NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI

  

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM

DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA

AHMAD FUADI

SKRIPSI

  Diajukan Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

  

Diajukan Oleh:

MUHAMMAD FADHOLI

  

11110131

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2015

  

MOTTO

( Siapa Yang Berjalan di jalan-Nya Akan Sampai di

  

Tujuan)

Selalu optimis

  PERSEMBAHAN

  Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. ibunda ( Siti Murtofiah ) dan Ayahanda ( Ahmad Adib ) tercinta yang telah mendidik dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan kasih sayang serta tidak henti- hentinya mendo‟akan penulis dalam menyelesaikan studi dan skripsi ini.

  2. Saudara-saudaraku ( Muhammad Haris dan M.Lilik Setiawan ) dan calon belahan jiwaku ( Maftukhatul Munawaroh ) yang telah mendo‟akan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan selalu mendukung penulis dalam segala hal.

  3. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman MAPALA MITAPASA terima kasih atas dukungan, do‟a motivasi, perhatian dan kasih sayang yang telah ikut mewarnai perjalanan proses penulisan skripsi ini.

  4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh,M.Si. yang telah sabar dalam mengarahkan dan memberikan masukan-masukan dalam menyusun skripsi ini.

  5. Seluruh Mahasiswa STAIN Salatiga terutama PAI kelas D angkatan 2010 yang telah memberikan banyak kenangan terindah.

  

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

  Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya dalam penyusunan skripsi berjudul Nilai-nilai

  

Pendidikan Islam dalam Novel Rantau 1 Muara Karya Ahmad Fuadi. Shalawat

  dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhamad yang telah menerangi dunia dengan kesempurnaan agama Islam.

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  Penelitian ini merupakan jenis Penelitian kualitatif untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang dapat diambil sebagai pelajaran dari Novel Rantau 1

  

Muara karya Ahmad Fuadi. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas

  dari bantuan dan dukungan semua pihak yang terkait. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga,

  2. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  3. Dosen Pembimbing Ibu Dra. Siti Asdiqoh,M.Si. atas bimbingan, arahan, dan motivasi yang diberikan.

  4. Bang Fuadi yang telah menginspirasiku baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  5. Saudaraku tersayang M.Haris dan M.Lilik Setiawan serta Maftukhatul Munawaroh yang telah memberikan bantuan dan motivasi dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

  6. Keluarga besar PAI D 2010 seperjuangan.

  7. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. semoga skripsi ini bermanfaat bagi para Pembaca dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.

  Salatiga, 20 Agustus 2015 Muhammad Fadholi

  

ABSTRAK

Fadholi, Muhammad. 2015. 11110131. Nilai-nilai Pendidikan Islam

dalam Novel Rantau 1 Muara Karya Ahmad Fuadi. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.

  Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan Islam, novel Rantau 1 Muara

  Pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Nilai-nilai pendidikan Islam adalah harga pendidikan menurut ajaran Islam yang berasal dari perintah Allah SWT yang telah diajarkan kepada seluruh umat manusia melalui wahyu-Nya dan utusan-Nya (Nabi dan Rosul-Nya). Beralih ke sastra bahwa salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel adalah karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya.

  Demikian, penelitian ini bertujuan untuk meneliti secara mendalam nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam sebuah novel inspiratif karya Ahmad Fuadi, Rantau 1 Muara. Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan dengan menerapkan pendekatan deskriptif analisis (descriptive

  

of analyze research ). Metode yang digunakan penulis untuk mengumpulkan

  berbagai sumber data dalam penelitian kali ini adalah metode dokumentasi (documentation research methode). Dalam penelitian ini, penulis mencoba mengkaji dan melakukan analisis kepustakaan mengenai Novel Rantau 1

  

Muara karya Ahmad Fuadi. Data primer dalam penelitian adalah Novel

Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi tahun 2013. Sedangkan untuk sumber

  data sekunder, penulis mengambil dari kumpulan berbagai artikel, jurnal, diskusi-diskusi book review dan karya tulis lain yang berkaitan dengan penelitian ini demi memperkaya khazanah intelektual dalam kajian dan analisis. Pada akhirnya, dalam proses analisis data, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yang terdiri dari tiga kegiatan, diantaranya adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

  Dari penelitian yang dilakukan, ada 2 (dua) garis besar kesimpulan yaitu: (1) Novel Rantau 1 Muara sarat dengan nilai-nilai pendidikan Islam. Nilai-nilai pendidikan Islam yang dapat ditemukan di dalam novel Rantau 1

  

Muara terbagi dalam 3 (tiga) kelompok besar, yaitu: nilai pendidikan

  aqidah, nilai pendidikan ibadah, dan nilai pendidikan akhlak. (2) Karakater utama dalam novel Rantau 1 Muara, Alif Fikri, sangat memegang teguh nilai-nilai pendidikan Islam

  

DAFTAR ISI

  8 F. Penegasan Istilah ...............................................................................

  12 2. Unsur-unsur Novel ........................................................................

