Hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan motivasi belajar PAI siswa di SMP Darussalam Ciputat

(1)

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA

DENGAN MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA DI SMP

DARUSSALAM CIPUTAT

DisusunOleh: DINI RAHMAWATI

NIM : 106011000082

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat

Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama lslam (S.pd.I)

Oleh: Dini Rahmawati NIM. 106011000082

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGIIRUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF I{IDAYATULLAH

JAKARTA 20tl Dibawah Bimbi


(3)

LEMBAR PENGBSAHAN PENGUJI

Skripsi berjudul: "Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Motivasi Belajar PAI Siswa di SMP Darussalam Ciputat", disusun oleh Dini Rahmawati, NIM: 106011000082, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada hari senin, tanggal20 Juni 2011 di hadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar S1 Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Iakarta,20 Juni 2011 Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)

Bahrissalirn. M.Ag

N I P . : 1 9 6 8 0 3 0 7 1 9 9 8 0 3 1 0 0 2

Tanggal

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) D r s . S a p i u d i n S h i d d i q . M . A g

N I P . : 1 9 6 7 0 3 2 8 2 0 0 0 0 3 I 0 0 1

Penguji I

Drs. Masan AF. M.Pd

N I P . : 1 9 5 1 0 7 1 6 1 9 8 1 0 3 I 0 0 4 Penguji II

Dr. Sururin. M.Ag

N I P . : 1 9 7 1 0 3 1 9 1 9 9 8 0 3 2 0 0 1

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ihnu Tarbiyah dan Keguruan


(4)

Saya yang bertanda tan N a m a

Tempat/Tgl.Lahir NIM

Jurusan Judul Skripsi

gan di bawah ini, Dini Rahmawati

Tangerang / 16 November l ggg 1 0 6 0 1 1 0 0 0 0 8 2

Peudidikan Agama Islam

Hubungan Status Sosiar Ekonomi orangtua dengan Motivasi Belajar PAI Siswa di SMp Darussalam Ciputat

Dosen PembimbinsDrs, H. Nurochim, M.M.

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar

hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai sarah satu syarat

menempuh ujian Munaqasah.

Jakarta, 6 Juni 201 I Mahasisrva Ybs.

Tfiffi:if.'q,wl

BD.B2FAAF4 36096698


(5)

i ABSTRAK

Dini Rahmawati, NIM 106011000082, Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Motivasi Belajar PAI Siswa di SMP Darussalam Ciputat, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan motivasi belajar PAI siswa. Metode yang digunakan adalah studi korelasional. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Darussalam Ciputat mulai dari tanggal 31 Januari 2011 sampai dengan 28 Februari 2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan random sampling (pengambilan sacara acak). Sampel penelitian ini berjumlah 48 siswa (10% dari jumlah populasi). Variabel dari penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel X (Status Sosial Ekonomi Orang Tua) dan variabel Y (Motivasi Belajar PAI Siswa).

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menyebarkan angket kepada siswa sebagai responden. Metode yang digunakan adalah korelasi product moment dengan taraf 5%. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus korelasi product moment diperoleh r hitung sebesar 0,64. Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan r tabel dengan df=46 taraf signifikansi 5% adalah 0,288, berarti r hitung lebih besar dari r tabel. Dengan demikian Ho yang menyatakan tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan motivasi belajar PAI siswa ditolak, dan sebaliknya Ha yang menyatakan terdapat hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan motivasi belajar siswa diterima.

Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat korelasi atau pengaruh positif yang signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan motivasi belajar PAI siswa. Dimana siswa yang orang tuanya mempunyai status sosial ekonomi yang tinggi (memadai), maka siswa tersebut akan mempuyai motivasi belajar yang tinggi pula untuk lebih giat dalam belajar, karena orang tua mereka akan sangat memperhatikan kebutuhan belajar bagi anak-anaknya. Sedangkan bagi siswa yang orang tuanya mempunyai status ekonomi yang rendah, maka siswa tersebut akan sulit untuk mendapatkan motivasi belajar yang tinggi dikarenakan adanya kebutuhan lain yang harus didahulukan, yakni kebutuhan hidup.


(6)

ii

Tarbiya and Teacher Training, Syarif Hidayatullah Islamic State University Jakarta.

The purpose of this research was to know the correlation between socio-economic status of parents with learning motivation of Islamic religious education in school. The research method is correlational study. This research is executed in SMP Darussalam Ciputat since 31st of January 2011 till 28thFebruary 2011. The sample taking is used random sampling technique. Which the Samples are taken as many as 48 students (10% of the total population). The variables studied were the variable X (Socio-economic Status of Parents) and variable Y (Learning Motivation of Islamic Religious Education).

Data collection techniques used in this research is by distributing questionnaires to students as respondents. The method used is the product moment correlation with level of 5% from the calculation by using the product moment correlation by using the product moment correlation formula obtained by “r” calculating 0,64. Then the result is compared with the r table with df=46 significance level 5% is 0,288, it means “r” calculating is greater than “r” table. Based on the calculation above and as the results of this research is to accept the alternative hypothesis (Ha) and reject the null hypothesis (Ho).

Then, it can be summarized that there is a correlation between sosio-economic status of parents with the learning motivation of Islamic religious education students. Where students whose parents have an adequate socio-economic status, then the students will have a high learning motivation in learning as well, because their parents were very concerned about children’s learning needs. While for student whose parents have a low socio-economic status will be difficult to obtain a high motivation to learn, because of other needs that take precedence over necessities of life.


(7)

iii

KATA PENGANTAR





Alhamdulillahi Rabbil’alami. Segala puji bagi Allah SWT. atas segala nikmat, rizki, serta pertolongan yang tak pernah ada habisnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, keluarga dan para pengikutnya.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I). Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di SMP Darussalam Ciputat. Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari doa, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan untaian terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini:

1. Tercinta dan terkasih untuk kedua orang tuaku, Ibu Sumarti dan Bapak Suparno yang selama ini selalu melimpahkan kasih sayang, nasehat, motivasi, serta doa melalui shalat-shalat malamnya untuk penulis. Terima kasih pula untuk segala materi yang telah Ayahanda dan Ibunda berikan, sehingga penulis bisa melanjutkan pendidikan sampai mendapat gelar S.Pd.I. Juga untuk adikku Indah Nurmaulida, terima kasih untuk motivasi dan canda tawanya selama ini. Semoga kuliahmu bisa segera terselesaikan. Amiin. 2. Bapak Drs. Nurochim, MM., Dosen pembimbing yang selalu memberikan

nasehat, saran serta motivasi, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Para Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.


(8)

iv

Terima kasih untuk diskusi, motivasi, jalan-jalan, dan canda tawa kalian selama ini. “Jika tua nanti kita telah hidup masing-masing, ingatlah hari ini”. 6. Teman-teman satu atapku di kosan Adem Ayem: Anggi Juwita Rahayu,

Lidiya Ekawati, Heni Hindriyani, Finna Putri Barna, Reni Oktaviani, Ka Juli, Ka Fitri, Rati Agustina, Listya, Rani, Ninis, Azka untuk semua kebaikan dan canda tawa kalian. Serta Riska Sartika Dewi untuk semua diskusi dan obrolannya selama ini di perpustakaan utama dan parkiran barat FITK. 7. Kepala sekolah, para staf guru dan siswa/siswi SMP Darussalam Ciputat yang

telah meluangkan waktunya serta telah mempersilahkan penulis untuk melakukan penelitian di SMP Darussalam.

Akhirnya penulis berharap semoga semua kebaikan, saran serta motivasi dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT. Semoga skripsi ini bias bermanfaat bagi semua pihak. Amiin.

Jakarta, Juni 2011


(9)

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Landasan Teori ... 9

1. Pengertian Status Sosial Ekonomi ... 9

a. Dasar Lapisan Masyarakat ... 10

b. Tingkat Status Sosial Ekonomi ... .11

2. Peranan Orang Tua ... 13

a. Pengertian Peranan Orang Tua ... 13

b. Peranan Orang Tua Terhadap Anak ... 14

3. Motivasi ... 16

a. Pengertian Motivasi ... 16

b. Fungsi Motivasi ... 17

c. Macam-macam Motivasi ... 20

4. Belajar ... 20

a. Pengertian Belajar ... 20

b. Tujuan Belajar ... 22

c. Macam-macam Belajar ... 22


(10)

vi

A. Jenis Penelitian ... 28

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

C. Populasi dan Sampel ... 28

D. Alat Pengumpulan Data ... 29

E. Teknik Analisis Data ... 29

F. Definisi Konseptual, Definisi Operasional dan Kisi-kisi Instrumen ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tentang SMP Darussalam ... 35

1. Sejarah Berdirinya SMP Darussalam ... 35

2. Visi dan Misi Darussalam ... 36

3. Sarana dan Fasilitas ... 36

4. Keadaan Guru dan Siswa ... 37

a. Keadaan Guru SMP Darussalam... 37

b. Keadaan Siswa ... 39

B. Deskripsi Data ... 40

C. Analisa Data ... 52

D. Interpretasi Data ... 56

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Skor dan Alternatif Jawaban Untuk Variabel Status Sosial Ekonomi

Orang Tua ... 30

Tabel 2 : Skor dan Alternatif Jawaban Untuk Variabel Motivasi Belajar ... 30

Tabel 3 : Kisi-kisi Instrumen ... 33

Tabel 4 : Keadaan Guru SMP Darussalam ... 37

Tabel 5 : Keadaan Siswa SMP Darussalam ... 39

Tabel 6 : Hasil Perhitungan Angket ... 40


(12)

viii

Lampiran 2 : Hasil Perhitungan Angket Variabel Y ... 65

Lampiran 3 : Angket Penelitian... 67

Lampiran 4 : Form Pengajuan Proposal Skripsi ... 71

Lampiran 5 : Surat Bimbingan Skripsi ... 72

Lampiran 6 : Surat Permohonan Izin Penelitian ... 73


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia pada dasarnya adalah upaya mengembangkan potensi individu sehingga ia bisa hidup secara optimal, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat yang memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidup.

