, “Namaku Mia, kau siapa?” Anak itu diam, hanya menatapku sedih. Keesokan harinya aku ceritakan mimpiku itu pada Mama dan Papa. (8)

Tokoh Mia menunjukkan sikap ramah dengan menyapa orang lain seusianya terlebih dahulu. Walaupun tidak dijawab secara lisan, jawaban verbal yang ditunjukkan tokoh anak dalam mimpinya mengisyaratkan suatu hal.

Bagaimana Mungkin Ada Hantu Lain

Ha... ha... tawa seluruh anak kelas 5B SD Purnabakti. Siapa yang tidak mengenal Aryo, siswa baru yang terkenal pembual di kelas itu. Setiap cerita seram tentang rumah tua di Jalan Penitian yang dianggap angker oleh masyarakat, dijadikan bahan lelucon oleh Aryo. (25)

“Yo, Aryo, nanti malam setelah menonton di balai desa, kita pulang sama-sama, ya! Ajak Reno.

“Boleh,” Aryo menganggukkan kepalanya tanda setuju. (26)

Pencuri Prangko Oscar

Tadi siang di sekolah, Oscar, Ranu, Doni, dan Bobi sepakat untuk tukar-menukar prangko koleksi mereka. Mereka sama-sama murid kelas 5B dan mempunyai hobi mengoleksi perangko. (102)

Cerpen (b) dan (c), menunjukkan sikap bersahabatnya dengan teman-teman di lingkungan sekolah. Namun antara keduanya memiliki faktor berbeda dalam menjalin sikap bersahabat dan komunikatif dengan teman-temannya.


(30)

Cerpen (a) dengan kemampuan menceritakan hal-hal yang lucu, sedangkan cerpen (c) dengan kesamaan hobi yang dimiliki tokoh cerita

Misteri Tahi Lalat Mungil di Ujung Dagu

…Waktu itu aku berlibur ke rumah nenek di Bogor. Ada peristiwa-peristiwa aneh saat liburan panjang di Bogor itu. Saat aku sedang belanja di pasar, tiba-tiba ada ibu muda yang tak kukenal menyapaku.

“Eh, Mbak Puji, tumben sendirian saja?” Aku bengong.

Melihat aku bengong, orang itu bertanya lagi, “Kamu, Mbak Puji, kan?” Aku mengangguk. (75)

Aku terkejut. Spontan kutengok penghuni ranjang di sebelahku. Di sana ada gadis sebayaku yang mirip denganku. Seperti melihat cermin, ada bayanganku di sana. Aku dan gadis itu tersenyum. (79)

Keramahtamahan yang ditunjukkan dari dialog peristiwa pertama menunjukkan wujud bersahabatnya seseorang terhadap orang lain. Walaupun tokoh Puji merasa kebingungan, namun ia memastikan untuk juga membalas keramahan orang yang menyapanya dengan bersikap baik atau tidak acuh. Sedangkan pada kasus kedua, sikap bersahabat muncul setelah masing-masing tokoh saling mengenali diri satu sama lain dimana keduanya merupakan saudara kembar yang hidup terpisah.

Pemuda Misterius

Teman-teman di sekolah Bayu yang baru sering berkata bahwa rumah itu angker. Itu sebabnya setiap kali ada kegiatan belajar kelompok di rumah Bayu, tidak ada satu anak pun yang datang. Kecuali Toni, sahabat dekat Bayu. (83)


(31)

Sekitar pukul 4 sore, datang seorang pemuda mencari ayah Bayu. Sikapnya sangat sopan. “Permisi, ayahmu ada?” sapa pemuda itu. “Wah, Ayah dan Ibu sedang pergi. Malam nanti baru pulang,” ujar Bayu. (83)

Sebagai sahabat, tokoh Toni berusaha selalu bersedia menemani tokoh Bayu. Begitu pun pada anggapan yang kurang sedap mengenai rumah yang ditempati Bayu. Sedangkan pada kasus kedua, sikap bersahabat juga ditunjukkan kepada orang lain. Namun dalam hal ini perlu adanya rasa waspada tokoh anak yang berada di rumah tanpa pengawasan orang tua.

Seorang Nenek dengan Sarang Semut di Kakinya “Betul begitu?” tanya Nenek Rat ragu. Aku (Mita) mengangguk memastikan.

“Masuklah, Nak!” ujarnya pelan. Aku

menahan senyum. Sungguh baru kali ini aku merasa bersyukur karena memiliki ayah seorang dokter. Ayah setiap hari memaksaku membawa obat-obatan untuk pertolongan pertama.(116)

Teman dalam Kegelapan

Aku membutuhkan teman, hingga akhirnya Liz datang. Aku tak tahu siapa dia. Saat pertama kali mengenalnya, ia berkata, “Aku ada hanya untuk kamu, Via. Karena itu aku minta kau tidak mengatakan pada siapa pun tentang aku.”

Sejak saat itulah kami berteman. Liz selalu membangunkanku dengan kata-kata bijaknya. Dan Liz selalu ada saat aku sendirian di dalam kamar. (121-123)

Cerpen (f) dan (g) menunjukkan sikap bersahabatnya pada orang lain yang membutuhkan. Bedanya, cerpen (f) tokoh Nenek Rat membutuhkan penanganan pada penyakitnya, sedangkan cerpen (g) tokoh Liz membutuhkan teman untuk menemaninya yang kesepian.


(32)

Rahasia Sekeping Logam

“Alia!” panggil Usagi, teman sebangkuku yang selalu menemaniku selama aku tinggal di Jepang, “Hari ini kamu ulang tahun, kan? Selamat, ya! Semoga panjang umur,” Usagi mengulurkan tangan.

“Terima kasih,” aku membalas uluran tangannya. (90-92)

Mengingat dan mengucapkan hal baik atas suatu peristiwa yang terjadi pada teman merupakan bentuk kepedulian terhadap orang lain. Hal yang menambah rasa persahabatan baik bagi yang melakukannya.

Tolong Bebaskan Aku

“Sudah bangun rupanya,” ujar seseorang. Membuat aku terkejut. Seorang anak perempuan menatapku sambil tersenyum ramah. Di tangannya ada sebuah buku cerita. Siapa dia? Aku heran karena di rumah Tante Mo tidak ada anak kecil.

“Siapa kamu?” tanyaku. Anak itu tersenyum dulu sebelum menjawab.

“Nina, pemilik gudang ini. Dan kamu memasuki tanpa izin!” katanya sambil merapikan rambutnya yang ikal tidak beraturan. (133)

“Kamu anak yang keras kepala, ternyata. Kamu kabur, ya?

