Pengabdian tokoh kuntara terhadap keluarga dalam novel saksi mata karya Suparto Brata : suatu tinjauan sosiologi sastra - USD Repository

PENGABDIAN TOKOH KUNTARA TERHADAP KELUARGA

  DALAM NOVEL SAKSI MATA KARYA SUPARTO BRATA SUATU TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Oleh

  SRI WULANDARI MARTHA NIM : 024114005

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

  i

  

PENGABDIAN TOKOH KUNTARA TERHADAP KELUARGA

DALAM NOVEL SAKSI MATA

KARYA SUPARTO BRATA

SUATU TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Oleh

  SRI WULANDARI MARTHA NIM : 024114005

  

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  Skripsi ini kupersembahkan unt uk: Dia yang menjadi pujaan segala iman

Ayahanda dan I bunda yang selalu mendoakan aku

Saudara yang selalu mendukungku

  Dan Alm. K akanda yang memberi inspirasi

  iv v

  

M OTO

Oleh karena itu Aku berkat a kepadamu:

M int alah, maka akan diberikan kepadamu;

Carialah, maka kamu akan mendapat ;

  

K et oklah, maka pint u akan dibukakan bagimu.

K arena setiap orang yang meminta, menerima dan

setiap orang yang mencari, mendapat dan

setiap orang yang mengetok, baginya pint u dibukakan

(L ukas, 11: 9-10)

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Sri Wulandari Martha Nomor Mahasiswa : 024114005

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

PENGABDIAN TOKOH KUNTARA TERHADAP KELUARGA DALAM

NOVEL SAKSI MATA KARYA SUPARTO BRATA SUATU TINJAUAN

SOSIOLOGI SASTRA

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupaun memberikan royalty kepada saya selamA tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 30 April 2008 Yang menyatakan

  

ABSTRAK

Martha, Sri Wulandari. 2008. Pengabdian Tokoh Kuntara terhadap Keluarga

dalam Novel Saksi Mata Karya Suparto Brata: Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

  Penelitian ini mengkaji pengabdian tokoh Kuntara terhadap keluarga dalam novel Saksi Mata karya Suparto Brata. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mendeskripsikan unsur alur, tokoh dan penokohan, dan latar atau setting dalam novel Saksi Mata , (2) mendeskripsikan pengabdian tokoh Kuntara terhadap keluarga.

  Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi sastra yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode analisis. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua hal, yakni teknik simak dan teknik catat.

  Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) alur dalam novel Saksi adalah alur maju yang terdiri dari tiga tahap. Tahap awal (beginning)

  Mata

  digambarkan pada tokoh Kuntara dalam upayanya berbohong demi kebaikan, untuk melindungi keluarganya meskipun dia harus dikucilkan keluarganya karena kesalahpahaman. Tahap tengah (middle) digambarkan pada Kuntara yang mendapat siksaan fisik dari Tuan Ichiro karena merasa telah dipermainkan oleh Kuntara. Dan dilanjutkan pada tahap akhir (end) yang digambarkan pada Kuntara bersama dan Mas Wiradad untuk membunuh Tuan Ichiro dengan cara meledakkan gedung Kitahara Butai, (2) tokoh dan penokohan meliputi Kuntara sebagai tokoh protagonis yang mempunyai sifat penyayang, ikhlas, penolong, bertanggungjawab, pemberani, mengharagai orang lain dan patuh. Tuan Ichiro adalah tokoh antagonis yang berkuasa, kejam, cerdik, penakut dan licik. Pak Okada adalah tokoh antagonis yang berprofesi sebagai guru, mempunyai sifat pengumbar nafsu dan pengecut. Bulik Rumsari adalah tokoh bawahan yang memiliki sifat rela, setia, misterius, tabah, pemberani dan mengasihi. Mas Wiradad merupakan suami Bulik Rumsari yang mempunyai sifat setia, pemberani dan bertanggungjawab. Denayu Suryo merupakan wanita bangsawan Jawa yang bersifat setia dan bertanggungjawab. Dan Mas Suryohartono adalah kepala keluarga yang bersifat bertanggungjawab, penyayang dan bijaksana, (3) latar waktu terjadi pada masa pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1944 atau tahun Jepang 2604, yakni di mana Jepang berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia setelah berhasil mengusir Belanda. Penunjukkan waktu tersebut didukung oleh adanya budaya, benda, nama dan bahasa yang mengacu pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, (4) sikap pengabdian Kuntara terhadap keluarga berupa tindakan maupun dalam bentuk batin (pikiran). Dengan sifat dan cinta kasih terhadap keluarga, Kuntara selalu berbuat kebaikan dan mengacu pada etika yang berlaku pada masyarakat Jawa yaitu sikap berbudi luhur, sikap , sikap rila, dan sikap sabar.

  nrima

  vii

  

ABSTRACT

Martha, Sri Wulandari. Dedication of The Character of Kuntara To The Family

in The Novel Saksi Mata by Suparto Brata: A Review on Sociology of Literature. Indonesia Literature Department of Sanata Dharma University: Yogyakarta.

  This research analyzed the dedication of the objective character of Kuntara to the family in the novel Saksi Mata by Sup arto Brata. The research was to: (1) describe the elements of purpose plot, character and characterization, and setting in the novel Saksi Mata, (2) describe the dedication of Kuntara’s character to his family.

  The approach which was used is a sociology literature approach which prioritizes the literature text as a basis of the study. The methods which were used in this research were an descriptive method and analysis method. The techniques which ware used in this research consist of two things, a monitor technique and a note taking technique.

