BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Minat Belajar - PENGARUH MINAT DAN DISIPLIN SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS IV SEKOLAH DASAR SE-UPK KARANGLEWAS - repository perp

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Minat Belajar

  a. Minat Belajar Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan (Slameto,

  2010:57). Minat adalah kecenderungan subjek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu (Winkel, 1986:158). Simpulan dari beberapa pengertian diatas bahwa minat merupakan rasa ketertarikan terhadap suatu bidang atau objek tertentu sehingga menimbulkan rasa senang dan tertarik.

  b. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar Minat belajar seseorang tidaklah selalu stabil, melainkan selalu berubah. Slameto (2010:54) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi minat itu sebagai berikut: 1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri siswa. Faktor intern tersebut, diantaranya; faktor jasmaniah, faktor rohaniah, dan faktor kelelahan. 2) Faktor eksternal adalah semua faktor yang ada diluar individu: keluarga, masyarakat dan sekolah.

  6 c. Indikator minat belajar Indikator minat belajar yaitu perasaan senang, ketertarikan siswa, perhatian, serta keterlibatan siswa (Safari, 2003:60). Teori tersebut mendukung tentang indikator-indikator minat yang berkenaan dengan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah, maka dapat disimpulkan beberapa indikator minat belajar dalam penelitian ini, yaitu : 1) Perasaan senang

  Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka ia akan menerima pelajaran tersebut dengan senang, terus menerus mempelajarinya, tidak merasa terpaksa dalam belajar dan tidak merasakan bosan akan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri. Instrumen dalam penelitian ini menunjukkan indikator perasaan senang adalah menerima pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan senang, terus menerus belajar dan tidak merasa bosan dalam mempelajarinya.

  2) Perhatian dalam belajar Aktivitas yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih sukses dan prestasinya pun akan lebih tinggi. Seorang siswa yang mempunyai perhatian terhadap suatu pelajaran, ia pasti akan berusaha keras untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu akan memberikan perhatian lebih, memiliki konsentrasi dalam belajar dan mengikuti penjelasan guru serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

  3) Ketertarikan pada materi pelajaran Siswa yang memiliki ketertarikan pada materi pelajaran

  Pendidikan Kewarganegaraan, ia akan berusaha untuk mencari tantangan pada isi pelajaran yang dikaji khususnya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, mencari contoh sesuai dengan keadaan sekarang yang berkaitan dengan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan secara terus menerus akan membahas materi pelajaran itu.

  4) Keterlibatan siswa Siswa yang sudah memiliki rasa senang dan tertarik pada suatu mata pelajaran maka siswa tersebut akan lebih aktif terlibat dalam pembelajaran tersebut contohnya dalam hal tanya jawab tentang materi yang sedang diajarkan.

  d. Pengertian Belajar Secara Umum Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti; berubah pengetahuannya, pemahamannya sikap dan tingkah lakunya, terampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana,

  2010:28). Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya (Dalyono, 2010:49).

  Belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2). Simpulan dari pengertian- pengertian di atas, bahwa belajar merupakan suatu proses menuju perubahan dalam berbagai aspek pada seorang individu. Ciri-ciri perubahan tingkah laku menurut Slameto (2010:3) adalah: 1) Perubahan terjadi secara tidak sadar.

  2) Perubahan dalam belajar bersifat continue dan fungsional. 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku 2.

   Pengetian Disiplin Siswa

  a. Pengertian Disiplin Disiplin merupakan tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan peraturan. (Kementrian

  Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat

  Kurikulum, 2011: 9). Disiplin adalah ketaatan peserta didik terhadap peraturan yang ditetapkan selama kegiatan belajar di sekolah (Hidayat, 2013:95). Disiplin belajar menurut Ardi (2012:65) merupakan usaha untuk membina kesadaran siswa secara terus menerus dalam belajar agar belajar dengan baik sesuai dengan fungsinya yang tergabung dalam suatu organisasi dan tunduk pada aturan-aturan yang telah ada. Nawawi (dalam Ardi, 2012:65) mengemukakan bahwa disiplin belajar siswa adalah usaha untuk membina secara terus menerus kesadaran dalam bekerja atau belajar dengan baik dalam arti setiap orang menjalankan fungsinya secara aktif.