Aku melotot menatap anak asing itu. “Buktinya kamu masih pakai seragam sekolah,” lanjutnya lagi. (133)

Tetangga yang Aneh

“Bu, ini orang yang telah memecahkan pot Ibu kemarin. Ayo mengaku!”

“Maafkan saya, Bu. (142)

“Namaku Acep. Terima kasih. Kalian ternyata

baik sekali.” Ia kemudian pulang. Hups, tentu saja lewat pintu pagar rumah. (143)


(33)

Cerpen (i) dan (j) memiliki persamaan bentuk bersahabat dan komunikatif pada hal yang terjadi. Keduanya menceritakan salah satu tokoh yang melakukan hal yang tidak terpuji. Sikap bersahabat dan komunikatif juga dapat ditunjukkan dengan mengingatkan tokoh yang melakukan kesalahan agar direnungkannya serta tidak melakukan lagi.

Cinta Damai

“Tokoh memiliki sikap, perkataan, tindakan, yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.” (Zubaedi, 2013: 74). Dengan mewujudkan cinta damai, setipa individu akan terhindar dari rasa terganggu dan perselisihan.

Berikut kutipannya dalam cerpen:

Misteri Tahi Lalat Mungil di Ujung Dagu

Aku tinggal di Surabaya. Ayah dan ibu sangat menyayangiku, walaupun aku (Puji) bukan anak kandung mereka. Aku diambil dari panti asuhan ketika masih kecil dulu.

Aku sangat bersyukur karena memiliki ayah dan ibu yang sangat... baik. (72)

Rahasia Sekeping Logam

Kamu?” gumamku (Alia).

Usagi tersenyum, mendekati tempat dudukku dan mengulurkan tangan.

“Maafkan aku, ya! Aku …”

Aku menggeleng-geleng. Aku tidak mau mendengar kelanjutkan perkataan Usagi. Aku yakin Usagi menyesali perbuatannya karena dia seorang sahabat sejati yang dikirimkan Tuhan untukku. Seperti permintaan terakhirku! (98-99)


(34)

“Ya. Tadi Mama bilang, Minggu depan aku (Via) akan dioperasi.”

Sunyi. Tak ada jawaban. “Liz? Apa kau tidak senang?”

“Oh, aku senang. Hanya saja... aku takut kalau kau tak mau mengenalku nantinya.”

“Liz, kau tak perlu khawatir. Siapa pun kamu, dari mana pun asalmu, aku tak peduli. Kau

adalah sahabat terbaikku.” (123)

Ketiga cerpen menunjukkan rasa cinta damai pada orang di sekitarnya. Perasaan senang dapat ditimbulkan melalui orang-orang terdekat seperti keluarga (a) dan teman (b dan c). Dengan memberikan kenyamannan dan kepedulian atas orang lain yang ditunjukkan oleh satu tokoh, tokoh orang lain yang menjadi tujuan akan merasa senang dan bersyukur atas kehadiran dirinya.

Gemar Membaca

Tokoh berkebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai

bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.” (Zubaedi, 2013: 74). Selain

menambah ilmu pengetahuan, gemar membaca juga menghindarkan seseorang dari hal-hal yang kurang berguna.

Berikut kutipannya dalam cerpen: • Teman dalam Kegelapan

Hari ini hari minggu, aku (Via) tak perlu bersiap untuk ke sekolah. Lalu aku duduk di meja belajarku sambil meraba huruf-huruf braile. Aku lebih senang membaca buku ketimbang berjalan-jalan. Karena aku takut kejadian yang dulu teralami lagi. (121)

Tolong Bebaskan Aku

Di sudut gudang terdapat tumpukan-tumpukan kardus, entah apa isinya. Di pojok lain ada kursi-kursi tua dan rusak, seperangkat sofa usang, meja belajar bekas, ditumpuk rapi. Di


(35)

sisi lainnya terdapat sebuah lemari besar tua. Aku (Karin) bergegas ke sana. Membuka kedua pintunya lebar-lebar. Jejeran buku-buku yang tersusun rapi menyambutku. Ini yang aku cari. Jadi aku bisa membaca sambil menunggu Tante Mo pulang.

Semua buku-buku itu koleksi Tante Mo. Tentu Tante Mo tidak akan tega meloakkan buku-buku lama itu. Aku mengambil sebuah buku-buku cerita petualangan. Kemudian duduk di sofa. Debu beterbangan. Aku menutup hidung dan bersin. Setelah itu aku hanyut ke dalam kisah petualangan dalam buku. Tanpa sadar aku pun tertidur. (131-133)

Kedua tokoh cerita (a) dan (b) sama-sama mengisi waktu sengganggnya dengan membaca. Lebih spesifiknya pada (a), tokoh Via walaupun dalam keadaan keterbatasan, ia tetap menjadikan kegiatan membaca buku sebagai aktivitasnya. Hal tersebut juga guna menghindarkan dirinya dari orang-orang seusianya yang tidak bersahabat pada dirinya karena menganggap ia berbeda dari yang lainnya.

Peduli Lingkungan

Peduli lingkungan dapat dicerminkan melalui tokoh yang memiliki sikap dan tindakan yang bselalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. (Zubaedi, 2013: 74). Peduli lingkungan juga dapat dilakukan dengan terus merawat lingkungan dan melestarikannya agar senantiasa terjaga dan dapat berkembang.

Berikut kutipannya dalam cerpen: • Tetangga yang Aneh

Ibu terdiam sesat. “Ya, mungkin juga sih…Hmm, kalau begitu kalian bantu Ibu membersihkan kotoran pot pecah itu,” pinta Ibu kemudian.


(36)

Dino dan Arni segera ke halaman samping.(140)

Tokoh Dini dan Arni menuruti ajakan membantu ibunya membersihkan kotoran pot pecah menunjukkan kepekaan tiap tokoh terhadap kebersihan lingkungan.

Peduli Sosial

Dalam hal ini, tokoh memiliki sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. (Zubaedi, 2013: 74). Peduli sosial hendaknya dilakukan tanpa mengharapkan apa-apa dan pilih-pilih orang yang akan dibantu. Dengan menganggap adanya persamaan hak tipa orang, kepedulian sosial dapat berjalan dengan baik.

Berikut kutipannya dalam cerpen: • Aku dan Popon

“Papa tadi menelpon Om Askar, menanyakan

keadaan Mak Odah. Dan setelah didatangi ke rumahnya ia memang sedang sakit keras. Kita kesana, ya, nanti sore,” kata Mama.

