Perbedaan sikap siswa terhadap profesi guru berdasarkan jenis kelamin dan status sosial ekonomi orang tua : studi kasus pada SMU Pangudi Luhur Sedayu - USD Repository

  

PERBEDAAN SIKAP SISWA TERHADAP PROFESI GURU

BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN STATUS SOSIAL

EKONOMI ORANG TUA

Studi Kasus pada SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

  

Oleh :

FR. ARY IRMAWATI

NIM : 001334066

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

  

M OTTO

TUHAN DAPAT MEMBACA S ETIAP TETES AN

AIRMATA. IA MELIHAT HATI YAN G MEMERLUKAN

S UKACITA. IA MEGETAHUI JALAN YAN G S UKAR

  

DAN MEN JEMUKAN . JAN GAN PUTUS AS A......,

KAREN A IA DEKAT.

  Air matak u Kautaruh k e dalam k irbat-Mu. MAZ MUR 56:9

  H AL AM AN PERSEM BAH AN H asil karya berupa skripsi ini kupersembahkan pada :

  Universitas Sanata Dharma Papa “J” dan Bunda Maria Alm. Bapa” yang telah Engkau panggil tiga tahun yang lalu Ibu yang terkasih yang selalu memberikan aku kasih dan sayangnya

  “Ayah” yang selalu hadir dan memberikan aku semangat.

  Ita dan dek Ari Orang-orang yang mengasihiku

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 4 Januari 2007 Penulis

FR.ARY IRMAWATI

  

ABSTRAK

PERBEDAAN SIKAP SISWA TERHADAP PROFESI GURU

BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN STATUS SOSIAL EKONOMI

ORANG TUA

Studi kasus pada SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU

  

FR. ARY IRMAWATI

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2007

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap siswa-siswi

SMU Pangudi Luhur Sedayu terhadap profesi guru berdasarkan jenis kelamin dan

status sosial ekonomi orang tua.

  Metode pengumpulan data yang di gunakan adalah kuesioner, wawancara,

dan dokumentasi. Populasi penelitian ini mencakup seluruh siswa-siswi SMU

Pangudi Luhur Sedayu, tahun ajaran 2005/2006 yang berjumlah 120 orang.

Ukuran sample ditetapkan sebesar 79 orang. Teknik pengambilan sample dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara acak sederhana (simple random sampling ).

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian iniadalah Chi-Kuadrat.

  Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1) sebagian besar responden (95%)

mempunyai sikap positif terhadap profesi guru, 2) tidak terdapat perbedaan sikap

  2 siswa-siswi terhadap profesi guru berdasarkan jenis kelamin di mana x hitung

  2

(0,005) < x tabel (3,84), maka Ho di terima, 3) tidak terdapat perbedaan sikap

siswa-siswi terhadap profesi guru berdasarkan status sosial ekonomi orang tua di

  2

  2 mana x (0,48) < x (3,84), maka Ho di terima. hitung tabel

  ABSTRACT

THE DIFFERENCES OF STUDENTS’ BEHAVIOR TOWARD THE

PROFESSION OF TEACHER BASED ON SEX AND PARENTS’ SOCIAL

ECONOMY STATUS

  A Case Study in “SMU Pangudi Luhur” Sedayu FR. ARY IRMAWATI Sanata Dharma University Yogyakarta

  

2007

The purpose of research was to know the students’ behavior in “Pangudi Luhur” Sedayu senior High School toward the profession of teacher based on the sex and parents’ social economy.

  The method of collecting data used were questionnaire, interviews, and decumentation. The population of this research included all of the second grade in “Pangudi Luhur” Senior High School Sedayu, academy year of 2005/2006 by

amount of 120 respondents. 79 respondents were took as samples of the research.

The technique of gathering sample was random sampling. The technique of

analysis data used in this research was Chi-square.

  The conclusions from this research were : 1) most respondents (95%) had positive behavior toward the professions of teacher, 2) there was not any

differences of students’ behavior toward the profession of teacher based on sex

  2

  2 ( x count = 0,005 < x table = 3,84), thus Ho was accepted, 3) there was not any differences of students’ behavior toward the profession of teacher based on the

  2

  2

parents’ social economy status ( x = 0,48 < x = 3,48 ), thus Ho was

count table accepted.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Pengasih atas

berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul “Perbedaan Sikap Siswa Terhadap Profesi Guru Berdasarkan Jenis

Kelamin dan Status sosial Ekonomi Orang Tua”.

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sanata Dharma.

  Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian penulisan skripsi ini tidak

lepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada :

  

1. Bapak T. Sarkim., M.Ed, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  

2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo JR, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan

Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  

3. Bapak S. Widanarto P. S. Pd., M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi dan selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan petunjuk,pengarahan, bimbingan dalam penulisan skripsi dan dengan tulus memberikan waktu untuk bimbingan.