  12 1. Pengertian Novel ...........................................................................

  10 BAB II BIOGRAFI NASKAH A. Biografi Naskah .................................................................................

  10 G. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................................

  9 2. Novel Rantau 1 Muara ..................................................................

  9 1. Nilai Pendidikan Islam ..................................................................

  7 1. Jenis Penelitian............................................................................. 7 2. Metode Pengumpulan Data........................................................... 8 3. Teknik Analisis Data......................................................................

  HALAMAN BERLOGO ......................................................................... i HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................

  7 E. Metode Penelitian ..............................................................................

  6 D. KegunaanPenelitian ...........................................................................

  6 C. Tujuan Penelitian ...............................................................................

  1 B. Rumusan Masalah ..............................................................................

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.....................................................................

  PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ v MOTTO .................................................................................................... vi PERSEMBAHAN .................................................................................... vii KATA PENGANTAR ............................................................................. viii ABSTRAK ............................................................................................... ix DAFTAR ISI ............................................................................................ x

  iv

  14

  a. .......................................................................................... Unsur Instrinsik ...................................................................................

  43 3. Sinopsis Novel Rantau 1 Muara ....................................................

  81 B. Nilai Pendidikan Ibadah .....................................................................

  81 5. Berpegang Teguh kepada Tali Allah .............................................

  80 4. Iman kepada Alam Ghaib ..............................................................

  80 3. Iman kepada Kiamat Kecil (Kematian) .........................................

  79 2. Meyakini Sifat Allah .....................................................................

  79 1. Iman kepada Qada dan Qadar ......................................................

  78 BAB IV PEMBAHASAN A. Nilai Pendidikan Aqidah ....................................................................

  70 2. Karakteristik Tokoh Utama dalam Novel Rantau 1 Muara ...........

  70 1. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Rantau 1 Muara .........

  69 B. Deskripsi Penelitian ...........................................................................

  65 4. Keunggulan Novel Rantau 1 Muara ..............................................

  43 2. Unsur Intrinsik Novel Rantau 1 Muara .........................................

  14 b. .......................................................................................... Unsur Ekstrinsik ..................................................................................

  43 1. Unsur Ekstrinsik Novel Rantau 1 Muara .....................................

  BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN A. Deskripsi Novel Rantau 1 Muara .......................................................

  36 C. Biografi Penulis................................................................................... 41

  34 5. Jenis Nilai-nilai Pendidikan Islam .................................................

  29 4. Tujuan Nilai Pendidikan Islam ......................................................

  27 3. Landasan Nilai Pendidikan Islam ..................................................

  26 2. Pengertian Pendidikan Islam .........................................................

  26 1. Pengertian Nilai .............................................................................

  26 B. Nilai Pendidikan Islam .......................................................................

  25 4. Ciri-ciri Novel ...............................................................................

  22 3. Jenis-jenis Novel ...........................................................................

  81

  2. Nilai-nilai Ibadah Horizontal ........................................................

  84 C. Nilai Pendidikan Akhlak ....................................................................

  85 1. .............................................................................................. Nilai-nilai Akhlak Mahmudah dalam Novel Rantau 1 Muara ........................

  85 2. .............................................................................................. Nilai-nilai Akhlak Madzmumah dalam Novel Rantau 1 Muara .....................

  91 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................

  95 B. Saran ..................................................................................................

  96 DAFTAR PUSTAKA

  LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membahas pendidikan tidaklah habis meskipun harus menumpahkan

  tinta seluas samudra ke atas kertas seluas langit raya. Karena sejatinya pendidikan itu akan terus berkembang dan memunculkan diskusi-diskusi yang berkelanjutan sampai akhir zaman. Namun demikian kiranya penulis ingin mengutip beberapa definisi pendidikan yang diuraikan oleh beberapa ahli pendidikan guna mendapat secercah pemahaman tentang makna pendidikan.

  Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1991: 263) pendidikan adala h “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.”

  Menurut Poerwadarminta (Kamus besar bahasa indonesia, 1991: 916), pendidikan dari segi bahasa dapat diartikan sebagai perbuatan (hal, cara dan sebagainya) mendidik; dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau pemeliharaan (latihan-latihan dan sebagainya) badan, batin dan sebagainya.

  Pada hakekatnya, pendidikan adalah kegiatan formal yang melibatkan guru, murid, kurikulum, evaluasi, administrasi yang secara simultan memproses peserta didik menjadi bertambah pengetahuan, skill dan nilai kepribadiannya dalam suatu keteraturan kalender akademik (Jumali, dkk, 2004: 19).

  Lebih lanjut pendidikan merupakan usaha seorang pendidik guna mempersiapkan anak didik agar menjadi pribadi yang mandiri dan bermanfaat bagi masyarakat. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat (Zakiah Daradjat, 1995: 35). Sedangkan menurut Prof. Dr. Azzumardi Azra, MA (dalam Abuddin Nata, 2003: 12) pendidikan adalah:

  “Suatu proses dimana suatu bangsa atau Negara membina dan mengembangkan kesadaran diri di antara individu-individu. Dengan kesadaran tersebut suatu bangsa atau negara dapat mewariskan kekayaan budaya atau pemikiran kepada generasi berikutnya, sehingga menjadi inspirasi bagi mereka dalam setiap aspek kehidupan.” Pengertian para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan dapat diartikan secara sempit dan dapat pula diartikan secara luas. Secara sempit dapat diartikan

  “bimbingan yang diberikan kepada anak-anak sampai dewasa ” (Marribah, 1981: 30).

  Adapun pengertian pendidikan secara luas adalah: “Segala sesuatu yang menyangkut proses perkembangan dan pengembangan manusia, yaitu upaya menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan menjadi bagian dari kepribadian anak yang pada gilirannya ia menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat” (Al-Attas, 1984: 60).

  Sedangkan kaitannya dengan Islam, maka ada tiga istilah umum yang sering digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu: at-Tarbiyyah (pengetahuan tentang ar-Rabb), at- mengembangkan ilmu, serta sikap hidup yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah), dan at-

  Ta’dib (integrasi ilmu dan amal).

  Lebih terperinci Syekh A. Naquib al-Attas (1984: 48) memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah: “Usaha yang dilakukan oleh pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu dari tatanan penciptaan, sehingga membimbing mereka kearah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.” Adapun M. Yusuf Qardhawi sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr. Abuddin Nata, MA. (2003: 60) memberikan pengertian:

  “Pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatan, manis dan pahit.” Setidak-tidaknya ada tiga poin yang dapat disimpulkan dari beberapa pengertian pendidikan Islam di atas, yaitu: Pertama, pendidikan Islam menyangkut aspek jasmani dan rohani. Keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu pembinaan terhadap keduanya harus seimbang (tawazun).

  Kedua, Pendidikan Islam berdasarkan konsepsinya pada nilai-nilai religius. Ini berarti bahwa pendidikan Islam tidak mengabaikan teologis sebagai sumber dari ilmu itu sendiri. Sebagaimana firman Allah:

  

          

    

  “dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya,

  

kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:

"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar

orang-orang yang benar!

  ” (Qs. Al-Baqarah [2] : 31) Ayat di atas menunjukkan adanya epistemologi dalam Islam, yakni bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari yang satu, Allah Subhanahu wa

  Ta’ala.

  Ketiga, adanya unsur takwa sebagai tujuan yang harus dicapai. Sebagaimana kita ketahui, bahwa takwa merupakan benteng yang dapat berfungsi sebagai daya tangkal terhadap pengaruh-pengaruh negatif yang datang dari luar.

  Berdasarkan pengertian dari tiga poin di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

  Lebih lanjut, “nilai” sebatas arti denotifnya dapat dimaknai sebagai harga (Mulayana, 2004: 7). Yakni, “harga yang diberikan seseorang atau kelompok terhadap sesuatu” (Djahiri, A. 1996: 16). Namun, ketika nilai dihubungkan dengan suatu objek sudut pandang tertentu, maka, harga yang terkandung di dalamnya memiliki pemaknaan yang bermacam-macam. Ada harga menurut ilmu ekonomi, psikologi, sosiologi, antropologi, politik dan agama.

  Dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam adalah harga pendidikan menurut ajaran Islam yang berasal dari perintah Allah SWT yang telah diajarkan kepada seluruh umat manusia melalui wahyu-Nya dan utusan-

  Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel adalah karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya. Menurut Burhan (1988: 3), karya fiksi menceritakan kehidupan manusia dalam interaksi dengan lingkungan sesama, diri sendiri dan interaksi pengarang dengan Tuhan. Fiksi merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab, sekaligus cerita yang memberikan hiburan pada pembaca.

  Novel Rantau 1 Muara menceritakan tentang Alif Fikri yang digambarkan sebagai lelaki yang selalu berjuang keras untuk mendapatkan setiap apa yang menjadi impiannya. Kita bisa mendapatkan apa yang kita mimpikan bila kita mau berusaha, dan tentu saja bersabar, sembari terus berdoa kepada Tuhan. Dia juga sosok yang didambakan banyak orang: suka bekerja keras, pintar, paham agama, dan baik hati.

  Kisah novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi ini adalah tentang pencarian tempat berkaya, pencarian belahan jiwa dan pencarian dimana hidup akan bermuara. Pada intinya, pengarang hendak menyampaikan pesan bahwa kita jangan pernah menyerah dan terus berusaha keras dengan begitu Allah akan memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya. Man Saara Ala Darbi

  

Washala, siapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan adalah mantra

  utama dalam novel ini. Dalam novel tersebut banyak nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang dapat dipetik hikmahnya.

  Berdasarkan uaraian latar belakang yang singkat tersebut, penulis tertarik untuk meneliti dan membahas mengenai nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara dalam sebuah skripsi yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Rantau 1 Muara Karya

  Ahmad Fuadi

  .” B.

   Rumusan Masalah

  Kisah novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi ini adalah tentang pencarian tempat berkaya, pencarian belahan jiwa dan pencarian dimana hidup akan bermuara. Pada intinya, pengarang hendak menyampaikan pesan bahwa kita jangan pernah menyerah dan terus berusaha keras dengan begitu Allah akan memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya.

  Berdasarkan latar belakang di atas dan isi novel secara umum, penulis mengajukan fokus masalah sebagai berikut:

  1. Apa sajakah nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Novel

  Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi? 2. Bagaimana karakteristik tokoh utama dalam novel tersebut sesuai dengan nilai-nilai pendidikan Islam?

C. Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan fokus masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari disusunnya penelitian ini adalah:

  1. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi.

  2. Untuk mendeskripsikan karakteristik tokoh utama dalam novel tersebut sesuai dengan nilai-nilai pendidikan Islam.

  D. Kegunaan Penelitian

  Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain:

  1. Manfaat secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan wawasan bagi penulis khususnya serta para pelajar atau mahasiswa pada umumnya,tentang keberadaan karya sastra ( khususnya novel ) yang memuat nilai

  • – nilai pendidikan agama islam. Selain itu diharapkan dapat memberikan wacana keilmuan media sebagai sarana pembelajaran pendidikan agama islam.

  2. Manfaat secara praktik Hasil penelitian ini diharapkan memberikan contoh

  • – contoh atau teladan dan pelajaran yang berharga bagi penulis serta para pelajar atau mahasiswa bgaimana tata cara memahami nilai
  • – nilai atau pesan – pesan yang terkandung dalam sebuah karya sastra.

  E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

  Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis (descriptive of analyze

  research ). Deskripsi analisis ini mengenai bibiografi yaitu pencarian berupa

  fakta, hasil dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat interpretasi serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian untuk menghasilkan data deskriptif yang berupa data tertulis setelah dilakukan analisis pemikiran (content analyze) dari suatu teks, (Robert B dan Steven J, dalam Moleong, 1995: 31).

  2. Metode Pengumpulan Data

  Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi (documentation research methode).

  Metode dokumentasi yaitu model penelitian dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998: 233). Dari pencarian data model dokumentasi tersebut, diharapkan terkumpulnya dokumen atau berkas untuk melengkapi seluruh unit kajian data yang akan diteliti dan dianalisa lebih lanjut.