  From the reslut of the research, it could be conc luded that (1) the plot in the novel Saksi Mata was forward plot consisted of three stages. The beginning stage was described in Kuntara’s character in his effort to lie for goodness to protect his family even tough he was to be isolated by his family because of misunderstanding. Middle stage was described in Kuntara who got torture from Tuan Ichiro because he he was felt being make a pool by Kuntara. Continued to the end stage which was described in Kuntara and Mas Wiradad plan to kill Tuan Ichiro by exploding Kitahara Butai building, (2) character and characterization include Kuntara as protagonis who is full of affectionate, willingness, helpful, responsible, brave, respect to the others, an obedient. Tuan Ichiro is antagonis who has power, cruel, smart, cunning, coward. Pak Okada is antagonis who work as a teacher, he is lusful and coward. Bulik Rumsari was subordinate who has attitude of willingness, loyal, mysterious, brave, and affectionate. Mas Wiradad is Bulik Rumsari’s husband who is loyal, brave ang responsible. Denayu Suryo is Javanese bourgeois who is loyal and responsible. And Mas Suryohartono is a family leader who is responsible, full of affection, and wise, (3) the setting of the time happened Japan colonial period in Indonesia in 1944 or Japan year 2604, in which Japan promised would give freedom to Indonesia after suceeded thrown away Dutch. The indication of time was supported by the existence of culture, material, name and language which refered to the struggle of the independence of Indonesia, (4) the dedication of Kuntara to his family were in action and spirit. By his love to his family, Kuntara always does goodness and referes to the ethics prevalled in Javanese society such as gracious, “nrima”, willingness and patient. viii

KATA PENGANTAR

  ix

  Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberi kelimpahan dan tuntunan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Skripsi dengan judul Pengabdian Tokoh Kuntara terhadap Keluarga dalam novel

  

Saksi Mata Karya Suparto Brata: Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra, ditulis sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Indonesia (SIND).

  Skripsi ini dapat terwujud berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.

  Drs. B. Rahmanto, M.Hum., dan S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum, selaku dosen pembimbing, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing sampai tersusunnya skripsi ini; 2. Drs. FX. Santosa, MS, Dr. I. Praptomo Baryadi, Drs. A. Hery Antono,

  M.Hum, Drs. Ary Subagyo, M.Hum, dan Dra. F. Tjandrasih Adjie M.Hum, yang telah dengan sabar mendidik penulis; 3. Para karyawan dan karyawati sekretariat Sastra dan BAAK yang selalu mempermudah pengurusan administrasi;

  4. Para karyawan dan karyawati Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu mempermudah peminjaman buku-buku;

5. Ayahanda Yohanes Soeprihadi, Ibunda Endang Sri Kusminartatik, dan

  Adiknda FX. Agung Pribadi serta almarhum Kakanda Yohanes Hadi Prasetya yang telah memberi dukungan kepada penulis;

  6. Teman spesial yang selalu mendukung penggarapan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik;

  7. Teman-teman Bengkel Sastra dan Korps Suka Rela (KSR) serta teman- teman seperjuangan Sastra Indonesia 2002 yang telah membantu penulis mewujudkan penulisan skripsi ini; 8. Teman-teman kost Brojowikalpo 1A, yang selalu membangun suasana belajar dengan baik dan teman-teman “sukarelawan” yang telah berkenan membantu penulis dengan merelakan komputernya untuk dipinjam bermalam- malam;

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Penulis mengerjakan skripsi ini dengan bantuan pihak-pihak disekitar, panduan dari buku-buku yang terdapat dalam lembar daftar pustaka. Dengan demikian, segala sesuatu yang terdapat dalam hasil penelitian ini akan menjadi tanggung jawab penulis. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, terima kasih.

  Yogyakarta, 27 Februari 2008 Penulis

  (Sri Wulandari Martha) x

  xi

  1.5.2 Teori Struktural .................................................................... 8

  1.6.3 Metode Analisis Data........................................................... 18

  1.6.2 Teknik Pengumpulan Data................................................... 17

  1.6.1 Pendekatan ........................................................................... 17

  1.6 Metode Penelitian ........................................................................... 17

  1.5.6 Pengabdian dalam Pengaruh Budaya Jawa .......................... 14

  1.5.5 Latar atau Setting.................................................................. 12

  1.5.4 Tokoh dan Penokohan.......................................................... 10

  1.5.3 Alur....................................................................................... 9

  1.5.1 Sosiologi Sastra .................................................................... 6

  

DAFTAR ISI

  1.5 Landasan Teori................................................................................ 6

  1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 5

  1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 5

  1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 5

  1.1 Latar Belakang................................................................................ 1

  BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

  KATA PENGANTAR ............................................................................................... ix DAFTAR ISI.............................................................................................................. xi

  

ABSTRACT ................................................................................................................. viii

  HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ iv MOTO ........................................................................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................... vi ABSTRAK ................................................................................................................. vii

