DOCRPIJM 9d4786759b BAB VIIBab. VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya opt

BAB. VII

  

RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

CIPTA KARYA

7.1 SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

  Perkembangan permukiman di daerah perkotaan tidak terlepas dari pesatnya laju pertumbuhan penduduk perkotaan baik karena faktor pertumbuhan penduduk kota itu sendiri maupun karena faktor urbanisasi. Dampak negatif urbanisasi yang telah berlangsung selama ini lebih disebabkan oleh tidak seimbangnya peluang untuk mencari nafkah di daerah perdesaan dan perkotaan. Beberapa pengamat meyakini bahwa salah satu penyebab mengalirnya penduduk pedesaan ke kota-kota akibat kekeliruan adopsi paradigma pembangunan yang menekankan pada pembangunan industrialisasi besar-besaran yang ditempatkan di kota-kota besar yang kemudian dikenal dengan istilah AIDS (Accelerated

  Industrialization Development Strategy), sehingga memunculkan adanya

  daya tarik yang sangat kuat untuk mengadu nasibnya di kota yang dianggap mampu memberikan masa depan yang lebih baik dengan penghasilan yang lebih tinggi, sementara pendidikan dan ketrampilan yang mereka miliki kurang memadai untuk masuk di sektor formal (Yunus, 2005) .

  Seiring dengan pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan, maka kebutuhan penyediaan akan prasarana dan sarana permukiman akan meningkat pula, baik melalui peningkatan maupun pembangunan baru. Selanjutnya pemenuhan akan kebutuhan prasarana dan sarana permukiman baik dari segi perumahan maupun lingkungan permukiman yang terjangkau dan layak huni belum sepenuhnya dapat disediakan baik oleh masyarakat sendiri maupun pemerintah, sehingga kapasitas daya dukung prasarana dan sarana lingkungan permukiman yang ada mulai menurun yang pada gilirannya memberikan konstribusi terjadinya lingkungan permukiman kumuh. Lingkungan permukiman kumuh digambarkan sebagai bagian yang terabaikan dari lingkungan perkotaan dimana kondisi kehidupan dan penghidupan masyarakatnya sangat memprihatinkan, yang diantaranya ditunjukkan dengan kondisi lingkungan hunian yang tidak layak huni, tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, sarana dan prasarana lingkungan yang tidak memenuhi syarat, tidak tersedianya fasilitas pendidikan, kesehatan maupun sarana dan prasarana sosial budaya kemasyarakatan yang memadai, kekumuhan lingkungan permukiman cenderung bersifat paradoks, bagi masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut, kekumuhan adalah kenyataan sehari-hari yang tidak mereka masalahkan, sedangkan di pihak lain yang berkeinginan untuk menanganinya, masalah kumuh adalah suatu permasalahan yang perlu segera ditanggulangi penanganannya. Upaya penanganan permukiman kumuh telah diatur dalam Undang- undang No. 4 Tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, yang menyatakan bahwa untuk mendukung terwujudnya lingkungan permukiman yang memenuhi persyarakatan keamanan, kesehatan, kenyamanan dan keandalan bangunan, suatu lingkungan permukiman yang tidak sesuai tata ruang, kepadatan bangunan sangat tinggi, kualitas bangunan sangat rendah, prasarana lingkungan tidak memenuhi syarat dan rawan, yang dapat membahayakan kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni, dapat ditetapkan oleh pemerintah kota yang bersangkutan sebagai lingkungan permukiman kumuh yang tidak layak huni dan perlu diremajakan. Penanganan peremajaan lingkungan permukiman kumuh yang diatur dalam Inpres No. 5 tahun 1990, tentang pedoman pelaksanaan peremajaan permukiman kumuh diatas tanah negara dinyatakan bahwa pertimbangan peremajaan permukiman kumuh adalah dalam rangka mempercepat peningkatan mutu kehidupan masyarakat terutama bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah yang bertempat tinggal di kawasan permukiman kumuh yang berada di atas tanah negara.

7.1.1 Kondisi Eksisting

7.1.1.1 Data kondisi eksisting kawasan kumuh

  Secara umum, kawasan kumuh adalah kawasan dimana rumah dan kondisi hunian masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan dengan standar yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya. Menurut Prof. DR. Parsudi Suparlan, ciri-ciri permukiman kumuh adalah: 1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.

  2. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruang-ruangnya mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin.

  3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam pengunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh, sehingga mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya. kumuh merupakan suatu satuan-satuan

  4. Permukiman komuniti yang hidup secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu terwujud sebagai:

  a. Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu dapat digolongkan sebagai hunian liar; b. Satuan komuniti tunggal sebagai bagian dari sebuah RT atau sebuah RW; c. Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT atau RW atau bahkan terwujud sebagai sebuah kelurahan dan bukan hunian liar; d. Penghuni permukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen. Warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat pendapatan yang beranekaragam, begitu juga asal muasalnya. Dalam masyarakat permukiman kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan ekonomi mereka yang berbeda-beda tersebut.

  e. Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh bekerja di sektor informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor informal.

