DOCRPIJM 80b6defb89 BAB III3 Arahan Strategis Nasional

BAB 3 ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAY KANAN Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang

  adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

3.1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL (RTRWN)

  Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk: a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,

  b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

  c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,

  d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilaya provinsi, serta keserasian antarsektor, e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,

  f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

  a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria:

  a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional, b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

  b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:

  a. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN, b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

  c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria:

  a. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga, b. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga, c. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau d. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya

  d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

  Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:

   Pertahanan dan keamanan,

  a. diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional, b. diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau

  c. merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

   Pertumbuhan ekonomi,

  a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

  b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional, memiliki potensi ekspor, c. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,

  d. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

  e. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, f. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau g. ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

   Sosial dan budaya

  a. merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional, b. merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri bangsa,

  c. merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan,

  d. merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,

  e. memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau f. memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

   Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

  a. adiperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

  b. pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir c. memiliki sumber daya alam strategis nasional

  d. berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa

  e. berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau f. berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

   Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

  a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kabupaten Way Kanan tidak termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional.

3.2 RTRW KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KSN)

  b. Arahan kepentingan penetapan KSN, yang dapat berupa:

  3. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya. Kabupaten Way Kanan tidak termasuk dalam Kawasan Strategis Nasional Selat Sunda sesuai Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda.

  2. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

  1. Arahan pengembangan pola ruang:

  c. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:

  Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi

  Lingkungan Hidup

  Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW KSN dalam penyusunan RPI2-JM Cipta Karya Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: a. Cakupan delineasi wilayah yang ditetapkan dalam KSN.

  h. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

  g. rawan bencana alam nasional

  f. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup

  c. ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan, d. dmemberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara, e. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro

  b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang

  • Ekonomi -

  • Sosial Budaya -

  • Pertahanan dan Keamanan

  • Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
  • Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

3.3 ARAHAN RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN.

  Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:

  a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

  b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana yang dapa dikembangkan dan yang harus dikendalikan.

  c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.

  Kabupaten Way Kanan termasuk dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau Sumatera karena sesuai Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera. Yang termasuk dalam RTRW Pulau meliputi Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Jawa- Bali.

  

3.4 ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) PROVINSI

LAMPUNG

  Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:

  a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:

  1. Arahan pengembangan pola ruang: Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

  • Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan
  • RTH.

  2. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase b. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

  Kabupaten Way Kanan dalam wilayah administratif Provinsi Lampung berdasarkan Perda No. 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung merupakan pusat kegiatan wilayah promosi (PKWp) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c ditujukan sebagai pusat kegiatan lokal yang di promosikan atau di rekomendasikan oleh provinsi dalam 5 (lima) tahun kedepan akan menjadi PKW. Penetapan PKWp di lokasi Blambangan Umpu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b ditujukan untuk kegiatan utama sebagai berikut : pusat pemerintahan kabupaten;

  • pusat perdagangan;
  • pertanian.
  • 3.5 ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN

    WAY KANAN

  Sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Adapun arahan dalam RTRW Kabupaten/Kota yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan:

  Pertahanan keamanan

  • Ekonomi -

  Lingkungan hidup

  • Sosial budaya
  • Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi
  • b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup :

  Arahan pengembangan pola ruang:

  • 1) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya 2) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

  Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan

  • prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan.

  c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.

  d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

  

3.5.1 ARAHAN PENGEMBANGAN STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN WAY

KANAN

  Sesuai dengan konsep pengembangan tata ruang wilayah Kabupaten Way Kanan, maka strategi pengembangan adalah pemerataan pelayanan dan penjalaran fungsi-fungsi pusat-pusat pelayanan. Oleh karena itu perlu pembentukan pusat-pusat yang mampu memberikan pelayanan secara optimal ke seluruh wilyah. Rencana Pengembangan Sistem Pusat-Pusat Pelayanan (Pusat Kegiatan) di wilayah Kabupaten Way Kanan diarahkan untuk meningkatkan pembangunan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Hal ini menyangkut pemenuhan kebutuhan masyarakat termasuk dalam penyediaan sarana dan prasarana utama penunjang yang pengadaannya dikelola secara terpadu. Penerapan kebijaksanaan setiap sistem kegiatan pembangunan berbeda-beda tergantung dari kebutuhan tiap-tiap wilayah. Arahan pengembangan pusat kegiatan dilakukan melalui pengembangan pusat-pusat permukiman baik pusat permukiman perkotaan maupun perdesaan untuk melayani kegiatan ekonomi, pelayanan pemerintahan dan pelayanan jasa, bagi kawasan permukiman maupun daerah sekitarnya. Pusat-pusat kegiatan ditujukan untuk melayani perkembangan berbagai usaha atau kegiatan dan permukiman masyarakat dalam wilayahnya dan wilayah sekitarnya. Hirarki fungsional Wilayah Kabupaten Way Kanan adalah:

