Citra perempuan dalam novel Sali : kisah seorang wanita suku Dani karya Dwi Linggasari tinjauan sosiologi sastra - USD Repository

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SALI: KISAH SEORANG WANITA

  

SUKU DANI

KARYA DEWI LINGGASARI

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Serafin Aic Priharlina

  

034114027

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2009

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan untuk: Yang selalu ada dan memberiku kekuatan untuk terus melangkah

  Yesus Kristus dan Bunda Maria Kedua orang tuaku terkasih

  Stephanus Susilaharda dan Yuliana Prihatin, A.Ma.Pd Adik-adikku tercinta

  Saferine Yunanda dan Agustinus Satria Soma Rajasa Penyemangat hidup dan sumber inspirasiku

  Krisno Bayu WSN Yang telah menguatkan imanku dalam Kristus

  Rm. R. Sapto Nugroho, Pr Semua pihak yang bersedia membaca skripsi ini

  

Tanpa-Nya, aku bukan apa-apa,

Tanpa-Nya, aku bukan siapa-siapa,

Tanpa tangan-Nya, aku tak dapat berkarya

Tanpa jamahan kasih-Nya, hidupku ini tak akan berguna

  

Terimakasih kuhunjukkan pada-Mu

Atas berkat, rahmat dan anugerah yang selalu Kau beri untukku,

juga orang-orang pilihan yang kau utus untuk menemaniku

dalam setiap langkah hidupku

  

Jamahan tangan-Mu dalam setiap doaku memberiku kekuatan,

untuk selalu berkarya…

Terima kasih kuhunjukkan pada-Mu,

Tanpa-Mu aku bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa

  

Kumuliakan nama-Mu dalam setiap tarikkan nafasku

Bapa, Putra, dan Roh Kudus…

_Yogyakarta, 05 Mei 09_

KATA PENGANTAR

  Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, putra-Nya yang terkasih Yesus Kristus dan Bunda Maria atas berkat rahmat-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyusun skripsi ini dalam rangka menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan mempunyai beberapa kekurangan karena keterbatasan kemampuan, pengalaman dan pengetahuan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan dan perbaikan dari skripsi ini.

  Dalam menyusun skripsi ini penulis telah mendapat banyak bimbingan, pengarahan, saran, kritik, serta dorongan yang bermanfaat dan mendukung penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Ibu S.E Peni Adji, S.S., M.Hum. selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan dukungan serta pengarahan dengan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  2. Ibu Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum. selaku pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  3. Bapak Drs. Hery Antono, M.Hum, yang telah menjadi pembimbing akademik angkatan 2003 yang tidak pernah lelah selalu mengingatkan anak-anaknya untuk segera menyelesaikan skripsi.

  4. Seluruh dosen di Fakultas Sastra, terutama para dosen Program Studi Sastra Indonesia. Pak Rahmanto, Pak Praptomo, Pak Ari, Pak San, Pak Yapi, terima kasih atas segala ilmu yang telah dibagikan 5. Segenap keluarga besar Program Studi Sastra Indonesia. Terutama teman- teman Sastra Indonesia angkatan 2003. Terima kasih untuk ruang hangat dan persahabatan yang ada.

  6. Segenap karyawan perpustakaan USD dan staf sekretariat Fakultas Sastra untuk pelayanan dan keramahtamahannya.

  7. Bapak, Ibu dan kedua adikku tercinta. Terima kasih atas dukungan serta dorongannya selama ini. Maaf, telah membuat kalian menunggu cukup lama.

  8. Rm. R. Sapto Nugroho, Pr. Terimakasih atas penguatan iman, dukungan, tuntunan, bantuan, dan perlindungannya selama ini sehingga penulis dapat terus berjalan dalam jalan Kristus.

  9. Krisno Bayu WSN. Terima kasih atas kasih sayang, semangat, dukungan, dan perhatian yang selalu kau beri untukku.

  10. Seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung kelancaran penulisan skripsi ini. Tidak ada yang sanggup menggantikan selain rasa terima kasih yang sangat dalam. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan yang telah diberikan.

  Penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Seluruh kesalahan yang ada pada skripsi ini adalah tanggung jawab penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

  Penulis

  

ABSTRAK

  Priharlina, Serafin Aic. 2009. Citra Perempuan dalam Novel Sali: Kisah Seorang Wanita Suku Dani Karya Dewi Linggasari: Tinjauan Sosiologi Sastra.

  Skripsi S1. Yogyakarta: Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma. Penelitan ini mengkaji tentang citra perempuan dalam novel Sali: Kisah

  

Seorang Wanita Suku Dani karya Dewi Linggasari. Penelitan ini bertujuan (a)

  mendeskripsikan struktur novel Sali: Kisah Seorang Wanita Suku Dani yakni, tokoh dan penokohan, plot, dan latar atau setting, (b) mendeskripsikan citra perempuan yang terdiri dari citra diri perempuan, citra sosial perempuan, dan citra perempuan dalam budaya suku Dani di Papua. Citra diri perempuan dalam hal ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu citra fisis dan citra psikis. Citra sosial perempuan meliputi citra sosial perempuan dalam bidang domestik dan publik. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Langkah yang ditempuh adalah menganalisis struktur novel Sali: Kisah Seorang Wanita Suku Dani yang meliputi tokoh dan penokohan, alur, dan latar, kemudian hasil analisis itu digunakan untuk menganalisis citra perempuan dalam novel Sali: Kisah Seorang

  Wanita Suku Dani.