“Ke sana, Ma? Mama tega melihat Mia diusap-usap sama dia?” Hih! Membayangkannya saja aku merasa jijik. Seperti orang gila pada umumnya, Mak Odah berkulit hitam dan kotor. Di kampungnya ia memang tinggal sendirian. Beruntung para tetangga bersedia memberinya makan. (11)

Ia mencoba bangkit, tapi sepertinya tidak kuat. Senyumnya mengembang saat melihatku. Tangannya menggapai-gapai. Mama menempelkan tanganku di tangannya. Genggaman tangan tua itu terasa lemah. Sesaat tampak tubuhnya sedikit mengejang. Aku jadi sangat iba melihatnya. Kejengkelanku pada Mak Odah saat liburan lalu tak terasa lagi. Aku pun benar-benar berharap Mak Odah bisa


(37)

kembali sehat setelah bertemu denganku. (13-14)

Kekerasan hati tokoh Mia akhirnya mencair karena melihat keadaan orang yang dianggapnya menjengkelkan. Melalui apa yang ia lihat dan rasakan, tokoh Mia berharap atas kesembuhan tokoh Mak Odah.

Bagaimana Mungkin Ada Hantu Lain

“Kalau kamu tidak mau menolong, tinggalkan saja aku di sini,” ujar Reno. Aryo akhirnya memapah Reno menuju ke rumah tua itu untuk mencari tempat duduk. (28)

Kepedulian tokoh Aryo terhadap temannya yang mengalami kesusahan diwujudkan dengan membantu temannya menuju tempat yang aman untuk memastikan keadaan.

Gigi Rahasia Makhluk Aneh

Yudi tersenyum geli bercampur kasihan.

“Jadi sampai sekarang belum ketemu? Jangan

-jangan dibawa lari tikus, Ko!” kata Yudi.

“Bentuknya seperti apa sih?”

“Seperti gigi biasa. Ada plastik merah jambu

dan kawatnya!” kata Eko.

Yudi membungkuk. Mengamati sekitar tempat itu dengan seksama. Dan di antara batu-batu kerikil tampak kepingan berwarna merah jambu. Yudi mengangkatnya dan menunjukkan pada Eko.

“Ini yang kamu cari, Ko?” tanya Yudi.

Eko cepat menyambar benda itu, menggosokkannya di bajunya. (42)

Bentuk kepedulian sosial yang diwujudkan tokoh Yudi berupa bantuan mencari gigi yang hilang milik temannya. Walaupun mulanya ia tertawa, namun ia tetap menawarkan diri membantu temannya.


(38)

Badut Simon

“Copet! Copet!” terdengar teriakan istri Pak Simon. Pak Simon kenal betul suara istrinya itu. Spontan ia melempar bola yang dipegangnya ke arah copet yang membawa lari dompet istrinya. Sayang tidak kena sasaran. Pak Simon meloncat dari sepedanya dan berlari menyibak kerumunan orang yang termangu. Pak Simon kembali melempar bolanya dengan keras. Kali ini tepat mengenai kepala si pencopet. Ia merasa pening lalu tersungkur. Pak Simon berlari mendekatinya. Beberapa orang segera menahan di pencopet. Pak Simon segera mengambil dompet itu, lalu diberikannya pada istrinya. (22)

Peduli sosial yang direalisasikan tokoh Badut Simon menunjukkan sifat terpuji tersebut dapat dilakukan di mana saja. Dengan latar kerumunan orang di pasar, tokoh Badut Simon menolong korban pencopetan yang ternyata adalah istrinya yang tengah menonton atraksi suaminya.

Maafkan Dirimu, Sisi

…Kami berteriak-teriak minta tolong. Tapi tak

ada orang di sekitar sana…”

Lani berhenti. Matanya berkaca-kaca. Dia berusaha melanjutkan ceritanya. “Aku berusaha keras menariknya. Tapi bambu yang kujadikan pegangan hampir patah. Lina tahu jika aku terus memegang tangannya, kami akan jatuh. Tanpa diduga, dia mencubit tanganku. Tanpa sadar aku melepaskan peganganku pada Lina. Lina … jatuh. Tubuhnya tertelan arus sungai yang deras. Aku segera mencari pertolongan. Tapi meski banyak orang yang ikut mencari, Lina tidak segera ditemukan. Ketika ditemukan dia…” (46-48)

Dia tak tahu ada mobil ngebut yang datang ke arahnya. Sisi merasa tubuhnya didorong seseorang. Dia baru sadar apa yang terjadi ketika melihat Elsa terkapar di jalan. Ya, Elsa


(39)

telah menyelamatkannya, tapi dia sendiri meninggal. (51)

Pada cerpen tersebut, bentuk peduli sosial yang dilakukan tokoh Lina dan Elsa adalah bentuk pengorbanan menyelamatkan anggota keluarga. Oleh karenanya kedua tokoh mengalami nasib buruk (meninggal dunia) setelah berhasil menolong saudaranya.

Seorang Nenek dengan Sarang Semut di Kakinya

“Saya dengar Nenek tadi batuk-batuk. Saya

pikir, Nenek tentu perlu bantuan. Saya selalu membawa obat-obatan di tas.” Kuraba dasar tas sekolahku. Aku seikit lega karena kantung obat yang selalu kubawa tidak tertinggal di meja belajarku. (116)

Aku tersenyum iba mendengarnya. Mataku menyapu ruangan dingin dan lembab. Perabotnya hanya sebuah meja reot dan dipan bambu usang.

“Nenek sendirian?” tanyaku bodoh, karena sesungguhnya aku tahu kalau di hidup sendiri di gubuk reot ini. Tapi Nenek Rat mengangguk juga mengiyakan. (116)

“Barang kali Nenek sakit gula,” jawabku. Tiba-tiba aku mendapat akal. “Nek, bagaimana kalau Nenek Rat ke rumah Mita hari ini. Agak jauh, memang. Di ujung desa. Tapi ayah Mita seorang dokter. Ayah pasti tahu apa yang bisa dilakukan untuk Nenek!”(117)

Melihat keadaan tokoh Nenek Rat yang sedang tidak sehat serta berada pada lingkungan yang tidak memadai, memunculkan rasa iba dan ingin menolong dari Mita. Oleh karenanya, sesuai kemampuannya, Mita berusaha membantu Nenek Rat dalam upaya pengobatannya. Mulai dengan memberikan obat yang


(40)

selalu ia bawa hingga menawaran berobat gratis karena ayahnya adalah seorang dokter.