  1. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp), yaitu pusat kegiatan lokal yang di promosikan atau direkomendasikan oleh provinsi dalam lima tahun kedepan akan menjadi PKW, mengingat secara fungsi dan perannya kota tersebut telah memiliki karakteristik pusat kegiatan wilayah

  2. Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) yang berada di wilayah kabupaten, merupakan PPK yang akan dipromosikan menjadi PKL dalam 5 tahun mendatang

  3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa

  4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

  Sistem pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten harus mengadopsi kebijakan pengembangan sistem kegiatan nasional yang dituangkan dalam RTRWN maupun RTRW Pulau serta kebijakan penataan ruang provinsi yang dituangkan dalam RTRW Provinsi Lampung. Berdasarkan arahan PP No.26/2008 tentang RTRW Nasional tidak ada pusat kegiatan di Kabupaten Way Kanan, sementara itu berdasarkan Perda No1 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Lampung disebutkan Blambangan Umpu merupakan PKWp Provinsi Lampung yang ada di Kabupaten Way Kanan.

  Identifikasi kegiatan lokal di Kabupaten Way Kanan yang dapat dijadikan acuan pengembangan PKLp, PPK, dan PPL dapat pada Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1. Deskripsi Kegiatan Lokal di Kabupaten Way Kanan Tahun 2010-2030

  Kegiatan Deskripsi Kawasan Sawah Irigasi

  • Irigasi teknis hanya terdapat di Kecamatan Banjit, Baradatu, Kasui, Way Tuba, Bahuga, Buay Bahuga, dan Bumi Agung Industri skala kabupaten dan beberapa kecamatan
  • Industri pengolahan tebu, dan pabrik gula di Kec. Pakuan Ratu
  • Industri pengolahan Kelapa Sawit di Kec. Bumi Agung
  • Industri Pengalengan Buah Nanas di Kec. Pakuan Ratu
  • Industri Batu Belah di Kec. Gunung Labuhan Pusat pengelolaan air bersih
  • IKK Kasui.
  • IKK Baradatu.
  • IKK Banjit.
  • IKK Blambangan Umpu.
  • KecamatanBumi Agung
  • IKK Gunung Labuan.
  • Banjit, Baradatu, dan Kasui Simpul transportasi skala kabupaten dan beberapa kecamatan:

  Pasar skala kawasan

  1. Bandar Udara

  • Bandara militer Gatot Subroto di Kec. Way Tuba

  2. Terminal

  • Rencana pengembangan terminal di Kec. Pakuan Ratu, dan Way Tuba Kawasan Wisata
  • wisata agro perkebunan karet, kopi, kakao, coklat, lada dan kelapa sawit di Kecamatan Blambangan Umpu, Kasui, Banjit, Baradatu, Bahuga, dan Pakuan Ratu.

  Sumber: Hasil Rencana, 2010

Tabel 3.2. PKWp, PKLp, PPK, dan PPL di Kabupaten Way Kanan Tahun 2010-2030

  No Nama Kota Hierarki Fungsi Utama

  1 Blambangan Umpu di Kec. PKWp  Pusat pemerintahan kabupaten, Blambangan Umpu  Perdagangan  Pertanian  Industri Agro

  2 Tiuh Balak Pasar di Kec. Baradatu PKLp  Pusat pemerintahan kecamatan  Pertanian  Perdagangan  Pusat koleksi dan distribusi

  3 Pasar Banjit di Kec.Banjit PPK  Pusat Pemerintahan kecamatan  Pertanian  Perdagangan  Pusat koleksi dan distribusi

  4 Jaya Tinggi di Kec. Kasui PPK  Pusat Pemerintahan kecamatan  Pertanian  Perdagangan  Pusat koleksi dan distribusi

  5 Way Tuba di Kec. Way Tuba PPL  Pusat Pemerintahan kecamatan  Industri agro

  6 Pakuan Ratu di Kec. Pakuan Ratu PPL  Pusat Pemerintahan kecamatan  wisata

  7 Bumi Agung di Kec. Bumi Agung PPL  Pusat Pemerintahan kecamatan  Industri agro

3.5.1.1 Sistem Jaringan Air Baku Air Minum

  Air baku air minum yang dimaksud di sini adalah air baku untuk kebutuhan hidup manusia sehari- hari yang memenuhi syarat baku sehat untuk diminum. Proyeksi kebutuhan air baku air minum berdasarkan jumlah penduduk yang mengkonsumsi air minum dari PDAM sampai tahun 2030. Konsumsi air minum berbeda ditinjau dari jenis pelayanan. Secara garis besar pelayanan dapat dibagi atas pelayanan Domestik dan Non Domestik. Jenis pelayanan domestik adalah pelayanan untuk rumah tangga baik berupa sambungan langsung maupun kran umum, sedangkan yang non domestik adalah pelayanan untuk instansi pemerintah, kantor dan niaga.

