BAB III ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA TERHADAP KABUPATEN GROBOGAN - DOCRPIJM 91a335e91b BAB IIIBAB 3 ARAHAN STRATEGIS PEMBANGUNAN revisi#

BAB III ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA TERHADAP KABUPATEN GROBOGAN 3.1. ARAHAN RTRW NASIONAL Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No.

  26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten adalah : Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

   Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

   Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

   Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

   Dalam penetapan lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, Kabupaten Grobogan termasuk lokasi PKN atau PKW yang diamanatkan dalam PP Nomor 26 Tahun 2008 tersebut yaitu Kawasan Perkotaan Semarang-Kendal- Demak-Ungaran- Purwodadi (Kedungsepur) 3.2.

   ARAHAN RTRW PULAU Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN.

  Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten adalah : Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang

   Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana

   yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.

   Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, agropolitan, dan lain-lain.

  Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta

  Kabupaten Grobogan dalam tataran RTRW Pulau termasuk dalam substansi yang termuat dalam Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali. Substansi dalam RTRW Pulau Jawa Bali yang diamanatkan untuk Kabupaten Grobogan tertuang dalam beberapa stategi operasionalisasi yaitu :

1. Strategi operasionalisasi perwujudan tatanan kepelabuhanan

  Pengembangan atau pemantapan pelabuhan untuk meningkatkan kegiatan ekspor-impor yang mendukung perkembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan

  , salah satunya dilakukan dengan : “Pemantapan Pelabuhan Tanjung Emas sebagai pelabuhan utama yang merupakan prasarana penunjang fungsi pelayanan PKN

  Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah

  III-1 Kawasan Perkotaan Kedungsepur sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Kendal-

  Demak-Ungaran-Salatiga-Semarang- Purwodadi (Kedungsepur) ”.

  2. Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan lindung nasional Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi : a.

  Pengembangan pengelolaan, peningkatan fungsi, dan pemertahanan luasan kawasan hutan lindung, pemeliharaan jenis dan kerapatan tanaman hutan yang memiliki fungsi lindung sesuai dengan jenis tanah, kemiringan lereng, ketinggian, intensitas hujan, dan parameter fisik lainnya di kawasan hutan lindung, serta rehabilitasi kawasan hutan lindung yang terdegradasi dengan menggunakan teknologi lingkungan dilakukan pada kawasan hutan lindung yang salah satunya di Kabupaten Grobogan.

  b.

  Pengendalian pemanfaatan ruang pada sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan sekitar danau atau waduk yang berpotensi mengganggu dan/atau merusak fungsi sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan sekitar danau atau waduk dengan menggunakan teknologi lingkungan, serta pengembangan struktur alami berupa jenis dan kerapatan tanaman dan/atau struktur buatan di sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan sekitar danau atau waduk untuk mencegah daya rusak air. Arahan untuk pengendalian di Kabupaten Grobogan dilakukan pada kawasan sekitar danau atau waduk yaitu Waduk Kedungombo (Kabupaten Sragen, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten

  Grobogan), Waduk Nglangon (Kabupaten Grobogan).

  3. Strategi operasionalisasi perwujudan pengendalian kawasan rawan bencana alam Penetapan zona-zona rawan bencana alam beserta ketentuan mengenai standar bangunan gedung yang sesuai dengan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana, penyelenggaraan upaya mitigasi dan adaptasi bencana melalui penetapan lokasi dan jalur evakuasi bencana serta pembangunan sarana pemantauan bencana, dan pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana alam dilakukan pada kawasan rawan tanah longsor di Kabupaten Grobogan.

  4. Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan pertanian a.

  Pemertahanan luas lahan pertanian pangan berkelanjutan, pengendalian perkembangan kegiatan budi daya pada kawasan pertanian pangan berkelanjutan terutama di sisi kiri dan sisi kanan jalan, pengendalian alih fungsi peruntukan lahan pertanian tanaman pangan, dan pengembangan sentra pertanian tanaman pangan yang didukung peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan untuk ketahanan pangan nasional yang salah satunya dilakukan di Kabupaten Grobogan.

  b.

  Pengembangan sentra perkebunan berbasis bisnis yang didukung prasarana dan sarana dengan menggunakan teknologi lingkungan, serta memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, dan rehabilitasi kawasan peruntukan pertanian untuk kegiatan perkebunan yang terdegradasi dilakukan di Kabupaten Grobogan Pengembangan kawasan peruntukan pertanian untuk kegiatan hortikultura guna meningkatkan daya saing pertanian hortikultura yang salah satunya dilakukan di Kabupaten Grobogan.

  c.