Sepanjang sejarah, pendidikan sebenarnya sudah dimulai sejak ada makhluk yang bernama manusia. Mengenai hal ini, Ahmad Tafsir menyatakan bahwa:

Dalam teori pendidikan lama, yang dikembangkan di dunia barat, dikatakan bahwa perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme). Sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh lingkungannya (empirisme). Sebagai sintesisnya dikembangkan teori ketiga yang mengatakan bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya (konvergensi). Menurut Islam, kira-kira konvergensi inilah yang mendekati kebenaran.1

1

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 2007), h. 34-35.


(14)

Salah satu sabda Nabi mengatakan:

اق ْع ها يضر ارْير يبا ْ ع

:

ام مَس ْي ع ها َص ها سر اق

ا ك اسَّ ي ارِّ ي ا ِ ي ا بأف رْطفْا ع ْ ي اَا ْ ْ م ْ م

ا ْ ع ّْت ْمتْا اْ ْ ت َتح ءاعْ ج ْ م ا ْيف ْ ّْت ْ ْي ْا ْ ّتْت

(

م سم را ب

)

“Tiada seorang bayi pun melainkan dilahirkan dalam fitrah yang bersih. Maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi, sebagaimana binatang melahirkan binatang keseluruhanya. Apakah kalian

mengetahui di dalamnya ada binatang yang rumpung hidungnya?” (HR.

Bukhari & Muslim)”

Armai Arief menyatakan bahwa “Dalam pandangan Islam, kemampuan dasar atau pembawaan disebut dengan fitrah. Secara etimologis, kata fitrah berarti sifat asal, kesucian, bakat, dan pembawaan. Sedangkan secara terminologi, Muhammad al-Jurjani menyebutkan, bahwa fitrah adalah tabiat yang siap menerima agama Islam.”2

Armai Arief mendefinisikan kata fitrah dengan bermacam-macam, sebagaimana yang telah diterjemahkan dan didefinisikan oleh banyak pakar. Di antara arti-arti yang dimaksud adalah:

1. Fitrah berarti “thuhr” (suci)

2. Fitrah berarti “Islam” (agama Islam)

3. Fitrah berarti “tauhid” (mengakui keesaan Allah)

4. Fitrah berarti “ikhlas” (murni)

5. Fitrah berarti kecenderungan manusia untuk menerima dan berbuat kebenaran.

6. Fitrah berarti “al-gharizah” (insting)

7. Fitrah berarti potensi dasar untuk mengabdi kepada Allah

8. Fitrah berarti ketetapan atas manusia baik kebahagiaan maupun kesengsaraan, dsb.3

Menurut hadis ini manusia lahir dengan membawa berbagai kemampuan; kemampuan inilah yang disebut pembawaan. Fitrah yang disebut di dalam hadis ini adalah potensi. Potensi adalah kemampuan; jadi, fitrah yang dimaksud di sini adalah pembawaan. Ayah dan ibu dalam hadis ini adalah

2

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press 2002), h. 6

3


(15)

3

lingkungan. Kedua-duanya (fitrah dan ayah-ibu) itulah yang menentukan perkembangan seseorang.4

Dalam kaitannya dengan teori kependidikan dapat dikatakan, bahwa kata fitrah mengandung implikasi kependidikan yang berkonotasi kepada paham konvergensi. Karena fitrah mengandung makna kejadian yang di dalamnya berisi potensi dasar beragama yang benar dan lurus (al-Din al-Qayyim) yaitu Islam. Namun potensi dasar ini bisa diubah oleh lingkungan sekitarnya.

Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa fitrah sebagai pembawaan sejak lahir bisa dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, bahkan fitrah tidak akan bisa berkembang tanpa adanya pengaruh dari lingkungan. Sementara lingkungan itu sendiri dapat diubah bila tidak favorabel (tidak menyenangkan karena tidak sesuai dengan keinginan/cita-cita manusia).

Menurut Mohammad al-Toumy al-Syaibani sebagaimana yang dikutip oleh Abudinnata menjabarkan tujuan pendidikan Islam menjadi:

1. Tujuan yang berkaitan dengan individu yang mencakup perubahan berupa pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan rohani, dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan akhirat.

2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat yang mencakup tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, serta memperkaya pengalaman masyarakat.

3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, seni, profesi, dan kegiatan masyarakat.5

Keluarga, masyarakat dan pemerintah merupakan institusional yang berhubungan dengan pendidikan secara langsung. Dalam usaha mencerdaskan bangsa, keluarga merupakan salah satu faktor yang yang berperan penting. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama kali dikenalkan kepada anak, atau dapat dikatakan bahwa seorang anak itu mengenal kehidupan sosial pertama di dalam lingkungan keluarga. Adanya interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain menyebabkan terbentuknya suatu pribadi yang baru. Apa yang dipersepsikan individu lain mengenai diri individu, tidak akan lepas dari peran dan status sosial yang disandang individu.

4

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam…, h. 35.

5


(16)

Menurut Nasution ”Kedudukan atau status menentukan posisi seseorang dalam struktur sosial, yakni menentukan hubungan dengan orang lain. Status atau kedudukan individu, apakah ia di atas atau di bawah status orang lain mempengaruhi peranannya. Peranan adalah konsekuensi atau akibat kedudukan atau status seseorang”.6

Akan tetapi cara-cara seseorang membawakan peranannya dapat berbeda menurut kepribadian seseorang. Dalam hidup manusia ingin mendapatkan keberhasilan (achievments). Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok manusia. Adapun kebutuhan pokok yang dimaksud adalah:

1. Kebutuhan fisiologis: kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan , sandang, dan perumahan, kesehatan fisik, dsb.

2. Kebutuhan rasa aman dan perlindunagn (safety and security) seperti terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kamiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil, dsb.

3. Kebutuhan sosial (social needs) yang meliputi antara lain kebutuahn akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, kerjasama.

4. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan dan status, pangkat, dsb. 5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization) seperti antara lain

kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas dan ekspresi diri.7

Pemenuhan kebutuhan yang dikatakan Maslow, dalam mencapai

achievments, kebutuhan dasar (basic needs) adalah menjadi faktor utama. Kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut dapat dipenuhi dalam keluarga. Khususnya, dalam pendidikan anak, orang tua merupakan pihak yang bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan dasar yaitu fisiologis anak untuk memperoleh prestasi belajarnya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa baik faktor internal seperti motivasi, maupun eksternal seperti status sosial

6

Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet. ke-1, hal. 73.

7

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 2007), h. 78.


(17)

5

ekonomi. Banyak diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar yang lebih tetapi terlambat karena status sosial ekonomi.

Status sosial ekonomi orang tua mempunyai peranan penting terhadap pendidikan anak-anak. Menurut W.A. Gerungan “Dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak di dalam keluarganya itu lebih luas, ia mendapat kesempatan yang lebih luas untuk memperkembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia perkembangan apabila tidak ada alat-alatnya.”8

Keadaan ekonomi orang tua erat kaitannya dengan siswa yang sedang belajar di sekolah. Kebutuhan pokok mereka harus terpenuhi, seperti; makanan, pakaian, buku pelajaran, alat tulis dan lain sebagainya akan mempengaruhi pendidikan siswa. Tidak sedikit anak yang droupout dari lembaga pendidikan yang dijalaninya disebabkan oleh ekonomi keluarga yang tidak menunjang. Konsekuensi dari kurangnya dukungan kemampuan seperti yang disebutkan di atas, maka siswa akan mendapatkan kesulitan dalam proses studi berlangsung.

Status sosial menentukan peranan seseorang. Dalam pendidikan status sosial ekonomi menunjang kebutuhan finansial anak dalam proses pembelajarannya baik di sekolah maupun di rumah, anak juga membutuhkan pemenuhan fisiologisnya. Dalam pemenuhan fisiologis anak, orang tua harus memberikan perhatiannya kepada anak.

Ketika orang tua terlibat dalam mendidik anaknya serta selalu memotivasi mereka dalam belajar, maka sang anak akan merasa bahwa orang tuanya selalu memperhatikan mereka dalam belajar di sekolah maupun di rumah. Sehingga, ia akan memperoleh nilai yang memuaskan, menyelesaikan pekerjaan rumah dengan baik, dan akan hadir di sekolah tepat pada waktunya. Sebaliknya, siswa kemungkinan besar akan mengalami kemunduran dalam prestasi akademik jika orang tua sibuk bekerja dan tidak berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah serta tidak memantau apa yang terjadi pada anaknya di sekolah.

8


(18)

Fenomena tersebut menarik bagi penulis untuk diadakan penelitian lebih lanjut yang dituangkan dalam judul skripsi “Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Motivasi Belajar PAI Siswa di SMP Darussalam Ciputat”.