  Hasil penelitian struktur sebagai berikut. Tokoh utama protagonis adalah Liwa, tokoh antagonis adalah Ibarak, tokoh tambahan adalah Aburah, Lapina, Kugara, Wibawa Ardana, Sekar Nilasari, Anton, Hera, Trimas, Lopes, dan tokoh wirawati adalah Gayatri. Alur bersifat sorot balik atau flashback atau regresif.

  Jalan cerita tidak kronologis atau berurutan. Latar fisik menunjuk pada perkampungan suku Dani. Latar sosial menunjuk pada latar sosial perempuan suku Dani di Wamena, Papua dengan adat yang harus dipatuhi. Latar waktu terjadi pada sekitar tahun 1950-1999.

  Hasil analisis citra diri perempuan meliputi citra fisis dan citra psikis. Citra fisis perempuan suku Dani pada waktu muda cantik dan menarik, namun setelah menikah fisiknya berubah menjadi cepat tua dan tidak menarik lagi, citra psikis perempuan suku Dani sangat menderita karena beban hidup yang harus mereka tanggung setelah menikah.

  Hasil analisis citra sosial perempuan meliputi citra sosial perempuan dalam bidang domestik dan publik. Dalam bidang domestik perempuan suku Dani harus mengurus semua urusan rumah tangga dan merawat anak mereka, dalam bidang publik perempuan suku Dani sangat berperan memenuhi segala kebutuhan rumah tangga secara ekonomi.

  Hasil analisis citra perempuan dalam budaya suku Dani menunjuk pada adat yang berlaku dalam suku dan harus selalu dipatuhi oleh semua perempuan suku Dani. Adat yang berlaku pada suku Dani melarang perempuan mendekati rumah adat yang berisi peralatan perang karena darah yang keluar setiap bulan dianggap dapat menghilangkan tuah pada alat tersebut, perempuan harus melahirkan sendiri di luar kampung karena darah yang keluar saat melahirkan juga dapat menghilangkan tuah pada peralatan perang, perempuan yang sudah menikah harus bertanggungjawab penuh dalam segala pekerjaan rumah tangga karena telah dibayar mahal oleh pihak laki-laki dengan puluhan ekor babi.

  

ABSTRACT

  Priharlina, Serafin Aic. 2009. Woman’s Image in Novel Sali: Kisah Seorang Wanita Suku Dani by Dewi Linggasari: Literary Sociologycal Approach.

  Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Indonesian Letters Department, Sanata Dharma University. This research analyzes the image of woman’s image in novel Sali: Kisah

  

Seorang Wanita Suku Dani by Dewi Linggasari. This research purposed, (a)

  describe the structure of Sali: Kisah Seorang Wanita Suku Dani’s novel they were character and characterization, plot, and setting, (b) describe woman’s image that consisted of self image of woman, social image of woman, and woman in Dani’s tribe culture at Papua. In this novel, the woman self image was devided into two parts, they were physical and psychical image. Social image consist of woman social image in terms of domestic and public. This research use descriptive methods. The steps of this research were analyzing the structure of novel Sali:

  

Kisah Seorang Wanita Suku Dani, they were character and characterization, plot,

  and setting, and then the analyzed data were used to analyze the image of woman in novel Sali: Kisah Seorang Wanita Suku Dani.

  The result of this research were: the main protagonist character was Liwa, the antagonist character was Ibarak, additional character were Aburah, Lapina, Kugara, Wibawa Ardana, Sekar Nilasari, Anton, Hera, Trimas, Lopes, an wirawati Character was Gayatri. The plot is flashback plot or regresif. The story did not went a kronology. Physical setting were colony of dani’s tribe. Social setting was woman social background of Dani’s tribe in Wamena, Papua with an absolute traditonal rule. The time setting was set in abaot 1950 – 1999.

  The result of self image analysis consist of physical and psychical image. Physical image of woman in Dani’s tribe was beautiful and pretty when they were younger but their phycical image changed into old and did not pretty anymore after they married. Psychical image of woman in Dani’s tribe was in agony because of the weight of life that they must put into their shoulder after married.

  The result of woman social image consist of woman social image in terms of domestic and public. In domestic term, the woman in Dani’s tribe had to do all the household chores and keep their children. In public terms, the woman in Dani’s tribe played an important role in fulfilling all the household needs economically.

  The analysis result of woman in Dani’s tribe was depend on the rule played in the tribe and had to be obeyed by all the woman there. Custom that happen in Dani’s tribe interdict woman approache house of custom that consist of equipment’s war because blood that turn out to be body every month can disappear magic power at equipment’s war, woman must be born alone in out of village because blood that turn out to be body can disappear magic power at equipment’s war too, woman who married must be responsible in the household because already expensive pay by man with pig’s.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii

  HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv MOTO ....................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... vi KATA PENGANTAR .............................................................................. vii ABSTRAK ................................................................................................ x

  ABSTRACT ................................................................................................ xi

  DAFTAR ISI ............................................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN .........................................................................