Teman dalam Kegelapan

“Liz, kau tak perlu khawatir. Siapa pun kamu, dari mana pun asalmu, aku tak peduli. Kau adalah sahabat terbaikku.”

“Kau akan berkata lain nanti. Percayalah.” Aku hendak membuka mulut lagi, Liz tidak mengizinkanku.

“Dunia itu indah. Tapi ingatlah, jangan

terjebak oleh keindahan dunia.”

“Liz...” Sunyi. Tak ada jawaban. Ke mana Liz? Dan...siapa dia? (123)

“Via, ini aku Liz,” tiba-tiba Liz berada di hadapanku. “Jangan takut, tenanglah. Sebentar lagi kau akan melihat. Kau akan tahu bagaimana bunga-bunga di taman dan birunya langit. Aku tahu kau adalah anak yang baik. Jangan lupakan mereka yang pernah senasib denganmu. Ingatlah, betapa sulitnya hidup

dalam kegelapan dunia.”(125)

Ucapan yang disampaikan tokoh Liz kepada Via merupakan bentuk nasihat agar setelah dapat melihat nanti, Via akan tetap memerhatikan nasib orang lain yang juga ia alami. Sebagai penyandang tuna netra, Via tentunya memahami duka bagi setiap penyandang tuna netra lainnya.

Tolong Bebaskan Aku

“Kamu anak yang keras kepala, ternyata. Kamu kabur, ya?”

Aku melotot menatap anak asing itu.

“Buktinya kamu masih pakai seragam sekolah,” lanjutnya lagi.

“Ya, aku sedang marahan dengan Mama,”

jawabku pendek.

“Tidak baik ngambek sampai kabur segala. Nanti kamu akan menyesal seperti aku (Nina).” (133-134)


(41)

Kepedulian sosial tokoh Nina diceritakan secara tersirat pada cerpen ini. Tokoh Nina berusaha menasehati tokoh Karin dengan cerita karangan tentang dirinya dengan harapan Karin akan menyesali perbuatannya dan meminta maaf pada ibunya. Upaya yang dilakukan Nina akhirnya berhasil.

Tanggung Jawab

Tanggung jawab diaplikasikan oleh tokoh dengan terbiasa untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. (Zubaedi, 2013: 74). Tanggung jawab merupakan tindakan tindakan di atas kewajiban dan terkesan seperti sebuah pengemban tugas. Sebab baik buruknya suau hal yang dilakukan berdasarkan pemberian tanggung jawab, akan memberikan hasil yang serupa pula.

Berikut kutipannya dalam cerpen: • Badut Simon

“Copet! Copet!” terdengar teriakan istri Pak Simon. Pak Simon kenal betul suara istrinya itu. Spontan ia melempar bola yang dipegangnya ke arah copet yang membawa lari dompet istrinya. Sayang tidak kena sasaran. Pak Simon meloncat dari sepedanya dan berlari menyibak kerumunan orang yang termangu. Pak Simon kembali melempar bolanya dengan keras. Kali ini tepat mengenai kepala si pencopet. Ia merasa pening lalu tersungkur. Pak Simon berlari mendekatinya. Beberapa orang segera menahan di pencopet. Pak Simon segera mengambil dompet itu, lalu diberikannya pada istrinya. (22)

Tokoh Simon merasa bertanggung jawab untuk menolong orang yang sedang kesusahan. Terlebih karena korbannya adalah anggota keluarganya,


(42)

dengan sigap ia membantu melumpuhkan pencopet yang berusaha melarikan dompet istrinya.

Gigi Rahasia Makhluk Aneh

Tadi siang banyak pekerja bangunan di rumah sebelah. Eko, Dimas, dan Iwan juga datang ke rumah Yudi untuk mengerjakan tugas kelompok. Kini setelah malam tiba, suasana jadi sepi sekali. (41)

Keempat tokoh anak yang merupakan siswa sekolah dasar menunjukkan tanggung jawabnya terhadap tugas kelompok yang diberikan guru untuk dikerjakan secara bersama-sama.

Maafkan Dirimu, Sisi

Mata Sisi membesar. “Kamu tak tahu rasanya…”

“Tahu!” potong Lani cepat. “Aku tahu rasanya kehilangan orang yang kita sayangi. Apalagi jika kita merasa bertanggung jawab atas

kematiannya.” (45)

...

“Hari itu kami akan bermain ke rumah teman. Kami harus melewati sungai. Aku ingin lewat jembatan gantung yang sudah agak lapuk. Lina ingin lewat jembatan beru. Aku ngotot ingin lewat jembatan gantung yang sudah lapuk, sebab jembatan baru itu jauh. Akhirnya Lina mengalah, kami lewat jembatan gantung itu. Ternyata bagian tengahnya sudah rusak parah. Tapi terlambat untuk kembali. Tiba-tiba Lina terperosok karena bambu yang diinjaknya terlalu lapuk. Dia jatuh, tapi aku berhasil memegang tangannya. Kami berteriak-teriak minta tolong. Tapi tak ada orang di sekitar sana…”

Lani berhenti. Matanya berkaca-kaca. Dia berusaha melanjutkan ceritanya.”Aku berusaha keras menariknya. Tapi bambu yang kujadikan pegangan hampir patah. Lina tahu jika aku


(43)

terus memegang tangannya, kami akan jatuh. Tanpa diduga, dia mencubit tanganku. Tanpa sadar aku melepaskan peganganku pada Lina. Lina … jatuh. Tubuhnya tertelan arus sungai yang deras. Aku segera mencari pertolongan. Tapi meski banyak orang yang ikut mencari, Lina tidak segera ditemukan. Ketika

ditemukan dia…”(46-48)

Dia tak tahu ada mobil ngebut yang datang ke arahnya. Sisi merasa tubuhnya didorong seseorang. Dia baru sadar apa yang terjadi ketika melihat Elsa terkapar di jalan. Ya, Elsa telah menyelamatkannya, tapi dia sendiri meninggal. (51)

Tokoh Lani dan Sisi sama-sama merasa bersalah atas kejadian yang menimpa keluarga mereka mereka meskipun dalam kecelakaan yang masing-masing mereka alami membuat orang yang menolong dan ditolong akhirnya menjadi korban. Antara Lani dan Lina, Lani merasa bertanggung jawab menolong saudaranya yang awaklnya hampir terjatuh, sedangkan antara Sisi dan Elsa, Elsa lah yang merasa bertanggung jawab menolong Sisi.