B. Identifikasi Masalah

Penulis mengidentifikasi masalah-masalah yang akan muncul yang berkaitan dengan judul penelitian. Masalah-masalah tersebut antara lain: 1. Kurangnya perhatian dan bimbingan orang tua berpengaruh dalam proses

dan prestasi belajar.

2. Tidak sedikit orang tua menganggap bimbingan guru di sekolah sudah cukup bagi keberhasilan anaknya dalam belajar.

3. Orang tua yang sibuk dengan aktivitas di kantor kurang mengontrol pekerjaan rumah (PR) anak mengakibatkan motivasi belajar siswa rendah. 4. Status sosial ekonomi yang dimiliki orang tua. Dalam hal ini status sosial

ekonomi dilihat dari jenis pekerjaan, penghasilan orang tua dan kekayaan yang dimiliki.

5. Motivasi belajar PAI siswa di sekolah.

6. Status sosial ekonomi orang tua yang kaya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

7. Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dan motivasi belajar PAI siswa di sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, agar penulisan skripsi yang akan penulis susun ini lebih terarah dan tidak terlalu lebar pembahasannya, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut: 1. Status sosial ekonomi yang dimiliki orang tua. Dalam hal ini status sosial

ekonomi dilihat dari jenis pekerjaan, penghasilan orang tua dan kekayaan yang dimiliki.


(19)

7

2. Motivasi belajar PAI siswa di sekolah.

3. Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dan motivasi belajar PAI siswa di sekolah.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah, yaitu:

1. Bagaimana status sosial ekonomi orang tua? 2. Bagaimana motivasi belajar PAI siswa di sekolah?

3. Bagaimana hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dan motivasi belajar Agama Islam siswa?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana peran status sosial ekonomi orang tua. b. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan antara siswa yang mendapat

perhatian orang tua dan yang tidak mendapatkan perhatian orang tua terhadap motivasi belajarnya.

c. Untuk mengetahui kebutuhan pendidikan anak terhadap motivasi belajar Agama Islamnya.

2. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis

Saya yang kelak menjadi seorang guru. Maka, penelitian ini akan saya jadikan sebagai bahan referensi agar dapat menjalin kerja sama yang baik dengan orang tua.

b. Bagi Siswa

Sebagai bahan masukan kepada para siswa/siswi agar lebih berusaha lagi untuk menjadi anak yang berprestasi.


(20)

c. Bagi Sekolah

Memberikan gambaran kepada sekolah jika terdapat siswa yang berprestasi tetapi terhalang karena alasan ekonomi serta perhatian orang tua, maka pihak sekolah harus memberikan solusi yang baik agar siswa tersebut menjadi siswa yang berhasil.

d. Bagi Orang Tua

Sebagai bahan masukan bagi orang tua agar berusaha memberikan perhatian yang maksimal terhadap prestasi belajar yang diinginkan. Dan sebagai bahan informasi kepada orang tua siswa tentang pentingnya perhatian orang tua terhadap kegiatan belajar siswa.


(21)

9

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori 1. Status Sosial Ekonomi

a. Pengertian Status Sosial Ekonomi

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia status adalah “keadaan atau kedudukan (orang atau badan) dalam hubungan dengan masyarakat di sekelilingnya.” 1

Menurut Soerjono Soekanto status sosial adalah “tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta kewajibannya.”2

Majer mengartikan status sosial ekonomi adalah ”kedudukan suatu individu dan keluarga berdasarkan unsur-unsur ekonomi.”3

Sedangkan menurut FS. Chapin seperti yang dikutip oleh Kaare Svalastoga bahwa ”status sosial ekonomi adalah posisi yang ditempati individu atau keluarga yang berkenaan dengan ukuran rata-rata yang

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet, I, h. 858

2

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 210

3


(22)

umum berlaku tentang kepemilikan kultural, pendapatan efektif, pemilikan barang dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya.”4

Dengan demikian status sosial ekonomi adalah suatu tinggi rendahnya prestise yang dimiliki seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya dalam suatu masyarakat berdasarkan pada pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya atau keadaan yang menggambarkan posisi atau kedudukan suatu keluarga dalam masyarakat berdasarkan kepemilikan materi.

b. Dasar Lapisan Masyarakat

Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah berdasarkan ukuran kekayaan, kekuasaan, kehormatan dan ilmu pengetahuan.

1. Ukuran kekayaan. Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya menggunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.

2. Ukuran kekuasaan. Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan atas. 3. Ukuran kehormatan. Ukuran kehormatan tersebut mungkin

terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas.

4. Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan.5 Ukuran di atas tidaklah bersifat limitatif karena masih ada ukuran-ukuran lain yang dapat digunakan. Akan tetapi, ukuran-ukuran-ukuran-ukuran di atas amat menentukan sebagai dasar timbulnya sistem lapisan dalam masyarakat tertentu.

4

Kaare Svalastoga, Diferensiasi Sosial, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1989), cet. Ke-1, h.26

5


(23)

11

c. Tingkat Status Sosial Ekonomi

Dalam suatu masyarakat, sering dijumpai aneka ragam masyarakat diantaranya ada yang kaya, sementara sebagian besar lainnya termasuk kategori miskin. Ada juga kita temukan tingkat pendidikan sekelompok masyarakat yang mencapai jenjang perguruan tinggi, tapi tidak sedikit pula kelompok yang lainnya yang hanya lulus sampai tingkat sekolah lanjutan atas atau di bawahnya. Ini semua menggambarkan bahwa dalam suatu masyarakat manapun selalu memperlihatkan adanya strata sosial karena perbedaan tingkat ekonomi, pendidikan, status sosial, kekuasaan dan lain-lain.

Sistem pelapisan yang terjadi dalam masyarakat disebut juga dengan Stratifikasi Sosial. Menurut Pitirim A Sorokin “Stratifikasi adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarchis)”. 6

Umumnya perbedaan masyarakat berdasarkan kepemilikan materi disebut kelas sosial (social class). Menurut M. Arifin Noor secara umum, kelas sosial dapat dibagi ke dalam tiga golongan, yakni:

1. Kelas Atas (Upper Class)

Mereka adalah golongan yang kaya raya seperti kelompok konglomerat, kelompok eksekutif, dan seterusnya. Pada kelas ini segala kebutuhan hidup dapat terpenuhi dengan mudah, sehingga pendidikan anak memperoleh prioritas utama, karena anak yang hidup pada kelas ini memiliki sarana dan prasarana yang memadai dalam belajarnya dan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan tambahan sangat besar. Sehingga kondisi demikian tentu akan membangkitkan semangat anak untuk belajar karena fasilitas belajar mereka dapat dipenuhi oleh orang tua mereka.

6


(24)

2. Kelas Menengah (Middle Class)

Kelas menengah biasanya diisi oleh kaum profesional dan para pemilik toko dan bisnis yang lebih kecil. Biasanya ditempati oleh orang-orang kebanyakan yang tingkat sedang-sedang saja.

Kedudukan orang tua dalam masyarakat terpandang, perhatian mereka terhadap pendidikan anak-anak terpenuhi dan mereka tidak merasa khawatir akan kekurangan pada kelas ini, walaupun penghasilan yang mereka peroleh tidaklah berlebihan tetapi mereka mempunyai sarana belajar yang cukup dan waktu yang banyak untuk belajar.

3. Kelas Bawah (Lower Class)

Menurut Mulyanto Sumardi kelas bawah adalah “golongan yang memperoleh pendapatan atau penerimaan sebagai imbalan terhadap kerja mereka yang jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan pokoknya.”7

Mereka yang termasuk dalam kategori ini sebagai orang miskin dan kehilangan ambisi dalam merengkuh keberhasilan yang lebih tinggi. Golongan ini antara lain pembantu rumah tangga, pengangkut sampah dan lain-lain. Penghargaan mereka terhadap kehidupan dan pendidikan anak sangat kecil dan sering kali diabaikan, karena ini sangat membebankan mereka. Perhatian mereka terhadap keluarga pun tidak ada, karena mereka tidak mempunyai waktu luang untuk berkumpul dan berhubungan antar anggota keluarga kurang akrab. Disini keinginan-keinginan seperti upper class itu kurang karena alasan-alasan ekonomi dan sosial.

Konsep tentang sratifikasi sosial tergantung pada cara seseorang menentukan golongan sosial itu. Adanya golongan sosial timbul karena adanya perbedaan status dikalangan masyarakat. Untuk menentukan sratifikasi sosial dapat diikuti dengan tiga metode, yaitu:

7

Mulyanto Sumardi dan Hans-Dieter Evers, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, (Jakarta: CV Rajawali, 1982), cet.I, h.80-81


(25)

13

1. Metode Obyektif, stratifikasi ditentukan berdasarkan kriteria obyektif antara lain jumlah pendapatan, lama atau tinggi pendidikan, jenis pekerjaan.

2. Metode Subyektif, dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam mesyarakat itu.

3. Metode Reputasi, metode ini dikembangkan oleh W. Lyod Warner cs. Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu. Kesulitan penggolongan obyektif dan subyektif adalah bahwa penggolongan itu sering tidak sesuai dengan tanggapan orang dalam kehidupan sehari-hari yang nyata tentang golongan sosial masing-masing.8

Ukuran yang biasa dipakai untuk menggolongkan masyarakat dapat dilihat dengan ukuran kekayaan ilmu pengetahuan. Kriteria sosial ekonomi dapat dibedakan dari jabatan, jumlah dan sumber pendapatan, tingkat pendidikan, agama, jenis dan luas rumah, lokasi rumah, asal keturunan, partisipasi dalam kegiatan organisasi. Status seseorang tercermin pula dari tipe dan letak tempat tinggalnya, seperti perbedaan ukuran rumah dan tanah, desain rumah, perlengkapan rumah. Tidak hanya itu, kegiatan rekreasi pun merupakan simbol status yang penting.

Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan status sosial ekonomi dapat dilihat dari tingkat pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal dan kekayaan yang dimiliki.

2. Peranan Orang Tua

a. Pengertian Peranan Orang Tua

Islam sangat menganjurkan atau bahkan mewajibkan kepada pemeluknya agar proses pendidikan diberikan kepada anak-anaknya semenjak dalam buaian. Bahkan ketika masih dalam kandungan sang ibupun dianjurkan untuk banyak melakukan ibadah-ibadah sunnah, mendekatkan diri kepada Allah dan berperilaku yang baik terhadap sesama. Hal ini dianjurkan agar si bayi dalam kandungan mendapatkan

8


(26)

pendidikan yang baik yang didapatkan dari suasana dan kondisi psikologis sang ibu yang menjalani masa kehamilannya dengan rajin beribadah dan riang gembira hidup bersama dengan masyarakat. Karena kondisi psikologis wanita hamil akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa sang bayi nantinya.

Menurut Nasution peranan adalah ”konsekuensi atau akibat kedudukan atau status seseorang.”9 Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia akan menjalankan suatu peranan. Pentingnya peranan adalah karena peranan mengatur perilaku seseorang pada batas-batas tertentu dan dapat menentukan perbuatan-perbuatan orang lain.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia orang tua adalah “ayah dan ibu kandung, atau orang yang dianggap orang tua atau dituakan, atau orang-orang yang dihormati dan disegani.”10 Sedangkan menurut Hery Noer Aly, yang disebut orang tua adalah ”ibu dan ayah yang masing-masing mempunyai tanggung jawab yang sama dalam pendidikan anak.”11

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang disebut orang tua adalah ayah dan ibu kandung, atau orang yang dianggap tua atau dituakan yang masing-masing mempunyai tanggung jawab yang sama dalam pendidikan anak.

b. Peranan Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak

Pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya adalah pendidikan yang didasarkan pada rasa kasih sayang terhadap anak-anak. Orang tua adalah pendidik sejati. Oleh karena itu, kasih sayang orang tua terhadap anaknya hendaklah kasih sayang sejati pula, yang berarti pendidik atau

9

S. Nasution, Sosiologi Pendidikan…, h.73

10

Tim Penyusun Kamus Pusat Pmebinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia…, h. 629

11

Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), cet. ke- 1, hal. 88


(27)

15

orang tua mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anak dengan mengesampingkan keinginan dan kesenangan sendiri.

Maka, menurut M. Ngalim Purwanto menyatakan bahwa peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebagai:

1. Sumber dan pemberi rasa kasih sayang, 2. Pengasuh dan pemelihara,

3. Pengatur kehidupan dalam rumah tangga, 4. Pembimbing hubungan pribadi,

5. Pendidik dalam segi-segi emosional.12

Sedangkan peranan ayah dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebagai:

1. Sumber kekuasaan di dalam keluarga,

2. Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar, 3. Pemberi perasaan aman bagi seluruh amggota keluarga,

4. Pelindung terhadap ancaman dari luar,

5. Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan, 6. Pendidik dalam segi rasional.13

Orang tua mempunyai posisi sebagai pemimpin keluarga atau rumah tangga. Orang tua sebagai pembentuk pribadi utama dalam kehidupan anak. Menurut Zakiah Darajat “Kepribadian orang tua, sikap dan tata cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh”.14

Peranan orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan anak, sebab orang tua adalah unsur pertama dan utama dalam pendidikan anak-anaknya. Orang tua harus membina dan membimbing mereka. Karena orang tua akan menjadi pembimbing yang sangat dibutuhkan oleh anak.

12

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), cet. ke-18, hal. 82

13

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,…, hal. 83 14


(28)

Keluarga –termasuk di dalamnya orang tua- sebagai lingkungan pertama bagi individu memperoleh unsur dan ciri-ciri dasar kepribadiannya. Dari sana juga ia akan memperoleh akhlak, nilai-nilai, kebiasaan-kebiassaan dan dengan itu pula ia merubah banyak kemungkinan-kemungkinan, kesanggupan-kesanggupan dan kesediannya menjadi kenyataan yang hidup dan tingkah laku yang tampak. Jadi, keluarga itu menurut pandangan individu merupakan simbol bagi ciri-ciri yang mulia sepertikeimanan kepada Allah, cinta kepada kebaikan. Setiap individu memerlukan keluarga bukan hanya pada tingkat awal hidupnya dan pada masa kanak-kanak, tetapi ia memerlukan sepanjang hidupnya.

3. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Jika dilihat dari segi bahasa, di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia motivasi berarti “dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.”15

Menurut Alisuf Sabri, motivasi (interest) berarti “segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya suatu tingkah laku”.16

Sedangkan menurut Abudin Nata dan Fuzan menyatakan bahwa motivasi secara etimologi adalah “dorongan yang mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan”. Sedangkan secara terminologi motivasi adalah “dorongan (dengan sokongan moral), dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan sesuai dengan tujuan tertentu”.17

15

Tim Penyusun Kamus; Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia..., h. 593

16

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), cet. Ke-3, hal. 85

17

Abuddin Nata dan Fuzan, Pendidikan Dalam Perspektif Hadis, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), cet. Ke-1, hal. 159-160


(29)

17

Menurut Dalyono mengenai motivasi adalah “daya penggerak atau pendororng untuk melakukan suatu pekerjaan, bisa berasal dari diri sendiri dan juga dari luar.

Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu kecenderungan yang erat kaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang (positif) terhadap sesuatu yang dianggapnya berharga atau sesuai kebutuhan dan memberi kepuasan terhadapnya. Sesuatu iu dapat berupa aktifitas orang, pengalaman atau benda yang dapat dijadikan sebagai stimulti/rangsangan yang menentukan respon terarah. Dengan kata lain, motivasi adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh.

b. Fungsi Motivasi

Menurut Oemar Hamalik, fungsi motivasi adalah sebagai berikut: a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa

motivasi maka akan timbul suatu perbuatan seperti belajar. b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan

perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.

c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.18

Menurut S. Nasution motivasi mempunyai tiga fungsi, yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan.19

Berdasarkan arti dan fungsi motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi bukan saja berfungsi sebagai penentu terjadinya suatu

18

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), cet ke-8, h. 161

19

S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-1, h. 76-77


(30)

perbuatan, tetapi juga merupakan penentu hasil perbuatan. Sejalan dengan arti dan fungsi motivasi di atas dalam agama Islam ada jenis motivasi yang arti dan fungsinya sama yaitu niat, seperti yang dikemukakan oleh Rasulullah SAW. dalam sebuah hadist:

َ ع ا د ع ن يفن ن طخ ا ن مع صفح ا نينمؤم ا يما نع

ن ِ ؤ ن عك ن ِ د ع ن ا ر ن ط ق ن ها د ع ن ير ن

ق هنع ها يضر ِ دع ا ِ ش ق ا غ

:

ها ص ها سر تعمس

قي مَس هي ع

:

ت يِن معأ ا منا

,

ن م ئ ما ِ منا

,

نمف

ه سر ها ا هت

ف سر ها ا هت ه تن ك

,

تن ك نم

هي ا ج ه م ا هت

ف ح ني أ ما ا يصي يند هت ه

(

هتّحص ىلع قفتم

)

“Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh „Umar bin Khattab bin Nufail bin „Abdul „Uzza bin Riyah bin „Abdullah bin Qurth bin Razah bin „Ady bin Ka’b bin Luayy bin Ghalib bin Al Quraisy Al „Adawy r.a. berkata : “Saya mendengar Rasullah s.a.w bersabda : “Bahwasanya semua amal itu

tergantung niatnya, dan bahwasanya apa yang diperoleh oleh seseorang adalah sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barang siapa yang hijrah karena Allah dan RasulNya maka hijrahnya itu akan diterima oleh Allah dan RasulNya, dan barang siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang akan dinikahinya maka hijrahnya itu hanya memperoleh apa yang diniatkannya dalam hijrahnya itu.”20

Kata niat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “kehendak atau keinginan dalam hati akan melakukan sesuatu.”21

Menurut Bandi di dalam artikelnya menyatakan bahwa:

Dalam psikologi, terdapat beberapa istilah yang terkait dengan niat, antara lain: dorongan, keinginan, hasrat, kecenderungan, dan kemauan. Niat bisa dikatakan sebagai kemauan, karena antara keduanya (niat dan motivasi) memiliki kesamaan sebagai kekuatan yang sadar untuk melakukan sesuatu berdasarkan perasaan dan pikiran.”22

20

Muslich Shabir, Terjemah Riyadus Shalihin I, (Jakarta: CV Toha Putra, 1981), h. 2

21

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, KamusBesar BahasaIndonesia,… h. 614

22

Bang Bandi, Niat Sebagai Motivasi Tujuh Syarat. Tersedia

[Online]:http//bangsbandi.blogspot.com/2009/07/niat-sebagai-motivasi-tujuh-syarat/, 31 Mei 2011, 19.45 WIB


(31)