  1

  1.1

  1 Latar Belakang Masalah ..........................................................

  1.2

  3 Rumusan Masalah ...................................................................

  1.3

  4 Tujuan Penelitian ....................................................................

  1.4

  4 Manfaat Penelitan ....................................................................

  1.5

  5 Tinjauan Pustaka .....................................................................

  1.6

  6 Landasan Teori ........................................................................

  1.6.1

  6 Teori Struktural .....................................................

  1.6.1.1

  7 Tokoh dan Penokohan ...............................

  1.6.1.2

  8 Alur ...........................................................

  1.6.1.3 Latar .......................................................... 11

  1.6.2

  11 Sosiologi Sastra .....................................................

  1.6.3

  12 Citra Perempuan ....................................................

  1.6.3.1 Citra Diri Perempuan .................................

  13 1.6.3.2 Citra Sosial Perempuan .............................

  14 1.6.4 Perempuan dalam Budaya Suku Dani di Papua.....

  16

  1.7

  17 Metode Penelitian ...................................................................

  1.7.1

  17 Pendekatan ............................................................

  1.7.2

  18 Metode Penelitan ...................................................

  1.7.3

  18 Teknik Penelitian ..................................................

  1.8

  19 Sumber Data ............................................................................

  1.9

  19 Sistematika Penulisan .............................................................

  BAB II ANALISIS STRUKTURAL NOVEL SALI: KISAH SEORANG WANITA SUKU DANI ..................................................................................

  20 2.1 Tokoh dan Penokohan .............................................................

  20 2.2 Alur ..........................................................................................

  38 2.2.1 Tahap Awal ..............................................................

  39 2.2.2 Tahap Tengah ...........................................................

  44 2.2.3 Tahap Akhir .............................................................

  55 2.3 Latar ........................................................................................

  57 2.3.1 Latar Fisik ................................................................

  57 2.3.2 Latar Sosial ..............................................................

  58 2.3.3 Latar Waktu ..............................................................

  59 2.4 Kesimpulan .............................................................................

  59

  BAB III CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SALI: KISAH SEORANG WANITA SUKU DANI ..................................................................

  63 3.1 Citra Diri Perempuan ..............................................................

  64 3.1.1 Citra Fisis Perempuan ..............................................

  64 3.1.2 Citra Psikis Perempuan ............................................

  67 3.2 Citra Sosial Perempuan ...........................................................

  75 3.2.1 Citra Sosial Perempuan dalam Bidang Domestik ...........

  75 3.2.2 Citra Sosial Perempuan dalam Bidang Publik ...............

  76 3.2.2.1 Segi Ekonomi ......................................................

  76 3.2.2.2 Segi Budaya .......................................................

  76 3.4 Kesimpulan .............................................................................

  80 BAB IV KESIMPULAN ..........................................................................

  84 4.1 Kesimpulan .............................................................................

  84 4.2 Saran ........................................................................................

  89 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

  91 BIOGRAFI ................................................................................................

  93

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang masalah

  Karya sastra tidak lahir dari kekosongan budaya (Teeuw, 1980:11). Sastra akan selalu berkaitan dengan rekondifikasi terhadap berbagai realitas atau fenomena budaya. Artinya, realitas tersebut merupakan salah satu elemen inspirasi dalam penciptaan sastra.

  Sastra merupakan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Kehidupan yang dimaksud di sini adalah kehidupan yang mencakup hubungan antar masyarakat, antar masyarakat dengan orang seorang, antar manusia dan antar peristiwa (Damono, 1979 :1).

  Citra adalah gambar pikiran (Pradopo, 1987:80). Citra perempuan adalah semua gambaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian perempuan (Indonesia), yang menunjukkan “wajah” dan ciri khas perempuan sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial (Sugihastuti, 2000:7). Oleh karena itu, citra perempuan sangat erat hubungannya dengan sosial masyarakat yang berlaku dalam suatu tempat atau daerah.

  Salah satu karya sastra yang memiliki aspek sosiologis yang kuat dan berkaitan dengan citra perempuan adalah novel Sali: Kisah Seorang Wanita Suku

  

Dani (selanjutnya ditulis Sali) karya Dewi Linggasari. Novel tersebut

  menggambarkan kehidupan perempuan Suku Dani yang terbentur oleh adat dan budaya yang berlaku di suku tersebut dan mengakibatkan penderitaan baik mental maupun fisik bagi para perempuannya.

  Kondisi sosial masyarakat yang ada dalam suku Dani sangat berpengaruh pada citra para perempuannya. Oleh karena itu, penelitian ini mengacu pada citra perempuan yang terdapat dalam novel Sali : Kisah Seorang Wanita Suku Dani.

  Novel tersebut menceritakan kisah wanita Suku Dani yang bernama Liwa. Setelah menikah ia tidak dapat merasakan kebebasan dalam hidup, setelah kebebasannya ditukar dengan puluhan ekor babi. Dalam adat Dani, mahar babi berarti perempuan yang sudah jadi istri harus tunduk kepada suami.

