BAB III ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA TERHADAP KABUPATEN PEMALANG - DOCRPIJM 1505188967BAB 3 ARAHAN STRATEGIS PEMBANGUNAN
BAB III ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA TERHADAP KABUPATEN PEMALANG
3.1. ARAHAN RTRW NASIONAL
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No.
26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Arahan yang harus diperhatikan
dari RTRWN untuk ditindak lanjuti ke dalam RPI2‐JM kabupaten adalah : Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Dalam penetapan lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, Kabupaten Pemalang tidak termasuk lokasi
PKN atau PKW yang diamanatkan dalam PP Nomor 26 Tahun 2008 tersebut.
3.2. ARAHAN RTRW PULAU
Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN.
Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPI2‐JM Kabupaten adalah
: Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana
yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.
Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya
seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH,
rusunawa, agropolitan, dll. Kabupaten
Pemalang dalam tataran RTRW Pulau termasuk dalam substansi yang termuat dalam Perpres
No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa‐Bali. Substansi dalam RTRW Pulau
Jawa Bali yang diamanatkan untuk Kabupaten Pemalang tertuang dalam beberapa stategi operasionalisasi yaitu : 1. Strategi operasionalisasi perwujudan jaringan jalan nasional
Pemantapan jaringan jalan arteri primer dan jaringan jalan kolektor primer pada Jaringan
Jalan Lintas Utara Pulau Jawa dan Jaringan Jalan Lintas Tengah Pulau Jawa untuk mendorong daya
saing perekonomian di Pulau Jawa‐Bali dilakukan pada jaringan jalan arteri primer pada Jaringan
Jalan Lintas Utara Pulau Jawa yang salah satunya menghubungkan: “Merak‐Cilegon‐
Serang ‐Tangerang‐Jakarta‐Bekasi‐Karawang‐Cikampek‐Pamanukan‐Lohbener‐Palimanan‐ Cirebon ‐Losari‐Brebes‐Tegal‐Pemalang‐Pekalongan‐Batang‐Kendal‐Semarang‐Demak‐
Kudus ‐Pati‐Rembang‐Bulu‐Tuban‐Widang‐Lamongan‐Gresik‐Surabaya‐Waru‐Sidoarjo‐ Pasuruan ‐Probolinggo‐Situbondo‐Ketapang‐Banyuwangi,”.
mitigasi dan adaptasi bencana melalui penetapan lokasi dan jalur evakuasi bencana serta pembangunan sarana pemantauan bencana, dan pengendalian perkembangan kegiatan budi
kanan jalan, pengendalian alih fungsi peruntukan lahan pertanian tanaman pangan, dan pengembangan sentra pertanian tanaman pangan yang didukung peningkatan fungsi industri
Pemertahanan luas lahan pertanian pangan berkelanjutan, pengendalian perkembangan kegiatan budi daya pada kawasan pertanian pangan berkelanjutan terutama di sisi kiri dan sisi
mengalami deforestasi dan degradasi, dan peningkatan fungsi ekologis kawasan peruntukan hutan salah satunya dilakukan di Kabupaten Pemalang 5. Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan pertanian a.
untuk mewujudkan kawasan berfungsi lindung paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas Pulau Jawa‐Bali sesuai dengan ekosistemnya, rehabilitasi kawasan peruntukan hutan yang
pengelolaan kawasan peruntukan hutan dengan menggunakan teknologi lingkungan, pengendalian perubahan peruntukan dan/atau fungsi kawasan hutan sebagai upaya
Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan Hutan Pengembangan
Longsor, Kawasan Rawan Gelombang Pasang, Kawasan Rawan Banjir, Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi (Gunung Slamet), Kawasan Rawan Abrasi di sepanjang wilayah pesisir di Kabupaten Pemalang. 4.
daya terbangun di kawasan rawan bencana alam dilakukan pada Kawasan Rawan Tanah
zona‐zona rawan bencana alam beserta ketentuan mengenai standar bangunan gedung yang sesuai dengan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana, penyelenggaraan upaya
2. Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan lindung nasional Strategi
Strategi operasionalisasi perwujudan pengendalian kawasan rawan bencana alam Penetapan
Sempadan Sungai Comal di Kabupaten Pemalang. 3.