  Pasal 98 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, penetapan lokasi perumahan kumuh dan Permukiman kumuh wajib dilakukan pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat; Lokasi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh di Kabupaten Lampung Utara meliputi sejumlah 14 (empat belas) lokasi, di 4 (empat) kecamatan dengan luas 95,O77 {Sembilan puluh lima koma nol tujuh puluh tujuh ) hektar, sesuai dengan Keputusan Bupati Lampung Utara Nomor : B / 373 / 25-LU / HK / 2014 Tanggal 29 Agustus 2014 Lokasi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh merupakan satuan perumahan dan permukiman dalam lingkup wilayah kabupaten Lampung Utara yang dinilai tidak laik huni karena ketidak teraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat; Berdasarkan Penetapan Lokasi perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh di Kabupaten Lampung Utara, maka Daerah Berkomitmen untuk melaksanakan Peningkatan Kualitas perumahan pemerintah Kumuh Dan Permukiman Kumuh secara tuntas dan berkelanjutan sebagai prioritas pembangunan daerah dalam bidang perumahan dan permukiman, bersama-sama pemerintah Provinsi dan Pemerintah

  VII. 4 Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kabupaten Lampung Utara

  4°49’15.27” LS 4°48’55.83” LS 4°49’21.52” LS

  104°52’41.25” BT 104°52’34.86” BT

  4 Kotabumi Tengah

  1.20 Ha

  2.23 Ha

  1.77 Ha LK 01 RT 01,04 LK 02 RT 03 LK 04 RT 01

  Kotabumi Tengah Kotabumi Tengah Kotabumi Tengah

  Kotabumi Kotabumi Kotabumi

  104°52’52.78” BT 104°53’31.12” BT 104°52’58.94” BT

  Kotabumi Kotabumi

  5 Kotabumi Pasar

  2.95 Ha

  1.20 Ha LK 01 RT 01,02,03 LK 01 RT 01,04

  Kotabumi Pasar Kotabumi Pasar

  Kotabumi Kotabumi

  4°49’04.36” LS 4°49’12.96” LS

  104°52’44.50” BT 104°52’48.00” BT

  6 Gapura

  4°49’00.71” LS 4°48’52.76” LS

  Sindang Sari Sindang Sari

  N O NAMA LOKASI LUAS LINGKUP ADMINISTRASI KOORDINAT RT/RW KEL/DESA KEC/DISTRIK LINTANG BUJUR

  1.69 Ha

  1 Sribasuki

  9.33 Ha

  0.69 Ha RW 01 RT 02 RW 03 RT 03

  Sribasuki Sribasuki

  Kotabumi Kotabumi

  4°49’21.53” LS 4°49’23.55” LS

  104°53’28.75” BT 104°53’27.77” BT

  2 Kotabumi Udik

  2.66 Ha

  0.99 Ha LK 01 RT 01,02,03,04,05 LK 02 RT 03

  0.57 Ha

  0.13 Ha LK 01 RT 01,02 LK 02 RT 01,02 LK 04 RT 02 LK 05

  Kotabumi Udik Kotabumi Udik Kotabumi Udik Kotabumi Udik

  Kotabumi Kotabumi Kotabumi Kotabumi

  4°49’15.43” LS 4°49’12.11” LS 4°49’09.41” LS 4°49’09.41” LS

  104°52’32.78” BT 104°52’26.38” BT 104°52’37.81” BT 104°52’37.81” BT

  3 Sindang Sari

  9.29 Ha

  4.71 Ha LK 01 RT 01,02 Gapura Kotabumi 4°49’04.36” LS 104°52’44.50” BT

  VII. 5

  Tanjung Aman Tanjung Aman Tanjung Aman

  104°52’58.94” BT 104°52’29.52” BT 104°53’02.97” BT

  10 Tanjung Harapan

  2.78 Ha LK 08 RT 02,03 Tanjung Harapan Kotabumi Selatan 4°50’07.38” LS 104°53’19.78” BT

  11 Tanjung Aman

  0.44 Ha

  0.87 Ha

  2.86 Ha LK 02 RT 06 LK 07 RT 01 LK 09 RT 01

  Kotabumi Selatan Kotabumi Selatan Kotabumi Selatan

  Kotabumi Selatan Kotabumi Selatan Kotabumi Selatan

  4°49’42.34” LS 4°49’45.14” LS 4°49’36.47” LS

  104°53’02.87” BT 104°53’05.50” BT 104°53’00.30” BT

  12 Kelapa Tujuh

  2.75 Ha LK 08 Kelapa Tujuh Kotabumi Selatan X = 488213 Y = 9464526

  13 Bukit Kemuning

  2.58 Ha LK 06 RT 02 Bukit Kemuning Bukit Kemuning 4°49’21.52” LS 104°52’58.94” BT

  14 Candi Mas

  4°49’21.52” LS 4°49’40.21” LS 4°49’29.11” LS

  Tanjung Seneng Tanjung Seneng Tanjung Seneng

  7 Cempedak

  8 Kota Alam

  2.63 Ha

  2.12 Ha

  8.67 Ha LK 1 LK 3 LK 4

  Cempedak Cempedak Cempedak

  Kotabumi Kotabumi Kotabumi

  4°49’21.52” LS 4°49’40.21” LS 4°49’29.94” LS

  104°52’58.94” BT 104°52’29.52” BT 104°52’02.37” BT

  1.62 Ha

  7.11 Ha LK 03 RT 01 LK 04 RT 01 LK 05 RT 01

  1.53 Ha LK 03 RT 03,04,05 LK 04 RT 02,03

  Kota Alam Kota Alam

  Kotabumi Selatan Kotabumi Selatan

  4°49’43.76” LS 4°49’41.94” LS

  104°52’34.95” BT 104°52’31.37” BT

  9 Tanjung Senang

  1.38 Ha

  3.38 Ha

  10.37 Ha RW 1 Candi Mas Abung Selatan X = 491560 Y = 9463691

  VII. 6

7.1.1.2 Kondisi eksisting permukiman perdesaan, permukiman nelayan, rawan bencana, perbatasan, dan pulau kecil Kondisi Eksisting Permukiman Perdesaan

  Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan Permukiman perdesaan yang lebih cenderung berorientasi pada lokasi lahan usaha pertanian, diarahkan untuk tidak memanfaatkan lahan yang berpotensi terjadinya bencana alam seperti ancaman banjir, terutama pada kawasan sempadan sungai. Karena memang wilayah Kabupaten Lampung Utara terdapat banyak sungai, baik sungai besar maupun sungai kecil.

  a. Kawasan permukiman perdesaan akan dikembangkan menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Lampung Utara.; dan b. Kawasan perdesaan berbentuk kawasan agropolitan, yang meliputi satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

  Permukiman perdesaan lebih diarahkan dengan pola memanjang (linear) mengikuti pola jaringan jalan perdesaan. Dengan pola linear ini akan lebih memudahkan aksesibilitas dari/dan ke pusat-pusat pelayanan perdesaan, ataupun pusat kegiatan yang lebih tinggi seperti ke pusat pelayanan kawasan/lingkungan (PPK/L) terdekat.

  Untuk mendukung pengembangan permukiman perdesaan tersebut, penting pula mengembangkan sistem jaringan air bersih dan listrik perdesaan, serta ketersediaan moda angkutan umum perdesaan. Disamping itu, dengan memanfaatkan jaringan jalan perdesaan sebagai orientasi permukiman akan memudahkan dilakukan evakuasi jika terjadi bencana alam, seperti banjir.

  Rencana pengembangan kawasan permukiman, khususnya permukiman perkotaan, pada dasarnya harus mempertimbangkan aspek daya dukung lahan yang ada di wilayah Kabupaten Lampung Utara. Alokasi pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman Kabupaten Lampung Utara untuk kegiatan pengembangan permukiman dan perkotaan adalah ± 22.952,80 Ha atau 8,42% dari luas wilayah Kabupaten Lampung Utara yang tersebar di seluruh kecamatan.

  Rencana pengelolaan kawasan permukiman : 1) Memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukiman di kawasan permukiman dengan menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

  2) Pengembangan kawasan permukiman berdasarkan kepadatan penduduk, meliputi:  Kawasan permukiman berkepadatan tinggi diarahkan di Kecamatan Kotabumi dan Bunga Mayang.

   Kawasan permukiman berkepadatan sedang diarahkan di Kecamatan Bukit Kemuning.  Kawasan permukiman berkepadatan rendah diarahkan di 20 (dua puluh) Kecamatan lainnya.

  3) Pengembangan Permukiman Pedesaan:  Pada masing-masing pusat desa, untuk permukiman dalam kawasan hutan dilakukan enclave.

   Pada kawasan permukiman perdesaan yang memiliki potensi sebagai penghasil produk unggulan pertanian atau sebagai kawasan sentra produksi akan dilengkapi dengan lumbung desa modern, juga pasar komoditas unggulan. Selanjutnya beberapa komoditas yang memiliki prospek pengembangan melalui pengolahan akan dilakukan pengembangan industri kecil dengan membentuk sentra industri kecil.

   Kawasan perdesaan dapat berbentuk kawasan agropolitan, yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

   Pengembangan sistem jaringan transportasi yang mendukung alur produksi antar kota, antar wilayah, dan antar perkotaan dan perdesaan.

   Pengembangan prasarana dan sarana kawasan perdesaan. permukiman kawasan khusus seperti

  4) Pengembangan permukiman pada kawasan pariwisata dan kawasan industri.

7.1.1.3 Potensi dan tantangan pengembangan kawasan permukiman Salah satu elemen penting perkotaan adalah permukiman.

  Pengembangan permukiman di suatu daerah pada hakekatnya untuk mewujudkan kondisi suatu daerah yang layak huni, aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan. Dalam perkembangan permukiman selalu dihadapkan pada berbagai permasalahan antara lain lahan yang terbatas dan kualitas permukiman yang tidak memadai sehingga sering timbulnya permukiman kumuh. Adapun masalah permukiman di Kabupaten Lampung Utara adalah sebagai berikut : a. Perkembangan permukiman perkotaan di masing-masing kecamatan memiliki kesenjangan yang cukup tinggi dengan tingkat kepadatan tertinggi di pusat kota. Kepadatan yang tinggi tersebut tidak diimbangi dengan prasarana lingkungan yang memadai sehingga kemudian muncul masalah permukiman kumuh.

  b. Masih terdapatnya rumah tidak layak huni di Desa-desa dan kelurahan daerah pusat kota. Kepadatan kurang merata.

  c. Terdapat kawasan pemukiman yang berada di sempadan Daerah Aliran Sungai, dan sempadan Jalur Jalan Kereta Api.