  Liwa adalah perempuan kesekian setelah ibu tirinya, Lapina yang mengalami nasib sama dengan dirinya. Kematian suami Lapina, Kugara, menghantarkan Lapina kepada kebebasan. Lapina tidak mau menikah lagi semenjak kematian suaminya karena ia telah merasakan bagaimana menderitanya ia menghadapi biduk rumah tangga. Liwa sendiri tak mungkin mengharap kematian Ibarak, suaminya direnggut oleh perang suku seperti pernah terjadi pada Kugara, ayahnya. Berbeda dengan Lapina, Liwa hidup pada masa ketika ‘peradaban’ sudah memasuki pedalaman Wamena, Papua. Negara juga gereja mengharamkan perang antar suku.

  Kian lama beban hidup Liwa semakin berat karena jumlah anak yang semakin bertambah banyak serta masuknya barang konsumsi baru dalam kehidupan mereka. Ibarak justru sebaliknya, ia hanya duduk diam di rumah dan hanya sesekali berburu. Perang suku telah dilarang setelah masuknya agama sehingga menyebabkan pembagian kerja dalam rumah tangga tidak adil. Liwa harus bekerja keras agar kebutuhan rumah tangganya terpenuhi sedangkan Ibarak suaminya tidak melakukan apa-apa. Apalagi membantu Liwa mencukupi segala kebutuhan rumah tangganya.

  Sampai suatu ketika Liwa mengandung untuk kedelapan kali dan ternyata anak yang dikandungnya terlahir kembar. Adat Suku Dani menganggap bayi yang terlahir kembar adalah aib atau anak setan jadi harus dibunuh dengan cara dihanyutkan ke sungai, lagi-lagi Liwa tidak sanggup berbuat apa pun. Akhirnya ada seorang dokter muda bernama Gayatri yang menyelamatkan anaknya. Karena beban berat yang dipikul Liwa akhirnya ia memutuskan mengakhiri hidupnya dengan menenggelamkan dirinya di dasar sungai.

  Citra perempuan dalam novel ini sangat dipengaruhi oleh sosial masyarakat Dani yang melatarbelakanginya. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan adalah sosiologi sastra. Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat (Semi, 1989:46).

  Citra perempuan yang dipengaruhi oleh budaya tersebut tergambar dalam unsur-unsur novel Sali. Oleh karena itu, untuk mengungkapkan masalah sosiologi sastra terlebih dahulu dianalisis struktur novel Sali. Dalam analisis ini yang akan diteliti adalah unsur-unsur yang terdapat dalam novel Sali, dengan alasan bahwa unsur-unsur tersebut yang intensif mencerminkan citra perempuan.

1.2 Rumusan Masalah

  Dari latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

  1.2.1 Bagaimana struktur novel Sali: Kisah Seorang Wanita Suku Dani karya

  Dewi Linggasari yakni, tokoh dan penokohan, alur, dan latar?

  1.2.2 Bagaimanakah citra perempuan yang tergambar dalam Novel Sali: Kisah

  Seorang Wanita Suku Dani ?

  1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Mendeskripsikan struktur novel Sali: Kisah Seorang Wanita Suku Dani karya Dewi Linggasari yakni, tokoh dan penokohan, alur, dan latar.

  1.3.2 Mendeskripsikan citra perempuan yang tergambar dalam novel Sali: Kisah Seorang Wanita Suku Dani.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1.4.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam perkembangan kritik sastra dan ilmu sastra, khususnya telaah sastra dengan pendekatan sosiologi sastra.

  1.4.2 Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah dalam kajian studi wanita melalui novel Sali: Kisah Seorang Wanita Suku Dani karya Dewi Linggasari.

  1.4.3 Penelitian ini diharapkan juga dapat menambah kajian dalam studi budaya, terutama adat dan budaya suku pedalaman Wamena bahwa ternyata masih jarang sekali persentuhan masyarakat Indonesia yang modern dengan kehidupan masyarakat di belantara nusantara.

  1.5 Tinjauan Pustaka

  Sejauh pengamatan penulis, belum ada yang mengkaji novel ini sebagai bahan skripsi. Kajian mengenai novel Sali yang penulis temukan sebatas berbentuk resensi. Penulis menemukan tulisan kajian novel ini dalam bentuk resensi yakni, Irma dalam website http:/eskrim.multiply.com/reviews/item/40 menceritakan kisah sedih dua orang perempuan Liwa dan Gayatri. Dua perempuan yang berbeda kehidupan. Liwa, perempuan dari pedalaman suku Dani yang sedari kecil ditinggal ibunya dan harus selalu mengalami penderitaan dalam hidupnya. Gayatri, seorang dokter muda yang bertugas di pedalaman Wamena.

  Seorang dokter muda dari Yogyakarta yang harus menelan pil pahit ketika sang pacar menikah dengan sahabatnya sendiri.

  De Te Fabula dalam website http:/narrator.wordpress.com, menceritakan kehidupan perempuan suku Dani bernama Liwa yang sangat menderita karena tuntutan adat. Beratnya beban yang ditanggungnya, membuat Liwa memutuskan mengakhiri hidupnya dengan menenggelamkan diri ke sungai.

  Ria dalam website http:/lovelyry.multiply.com, menguak misteri perempuan suku Dani yang keberadaannya penuh dengan misteri dan tanda tanya besar dalam lingkaran yang dinamakan adat.

  Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk mengkaji novel Sali sebagai bahan penelitian sosiologi sastra dalam penulisan skripsi juga menganalisis struktur novel tersebut secara lebih mendalam.