  Berikut beberapa asumsi dan pendekatan yang digunakan untuk menghitung kebutuhan air baku air minum Domestik: Sambungan langsung = 60liter/orang/hari Kranumum = 30 liter/orang/hari Non Domestik : 20% darikebutuhan air minum domestik selain air baku industri

Tabel 3.3 Proyeksi Kebutuhan Air Baku Air Minum

  di Kabupaten Way Kanan

  Kecamatan Jumlah Penduduk Air Baku Air Minum Domestik Non Domestik (liter/hari)

Sambungan

langsung

  

(liter/hari)

Kran Umum (liter/hari)

  Banjit 50.884 3.053.069 1.526.535 305.307 Baradatu 47.558 2.853.475 1.426.737 285.347 Gunung Labuhan 24.857 1.491.424 745.712 149.142 Kasui 37.969 2.278.124 1.139.062 227.812 Rebang Tangkas 33.857 2.031.436 1.015.718 203.144 Blambangan Umpu 54.800 3.288.003 1.644.002 328.800 Way Tuba 23.879 1.432.729 716.365 143.273 Negeri Agung 24.856 1.491.348 745.674 149.135 Bahuga 12.575 754.490 377.245 75.449 Buay Bahuga 23.081 1.384.872 692.436 138.487 Bumi Agung 32.256 1.935.341 967.670 193.534 Pakuan Ratu 31.901 1.914.045 957.023 191.405 Negara Batin 39.927 2.395.591 1.197.795 239.559 Negeri Besar 25.639 1.538.365 769.183 153.837 Jumlah 464.039 27.842.313 13.921.156 2.784.231

  Sumber: Hasil Rencana, 2010

  Berikut rencana pengembangan jaringan air baku air minum untuk pemenuhan kebutuhan air baku air minum di Kabupaten Way Kanan:

  • Mengoptimalkan sarana dan prasarana air bersih yang ada (Kasui, Banjit, Bumi Agung, Baradatu, Blambangan Umpu, Gunung Labuhan) untuk memberikan pelayanan air minum, secara bertahap dengan peningkatan 20% per tahun, sehingga di akhir tahun 2015 seluruh unit pengolahan air bersih eksisting sudah dapat termanfaatkan
  • Menambah unit pengolahan air bersih baru di tiap kecamatan
  • Pembangunan Sarana dan prasarana air bersih dengan sistem gravitasi memanfaatkan sumber air baku yaitu Way Kanan, Way Pisang, Way Umpu, Way Besai, Way Giham, Way Tahmi, Way Talang Mangga, Way Nencar dan Way Nanganyu.

3.5.1.2 Rencana Sistem Penanganan Sampah

  Sampah adalah material padat yang tidak terpakai sebagai akibat kegiatan manusia. Material padat dapat berupa benda yang bisa terbakar maupun tidak, bisa berupa benda yang bisa terurai atau tidak sehingga volumenya dapat direduksi dengan pertolongan jasad renik yang ada disekitar benda benda tersebut, dengan kecepatan penguraian yang sangat bervariasi dari mulai hitungan hari (daun-daunan, dan sampah organik) hingga ratusan tahun (sampah plastik, dan sebagian) atau benda-benda yang bisa terurai dan tidak bisa terurai sama sekali.

  Penanganan terhadap sampah memerlukan perhatian yang cukup besar mengingat jumlah sampah yang akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk kota, serta dampak yang ditimbulkannya apabila tidak ditangani secara tepat terhadap kota itu sendiri. Selain pengangkutan dan pengelolaan sampah, penyediaan dan lokasi pembuangan sampah merupakan kebutuhan bagi wilayah kabupaten. Kebutuhan penanganan sampah di Kabupaten Way Kanan dihitung dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut:

  • timbulan sampah domestik: 3 liter/orang/hari
  • jumlah kebutuhan dump truck: 1 dump trcuk/8 m
  • 3<
  • jumlah kebutuhan trasfer depo: 50-70 dump truck /transfer depo
  • 1 TPS per kecamatan

Tabel 3.4 Proyeksi Kebutuhan Penanganan Sampah diKabupaten Way Kanan

  Timbulan Timbulan Jumlah Transfer

  

Kecamatan sampah sampah Dump Truck TPS

Penduduk Depo (liter/hari) (m3)

  Banjit 50.884 152.653 152,65

  19

  1 Baradatu 47.558 142.674 142,67

  18

  1

  2 Gunung

  9

  1 Labuhan 24.857 74.571 74,57 Kasui 37.969 113.906 113,91

  14

  1

  1 Rebang Tangkas 33.857 101.572 101,57

  13

  1 Blambangan

  21

  1 Umpu 54.800 164.400 164,40

  2 Way Tuba 23.879 71.636 71,64

  9

  1 Negeri Agung 24.856 74.567 74,57

  9

  1 Bahuga 12.575 37.724 37,72

  5

  1 Buay Bahuga 23.081 69.244 69,24

  9

  1

  1 Bumi Agung 32.256 96.767 96,77

  12

  1 Pakuan Ratu 31.901 95.702 95,70

  12

  1

  1

  Timbulan Timbulan Jumlah Transfer

  

Kecamatan sampah sampah Dump Truck TPS

Penduduk Depo (liter/hari) (m3)