19

Dengan demikian niat itu sama dengan motivasi, akan mendorong orang untuk bekerja atau melakukan suatu perbuatan dengan sungguh-sungguh dan selanjutnya niat/motivasi itu pulalah yang akan menentukan pahala/balasan sebagai hasil perbuatannya. Suatu pekerjaan bisa dijalankan dengan kurang semangat bila tidak disertai dengan niat yang kuat.

c. Macam-Macam Motivasi

Menurut Woodwort dan Marquis yang dikutip oleh Alisuf Sabri, menggolongkan motif-motif menjadi tiga macam, yaitu:

a. Kebutuhan-kebutuhan organis, yaitu motif-motif yang berkaitan dengan kebutuhan tubuh bagian dalam (kebutuhan organis) seperti: makan, minum, kebutuhan bergerak dan istirahat/tidur, dan sebagainya.

b. Motif-motif darurat (Emergency Motives) yang mencangkup dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha, dorongan untuk mengejar dan sebagainya. Motif ini timbul jika situasi menurut timbulnya kegiatan yang cepat dan kuat dari diri kita. Dalam hal ini motif timbul atas keinginan kita tetapi karena rangsangan dari luar. c. Motif objektif, yaitu motif yang diarahkan kepada suatu objek

atau tujuan tertentu di sekitar kita, motif ini mencakup: kebutuhan untuk eksplorasi, kebutuhan untuk melaksanakan manipulasi, kebutuhan untuk menaruh minat. Motif ini timbul karena dorongan untuk mengahdapi dunia luar (sosial dan non sosial) secara efektif.23

Sedangkan, Hamzah B. Uno dalam membagi motivasi menjadi dua macam:

a. Motivasi instrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.

b. Motivasi ekstrinsik adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik.24

23

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangannya, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2001) cet. Ke-1, h. 130

24

Hamzah B. Uno, M.Pd, Teori Motivasi Dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) cet ke-3, h.23


(32)

Baik motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrinsik, kedua-duanya dapat menjadi pendorong untuk belajar, namun tentunya agar aktivitas dalam belajarnya memberikan kepuasan atau ganjaran diakhir kegiatan belajarnya maka sebaiknya motivasi yang mendorong siswa untuk belajar adalah motivasi instrinsik. Sedangkan untuk membangkitkan motivasi ekstrinsik menjadi tanggung jawab guru di sekolah, yang diharapkan lambat laun akan timbul kesadaran sendiri pada siswa untuk belajar. Jadi, sasaran guru adalah untuk menimbulkan self motivation.

Dari uraian di atas mengenai macam-macam motivasi, jelaslah begitu banyak ilmuan yang berpendapat mengenai motivasi. Motivasi merupakan ruh bagi setiap orang yang ingin mencapai tujuannya masing-masing. Tujuan yang ingin dicapai timbul dari dalam diri maupun dorongan dari luar.

Dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar dan dengan motivasi itu pulalah kualitas belajar siswa juga kemungkinan dapat diwujudkan. Siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil dalam belajarnya.

4. Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Muhibbin Syah belajar adalah “kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.”25

Sebagaimana pendapat Surya yang dikutip oleh Tohirin menyatakan

bahwa belajar “ialah suatu proses yang dilakukan individu untuk

25

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 2010), h. 87


(33)

21

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”26

Relevan dengan Surya, Slameto dan Ali menyatakan bahwa belajar merupakan “suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”27 Dari pengertian di atas tentang belajar, dapat penulis simpulkan bahwa belajar adalah proses berubahnya tingkah laku individu yang relatif sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang baru melalui latihan, praktek, dan pengalaman.

b. Tujuan Belajar

Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena itu adalah suatu hal yang memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa.

Proses belajar seseorang pasti mempunyai tujuan yang dicita-citakan. Tujuan itu muncul untuk memenuhi suatu kebutuhan. Perbuatan belajar yang diarahkan pada pencapaian suatu tujuan dan untuk memenuhi suatu kebutuhan. Suatu perbuatan belajar akan efisien apabila terarah pada tujuan yang jelas dan berarti bagi pesertaa didik.

Menurut Oemar Hamalik “Tujuan belajar pada prinsipnya sama, yakni perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau cara

pencapaiannya.”28

Perbedaan cara atau usaha pencapainnya tergantung cita-cita dari masing-masing siswa/individu.

Belajar merupakan kegiatan manusia yang sangat penting dan harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar dapat melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup.

26

Tohirin, Ms, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006) h. 8

27

Tohirin, Ms, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam..., h. 8

28


(34)

Dengan kata lain, melalui belajar dapat memperbaiki nasib serta mencapai cita-cita yang didambakan. Karena itu, jangan malas dan membuang waktu secara percuma, tetapi memanfaatkan dengan seefektif mungkin, agar tidak timbul penyesalan di kemudian hari.

c. Macam-macam Belajar

Guru merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Bermacam-macam cara yang dilalui guru agar proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Cara-cara tersebut memiliki corak yang berbeda antara satu guru dengan yang lainnya, baik dari penyampaian materi, penggunaan metode, perubahan tingkah laku maupun tujuan yang diharapkan. Keanekaragaman ini muncul sejalan dengan kebutuhan umat manusia yang juga bermacam-macam.

Menurut Fadhilah Suranga belajar bisa dibedakan menjadi delapan macam, yaitu:

a. Belajar abstrak b. Belajar keterampilan c. Belajar sosial

d. Belajar pemecahan masalah e. Belajar rasional

f. Belajar kebiasaan g. Belajar apresiasi h. Belajar pengetahuan29

Kedelapan macam-macam belajar tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Belajar abstrak

Belajar abstarak merupakan kegaitan yang menggunakan cara-cara berfikir abstrak, yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Yang termasuk dalam jenis ini misalnya: belajar matematika, kimia dan lain sebagainya.

29

Fadhilah Suralaga dkk, Psikologi PendidikanDalam Perspektif Islam (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. Ke-1, h. 81-83


(35)

23

b. Belajar keterampilan

Belajar keterampilan merupakan kegaitan yang menggunakan pikiran yang diikuti dengan gerak anggota tubuh. Tujuannya untuk memperoleh dan menguasai keterampial tertentu. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, maka belajar keterampilan membutuhkan latihan-latihan yang intensif dan teratur.

c. Belajar sosial

Belajar sosial adalah belajar untuk memahami masalah-masalah dan teknik-teknik yang berkaitan dengan kehidupan sekitar manusia. Tujuannya yaitu untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dan memecahkan masalah sosial seperti masalah teman dengan teman, masalah keluarga dan lain sebagainya.

d. Belajar pemecahan masalah

Belajar pemecahan masalah adalah belajar dengan berpikir secara logis, sistematis, teratur dan teliti untuk memecahkan masalah yang ada di lingkungan belajar. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan berfikir dan bertindak secara rasional dan tegas.

e. Belajar rasional

Belajar rasional adalah belajar berfikir secara logis dan rasional (sesuai akal sehat). Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan berbicara, berfikir dan bertindak.

f. Belajar kebiasaan

Belajar kebiasaan adalah belajaar pembentukan kebiasaan-kebiasaan baaru maupun perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Tujuannya adalah untuk melatih daya ingat terhadap lingkungan yang dapat dijadikan tempat belajar.

g. Belajar apresiasi

Belajar apresiasi adalah mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa yang dalam hal ini kemampuan


(36)

menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik dan kemampuan bertanya.

h. Belajar pengetahuan

Belajar pengetahuan adalah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuannya untuk melatih peserta didik agar lebih teliti dalam bertindak dan belajar.

d. Motivasi Belajar

Menurut Martinus Yamin “Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan

kegiatan belajar dan dapat menambah keterampilan dan pengalaman.”30

Sedangkan Abd. Rachman Abror menyatakan bahwa “motivasi

belajar dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar itu demi

mencapai suatu tujuan.”31

Seorang siswa akan terdorong oleh keinginan untuk belajar dan hal tersebut akan mengarah kepada motivasi untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Kegiatan-kegaitan belajar yang dilakukannya bertujuan untuk memperoleh prestasi, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, kematangan dalam berfikir dna kecakapan dalam berbahasa.

Dengan demikian motivasi belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi pendorong berubahnya energi dalam diri (pribadi) seseorang yang dapat mempengaruhi, menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah laku manusia ke arah tujuan personal sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang baru melalui latihan, praktek, dan pengalaman.

30

Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaun Persada, 2006), cet. Ke-1, h. 173

31

Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006) h. 114


(37)

25

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat tertentu. Selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya.

Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin ada masalah pribadi, sakit, lapar dan lain-lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena ia tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar.

Oleh karena itu, kegagalan belajar siswa jangan begitu saja ditimpahkan kepada siswa, mungkin saja guru tidak berhasil dalam memberikan motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk berbuat atau belajar. Jadi, tugas guru adalah bagaimana mendorong mendorong para siswa agar termotivasi untuk belajar.

Latar belakang siswa dengan status sosial ekonomi rendah mungkin penyebab rendahnya tingkat kecerdasan serta motivasi mereka. Tetapi mereka tetap memiliki peluang untuk berhasil apabila memiliki motivasi. Oleh karena itu, motivasi belajar harus menjadi bagian dari diri individu dan untuk pembentukan motivasi belajar tersebut hendaknya sejak awal siswa belajar di sekolah.