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Teori Struktural

  Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail dan mendalam keterkaitan dan keterjalinan semua analisis dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984:135).

  Pradopo mengatakan bahwa, novel merupakan sebuah struktur. Struktur di sini dalam arti bahwa novel itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan, oleh karena itu unsur-unsur novel bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal yang berdiri sendiri melainkan hal yang saling terkait, saling berkaitan dan saling bergantung (Pradopo, 1987:18).

  Dengan demikian jelaslah bahwa analisis sosiologi sastra tetap tidak dapat dipisahkan dari analisis struktural karena pada hakikatnya karya sastra adalah sebuah struktur yang bermakna (Pradopo, 1995:108). Nurgiyantoro (1995 : 36) memaparkan bahwa analisis struktural adalah pendekatan melalui teori struktural terhadap karya sastra merupakan struktur yang terdiri dari bagian-bagian yang bermakna. Struktur karya sastra menyarankan pada pengertian hubungan antar unsur (intrinsik) yang bersifat timbal-balik, saling menentukan, saling mempengaruhi yang bersama membentuk kesatuan yang utuh.

  Dalam penelitian ini, analisis diarahkan kepada teks itu sendiri. Di dalam teks itu terdapat unsur tokoh dan penokohan, alur, dan latar. Unsur-unsur tersebut yang mendukung jalannya cerita novel Sali.

1.6.1.1 Tokoh dan Penokohan

  Menurut Sudjiman (1988 : 16) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Karena tokoh tersebut merupakan rekaan pengarang dan hanya pengarang yang mengenal mereka, maka tokoh perlu digambarkan ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batinnya agar wataknya dapat dikenali.

  Tokoh menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995 : 165) adalah orang- orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

  Berdasarkan fungsi dalam cerita, tokoh dibagi menjadi dua macam, yakni tokoh utama (protagonis) dan tokoh lawan (antagonis) (Nurgiyantoro,1995:129).

  Selain kriteria tokoh tersebut, Sudjiman menambahkan kriteria tokoh yang lain, yakni tokoh bawahan.

  Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, secara popular sering disebut pahlawan dan merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai ideal bagi kita (Nurgiyantoro, 1995:129).

  Tokoh utama protagonis adalah tokoh sentral yang memegang peran pimpinan. Ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam kisahan. Kriterium yang digunakan untuk menentukan tokoh utama adalah bukan hanya frekuensi kemunculan tokoh itu dalam cerita, melainkan intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa yang membangun cerita. Tokoh protagonis dapat juga ditentukan dengan memperhatikan hubungan antartokoh. Protagonis berhubungan dengan tokoh-tokoh yang lain, sedangkan tokoh-tokoh itu sendiri tidak semua berhubungan satu dengan yang lain (Sudjiman, 1988:17-18).

  Tokoh yang merupakan penentang utama dari protagonis disebut antagonis atau tokoh lawan. Tokoh sentral lainnya ada wirawan atau wirawati, tokoh ini penting dalam cerita dan kadang menggeser kedudukan tokoh utama. Wirawan pada umumnya punya keagungan pikiran dan keluhuran budi yang tercermin di dalam maksud dan tindakan yang mulia sebaliknya antiwirawan adalah tokoh yang tidak memiliki nilai-nilai tokoh wirawan dan berlaku sebagai tokoh kegagalan (Sudjiman, 1988:19).

  Grimes (dalam Sudjiman, 1988:19) mengemukakan tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya di dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk membantu pelukisan tokoh utama.

  Ada tokoh tambahan yang sebenarnya sulit disebut tokoh karena ia boleh dikatakan tidak memegang peranan didalam cerita. Tokoh ini disebut tokoh tambahan (Sudjiman, 1988:20).

1.6.1.2 Alur

  Alur atau plot merupakan unsur fiksi yang penting dan dalam beberapa kajian sering dianggap sebagai unsur terpenting. Stanton (dalam Nurgiyantoro, 1995:113) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, tetapi tidak selalu dalam urutan kronologis. Plot merupakan urutan kejadian yang mempunyai aspek kausalitas, setiap kejadian dihubungkan secara sebab akibat, satu peristiwa menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.

  Plot sebuah cerita bagaimana pun tentulah mengandung unsur urutan waktu, baik dikemukakan secara eksplisit maupun implisit. Oleh karena itu, dalam sebuah cerita, sebuah teks naratif, tentulah ada awal kejadian, kejadian-kejadian berikutnya dan barangkali ada pula akhirnya. Namun, plot sebuah karya fiksi sering tak menyajikanurutan peristiwa secara kronologis dan runtut, melainkan penyajian yang dapat dimulai dan diakhiri dengan kejadian awal dan kejadian terakhir. Dengan demikian, tahap awal cerita tidak harus berada di awal cerita atau bagian awal teks, melainkan dapat terletak di bagian mana pun (Nurgiyantoro, 1995: 141).

  Plot sebuah cerita haruslah bersifat padu, unity. Antara peristiwa yang satu dengan yang lain, antara peristiwa yang diceritakan lebih dahulu dengan yang kemudian, ada hubungan, ada sifat saling keterkaitan. Kaitan antara peristiwa tersebut hendaklah jelas, logis, dapat yang mungkin di awal, tengah atau akhir (Nurgiyantoro, 1995 : 142).