Melacak Jejak

Dicarinya Igun di setiap rumah teman yang diketahuinya. Tapi setelah berkeliling mengitari komplek, tak satu pun teman Igun yang mengaku bermain dengan Igun. Nigar semakin cemas saja. Namun ia sedikit lega saat di perempatan jalan berpapasan dengan Oben, temannya yang terkenal sebagai detektif kampung. Segera saja ia menceritakan masalahnya pada Oben. (56-57)

“Pokoknya Igun tidak mau pulang.”

“Kakak janji tidak akan meminta Igun menggantikan majalah itu. Juga tidak akan membuang ambulan Igun, “ sahut Nigar, kuatir Igun tidak mau pulang. Kalau ayah sampai


(44)

tahu, bisa-bisa ia tidak boleh main selama sebulan penuh. (62)

Tokoh Nigar merasa bertanggung jawab atas perginya Igun, adiknya, dari rumah karena masalah sepele. Nigar juag merasa bersalah karena memarahi adiknya. Oleh karenanya ia pun meminta bantuan temannya untuk mencari adiknya dan membujuknya pulang.

Rahasia Sekeping Logam

“Begini saja, bagaimana kalau kamu minta pada Tuhan agar hasil ulanganmu selalu yang terbaik!” usul Usagi beberapa saat kemudian.

“Ah, kamu ada-ada saja!” tolakku.

“Ini kesempatan baik Alia!”

“Tidak! Itu nanti akan membuatku malas belajar!”(97)

Tokoh Alia menganggap bahwa ia bertanggung jawab terhadap pendidikan yang ia jalani selama ini itu penting. Ia menolak untuk selalu mendapat nilai ulangan terbaik karena ia tidak mau menjadi pemalas.

Seorang Nenek dengan Sarang Semut di Kakinya “Nanti pasti kami kembalikan, Mita. Yah, barangkali kami ingin main lempar-lemparan kalung dulu di sungai,” kata Ano tenang. Mereka kembali tertawa terpingkal. Oh, aku panik sekali. Ibu pasti marah kalau kalung mahal hadiah darinya hanyut di sungai. (108-111)

Setelah Mita mendapat hadiah kalung dari ibunya, ia berusaha keras menjaga kalung tersebut. Bahkan ketika temannya mengusilinya dengan berencana bermain lempar-lemparan kalung, ia tetap berusaha mendapatkan kalungnya kembali.


(45)

Tolong Bebaskan Aku

“Aduh, Karin, kamu bikin Mama kamu sedih dan cemas. Mama menyuruh Tante mencari kamu. Mama kamu menangis terus,” cerocos Tante Mo.

“Iya, antarkan Karin pulang. Karin mau minta

maaf,” kataku sungguh-sungguh. (135)

Kekesalan ringan yang diutarakan tokoh Tante Mo pada Karin serta penyesalannya terhadap yang ia lakukan seharian yakni pergi tanpa mengabari ibunya, Karin merasa bersalah dan ingin meminta maaf kepada ibunya. Ia merasa bertanggung jawab atas kenakalannya.

Bentuk Nilai-nilai Pendidikan Karakter Anak

Berikut merupakan bentuk nilai-nlai peidikan karakter anak yang terdapat pada kumpulan cerpen Bobo edisi 39 Teman dalam Kegelapan, yaitu:

Kepada Tuhan Yang Maha Esa

Tuhan adalah sesuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai yang Mahakuasa, Mahaperkasa, dan sebagainya (KBBI, 2007: 1216). Sedangkan esa adalah tunggal. Baik buruknya suatu peristiwa yang terjadi pada diri sendiri maupun sekitar merupakan takdir yang telah ditetapkan Tuhan sang pencipta. Oleh karenanya sikap positif yang ditujukkan kepada Tuhan Yang Maha Esa ialah mengimani-Nya, mensyukuri-Nya, mematuhi perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.

Berikut kutipannya dalam cerpen: • Teman dalam Kegelapan

“Terima kasih, Dokter!” Dokter itu tersenyum.


(46)

Berterimakasihlah pada Tuhan, Via.

Tuhanlah yang telah memberimu penglihatan ini.” (126)

Untuk suatu hal baik yang diperoleh manusia, hendaklah ia terlebih dahulu bersyukur pada Tuhan YME. Dalam hal ini tokoh Via diingatkan oleh dokter yang merawatnya untuk tak lupa mengucap syukur atas nikmat penglihatan yang diberikan oleh Tuhan padanya.

Rahasia Sekeping Logam

Ini untuk pertama kalinya aku berulang tahun di negeri orang. Tidak ada teman, saudara, atau tetangga sebelah rumah yang bisa kuajak merayakannya. Ah, tapi tak apa-apa. Aku masih punya Mama, Papa, dan…

“Alia!” panggil Usagi, teman sebangkuku yang selalu menemaniku selama aku tinggal di Jepang. (90)

Mensyukuri adanya kerabat terdekat juga merupakan suatu bentuk rasa berterima kasih pada Tuhan YME. Dalam hal ini, rasa syukur diungkapkan secara tersirat.

“Kamu harus percaya. Tuhan sedang berbaik hati pada kamu!” Usagi mengembalikan uang logam itu. Kulihat tahun pembuatannya sama dengan tahun kelahiranku.

“Ayo Alia, sekarang kamu harus minta sesuatu!” Usagi terus memaksa. aku tidak percaya, tapi tidak apa-apalah.

“Kalau begitu aku akan minta kepada Tuhan, supaya hari ini ada matahari bersinar!” kataku akhirnya. Beberapa saat kemudian permintaanku itu benar-benar dikabulkan Tuhan.

“Lihat Alia!” teriakan Usagi, “Lihat! Matahri muncul di balik awan!”

Ah, aku hampir-hampir tidak percaya. Matahari muncul di langit sana, padahal sekarang musim salju!


(47)

“Betul, kan, apa yang kubilang. Tuhan sedang berbaik hati sama kamu. Sekarang, coba ajukan permintaan kedua! Ayo, Alia!” kata Usagi. (94-95)

Pendidikan ketuhanan yang diajarkan kepada anak, memberikan kebiasaan pada anak untuk memanjatkan permohonan hanya pada Tuhan YME. Begitu pula yang diucapkan oleh Usagi pada Alia untuk memohon dikabulkan permintaannya.

Kepada Diri Sendiri

Pengertian diri sendiri ialah tidak tergantung pada orang lain atau mandiri. (KBBI, 2007: 267). Setiap individu memiliki ego untuk melakukan suatu hal berdasarkan kemauan dan kemampuan dirinya. Namun di samping itu, sifat kemandiriannya tidak selalu membuahkan hasil yang baik, terkadang juga terjadi hal yang tidak diinginkan guna menjadi bahan pembelajaran.