  1.7 Sistematika Penyajian..................................................................... 19

  xii

  2.2.7 Mas Suryohartono ................................................................ 43

  4.1 Kesimpulan..................................................................................... 76

  BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 76

  3.4 Sikap Sabar ..................................................................................... 70

  3.3 Sikap Rila ........................................................................................ 67

  3.2 Sikap Nrima .................................................................................... 60

  3.1 Sikap Berbudi Luhur ....................................................................... 57

  BAB III ANALISIS SIKAP PENGABDIAN TOKOH KUNTARA TERHADAP KELUARGA DALAM NOVEL SAKSI MATA ............... 56

  2.3.3 Latar Waktu.......................................................................... 50

  2.3.2 Latar Sosial........................................................................... 48

  2.3.1 Latar Tempat ........................................................................ 44

  2.3 Latar atau Setting ........................................................................... 44

  2.2.6 Denayu Suryo ....................................................................... 42

  1.8 Sumber Data.................................................................................... 19

  2.2.5 Mas Wiradad ........................................................................ 40

  2.2.4 Bulik Rumsari ...................................................................... 39

  2.2.3 Pak Okada ............................................................................ 37

  2.2.2 Tuan Ichiro ........................................................................... 35

  2.2.1 Kuntara................................................................................. 31

  2.2 Tokoh dan Penokohan ................................................................... 30

  2.1.3 Tahap Akhir .......................................................................... 29

  2.1.2 Tahap Tengah....................................................................... 27

  2.1.1 Tahap Awal .......................................................................... 20

  2.1 Alur ................................................................................................ 20

  BAB II ANALISIS UNSUR STRUKTUR CERITA DALAM NOVEL SAKSI MATA KARYA SUPARTO BRATA.......................................... 20

  4.2 Saran .............................................................................................. 78 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 79

  xiii BIODATA PENULIS ................................................................................................ 81

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Sastra adalah karya seni, karena itu ia mempunyai sifat yang sama dengan karya seni yang lain, seperti seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan lain- lain.

  Tujuannya pun sama yaitu untuk membantu manusia menyingkapkan rahasia keadaannya untuk memberi makna pada eksistensinya, serta untuk membantu jalan ke kebenaran. Yang membedakannya dengan seni yang lain, adalah bahwa sastra memiliki aspek bahasa (Semi, 1984:39).

  Novel dapat mengungkapkan pandangan–pandangan dari suatu masyarakat pada suatu masa. Novel merupakan produk kehidupan yang banyak mengandung nilai- nilai sosial, politik, etika, religi, filsafat yang bertolak dari pengungkapan kembali fenomena kehidupan (Sardjono, 1992:10).

  Novel Saksi Mata karya Suparto Brata menggambarkan pengabdian tokoh Kuntara dalam upayanya memperjuangkan harga diri keluarga dan melindungi keluarga.

  Kuntara adalah putra tunggal Siwa Bei yang terikat pertalian keluarga dengan Denayu Suryo Drajeng Sarwosari. Sewaktu gadis, mereka pernah tinggal bersama di rumah besar Solo. Konon ketika gadis, Siwa Bei bernama Raden Ajeng Kuntarti, dan menikah dengan ayah Kuntara almarhum, yang mempunyai pangkat keraton Raden Ngabei.

  Semenjak Siwa Bei menjadi janda dan tidak punya pekerjaan, dia mengajak Kuntara pindah ke Surabaya untuk tinggal dengan keponakannya yakni Denayu Suryo yang bertempat di bekas perkampungan Belanda. Selain mereka, di rumah tersebut juga tinggal Mas Suryohartono, Mas Darkiman dan Bulik Rumsari, di mana seluruh anggota keluarga yang tinggal di sana masih terikat pertalian keluarga Istana Prabukencanan.

  Novel tersebut menggambarkan masa pendudukan Jepang pada tahun 1944 atau tahun 2604 sesuai dengan penanggalan Jepang. Pada masa itu Jepang berjanji untuk memberikan kemerdekaan bagi Indonesia. Namun demikian, karena lama tinggal dan berkuasa di Indonesia, membuat mereka semena- mena terhadap warga pribumi. Hal inilah yang menjadi keperihatinan Kuntara ketika mengetahui Bulik Rumsari menjadi korban ketidakmanusiawian Kolonel Ichiro Nishizumi, orang Jepang yang berkuasa di tanah Jawa. Bulik Rumsari bercerita kepada Kuntara bahwa dia diboyong Tuan Ichiro secara paksa dari Istana Prabukencanan ke Surabaya untuk diangkat sebagai sekretaris pribadi di kantor pabrik Asko sekaligus menjadi gundiknya. Karena cintanya yang membabi buta, Tuan Ichiro tidak menghiraukan status Bulik Rumsari yang sudah menikah dengan Mas Wiradad.

  Selain itu, Bulik Rumsari juga hampir menjadi korban pemerkosaan yang dilakukan oleh Pak Okada, yakni orang Jepang yang berprofesi sebagai guru bahasa Jepang di sekolah Kuntara. Saat itu Bulik Rumsari yang hendak menyusun siasat dengan Mas Wiradad di bungker perlindungan, telah berhasil mencuri dokumen penting milik Tuan Ichiro dan memasang bom di kantor pabrik Asko. Tiba-tiba Pak Okada masuk dan hendak memperkosa Bulik Rumsari. Tapi karena Bulik Rumsari berusaha melawan, Pak Okada menusukkan pedang samurainya dan segera meninggalkan bungker perlindungan yang pada saat itu sedang sepi.