  Peningkatan fungsi, pengembangan, dan pemeliharaan jaringan irigasi teknis pada DI untuk mempertahankan dan meningkatkan luasan lahan pertanian pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan di ::

  Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah

  III-2 a) DI Glapan dan DI Sedadi yang melayani kawasan peruntukan pertanian di Kabupaten

  Demak dan Kabupaten Grobogan;

  b) DI Sidorejo dan DI Bd. Dumpil yang melayani kawasan peruntukan pertanian di

  Kabupaten Grobogan;

  c) DI Klambu yang melayani kawasan peruntukan pertanian di Kabupaten Demak,

  Kabupaten Grobogan, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, dan Kabupaten Pati; 5. Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan hutan

  Pengembangan pengelolaan kawasan peruntukan hutan dengan menggunakan teknologi lingkungan, pengendalian perubahan peruntukan dan/atau fungsi kawasan hutan sebagai upaya untuk mewujudkan kawasan berfungsi lindung paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas Pulau Jawa-Bali sesuai dengan ekosistemnya, rehabilitasi kawasan peruntukan hutan yang mengalami deforestasi dan degradasi, dan peningkatan fungsi ekologis kawasan peruntukan hutan dilakukan pada kawasan peruntukan hutan di Kabupaten Grobogan.

  6. Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan perikanan Pengembangan sentra perikanan tangkap dan perikanan budi daya yang didukung peningkatan fungsi industri pengolahan hasil perikanan serta prasarana dan sarana yang ramah lingkungan yang salah satunya dilakukan pada sentra perikanan budi daya Kabupaten Grobogan.

  7. Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan industri Pengembangan kegiatan industri di dalam kawasan peruntukan industri dan mendorong relokasi kegiatan industri menuju kawasan industri, meningkatkan kualitas prasarana dan sarana penunjang kegiatan industri, peningkatan penataan lokasi kegiatan industri di dalam kawasan industri, dan peningkatan kegiatan industri yang benilai tambah tinggi dengan penggunaan teknologi tinggi dan ramah lingkungan salah satunya dilakukan di Kabupaten Grobogan.

  8. Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya meliputi: Pemertahanan fungsi kawasan resapan air dan pengendalian alih fungsi lahan kawasan resapan air, serta rehabilitasi kawasan resapan air yang terdegradasi dengan menggunakan teknologi lingkungan dilakukan pada kawasan resapan air di daerah imbuhan air tanah salh satunya adalah pada CAT Randublatung (Kabupaten

  Grobogan, Kabupaten Blora, dan Kabupaten Bojonegoro), 9.

  Pengembangan kawasan peruntukan permukiman di kawasan metropolitan dan kawasan perkotaan besar dengan mengoptimalkan pemanfaatan ruang secara kompak, vertikal, hemat energi dan sumber daya, serta memanfaatkan teknologi lingkungan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup diantaranya dilakukan di Kabupaten Grobogan.

  10. Pengendalian perkembangan kawasan peruntukan permukiman di daerah penyangga serta di sepanjang jaringan jalan arteri primer dan jaringan jalan kolektor primer yang mengindikasikan terjadinya gejala perkotaan yang menjalar (urban sprawl) diantaranya dilakukan di di Kabupaten Grobogan.

  11. Pengembangan pengelolaan guna melestarikan kawasan keunikan batuan dan fosil kawasan keunikan bentang alam, dan kawasan keunikan proses geologi, rehabilitasi kawasan keunikan batuan dan fosil, kawasan keunikan bentang alam, dan kawasan keunikan proses geologi yang terdegradasi, serta pengendalian perkembangan awasan budi daya terbangun di sekitar

  Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah

  III-3 kawasan keunikan batuan dan fosil, kawasan keunikan bentang alam, dan kawasan keunikan proses geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a, b, dan c dilakukan pada kawasan keunikan bentang alam di:

  a) kawasan karst di Kabupaten Grobogan, b) kawasan keunikan proses geologi pada daerah semburan lumpur di Kabupaten Sidoarjo, semburan lumpur Bledug Kuwu di Kabupaten Grobogan, sumber api alami Mrapen di Kabupaten Grobogan 3.3.