Berikut kutipannya dalam cerpen: • Gigi Rahasia Makhluk Aneh

“Ah, sebaiknya aku tidur sekarang. Supaya

besok tidak kesiangan” pikir Yudi. Ia segera mematikan tivi. Tiba-tiba terdengar bunyi anjing melolong. (36)

Toko Yudi yang masih berada di bangku sekolah membiasakan diri untuk teratur mengatur waktu tidurnya. Hal kecil seperti ini tentunya akan membawa dampak baik bagi seseorang. Bagi Yudi, dengan tidur tepat waktu akan membuatnya tidak kesiangan bangun keesokan harinya.

Tolong Bebaskan Aku

…Mama marah kerena aku kemarin telah membeli sebuah tas ransel trendi tanpa


(48)

sepengetahuan Mama. Padahal aku membeli dengan uang tabunganku sendiri. Apalagi teman-temanku sudah banyak yang memakasi tas ransel itu. Uh! (128-129)

Aku memutuskan untuk datang ke rumah Tante Mo saja. Jaraknya memang agak jauh, di pinggiran kota. Tapi hari ini aku tidak mau pulang. Biar saja Bik Narti keriting menunggu aku makan siang. Biar saja Mama kelimpungan mencariku. Hup! Aku melompat ke sebuah bus besar jurusan rumah Tante Mo. Aku sudah hapal jalannya. Sebab, aku sudah beberapa kali datang ke rumah Tante Mo. (129)

Di sudut gudang terdapat tumpukan-tumpukan kardus, entah apa isinya. Di pojok lain ada kursi-kursi tua dan rusak, seperangkat sofa usang, meja belajar bekas, ditumpuk rapi. Di sisi lainnya terdapat sebuah lemari besar tua. Aku bergegas ke sana. Membuka kedua pintunya lebar-lebar. Jejeran buku-buku yang tersusun rapi menyambutku. Ini yang aku cari. Jadi aku bisa membaca sambil menunggu Tante Mo pulang.

Semua buku-buku itu koleksi Tante Mo. Tentu Tante Mo tidak akan tega meloakkan buku-buku lama itu. Aku mengambil sebuah buku-buku cerita petualangan. Kemudian duduk di sofa. Debu beterbangan. Aku menutup hidung dan bersin. Setelah itu aku hanyut ke dalam kisah petualangan dalam buku. Tanpa sadar aku pun tertidur. (131-132)

Beberapa hal yang dilakukan tokoh Karin dalam kutipan cerpen di atas menunjukkan sisi positif dalam dirinya, seperti menabung, mandiri dalam ketika menuju suatu tempat, dan membaca buku yang bermanfaat bagi dirinya. Namun egonya membuat tokoh Karin terkesan nakal dan tidak mau diatur.


(49)

Orang tua ialah ayah dan ibu, (orang tua) yang dianggap tua serta bersifat cerdik, pandai, ahli, dan sebagainya. (KBBI, 2007: 802). Orang tua memilki arti meluas selain dainggap tua, juga tidak terikat hubungan persaudaraan.

Berikut kutipannya dalam cerpen:

Aku dan Popon

“Papa tadi menelpon Om Askar, menanyakan

keadaan Mak Odah. Dan setelah didatangi ke rumahnya ia memang sedang sakit keras. Kita kesana, ya, nanti sore,” kata Mama.

“Ke sana, Ma? Mama tega melihat Mia diusap-usap sama dia?” Hih! Membayangkannya saja aku merasa jijik. Seperti orang gila pada umumnya, Mak Odah berkulit hitam dan kotor. Di kampungnya ia memang tinggal sendirian. Beruntung para tetangga bersedia memberinya makan. (11) …

Ia mencoba bangkit, tapi sepertinya tidak kuat. Senyumnya mengembang saat melihatku. Tangannya menggapai-gapai. Mama menempelkan tanganku di tangannya. Genggaman tangan tua itu terasa lemah. Sesaat tampak tubuhnya sedikit mengejang. Aku jadi sangat iba melihatnya. Kejengkelanku pada Mak Odah saat liburan lalu tak terasa lagi. Aku pun benar-benar berharap Mak Odah bisa kembali sehat setelah bertemu denganku. (13-14)

Seorang Nenek dengan Sarang Semut di Kakinya

“Saya dengar Nenek tadi batuk-batuk. Saya

pikir, Nenek tentu perlu bantuan. Saya selalu membawa obat-obatan di tas.” Kuraba dasar tas sekolahku. Aku seikit lega karena kantung obat yang selalu kubawa tidak tertinggal di meja belajarku. (116)

Aku tersenyum iba mendengarnya. Mataku menyapu ruangan dingin dan lembab.


(50)

Perabotnya hanya sebuah meja reot dan dipan bambu usang.

“Nenek sendirian?”tanyaku bodoh, karena sesungguhnya aku tahu kalau di hidup sendiri di gubuk reot ini. Tapi Nenek Rat mengangguk juga mengiyakan. (116)

...

“Barang kali Nenek sakit gula,” jawabku. Tiba-tiba aku mendapat akal. “Nek, bagaimana kalau Nenek Rat ke rumah Mita hari ini. Agak jauh, memang. Di ujung desa. Tapi ayah Mita seorang dokter. Ayah pasti tahu apa yang bisa dilakukan untuk Nenek!” (117)

Tolong Bebaskan Aku

“Aduh, Karin, kamu bikin Mama kamu sedih dan cemas. Mama menyuruh Tante mencari

kamu. Mama kamu menangis terus,” cerocos

Tante Mo.

“Iya, antarkan Karin pulang. Karin mau minta

maaf,” kataku sungguh-sungguh. (135)

Ketiga cerpen menunjukkan hal yang sama yakni kepeduliaan terhadap orang tua. Namun terlihat perbedaan pada salah satunya, yakni (a) dan (b) dimana tokoh orang tua yang difokuskan merupakan orang yang perlu ditolong, sedangkan pada (c), tokoh orang tua merupakan seorang ibu yang tengah bersedih hati akibat ulah anaknya.

Kepada Keluarga

Keluarga ialah satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. (KBBI, 2007: 536). Keluarga dispesifikasikan orang lain yang memiiki hubungan darah atau saudara dengan seseorang, seperti ayah, ibu, anak, cucu, kakek, nenek, cicit, dan lain-lain.