  Kuntara berusaha menutupi jati diri dan kronologi kematian Bulik Rumsari juga usahanya untuk menghancurkan Tuan Ichiro, karena apabila anggota keluarga yang lain tahu dan tidak kuat pendiriannya mereka pasti akan mengungkapkan kejujuran ketika diintrogasi oleh Tuan Ichiro, sehingga dapat menghanc urkan seluruh anggota keluarga. Selain itu, hal tersebut sudah menjadi tanggungjawab Kuntara yang berjanji pada Bulik Rumsari untuk tidak membuka rahasia tentang dirinya kepada siapa pun. Maka dari itu Kuntara berbohong kepada keluarga, Tuan Ichiro dan Pak Okada untuk menghindari pengusutan lebih lanjut, karena dengan begitu Kuntara berpeluang untuk membalas secara sembunyi-sembunyi sekaligus melindungi dan memperjuangkan harga diri keluarganya.

  Berbeda dengan banyak suku lain di Indonesia ini, masyarakat Jawa tidak mengenal sistem marga. Meskipun demikian, hubungan kekeluargaan di luar keluarga dianggap sangat penting. Demikian juga keturunan dari seorang nenek moyang yang sama merupakan faktor penting dalam masyarakat Jawa dan dianggap sebagai kelompok yang termasuk kerabat (Sardjono, 1992:14-15).

  Dalam penelitian ini, pengertian keluarga menurut penulis adalah sekelompok orang yang terdiri dari keluarga inti (ayah, ibu dan anak) dan keluarga besar yang masih terikat oleh hubungan darah dan perkawinan.

  Munculnya pengabdian karena adanya rasa tanggungjawab. Sedangkan mengabdi adalah suatu penyerahan diri kepada seorang yang dianggap lebih dan pada umumnya dilakukan dengan tulus ikhlas, bahkan diikuti dengan pengorbanan, dapat berupa materi, perasaan, maupun jiwa raga (Rusydi, 1985:43).

  Penulis memilih topik penelitian berupa pengabdian tokoh Kuntara terhadap keluarga karena sikap tersebut diwujudkan dengan keberanian yang mempertaruhkan nyawa dan nama baiknya demi melindungi dan memperjuangkan harga diri kelua rganya, terlebih lagi pengabdian tersebut dilandasi oleh rasa tanggungjawab, tulus ikhlas, pengorbanan berupa perasaan dan jiwa raga. Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk menelaah lebih lanjut.

  Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan sosiologi sastra, yakni mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan. Metode yang dipergunakan dalam sosiologi sastra ini adalah analisis teks untuk mengetahui strukturnya, untuk kemudian dipergunakan memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang diluar sastra (Damono, 1979:3).

  Di dalam menganalisis novel Saksi Mata ini, juga tidak meninggalkan analisis struktural, yaitu meneliti unsur-unsur intrinsik karya sastra. Langkah awal ini diambil oleh penulis dengan maksud untuk memahami karya sastra yang dilakukan melalui analisis unsur intrinsik yang diteliti meliputi alur, tokoh dan penokohan, latar atau setting.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasar latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

  1.2.1 Bagaimanakah unsur-unsur alur, tokoh dan penokohan, latar atau

  

setting dalam novel Saksi Mata karya Suparto Brata?

  1.2.2 Bagaimanakah pengabdian tokoh Kuntara terhadap keluarga dalam novel Saksi Mata karya Suparto Brata?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian yang digunakan untuk penganalisaan adalah sebagai berikut:

  1.3.1 Mendeskripsikan unsur-unsur alur, tokoh dan penokohan, latar atau

  setting dalam novel Saski Mata karya Suparto Brata.

  1.3.2 Mendeskripsikan pengabdian tokoh Kuntara terhadap keluarga dalam novel Saksi Mata karya Suparto Brata.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai aspek, yakni:

  1.4.1 Dari segi praktis, penulisan ini bermanfaat untuk meningkatkan apresiasi kesusastraan Nusantara, khususnya novel Saksi Mata karya Suparto Brata.

  1.4.2 Dalam bidang sastra, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah kritik sastra, khususnya bidang sosiologi sastra.

  1.4.3 Dalam bidang sosiologi, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang pengabdian terhadap keluarga.

1.5 Landasan Teori

  Untuk meneliti pengabdian tokoh Kuntara terhadap keluarga, penulis akan memanfaatkan 3 landasan teori, yakni teori sosiologi sastra, teori struk tural, dan teori pengabdian dalam pengaruh budaya Jawa.

1.5.1 Sosiologi Sastra

  Sapardi Djoko Damono dalam Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar

  

Ringkas menyatakan bahwa pendekatan sosiologi sastra merupakan

  perkembangan dari pendekatan mimetik yang memahami karya sastra dalam hubungannya dengan realitas dan aspek sosial kemasyarakatan. Pendekatan tersebut dilatarbelakangi ole h fakta bahwa keberadaan karya sastra tidak dapat terlepas dari realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat.

  Pendekatan sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan ini oleh beberapa ahli disebut sosiologi sastra. Istilah itu pada dasarnya tidak berbeda pengertiannya dengan sosiosastra, pendekatan sosiologis, atau pendekatan sosiokultural terhadap sastra (Damono, 1979: 2).

  Dalam novel Saksi Mata dipahami dalam hubungannya dengan budaya Jawa, yakni sikap mengabdi terhadap keluarga yang dilakukan tanpa pamrih dengan penuh tanggung jawab. Pengabdian yang dilakukan Kuntara diwujudkan dalam usahanya untuk melindungi dan memperjuangkan harga diri keluarganya yang telah dilecehkan oleh Jepang. Dalam usahanya tersebut Kuntara tetap menjalankan etika dala m bersikap selayaknya anak laki- laki yang terikat sebagai anggota keluarga Istana Prabukencanan.