  Simpulan pengertian disiplin belajar dari beberapa ahli di atas adalah suatu perbuatan mentaati tata tertib, atau kepatuhan dalam pemanfaatan waktu untuk belajar secara efektif dan efisien. Disiplin belajar siswa mencakup aspek-aspek suasana tertib, taat, tekun, dan ulet. Disiplin sangat diperlukan karena disiplin dapat melahirkan semangat menghargai waktu, bukan menyia-nyiakan waktu. Orang-orang yang berhasil dalam belajar dan berkarya disebabkan karena selalu menempatkan disiplin di atas semua tindakan dan perbuatan. b. Unsur-Unsur Disiplin Unsur-unsur disiplin yang diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang diterapkan kelompok sosial mereka (Hurlock , 1999:84). Unsur- unsur tersebut adalah sebagai berikut : 1) Peraturan

  Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut bisa ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman bermain. Tujuan peraturan tersebut adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi- situasi tertentu. Contoh peraturan sekolah yaitu mengatakan pada siswa tindakan yang harus dan tindakan yang tidak boleh dilakukan sewaktu berada di dalam kelas, lapangan sekolah, dan di kantin. Peraturan berfungsi mendidik sebab peraturan memperkenalkan pada siswa perilaku yang disetujui anggota kelompok tersebut. Peraturan juga membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. 2) Hukuman

  Hukuman mempunyai peran antara lain menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat, mendidik anak membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat.

  3) Penghargaan Penghargaan berarti setiap bentuk pemberian untuk suatu hasil yang baik. Penghargaan mempunyai nilai mendidik, sebagai motivasi untuk mengulang perilaku yang disetujui secara sosial, memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial.

  4) Konsistensi Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas.

  Ia tidak sama dengan ketetapan yang berarti tidak adanya perubahan, sebaliknya artinya ialah suatu kecenderungan menuju kesamaan. Konsistensi harus menjadi ciri semua aspek disiplin. Konsistensi harus ada dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam cara peraturan ini diajarkan dan dipaksakan sebagai hukuman yang diberikan pada mereka yang tidak menyesuaikan pada standar dan diberikan penghargaan bagi mereka yang menyesuaikan.

  c. Indikator Disiplin Indikator disiplin ada dua jenis, yaitu disiplin waktu dan disiplin perbuatan. Moenir (dalam Mujiyanto, 2014:61) mengungkapkan mengenai disiplin ada dua jenis yang sangat dominan, kedua disiplin itu adalah disiplin dalam hal waktu dan disiplin dalam hal kerja atau perbuatan. Jenis-jenis disiplin tersebut merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan serta saling mempengaruhi. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

  1) Disiplin Waktu Disiplin waktu meliputi; ketepatan waktu dalam belajar, mencakup datang dan pulang sekolah tepat waktu, mulai dari selesai belajar di rumah dan di sekolah tepat waktu, tidak meninggalkan kelas atau membolos saat pelajaran, menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan. 2) Disiplin perbuatan

  Disiplin perbuatan meliputi patuh dan tidak menentang peraturan yang berlaku, tidak malas belajar, tidak menyuruh orang lain bekerja demi dirinya, tidak suka berbohong, tingkah laku menyenangkan, mencakup tidak mencontek, tidak membuat keributan, dan tidak mengganggu orang lain yang sedang belajar.