(51)

Badut Simon

“Badut! Badut!” terdengar teriakan anak-anak

kecil bersorak. Pak Simon tersenyum. Ia memulai atraksinya. Berputar-putar di atas sepeda sambil melempar-lempar beberapa bola dengan kedua tangannya. Orang-orangmulai mengerubunginya untuk menonton. Pak Simon juga meletakkan sebuah mangkuk plastik di hadapan orang-orang itu. Satu demi satu orang-orang melemparkan uang recehan ke dalam mangkuk. Mereka rela memberikan uang mereka. Pertunjukan atraksi Pak Simon memang lucu dan menggemaskan. Penonton merasa terhibur. (21)

...

“Copet! Copet!” terdengar teriakan istri Pak Simon. Pak Simon kenal betul suara istrinya itu. Spontan ia melempar bola yang dipegangnya ke arah copet yang membawa lari dompet istrinya. Sayang tidak kena sasaran. Pak Simon meloncat dari sepedanya dan berlari menyibak kerumunan orang yang termangu. Pak Simon kembali melempar bolanya dengan keras. Kali ini tepat mengenai kepala si pencopet. Ia merasa pening lalu tersungkur. Pak Simon berlari mendekatinya. Beberapa orang segera menahan di pencopet. Pak Simon segera mengambil dompet itu, lalu diberikannya pada istrinya. (22)

Tokoh Simon yang telah berkeluarga memiliki tanggung jawab besar terhadap keluarganya. Selain mencari nafkah, pada kasus kecopetan yang dialami istri Simon yang pada saat bersamaan disaksikan oleh Simon, secara spontan ia menolong istrinya tersebut.

Teman dalam Kegelapan

Sejak saat itulah kami berteman. Liz selalu membangunkanku (Via) dengan kata-kata bijaknya. Dan Liz selalu ada ada saat aku sendirian di dalam kamar. Mama selalu pulang malam. Aku tahu, Mama berusaha keras agar


(52)

dapat membiayai operasi mataku. Ah, seandainya saja Papa masih ada... (121-123)

Sebagai orang tua tunggal, tokoh Mama Liz menunjukkan kasih sayangnya dengan berusaha memenuhi kebutuhan keluarga dan upaya kerasnya menyembuhkan anaknya dari kebutaan.

Misteri Tahi Lalat Mungil di Ujung Dagu

Aku (Puji) tinggal di Surabaya. Ayah dan ibu sangat menyayangiku, walaupun aku bukan anak kandung mereka. Aku diambil dari panti asuhan ketika masih kecil dulu.

Aku sangat bersyukur karena memiliki ayah dan ibu yang sangat... baik. (72)

Walaupun bukan anak kandung, tokoh Puji sudah dianggap anak sendiri oleh orang tua yang mengadopsinya. Begitu pula dengan kasih sayang yang dicurahkan memberikan kebahagiaan pada tokoh Puji.

Maafkan Dirimu, Sisi

Kami berteriak-teriak minta tolong. Tapi tak ada orang di sekitar sana…”

Lani berhenti. Matanya berkaca-kaca. Dia berusaha melanjutkan ceritanya. “Aku berusaha keras menariknya. Tapi bambu yang kujadikan pegangan hampir patah. Lina tahu jika aku terus memegang tangannya, kami akan jatuh. Tanpa diduga, dia mencubit tanganku. Tanpa sadar aku melepaskan peganganku pada Lina. Lina … jatuh. Tubuhnya tertelan arus sungai yang deras. Aku segera mencari pertolongan. Tapi meski banyak orang yang ikut mencari, Lina tidak segera ditemukan. Ketika ditemukan

dia…”(46-48)

...

Dia tak tahu ada mobil ngebut yang datang ke arahnya. Sisi merasa tubuhnya didorong seseorang. Dia baru sadar apa yang terjadi ketika melihat Elsa terkapar di jalan. Ya, Elsa


(53)

telah menyelamatkannya, tapi dia sendiri meninggal. (51)

Kedua kasus mirip yang terjadi antara tokoh Lani dan Lina serta Elsa dan Sisi yang menunjukkan kepedulian kepada saudaranya. Sekalipun upaya menyelamatkan tidak berujung baik, setidaknya pengorbanan tersebut menunjukkan rasa cinta kasih terhadapa keluarga.

Melacak Jejak

Dicarinya Igun di setiap rumah teman yang diketahuinya. Tapi setelah berkeliling mengitari komplek, tak satu pun teman Igun yang mengaku bermain dengan Igun. Nigar semakin cemas saja. Namun ia sedikit lega saat di perempatan jalan berpapasan dengan Oben, temannya yang terkenal sebagai detektif kampung. Segera saja ia menceritakan masalahnya pada Oben. (55-57)

“Pokoknya Igun tidak mau pulang.”

“Kakak janji tidak akan meminta Igun menggantikan majalah itu. Juga tidak akan

membuang ambulan Igun, “ sahut Nigar, kuatir

Igun tidak mau pulang. Kalau ayah sampai tahu, bisa-bisa ia tidak boleh main selama sebulan penuh. (62)

Penyesalan tokoh Nigar setelah memarahi Igun, adiknya, membuat Igun pergi tanpa mengabari. Kekahwatiran Nigar sebagai kakak terhadap adiknya tersebut akhirnya membuat ia mengupayakan segala cara untuk dapat menemukan keberadaan Igun adiknya.

Misteri Dua Karcis Pertunjukan Musik

Sambil bersenandung Bu Sinta menyapu lantai rumahnnya. Hari ini dia akan memasak makanan yang lezat. Makanan kesukaan Pak Adam, suaminya. (64)


(54)

Status tokoh Bu Sinta yang merupakan seorang istri membuatnya memiliki kewajiban melayani dan mematuhi suami, yakni dari hal kecil seperti membersihkan rumah dan menyiapkan hidangan.

Rahasia Sekeping Logam

Aku (Alia) mencium tangan Mama lalu masuk ke kamar. Sekali lagi aku terkejut. Di kamarku sudah ada beberapa tangkai bunga sakura. (95)

Tokoh Alia menunjukkan rasa hormat pada ibunya dengan membiasakan diri mencium tangan orang tuanya.

Kepada Teman

Teman atau dapat disebut kawan atau sahabat, merupakan orang yang tidak memilki hubungan darah dengan seseorang, namun memilki rasa keakraban tersendiri dengan seseorang tersebut. Di lain kasus, terdapat teman yang terlihat lebih dekat dari pada keluarga karena kesolidaritasan dan kesetiannya dalam keadaan senang maupun susah.