  Negara Batin 39.927 119.780 119,78

  15

  1 Negeri Besar 25.639 76.918 76,92

  10

  1 Jumlah 464.039 1.392.116 1.392 174

  8

  14 Sumber: Hasil Rencana, 2010

  Berikut rencana penanganan sampah di Kabupaten Way Kanan:

  • Pengolahan sampah sistem 3 R (Reduce, Reuse, dan Recycle)
  • Penyiapan Tempat Pengumpulan Sampah (TPS) di setiap kecamatan
  • Penyiapan Tempat Pengolahan Sampah Akhir (TPA)dengan konsep waste to energy di Kec. Negara Batin

3.5.1.3 Rencana Sistem Penanganan Limbah

  Maksud dan tujuan mengolah limbah cair sendiri adalah memberikan pelayanan pengolahan limbah cair sehingga aman untuk dibuang ke badan air penerima dan juga untuk memperbaiki kwalitas hidup dan lingkungan sejalan dengan pertumbuhan dan pemgembangan kota baik prasarana maupun sarananya. Pengertian limbah cair disini mencakup limbah domestik dan non domestik. Pada dasarnya limbah cair domestik ada dua macam yaitu:

  • • Limbah cair rumah tangga yang berasal dari kamar mandi, dapur, Cuci pakaian dll yang

  mungkin mengandung mikro organisme pathogen (Grey Water);

  • • Limbah cair yang berasal dari WC, yang terdiri dari Tinja, Air kemih yang terdiri dari 99,9% air

  dan.0,1 % zat padat yang terdiri dari 70 % zat organik (Protein Karbohidrat dan lemak), 30% an Organik terutama Pasir, garam-garam dan logam (Black Water). Berikut beberapa asumsi dan pendekatan yang digunakan untuk menghitung timbulan kebutuhan pengelolaan limbah cair:

  • Limbah Cair Domestik  Black Water: 0,83 L/orang/hari

   Grey Water: 100 L/orang/hari

  • Limbah Cair Non Domestik: 25% dari limbah cair domestik

Tabel 3.5 Proyeksi Kebutuhan Pengelolaan Limbah Cair

  di Kabupaten Way Kanan

  Kecamatan Jumlah Penduduk Limbah Cair Domestik Limbah Cair Non Domestik

Black Water

(liter/hari)

  Grey Water (liter/hari) Banjit 50.884 42.234 5.088.449 1.282.671 Baradatu 47.558 39.473 4.755.792 1.198.816 Gunung Labuhan 24.857 20.631 2.485.707 626.585 Kasui 37.969 31.514 3.796.873 957.097 Rebang Tangkas 33.857 28.102 3.385.727 853.457 Blambangan Umpu 54.800 45.484 5.480.005 1.381.372 Way Tuba 23.879 19.819 2.387.882 601.925 Negeri Agung 24.856 20.630 2.485.580 626.553 Bahuga 12.575 10.437 1.257.483 316.980 Buay Bahuga 23.081 19.157 2.308.120 581.819 Bumi Agung 32.256 26.772 3.225.568 813.085 Pakuan Ratu 31.901 26.478 3.190.076 804.138 Negara Batin 39.927 33.139 3.992.651 1.006.448 Negeri Besar 25.639 21.281 2.563.942 646.306 Jumlah 464.039 385.152 46.403.855 11.697.252

  Sumber: Hasil Rencana, 2010

  Berikut rencana penanganan limbah di Kabupaten Way Kanan:

  • Sistem pembuangan limbah manusia dikelola secara individual dan komunal (SANIMAS). Untuk pengelolaan limbah manusia secara individual setiap rumah harus dilengkapi dengan tangki septik bidang resapan. Sedangkan bila dilakukan secara komunal atau bersama adalah dengan membuat tangki septik penyaluran air limbah dengan pelayanan untuk 5 rumah tangga atau 20 jiwa di setiap pusat-pusat kegiatan (PKWp, PKLp, PPK, PPL)
  • Sistem pembuangan limbah rumah tangga diarahkan terpisah dengan saluran drainase. Dengan demikian perlu dibuat jaringan pipa air limbah untuk menyalurkan air limbah yang berasal dari berbagai sumber, seperti domestik, komersil, dan non komersil.
  • Pengadaan truk tinja di masing-masing kecamatan.
  • Penyediaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di tiap kecamatan

  • Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Gunung Labuhan, Blambangan Umpu, Pakuan Ratu, Way Tuba, Bumi Agung, dan Negeri Agung.

3.5.2 ARAHAN PENGEMBANGAN POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN WAY KANAN

3.5.2.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung

  A. Kawasan Hutan Lindung

  Berdasarkan Kepmenhut No.256/KPTS-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000 luas Hutan Lindung di Kabupaten Way Kanan adalah: 22.289,10 Ha yang sebagian besar berada di sebelah Selatan Kabupaten Way Kanan.