ARAHAN RTRW PROVINSI JAWA TENGAH

  Kebijakan strategis berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009

  • – 2029 yang terkait dengan Kabupaten Grobogan sebagai berikut : A.

   Rencana Struktur Ruang Provinsi.

  Rencana pengembangan struktur ruang wilayah Provinsi meliputi : 1) Sistem Perdesaan.

  Sistem perdesaan, dilakukan dengan membentuk pusat-pusat pelayanan desa secara berhierarki pada kawasan-kawasan perdesaan dan kawasan-kawasan selain dari yang telah ditetapkan sebagai kawasan perkotaan. Sistem perdesaan disusun berdasarkan pelayanan perdesaan secara berhierarki, meliputi:

  a. pusat pelayanan antar desa;

  b. pusat pelayanan setiap desa; dan c. pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman. Pusat pelayanan perdesaan secara berhierarki memiliki hubungan dengan:

  a. pusat pelayanan wilayah kecamatan sebagai kawasan perkotaan terdekat;

  b. perkotaan sebagai pusat pelayanan; dan c. ibukota kabupaten masing-masing. 2) Sistem Perkotaan.

  Sistem perkotaan Kabupaten Grobogan berdasarkan RTRW Provinsi ditetapkan sebagai PKN (Pusat Kegiatan Nasional). 3) Sistem Perwilayahan.

  Sistem perwilayahan Kabupaten Grobogan berdasarkan RTRWP termasuk kedalam sistem perwilayahan Kedungsepur, yang terdiri dari Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang (Ungaran), Kota Semarang, Kota Salatiga Dan Kabupaten Grobogan (Purwodadi), dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi, Nasional dan Internasional. 4) Sistem jaringan prasarana wilayah.

  Sistem jaringan prasarana wilayah berdasarkan RTRW Provinsi, meliputi : a.

  Rencana sistem jaringan prasarana transportasi.

  Rencana pengembangan jalan Kolektor Primer, meliputi :

    Jati-Purwodadi, Purwodadi-Godong, Surakarta-Purwodadi-Pati,

  Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah

  III-4

  Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah

   Peningkatan stasiun-stasiun kelas I, kelas II dan kelas III, yaitu di: Kabupaten Grobogan 2 buah stasiun

  Pengembangan jaringan air bersih  Pembangunan bendungan di sungai-sungai yang potensial sebagai upaya memperbanyak tampungan air bagi keperluan cadangan air baku;  Pembangunan jaringan air bersih perpipaan di kawasan perkotaan;  Pembangunan jaringan perpipaan mandiri di perdesaan dari sumber air tanah dan air permukaan f.

  e.

  Pengembangan embung  Pembuatan embung-embung di setiap kabupaten/kota untuk kebutuhan air baku, pertanian dan pengendalian banjir;  Pembuatan area resapan air melalui program konversi lahan tidak produktif;  Konservasi embung-embung eksisting yang ada di Jawa Tengah.

  Rencana pengembangan prasarana sumberdaya air, meliputi :  Pengembangan sungai, yaitu Wilayah Sungai Jratun Seluna; dan  Pengembangan waduk yaitu Waduk Kedungombo d.

  Rencana sistem jaringan prasarana sumberdaya air.

  c.

  Rencana sistem jaringan prasarana telekomunikasi meliputi pengembangan jaringan telekomunikasi dan informatika.

   Rencana pengembangan prasarana transportasi penyeberangan  Angkutan wisata waduk di Waduk Kedungombo b. Rencana sistem jaringan prasarana telekomunikasi.

   Pengembangan lintasan underpass/flyover persimpangan kereta api di Jawa Tengah;

  III-5

   Rencana pengembangan prasarana penunjang.

   Jalur Kedungjati-Tuntang-Ambarawa;  Jalur Semarang-Cepu;

   Rencana pengembangan kereta api komuter.

  Semarang-Bandung;  Jalur Selatan menghubungkan, Solo-Bandung/ Jakarta dan Solo-Surabaya;  Jalur Utara-Selatan menghubungkan Semarang-Solo-Malang-Surabaya;  Jalur Tengah menghubungkan Semarang-Solo;

   Rencana pengembangan kereta api regional  Jalur Utara menghubungkan, Semarang-Jakarta, Semarang-Surabaya dan

   Rencana pengembangan terminal penumpang jalan Tipe A.