  Tantangan Pembangunan Permukiman, Tantangan pembangunan permukiman Kabupaten Lampung Utara meliputi : a. Masih adanya kebiasaan buruk masyarakat untuk tidak menghargai lingkungan hidup.

  b. Perlu peningkatan kondisi untuk pemenuhan kualitas permukiman yang baik dan Pengembangan potensi permukiman untuk mendorong ekonomi.

  c. Angka kelahiran dan urbanisasi yang tinggi mengakibatkan kepadatan yang tak terkendali dan liar.

  d. Terdapatnya regulasi dari dokumen – dokumen perencanaan yang tidak up to date.

  e. Relokasi permukiman yang membutuhkan dana yang cukup tinggi. Hambatan Pembangunan Permukiman Hambatan pembangunan permukiman Kabupaten Lampung Utara meliputi: a. Kepadatan yang cukup tinggi pada Daerah Aliran Sungai dan

  Daerah Sepadan Jalur Kereta Api yang mengakibatkan menculnya permukiman kumuh.

  b. Masyarakat berpikir bahwa kualitas fisik hunian dan lingkungan tidak penting sejauh mereka masih bisa menyelenggarakan kehidupan mereka.

  c. Umumnya di permukiman kumuh adalah mereka yang tinggal dekat dengan pekerjaannya, sehingga mereka tidak mau jika tempat tinggalnya direlokasi.

  d. Saling tumpang tindih kebijakan antar sektor, sehingga pembangunan permukiman tidak terintegrasi Dalam upaya untuk menangani permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, beserta permasalahan pembangunan kota/kabupaten secara keseluruhan, dalam pelaksanaannya, kondisi ini seringkali belum dapat dilakukan, karena adanya beberapa permasalahan sebagai berikut:

   Belum adanya acuan yang jelas dan selaras untuk mengarahkan pengembangan kota yang selanjutnya menjadi acuan bagi keberadaan strategi yang terkait dengan pengembangan dan pembangunan kota, termasuk dalam hal pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.

  Dalam hal pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, kondisi ini dapat dilihat dari arah kebijakan di dalam dokumen perencanaan pembangunan dan penataan ruang yang ada. Kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan dalam dokumen perencanaan pembangunan yang tertuang dalam arahan pembangunan bidang wilayah dan tata ruang seringkali belum dirumuskan secara khusus. Hal ini berakibat pada timbulnya kesulitan dalam menerjemahkan kebijakan perencanaan pembangunan ke dalam kebijakan tata ruang untuk pengembangan permukiman yang terdapat dalam dokumen rencana tata ruang. Selain itu rencana pengembangan kawasan permukiman dalam dokumen rencana tata ruang lebih didasarkan pada rencana struktur ruang dibandingkan dengan arahan pembangunan makro yang terdapat dalam dokumen rencana pembangunan.

   Arah pengembangan dan pembangunan kota serta pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan belum didasarkan pada kebutuhan kota dan masih bersifat sektoral.

  Pengembangan kota serta pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang ada selama ini seringkali berorientasi pada penyelesaian permasalahan dalam jangka pendek, tidak melihat keberlanjutan penanganan, serta belum mempertimbangkan keterkaitan antarsektor. Hal ini menyebabkan bentuk-bentuk strategi dan program pengembangan serta pembangunan bersifat sektoral dan parsial. Bentuk-bentuk penanganan ini menyebabkan arahan pengembangan dan pembangunan kota lebih didasarkan pada ketersediaan program-program yang ada dan tidak berdasarkan pada kebutuhan kota secara keseluruhan.

   Strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan dan strategi pengembangan kota seringkali belum terpadu.

  Kondisi tersebut merupakan fenomena umum yang juga terjadi pada bidang pembangunan lainnya. Hal ini disebabkan oleh: 1. strategi pembangunan skala kota yang ada tidak memberikan acuan yang jelas, dan 2. strategi pembangunan sektoral yang disusun tidak atau belum mengacu kepada strategi pembangunan dalam skala kota.

  Terkait dengan hal tersebut, arahan pengembangan dan pembangunan seringkali disusun dalam tataran makro yang bersifat filosofis dan normatif, sehingga menyulitkan untuk dijabarkan dalam strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan atau strategi sektoral lainnya yang implementatif dan operasional. Sebaliknya, strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, serta strategi sektoral lainnya seringkali disusun sebagai suatu strategi yang terpisah dan belum mengacu pada kebijakan yang lebih tinggi.

  VII. 21

  8 Keg. 11.391.220.000

  35 Keg. 10.420.692.050

  44 Keg. 10.959.301.000

  5 Pembangunan Jalan Lingkungan Perdesaan 103 Keg. 37.672.662.400

  49 Keg. 14.169.614.350

  6 Pembangunan Sarana Air Bersih Sistem Perpipaan/Non Perpipaan Perkotaan dan Perdesaan

  21 Keg. 6.815.934.200

  7 Pembangunan Sistem Sanitasi Perkotaan dan Perdesaan ( SLBM )

  66 Keg. 3.361.251.570

  9 Keg. 2.092.175.000

  12 Keg. 3.096.840.000

  8 Pembangunan Pasar

  2 Keg. 1.330.082.700

  2 Keg. 1.330.082.700

  9 Rumah Swadaya ( RTLH )

  1 Keg. 250.000.000

  4 Pembangunan Jalan Lingkungan Perkotaan

  98 Keg. 6.333.208.750

  

7.1.1.4 Pemetaan dan evaluasi program-program yang telah dilaksanakan di kabupaten/kota terkait dengan pembangunan

kawasan permukiman, baik di perkotaan maupun perdesaan No Nama Kegiatan

  6

  Tahun 2015 2016 Vol Sat Anggaran Vol Sat Anggaran

  1

  2

  3

  4

  5

  7

  3 Pembangunan Sarana Sosial/Pembangunan Sumur Bor/Pompa air Tanah Dalam ( Pompa Air )

  8

  1 Pembangunan / Peningkatan Gedung Kantor

  52 Keg. 24.814.093.350

  11 Keg. 3.592.399.000

  2 Pembangunan Fasilitas Umum Sosial dan Prasarana Pemerintah

  19 Keg. 6.333.208.750

  58 Keg. 26.124.724.340

  JUMLAH TOTAL 339 Keg, 95.812.057.200 251 Keg. 74.275.432.960

7.1.2 Sasaran Program

  Matriks Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman TOTAL SASARAN PROGRAM N URAIAN SASARAN PROGRAM LUASAN 2017 2018 2019 2020 2021 KET O