  Menurut Damono ada dua kecenderungan utama dalam telaah sosiologis terhadap sastra. Pertama, pendekatan yang berdasarkan anggapan bahwa sastra merupakan cermin proses sosial ekonomis belaka. Pendekatan itu bergerak dari faktor- faktor di luar sastra untuk membicarakan sastra; sastra hanya berharga dalam hubungannya dengan faktor- faktor di luar sastra itu sendiri. Jelas bahwa dalam pendekatan ini teks sastra tidak dianggap utama, hanya dianggap

  

ephinomenon (gejala kedua). Kedua, pendekatan yang mengutamakan teks sastra

  sebagai bahan penelaahan. Metode yang digunakan dalam sosiologi sastra ini adalah analisis teks untuk mengetahui strukturnya. Kemudian dipergunakan untuk memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang ada di luar sastra (Damono, 1979: 2-3).

  Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sosiologi menurut pengertian yang kedua.

1.5.2 Teori Struktural

  Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetil dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua analisis dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984 : 135).

  Berbicara tentang struktur karya sastra bila dikaitkan dengan novel, Pradopo mengatakan bahwa, novel merupakan sebuah struktur. Struktur di sini dalam arti bahwa novel itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur- unsurnya terjadi hubungan yang timbal-balik, saling menentukan, oleh karena itu unsur-unsur dalam novel bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal- hal yang berdiri sendiri, melainkan hal yang saling terkait, saling berkaitan dan saling bergantung (Pradopo, 1987 : 18).

  Pendapat itu telah diperkuat oleh pendapat Sudjiman yang mengatakan bahwa antara tokoh, alur, latar dan tema itu saling kait mengait. Unsur- unsur itu tidak bisa berdiri sendiri. Ada interaksi antara unsur-unsur itu (Sudjiman, 1988 : 40).

  Dengan demikian jelaslah bahwa analisis sosiologi sastra tetap tidak dapat dipisahkan dari analisis struktural karena pada hakikatnya karya sastra adalah sebuah struktur yang bermakna. Untuk dapat memahami secara utuh, karya sastra harus diuraikan unsur-unsur pembentuknya, hubungan antara unsur-unsur pembentuk itu dan hubungan timbal balik antara unsur- unsur pembentuk dengan keseluruhannya (Pradopo, 1995: 108).

  Dalam penelitian ini, analisis diarahkan pada analisis teks itu sendiri. Di dalam teks teks ini terdapat unsur alur, tokoh dan penokohan, latar atau setting.

  Unsur sosiologis para tokoh juga terdapat dalam teks ini khususnya pengabdian tokoh Kuntara.

1.5.3 Alur

  Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Istilah alur dalam hal ini sama dengan istilah plot maupun struktur cerita (Aminuddin, 1991 : 83).

  Alur adalah peristiwa-peristiwa yang diurutkan yang membangun tulang punggung cerita. Peristiwa-peristiwa tidak hanya meliputi yang bersifat fisik seperti cakapan/ lakuan, tetapi juga termasuk perubahan sikap tokoh yang merubah jalan nasib (Sudjiman, 1988: 30).

  Aristoteles mengemukakan bahwa sebuah plot haruslah terdiri dari tahap awal (beginning), tahap tengah (midle) dan tahap akhir (end) (Nurgiyantoro, 1995:142).

  Tahap awal disebut juga sebagai tahap perkenalan yang berfungsi memberikan informasi dan penjelasan tentang latar, seperti nama- nama tempat, suasana alam, waktu kejadiannya, yang pada garis besarnya berupa deskripsi

  

setting . Selain itu tahap awal juga sering dipergunakan untuk pengenalan tokoh (-

  tokoh) cerita, mungkin berwujud deskripsi fisik dan perwatakannya (Nurgiyantoro, 1995 : 142). Pada tahap ini konflik sedikit demi sedikit juga sudah mulai dimunculkan. Masalah (- masalah) yang dihadapi tokoh yang menyulut terjadinya konflik, pertentangan-pertentangan yang akan memuncak di bagian tengah cerita mulai dihadirkan dan diurai (Nurgiyantoro, 1995 : 142-145).

  Tahap tengah atau disebut tahap pertikaian, menampilkan pertentangan dan atau konflik yang sudah dimunculkan pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat. Konflik tersebut dapat berupa konflik internal yang terjadi dalam diri seorang tokoh maupun konflik eksternal yang terjadi antar tokoh cerita.

  Dalam tahap ini klimaks ditampilkan ketika konflik (utama) telah mencapai intensitas tertinggi (Nurgiyantoro, 1995 : 145).

  Tahap akhir disebut sebagai tahap peleraian yang menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks Jadi, bagian ini misalnya (antara lain) berisi bagaimana kesudahan cerita atau akhir sebuah cerita (N urgiyantoro, 1995 : 146).

1.5.4 Tokoh dan Penokohan

  Sudjiman berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita.

  Berdasarkan fungsi dalam cerita, tokoh dibagi menjadi dua macam, yakni tokoh utama (protagonis), tokoh lawan (antagonis) (Nurgiyantoro, 1995: 129).

  Selain kriteria tokoh tersebut, Sudjiman juga menambahkan kriteria tokoh yang lain, yakni tokoh bawahan.

  Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, secara populer sering disebut pahlawan, dan merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai- nilai ideal bagi kita (Nurgiyantoro, 1995: 129).