B. Kerangka Berpikir

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama dikenalkan kepada anak, atau dapat dikatakan bahwa seorang anak itu mengenal kehidupan sosial pertama-tama di dalam lingkungan keluarga. Dengan demikian, keluarga


(38)

adalah wadah pertama untuk bertanggung jawab bagi pendidikan anak-anaknya. Keluarga mempunyai banyak fungsi, salah satunya fungsi ekonomi. Dalam memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh anak-anaknya adalah pemenuhan kebutuhan sekolah. Karena tanpa dana yang mencukupi maka berbagai alat atau biaya administrasi tidak dapat terpenuhi. Oleh karena itu potensi atau kemampuan yang dimiliki anak tidak dapat tersalurkan dengan baik, sehingga dapat menghambat cita-cita anak.

Tampaknya hal ini dapat dianggap benar secara umum. Namun tidak menjadikan faktor ekonomi ini sebagai faktor mutlak yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, karena hal ini bergantung pada sikap-sikap orang tuanya dan bagaimana corak interaksi di dalam keluarganya. Walaupun status sosial ekonomi orang tua memuaskan, tetapi apabila mereka tidak memperhatikan pendidikan anaknya, hal tersebut juga tidak menguntungkan perkembangan sosial anak-anaknya. Pada akhirnya, perkembangan sosial anak itu turut ditentukan pula oleh saling berpengaruh dari banyak faktor di luar dirinya dan di dalam dirinya sehingga tidak mudah pula untuk mementukan faktor mana yang menyebabkan kesulitan dalam perkembangan sosial seseorang yang pada suatu saat mengalami kegagalan.

Oleh karena itu, dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan memerlukan berbagai fasilitas belajar yang pengadaannya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jadi, faktor ekonomi sangat mempengaruhi kelangsungan pendidikan anak dan memotivasi belajar siswa, selain faktor-faktor pendorong lainnya.

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan bahwa faktor ekonomi dapat memberi pengaruh terhadap motivasi belajar siswa, karena dapat dipastikan anak mempunyai alat-alat yang cukup untuk balajar sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Dari kecendrungan di atas, kemungkinan ada pengaruh antara status sosial ekonomi orang tua terhadap motivasi belajar PAI siswa. Tetapi bisa jadi ekonomi bukanlah pendukung motivasi belajar, karena ada faktor lain yang


(39)

27

mempengaruhinya. Dengan demikian, diduga terdapat pengaruh antara status sosial ekonomi orang tua terhadap motivasi belajar siswa.

C. Pengajuan Hipotesis

Untuk menguji kebenaran penelitian ini, penulis akan mengajukan hipotesis diantaranya:

Ha : adanya pengaruh positif yang signifikan antara status sosial ekonomi orang tua terhadap motivasi belajar siswa.

Ho : tidak adanya pengaruh positif yang signifikan antara status sosial ekonomi orang tua terhadap motivasi belajar siswa.


(40)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Untuk memperoleh data yang valid dan akurat adalah penulisan skripsi ini maka penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode korelasional, untuk mencari hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dan motivasi belajar PAI siswa.

Variabel bebas (independent variable) yakni status sosial ekonomi orang tua sebagai variabel X. Sedangkan variabel terikat (dependent variable) yakni motivasi belajar PAI siswa sebagai variabel Y.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan judul skripsi ini maka penelitian akan dilakukan di SMP Darussalam Ciputat. Dimulai dari tanggal 31 Januari sampai dengan 28 Februari 2011.

Alasan penulis dalam melakukan penelitian di tempat ini, dikarenakan lokasi yang memungkinkan dalam melaksanakan penelitian ini, serta menunjang penulis baik dari segi jarak maupun informasi yang dibutuhkan.

C. Populasi dan Sampel

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penyusunan penelitian ini, maka penulis mengadakan penelitian langsung di SMP Darussalam


(41)

29

Ciputat. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Darussalam Ciputat, sedangkan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas VII.

Untuk memudahkan penelitian dan karena keterbatasan waktu, tenaga serta dana, maka peneliti mengambil 10% dari 484 siswa kelas VII SMA Darussalam. Sedangkan tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan sistem random sampling, yaitu dengan cara mengambil angka secara acak di setiap kelas yang dapat mewakilli jumlah keseluruhan.

D. Alat Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan angket untuk memperoleh data tentang siswa SMP Darussalam Ciputat, dalam bentuk pertanyaan tertulis dan dijawab oleh para siswa.

E. Teknik Analisa Data

Setelah data terkumpul dengan lengkap, tahap berikutnya adalah tahap analisa data. Analisa data dilakukan dengan menggunakan tabel dan menggunakan teknik deskriptif prosentase sebagai berikut:

P = 100% N

F

Keterangan :

P = Persentase untuk setiap kategori jawaban F = Frekuensi jawaban responden

N = number of cases

Kemudian tehnik analisa selanjutnya adalah dengan skoring untuk menentukan skor masing-masing responden. Semua pernyataan dan pertanyaan diberi nilai sebagai berikut:


(42)

Tabel1

Skor dan Alternatif Jawaban Untuk Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Alternatif Jawaban Skor

Jawaban A 4

Jawaban B 3

Jawaban C 2

Jawaban D 1

Tabel 2

Skor dan Alternatif Jawaban Untuk Variabel Motivasi Belajar Alternatif Jawaban Positif Negatif

Sangat setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak setuju 2 3

Sangat tidak setuju 1 4

Data yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah 2 variabel yang saling berhubungan, maka data tersebut juga dianalisis dengan menggunakan rumus korelasi product moment untuk menguji hipotesis tentang ada atau tidaknya hubungan antara variabel X dan variabel Y.

Dalam penelitian ini rumus yang digunakan adalah korelasi product moment, secara operasional analisis data tersebut dilakukan melalui tahap:

a. Mencari angka korelasi dengan rumus:

rxy = angka indeks korelasi “r” productmoment.


(43)

31

= jumlah deviasi skor Y setelah terlebih dahulu dikuadratkan.

b. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment.

a) Interpretasi kasar atau sederhana, yaitu dengan mencocokkan hasil

perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” seperti di bawah ini:

0,00-0,20 : tidak terdapat korelasi

0,20-0,40 : terdapat korelasi yang lemah atau rendah 0,40-0,70 : terdapat korelasi yang sedang atau cukup 0,70-0,90 : terdapat korelasi yang tinggi atau kuat

0,90-1,00 : terdapat korelasi yang sangat tinggi (sempurna)

b) Interpretasi menggunakan tabel nilai “r” product moment (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat besarnya (db) atau degrees of freedom

(df) yang rumusnya adalah: Df = N – nr

Df : degrees of freedom

N : number of cases

nr : banyaknya variabel yang dikorelasikan

Dengan diperolehnya df atau db maka dapat dicari besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai “r” product moment taraf signifikansi 5%. Jika ro sama dengan atau lebih besar dari pada rt, maka Ha disetujui atau terbukti kebenarannya. Jika sebaliknya, maka Ho tidak disetujui atau tidak terbukti kebenarannya.

c. Setelah didapatkan koefisien korelasi, kemudian dicari seberapa besar kontribusi (sumbangsih) yang diberikan variabel X terhadap variabel Y, maka harus diketahui terlebih dahulu suatu koefisien yang disebut dengan

coefficient of determination (korelasi penentu). Dengan rumus: KD = rxy2 x 100%


(44)

F. Definisi Konseptual, Definisi Operasional dan Kisi-kisi Instrumen 1. Definisi Konseptual

a. Status sosial ekonomi, yaitu posisi yang ditempati individu atau keluarga yang berkenaan dengan ukuran rata-rata yang umum berlaku tentang kepemilikan kultural, pendapatan efektif, pemilikan barang dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya.

b. Motivasi belajar, yaitu keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.

2. Definisi Operasional

Status sosial ekonomi dapat dilihat dari tingkat pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, kekayaan yang dimiliki, serta kedudukan orang tua dalam masyarakat.

Motivasi belajar siswa bisa dilihat dari kehadiran siswa di sekolah, mengikuti proses belajar mengajar di kelas, belajar di rumah, berusaha untuk mengatasi kesulitan belajar, semangat dalam mengikuti proses belajar mengajar, menyelesaikan tugas atau pekerjaan rumah, serta mampu menggunakan kesempatan di luar jam pelajaran.


(45)

33

3. Kisi-kisi Instrumen

Tabel 3

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

No Variabel Dimensi Indikator No. Butir soal

1. Status sosial ekonomi orang tua

Tingkat ekonomi

a. Jumlah pengeluaran b. Rumah yang dimiliki c. Jenis pekerjaan

d. Jenis kendaraan yang digunakan

e. Menu makanan sehari-hari

f. Fasilitas belajar

3, 4

5

1, 2 7

14, 15

6,8,9 10, 11

Kedudukan dalam masyarakat

g. Status dalam masyarakat

h. Partisipasi dalam masyarakat

12

13

2. Motivasi belajar siswa

Ketekunan dalam belajar

a. masuk sekolah tepat waktu

b.mengikuti PBM di kelas c.belajar di rumah

19

21, 28

25, 26

Ulet dalam menghadapi kesulitan

d.Sikap terhadap kesulitan e.usaha mengatasi kesulitan

18

20, 30

Perhatian dalam belajar

f.semangat dalam belajar 16,17,27,29 22,23


(46)

Mandiri dalam belajar


(47)

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tentang SMP Darussalam 1. Sejarah Berdiri SMP Darussalam

SMP Darussalam Ciputat didirikan pada tahun 1985 dengan SK pendirian sekolah Nomor: 779/102/Kep/E/1987 oleh Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Darussalam. SMP Darussalam beralamat di Jln. Otista No. 36 RT. 001/10 Cimanggis – Ciputat, Kab. Tangerang.