  KAWASAN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

  I Kawasan Kumuh Perkotaan 95,077 Ha

  • 32,00 Ha 32,00 Ha 31,08 Ha - 4 Kec. 14 Lokasi

  II Kawasan Permukiman Perdesaan 123.281 Ha 25.000 Ha 25.000 Ha 25.000 Ha 25.000 Ha 23.281 Ha

  III Kawasan Permukiman Khusus ……. Ha …. Ha …. Ha …. Ha …. Ha …. Ha

  (Permukiman Nelayan, Perbatasan, Pulau Kecil, Kawasan Bencana dsb)

  Keterangan pengisian : (1)Nomor (2)Jenis kawasan permukiman (3) Total luas kawasan permukiman eksisting (4), (5), (6), (7), (8) Sasaran luas penanganan kawasan permukiman dari tahun ke 2017 hingga ke 2021

  VII. 22

7.1.3 Usulan Kebutuhan Program, berisikan rincian usulan hasil identifikasi kebutuhan program untuk pencapaian sasaran program sektor pengembangan kawasan permukiman yang dijabarkan setiap tahunnya.

  

Matrik Usulan Kebutuhan Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

  NO KAWASAN PERMUKIMAN LUAS RENCANA PROGRAMN KAWASAN 2017 2018 2019 2020 2021 KET (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

  I Kawasan Kumuh Perkotaan 95,077 Ha 32,00 Ha 32,00 Ha 31,08 Ha - -

1. Kawasan Perkotaan

  II Kawasan Permukiman Perdesaan 123.281 Ha 25.000 Ha 25.000 Ha 25.000 Ha 25.000 Ha 23.281 Ha

  1. Kawasan Perdesaan

  III Kawasan Permukiman Khusus ( Permukiman Nelayan, Perbatasan Pulau Kecil, Rawan Bencana dsb)

  • 1. Kawasan….

  2. Kawasan….

  • Keterangan pengisian :

  (1) Nomor, (2) Jenis kawasan permukiman, (3) Luas total kawasan permukiman eksisting, (4) (4),(5),(6),(7),(8) Usulan Rencana kegiatan selama 5 tahun, (9) Keterangan

  VII. 23

  

Matrik Usulan Kebutuhan Pembiayaan Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

OUT PU

  SUMBER DANA READINEES CRITERIA NO

INDIKATOR OUTPUT LOKASI TAHUN

  VOL SAT APBN APBD APBD KPS CSR DED/FS AMDAL/UKL/UPL LAHAN PENGELOLA PROV KAB/KOTA RINCIAN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

  1 1.a 1.b

  2 2.a 2.b 3. TOTAL

  ((1) Nomor urut (2), (3), (4) output, indikator output, dan rincian kegiatan yang disesuaikan dengan Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya untuk sector

  Pengembangan Permukiman (5) Lokasi kegiatan (6) Tahun Kegiatan (7) Volume Kegiatan (8) Satuan (9), (10), (11), (12), (13) Sumber pembiaayaan kegiatan yang bersumber dari matriks usulan program (14), (15), (16), (17) Kesiapan Readness Criteria

  VII. 24

7.2 SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

  Dalam rangka meningkatkan ketertiban, pengendalian dan terwujudnya bangunan gedung yang fungsional, andal yang menjamin keselamatan, kesehatan, Kenyamanan dan kemudahan bagi pengguna serta selaras dengan lingkungannya harus diselenggarakan dan dilaksanakan sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berwawasan lingkungan. berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2OO2 tentang Bangunan Gedung, pengaturan bangunan gedung beserta tzin membangun bangunan menjadi kewenangan Pemerintah Daerah

7.2.1 Kondisi Eksisting

  Rumah sebagai tempat berlindung merupakan kebutuhan pokok manusia selain sandang dan pangan yang harus dipenuhi untuk dapat bertahan hidup. Rumah dijadikan tempat tinggal dan tempat berlindung dari cuaca panas dan hujan yang dapat berubah setiap saat. Selain itu, rumah sebagai tempat tinggal juga dapat menunjukkan status sosial di masyarakat. Semakin tinggi status sosial dan kemampuan finansial seseorang, maka rumah atau tempat tinggalnya cenderung akan lebih baik secara kualitas, sehingga secara umum, kualitas rumah tempat tinggal akan menentukan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga Pada umumnya semua Kecamatan di Kabupaten Lampung Utara memiliki wilayah kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dengan luas kurang lebih 22.953 (dua puluh dua ribu Sembilan ratus lima puluh tiga) hektar meliputi :

a. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan; dan b. Kawasan peruntukan permukiman perdesaan.

  Kawasan peruntukan permukiman perkotaan meliputi:

  a. Kecamatan Kotabumi;

  b. Kecamatan Bukit Kemuning;

  c. Kecamatan Sungkai Utara;

  d. Kecamatan Abung Surakarta;

  e. Kecamatan Abung Selatan;

  f. Kecamatan Blambangan Pagar;

  g. Kecamatan Bunga Mayang;

  h. Kecamatan Tanjung Raja;

i. Kecamatan Abung Barat;

  j. Kecamatan Kotabumi Utara; k. Kecamatan Abung Tengah; l. Kecamatan Kotabumi Selatan; m. Kecamatan Sungkai Jaya; n. Kecamatan Abung Semuli; dan o. Kecamatan Sungkai Selatan.