Tabel 3.6 Luas Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Way Kanan Hutan Lindung Register Luas Keterangan

  Bukit Punggur 24 20.831,00 sudah ditata batas Saka 41 1.116,80 sudah ditata batas

  • Giham Tahmi 341,30 HL eks HPK Luas 22.289,10

  Sumber: Kepmenhut No.256/KPTS-II/2000

  Berdasarkan kajian penggunaan lahan terhadap peta penggunaan lahan eksisting diketahui penggunaan lahan untuk hutan telah mengalami perubahan fungsi dari kawasan hutan lindung menjadi perkebunan dan pertanian lahan basah.Walaupun statusnya sebagai kawasan hutan lindung, namun penggunaan lahan register 24 Bukit Punggur telah berubah menjadi kawasan perkebunan kopi dan pertanian lahan basah lebih dari 75 %. Berdasarkan hasil konsultasi publik, disepakati bahwa usaha perkebunan dan pertanian lahan basah yang berada di Kawasan Hutan Lindung harus dihentikan, dan dikembalikan fungsinya sesuai peruntukan yaitu sebagai Hutan Lindung.

  B. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan di Bawahnya

  Kawasan dengan kelas lereng diatas 40% merupakan kawasan resapan air yang memberikan perlindungan terhadapkawasan bawahannya. Kawasan dengankelerengan di atas 40% diluar hutan lindung mencapai luas 3.207,55 Ha atau 0,82% dari total luas wilayah Kabupaten Way Kanan. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya ini umumnya terdapat di bagian selatan Kabupaten Way Kanan.

C. Kawasan Perlindungan Setempat

  Mengacu pada ketetapan sempadan yang sudah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN bahwa lebar sempadan adalah sebagai berikut :

  1. Sempadan pantai ditetapkan dengan kriteria :

  a. Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat b. Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.

  2. Sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria :

  a. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar b. Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai c. Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.

  3. Kawasan sekitar danau atau waduk ditetapkan dengan kriteria :

  a. Daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari titik pasang air danau atau waduk tertinggi; b. Daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk. Setidaknya terdapat sekitar 6 sungai besar dengan anak sungainya yang harus diberikan sempadan, yaitu:

  1. Sungai Way Kanan, Luas DAS Sungai Way Kanan dengan anak-anak sungainya secara keseluruhan ± 1.198 Km2. Panjang alur Sungai Way Kanan secara keseluruhan adalah 51 Km dengan lebar rata-rata sungai yang ada di wilayah studi sekitar 100 meter. Areal pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Negeri Besar, Negara Batin dan Pakuan Ratu

  2. Sungai Way Umpu, Luas DAS Sungai Way Umpu dengan anak–anak sungainya secara keseluruhan ± 1.179 Km2. Panjang alur Sungai 100 Km dengan lebar rata – rata sungai Way Umpu secara keseluruhan adalah yang ada di wilayah studi sekitar 90 - 110 m. Areal pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Bahuga, Bumi Agung, dan Blambangan Umpu.

  3. Sungai Way Pisah, Luas DAS Sungai Way Pisang dengan anak-anak sungainya secara keseluruhan ± 386 Km2. Panjang alur Sungai 50 Km dengan lebar rata-rata sungai yang Way

  Pisang secara keseluruhan adalah ada di wilayah studi sekitar 15 - 20 meter. Areal pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Bahuga, Bumi Agung, Buay Bahuga, dan Way Tuba

  4. Sungai Way Besai, Luas DAS Sungai Way Besai dengan anak-anak sungainya secara keseluruhan ± 870 Km2. Panjang alur Sungai 113 Km dengan lebar rata-rata sungai yang Way Besai secara keseluruhan adalah ada di wilayah studi sekitar 60 - 70 meter. Areal pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Pakuan Ratu, Negeri Agung, Blambangan Umpu, Baradatu, Gunung Labuhan dan Banjit.

  5. Sungai Way Tahmi, Luas DAS Sungai Way Tahmi dengan anak-anak sungainya secara keseluruhan ± 448 Km2. 60 Km dengan lebar Panjang alur Sungai Way Tahmi secara keseluruhan adalah rata-rata sungai yang ada di wilayah studi sekitar 15 - 20 meter. Areal pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Blambangan Umpu dan Rebang Tangkas.

  6. Sungai Way Giham, Luas DAS Sungai Way Giham dengan anak-anak sungainya secara keseluruhan ± 506 Km2. 80 Km dengan lebar Panjang alur Sungai Way Giham secara keseluruhan adalah rata-rata sungai yang ada di wilayah studi sekitar 15 - 20 meter. Areal pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Blambangan Umpu dan Way Tuba

  Berdasarkan hasil superimpose peta diperoleh luas kawasan sempadan di Kabupaten Way Kanan adalah 12.197,65 Ha atau sekitar 3,11% dari luas wilayah

D. Kawasan Rawan Bencana

  Setidaknya terdapat dua kerawanan bencana di Kabupaten Way Kanan, yaitu kerawanan banjir dan longsor/gerakan tanah.