  Dalam penelitian ini, penulis mencoba mengkaji dan melakukan analisis kepustakaan mengenai Novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi. Data primer dalam penelitian adalah Novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi tahun 2012.

  Sedangkan untuk sumber data sekunder, penulis mengambil dari kumpulan berbagai artikel, jurnal, diskusi-diskusi book review dan karya tulis lain yang berkaitan dengan penelitian ini demi memperkaya khazanah intelektual dalam kajian dan analisis.

  3. Teknik Analisis Data

  Dalam proses analisis data, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yang terdiri dari tiga kegiatan, diantaranya adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Milles dan Huberman, 1992: 16). Pertama, setelah pengumpulan data selesai, maka tahap selanjutnya adalah mereduksi data yang telah diperoleh, yaitu dengan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data, dengan demikian maka dapat ditarik kesimpulan.

F. Penegasan Istilah

  Fungsi dari penegasan istilah adalah untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini dan agar terhindar dari kesalah pahaman di dalam memahami peristilahan yang ada, maka perlu dijelaskan sebagai berikut: 1.

   Nilai Pendidikan Islam a. Nilai adalah kadar, mutu, sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. (Poerwadarminta, 1991: 677)

  b. Pendidikan Islam adalah pendidikan falsafah, dasar dan tujuan, serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan didasarkan pada nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam Al- Q ur‟an dan Hadist Nabi SAW. (Thoha, 1996: 11) c. Nilai pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan profesi diantara sekian banyak profesi dalam masyarakat. (Al-Syaibany, 1979: 399). Berdasarkan pengertian dia atas Bahwa nilai pendidikan islam maksimal sesuai profesi masing

  • – masing tanpa mengesampingkan ajaran agama islam.

2. Novel Rantau 1 Muara

  Rantau 1 Muara adalah novel ke-3 dari trilogi Negeri Lima

  Menara. Rantau 1 Muara adalah hikayat tentang bagaimana pencarian misi hidup walau hidup digelung nestapa tak berkesudahan.Siapa yang berjalan di jalannya akan samapai di tujuan. Jadi yang dimaksud judul skripsi ini adalah mengangkat sebuah nilai

  • – nilai pendidikan islam yang terkandung dalam novel tersebut serta mempelajari bagaimana kita hidup itu harus selalu bekerja keras sesuai di jalan Allah SWT.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

  Skripsi ini ditulis dengan mengunakan sistematika yang terdiri dari lima bab yaitu antara lain:

  BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian, definisi operasional, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

  BAB II BIOGRAFI NASKAH Bab ini akan membahas tentang biografi naskah dan penulis dalam novel Rantau 1 Muara.

  BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN Bab ini akan membahas tentang deskripsi novel Rantau 1 Muara yaitu unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik dalam Novel Rantau 1

  

Muara serta hasil penelitian dalam novel Rantau 1 Muara.

  BAB IV PEMBAHASAN Dan akhirnya pada bab ini penulis akan memberikan pembahasan terhadap kandungan nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam Novel Rantau 1 Muara.

  BAB V PENUTUP Bab terakhir ini akan memuat tentang: kesimpulan, dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB II BIOGRAFI NASKAH A. Biografi Naskah 1. Pengertian Novel Secara etimologis, novel berasal dari kata latin novella yang berarti

  kabar atau pemberitahuan. Novella diturunkan menjadi kata inovelis yang berarti baru. Dapat dikatakan baru karena novel hadir sebagai genre sastra setelah puisi dan drama yang terlebih dahulu ada. Bentuk novel dapat dikatakan sama dengan roman karena keduanya sama-sama menceritakan hal-hal yang terjadi pada kehidupan para tokohnya dan perubahan nasib para tokohnya.

  Secara teoritis roman dan novel dipandang sebagai dua genre sastra. Persamaan dan perbedaan antar keduanya telah banyak dibicarakan oleh para kritikus sastra. Dapat dikatakan bahwa roman lebih panjang, hampir berupa biografi tokohnya, sedangkan novel lebih pendek. Novel hanya mengambil bagian terpenting dari kehidupan tokohnya. Persamaan antara keduanya adalah sama-sama memungut bahan cerita dari kehidupan sehari-hari dunia nyata (Watt, 1966: 14-15 dalam Abdullah, 1990: 1).