  

4. Ibu E. Catur Rismiati,S.Pd., M.A selaku Dosen Pembimbing II yang telah

berkenan membimbing dan memberikan saran dari pembuatan propos al sampai dengan selesainya skripsi ini.

  

5. Bapak Markus Padmo Negoro selaku Kepala Sekolah SMU Pangudi Luhur

Sedayu beserta karyawan yang telah memberikan ijin dan membantu selama melaksanakan penelitian.

  

6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi dan Karyawan

Universitas Sanata Dharma yang telah membantu selama menuntut ilmu di Sanata Dharma hingga selesai.

  

7. Ibuku yang telah memberikan dorongan dan bantuan untuk menyelesaikan

skripsi ini.

  

8. “AYAH” yang selalu mendampingi dan memberikan aku dorongan untuk

menyelesaikan skripsi ini.

  

9. Adek-adekku yang telah memberikan dorongan dan bantuan untuk

menyelesaikan skripsi ini.

  10. Pakde dan Budhe beserta anak-anaknya yang selalu memberi aku semangat.

  

11. Rekan-rekan seperjuangan, senasib dan sepenanggungan, khususnya

mahasiswa PAK B Angkatan 2000 (Meri, Arie, Widi, Ratih, Ratna, Ria, She Bhe, Pakdhe, Danang, Indra, Sefi, Buncis dan seterusnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu) yang telah memberikan dorongan selama menyusun skripsi dan dukungan dalam menghadapi ujian sarjana, buat teman- teman yang masih berjuang “Semangat”

  12. Anak-anak podang “9”( Eni, christin, shinta, meri, yanti, mila, yuni, dsb).

  13. Indra cewek dan Nira, semangat terus berjuang ya.

  

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini

masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan hati terbuka penulis menerima

segala kritik dan saran serta usulan demi perbaikan skripsi ini.

  Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

  Yogyakarta, 4 Januari 2007 Penulis

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN........................................................................iii HALAMAN MOTTO ....................................................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................vi ABSTRAK.......................................................................................................vii ABSTRACT ....................................................................................................viii KATA PENGANTAR....................................................................................ix DAFTAR ISI...................................................................................................xii DAFTAR TABEL...........................................................................................xv DAFTAR GAMBAR......................................................................................xvi

  BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................1 A. Latar Belakang Masalah ...................................................1 B. Batasan Masalah ................................................................4 C. Rumusan Masalah..............................................................4 D. Tujuan Penelitian................................................................5 E. Manfaat Penelitian..............................................................5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................6 A. Sikap Siswa Terhadap Profesi Guru...................................6 B. Jenis Kelamin .....................................................................16 C. Status Sosial Ekonomi........................................................18 D. Kerangka Berpikir ..............................................................19 E. Hipotesis .............................................................................21 BAB III METODE PENELITIAN ..........................................................22 A. Jenis Penelitian...................................................................22 B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................22 C. Subjek dan Objek Penelitian..............................................22

  D. Populasi dan Sampel ..........................................................31

  E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ............................32

  F. TeknikPengumpulan Data..................................................33

  G. Teknik Analisis Data...........................................................34

  

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ............................................38

A. Data Kelembagaan Sekolah...............................................38 B. Sejarah Singkat Sekolah.....................................................38 C. Visi dan Misi SMU Pangudi Luhur Sedayu.......................39 D. Guru dan Karyawan...........................................................40 E. Tugas dan susunan Organisasi...........................................40 F. Fasilitas...............................................................................46 G. Siswa...................................................................................47

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ..............................48

A. Deskripsi Data ....................................................................48 B. Analisis Data ......................................................................54 C. Pembahasan........................................................................58

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................64

A. Kesimpulan.........................................................................64 B. Keterbatasan Penelitian......................................................65 C. Saran...................................................................................65 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kontingensi.................................................................................... 36

Tabel 2 Rincian Guru dan Karyawan

  SMU Pngudi Luhur Sedayu ......................................................... 40

Tabel 3 Siswa SMu Pangudi Luhur Sedayu................................................ 47

Tabel 4 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin............................... 49

Tabel 5 Distribusi Responden Menurut Status Sosial Ekonomi ................. 51

Tabel 6 Sikap Responden Terhadap Profesi Guru ...................................... 52

Tabel 7 Tabel Kontingensi Sikap Siswa Terhadap Profesi Guru

  Berdasarkan Jenis Kelamin Responden…………………………53 Tabel 8 Tabel Kontingensi Sikap Siswa Terhadap Profesi Guru Berdasarkan Status Sosial Ekonomi........................................... 53 Tabel 9 Data Sikap Siswa Terhadap Profesi Guru Ditinjau

  Dari Jenis Kelamin…………………………………………….55 Tabel 10 Data Sikap Siswa Terhadap Profesi Guru Ditinjau

Dari Status Sosial Ekonomi........................................................ 57

  DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Struktur Organisasi Sekolah

SMU Pangudi Luhur Sedayu................................................... 45

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Tiap masyarakat berkembang terus dan pendidikan dibutuhkan oleh

  masyarakat untuk membantu perkembangan itu. Perkembangan berarti meneruskan dan meningkatkan serta memperbaharui apa yang dimiliki. Hal ini tentu saja tidak mudah bagi masyarakat. Pendidikan menjadi instrument masyarakat untuk mencapai itu semua, apalagi di jaman yang serba canggih ini.