3. Pengertian Prestasi Belajar

  a. Pengertian Prestasi Belajar Winkel (1986: 162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Nasution (dalam Hamdu, 2011:92) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat, prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni; kognitif, afektif, dan psikomotor. Simpulan prestasi belajar dari para ahli di atas bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku mencakup tiga aspek (kognitif, afektif dan motorik) seperti penguasaan, penggunaan dan penilaian berbagai pengetahuan dan keterampilan sebagai akibat atau hasil dari proses belajar dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang tertuang dalam bentuk nilai yang diberikan oleh guru.

  b. Faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Prestasi yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dalam diri siswa maupun luar diri siswa. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Slameto, 2010:2). Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Faktor Intern

  a) Kematangan fisik dan mental Pendidikan akan diterima dengan baik jika muatan pendidikan yang diberikan tersebut sesuai dengan tingkat kematangan fisik dan mental seseorang. Pendidikan apabila diberikan secara paksa dengan tidak memperhatikan faktor kematangan fisik dan psikis, maka pendidikan tersebut dipastikan tidak akan memperoleh keberhasilan, bahkan mungkin akan memberikan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Kematangan psikis ini juga termasuk kondisi kejiwaan, misalnya gelisah, cemas, depresi, dan sebagainya. Seorang siswa yang sedang mengalami gangguan kondisi kejiwaan cenderung akan terganggu proses belajarnya dan secara langsung akan berpengaruh negatif pada prestasi belajar yang diperoleh.

  b) Kecerdasan atau intelegensi Kecerdasan atau intelegensi adalah kapasitas umum dari seseorang individu yang dapat dilihat pada kesanggupan pikirannya dalam mengatasi tuntutan kebutuhan yang baru, atau keadaan rohaniah secara umum yang dapat disesuaikan dengan problem-problem dan kondisi-kondisi yang baru di dalam kehidupan (Purwanto, 1990: 62). Setiap manusia mempunyai tingkat intelegensi yang berbeda-beda. Seseorang yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi, tentunya akan lebih mudah memahami suatu materi pelajaran dibanding dengan seseorang yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.

  c) Pengetahuan dan keterampilan Pengetahuan yang dimiliki seseorang akan sangat mempengaruhi sikap dan tindakannya sehari-hari, tingkat kecakapan dan keterampilan yang dimiliki seseorang juga akan mempengaruhi kualitas hasil yang diperoleh dari sesuatu yang telah dikerjakannya (Purwanto, 1990: 3).

  Berkaitan dengan hal ini, maka tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang siswa akan sangat mempengaruhi tingkat prestasi belajar siswa tersebut.

  d) Minat dan motivasi Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2010:180). Minat dan motivasi merupakan dua hal yang sangat penting dalam perolehan prestasi belajar, karena dua hal ini merupakan sumber kekuatan yang akan mendorong siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna meningkatkan prestasi belajarnya.

  2) Faktor Ekstern Faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar adalah keluarga, guru, sarana dan prasarana pendidikan serta lingkungan sekitar. Faktor ekstern tersebut dapat secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Keluarga

  Keluarga merupakan unit kelompok sosial yang relatif kecil, bersifat permanen dan merupakan penyusun utama terbentuknya masyarakat luas. Keluarga merupakan akar pembentukkan pribadi seseorang, karena pertumbuhan dan perkembangan setiap manusia diawali dari lingkungan keluarga. Keluarga yang mempunyai hubungan harmonis, maka akan terbentuk anggota keluarga yang mempunyai karakteristik pribadi yang baik. Keluarga berjalan secara tidak harmonis, maka karakteristik pribadi anggotanya tidak akan terbentuk secara baik.

  b) Guru Guru merupakan salah satu komponen utama dalam proses belajar mengajar. Guru bertindak sebagai subyek pembelajaran, yang bertugas menjelaskan dan mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Guru bisa mempengaruhi tingkat prestasi dan tumbuh kembang anak. Terdapat dua hal utama terkait dengan faktor guru yang dapat mempengaruhi tingkat prestasi belajar siswa, yaitu : (1) Metode pembelajaran yang diterapkan

  Metode pembelajaran yang diterapkan seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik merupakan hal yang sangat harus diperhatikan karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap perolehan tingkat prestasi belajar siswa. Metode pembelajarannya kurang sesuai, maka tingkat prestasi belajar siswa juga cenderung kurang baik, dan sebaliknya jika metode pembelajarannya sesuai maka tingkat prestasi belajar siswa juga akan menjadi baik.