  1. Kawasan Rawan Banjir: Secara alamiah, pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan di atas normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan tidak mampu menampung akumulasi air hujan sehingga meluap.Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air berkurang akibat sedimentasi, maupun penyempitan sungai akibat fenomena alam dan manusia. Secara umumpada sebuah sistem aliran sungai yang memiliki tingkat kemiringan (gradien) sungai yang relatif tinggi (lebih dari 30%) apabila di bagian hulunya terjadi hujan yang cukup lebat, maka potensi terjadinya banjir bandang relatif tinggi. Tingkat kemiringan sungai yang relatif curam ini dapat dikatakan sebagai faktor “bakat” atau bawaan. Sedangkan curah hujan adalah salah satu faktor pemicu.

  Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk kedalam sistem pengaliran air menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengalirandan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya. Disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir. Berdasarkan hasil superimpose peta diperoleh luas kawasan rawan bencana banjir di Kabupaten Way Kanan adalah 13.578,77 Ha atau sekitar 3, 46% dari luas wilayah.

  2. Kawasan Rawan Bencana Longsor/Gerakan Tanah Tanah longsor/Gerakan Tanah adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material yang bergerak ke bawah atau keluar lereng.

  Tanah longsor adalah suatu jenis gerakan tanah, umumnya gerakan tanah yang terjadi adalah longsor bahan rombakan (debris avalanches) dan nendatan (slumps/rotational slides). Gaya- gaya gravitasi dan rembesan (seepage) merupakan penyebab utama ketidak stabilan (instability) pada lereng alami maupun lereng yang di bentuk dengan cara penggalian atau penimbunan. Berdasarkan hasil superimpose peta diperoleh luas kawasan rawan bencana longsor/gerakan tanah di Kabupaten Way Kanan adalah 1.811,38 Ha atau sekitar 0,46% dari luas wilayah.

3.5.2.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya

A. Kawasan Hutan Produksi Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.

  Hutan Produksi terbagi menjadi dua, yaitu hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas. Adapun kriteria dari masing-masing hutan produksi tersebut adalah:

  1. Hutan Produksi Terbatas (HPT) Kawasan Hutan dengan faktor-faktor kelas lereng lapangan, kelas tanah dan kelas intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai total nilai (skor) 125-174.

  2. Hutan Produksi Tetap (HP) Kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng lapngan, kelas tanah dan kelas intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai total nilai (skor) kurang dari 124.

  Berdasarkan Kepmenhut No.256/KPTS-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000 luas Hutan Produksi di Kabupaten Way Kanan adalah 66.997,32 Ha, yang berupa Hutan Produksi Tetap. Dalam memanfaatkan hutan produksi yang ada, maka Dinas Kehutanan Kabupaten Way Kanan mengembangkan program Hutan Tanaman Industri, dengan prioritas utama pada lokasi register 42, 44, dan 46. Adapun komoditas hasil hutan di Hutan Tanaman Industri tersebut adalah kayu rimba campuran, kayu jati, sengon, akasia.

B. Kawasan Pertanian B.1. Pertanian Lahan Basah

  Pertanian lahan basah adalah sistem usaha tani dengan menggunakan irigasi ataupun sistem tadah hujan. Adapun sistem irigasi yang digunakan bisa berupa irigasi teknis, irigasi setengah teknis, dan irigasi sederhana. Irigasi di Kabupaten Way Kanan masih mengandalkan pengairan dari Sungai Way Umpu.

  Pengembangan pertanian lahan basah diarahkan pada pertanian lahan basah dengan irigasi teknis.Di tahun 2030 Kawasan Pertanian Lahan Basah diarahkan mencapai luas 20.871,22 Ha atau atau sekitar 5,32% dari luas wilayah. Adapun lokasi pengembangan pertanian lahan basah adalah di sebagian Kecamatan Baradatu, Way Tuba, Bahuga, Buay Bahuga, Bumi Agung, Negeri Agung.

  B.2. Pertanian Lahan Kering

  Dalam ilmu pertanian jenis pertanian ini dikenal dengan pertanian tanpa genangan atau unirrigated land, seperti tanaman palawija, kacang-kacangan,jagung dan lain-lain (Tejoyuwono, 1989). Secara eksisting jenis tanaman pertanian lahan kering yang bertumbuh di Kabupaten Way Kanan adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, kacan hijau, dan kacang tanah. Jenis pertanian lahan kering ini dikembangkan pada lahan yang bersesuaian, baik berdasarkan peta kesesuaian lahan maupun fakta lapangan. Kegiatan ini diarahkan untuk diintensifkan di beberapa kecamatan, seperti Kecamatan Pakuan Ratu, Negeri Agung, Blambangan Umpu, Way Tuba, Bahuga, Negara Batin, dan Negeri Besar dengan luas 129.282,66 Haatau sekitar 32,97% dari luas wilayah.