  Sekolah adalah lembaga kemasyarakatan yang didirikan khusus untuk melakukan kegiatan pendidikan. Tujuan kegiatan pendidikan membantu siswa mengembangkan pengetahuan, pengertian, keterampilan, sikap agar dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sini siswa dituntut untuk menjadi lebih dewasa dan lebih mandiri.

  Dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan ataupun sikap kedewasaan dan kemandirian dari seorang siswa diperlukan seorang guru, di mana peran guru sangat berarti bagi perkembangan seorang siswa. Di sini guru tidak hanya mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan tetapi juga mengajarkan berperilaku yang baik. Maka dari itu guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan prasarana untuk mencapai kesuksesan dalam setiap usaha pendidikan.

  Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bahwa guru mempunyai peranan yang cukup besar dalam membentuk dan mengembangkan suatu masyarakat atau bangsa. Dari segi pembelajaran, peranan guru dalam masyarakat Indonesia tetap dominan dan tidak dapat digantikan sekalipun teknologi dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran sangat pesat berkembang. Hal ini disebabkan karena proses pendidikan atau proses pembelajaran yang diperankan oleh guru yang menyangkut pembinaan sifat mental ma nusia bersifat unik.

  Guru tidak hanya diperlukan oleh para murid di ruangan kelas, tetapi juga diperlukan oleh masyarakat dalam menyelesaikan aneka permasalahan yang dihadapi. Masyarakat menempatkan guru pada kedudukan yang tinggi, yaitu di depan memberi teladan, di tengah-tengah membangun serta di belakang memberikan dorongan dan motivasi. Kedudukan seperti ini merupakan tantangan untuk mengembangkan prestasi bukan saja di depan kelas, tidak saja di batas- batas pagar sekolah, tetapi juga di tengah-tengah masyarakat. (Nana Soedarsono, Suara Daerah, No. 185.1986)

  Pada saat guru memperbaiki citra profesinya yang semakin terpuruk, ada sebagian kecil oknum guru yang melanggar atau menyimpang dari kode etiknya.

  Masyarakat tidak dapat membenarkan pelanggaran-pelanggaran seperti berjudi, mabuk-mabukkan, pelanggaran seks, korupsi bahkan beberapa waktu lalu ada seorang guru olahraga menyiksa anak didiknya. Jika ini semua dilakukan seorang pendidik (guru) ini dianggap sangat serius. Anehnya kesalahan-kesalahan sekecil apapun yang diperbuat guru mengundang reaksi yang begitu hebat di masyarakat. bahwa guru seyogyanya menjadi panutan bagi masyarkat di sekitarnya. Di mana dan kapan saja guru akan selalu dipandang sebagai guru yang harus memperlihatkan kelakuan yang dapat ditiru oleh masyarakat.

  Pandangan tentang citra guru sebagai orang yang wajib digugu (dipatuhi) dan ditiru (diteladani) tanpa reserve perlu diragukan ketepatannya. Konsep keguruan yang klasik tersebut mengandalkan pribadi guru serta perbuatan keguruannya adalah tanpa cela, sehingga pantas hadir sebagai manusia yang pantas dipatuhi. Hal ini tidak sesuai dengan kenyataan karena sedikit anak didik yang menghormati seorang guru. Jadi citra guru wajib ditiru dan digugu tanpa reserve tersebut perlu disikapi secara kritis dan realistis. Benarlah bahwa guru dituntut menjadi teladan bagi siswa dan orang-orang di sekelilingnya, tetapi guru adalah orang yang tidak bebas dari cela dan kelemahan. Citra guru yang sempurna dan ideal, selamanya tetap merupakan cita-cita (Samana, 1994: 25).

  Tinggi rendahnya citra suatu profesi guru di mata masyarakat biasanya berkaitan erat dengan status sosial ekonomi pemegang profesi yang bersangkutan.

  Pada saat pra-kemerdekaan, status sosial ekonomi profesi guru cukup tinggi. Mereka mendapat imbalan jasa yang memadai untuk hidup sejahtera bersama keluarganya. Pada saat ini rendahnya status sosial ekonomi profesi guru ikut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan merosotnya citra profesi guru di Indonesia. Contoh saja jika itu adalah guru pembantu, gajinya tidak bisa mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup.