  (2) Aspek ketauladanan Pendidik terdahulu menyebutkan bahwa kata guru merupakan akronim dari “digugu dan ditiru”. Guru merupakan seseorang yang berkedudukan sebagai tokoh utama bagi para siswa yang akan senantiasa diperhatikan dan ditiru seluruh aspek yang berkaitan dengannya. Guru hendaknya bisa menjadi suri tauladan bagi yang lain sehingga harus benar-benar menjaga sikapnya secara totalitas baik ketika di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah atau di rumah. Perilaku apapun yang dilakukan guru akan dicontoh dan perhatikan para siswa, hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat prestasi belajar siswa.

  c) Sarana dan prasarana pendidikan Sarana dan prasarana pendidikan merupakan komponen penting yang dibutuhkan bagi keberlangsungan proses balajar mengajar. Sarana dan prasarana pendidikan adalah ruang kelas, papan tulis, kursi dan meja siswa serta guru, perpustakaan, peralatan administrasi kantor dan sebagainya. Proses belajar mengajar tentu tidak akan berjalan atau setidaknya akan mengalami gangguan dan hambatan jika sarana dan prasarana itu tidak terpenuhi.

  d) Lingkungan sekitar Lingkungan sekitar merupakan faktor yang juga ikut berpengaruh terhadap tingkat prestasi belajar siswa, karena lingkungan sekitar merupakan faktor yang ikut membentuk karakter dan pribadi siswa. Siswa yang tinggal di lingkungan buruk dengan masyarakat yang tidak memperhatikan aspek kesopanan atau etika, keagamaan, dan tidak berpendidikan, maka siswa tersebut juga akan terdorong memiliki sifat yang sama. Hal ini akan berpengaruh negatif pada tingkat prestasi belajarnya.

  Faktor-faktor di atas saling berinteraksi secara langsung dalam mempengaruhi prestasi belajar siswa, maka sangat diperlukan lingkungan yang baik dan kesiapan dalam diri siswa yang meliputi strategi, metode, serta gaya belajar, agar dapat memberi pengaruh terhadap prestasi belajar yang akan dihasilkan. Simpulan dari hasil uraian di atas, bahwa prestasi belajar adalah hasil maksimal yang diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar di sekolah berupa perubahan atau pengembangan aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan penerapan (psikomotorik) yang dinyatakan dengan angka.

4. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

  a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara (penjelasan pasal 39 Undang-Undang No. 2 tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006:49) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan adalah aspek pendidikan politik yang fokus materinya peranan warga negara dalam kehidupan bernegara yang kesemuanya itu diproses dalam rangka untuk membina peranan tersebut sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara (Cholisin, 2000:109).

  Azymurdi (1999:75) mengemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang cangkupannya luas lebih luas dari pendidikan demokrasi dan pendidikan HAM, karena mencakup kajian dan pembahasan tentang banyak hal seperti pemerintahan, konstitusi, lembaga

  • – lembaga demokrasi, Rule of law,
hak dan kewajiban warga negara, proses demokrasi, dan keterlibatan masyarakat madani, pengetahuan, lembaga- lembaga dan sistem hukum, pengetahuan tentang HAM, kewarganegaraan yang aktif dan sebagainya. Somantri (2001:159) mendefinisikan PKn sebagai seleksi dan adaptasi dari lintas disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu kewarganegaraan, humaniora dan kegiatan dasar manusia diorganisasikan dan disajikan secara psikologi dan ilmiah untuk mencapai salah satu tujuan pendidikan PKn. Simpulan dari pendapat dia atas tentang Pendidikan Kewarganegaraan yaitu adalah ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara disajikan secara psikologi dan ilmiah untuk mencapai salah satu tujuan pendidikan yang diinginkan.

  b. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan 2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, bernegara serta anti korupsi. 3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).