  Tokoh utama protagonis selalu menjadi tokoh sentral dalam cerita. Ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam kisahan. Kriterium yang digunakan untuk menentukan tokoh utama adalah bukan hanya pada frekuensi kemunculan tokoh itu dalam cerita, melainkan intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa yang membangun cerita. Tokoh protagonis dapat juga ditentukan dengan memperhatikan hubungan dengan tokoh lain (Sudjiman, 1988: 17-18).

  Protagonis mewakili yang baik dan terpuji. Oleh karena itu tokoh protagonis menarik minat pembaca, sedangkan tokoh antagonis mewakili pihak yang jahat atau yang salah. Sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama (Sudjiman, 1988: 17-19).

  Penokohan ialah kualitas tokoh, nalar dan jiwanya yang membedakan dengan tokoh lain (Sudjiman, 1988: 23). Penokohan adalah cara pandang melukiskan tokoh-tokoh dalam cerita yang ditulisnya (Tjahjono, 1988: 138).

  Menurut Altenbernd dan Lewis, secara garis besar ada dua teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya, yakni teknik ekspositori (expository) dan teknik dramatik (dramatic). Teknik ekspositori adalah teknik pelukisan tokoh cerita dengan cara memberikan deskripsi, uraian dan penjelasan secara langsung, sedangkan teknik dramatik merupakan teknik pelukisan tokoh yang dilakukan secara tidak langsung, artinya pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh, menyiasati para tokoh cerita untuk menunjukkan kehadirannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan baik secara verbal lewat kata maupun non verbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi (Nurgiyantoro, 1995 : 194-198).

  Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti tentang penokohan yang terdapat dalam novel Saksi Mata. Penulis akan meneliti tokoh Kuntara sebagai tokoh utama protagonis yang kemudian diteliti secara sosiologis kaitannya dengan pengabdian tokoh Kuntara dalam melindungi dan memperjuangkan harga diri keluarganya.

1.5.5 Latar atau Setting

  Unsur-unsur latar dapat dibedakan menjadi tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan, atau paling tidak tak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan karena masing- masing tempat tentu memiliki karakteristiknya sendiri yang membedakannya dengan tempat yang lain. Pengangkatan suasana kedaerahan, sesuatu yang mencerminkan local colour, akan menyebabkan latar tempat menjadi unsur yang dominan dalam karya yang bersangkutan. Namun, perlu ditegaskan bahwa sifat ketipikalan daerah tak hanya ditentukan oleh rincinya deskripsi lokasi, melainkan terlebih harus didukung oleh sifat kehidupan sosial masyarakat penghuninya. Tempat menjadi sesuatu yang bersifat khas, tipikal dan fungsional yang mempengaruhi pengaluran dan penokohan (Nurgiyantoro, 1995 : 227-228).

  Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi, yakni berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Latar sosial memang dapat secara meyakinkan penggambaran suasana kedaerahan, local colour, warna setempat daerah tertentu melalui kehidupan sosial masyarakat. Selain hal-hal tersebut, dapat pula berupa dan diperkuat dengan penggunaan bahasa daerah atau dialek tertentu (Nurgiyantoro, 1995 : 223-225).

  Latar waktu berhubungan dengan “waktu” kapan terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Segala sesuatu yang menyangkut hubungan waktu, langsung atau tidak langsung, harus berkesesuaian dengan waktu sejarah yang menjadi acuannya. Pembaca berusaha memahami dan menikmati cerita berdasarkan acuan waktu yang diketahuinya yang berasal dari luar cerita yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 1995:230).

  Latar waktu dalam novel Saksi Mata tersebut sangat dominan dan fungsional, penulis mengamati bahwa unsur-unsur tersebut mempengaruhi perkembangan plot dan keseluruhan cerita.

  Unsur “waktu “ yang dimaksud dapat berupa apa pun, misalnya situasi dan keadaan pada suatu tempat, budaya, benda-benda tertentu, nama, bahkan juga bahasa yang hanya dimiliki (atau telah dimiliki) oleh waktu tertentu, bukan dalam waktu yang lain (Nurgiyantoro, 1995 : 237).

  Dalam penelitian ini penulis akan meneliti latar sebagai landasan peristiwa terkait dengan penceritaan tokoh Kuntara.

1.5.6 Pengabdian dalam Pengaruh Budaya Jawa

  Sujarwo (1999:112) mengemukakan pengabdian merupakan manusia, baik itu berupa pikiran, pendapat, kasih sayang, tenaga, maupun rasa hasrat yang dilakukan secara ikhlas. Timbulnya pengabdian ini didasari oleh adanya rasa tanggung jawab.

  Munculnya pengabdian karena adanya rasa tanggung jawab, pengabdian adalah perihal yang berhubungan dengan mengabdi. Sedangkan mengabdi adalah suatu penyerahan diri kepada sesuatu yang dianggap lebih, pada umumnya dilakukan dengan tulus ikhlas, bahkan diikuti dengan pengorbanan. Dalam hal ini pengorbanan berarti suatu pemberian untuk menyatakan seseorang berbakti yang dapat berupa materi, perasaan maupun jiwa raga (Rusydi dkk, 1985: 43).

  Dalam penelitian ini pengertian pengabdian menurut penulis adalah sikap dalam bentuk batin dan tindakan untuk berbakti kepada sesuatu yang dianggap lebih dengan bertanggungjawab, ikhlas dan berkorban materi, perasaan maupun jiwa raga.