  Ini juga ditunjukkan dengan sikap anak didik yang tidak bisa menghormati guru sebagai orang yang mendidiknya. Anak didik sering menganggap guru cukup kritis membuat guru lebih banyak beban yang diemban walau terkadang pengorbanan guru hanya dipandang sebelah mata oleh siswa. Apalagi jika sudah lulus maka jasa para guru pun dilupakan. Keadaan seperti ini cukup memperhatinkan bagi seorang pendidik (guru).

  Setelah melihat fenomena di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui secara nyata, jelas, secara dekat kenyataan sebenarnya mengenai perbedaan sikap siswa terhadap profesi guru. Dari perbedaan sikap siswa baik yang positif maupun negatif terhadap profesi guru akan berpengaruh pada diri siswa yaitu akan membangkitkan atau justru melemahkan tugas mulianya dalam dunia pendidikan.

  B. Pembatasan Masalah

  Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi permasalahan pada perbedaan sikap siswa SMU Pangudi Luhur Sedayu terhadap profesi guru.

  C. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU terhadap profesi guru?

  2. Apakah ada perbedaan sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU terhadap profesi guru berdasarkan jenis kelamin?

  3. Apakah ada perbedaan sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU terhadap profesi guru berdasarkan status sosial ekonomi orang tua?

  D. Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU terhadap profesi guru.

  2. Untuk mengetahui perbedaan sikap siswa SMU ANGUDI LUHUR SEDAYU terhadap profesi guru berdasarkan jenis kelamin.

  3. Untuk mengetahui perbedaan sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU terhadap profesi guru berdasarkan status sosial ekonomi orang tua.

  E. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Siswa Sebagai masukan untuk lebih mengenal, mengetahui, dan menghargai profesi guru di SMU.

  2. Bagi Penulis Dengan mengadakan penelitian ini maka memperoleh pengalaman lapangan yang sesungguhnya dan dapat mempraktekkan teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah untuk menyelesaikan penelitian ini.

  3. Bagi Universitas Sanata Dharma Sebagai tambahan sumber bacaan perpustakaan USD dan sebagai acuan penelitian lebih lanjut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sikap Siswa Terhadap Profesi Guru

1. Sikap

  Sampai saat ini cukup banyak pengertian mengenai sikap yang telah diberikan oleh para ahli, masing- masing ahli mempunyai pandangan atau pendapat yang berbeda dengan pandangan atau pendapat ahli lain walaupun tidak bertentangan satu dengan yang lainnya.

  Sikap merupakan pencerminan atau keyakinan seseorang (subjek) mengenai objek itu dan yang sedikit banyak bersifat ajeg, sehingga dengan demikian adanya sifat keajegan dari tingkah laku orang ya ng bersangkutan, karena tingkah laku tersebut merupakan pencerminan sikap orang itu.

  Menurut Berkowtz seperti yang dikutip Azwar (1997: 4-5) sikap adalah bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak favorable maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak unfavorable pada objek tersebut. Secara lebih spesifik, memformulasikan sikap sebagai “derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis”.

  Sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu (Bimo, 1994: 110). a. Komponen Kognitif (komponen konseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap sikap.

  b. Komponen Afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjuk arah sikap, yaitu positif atau negatif.

  c. Komponen Konatif (komponen perilaku), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.

  Komponen ini menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

  Adapun ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut (Effendy, Onong Uchjana (1983: 92) :

  a. Sikap bukan pembawaan manusia sejak dilahirkan, melainkan terbentuk selama perkembangannya, sebagai akibat hubungan dengan objek-objek di lingkungannya.

  b. Sikap dapat berubah sebagai hasil interaksi antara seseorang dengan orang lain. Karena itu, sikap adalah hasil pelajaran dari lingkungan dan dapat dipelajari oleh lingkungan.

  c. Sikap tidak berdiri sendiri, melainkan senantiasa mengandung relasi dengan suatu obyek. Objek ini tidak hanya semacam atau satu jenis melainkan bermacam- macam sesuai dengan banyaknya objek yang d. Sikap bersangkutan dengan dimensi waktu, berarti hanya cocok untuk situasi pada waktu tertentu. Karena itu sikap dapat berubah menurut situasi.

  e. Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan sudah terpenuhi. Hal ini berbeda dengan motif lapar, haus, dan sebagainya.

  f. Sikap mengandung factor- faktor motivasi dan emosi. Inilah yang membedakan sikap dengan pengetahuan yang terdapat pada seseorang.

2. Pembentukan Sikap

  Sikap terbentuk dalam perkembangan individu, sehingga faktor pengalaman individu mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka pembentukan sikap individu yang bersangkutan. Namun demikian, di antara individu satu dengan individu yang lain terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing- masing individu sebagai anggota masyarakat yang biasa disebut dengan interaksi sosial. Lebih lanjut, interaksi sosial itu meliputi hubungan antar individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis di sekitarnya.

  Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek yang dihadapinya. Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa. Berikut ini akan diuraikan peranan masing- masing faktor tersebut yang ikut membentuk sikap manusia (Saifuddin, 1997: 24) a. Pengalaman Pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus melalui kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Individu sebagai orang yang menerima pengalaman, orang yang melakukan tanggapan atau penghayatan, biasanya tidak melepaskan pengalaman yang pernah dialaminya.

  Contohnya pengalaman pahit yang dialami tidak akan bisa dilupakan.

  b. Pengaruh Kebudayaan Kebudayaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan sikap individu. Kebudayaan menanamkan pola perilaku seseorang dan memberikan corak pengalaman individu sebagai suatu anggota masyaakat.

  Menurut pendapat Burrhus Frederic Skinner (dalam Azwar, Saifuddin, 1997) kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap pribadi seseorang. Tanpa disadari, kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu sebagai anggota masyarakat (Azwar, 1997: 33-34)

  c. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain di sekitar individu merupakan salah satu komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikap seseorang. Di antara orang yang biasanya dianggap penting berpengaruh bagi individu tersebut adalah orang tua,

  Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

  Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan berkeinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

  d. Media Massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain- lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang sugestif yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai suatu hal sehingga terbentuklan arah sikap tertentu.

  Faktor lain yang dapat membentuk sikap atau berubahnya sikap dipengaruhi oleh faktor- faktor yang dapat diklasifikasikan sebaga i faktor intern dan faktor ekstern.(Onong Uchjana E, 1983: 95)

  Faktor intern, yang dapat berpengaruh kepada pembentukan dan perubahan sikap adalah hal-hal yang terdapat dalam diri seseorang, antara lain adalah selektivitas seseorang dalam merespon obyek-obyek yang terdapat di luar dirinya atau lingkungannya. Sikap itentukan pula oleh motif- motif dan sikap-sikap yang terlebih dahulu ada didalam dirinya.

  Faktor-faktor ekstern yang berpengaruh pada pembentukan dan perubahan sikap adalah orang-orang, hal-hal, peristiwa-peristiwa sebagai obyek ke arah mana sikap itu tertuju.

  Sikap dapat dibentuk dan dirubah dalam dua situasi yang dapat dijelaskan sebagai berikut: (Onong Uchjana E, 1983: 95-97)

  1. Situasi interaksi kelompok Dalam interaksi kelompok hubungan antara seseorang dengan orang lain berlangsung secara timbal balik. Interaksi antara seseorang dengan orang lain itu dapat terjadi dalam suatu kelompok , dalam arti kata yang keduanya merupakan sama-sama anggota sebuah kelompok, bisa juga terjadi antara seseorang dari kelompok yang satu dengan orang lain dari kelompok yang lain.

  Perubahan sikap dapat terjadi atau disebabkan oleh pergeseran kelompok referensi, adalah kelompok yang mempunyai norma-norma, nilai- nilai sosial, kebiasaan-kebiasaan bertingkah laku, dan hal lain yang dianggap paling sesuai oleh seseorang untuk dijadikan pegangan dan pedoman hidupnya. Sebagai tandingan dari kelompok referensi adalah kelompok keanggotaan, yakni kelompok dimana seseorang secara “formal” menjadi anggotanya.

  2. Situasi komunikasi bermedia Pembentukan dan perubahan sikap dapat pula terjadi dalam situasi berkomunikasi dengan menggunakan media, terutama media massa.

  Media komunikasi yang ampuh dalam merubah sikap antara lain adalah

  Perubahan sikap ditentukan juga oleh beberapa hal yaitu:

  a. Faktor Komunikator Komunikator adalah seseorang yang menyampaikan pesan komunikasi pada orang lain. Komunikator ini dapat merubah sikap seseorang, apabila merupakan pusat kredibilitas, artinya orang yang mendapat kepercayaan penuh dari khalayak. Bagaimanapun juga penting atau benarnya pesan yang di komunikasikan, apabila komunikatornya merupakan orang yang tidak bisa di percaya maka ia tidak akan dapat merubah sikap orang lain.

  b. Faktor Pesan Komunikasi Pesan komunikasi merupakan faktor lain dalam situasi komunikasi bermedia yang berpengaruh kepada perubahan sikap. Pesan harus menyangkut kepentingan seseorang dan sesuai dengan kerangka referensi komunikan.

  c. Faktor Media Komunikasi Media komunikasi, yakni media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi dan film bersifat satu arah. Tiap orang akan berbeda menangkap suatu pesan ketika ia menerima pesan dari berbagai jenis media itu. Misal seseorang akan berbeda sewaktu ia membaca surat kabar, mendengarkan radio dan menonton televisi atau film.

  d. Faktor Penerima Pesan

  Khayalak sebagai sasaran komunikasi massa terdiri dari individu- individu yang selain heterogen, juga anonim bagi komunikator dan media. Dalam heteroginitasnya itu khalayak bersifat selektif, masing- masing akan memilih, baik medianya sendiri maupun pesan-pesan yang disediakan medium yang dipilihnya itu.