  Dalam kamus istilah sastra, novel diartikan sebagai prosa rekaan yang panjang yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun (Sudjiman, 1984: 53). karya sastra yang panjang dan kompleks sifatnya dalam unsur-unsur utamanya seperti plot, sudut pandang dan perwatakan. Menurut Sumardjo (2004: 82), novel adalah cerita fiktif yang panjang. Bukan hanya panjang dalam arti fisik, tetapi juga isinya. Novel terdiri dari satu cerita yang pokok, dijalin dengan beberapa cerita sampingan yang lain, banyak tokoh, banyak kejadian dan terkadang banyak masalah. Semua itu harus merupakan sebuah kesatuan yang bulat.

  Ratna (2004: 314) menyimpulkan bahwa dari segi struktur, sebuah novel sastra maupun novel populer mengandung unsur-unsur yang paling lengkap. Novel menyediakan cerita dengan peristiwa, tokoh dan latar, sehingga menulis dianggap berdialog dengan orang lain. Novel memanfaatkan bahasa biasa, bahasa sehari-hari, yang juga merupakan faktor penting dalam kaitannya dengan penulis. Novel juga menyediakan media yang sangat luas, sehingga pengarang memiliki kemungkinan yang seluas-luasnya untuk menyampaikan pesan.

  Reeve (dalam Wellek dan Warren, 1989: 282) mengungkapkan bahwa novel adalah gambaran kehidupan dan perilaku yang nyata, dari jaman pada saat novel itu ditulis. Novel dianggap sebagai dokumen atau kasus sejarah, sebagai pengakuan (karena ditulis dengan sangat meyakinkan), sebagai sebuah cerita yang sebenarnya, sebagai sejarah cerita hidup seseorang pada jamannya.

  Nurgiyantoro (2007: 4) menyebutkan bahwa novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur instriksinya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar dan sudut pandang yang bersifat imajinatif. Selanjutnya disebutkan bahwa dalam sebuah cerita novel kehidupan itu sering terasa benar adanya, seolah-olah terjadi secara kenyataan. Hal ini dikreasikan oleh pengarang, dibuat mirip, diimitasikan atau dianalogikan dengan dunia nyata, lengkap dengan peristiwa-peristiwa dan latar aktualnya.

  Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa novel adalah karya fiksi yang memiliki tema, alur, latar, tokoh, dan gagasan pengarang. Selain itu, novel juga menampilkan rangkaian cerita kehidupan seseorang yang dilengkapi dengan peristiwa, permasalahan, dan penonjolan watak setiap tokohnya.

2. Unsur-unsur Novel a. Unsur Intrinsik

  Baik buruk dan menarik tidaknya sebuah cerita rekaan (roman, cerpen, maupun novel) sangat ditentukan oleh adanya keterkaitan antara unsur-unsur pembentuk cerita. Unsur-unsur pembentuk cerita dalam novel berasal dari dalam disebut unsur intrinsik, sedangkan unsur-unsur pembentuk cerita yang berasal dari luar disebut unsur ekstrinsik.

  Manurut Darmono (2000: 10), pendekatan instrinsik dilakukan jika peneliti memisahkan karya sastra dari lingkungannya. Dalam pendekatan ini karya sastra dianggap memiliki otonomi dan bisa penerbit, pembaca, dan penulisnya. Novel misalnya, merupakan sistem formal yang analisisnya meliputi tema, alur dan pengaluran, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang, dan penceritaan. Sedangkan pendekatan ekstrinsik terhadap karya sastra dilakukan jika penelitian ditujukan untuk mengungkapkan hubungan-hubungan yang ada antara karya sastra dengan lingkungannya, antara lain pengarang, pembaca, dan penerbit.

  Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan intrinsik dilakukan jika penelitian menitikberatkan kajian kepada karya sastra dan memisahkannya dari lingkungan tempat karya tersebut dilahirkan. Sedangkan pendekatan ekstrinsik dilakukan jika penelitian lebih menitikberatkan kajian kepada karya sastra dan hubungannya dengan pengarang, pembaca, lingkungan, peristiwa, dan sudut pandang.

  Berangkat dari uraian di atas, maka unsur-unsur intrinsik novel adalah sebagai berikut:

1) Tema

  Tema merupakan gagasan, ide, ataupun pikiran utama di dalam karya sastra yang terungkap atau tidak (Sudjiman, 1990: 78).