  Menurut Sujarwo (1999:112) ada empat macam pengabdian, yaitu (a) pengabdian terhadap keluarga, (b) pengabdian terhadap masyarakat, (c) pengabdian terhadap negara dan (d) pengabdian terhadap Tuhan. Dalam penelitian ini, penulis hanya akan meneliti dengan menggunakan teori pengabdian terhadap keluarga.

  Dalam penelitian ini penulis hanya akan menganalisis pengabdian Kuntara terhadap keluarga. Menurut Rusydi dalam Ilmu Budaya Dasar, pada hakikatnya manusia hidup itu dalam keluarga dan mengabdi kepada keluarga. Hidup dalam keluarga didasarkan kasih sayang dan cinta kasih. Kasih sayang ini mengandung makna adanya pengabdian. Apabila kasih s ayang yang tidak disertai pengabdian berarti kasih sayang tersebut semu dan palsu (Rusydi dkk, 1985: 44).

  Menurut Magnis-Suseno, sikap batin yang tepat dalam etika masyarakat Jawa terdiri dari tujuh sikap yakni meliputi, sikap sepi ing pamrih, sikap sabar, sikap nrima, sikap iklas, sikap rila, sikap jujur, sikap sederhana, dan sikap berbudi luhur. Adapun penulis menentukan batasan sikap dalam penelitian ini, yakni suatu bentuk batin yang diwujudkan dalam tindakan seseorang.

  Dalam penelitian ini, penulis hanya akan menggunakan empat sikap batin yang tepat, yang meliputi sikap berbudi luhur, sikap nrima, sikap rila dan sikap sabar. Hal tersebut dilakukan dengan asumsi bahwa pembahasan mengenai sikap tersebut memadai untuk menganalisis pengabdian tokoh Kuntara terkait dalam upayanya untuk melindungi dan memperjuangkan harga diri keluarganya. Adapun sikap batin yang tepat yang dilakukan Kuntara terhadap keluarga adalah sebagai berikut.

  Sikap berbudi luhur, yakni mempunyai perasaan tepat bagaimana cara bersikap terhadap orang lain, apa yang bisa dan apa yang tidak bisa dilakukan dan dikatakan (Magnis-Suseno, 1985:144).

  Sikap nrima adalah menerima segala apa yang mendatangi kita tanpa protes dan pemberontakan (Magnis-Suseno, 1985 : 143), tetapi tetap bereaksi secara wajar dan bisa membawa diri dalam situasi seperti itu, dan menunjukkan suatu kemampuan batin untuk menerima keadaan (Sardjono, 1992 : 20).

  Sikap rila adalah kesanggupan untuk melepaskan, sebagai kesediaan untuk melepaskan hak milik, kemampuan-kemampuan dan hasil pekerjaan sendiri apabila itu yang menjadi tanggungjawab atau nasib (Magnis-Suseno, 1985:143- 144).

  Sikap sabar adalah mempunyai nafas panjang dalam kesadaran bahwa pada waktunya nasib yang baik akan pun akan tiba (Magnis-Suseno, 1985 : 143).

  Sikap ini terwujud dalam keadaan yang tidak tergesa-gesa. Tidak khawatir dalam menyikapi sesuatu. Memiliki kesadaran akan terjadinya segala sesuatu itu sebagaimana memang sudah semestinya terjadi (Sardjono, 1992 : 21).

  Dalam penelitian ini, pengertian keluarga menurut penulis adalah sekelompok orang yang terdiri dari keluarga inti (ayah, ibu dan anak) dan keluarga besar yang masih terikat oleh hubungan darah dan perkawinan.

  Penulis akan menggunakan teori tersebut untuk meneliti pengabdian tokoh Kuntara terhadap keluarga dalam novel Saksi Mata karya Suparto Brata terkait dalam usahanya untuk melindungi dan memperjuangkan harga diri keluarganya.

1.6 Metode Penelitian

  Untuk meneliti pengabdian tokoh Kuntara terhadap keluarga, penulis akan memanfaatkan 3 metode penelitian, yakni pendekatan, analisis data, dan teknik pengumpulan data.

  1.6.1 Pendekatan

  Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi sastra. Diawali dengan melakukan analisis struktural terhadap novel

  

Saksi Mata karya Suparto Brata untuk membongkar dan memaparkan secermat,

  seteliti, dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua analisis dan aspek karya sastra yang sama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Hasil analisis struktural tersebut digunakan sebagai dasar untuk menganalisis pengabdian tokoh Kuntara terhadap keluarga dalam novel Saksi Mata karya Suparto Brata.

  1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

  Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan meliputi dua hal, yakni teknik simak dan teknik catat. Teknik simak dipergunakan untuk menyimak teks sastra yang telah dipilih sebagai bahan penelitian. Teknik catat dipergunakan untuk mencatat hal- hal yang dianggap sesuai dan mendukung penulis dalam memecahkan rumusan masalah. Teknik catat merupakan tindak lanjut dari teknik simak.

1.6.3 Metode Analisis Data

  Metode adalah cara kerja untuk memahami suatu objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Suatu metode yang dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya dengan objek yang bersangkutan (Yudiono, 1986: 14).

  Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi metode deskriptif dan me tode analisis. Metode deskriptif diartikan sebagai pemecah masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya untuk memberikan bobot lebih tinggi pada metode ini (Namawi dan Martini, 1994:73). Selain itu, penelitian deskriptif di sini adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlawanan terhadap obyek yang diteliti (Kontur, 2003:105).