  Untuk memperoleh keutuhan sebuah plot cerita, Aristoteles mengemukakan bahwa sebuah plot haruslah terdiri dari tahap awal (beginning), tahap tengah (midle), dan tahap akhir (end).

  1. Tahap awal Tahap awal sebuah cerita biasanya disebut sebagai tahap perkenalan. Tahap awal merupakan tahap untuk memperkenalkan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita yang muncul. Selain itu, konflik sedikit demi sedikit juga sudah mulai dimunculkan.

  2. Tahap tengah Tahap awal cerita yang dapat juga disebut sebagai tahap pertikaian, menampilkan pertentangan dan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat dan menegangkan. Konflik yang dikisahkan dapat berupa konflik internal, konflik yang terjadi dalam diri seorang tokoh, konflik eksternal, konflik atau pertentangan yang terjadi antar tokoh cerita, antar tokoh (-tokoh) protagonist dan tokoh (-tokoh) antagonis, atau keduanya sekaligus. Dalam tahap tengah inilah klimaks ditampilkan, yaitu ketika konflik (utama) telah mencapai titik intensitas tertinggi.

  3. Tahap akhir Tahap akhir sebuah cerita, atau dapat juga disebut tahap peleraian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks.

  (via Nurgiyantoro, 1995:142-146) Ada tahapan lain selain rincian tahapan plot di atas, yakni rincian tahapan plot yang dikemukakan oleh Tasrif. Tasrif membedakan plot menjadi lima bagian. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut.

  1. Tahap situation:tahap penyituasian

  2. Tahap generatingcircumstances: tahap pemunculan konflik

  3. Tahap rising action: tahap peningkatan konflik

  4. Tahap climax: tahap klimaks

  5. Tahap denouement: tahap penyelesaian (via Nurgiyantoro, 1995:149-150)

  Nurgiyantoro (1995 : 153) mengemukakan bahwa pembedaan plot berdasarkan kriteria urutan waktu, secara teoritis dapat dibedakan plot ke dalam dua kategori: kronologis dan tak kronologis. Yang pertama disebut sebagai plot lurus maju, atau dapat juga dinamakan progresif, sedang yang kedua adalah sorot- balik, mundur, flash back, atau dapat juga disebut regresif.

  Plot di dalam novel disebut progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti oleh (atau: menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian. Atau, secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan pemunculan konflik), tengah (konflik, meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian), sedangkan uruan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi yang berplot tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal (yang benar-benar merupakan awal cerita secara logika), melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan (Nurgiyantoro, 1995 :154).

  Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Aristoteles via Nurgiyantoro, yakni menganalisis alur dengan membedakan alur menjadi tiga tahap yaitu tahap awal, tahap tengah dan tahap akhir.

1.6.1.3 Latar

  Latar adalah tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan. Latar befungsi memberi pijakan cerita secara konkret dan jelas sehingga realitas yang diangkat dapat teralami kembali dengan segala partikularitasnya terutama jika latar mampu menciptakan suasana, mengangkat warna lokal lengkap dengan perwatakannya ke dalam cerita (Nurgiyantoro, 1995: 216-217).

  Jenis-jenis latar menurut Hudson terdiri dari latar fisik dan latar sosial. Latar sosial meliputi penggambaran keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa dan lain-lain yang melatari peristiwa. Sedangkan latar fisik meliputi tempat dalam ujud fisiknya, yaitu bangunan, daerah dan sebagainya dan waktu cerita. Latar fisik yang menimbulkan dugaan atau tautan pemikiran tertentu disebut latar spriritual (Sudjiman, 1992:44- 45).

  Fungsi latar antara lain, latar memberikan informasi tentang situasi (ruang dan tempat) sebagaimana adanya. Selain itu, ada latar yag berfungsi sebagai proyeksi keadaan batin para tokoh; latar menjadi metafor dari keadaan emosional dan spiritual tokoh (Sudjiman, 1988:46).

  Dalam penelitian, ini penulis menganalisis latar dengan membagi latar menjadi latar fisik, latar sosial, dan latar waktu yang terdapat dalam novel Sali.

1.6.2 Sosiologi Sastra

  Pendekatan sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan ini oleh beberapa ahli disebut sebagai sosiologi sastra. Istilah itu pada dasarnya tidak berbeda pengertiannya dengan sosiosastra, pendekatan sosiologis, atau pendekatan sosiostruktural terhadap sastra (Damono, 1979:2).

  Ada dua kecenderungan utama dalam telaah sosiologi sastra menurut Damono. Yang pertama, pendekatan yang berdasarkan pada anggapan bahwa sastra merupakan cermin proses sosial-ekonomis belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra untuk membicarakan sastra; sastra hanya berharga pada hubungannya dengan faktor-faktor di luar sastra itu sendiri. Jelas bahwa dalam pendekatan ini teks sastra tidak dianggap utama, ia hanya merupakan

  

epiphenomenon (gejala kedua). Kedua pendekatan yang mengutamakan teks

  sastra sebagai bahan penelaahan. Metode yang dipergunakan dalam sosiologi sastra ini adalah analisis teks untuk mengetahui strukturnya, untuk kemudian dipergunakan memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang di luar sastra (Damono, 1979:2).