  Santon dan Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2007: 67) menyatakan bahwa tema (theme) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Sementara itu, menurut Nurgiyantoro (2007: 74) tema dalam sebuah karya sastra fiksi hanyalah merupakan salah satu dari sejumlah unsur pembangun cerita yang lain, yang secara bersama membentuk sebuah kemenyeluruhan.

  Ada beberapa macam tema yaitu tema yang sifatnya didaktis, pertentangan antara baik dan buruk; tema yang eksplisit dan implisit; cinta, kehidupan keluarga; tema yang biasa dan tidak biasa; dan tema konflik kejiwaan (Sudjiman, 1988: 50).

  Sementara itu, Shipley (dalam Nurgiyantoro, 2007: 80) mencoba mendefinisikan tingkatan tema, diantaranya: tema tingkat fisik, tema tingkat organik, tema tingkat sosial, tema tingkat egoik, dan tema tingkat divine.

  Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah ide atau gagasan keseluruhan yang terkandung dalam sebuah cerita.

2) Alur dan Pengaluran

  Alur adalah urutan peristiwa yang dihubungkan secara kausal. Peristiwa yang satu menyebabkan peristiwa yang lain (Stanton dalam Sugihastuti, 2000: 46). Nurgiyantoro (2007: 110) mengungkapkan alur adalah salah satu unsur yang mendukung terbentuknya sebuah cerita. Kenney (dalam Nurgiyantoro, 2007: 113) mendefinisikan alur adalah peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa berdasarkan kaitan sebab akibat. peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan kausalitas.

  Lebih lanjut, Sumardjono dan Saini (1986: 49) menjabarkan struktur atau tahapan alur, yaitu: a) Pengenalan

  b) Timbulnya konflik

  c) Konflik memuncak

  d) Klimaks

  e) Pemecahan soal Sedangkan jenis pengaluran sendiri terbagi atas:

  a) Ingatan atau flashback, artinya peristiwa yang ditampilkan adalah peristiwa yang dialami tokoh pada masa lalu/lampau.

  b) Linear atau realitas fiktif, artinya peristiwa yang ditampilkan adalah peristiwa yang dialami tokoh pada masa kini (dalam teks).

  c) Bayangan, artinya peristiwa yang ditampilkan adalah peristiwa yang belum terjadi. Peristiwa itu hanya ada dalam benak tokoh cerita, termasuk di dalamnya adalah mimpi yang dialami tokoh tersebut.

  Dari beberapa pendapat mengenai alur, dapat disimpulkan bahwa alur adalah urutan peristiwa dan konflik-konflik yang tersusun secara logis. Sedangkan pengaluran adalah satuan urutan peristiwa dalam sebuah cerita.

3) Latar

  Latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra (Sudjiman, 1990: 48).

  Menurut Wellek dan Warren (1989: 290), latar didefinisikan sebagai alam sekitar atau lingkungan, terutama lingkungan dalamnya dapat dipandang sebagai pengekspresian watak secara metonimik dan metaforik.

  Nurgiyantoro (2007: 227) mengklasifikasikan unsur latar ke dalam tiga unsur pokok, di antaranya: a) Latar tempat, yaitu lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

  b) Latar waktu, yaitu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

  c) Latar sosial, mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

  Sedangkan Hudgon (dalam Sugihastuti, 2002: 54) membedakan latar menjadi dua, yaitu: a) Latar fisik atau material, yaitu latar yang meliputi tempat, waktu, dan alam fisik di sekitar tokoh cerita.

  b) Latar sosial, merupakan penggambaran keadaan masyarakat atau kelompok sosial tertentu, kebiasaan-kebiasaan yang berlaku pada suatu tempat atau waktu tertentu, pandangan hidup, dan adat istiadat yang melatari sebuah peristiwa.

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa latar adalah penjelasan mengenai suasana, waktu, tempat, dan perilaku lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang ada dalam sebuah cerita.

4) Tokoh dan Penokohan

  Tidak ada cerita yang tidak memiliki tokoh, sekalipun tokoh tersebut tidak berupa manusia. Tokoh cerita dapat berupa hewan atau tumbuhan yang dipersonalisasikan. Contoh personalisasi tokoh hewan dan tumbuhan biasanya muncul dalam sebuah fabel. Tokoh cerita dapat didefinisikan sebagai subjek sekaligus objek peristiwa dan pelaku berperan dalam sebuah cerita.