sekitar danau atau waduk untuk mencegah daya rusak air. Arahan untuk pengendalian di Kabupaten Pemalang dilakukan pada kawasan Sempadan Pantai dan
teknologi lingkungan, serta pengembangan struktur alami berupa jenis dan kerapatan tanaman dan/atau struktur buatan di sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan
danau atau waduk yang berpotensi mengganggu dan/atau merusak fungsi sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan sekitar danau atau waduk dengan menggunakan
hutan lindung yang salah satunya di Kabupaten Pemalang. b. Pengendalian pemanfaatan ruang pada sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan sekitar
fisik lainnya di kawasan hutan lindung, serta rehabilitasi kawasan hutan lindung yang terdegradasi dengan menggunakan teknologi lingkungan dilakukan pada kawasan
lindung, pemeliharaan jenis dan kerapatan tanaman hutan yang memiliki fungsi lindung sesuai dengan jenis tanah, kemiringan lereng, ketinggian, intensitas hujan, dan parameter
operasionalisasi perwujudan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi : a. Pengembangan pengelolaan, peningkatan fungsi, dan pemertahanan luasan kawasan hutan
pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan untuk ketahanan pangan nasional yang salah satunya dilakukan di Kabupaten Pemalang. b.
Pengembangan kawasan peruntukan pertanian untuk kegiatan hortikultura guna meningkatkan daya saing pertanian hortikultura yang salah satunya dilakukan di
Kabupaten Pemalang. 6.
Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan perikanan Pengembangan
sentra perikanan perikanan budi daya yang didukung peningkatan fungsi industri pengolahan hasil perikanan serta prasarana dan sarana yang ramah lingkungan yang salah
satunya dilakukan pada sentra perikanan budi daya Kabupaten Pemalang. Rehablitasi kawasan peruntukan perikanan budi daya untuk menjaga ekosistem sekitarnya dan
Revitalisasi wilayah penangkapan ikan yang mengalami gejala tingkat penangkapan yang berlebihan
(overfishing) salah satunya dilakukan di Kabupaten Pemalang. 7. Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan pertambangan
Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan panas bumi yang didukung oleh peningkatan
fungsi industri pengolahan yang berdaya saing dan ramah lingkungan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana serta pengendalian perkembangan kawasan peruntukan pertambangan
panas bumi yang berpotensi merusak fungsi kawasan lindung dan mengubah bentang alam salah satunya dilakukan di kawasan Guci‐Baturaden (Kabupaten Tegal‐
Kabupaten Brebes‐Kabupaten Pemalang‐Kabupaten Banyumas‐Kabupaten Purbalingga). 8.
Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan industri Pengembangan
kegiatan industri di dalam kawasan peruntukan industri dan mendorong relokasi kegiatan industri menuju kawasan industri, meningkatkan kualitas prasarana dan sarana
penunjang kegiatan industri, peningkatan penataan lokasi kegiatan industri di dalam kawasan industri, dan peningkatan kegiatan industri yang benilai tambah tinggi dengan penggunaan
teknologi tinggi dan ramah lingkungan salah satunya dilakukan di Kabupaten Pemalang.
9.
Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan pariwisata Rehabilitasi
dan pengembangan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, serta ekowisata yang didukung prasarana dan sarana pariwisata, serta pengembangan pengelolaan kawasan
peruntukan pariwisata dengan menggunakan teknologi lingkungan dan berbasis kerja sama antardaerah dilakukan pada kawasan pariwisata bahari salah satunya di kawasan
pariwisata bahari Kabupaten Pemalang. 3.3. ARAHAN RTRW PROVINSI JAWA TENGAH
Kebijakan strategis berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun
2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 yang terkait dengan
Kabupaten Pemalang sebagai berikut : A.
Rencana Struktur Ruang Provinsi.
Rencana pengembangan struktur ruang wilayah Provinsi meliputi :
1) Sistem Perdesaan.
Sistem perdesaan, dilakukan dengan membentuk pusat‐pusat pelayanan desa secara berhierarki
pada kawasan‐kawasan perdesaan dan kawasan kawasan selain dari yang telah ditetapkan sebagai kawasan perkotaan.
Sistem perdesaan disusun berdasarkan pelayanan perdesaan secara berhierarki, meliputi: a.
pusat pelayanan antar desa; b.
pusat pelayanan setiap desa; dan c. pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman.