  Rembang

   Gubug-Kedungjati-Salatiga;  Semarang-Purwodadi-Blora dan Pengembangan ruas jalan Cepu-Blora-

  Pengembangan jaringan irigasi  peningkatan jaringan irigasi teknis di semua Kabupaten/Kota untuk memenuhi luasan lahan pertanian pangan berkelanjutan;

   pembangunan irigasi dari air tanah pada daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh irigasi teknis;  Pembangunan waduk sebagai upaya untuk meningkatkan suplai air pada jaringan irigasi teknis.

  g.

  Rencana sistem jaringan prasarana energi.

  Rencana pengembangan prasarana energi BBM dan Gas, yaitu : Pembangunan pipa gas Blora

  • – Grobogan – Demak – Semarang.

  h.

  Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan.

  Pengembangan prasarana persampahan dilaksanakan dengan pendekatan pengurangan, pemanfaatan kembali dan daur ulang, yang berupa Tempat Pengolahan Akhir Sampah Regional direncanakan di Metropolitan Kedungsepur.

B. Rencana Pola Ruang Provinsi. 1) Kawasan lindung, meliputi:

  Kawasan lindung Kabupaten Sragen berdasarkan arahan RTRW Provinsi Jawa Tengah, sebagai berikut : a)

  Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi : Kawasan hutan lindung yang dikelola oleh Negara;

   Kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat; dan

   Kawasan resapan air.

   b) Kawasan perlindungan setempat, meliputi :

   Kawasan sekitar danau/waduk/embung;

  Kawasan sempadan sungai dan saluran irigasi;

   Kawasan sekitar mata air; dan

   Kawasan ruang terbuka hijau.

   c) Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan kawasan cagar budaya

  d) Kawasan rawan bencana alam, meliputi :

   Kawasan rawan tanah longsor;

  Kawasan rawan banjir;

   Kawasan rawan kekeringan; dan

   Kawasan rawan angin topan.

   e) Kawasan lindung geologi

  Kawasan lindung kars sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf a adalah kawasan kars Sukolilo meliputi Kabupaten Pati, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora

f) Kawasan lindung lainnya.

   2) Kawasan Budidaya, meliputi:

  Kawasan perlindungan Plasma Nutfah di daratan.

  Kawasan budidaya Kabupaten Grobogan berdasarkan arahan RTRW Provinsi Jawa Tengah, sebagai berikut : a)

  Kawasan hutan produksi, meliputi : Kawasan hutan produksi tetap; dan

   Kawasan hutan produksi terbatas.

   b) Kawasan hutan rakyat.

  c) Kawasan peruntukan pertanian, meliputi :

  Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah

  III-6

   Kawasan pertanian lahan kering.

  Kawasan pertanian lahan basah; dan

   d) Kawasan peruntukan peternakan, meliputi :

  Kawasan peruntukan peternakan besar dan kecil; dan

   Peternakan unggas.

   e) Kawasan peruntukan perikanan.

  Lahan perikanan budidaya air payau, dan perikanan budidaya air tawar.

   f) Kawasan peruntukan pertambangan.

  Kawasan pertambangan mineral logam, bukan logam, batuan dan batubara,

   terletak di:  kawasan Pegunungan Kendeng Utara di Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, dan Kabupaten Kudus  Kawasan Kendeng Selatan di Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, dan sedikit wilayah Kabupaten Blora; dan

   Kawasan pertambangan minyak dan gas bumi, yaitu : Kabupaten Grobogan termasuk kedalam Wilayah Kerja Migas; Pengembangan Sumur Tua/Marjinal yang tersebar di Kabupaten Blora, Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Kendal

  g) Kawasan Peruntukan Industri, meliputi :

  Wilayah Industri/Kawasan Peruntukan Industri; dan

   Kawasan Industri.

   h) Kawasan Peruntukan Pariwisata.

   dalam lingkup kawasan pengembangan Kabupaten Sragen yaitu Museum Sangiran. i)

  Kawasan pengembangan pariwisata A dengan Daya Tarik Wisata yang termasuk

  Kawasan Peruntukan Permukiman, meliputi : Permukiman perdesaan; dan

   Permukiman perkotaan.

   C. Kawasan Strategis Provinsi

  1) Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi, berupa : Kawasan

  Perkotaan Kendal - Demak - Ungaran - Salatiga - Semarang - Purwodadi (Kedungsepur); dan 2)

  Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, berupa Kawasan Bledug Kuwu.