3. Profesi Guru

  a. Guru sebagai profesi Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian yang khas dari para anggotanya. Keahlian yang khas tersebut tentunya tidak dimiliki oleh suatu proses profesionalisme dalam program pendidikan dan pelatihan yang terencana, begitu pula dengan profesi kependidikan.

  Amstrong mengemukakan bahwa tanggung jawab guru dibagi dalam lima kategori, yaitu : tanggung jawab dalam pengajaran, tanggung jawab dalam memberikan bimbingan, tanggung jawab dalam pengembangan kurikulum, tanggung jawab dalam mengembangkan profesi, tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat.

  Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, di samping menguasai ilmu dan bahan yang diajarkan kepada siswa. Guru senantiasa dituntut untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuannya karena ilmu pengetahuan sangat menentukan hasil belajar serta prestasi yang dicapai oleh siswa.

  Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapi. Tugas ini juga merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai- nilai siswa.

  Setiap siswa merupakan pribadi yang unik. Setiap siswa mempunyai ciri, sifat bawaan, latar belakang kehidupan, minat, kemampuan dan motivasi yang berbeda-beda. Di sinilah peran guru sebagai pembimbing yang dapat menolong siswa agar mampu menolong siswa dalam setiap masalah yang dihadapi.

  Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya ialah tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga, meningkatkan tugas serta tanggung jawab profesinya. Oleh karena itu guru dituntut agar selalu meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya dalam rangka pelaksanaan tugas profesinya. Ia harus peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

  Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat berarti guru harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat. Guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi sosial baik dengan murid-muridnya, dengan sesama teman guru maupun dengan anggota masyarakat di lingkungannya. Misi yang diemban guru adalah

  Sedangkan menurut pendapat B.J. Chandler (dalam Sahertian, 1994: 27-28) menegaskan bahwa profesi mengajar adalah suatu jabatan yang memiliki kekhususan. Kekhususan itu merupakan kelengkapan mengajar dan atau keterampilan yang menggambarkan seseorang melakukan tugas mengajar, yaitu membimbing manusia. Apalagi dilihat dari ciri-ciri keprofesian, profesi guru memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Mengutamakan layanan sosial, lebih dari kepentingan pribadi.

  2. Mempunyai status tinggi.

  3. Memiliki pengetahuan yang khusus (dalam hal mengajar dan mendidik) 4. Memiliki kegiatan intelektual.

  5. Memiliki hak untuk memperoleh standart kualitas profesional.

  6. Memiliki kode etik yang ditentukan organisasi profesi.

  Lebih jauh dikemukakan profesionalisme dibidang pendidikan mendapat pengakuan karena tiga alasan. (Supeno, 1995: 28-29) Pertama, laporan pekerjaan keguruan atau kependidikan bukan merupakan suatu laporan kerja rutin yang dapat dilakukan karena pengulangan atau kebiasaan. Lapangan kerja ini pun tidak dapat dilaksanakan berdasarkan amartirisme, lebih- lebih dengan calon atau trial

  

and errors . Lapangan kerja ini memerlukan perencanaan yang mantap,

  suatu manajemen yang memperhitungkan komponen-komponen sistemnya.

  Kedua, lapangan kerja ini memerlukan dukungan ilmu atau teori yang akan memberi konsepsi teoritis ilmu kependidikan dengan cabang- cabangnya.

  Ketiga, lapangan kerja ini memerlukan waktu pendidikan dan latihan yang lama berupa pendidikan dasar (basic education) untuk taraf sarjana ditambah pendidikan profesional.

  b. Hakekat Guru Pendidik dan Pengajar Menurut pendapat Sahertian (1994: 8-10) guru adalah pembimbing, pengajar, dan pelatih. Lebih jauh dijelaskan bahwa guru sebagai pengajar dan pelatih (pendidik), maksudnya adalah guru tersebut menyampaikan materi pelajaran atau mengkomunikasikan pesan-pesan. Guru tidak hanya menyampaikan materi pelajaran, tetapi harus menanamkan konsep berpikir melalui pelajaran yang diberikan.

  Guru sebagai pembimbing maksudnya adalah setiap subjek mempunyai pribadi yang unik. Guru pada saat mengajar bertindak sebagai pembimbing yang dapat menolong siswa agar mampu menolong dirinya sendiri. Guru sebagai contoh maksudnya dalam relasi interpersonal antara guru dan subjek didik tercipta situasi yang memungkinkan subjek didik dapat belajar menerapkan nilai- nilai yang dapat dijadikan bahan pembentukan pribadi siswa.