  Pendidikan Kewarganegaraan menekankan pada perkembangan dan membina warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter serta bertindak sesuai dengan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Pengetahuan dan ilmu-ilmu yang diberikan di sekolah-sekolah kepada siswa diharapkan akan lahir generasi muda yang berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif memiliki sikap demokratis dan bertanggung jawab sebagai warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Somantri (2001:166) memberikan pemaparan mengenai fungsi PKn yaitu usaha sabar yang dilakukan secara ilmiah dan psikologis untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik agar terjadi internalisasi moral Pancasila dan pengetahuan Kewarganegaraan untuk melandasi tujuan nasional yang diwujudkan dalam integritas pribadi dan perilaku sehari-hari.

  c. Aspek-aspek kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Aspek-aspek kompetensi dalam Pendidikan Kewarganegaraan yaitu:

  1) Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge) Pengetahuan kewarganegaraan membahas mengenai kemampuan akademik keilmuan yang dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hukum dan moral. Mata pelajaran PKn merupakan bidang kajian multi disipliner. secara terperinci, materi pengetahuan kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang hak dan tanggung jawab warga negara, hak asasi manusia, prinsip

  • – prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintah berdasar hukum dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi serta nilai – nilai dan moral dalam masyarakat.

  2) Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) Keterampilan kewarganegaraan meliputi keterampilan intelektual (intellectual skills) dan keterampilan berpartisipasi

  (participatory skills) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Contoh keterampilan intelektual adalah ketrampilan dalam merespon berbagai persoalan politik, misalnya merancang dialog dengan DPR contohnya keterampilan berpartisipasi menggunakan ketrampilannya menggunakan hak dan kewajibannya dibidang hukum, misalnya melaporkan kepada polisi atas tindak kejahaatan yang diketahui.

  3) Watak Kepribadian Kewarganegaraan (civic disposition) Watak kepribadian kewarganegaraan sesungguhnya merupakan dimensi yang paling subtansif dan essensial dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Dimensi watak atau karakter kewarganegaraan dapat dipandang sebagai muara dari pengembangan kedua dimensi sebelumnya dengan memperhatikan visi, misi dan tujuan pelajaran ini ditandai dengan penekanan dengan dimensi watak, karekter, sikap dan pontensi lain yang bersifat afektif (Depdiknas, 2007: 2).

  d. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan harus dinamis dan mampu menarik perhatian siswa yaitu dengan cara guru membantu mengembangkan pemahaman baik materi maupun ketrampilan intelektual dan partisipasi yang menghasilkan pemahaman tentang arti pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diantaranya adalah: 1) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai Bangsa

  Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sumpah pemuda, pengamalan nilai -nilai Pancasila dalam kehidupan sehari hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

  2) Norma, hukum dan peraturan meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan daerah, norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional .

  3) Hak asasi manusia meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM. 4) Kebutuhan warga negara meliputi hidup gotong royong, harga diri setiap warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengemukakan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara. 5) Konstitusi negara meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi pertama, konstitusi konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi. 6) Kekuasaan dan politik, meliputi pemerintahan desa, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan pers dalam masyarakat demokrasi. 7) Pancasila meliputi kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai pancasila dalam kehidupan sehari hari, Pancasila sebagai ideologi negara. 8) Globalisasi meliputi globalisasi lingkungan, politik luar negeri

  Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional dan mengevaluasi globalisasi (Permendiknas No. 22 tahun 2006).

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan 1. Hamdu, G dan Lisa Agustina. (2011). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa

  Terhadap Pestasi Belajar IPA Di Sekolah Dasar. Tasikmalaya: Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 12 No. 1 April 2011 ISSN 1412-565, hal.

  90-96.

  Motivasi adalah salah satu hal yang berpengaruh pada kesuksesan aktifitas pembelajaran siswa. Tanpa motivasi, proses pembelajaran akan sulit mencapai kesuksesan yang optimum. Artikel ini ditujukan untuk menyelidiki pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA siswa.