D. Indikasi Program Bidang Cipta Karya

  Indikasi program dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009

  • – 2029 yang terkait dengan Bidang Cipta Karya dan Penyusunan RPI2-JM Kabupaten Grobogan sebagai berikut : 1.

   Pengembangan Permukiman

  Indikasi program dalam perwujudan pengembangan kawasan permukiman, meliputi : Pengendalian dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan dan Perdesaan,

   meliputi :  Identifikasi dan inventarisasi perumahan dan permukiman kumuh;  Peningkatan Kualitas permukiman;

  Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah

  III-7

   Penataan bangunan dan lingkungan; dan  Relokasi permukiman di kawasan rawan bencana. Pengembangan Permukiman Perkotaan dan Perdesaan

    Peremajaan permukiman kumuh;  Penyediaan perumahan dan permukiman layak huni;  Pengembangan infrastruktur, sarana dan prasarana permukiman di kawasan perdesaan;  Pengembangan infrastruktur, sarana dan prasarana permukiman di kawasan perkotaan; dan  Pengembangan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan.

  2. Sistem Penyediaan Air Minum

  Pembangunan bendungan di sungai-sungai yang potensial sebagai upaya

   memperbanyak tampungan air bagi keperluan cadangan air baku; pembangunan jaringan air bersih perpipaan di kawasan perkotaan; dan

   pembangunan jaringan perpipaan mandiri di perdesaan dari sumber air tanah dan air

   permukaan.

  3. Penyehatan Lingkungan Permukiman (Air Limbah, Persampahan, dan Drainase) a.

  Prasarana Air Limbah  Penyediaan sistem pengolahan limbah cair domestik sesuai kebutuhan pada kawasan perkotaan;  Pembangunan tempat pengolahan limbah industri Bahan Berbahaya dan Beracun; dan  Pembangunan IPAL dan IPLT di kawasan perkotaan di tiap Kabupaten/Kota.

  b.

  Prasarana Persampahan  Tempat Pengolahan Akhir Sampah Regional direncanakan di Metropolitan

  Kedungsepur, Metropolitan Bregasmalang, Metropolitan Subosukawonosraten, Purwomanggung dan Petanglong;

   Tempat Pemrosesan Akhir Sampah lokal direncanakan di setiap Kabupaten yang diluar wilayah pelayanan Tempat Pengelolaan Akhir Sampah regional yang berada di Metropolitan; dan  Pembangunan Tempat Pemrosesan Sementara di lokasilokasi strategis.

  c.

  Prasarana Drainase  Pengembangan sistem drainase terpadu di seluruh ibukota kabupaten/kota; dan  Pengembangan sumur resapan di tiap bangunan.

3.4. ARAHAN RTR KAWASAN STRATEGIS NASIONAL

  Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa kepentingan, yaitu:

  Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah

  III-8 a. pertahanan dan keamanan b. pertumbuhan ekonomi c. sosial dan budaya d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

  Dalam penetapan lokasi Kawasan Strategis Nasional berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, Kabupaten Grobogan termasuk lokasi Kawasan Strategis Nasional Kedungsepur.

3.5. ARAHAN MP3EI/KEK

  Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi dokumen perencanaan.

  Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama. KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan kriteria sebagai berikut: a.

  Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan b.

  Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap KPI c. Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap sentra-sentra produksi di masing- masing KPI d.

  Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak sosial, dampak ekonomi, dan politik) dan arahan Pemerintah (Presiden RI) Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Kabupaten Grobogan tidak termasuk lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang diamanatkan dalam PP Nomor 26 Tahun 2008 tersebut.

  Sesuai dengan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK terdiri atas satu atau beberapa zona, antara lain pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, energi, dan ekonomi lainnya. Pembentukan KEK tersebut dapat melalui usulan dari Badan Usaha yang didirikan di Indonesia, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah provinsi, yang ditujukan kepada Dewan Nasional. Selain itu, Pemerintah Pusat juga dapat menetapkan suatu wilayah sebagai KEK yang dilakukan berdasarkan usulan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian.

  Sedangkan lokasi KEK yang diusulkan dapat merupakan area baru maupun perluasan dari KEK yang sudah ada. Usulan lokasi KEK harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :

  Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah

  III-9 a.

  Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung; b.

  Adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan; c.

  Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan; dan d. Mempunyai batas yang jelas. Berdasarkan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Kabupaten Grobogan tidak termasuk lokasi KEK yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tersebut.

  Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah

  III-10