Pada awal berdirinya masyarakat mempunyai respon yang sangat baik terbukti, saat pendaftaran dibuka SMP Darussalam langsung menerima siswa sebanyak 83 orang (dua kelas) dan tenaga pendidik serta karyawan sebanyak 20 orang. Pada saat ini SMP Darussalam berstatus terakreditasi A dengan jumlah siswa 1367 orang dan tenaga pendidik beserta karyawan 66 orang.

Sekolah ini didirikan sebagai suatu wujud serta dalam pembangunan generasi muda dan kepedulian dalam meningkatkan mutu pendidikan, baik bidang IPTEK maupun IMTAQ, serta membekali siswa dengan keterampilan melalui penyaluran minat dan pengembangan bakat, sebagai bekal masa depan siswa.


(48)

2. Visi dan Misi SMP Darussalam VISI:

SMP Darussalam berprestasi dalam belajar dan berkarya, dipercaya dan dibanggakan, serta menghasilkan para lulusan yang Cerdas, Terampil dan Berakhlak.

MISI:

1. Meningkatkan sikap tanggung jawab atas dasar keikhlasan seorang muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT.

2. Mengembangkan profesionalisme personal dan peningkatan pelayanan pendidikan demi pencapaian mutu lulusan.

3. Memacu terciptanya lingkungan pendidikan yang sehat dan bersih dari pengaruh lingkungan yang tidak baik.

3. Sarana dan Fasilitas

Menjawab tuntutan kemajuan di bidang teknologi dan era globalisasi informasi, diperlukan sarana dan fasilitas yang bermutu, oleh karena itu telah disiapkan antara lain:

1. Gedung milik sendiri 2. Ruang belajar tiga lantai

3. Laboratorium bahasa (Full AC)

4. Laboratorium komputer+internet (Ful AC) 5. Sarana olah raga (Hall Mini)

6. Perpustakaan

7. Sarana ibadah (Masjid) 8. Kesenian

9. Kantin sekolah


(49)

37

4. Keadaan Guru dan Siswa

a. Keadaan guru SMP Darussalam Tabel 4

NO. NAMA GURU JABATAN

1 Drs. Asnawie Kepala Sekolah

2 Drs. Riswadi, SE Wakil Kepala Sekolah

3 Jamaludin A. S.Fi.I Wakil Kepala Sekolah

4 Dini Munasar, SS Wakil Kepala Sekolah

5 Drs. MukijaHS, MM Guru Matematika

6 Warnadi Susanto, SE.MM Guru Matematika

7 Rita Guru Matematika

8 Dra. Ety Djunaeti Guru Matematika

9 Basyah Agyatno Guru Matematika

10 Dra. Sri Rachmani R Guru Matematika

11 Malih Romansyah Guru Ilmu Pengetahuan Alam

12 Tito Yusdiana, ST Guru Ilmu Pengetahuan Alam

13 Rita Zahara, SP. Guru Ilmu Pengetahuan Alam

14 Maryuni Utamisari, S.Ip. Guru Ilmu Pengetahuan Alam

15 Nani Guru Ilmu Pengetahuan Alam

16 Edi Djunaedi, A.Md. Guru Ilmu Pengetahuan Alam

17 Ridwan Indarto,SE.MM Guru Ilmu Pengetahuan Alam

18 Dra. Ida Farida Guru Ilmu Pengetahuan Sosial

19 Dra. Maryanah Guru Ilmu Pengetahuan Sosial

20 Dasuki, S.Pd.MM. Guru Ilmu Pengetahuan Sosial

21 Nurul Aeni R.,S.Pd.M.Pd. Guru Ilmu Pengetahuan Sosial

22 Sartuti, SE Guru Ilmu Pengetahuan Sosial

23 Iswadi, S.Ag Guru Ilmu Pengetahuan Sosial

24 Maradona, S.Th.I.MM Guru Ilmu Pengetahuan Sosial


(50)

26 Erna Kurniawati Guru Ilmu Pengetahuan Sosial

27 Carsipan, SE. Guru Ilmu Pengetahuan Sosial

28 Firman HS, S.Pd Guru Ilmu Pengetahuan Sosial

29 Yuliani, S.Ag. Guru Bahasa Inggris

30 Verawati, SS. Guru Bahasa Inggris

31 Dini Munasar, SS. Guru Bahasa Inggris

32 Jamaludin Al Afghani, S.Fil.I Guru Bahasa Inggris

33 Nurwulan Sugih, SS. Guru Bahasa Inggris

34 Hamamah Guru Bahasa Inggris

35 Sriyono Guru PPKn

36 Dra. Liah Guru PPKn

37 Ismail Helmi, S.Sos. Guru PPKn

38 Neneng Herawati Guru T I K

39 Sophan Sofyan, S,Kom. Guru T I K

40 Rulli Trisandy, S.Kom. Guru T I K

41 Cholid Mawardi Guru T I K

42 Marwiyah, S.Pd. Guru Bahasa Indonesia

43 Rahmawati Guru Bahasa Indonesia

44 Ida Rasyadah, S.Ag Guru Bahasa Indonesia

45 Amru Ikhwan, S.Pd. Guru Bahasa Indonesia

46 Zwesty Faj Inggraini, S.Pd. Guru Bahasa Indonesia

47 Azye Murni, SS. Guru Bahasa Indonesia

48 H. Alam Tahrudin, S.Pd. Guru Bahasa Indonesia

49 Ainal, S.Ag. Guru Bahasa Indonesia

50 Iis Yunengsih, S.Ag Guru Al Qur’an

51 Maradona, S.Th.I.MM Guru Al Qur’an

52 Samsul Bahri, S.Pd.I Guru Al Qur’an

53 Jamaludin Al Afghani, S.Fil.I Guru Al Qur’an

54 B. Zubaedah, BA Guru Al Qur’an


(51)

39

56 Marul Wa’id, S.Ag. Guru Pendidikan Agama

57 Samsul Bahri, S.Pd.I Guru Pendidikan Agama

58 Jamaludin Al Afghani, S.Fil.I Guru Pendidikan Agama

59 Hendra, S.Pd Guru K T K

60 Nurwulan Sugih, SS. Guru K T K

61 Isman Fauji Guru K T K

62 Ana Ghozwana Guru K T K

63 Faisal Syarif, S.Pd Guru Penjaskes

64 Edi Sutikno, S.Pd. Guru Penjaskes

65 Drs. Riswadi Guru Penjaskes

b. Keadaan siswa

Tabel 5

JUMLAH SISWA/I SMP DARUSSALAM Dalam 4 (Empat) tahun terakhir

Tahun Ajaran Jumlah pendaftaran (calon siswa baru)

Kelas I Kelas II Kelas III Jumlah

Jml Siswa

Jumlah Jml Siswa

Jumlah Jml Siswa

Jumlah Jumlah (kls I, II dan III) Rombe belajar Rombe Belajar Rombe Belajar

Siswa Rombon gan Belajar 2007/20

08

1505 455 11 523 12 527 12 1505 35

2008/20 09

1272 489 11 349 9 434 10 1272 30

2009/20 10


(52)

2010/20 11

1369 484 12 466 11 419 10 1369 33

B. Deskripsi Data

Pada penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Motivasi Belajar PAI Siswa. Dimana setiap variabel memiliki 15 item pernyataan, sehingga kedua variabel itu berjumlah 30 item pernyataan.

Kemudian angket tersebut dikelompokkan kedalam dua kelompok. Untuk lebih jelasnya tabel berikut adalah hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam angket.

1. Status Sosial Ekonomi Orang Tua Tabel 6.1

No Aspek yang dijaring Kategori jawaban F P (%) 1. Pekerjaan ayah a.Karyawan/buruh

b.Pedagang c.Wiraswasta d.PNS

20 28 0 0

42% 58% 0 0

Jumlah 48 100%

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pekerjaan orang tua (Ayah) dari siswa SMP Darussalam adalah pedagang sebanyak 58% dan karyawan/buruh sebanyak 42%.

Tabel 6.2

No Aspek yang dijaring Kategori jawaban F P (%) 2. Pekerjaan ibu a.Ibu rumah tangga

b.Pedagang c.Karyawan d.PNS

31 14 3 0

65% 29% 6% 0


(53)

41

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pekerjaan orang tua (Ibu) dari siswa SMP Darussalam adalah 65% ibu rumah tangga, 29% pedagang, dan 6% karyawan.

Tabel 6.3

No Aspek yang dijaring Kategori jawaban F P (%) 3. Pemberian uang saku

pada waktu sekolah

a.Selalu memberikan b.Sering memberikan c.Kadang-kadang

memberikan

d. Tidak pernah

memberikan 33 14 1 0 69% 29% 2% 0

Jumlah 48 100%

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa 69% siswa menjawab selalu memberikan, 29% siswa menjawab sering memberikan dan 2% siswa menjawab kadang-kadang memberikan. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas orang tua siswa selalu memberikan uang saku pada waktu sekolah. Hal ini disebabkan karena menurut mereka pemberian uang saku itu sudah menjadi kewajiban mereka untuk ongkos dan jajan anak.