  Data-data yang diperoleh dari metode deskriptif tersebut kemudian dianalisis dengan tujuan untuk mengambarkan secara tepat pengabdian yang terdapat dalam novel Saksi Mata.

  Metode analisis digunakan untuk menganalisis unsur alur, tokoh dan penokohan, latar atau setting dalam novel Saksi Mata karya Suparto Brata.

  Metode tersebut juga dimanfaatkan oleh penulis untuk menganalisis sikap-sikap pengabdian tokoh Kuntara terhadap keluarga. Setelah itu penulis memaparkan dan melaporkan hasil analisis ini.

  1.7 Sistematika Penyajian

  Untuk mempermudah pemahaman tehadap proses dan hasil penelitian ini dibutuhkan suatu sistematika yang jelas. Sistematika penyajian dari penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut. Bab satu merupakan pendahuluan yang berisi latar balakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, pendekatan, metode penelitian, teknik penelitian, sumber data dan sistematika penyajian. Bab dua merupakan analisis unsur alur, tokoh dan penokohan, latar atau setting dalam novel Saksi Mata karya Suparto Brata. Bab tiga merupakan analisis tentang pengabdian tokoh Kuntara terhadap keluarga dalam novel Saksi Mata karya Suparto Brata. Bab empat merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

  1.8 Sumber Data

  Judul : Saksi Mata Pengarang : Suparto Brata Penerbit : Kompas Tebal : X + 434 Tahun : 2002

BAB II ANALISIS UNSUR STRUKTUR CERITA DALAM NOVEL SAKSI MATA KARYA SUPARTO BRATA Pada bab berikut, akan dianalisis unsur intrinsik dalam novel Saksi Mata karya Suparto Brata. Unsur intrinsik yang akan dianalisis dititikberatkan

  pada unsur alur, tokoh dan penokohan, latar atau setting karena unsur alur, tokoh dan penokohan, latar atau setting berpengaruh terhadap perjalanan hidup dan sikap tokoh Kuntara. Dengan meneliti ketiga unsur tersebut, diharapkan makna keseluruhan novel Saksi Mata karya Suparto Brata dapat dipahami yakni terkait dengan pengabdian tokoh Kuntara terhadap keluarga untuk melindungi dan memperjuangkan harga diri keluarganya. Ketiga unsur tersebut akan dianalisis sebagai berikut.

2.1 Alur

  Pembahasan mengenai alur dalam penelitian ini meliputi tahap awal (beginning), tahap tengah (midle) dan tahap akhir (end).

2.1.1 Tahap Awal

  Tahap awal dalam novel Saksi Mata karya Suparto Brata merupakan tahap perkenalan yang berfungsi memberikan penjelasan tentang deskripsi setting, dalam hal ini meliputi nama-nama tempat, suasana alam dan waktu kejadiannya.

  Selain itu, pada tahap ini juga dipergunakan untuk memperkenalkan tokoh (-tokoh) cerita, yang berwujud deskripsi fisik dan perwatakannya. Adapun pada tahap ini masalah (- masalah) yang menyulut terjadinya konflik sudah mulai dimunculkan.

  Penceritaan diawali dengan penggambaran keadaan Indonesia pada tahun 1944 atau 2604 sesuai dengan penanggalan Jepang. Pada waktu itu Jepang menduduki Indonesia dengan tujuan untuk membantu mengusir Belanda dari tanah air, selain itu Jepang juga memberi janji bahwa suatu saat Indonesia Indone sia diperkenankan untuk merdeka yang digambarkan dalam kutipan berikut.

  (1) Tanggal 17 September 2604 pada sidang istimewa Teikoku Ginkai di Tokyo, Perdana Mentri Koiso mengumumkan tentang pendirian pemerintahan kemaharajaan Nippon, bahwa daerah Hindia Timur, yaitu Indonesia, diperkenankan merdeka di kelak kemudian hari (hlm.4).

Dokumen yang terkait

Analisis kepribadian tokoh Nedena dalam novel Dadaisme karya Dewi Sartika : suatu tinjauan psikologi sastra, dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I.

2 8 167

Kekerasan personal terhadap tokoh utama, Mawa dalam novel Merajut Harkat karya Putu Oka Sukanta : sebuah tinjauan sosiologi sastra.

0 0 109

Konflik batin tokoh Mata Hari dalam novel Namaku Mata Hari karya Remy Sylado dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA : suatu tinjauan psikologi sastra.

7 37 211

Konflik batin tokoh Setadewa dalam novel Burung-burung Manyar karya Yb. Mangunwijaya dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA : suatu tinjauan psikologi sastra.

4 60 210

Konflik batin tokoh Keenan dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari : tinjauan psikologi sastra dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA.

2 39 157

Konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA : suatu tinjauan psikologi sastra.

0 5 140

Citra wanita Bali dalam novel Kenanga karya Oka Rusmini : tinjauan sosiologi sastra.

1 10 84

Kekerasan personal terhadap tokoh utama, Mawa dalam novel Merajut Harkat karya Putu Oka Sukanta sebuah tinjauan sosiologi sastra

0 9 107

Konflik batin tokoh Mata Hari dalam novel Namaku Mata Hari karya Remy Sylado dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA suatu tinjauan psikologi sastra

1 26 209

Penyebab dan tipe kenakalan tokoh nayla dalam novel nayla karya Djenar Maesa Ayu tinjauan psikologi sastra - USD Repository

0 0 85