Berikut kutipannya dalam cerpen: • Gigi Rahasia Makhluk Aneh

“Ya, ya, benar. Aduh, Yud, terima kasih banyak! Kamu telah menolongku memecahkan

masalah yang sulit,” kata Eko riang. (42)

Bagaimana kalau aku menginap di rumahmu mala mini? Aku sangat berterima kasih padamu. (43)

Sikap terpuji dengan berterima kasih pada orang yang telah membantu ditunjukkan oleh kedua tokoh Eko terhadap Yudi. Bahkan sebagai bentuk balas


(55)

budi, tokoh Eko menawarkan diri untuk menemani temannya yang berada sendiri di rumah.

Bagaimana Mungkin Ada Hantu Lain

Ha... ha... tawa seluruh anak kelas 5B SD Purnabakti. Siapa yang tidak mengenal Aryo, siswa baru yang terkenal pembual di kelas itu. Setiap cerita seram tentang rumah tua di Jalan Penitian yang dianggap angker oleh masyarakat, dijadikan bahan lelucon oleh Aryo. (25)

“Yo, Aryo, nanti malam setelah menonton di balai desa, kita pulang sama-sama, ya! Ajak Reno. (26)

Tampak paca kutipan cerpen, setiap tokoh memiliki rasa bersahabat kepada sesama. Hal tersebut ditunjukkan dengan memberikan hiburan kepada teman lainnya dengan menceritakan lelucon serta menawarkan ajakan untuk melakukan hal yang positif dengan teman.

Pemuda Misterius

Teman-teman di sekolah Bayu yang baru sering berkata bahwa rumah itu angker. Itu sebabnya setiap kali ada kegiatan belajar kelompok di rumah Bayu, tidak ada satu anak pun yang datang. Kecuali Toni, sahabat dekat Bayu.(83)

Peran teman sangat ditonjolkan tokoh Toni terhadap Bayu. Bayu yang menempati rumah yang dianggap angker warga sekitar, terpaksa memaklumi teman lainnya yang enggan datang ke rumahnya karena alasan tersebut.

Rahasia Sekeping Logam

“Alia!” panggil Usagi, teman sebangkuku yang selalu menemaniku selama aku tinggal di


(1)

5. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang banyak memberikan ilmu bermanfaat kepada penulis.

6. Bapak Slamet yang banyak membantu penulis mengurus keperluan administrasi.

7. Almarhum Ayahanda Awaluddin, S.H. dan Ibunda Kasnah yang telah merawat dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang, memenuhi kebutuhan penulis dan selalu mendoakan yang terbaik. Serta Abangda Ivan Harmoko, dan Kakanda Monica Pratiwi, S.H dan Winda Amelia Sari, S.Kom yang menyayangi penulis, serta selalu membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman Koridor yang senantiasa meluangkan waktu untuk berkumpul dan tetap menjalin silaturahmi. Seluruh teman-teman Sastra Indonesia stambuk 2011 yang telah menemani penulis selama masa perkuliahan. Serta teman-teman dekat SMP dan SMA yang setia menunggu kelulusan penulis. 9. Adik-adik stambuk 2012-2015 yang selalu meluangkan waktu untuk

bertukar pikiran dan tetap menjalin silaturahmi dengan penulis. Serta senior yang selalu membagi pengalaman dalam pengerjaan skripsi dan memotivasi penulis untuk terus semangat menyelesaikan skripsi.

10. Saudara-saudara penulis yang selalu menghibur, menyemangati dan memberikan pelajaran hidup pada penulis.

11. Muhammad Agung Harahap yang selalu setia menemani dan membantu penulis mencari referensi dalam penulisan skripsi serta tiada hentinya menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi.


(2)

Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun terhadap penelitian ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, Nopember 2015


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

PRAKATA ... iv

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN... ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah. ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 5

1.3.2.1 Manfaat Teoritis... 5

1.3.2.2 Manfaat Praktis ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI ... 7

2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.2 Konsep... ... 11

2.2.1 Pengertian Anak... 11

2.2.2 Pengertian Sastra Anak ... 11

2.2.3 Pengertian Nilai ... 11

2.2.4 Pengertian Nilai Pendidikan Karakter ... 12


(4)

2.3.1 Sastra Dewasa dan Anak ... 13

2.3.1.1 Sastra Dewasa ... 13

2.3.1.2 Sastra Anak ... 13

2.3.1.2.1 Pengertian Sastra Anak ... 14

2.3.1.2.2 Hakikat Sastra Anak ... 15

2.3.1.2.3 Syarat Sastra Anak ... 15

2.3.2 Nilai Pendidikan Karakter Anak ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Sumber Data ... 19

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 20

3.3 Teknik Analisis Data ... 20

3.4 Laporan ... 21

BAB IV PEMBAHASAN ... 21

4.1 Nilai-nilai Pendidikan Karakter Anak ... 21

4.2 nilai Pendidikan Karakter Anak dan Bentuk Nilai-nilai Pendidikan Anak ... 27

4.2.1 Nilai-nilai Pendidikan Karakter Anak ... 27

4.2.1.1 .. Relijius ... 27

4.2.1.2 .. Jujur ... 28

4.2.1.3 Toleransi ... 29

4.2.1.4 Disiplin ... 30

4.2.1.5 Kerja Keras ... 30

4.2.1.6 Kreatif ... 32


(5)

4.2.1.8 Rasa Ingin Tahu ... 37

4.2.1.9 Semangat Kebangsaan ... 39

4.2.1.10 Cinta Tanah Air ... 40

4.2.1.11 Bersahabat/Komunikatif ... 41

4.2.1.12 Cinta Damai ... 45

4.2.1.13 Gemar Membaca ... 47

4.2.1.14 Peduli Lingkungan ... 48

4.2.1.15 Peduli Sosial ... 48

4.2.1.16 Tanggung Jawab ... 53

4.2.2 Bentuk Nilai-nilai Pendidikan Karakter Anak ... 58

4.2.2.1 Kepada Tuhan Yang Maha Esa ... 58

4.2.2.2 Kepada Diri Sendiri ... 60

4.2.2.3 Orang Tua ... 61

4.2.2.4 Keluarga ... 63

4.2.2.5 Teman ... 67

4.2.2.6 Orang Lain ... 71

4.2.2.7 Orang Lain Seusianya ... 74

4.2.2.8 Lingkungan Hidup ... 76

4.2.2.9 Benda Miliknya ... 77

4.2.2.10 Bangsa... 77

4.2.2.11 Permasalahan/Persoalan ... 78

4.2.2.12 Pendidikan ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 84


(6)

5.2 Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN ... 89