Pusat pelayanan perdesaan secara berhierarki memiliki hubungan dengan: a.
pusat pelayanan wilayah kecamatan sebagai kawasan perkotaan terdekat; b.
perkotaan sebagai pusat pelayanan; dan c. ibukota kabupaten masing‐masing.
2) Sistem Perkotaan.
Sistem perkotaan Kabupaten Pemalang berdasarkan RTRW Provinsi ditetapkan sebagai
PKL (Pusat Kegiatan Lokal).
3) Sistem Perwilayahan.
Bregasmalang, yaitu Kabupaten Brebes, Kota Tegal, Slawi (Kabupaten Tegal), dan
Kabupaten Pemalang, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal,
Provinsi dan Nasional;
4) Sistem jaringan prasarana wilayah.
Sistem jaringan prasarana wilayah berdasarkan RTRW Provinsi, meliputi : a.
Rencana sistem jaringan prasarana transportasi. Rencana pengembangan jalan Arteri Primer, meliputi :
Jalan lingkar Tegal, Pekalongan, Brebes, Pemalang – Pekalongan, Ungaran, Ambarawa,
Salatiga, Bumiayu dan Pati; dan Ruas Baru metropolitan Bregasmalang.
Rencana pengembangan jalan Kolektor Primer, meliputi :
Pejagan‐Ketanggungan, Ketanggungan‐Prupuk, Tegal‐Slawi‐Prupuk‐Ajibarang‐ Purwokerto,
Purwokerto‐Sokaraja, Sokaraja‐ Purbalingga, Randudongkal‐ Bobotsari,
Purbalingga‐Bobotsari, Purbalingga‐Klampok, Mandiraja‐Gombong, Selokromo
‐Prembun, Banjarnegara‐Wanayasa, Magelang‐Salatiga, Boyolali‐ Klaten,
Surakarta‐Sukoharjo, Sukoharjo‐Wonogiri ,Wonogiri‐Biting, Prembun ‐ Selokromo,
Jati‐Purwodadi, Purwodadi‐Godong, Surakarta‐Purwodadi ‐ Pati, Kudus
‐Jepara, Boyolali‐Blabak, Bumiayu‐Randudongkal‐Kebonagung‐Bawang‐ Sukorejo Weleri Bawang Slawi
‐Cangkiran‐Ungaran, ‐Parakan, ‐Dieng, ‐
Randudongkal, Randudongkal‐Moga.
Rencana pengembangan jalan tol.
Pengembangan jalan tol sepanjang Perbatasan Jawa Barat – Pejagan –
Pemalang – Batang – Semarang.
Rencana pengembangan terminal penumpang jalan Tipe A.
Rencana pengembangan prasarana penunjang.
Peningkatan stasiun‐stasiun kelas I, kelas II dan kelas III. b. Rencana sistem jaringan prasarana telekomunikasi.
Rencana sistem jaringan prasarana telekomunikasi meliputi pengembangan jaringan telekomunikasi
dan informatika. c. Rencana sistem jaringan prasarana sumberdaya air.
Rencana pengembangan prasarana sumberdaya air, meliputi :
Pengembangan embung; dan Pengembangan jaringan irigasi. d.
Rencana sistem jaringan prasarana energi. Rencana
pengembangan prasarana kelistrikan, berupa Pembangkit Listrik Tenaga Surya,
Pembangkit Listrik Mikro Hidro, Pembangkit Listrik Tenaga Alternatif. e. Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan.
Pengembangan prasarana persampahan dilaksanakan dengan pendekatan pengurangan,
pemanfaatan kembali dan daur ulang, yang berupa Tempat Pengolahan Akhir
Sampah Regional direncanakan di Metropolitan Bregasmalang. B.