  B.3. Pertanian Hortikultura

  Ciri khas dari pertanian hortikultura ini adalah tanaman lahan kering yang bernilai ekonomi tinggi (Tejoyuwono, 1989), seperti sayur-sayuran. Komoditas pertanian hortikultura yang terdapat di Kabupaten Way Kanan adalah:

  1. Sayur-sayuran: cabe, kacang panjang, terong, dan ketimun

  2. Buah-buahan: mangga, pisang, pepaya dan nanas Pengembangan pertanian hortikultura diarahkan di Kecamatan Negeri Besar, Rebang Tangkas, Kasui, Banjit, Baradatu, dan Negeri Besar. Luas rencana peruntukan kawasan pertanian hortikultura adalah 27.940,66 Ha. atau sekitar 7,12% dari luas wilayah.

C. Kawasan Perkebunan

  Sektor perkebunan selama ini mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Way Kanan. Sub-sektor perkebunan terus dikembangkan dengan melibatkan perkebunan rakyat dan perkebunan skala besar. Luas kawasan peruntukan perkebunan hingga tahun 2030 adalah35489.20 Ha atau sekitar 9,05% dari luas wilayah.

  Beberapa tanaman yang perkebunan yang bersifat kerakyatan yaitu perkebunan kopi, lada, kakao dan kelapa dalam, sementara perkebunan skala besar diarahkan untuk tanaman tebu, karet, dan kelapa sawit yang produktivitasnya cukup tinggi. Secara signifikan pengembangan komoditas perkebunan ini diarahkan untuk pengembangan kegiatan industri yang pada akhirnya bermuara pada kebijakan ekonomi kerakyatan.

  1. Komoditas kopi, Berdasarkan hasil identifikasi dari Way Kanan dalam Angka Tahun 2008, hasil terbesar komoditas kopi terdapat pada Kecamatan Banjit sebesar 4.356,14 ton, Kecamatan Kasui sebesar 2.238,54 dan Kecamatan Rebang Tangkas sebesar1 .119,78 ton. Ketiga kecamatan ini diarahkan menjadi sentra kopi di Kabupaten Way Kanan.

  2. Komoditas lada, Berdasarkan hasil identifikasi dari Way Kanan dalam Angka Tahun 2008, kecamatan yang memberikan pasokan terbesar yaitu Kecamatan Kasui sebesar 790 ton, Kecamatan Gunung Labuhan 553 ton dan Kecamatan Baradatu serta Kecamatan Rebang Tangkas sebesar 165 ton. Keempat kecamatan ini diarahkan menjadi sentra kopi di Kabupaten Way Kanan.

  3. Komoditas kakao, Berdasarkan hasil identifikasi dari Way Kanan dalam Angka Tahun 2008, kecamatan yang memberikan pasokan terbesar yaitu Kecamatan Bumi Agung sebesar 372 ton, Kecamatan Kasui sebesar 185 ton, dan Kecamatan Rebang Tangkas sebesar 167 ton.

  4. Kelapa Dalam, Berdasarkan hasil identifikasi dari Way Kanan dalam Angka Tahun 2008, kecamatan yang memberikan pasokan terbesar yaitu Kecamatan Bahuga sebesar 287,87 ton, Baradatu sebesar 192,05 ton, Kecamatan Gunung Labuhan sebesar 171,08 ton, Kecamatan Negara Batin sebesar 48,17 ton, Kecamatan Buay Bahuga sebesar 11,37 ton dan Kecamatan Kasui sebesar 6,42 ton

  5. Tebu, Karet, dan Kelapa Sawit, Berdasarkan hasil identifikasi dari Way Kanan dalam Angka Tahun 2008, jumlah produksi perkebunan besar untuk komoditas tebu adalah 4.750 ton, karet sebesar 18.370 ton, dan kelapa sawit sebesar 15.440 ton.

  D. Kawasan Peternakan

  Kawasan peternakan yang dikembangkan di Kabupaten Way Kanan adalah kawasan budidaya ternak besar (sapi dan kerbau), ternak kecil (kambing dan domba), dan sentra peternakan unggas.

  1. Pengembangan sentra peternakan ternak besar berada di Kec. Negeri Batin, Blambangan Umpu, Banjit, Bahuga, dan Buay Bahuga.

  2. Pengembangan sentra peternakan ternak kecil berada di Kec. Blambangan Umpu, Rebang Tangkas, Negeri Batin, Baradatu, dan Gunung Labuhan

  3. Pengembangan sentra peternakan unggas berada di Kec. Negari Batin, Baradatu, Way Tuba, Gunung Labuhan, Blambangan Umpu, Kasui, dan Bumi Agung.