  Penelitian korelasi deskriptif ini dilakukan sebagai studi kasus terhadap siswa kelas empat Sekolah Dasar dan tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan level dari pengaruh motivasi siswa terhadap prestasi belajar IPA. Terdapat total 26 siswa kelas empat Sekolah Dasar dari SD Tarumanagara kecamatan Tawang, Tasikmalaya yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Data-data dikumpulkan melalui questionare instrument dari variable motivasi belajar dan juga hasil test siswa sebagai variable rata-rata pencapaian siswa. Hasil dari data-data diproses melalui perhitungan statistik dan korelasi rata-rata, didapat melalui penggunaan SPSS 16.0. Data menunjukkan interprestasi tingkat reliabilitas tinggi besarnya pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA adalah sebesar 48,1%.

2. Komarawati, E. (2012). Pengaruh Minat Belajar Dan Pembinaan

  

Disiplin Siswa Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar SMPN I

Sukasari Sumedang. Jurnal Edukasi Islam Volume 1 Nomor 1,

Agustus 2012 ISSN 2302-2140, hal. 148-168.

  Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bersifat survei dan penentuan sampelnya ditetapkan berdasarkan random sampling, sehingga ditemukan besarnya sampel 110 responden. Dianalisis dengan bantuan SPSS. Pada analisis statistik ini akan dilakukan beberapa pengujian: (1) analisis koefisien korelasi; (2) Uji t dan F; dan (3) Analisis Regresi.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara minat belajar siswa terhadap prestasi belajar

  2

  2

  siswa sebesar 0,598. Koefisien determinasinya (R ) adalah (0,598) = 0,3576. Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa minat belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa sebesar 35,76%. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara disiplin belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa yaitu sebesar 0,542, sedangkan koefisien

  2

  2

  determinasinya (R ) adalah (0,542) = 0,2938. Simpulan dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa disiplin belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa sebesar 29,38%, jadi terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara minat belajar siswa dan disiplin belajar siswa secara bersama-sama terhadap prestasi belajar siswa yaitu sebesar 0,494,

  2

  2

  sedangkan koefisien determinasinya (R ) adalah (0,494) = 0.2440. Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa minat belajar siswa dan disiplin belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa sebesar 24,40%.

3. Hidayat, S. (2013). Pengaruh Kerjasama Orangtua Dan Guru Terhadap

  

Disiplin Peserta Didik Di Sekolah Menegah Pertama (SMP) Negeri

Kecamatan Jagakarsa

  • – Jakarta Selatan. Jurnal Ilmiah Widya, Vol. 1 Nomor 2 Juli-Agustus 2013 ISSN 2337- 6686, hal. 92-99.

  Kerjasama antara orang tua peserta didik dengan guru di sekolah dalam proses pendidikan sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan. Disiplin merupakan salah satu faktor dalam proses pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh kerjasama orang tua dengan guru terhadap disiplin peserta didik, (2) mengetahui besarnya kerjasama orang tua peserta didik dengan guru di sekolah. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri di Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan pada bulan September hingga Oktober 2012. Metode yang digunakan adalah survei dengan pendekatan korelasional. Jumlah sampel sebanyak 250 orang dipilih secara proporsional. Instrumen menggunakan angket berbentuk skala Likert. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Terdapat pengaruh signifikan dan positif antara kerjasama orang tua dengan guru terhadap kedisiplinan siswa. (2) Kerjasama orang tua peserta didik dengan guru di sekolah masih tergolong lemah khususnya dalam hal komunikasi dan partisipasi orang tua dalam penegakan disiplin sekolah.

  Kedisiplinan siswa dipengaruhi oleh adanya paduan bentuk kerjasama orang tua dengan guru di sekolah.

F. Kerangka Pemikiran

  Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma ganda dengan dua variabel independen, yang melibatkan dua variabel bebas (X

  1 , X 2 ), dan satu variabel terikat (Y). Pola hubungan yang terbangun pada

  masing-masing variabel penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

  X

1 Y

  X

  2 Keterangan :

  X

  1 = Minat belajar

  X = Disiplin siswa

2 Y = Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan G.

   Hipotesis

  1. Terdapat pengaruh minat belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Se-UPK Karanglewas.

  2. Terdapat pengaruh disiplin belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Se-UPK Karanglewas.

  3. Terdapat pengaruh minat dan disiplin siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Se-UPK Karanglewas.