  Seperti telah disebutkan di atas bahwa definisi singkat tokoh merujuk pada pelaku cerita, sedangkan definisi penokohan lebih merujuk pada penggambaran tokoh-tokoh cerita yang mempunyai watak-watak tertentu. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007: 165) tokoh cerita (character) orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

  Jones (dalam Nurgiyantoro, 2007: 165) berpendapat bahwa yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Nurgiyantoro (2007: 176) tokoh-tokoh cerita dalam sebuah karya fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis, yaitu: a) Tokoh utama, yaitu tokoh yang paling banyak diceritakan dan senantiasa hadir dalam setiap kejadian.

  b) Tokoh tambahan, yaitu tokoh yang pemunculannya sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama.

  c) Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang digambarkan sebagai pahlawan (hero), yang merupakan pengejawantahan norma, nilai- nilai yang ideal dan yang sesuai dengan pandangan dan harapan pembaca.

  d) Tokoh antagonis, yaitu tokoh yang menyebabkan konflik dan beroposisi dengan tokoh protagonis.

  e) Tokoh sederhana, yaitu tokoh yang memiliki suatu kualitas pribadi tertentu yang sifat dan tingkah lakunya bersifat datar dan monoton.

  f) Tokoh bulat, yaitu tokoh yang memiliki watak dan tingkah laku bermacam-macam.

  g) Tokoh statis, yaitu tokoh yang memiliki sifat dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang dari awal hingga akhir cerita. h) Tokoh berkembang, yaitu tokoh yang mengalami perubahan dan perkembangan watak, sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot. i) Tokoh tipikal, yaitu tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaanya. j) Tokoh netral, yaitu tokoh yang bereksistensi demi cerita itu sendiri.

  Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku cerita yang dimunculkan dalam sebuah karya naratif. Sedangkan penokohan adalah cara pengarang memberi gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai tokoh dan perwatakannya dalam sebuah cerita.

5) Penceritaan

  Todorov (dalam Nurgiyantoro, 2007: 94) berpendapat bahwa penceritaan merupakan peristiwa-peristiwa yang membentuk dunia fiktif tidak dikemukakan sebagaimana aslinya, akan tetapi menurut penuturan tertentu. Oleh karena itu penceritaan adalah cara pengarang menyajikan peristiwa yang ada dalam cerita, serta pikiran dan perasaan yang dialami oleh tokoh cerita.

6) Sudut Pandang

  Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.

  Sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu:

  a) Sudut pandang orang pertama “Aku“, yaitu pengarang menggunakan sudut pandang tokoh dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri.

  b) Sudut pandang orang ketiga “Dia”, pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati dari luar daripada terlibat di dalam cerita, pengarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga.

  c) pandang campuran, pengarang menggunakan sudut Sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, Ia serba melihat, serba mendengar dan serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.

b. Unsur Ekstrinsik

  Unsur ekstrinsik novel adalah unsur pembentuk cerita yang berasal dari luar karya sastra, seperti karya sastra dengan lingkungan, pengarang, pembaca, dan penerbitnya. Selain itu, unsur ekstrinsik juga lebih banyak berkonsentrasi pada persitiwa dan sudut pandang penceritaan.

  Menurut Nurgiyantoro (2007: 23), unsur ekstrinsik novel adalah unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan sistem organisme karya sastra. Sementara itu, Wellek dan Warren (dalam Nurgiyantoro, 2007: 24) menjelaskan bahwa unsur yang dimaksud antara lain adalah subjectivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya.

  Pendek kata, unsur sosiologi, biografi pengarang, keadaan lingkungan ekonomi, sosial, dan budaya dapat menentukan ciri karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang. Unsur ekstrinsik yang lain misalnya pandangan hidup suatu bangsa (Nurgiyantoro, 2007: 24).

  Dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur ekstrinsik sangat berpengaruh besar terhadap wujud dan roh cerita yang dihasilkan karena melibatkan sudut pandang pengarang yang memiliki perbedaan lingkungan ekonomi, sosial, dan budaya.

3. Jenis-jenis Novel Novel dapat dibedakan berdasarkan isi cerita dan mutu novel.

  Berdasarkan isinya, Mohtar Lubis (dalam Tarigan, 1984: 165) mengatakan bahwa novel sama dengan roman. Oleh karena itu, roman dibagi menjadi roman avontur, roman psikologis, roman detektif, roman sosial, roman