B. Jenis Kelamin

  Jenis kelamin (Gilarso, 1996: 17-19) yang dimaksud adalah siswa laki- laki dan perempuan secara psikologis dan fisiologis ternyata laki- laki dan perempuan mempunyai perkembangan yang berbeda. Dari perbedaan jenis kelamin siswa, berbeda pula dalam hal cara berpikir, perhatian, perasaan, bakat-bakat, kelamin yang berbeda antara laki- laki dan perempuan. Keadaan fisik dan psikologi ini yang dapat mempengaruhi perbedaan sikap antara siswa laki- laki dan siswa perempuan terhadap profesi guru.

  Jika dilihat dari pemikiran/pandangan tentang cara atau sikap yang berbeda antara laki- laki dan perempuan, guru akan lebih cocok untuk perempuan, karena perempuan akan tampak lebih luwes, sifatnya yang sabar, keibuan dan feminim, sehingga perempuan akan lebih peka terhadap kebutuhan belajar siswa maupun masalah- masalah yang dihadapi oleh anak didik mereka.

  Faktor lainnya adalah karena perempuan dapat menjadi guru sambil menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga. Dengan begitu anak didik akan merasa lebih dekat, mudah berkomunikasi dengan ibunya dan jika di sekolah dengan gurunya. Siswa akan lebih terbuka dalam hal ini.

  Ini akan berbeda jika guru itu seorang laki- laki, profesi guru kurang cocok bagi laki- laki. Siswa akan enggan dan tidak bisa terbuka karena laki- laki dianggap kurang peka, sosok laki- laki yang identik kasar, galak akan mengurangi keterbukaan siswa dan dalam hal pendampingan belajar maupun dalam setiap pembimbingan masalah- masalah yang terjadi pada pribadi siswa.

C. Status Sosial Ekonomi

1. Pengertian

  Status(Yoshep dan Ro lland, 1984: 79) adalah kedudukan dalam suatu kelompok dan hubungannya dengan anggota lain dalam kelompok itu atau kedudukan sesuatu kelompok berbanding dengan kelompok yang lain yang lebih besar jumlahnya. Status ekonomi merupakan kombinasi dari status sosial dan status ekonomi yang dimiliki seseorang (orang tua) dalam suatu kelompok masyarakat. Soejono Soekanto mengatakan bahwa status social adalah tempat orang secara umum di dalam masyarakat, sehubungan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulannya, prestise, dan hak-hak serta kewajibannya. (Soejono, 1992: 263).

  Status sosial adalah perbandingan peranan dalam masyarakat, status merupakan pencerminan hak dan kewajiban dalam tingkah laku manusia (Astrid S. Susanto, 1997: 99).

  Pendapat lain mengatakan status adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok. Sedang status sosial ekonomi dimaksudkan sebagai kedudukan social ekonomi seseorang dalam masyarakat yang meliputi unsur pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan barang berharga yang dimiliki seseorang. (Mayor Polak, 1969: 162)

2. Indikator Status Sosial

  a) Jenis Pekerjaan Yang dimaksud dengan jenis pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh imbalan atau penghasilan antara lain guru, buruh, petani, wiraswasta, pegawai swasta, dan lain- lain.

  b) Tingkat pendidikan

  Yang dimaksud adalah tingkat pendidikan formal yang berhasil dicapai orang tua, dalam hal ini adalah jenjang pendidikan formal yakni SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Makin tinggi jenjang pendidikan orang tua siswa membuat cara berpikir yang berbeda tentang profesi guru.

  c) Tingkat Pendapatan Pengertian pendapatan yaitu jumlah imbalan atau keuntungan atas barang atau jasa yang diperoleh dari hasil kerja seseorang. Jika kita memperhatikan lingkungan di sekitar kita maka akan terlihat betapa sibuknya orang-orang bekerja, ini dilakukan untuk memperoleh keuntungan atau imbalan.

  d) Pemilikan barang berharga Kekayaan yang diperoleh selama seseorang bekerja atau merupakan hasil dari jerih payah orang tersebut dalam mencukupi kebutuhan akan tempat tinggal, kendaraan, televisi, dan lain- lain (Mayor Polak, 1969:166- 167)

D. Kerangka Berpikir 1. Sikap siswa terhadap profesi guru

  Sikap siswa-siswi terhadap profesi guru secara tidak langsung dipengaruhi oleh proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan, dan cara menginterprestasikan profesi guru melalui panca indra. Sikap siswa-siswi terhadap profesi guru dibatasi oleh dua nilai positif dan nilai negatif. Di mana sikap positif siswa terhadap profesi guru ditunjukkan dengan sikap yang menghormati, menghargai, memandang bahwa profesi guru itu baik dan dengan sikap yang merendahkan suatu profesi guru, mencemooh dan meremehkannya. Sikap ini ditunjukkan oleh skor yang diperoleh dari kuesioner.