Rencana Pola Ruang Provinsi. 1) Kawasan lindung, meliputi:
Kawasan lindung Kabupaten Pemalang berdasarkan arahan RTRW Provinsi Jawa Tengah, sebagai
berikut :
a) Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi :
Kawasan hutan lindung yang dikelola oleh Negara; Kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat; dan
Kawasan resapan air.
b) Kawasan perlindungan setempat, meliputi :
Kawasan Sempadan Pantai;
Kawasan sempadan sungai dan saluran irigasi;
Kawasan sekitar mata air; dan
Kawasan ruang terbuka hijau.
c) Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan kawasan cagar budaya,meliputi :
Bengkawah, Cagar alam Moga, Cagar alam Vak 53 Comal; dan
Kabupaten Pemalang yaitu Cagar alam Bantarbolang, Cagar alam curug
d) Kawasan rawan bencana alam, meliputi :
Kawasan Cagar budaya dan ilmu pengetahuan, meliputi :
Kawasan rawan tanah longsor;
Kawasan rawan banjir;
Kawasan rawan letusan gunung berapi;
Kawasan rawan kekeringan; dan
Kawasan rawan abrasi.
e) Kawasan lindung geologi, meliputi :
pemalang.
Kawasan imbuhan air yaitu cekungan banyumudal, dan cekungan pekalongan‐
f) Kawasan lindung lainnya, meliputi :
Kawasan perlindungan Plasma Nutfah di daratan; dan
Kawasan perlindungan Plasma Nutfah perairan.
2) Kawasan Budidaya, meliputi:
Kawasan budidaya Kabupaten Pemalang berdasarkan arahan RTRW Provinsi Jawa Tengah, sebagai
berikut :
a) Kawasan hutan produksi, meliputi :
Kawasan hutan produksi tetap; dan
Kawasan hutan produksi terbatas.
b) Kawasan Hutan Rakyat.
c) Kawasan peruntukan pertanian, meliputi :
Permukiman perdesaan; dan
g) Kawasan Peruntukan Industri, meliputi :
Wilayah Industri/Kawasan Peruntukan Industri; dan
Kawasan Industri.
h) Kawasan Peruntukan Pariwisata, yaitu :
Kawasan pengembangan pariwisata C dengan Daya Tarik Wisata yaitu Pantai Widuri
di Kabupaten Pemalang. i) Kawasan Peruntukan Permukiman, meliputi :
Permukiman perkotaan. j) Kawasan Pesisir dan Pulau‐pulau kecil, yaitu :
Kabupaten Pemalang;
Kawasan pesisir. C.
Kawasan Strategis Provinsi
1) Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi, berupa : Kawasan
Perkotaan Brebes‐Tegal‐Slawi‐Pemalang (Bregasmalang); dan
2) Kawasan Strategis dari Sudut fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, berupa Kawasan
Gunung Slamet.
Kawasan pertambangan minyak dan gas bumi, yaitu : Kabupaten Pemalang termasuk kedalam salah satu Wilayah Kerja Migas.
Pertambangan panas bumi Guci di Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, dan
Kawasan pertanian lahan basah; dan
f) Kawasan peruntukan pertambangan.
Kawasan pertanian lahan kering.
d) Kawasan peruntukan peternakan, meliputi :
Kawasan peruntukan peternakan besar dan kecil; dan
Peternakan unggas.
e) Kawasan peruntukan perikanan.
Lahan perikanan budidaya air payau, perikanan budidaya air tawar, dan perikanan budidaya air laut.
Kawasan pertambangan mineral logam, bukan logam, batuan dan batubara, terletak di:
Tegal, Kabupaten Brebes, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Pemalang; dan
kawasan Gunung Slamet terletak di Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga,
Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Brebes; dan
kawasan Sumbing ‐ Sindoro ‐ Dieng di Kabupaten Bajarnegara, Kabupaten Wonosobo,
Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Batang,
Kabupaten Pekalongan, dan Kabupaten Pemalang;
Kawasan pertambangan panas bumi, terletak di : Pertambangan panas bumi Baturraden di Kabupaten Banyumas, Kabupaten
D. Indikasi Program Bidang Cipta Karya
Indikasi program dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 yang terkait dengan
Bidang Cipta Karya dan Penyusunan RPI2‐JM Kabupaten Pemalang sebagai berikut : 1.
Pengembangan Permukiman
Indikasi program dalam perwujudan pengembangan kawasan permukiman, meliputi :
Pengendalian dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan dan Perdesaan, meliputi :
Identifikasi dan inventarisasi perumahan dan permukiman kumuh; Peningkatan Kualitas permukiman; Penataan bangunan dan lingkungan; dan Relokasi permukiman di kawasan rawan bencana.