  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sosiologi menurut pengertian yang kedua yakni, pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahannya dan menggunakan metode analisis teks untuk mengetahui strukturnya dan kemudian dipergunakan untuk memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang di luar sastra.

1.6.3 Citra Perempuan

  Altenbernd (dalam Pradopo, 1987:80) mengemukakan citraan ialah gambar-gambar dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya, sedang setiap gambar pikiran disebut citra atau imagi (image).

  Sugihastuti (2000:45) mengemukakan bahwa citra artinya rupa, gambaran, dapat berupa gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi sistem kerja mental (bayangan) visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau kalimat dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa dan puisi.

  Citra perempuan yang dimaksud dalam hal ini ialah semua gambaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian perempuan (Indonesia), yang menunjukkan “wajah” dan ciri khas perempuan sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial (Sugihastuti, 2000:7). Dengan demikian, perempuan dicitrakan sebagai makhluk individu yang beraspek keluarga dan masyarakat (Sugihastuti, 2000:46).

  Dalam penelitian ini, citra perempuan yang akan di analisis meliputi citra diri perempuan baik secara fisis maupun psikis, citra sosial perempuan dalam hubungannya dengan keluarga dan masyarakan, serta perempuan dalam budaya Suku Dani di Papua.

1.6.3.1 Citra Diri Perempuan

  Citra diri perempuan terwujud sebagai sosok individu yang mempunyai pendirian dan pilihan sendiri atas berbagai aktivitasnya. Perempuan mempunyai kemampuan untuk berkembang dan membangun dirinya berdasarkan pada pola pilihannya sendiri. Perempuan bertanggung jawab atas potensi diri sendiri sebagai makhluk individu. Citra diri perempuan memperlihatkan bahwa apa yang dipandang sebagai perilaku wanita bergantung pada bagaimana aspek fisis dan psikis diasosiasikan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (Sugihastuti, 2000:113).

  Citra diri perempuan itu diabstraksikan dan diklasifikasikan sebagai citra fisis dan citra psikis perempuan. Dalam aspek fisis, citra perempuan itu khas dilihat melalui pengalaman-pengalaman tertentu yang hanya dialaminya dan tidak dialami oleh pria misalnya melahirkan dan merawat anak (Sugihastuti, 2000:112).

  Citra fisis perempuan yang tergambar adalah citra perempuan dewasa, perempuan yang sudah berumah tangga. Selain itu, masa perkawinan dapat mengisyaratkan bahwa secara fisis, perempuan ditunjukkan sebagai perempuan dewasa (Sugihastuti, 2000:85).

  Dalam aspek psikis, kejiwaan perempuan dewasa ditandai oleh sikap pertanggungjawaban penuh terhadap diri sendiri, nasib sendiri, dan pembentukan diri sendiri (Kartono via Sugihastuti, 2000:100).

  Penelitian citra diri perempuan baik secara fisis mau pun psikis berfungsi memaparkan dan membongkar citra diri tokoh perempuan yang terdapat dalam novel ini.

1.6.3.2 Citra Sosial Perempuan

  Pada dasarnya citra perempuan sosial merupakan citra perempuan yang erat hubungannya dengan norma dan sistem nilai yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat tempat perempuan menjadi anggota dan berhasrat mengadakan hubungan antar manusia. Kelompok masyarakat itu adalah kelompk keluarga dan kelompok masyarakat luas (Sugihastuti, 2000:143).

  Dalam aspek keluarga, citra sosial perempuan berhubungan dengan peranannya sebagai istri, ibu dan sebagai anggota keluarga yang semuanya menimbulkan konsekuensi sikap sosial yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Citra sosial perempuan dalam sikap sosialnya terbentuk karena pengalaman pribadi, pengalaman budaya dan pengalaman sosialnya (Sugihastuti, 2000:xvi).

  Raharjo (dalam Hermawati, 2007: 21) mengemukakan Citra, peran dan status sebagai perempuan, telah diciptakan oleh budaya. Citra bagi seorang perempuan seperti yang diidealkan oleh budaya, antara lain, lemah lembut, penurut, tidak membantah, tidak boleh “melebihi” laki-laki. Peran yang diidealkan seperti pengelola rumah tangga, sebagai pendukung karir suami, istri yang penurut dan ibu yang mrantasi. Citra yang dibuat untuk laki-laki antara lain, “serba tahu”, sebagai panutan harus “lebih” dari perempuan, rasional, agresif. Peran laki-laki yang ideal adalah sebagai pencari nafkah keluarga, pelindung, “mengayomi”, sedangkan status idealnya adalah kepala keluarga.

  Menurut Abdullah (dalam Hermawati, 2007: 21) Perempuan masih dianggap the second class yang sering disebut sebagai “warga kelas dua” yang keberadaannya tidak begitu diperhitungkan. Implikasi dari konsep dan common

  

sense tentang pemosisian yang tidak seimbang telah menjadi kekuatan di dalam

  pemisahan sektor kehidupan ke dalam sektor “domestik” dan sektor “publik”, di mana perempuan dianggap orang yang berkiprah dalam sektor domestik sementara laki-laki ditempatkan dalam sektor publik. Ideologi semacam ini telah disyahkan oleh berbagai pranata dan lembaga sosial, yang ini kemudian menjadi fakta sosial tentang status dan peran yang dimainkan oleh perempuan.