  

2. Perbedaan antara jenis kelamin dengan sikap siswa terhadap profesi

guru

  Jenis kelamin yang dimaksud di sini adalah siswa pria dan siswa wanita. Alasan penulis meneliti perbedaan antara siswa pria dan siswa wanita karena berdasarkan perkembangan fisiologi dan psikologi ternyata wanita dan pria mempunyai perkembangan yang berbeda. Ini ditunjukkan dengan cara berpikir, cara pandang yang berbeda sehingga berbeda pula cara pandang mereka tentang profesi guru.

  

3. Perbedaan antara status sosial ekonomi orang tua dengan sikap terhadap

profesi guru

  Negara demokrasi seperti Indonesia tidak membenarkan adanya pembedaan golongan sosial ekonomi dalam masyarakat. Dalam kenyataan tidak dapat disangkal adanya perbedaan social ekonomi yang tampak dari sikap orang miskin terhadap orang kaya, pembantu terhadap majikan, pegawai rendah terhadap atasan. Perbedaan ini nyata dalam simbol-simbol status seperti mobil mewah, rumah mewah, dan lain- lain. Suka atau tidak suka perbedaan status sosial ekonomi, terdapat dimana- mana sepanjang masa, walaupun sering perbedaan tidak selalu menyolok.

  Perbedaan status sosial ekonomi orang tua akan mempengaruhi perbedaan nilai hidup, kepribadian sikap, serta cara memandang sesuatu di sekitarnya. Hal ini dapat memunculkan suatu konsekuensi logis bahwa siswa di mana orang tuanya memiliki status sosial ekonomi yang rendah biasanya memiliki sikap yang positif terhadap profesi guru merupakan yang terhormat. Sebaliknya siswa di mana orang tuanya memiliki status sosial ekonomi yang tinggi, cenderung memiliki sikap negatif terhadap profesi guru tidak dapat menjamin kehidupannya berkaitan dengan gajinya yang pas-pasan utnuk hidup sehari- hari. Orang tua siswa akan memilihkan pekerjaan yang layak bagi anaknya, karena pandangan tentang profesi guru yang tidak bisa membuat masa depan mereka terjamin, maka dari itu profesi guru hanya diminati oleh mereka yang dari keluarga sederhana/status sosial ekonomi yang rendah.

E. Hipotesis

  Dari uraian kerangka teori di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

  1. Ada perbedaan sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU terhadap profesi guru.

  2. Ada perbedaan sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU terhadap profesi guru ditinjau dari jenis kelamin

  3. Ada perbedaan sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU terhadap profesi guru ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

  1. Dilihat dari cara dan pembahasannya, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif, yang hanya terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya sehingga hanya sekedar mengungkapkan fakta.

  2. Jenis penelitian deskriptif yang digunakan penulis adalah studi kasus, yaitu jenis penelitian tentang subjek tertentu di mana subjek tersebut terbatas, maka kesimpulannya ya ng diperoleh hanya berlaku terbatas pada subjek yang diteliti.

  B. Tempat dan Waktu Penelitian

  1. Tempat penelitian Dalam penelitian ini, penulis mengambil tempat penelitian di SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU ARGOSARI BANTUL Yogyakarta.

  2. Waktu penelitian Dari Mei sampai Juni 2006.

  C. Subjek Penelitian

  Subjek penelitian adalah siswa yang akan diminati informasi atau siswa yang menjadi sumber informasi. Subjek penelitian di sini adalah siswa kelas II. a. Siswa kelas II telah menempuh waktu belajar yang relatif cukup lama dibandingkan kelas I serta lebih lama berinteraksi dengan guru sehingga diharapkan telah terbentuk kesan yang mendalam terhadap profesi guru.

  b. Siswa kelas II belum terbebani seperti kelas III yang akan segera menghadapi EBTANAS

  c. Siswa kelas II sudah bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolahnya dibandingkan dengan kelas I yang masih dalam proses penyesuaian dari SMP ke SMU.

D. Populasi dan Sampel

  1. Populasi Populasi adalah keseluruhan unsur- unsur yang memiliki satu atau beberapa ciri atau karakteristik yang sama. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa SMU kelas II SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU,Argosari Bantul Yogyakarta.

  2. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu (Sudjana, 1996: 161). Dalam penelitian ini, pengambilan sampel berjumlah 79 siswa/responden dilakukan dengan menggunakan teknik sample random sampling yang dikenal juga dengan nama sampling acak sederhana. Teknik sample random sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang sama sederhana dilakukan dengan cara melotre semua populasi. Semua subjek yang termasuk dalam populasi mempunyai hak untuk dijadikan anggota sampel.

  Masing- masing subjek diberi nomor urut sesuai nomor induk siswa. Kemudian ditulis pada kertas dan digulung. Kertas gulungan yang sudah berisis nomor-nomor subjek dimasukkan ke dalam tempolong dan dikocok.

  Setelah dikocok, sejumlah gulungan kertas diambil sesuai dengan jumlah sampel yang direncanakan.

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

  Dalam bagian ini yang akan didefinisikan yaitu profesi guru, sikap siswa- siswi, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi orang tua :