  Kawasan peruntukan permukiman perdesaan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Lampung Utara. Kawasan peruntukan permukiman tentu saja harus memperhitungkan kawasan rawan bencana yang ada di wilayah Kabupaten Lampung Utara, yaitu berupa kawasan yang secara keadaan fisik memiliki potensi terjadinya bencana baik yang disebabkan oleh alam, maupun yang disebabkan oleh perilaku manusia. Jenis bencana yang di sebabkan oleh alam diantaranya terjadinya gempa bumi, tanah longsor atau pergerakan tanah, puting beliung dan banjir. Sedangkan jenis bencana yang di akibatkan oleh perilaku manusia contohnya adalah kebakaran. Beberapa jenis bencana tersebut diatas tentunya menjadi pertimbangan dalam penataan ruang. Hal yang menjadi pertimbangan adalah hendaknya tidak menempatkan

  • – konsentrasi penduduk dalam jangka waktu lama pada kawasan kawasan yang terdeliniasi sebagai kawasan rawan bencana. Artinya, beberapa aktivitas pada kawasan tersebut perlu diatur dan diawasi. Jika tidak cermat, kawasan ini bisa menjadi pembatas pertumbuhan ekonomi. Jenis bencana yang terdapat di Kabupaten Lampung Utara yaitu hanya berupa banjir yang terjadi pada beberapa kecamatan di Lampung Utara. Beberapa kecamatan yang kerap digenangi banjir yaitu Kecamatan Kotabumi Selatan, Kotabumi Utara, Muara Sungkai, Bunga Mayang, Abung Timur, Abung Selatan, Abung Surakarta, Abung Tengah, Abung Semuli, Kotabumi dan Sungkai Selatan. Terjadinya banjir disebabkan oleh meluapnya air sungai hingga menggenangi kawasan yang berada di sekitarnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.11.

  

Tabel 2. 1 : Jumlah rumah per kecamatan

Nama Kecamatan Jumlah Rumah (Unit)

  1. Bukit Kemuning 6.372

  2. Kotabumi 11.057

  3. Sungkai Selatan 5.664

  4. Tanjung Raja 7.982

  5. Abung Timur 10.820

  6. Abung Barat 3.621

  7. Abung Selatan 11.099

  8. Sungkai Utara 7.653

  9. Kotabumi Utara 6.302

  10. Kotabumi Selatan 15.414

  11. Abung Tengah 4.228

  12. Abung Tinggi 3.942

  13. Abung Semuli 6.546

  14. Abung Surakarta 7.518

  15. Muara Sungkai 4.024

  16. Bunga Mayang 7.755

  17. Hulu Sungkai 2.622

  18. Sungkai Tengah 3.383

  19. Abung Pekurun 2.615

  20. Sungkai Jaya 2.271

  21. Sungkai Barat 3.621

  22. Abung Kunang 2.443

  23. Blambangan Pagar 4.640

  Jumlah 141.592

Sumber : BPS Kab. Lampung Utara (Kecamatan Dalam Angka

Tahun 2012)

  Kondisi eksisting rumah yang terdapat di Kabupaten Lampung Utara dapat dilihat dari secara keseluruhan terdapat 141.592 unit rumah. Dari total jumlah rumah tersebut 34 persennya atau sekitar 49.057 unit rumah tergolong dalam rumah permanen sementara 33 persennya atau sekitar 47.440 unit rumah masih tergolong kedalam rumah semi permanen dan 31 persennya atau sikitar 45.095 rumah masih sederhana. Jumlah rumah tertinggi terdapat di kecamatan kotabumi selatan sebanyak 15.414 unit rumah sedangkan jumlah rumah terendah terdapat di kecamatan Sungkai Jaya sebanyak 2.271 unit rumah.

  Kondisi kota pusaka, kota hijau (RTH, Kebun Raya, Bangunan Gedung Hijau) dan kawasan strategis lainnya Kondisi Kota Pusaka

  Indonesia merupakan negara yang kaya dengan limpahan pusaka yang bernilai tinggi, beragam dan unik, tersebar dan dapat ditemui diseluruh pelosok tanah air baik secara kasat mata atau pun dalam jiwa. Berdasarkan segi kepentingan dan luas pengaruhnya Indonesia memiliki pusaka kota, propinsi, nasional dan dunia. Berdasarkan jenisnya, pusaka terdiri atas pusaka alam, pusaka budaya dan gabungan keduanya yaitu pusaka saujana. Adapun secara fisik, pusaka dapat terbagi atas pusaka bendawi (tangible heritage) dan pusaka nonbendawi (intangible heritage).

  Berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya, perlu untuk melestarikan benda cagar budaya sebagai suatu warisan masa lalu yang memiliki nilai bagi perkembangan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang, termasuk Kabupaten Lampung Utara yang memiliki sejumlah benda cagar budaya (BCB)

  Pemerintah Kabupaten Lampung Utara belum berkomitmen untuk ikut bekerjasama dan ikut serta dalam Program Penataan dan Pelestarian Kota Pustaka (P3KP) yang difasilitasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum yang bekerjasama dengan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) serta Kementerian lainnya.