Pengembangan Permukiman Perkotaan dan Perdesaan
Peremajaan permukiman kumuh; Penyediaan perumahan dan permukiman layak huni; Pengembangan infrastruktur, sarana dan prasarana permukiman di kawasan perdesaan;
Pengembangan infrastruktur, sarana dan prasarana permukiman di kawasan perkotaan; dan
Pengembangan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan. 2.
Sistem Penyediaan Air Minum
memperbanyak tampungan air bagi keperluan cadangan air baku; pembangunan jaringan air bersih perpipaan di kawasan perkotaan; dan
Pembangunan bendungan di sungai‐sungai yang potensial sebagai upaya
pembangunan jaringan perpipaan mandiri di perdesaan dari sumber air tanah dan air
permukaan.
3.
Penyehatan Lingkungan Permukiman (Air Limbah, Persampahan, dan Drainase) a.
Prasarana Air Limbah Penyediaan sistem pengolahan limbah cair domestik sesuai kebutuhan pada kawasan
perkotaan; Pembangunan tempat pengolahan limbah industri Bahan Berbahaya dan Beracun; dan
Pembangunan IPAL dan IPLT di kawasan perkotaan di tiap Kabupaten/Kota. b. Prasarana Persampahan
Tempat Pengolahan Akhir Sampah Regional direncanakan di Metropolitan Kedungsepur,
Metropolitan Bregasmalang, Metropolitan Subosukawonosraten, Purwomanggung
dan Petanglong; Tempat Pemrosesan Akhir Sampah lokal direncanakan di setiap Kabupaten yang diluar
wilayah pelayanan Tempat Pengelolaan Akhir Sampah regional yang berada di Metropolitan; dan
Pembangunan Tempat Pemrosesan Sementara di lokasilokasi strategis. c. Prasarana Drainase
Pengembangan sistem drainase terpadu di seluruh ibukota kabupaten/kota; dan
Pengembangan sumur resapan di tiap bangunan. 3.4.
ARAHAN RTR KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan,
termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Penetapan Kawasan Strategis
Nasional dilakukan berdasarkan beberapa kepentingan, yaitu: a. pertahanan dan keamanan b. pertumbuhan ekonomi c. sosial dan budaya d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
Dalam penetapan lokasi Kawasan Strategis Nasional berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang
RTRWN, Kabupaten Pemalang tidak termasuk lokasi Kawasan Strategis Nasional yang diamanatkan dalam PP Nomor 26 Tahun 2008 tersebut.
3.5. ARAHAN MP3EI/KEK
Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011‐2025, Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung
sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005‐2025 dan melengkapi dokumen perencanaan. Pengembangan
MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung
dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi
yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama. KPI dapat menjadi KPI
prioritas dengan kriteria sebagai berikut: a. Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan b. Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap KPI c. Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap sentra‐sentra produksi di masing‐ masing
KPI d. Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak sosial, dampak ekonomi, dan politik)
dan arahan Pemerintah (Presiden RI) Berdasarkan
arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011‐2025, Kabupaten Pemalang tidak termasuk lokasi
Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang diamanatkan dalam PP Nomor 26 Tahun 2008 tersebut.
Sesuai
dengan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan
untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK terdiri atas satu atau beberapa zona, antara lain pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan
teknologi, pariwisata, energi, dan ekonomi lainnya. Pembentukan KEK tersebut dapat melalui usulan dari Badan Usaha yang didirikan di Indonesia, pemerintah kabupaten/kota, dan
pemerintah provinsi, yang ditujukan kepada Dewan Nasional. Selain itu, Pemerintah Pusat juga dapat menetapkan suatu wilayah sebagai KEK yang dilakukan berdasarkan usulan kementerian/lembaga
pemerintah non kementerian. Sedangkan
lokasi KEK yang diusulkan dapat merupakan area baru maupun perluasan dari KEK
yang sudah ada. Usulan lokasi KEK harus memenuhi beberapa kriteria antara lain : a. sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung;
b. adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan;
c. terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur
pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan; d. mempunyai batas yang jelas.
Berdasarkan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus, Kabupaten Pemalang tidak termasuk lokasi KEK yang diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tersebut.