  Dalam penelitian ini dipaparkan citra sosial perempuan dalam masyarakat (publik) dan keluarga (domestik). Peran perempuan dalam aspek keluarga pada penelitian ini sangatlah penting. Perempuan tidak hanya merawat anak dan mengurus rumah tangga saja tetapi berperan dalam segala hal. Sedangkan dalam masyarakat, meski perempuan dianggap sebagai “warga kelas dua” menurut Abdullah tetapi dalam penelitian ini tergambar bahwa peran perempuan dalam sektor publik pun cukup penting, yakni mencari nafkah yang secara otomatis harus berhubungan dengan masyarakat luar.

1.6.4 Perempuan dalam Budaya Suku Dani di Papua

  Dalam budaya Suku Dani, seorang perempuan yang sudah menikah dan secara adat resmi menjadi seorang istri harus mentaati segala adat yang berlaku.

  Hal tersebut dikarenakan sebelum menikah seorang pria harus membayarkan mahar yang berupa puluhan ekor babi untuk dapat memperistri perempuan Suku Dani tersebut. Babi merupakan binatang yang memiliki harga yang tinggi dan dapat memperlihatkan status sosial pria tersebut. Oleh karena itu, pria atau suami berhak memperlakukan perempuan atau istrinya tersebut sekehendak hatinya (www.google.com).

  Pembagian kerja dalam lingkup keluarga inti atau luas berdasarkan seks. Istri atau perempuan di Suku Dani lebih berperan dalam bidang logistik, sedangkan suami atau pria lebih berperan dalam bidang pertanahan. Peranan berdasarkan seks ini ternyata dilatar belakangi oleh adanya tradisi “perang” di masa lalu. Ketika kini, tradisi perang itu sudah hilang, pembagian kerja itu masih tampak dalam kehidupan mereka (Melalatoa, 1995:222).

  Dalam pertanian ladang, ternak dan pekerjaan dalam rumah tangga, porsi pekerjaan istri atau perempuan tampak lebih besar dari suami atau pria. Kaum pria sekarang yang tidak lagi berhubungan dengan tradisi perang lebih banyak menganggur (Melalatoa, 1995:222).

  Keadaan di atas ini menyebabkan kaum wanita merasakan bebannya terlalu berat. Ia tidak mampu mengasuh anak dalam jumlah besar. Itulah sebabnya para ibu hamil sering melakukan aborsi dengan cara-cara tradisional yang merusak kesehatan. Akibatnya kondisi fisiknya semakin lemah. Ada pula dugaan, bahwa beban yang berat itu seolah-olah menjadi alasan bagi istri untuk membenarkan atau mengharapkan suaminya kawin lagi. Dengan demikian beban yang berat tadi terbagi kepada istri-istri yang lain (Melalatoa, 1995:222-223).

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Pendekatan

  Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian di sini adalah pendekatan sosiologi sastra. Sosiologi sastra memandang karya sastra sebagai hasil interaksi pengarang dengan masyarakat, sebagai kesadaran kolektif (Nyoman, 2003:13).

  Sosiologi sastra dapat juga diartikan telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dan masyarakat, sosiologi sastra mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada (Damono, 2002:8)

  Pendekatan ini diawali dengan melakukan analisis struktural terhadap novel Sali karya Dewi Linggasari. Hasil analisis struktural tersebut digunakan sebagai dasar untuk menganalisis sosiologi sastra pada novel ini, yaitu citra perempuan dalam novel Sali: Kisah Seorang Wanita Suku Dani.

  1.7.2 Metode Penelitan

  Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya. Sebagai alat, sama dengan teori, metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami (Nyoman, 2004:34).

  Metode yang digunakan dalam paenelitian ini menggunakan metode gabungan, yakni metode derkriptif analisis. Metode deskriptif analisis adalah metode yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Nyoman, 2004:53). Metode ini digunakan untuk menganalisis unsur alur, tokoh dan penokohan, latar atau setting dalam novel Sali

  

: Kisah Seorang Wanita Suku Dani karya Dewi Linggasari. Penulis menentukan

  citra perempuan dalam novel Sali. Setelah itu, penulis memaparkan dan melaporkan hasil penelitian.

  1.7.3 Teknik Penelitian

  Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan meliputi dua hal, yakni teknik simak dan teknik catat. Teknik simak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133). Teknik simak dipergunakan untuk menyimak teks sastra yang telah dipilih sebagai bahan penelitian.Teknik catat adalah tekhnik menjaring data dengan mencatat hasil penyimakan data pada kartu data (Mastoyo, 2007 : 45). Teknik catat dipergunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap sesuai dan mendukung penulis dalam memecahkan rumusan masalah. Teknik catat merupakan tindak lanjut teknik simak.

  1.8 Sumber Data

  Judul : Sali : Kisah Seorang Wanita Suku Dani Pengarang : Dewi Linggasari Tahun Terbit : 2007 Penerbit : Kunci Ilmu Tebal : 252 halaman Ukuran : 11 x 18 cm

  1.9 Sistematika Penulisan