  Kota Hijau

  Salah satu upaya dalam penyelesaian permasalahan degradasi lingkungan adalah adanya konsep Green Citi. Konsep Green City atau kota hijau muncul pertama kali dalam pertemuan PBB yang dihadiri lebih dari 100 walikota dan gubernur di San Fransisco, Amerika Serikat, pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada tahun 2005. Pertemuan tersebut, diantaranya melahirkankesepakatan bersama mewujudkan pengembangan kota dengan konsep ‘kota hijau’. Salah satu cara untuk mewujudkan kota hijau adalah dengan melakukan pembangunan berkelanjutan yang saat ini dikenal dengan pembangunan berbasis green growth. World Wide Fund for Nature dan Pricewaterhouse Coopers (2011), mendefinisikan green growth sebagai sebuah konsep pembangunan yang dilaksanakan dengan mengupayakan keseimbangan ekonomi, sosial, budaya serta lingkungan hidup. Konsep pembangunan berbasis green growth menurut World Wide Fund for Nature (WWF) dan Price

  Waterhouse Coopers (PWC), dilaksanakan berdasar pada lima pilar penting

  berikut :

  a. Pertumbuhan ekonomi

  b. Perbaikan kondisi social

  c. Konservasi keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan

  d. Kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim global e. Penurunan emisi gas rumah kaca. Adapun mengenai konsep kota hijau adalah perlunya pemerintah memanfaatkan energi matahari, udara dan air untuk mewujudkan green building dan green businnes pada proyek-proyek restorasi lingkungan kota, pertamanan kota dan penghijauan kota.Secara individu , penduduk kota diharapkan juga memiliki kebiasaan menggunakan kendaraan umum, berjalan kaki, bersepeda atau mengunakan angkutan berbahan bakar non fosil.

  Kota Hijau merupakan metafora dari Kota Berkelanjutan atau Kota Ekologis yang didefinisikan sebagai berikut:

  1. Kota Hijau dapat dipahami sebagai kota yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan secara efektif dan efisien sumberdaya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, mensinergikan lingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang

berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

  2. Kota yang didesain dengan mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan, dihuni oleh orang-orang yang memiliki kesadaran untuk meminimalisir (penghematan) penggunaan energi, air dan makanan, serta meminimalisir buangan limbah, percemaran udara dan pencemaran air.

  3. Kota yang mengutamakan keseimbangan ekosistem hayati, dengan lingkungan terbangun sehingga tercipta kenyamanan bagi penduduk kota yang tinggal didalamnya maupun bagi para pengunjung kota.

  4. Kota yang dibangun dengan menjaga dan memupuk aset-aset kota- wilayah, seperti aset manusia dan warga yang terorganisasi, lingkungan terbangun, keunikan, dan kehidupan budaya, kreativitas dan intelektual, karunia sumber daya alam, serta lingkungan dan kualitas prasarana kota.

  Pemerintah Kabupaten Lampung Utara belum ikut bekerjasama dan ikut Program Pengembangan Kota Hijau ( P2KH ) Potensi dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan raung, terutama untuk mewujudkan lingkungaan binaan, baik diperkotaan maupun diperdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungan. Dalam Penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang antara lain :

1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung

   Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah

  • – daerah rawan bencana.

   Prasarana dan Sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian,

   Lemahnya pangaturan penyelengaraan Bangunan Gedung didaerah serta rendahnya kualitas pelayanan public dan perijinan.

  2. Permasalahan dan Tantangan di bidang Gedung dan Rumah Negara  Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan  Penyelengaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien  Masih Banyaknya asset negara yang tidak teradministraikan dengan baik

  3. Permasalahan dan Tantangan di bidang Penataan Lingkungan o Masih adanya permukiman kumuh o Kurang diperhatikannya permukiman – permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata o Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota. o Sarana lingkungan hijau / open spac atau public space, sarana olah raga, dan lain

  • – lain kurang diperhatikan hampir di semua kota, terutama kota Metro dan Besar.

  4. Permasalahan dan Tantangan dibidang Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan

  • Masih banyaknya Jumlah Penduduk miskin
  • Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat
  • Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan diwilayahnya.

  5. Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan  Amanat Undang – Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan pelaksanaan Undang – Undang Bangunan Gedung,bahwa semua Bangunan Gedung harus layak Fungsi pada tahun 2010  Komitmen terhadap kesepakatan

  

Data lain yang terkait dengan Penataan Bangunan dan Lingkungan

NO JENIS TAMAN LUAS ( M2)

  1 Taman Kota 4.603,00

  2 Taman Pagar Kantor 2.139,90

  3 Taman Sudut Jalan 609,00

  4 Taman Tugu 3.556,00

  5 Taman Lingkungan 6.979,00

  6 Taman Median Jalan 6.232,00

  JUMLAH 24.118,90

7.2.2 Sasaran Program

  

Matrik Sasaran Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

  NO URAIAN SASARAN PROGRAM SASARAN SASARAN PROGRAMN KET PENANGANAN 2017 2018 2019 2020 2021

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

  I Penyelengaraan Bangunan Gedung ….. M2

  Penataan Bangunan dan Lingkungan Strategis

  II ….. M2

  Revitalisasi Kawasan Tematik Perkotaan

  III … Kawasan

  IV Pengembangan RTH

  9 Ha 1,75 Ha 1,75 Ha 1,75 Ha 1,75 Ha 1,75 Ha

  Fasilitasi Ruang Tebuka Publik/Edukasi dan

  V

  23 Kecamatan

  4. Kec

  5. Kec

  5. Kec

  4. Kec

  5. Kec

  Partisipasi Masyarakat Turbinwas BG

  VI 5.78 % BG ber IMB

  Keterangan pengisian : (1) Nomor, (2) Jenis kegiatan PBL (3) Sasaran penangan 2015-2019, (4) (4),(5),(6),(7),(8) Sasaran Program selama 5 tahun, (9) Keterangan

  VII. 31

7.2.3 Usulan Kebutuhan Program

  

Matrik Sasaran Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

  NO KEGIATAN PENATAAN BANGUNAN SATUAN RENCANA PROGRAM KET DAN LINGKUNGAN 2017 2018 2019 2020 2021

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

  I Penyelengaraan Bangunan Gedung

  1. Bangunan…………. …. M2 2. Bangunan………….

  …. M2

  II Penataan Bangunan dan Lingkungan Strategis 1. Kawasan………….