Tabel 6.4

No Aspek yang dijaring Kategori jawaban F P (%) 4. Jumlah uang saku

yang diberikan

a.>8.000

b.Antara 5.000-7.500 c.Antara 4.500-7.000 d.Antara 2.000-4.000 23 24 1 0 48% 50% 2% 0

Jumlah 48 100%

Data tersebut menunjukkan mayoritas jumlah uang saku yang diberikan orang oleh tua adalah antara5.000-7.500. tampaknya jumlah uang saku yang diberikan orang tua sudah cukup untuk tingkat SMP.


(54)

Tabel 6.5

No Aspek yang dijaring Kategori jawaban F P (%) 5. Status kepemilikan

rumah

a.Milik sendiri b.Kontrakan c.Rumah dinas d.Rumah kredit 28 20 0 0 58% 42% 0 0

Jumlah 48 100%

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa58% siswa menjawab milik sendiri dan 42% siswa menjawab kontrakan. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas status kepemilikan rumah orang tua mereka adalah milik sendiri.

Tabel 6.6

No Aspek yang dijaring Kategori jawaban F P (%) 6. Ruang belajar di

rumah

a.Kamar tidur b.Ruang tamu

c.Ruang belajar khusus d.Tidak tentu 27 20 1 0 56% 42% 2% 0

Jumlah 48 100%

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa 56% siswa menjawab kamar tidur, 42% ruang tamu dan 2% ruang belajar khusus. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belajar di kamar tidur.

Tabel 6.7

No Aspek yang dijaring Kategori jawaban F P (%) 7. Cara siswa datang ke

sekolah

a.Naik kendaraan umum b.Membawa

kendaraansendiri c.Jalan kaki d.Antar jemput 25 21 2 0 52% 44% 4% 0


(1)

69

ANGKET MENGENAI MOTIVASI BELAJAR SISWA

Berilah tanda checklist (√) pada salah satu jawaban yang kamu anggap paling benar. SS (sangat setuju), S (setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).

NO PERNYATAAN SS S TS STS

16. Saya merasa bahwa belajar adalah tugas utama saya 17. Saya datang ke sekolah tepat waktu

18. Saya merasa tertantang dengan pelajaran agama yang sulit

19. Saya semangat datang ke sekolah meski tanpa uang saku

20 Saya bertanya kepada guru agama jika saya kurang mengerti

21. Ketika diberikan tugas kelompok pelajaran agama, saya aktif dalam menyelesaikannya

22. Saya berpura-pura belajar agama agar terlihat rajin 23. Jika guru agama berhalangan hadir saya merasa

senang

24. PR agama merupakan kewajiban yang harus dikerjakan

25. Sesampainya di rumah, saya mengulang kembali pelajaran agama yang diberikan guru di sekolah 26. Saya membaca terlebih dahulu bahan/materi agama

yang akan diajarkan

27. Saya termotivasi untuk mengungguli teman yang mendapatkan nilai tinggi dalam pelajaran agama 28. Saya jika duduk di barisan paling depan pada


(2)

70

pelajaran agama

29. Saya tidak malu dengan keadaan ekonomi orang tua saya


(3)

Nomor Lamp Hal

: Istimewa : I (satu) berkas

: Fengajuan Proposal Skripsi

Jakafta,7 Oktober 2010

- Kepada Yang Terhormat r

Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Agatnalslam

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Assalamu' alailam Wr. Wb

lfl"f:gthtgra kam! sampaikan, semoga Bapalc/Ibu senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT, dan selalu sukses dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Selanjutnya saya yang o-ertandatangan di bawah ini:

Nama NIM Semester Jurusarr Fakultas

Dini Rahmawati 10601 1000082 9 (sembilan)

Pendidikan Agama Islam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Bermaksud mengajukan judrrl skripsi dengan judul : 'o Ifubungan Status Sosial Ekorromi Siswa dan Peranan Orang Tua Terhadap Motivasi Betajar PAI di SMp K' sebagai_bahan pertimbangan, b'erikut saya tampirkan proposal sknpsi, out line, dzrn daftar pustaka'sementara.

Demikian surat ini saya ajukan, semoga Bapak/Ibu Dosen berkenan menerima judul skripsi ini. Atas perhatian dan bantuannya, saya mengucapkan terima kasih.

Was s a I amu' al 1i

fum Ir{d. Ifb

Dosen Seminar Proposal Skripsi Pemohon

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

.rr^n

c-V'

,4;

t

(\

Dini Rahmawati-NIM: 106011000082

d

ptr


(4)

K E M E N T E R I A N UIN JATARTA

AGAM,A FITK

Jl. tr. H. Juanda No gS Cipu!.tt 15412 Indonesia

No. DokumEn

FoRM (FR) Tgl. Terbit

N o . Revisi: H a l

FlrK-FR-AFltDsl

1 Maret 2010

sURAT BtMB|NGAN

S K R I P S I

Nonror [.arrrp. l l a l

' l ( ) l 0

: llinrbingrn Stiripsi Kepada Yth.

-f[. Nuroclrinr, lVl.lVI Perrtbirnbirrg Slilipsi

Faku I fas | | rrr rr' l'lr r [ri.valr clarr Kc-gururr r r UIN Syarif: H irla.r.lrul lnlr .

itss a lct n u' u I ui ku t t t r pr'. r r,6.

. l r r l . i r r r l . l - 5 O k t o l r c r . 2 0 1 0

Saudara untuk rneitjaCi pernbirnbingl/n

n Aganra lslam

t acz

_ Derrgan ini diharapkan kesecliaan (materi/tekrr is) ;ren u I isan skripsi rnahus isrva :

Nama N I M Semester Jurusan -,,.;J,uduli Skipsi

l,)ini Rahmawati

r 0 6 0 t t 0 0 0 c 8 2 lX (Sernbitarr) Pendidikan Agama lslarn

!*::::::'f lll,f -:!::9!';'1$\:-ry|sby!-D!:oleranan'orans

ruo

rertnctap

urtt ^r itilil,lffi,$Li,i:3;;fl

Atas perhatian dqi kerja sama Saridara" karni ucapkan terima kasih.

'Judulrtersebut telah disetujui oielrJurusa'iruns,-Uwangkutan;'paia:ta4ggal:15 oktobe r20i0, abstraksi/outline : terlampir. Snudara

.ogot ri.r*ukil- ;;;;;ahan ,. redaksional padar;,juciul

;il::t":,#ilii?;fliillbahan

substansiat

diarrggap

p",i,,',ioh

n p"*uimiiie-,n;ne,uuunei

Bimbingan'skripsi ini diharapkan selesai rJatam rvakru

6.(enam) bulan, da4dapaddiperpanjang, selama 6,(enarn) bulan berikutny" tanpa suraf perpanj*rg;.

--"'

I(a,ysalarnu

Tembusan: t. Deklin FitK 2. Mahasiswa ybs.


(5)

I(EMENTER|AN AGAMA

UIN JAKARTA FITK

Jl. k. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia

FORM (FR) Tgl. Terbit l -I-Maret-20ld

SURATPERMOHONffi

Nomor : Un.01/F. 1/KM.o1 .st..!.e:.tzOt I Lamp. : Outtine/proposat

Hal : Permohonan lzin penelitian Kepada yth.

Kepala Sekolah SMp Darussalam di

. Tempat

Assal am u'al ai ku m wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa, Nama : Dini Rahmawati

s

Tembusan: 't

1. Dekan F|TK

2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan

Jakarta, 1 Februari 2011

N I M : 1 6 1 1 0 0 0 0 8 2

Jurusan : Pendidikan Agama lslam Semester : X (Sepuluh)

Judul Skripsi :Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Motivasi Belajar PAI Siswa diSMp Darussalam Ciputat,

adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang.. menyusun skripsi, dan akan mengadakai penelitian frir"tl di instansilsekolah/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk itu kamti mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksahakaq penelitian dimaksud.

Atas perhdian dan kefla-sama saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassal am u'alaiku m wr.wb.

a.n. Dekan

Kajur Pendidikan Agama Islam

alin5M.Ag


(6)

,:w,

STATUS

: TERAKREDITAST

C(A''

IZIN KANWIL NO. 779ll02lKEPlE/87'NSS z 202280310010 NDS :.2002040032 NIS: 200t00 Jl. Otista No.36 Cimanggis - Ciputat Kota Tangerang Selatan - Banten

": Telp. (021) 7495873 Fax. (021) 7470?683

SURAT KETERANGAhI

, Nomor :2981146/S\F-D/W2010 .

Yang bdrtandatangan di bawah ini:

Nama Jabatan

Menerangkan bahwa :

Nama

TempalTanggal lahir Nimilrlimko

Jurusan Semester Falilltas

!dl"

Telah melaksanakan Penelitian Bahten. Mulai padatanggal : 31

Drs. Asnawie Kepala Sekolah

Dini Rahmawati

Tangerang, 16 Nopember 1988

10601 1000082

Pendidikan Agama Islam ( PAI ) D(

FITK

Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarief Hidayatullah Jakarta

di SMP Darussalam Ciputat Kota Tangerang Selatan Januari - 28 Febru Nr 2011, dengan judul Penelitian "

u

Hubungan status sos{,al ekomomi orang tua dengan motivasi belajar PAI siswa SMP Darussalam Ciputat (

Demikianlah surat keterangan dengan sebagaimana mestinYa.

dengan sebenarnya agar dapat dipergunakan

Februari 2011 ini dibuat