  E. Kawasan Perikanan

  Kawasan Perikanan yang dikembangkan di Kabupaten Way Kanan adalah kawasan budidaya perikanan, khususnya untuk budidaya tambak dan air tawar. Luas rencana peruntukan kawasan perikanan adalah 6.662,57 Ha atau sekitar 1,70% dari luas wilayah. Adapun untuk menetapkan kawasan perikanan, digunakan pendekatan kesesuaian lahan untuk kawasan budidaya air tawar, yaitu:

  1. Kelerengan lahan &lt; 8 %

  2. Persediaan air cukup 3. Jauh dari sumber pencemaran, baik pencemaran domestik maupun industri.

  4. Kualitas air baik (memenuhi kriteria kualitas air untuk budidaya perikanan). Selain melihat kriteria kesesuaian lahan di atas, maka fakta mengenai produktivitas dan jumlah petani ikan juga dipertimbangkan. Berdasarkan hasil identifikasi dari Way Kanan dalam Angka Tahun 2008, produksi budiaya perikanan di Kabupaten Way Kanan mencapai 1.134,51 ton, yang dihasilkan dari 6.979 petani ikan. Hal ini menunjukkan budidaya perikanan di Kabupaten Way Kanan belum terkelola secara optimal. Memperhatikan luas lahan dan ketersediaan air dengan puluhan sungai yang ada, diperlukan adanya terobosan baru agar budidaya perikanan kolam,sungai dan danau lebih ditingkatkan. Pengembangan budidaya perikanan darat di danau dan sungai sebaiknya dihindari penggunaan jaring apung/karamba, karena rawan menimbulkan pencemaran danau/sungai itu sendiri. Budidaya perikanan dikembangkan dalam bentuk kolam. Berkenaan dengan pengembangan terkini dari budidaya perikanan kolam, pendekatan minapolitan perlu dilakukan terutama di kawasan pertanian lahan basah (minapadi).

F. Kawasan Pertambangan

  Pengembangan Kawasan Peruntukan Pertambangan didasarkan pada potensi bahan tambang dan lokasi usaha tambang yang ada di Kabupaten Way Kanan. Berdasarkan hasil analisis terhadap kedua hal tersebut, maka luas rencana peruntukan kawasan pertambangan di Kabupaten Way Kanan adalah 44.903,96 Ha atau sekitar 11,45% dari luas wilayah. Berdasarkan informasi dari geologi binaan, di Kabupaten Way Kanan terdapat beberapa bahan galian antara lain emas dan perak berada nada cetakan biji emas di dalam batuan atau urat-urat yang mengandung kwarsa (SiO2) yang sudah mengalami pelapukan. Juga sebagai hasil pelapukan dari endapan vertikal emas yang dialirkan oleh sungai-sungai sekitar. Terdapat dibeberapa kecamatan yaitu Blambangan Umpu, Baradatu dan Banjit. Data tentang endapan mineral di Kabupaten Way Kanan belum banyak ditemukan sehingga besarnya potensi edapan bahan belum banyak diketahui dengan pasti. Tetapi berdasarkan literatur dan peta geologi dapat diinventarisir bahwa potensi bahan tambang utama yang ada di Kabupaten Way Kanan, yaitu: 3

  1. Andesit. Potensi bahan galian Andesit diperkirakan sebesar 176,9 juta m , yang terdapat beberapa kecamatan, seperti: Kecamatan Blambangan Umpu, Kecamatan Way Tuba (Kampung Bukit Gemuruh), Kecamatan Banjit (Kampung Jukuh Batu), Kecamatan Kasui dan Kecamatan Baradatu (Kampung Banjar Baru). 3

  2. Riodasit. Kandungan bahan galian Riodasit diperkirakan sebesar 3 juta m , yang terdapat di Kecamatan Blambangan Umpu. 3

  3. Marmer. Besarnya kandungan bahan galian marmer diperkirakan sekitar 15,8 juta m yang terdapat di Kecamatan Blambangan Umpu 3

  4. Zeolit. Bahan galian Zeolit diperkirakan sebesar 16,8 juta m yang terdapat di Kecamatan Blambangan Umpu

  Phospat. Bahan galian phospat terdapat di Kecamatan Blambangan Umpu, sedangkan 5.

  besarnya potensi kandungan bahan galian ini belum diketahui.

  6. Kaolin. Besarnya kandungan bahan galian Kaolin yang terdapat di Kampung Tanjung 3 Raya Giham, Kecamatan Blambangan Umpu diperkirakan sebesar 7,5 juta m , sedangkan di tempat lain belum diketahui secara pasti besarnya kandungan bahan galian tersebut seperti di Kecamatan Bahuga. 3

  7. Benthonite. Bahan galian ini diperkirakan memiliki kandungan sekitar 60 juta m , terdapat di Kecamatan Blambangan Umpu.

  8. Tufa. Volume bahangalian Tufa diperkirakan sebesar 123,6 juta m 3 , yang terdapat di Kecamatan Blambangan Umpu (Kampung Sidoarjo) dan di Kecamatan Baradatu.

  9. PasirBatu (Sirtu). Potensi bahan galian ini diperkirakan sebesar1 ,3juta m 3 , terdapat di Kecamatan Blambangan Umpu, Kecamatan Baradatu dan Kecamatan Banjit.

  10. Batu Gamping. Bahan galian ini diperkirakan terdapat di Kecamatan Blambangan Umpu, tetapi besarnya kandungan Batu Gamping tersebut belum diketahui secara pasti.