  …. M2 2. Kawasan…………. …. M2

  III Revitalisasi Kawasan Tematik Perkantoran

  1. Kawasan…………. ………..Kawasan 2. Kawasan………….

  …………Kawasan

  IV Pengembangan RTH

  1. RTH Samping Koramil Tanjung Aman 10.000 M2 2.500 M2 2.500 M2 2.500 M2 2.500 M2 -

  5.000 M2 1.000 M2 1.000 M2 1.000 M2 1.000 M2

  2. RTH Taman Air Mancur

  V Fasilitasi Ruang Terbuka Publik / Edukasi dan Partisipasi Masyarakat 1. Kecamatan……….

2. Kecamatan……….

  Keterangan pengisian : (1) Nomor, (2) Jenis keg. PBL (3) Satuan,

  VII. 32

  (4),(5),(6),(7),(8) Usulan rencana program selama 5 tahun, (9) Keterangan

  

Matrik Usulan Kebutuhan Pembiayaan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

NO OUT PU

  SUMBER DANA READINEES CRITERIA LOKASI TAHUN

VOL SAT

  APBN APBD APBD KPS CSR DED/FS AMDAL/UKL/UPL LAHAN PENGELOLA RINCIAN PROV KAB/KOTA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

  1 1.a 1.b

  2 2.a 2.b 3. TOTAL

  ((1) Nomor urut (2), (3), (4) output, indikator output, dan rincian kegiatan yang disesuaikan dengan Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya untuk sector

  Pengembangan Permukiman (5) Lokasi kegiatan (6) Tahun Kegiatan (7) Volume Kegiatan (8) Satuan (9), (10), (11), (12), (13) Sumber pembiaayaan kegiatan yang bersumber dari matriks usulan program (14), (15), (16), (17) Kesiapan Readness Criteria

  VII. 33

7.3 SEKTOR PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM ( SPAM )

  Air Minum merupakan kebutuhan dasar dan hak setiap warga negara yang harus dipenuhi oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Semakin meningkatnya populasi menyebabkan kebutuhan akan air minum terus meningkat. Ketersediaan air minum merupakan salah satu tolok ukur kesejahteraan masyarakat. Ketersediaan air minum juga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan dapat mendorong peningkatan produktivitas mastarakat, shingga dapat terjadi peningkaan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Oeleh karena itu penyediaan sarana dan prasarana air minum menjadi salah satu kunci dalam pengembangan ekonomi wilayah.

7.3.1 Kondisi Eksisting

  Guna memenuhi kebutuhan akan air bersih dan sehat di Kabupaten Lampung Utara pada tahun 1982 telah didirikan perusahaan air minum “Way Bumi “. Saat ini kapasitas produksi PDAM Way Bumi sebesar 1500 M3 atau 1.500.000 liter/detik yang telah melayani sebanyak 5.318 unit sambungan rumah di 7 (tujuh) Kecamatan yang ada di Lampung Utara atau sebesar 31,17% cakupan pelayanan yang dapat dirasakan masyarakat.

  Untuk lebih jelasnya tentang sistem penyedian dan pengelolaan air bersih perpipaan di Kabupaten Lampung Utara dapat dilihat pada tabel 3.34 dibawah ini. Saat ini di PDAM “Way Bumi” Lampung Utara telah disusun konsep perencanaan pemenuhan kebutuhan air bagi masyarakat. Dari perencanaan tersebut kebutuhan air bagi masyarakat di daerah perkotaan ditargetkan mencapai 80% sedangkan untuk daerah perdesaan kebutuhan air ditargetkan mencapai 60%. Dengan target yang direncanakan ini akan dapat menciptakan kinerja aparatur PDAM sebagai perwujudan pemberian pelayanan secara maksimal, kepada masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih diwilayah yang tidak terlayani, selama ini bersumber dari sungai, mata air dan air tanah dalam (sumur gali/sumur bor) dengan sistem pengairan menggunakan perpompaan dan gravitasi. Tabel 3. 1 : Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Perpipaan Kabupaten Lampung Utara

  Sistem

No Uraian Satuan Keterangan

Perpipaan

  1 Pengelola PDAM/ BPAM

  2 Tingkat Pelayanan % 31,71

  3 Kapasitas Produksi Lt/detik 1.500.000

  4 Kapasitas Terpasang Lt/detik

  80

  5 Jumlah Sambungan Rumah (Total) Unit 5.318

  6 Jumlah Kran Air Unit 5.318

  7 Kehilangan Air (UFW) % 40 (20,8 lt/det)

  8 Retribusi/Tarif (rumah tangga) M3 Rp. 3000,-

  9 Jumlah pelanggan per kecamatan Pelanggan 2.585 Tidak

  • Kec. Kotabumi

  beroperasi Pelanggan 922

  • Kec. Bukit Kemuning Pelanggan 599
  • Kec. Tj Raja dan Kec. Ogan Lima Pelanggan 197 Tidak - Kec. Kotabumi Utara

  beroperasi 241 Tidak