Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

  3 Bab Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur

  Bidang Cipta Karya 3.1.

   ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG 3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya A.

  

Arahan Kebijakan Utama Pembangunan Wilayah Nasional selama 5 (lima) tahun ke

  depan sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tetang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 antara lain : 1)

  Arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat pemerataan pembangunan antar wilayah. Oleh karena itu, diperlukan arah pengembangan wilayah yang dapat mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera. 2)

  Arah Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis adalah percepatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah, terutama di Luar Jawa (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah dan peningkatan efisiensi dalam penyediaan infrastruktur. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah akan mengembangkan potensi dan keunggulannya, melalui pengembangan industri manufaktur, industri pangan, industri maritim, dan pariwisata. 3)

  Untuk Kawasan Strategis Nasional, sasaran pembangunan periode 2015-2019 adalah berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di masing-masing pulau dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, yaitu di antaranya: 15 KEK, 14 Kawasan Industri Baru, 4 KPBPB dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah pinggiran. Dengan demikian diharapkan secara bertahap terjadi pengurangan. 4) kesenjangan pembangunan wilayah antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan

  Kawasan Timur Indonesia (KTI). Hal ini diharapkan adanya peningkatan kontribusi

  5) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Pulau Papua, Maluku, Sulawesi,

  Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara dengan sasaran kontribusi PDRB KTI dari sekitar 20 persen (2014) menjadi minimal 22 persen pada tahun 2019, sehingga diharapkan kondisi tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di KTI. 6)

  Upaya tersebut perlu disertai dengan pemberian captive budget APBN belanja modal untuk percepatan pembangunan KTI, sehingga pembangunan infrastruktur di kawasan timur dapat mendorong investasi lebih cepat. Selain itu untuk pemerataan pembangunan antar wilayah, pembangunan daerah diarahkan untuk: menjaga momentum pertumbuhan wilayah Jawa-Bali dan Sumatera bersamaan dengan pembangunan KTI melalui peningkatan kinerja pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua; menjamin pemenuhan pelayanan dasar di seluruh wilayah bagi seluruh lapisan masyarakat; mempercepat pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan; membangun kawasan perkotaan dan perdesaan; mempercepat penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah; dan mengoptimalkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. 7)

  Selain itu, kerjasama ASEAN dengan negara-negara mitra, kerjasama ekonomi dalam kerangka Indian Ocean Rim Association (IORA), yang ditujukan untuk memperjuangkan kepentingan ekonomi nasional, yang antara lain dititikberatkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara yang selama ini dianggap sebagai pinggiran negara, diarahkan menjadi halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman. Pendekatan pembangunan kawasan perbatasan terdiri dari: pendekatan keamanan (security approach), dan pendekatan peningkatan kesejahteraan masyarakat (prosperity approach), yang difokuskan pada 10 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dan 187 Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) di 41 Kabupaten/Kota dan 13 Provinsi. 8)

  Sasaran pembangunan kawasan perbatasan pada tahun 2015-2019 adalah berkembangnya 10 PKSN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, simpul utama transportasi wilayah, pintu gerbang internasional/pos pemeriksaan lintas batas kawasan perbatasan negara, dengan 16 PKSN lainnya sebagai tahap persiapan pengembangan;

  9) Selanjutnya untuk pengembangan kawasan perdesaan dan transmigrasi sebagai upaya pengurangan kesenjangan antarwilayah. Sementara itu, sasaran pembangunan desa dan kawasan perdesaan termasuk di kawasan perbatasan, daerah tertinggal, kawasan transmigrasi, dan pulau-pulau kecil terluar adalah untuk mengurangi jumlah desa tertinggal sampai 5.000 desa dan meningkatkan jumlah desa mandiri sedikitnya 2.000 desa.

  B.

  

Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana yang

  tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tetang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 berdasarkan kepada :

  a) Norma Pembangunan, meliputi antara lain: (1) membangun untuk meningkatkan

  kualitas hidup manusia dan masyarakat; (2) setiap upaya meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak keseimbangan pembangunan; (3) aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

  b) Dimensi Pembangunan; 1.

   Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat. Pembangunan mental dan

  karakter menjadi salah satu prioritas utama pembangunan, tidak hanya di birokrasi tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat.

2. Dimensi pembangunan sektor unggulan. Hal ini meliputi kedaulatan pangan,

  kedaulatan energi dan ketenagalistrikan, kemaritiman dan kelautan, dan pariwisata dan industri. Terkait dengan kedaulatan pangan, Indonesia mempunyai modal untuk memenuhi kebutuhannya, agar tidak tergantung kepada negara lain. Potensi sumber daya air yang besar dan terbarukan dapat dimanfaatkan untuk mendukung pemenuhan ketahanan energi dan ketenagalistrikan, sedangkan potensi kemaritiman dan kelautan harus dapat dimanfaatkan secara optimal. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik merupakan modal pengembangan pariwisata nasional, sedangkan potensi industri untuk penciptaan nilai tambah.

  3. kewilayahan. Pembangunan harus meminimalkan kesenjangan, baik antar

  kelompok pendapatan, maupun antar wilayah, serta untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dengan prioritas pada wilayah desa, wilayah pinggiran, luar Jawa, dan Kawasan Timur.

c) Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil.

  Hal ini meliputi kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan demokrasi, serta tatakelola dan reformasi birokrasi.

  d) Quickwins. Quickwins dilakukan agar ouput pembangunan segera dapat terwujud

  dan dirasakan hasilnya dan sekaligus dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat.

Gambar 3.1. Strategi Pembangunan Nasional 2015-2019 3.2.

AGENDA PRIORITAS NASIONAL

  Untuk menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas yang disebut

  NAWA CITA, yaitu: 1.

  Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

  2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

  3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

  4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

  5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.

  6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

  7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

  8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

  9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, pembangunan nasional 2015-2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup:

  1. Sasaran Makro: meliputi pembangunan manusia dan masyarakat serta ekonomi makro.

  2. Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat: meliputi kependudukan dan keluarga berencana; pendidikan; kesehatan; kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; serta perlindungan anak.

  3. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan: meliputi kedaulatan kangan; ketahanan energi; maritim dan kelautan; pariwisata dan industri manufaktur; serta ketahanan air, infrastruktur dasar dan konektivitas.

  4. Sasaran Dimensi Pemerataan: meliputi penurunan kesenjangan antar kelompok ekonomi; seta peningkatan cakupan pelayanan dasar dan akses terhadap ekonomi produktif masyarakat kurang mampu.

  5. Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antar wilayah: meliputi pemerataan pembangunan antar wilayah.

  6. Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan: meliputi politik dan demokrasi; tata kelola dan reformasi birokrasi; penguatan tata kelola pemerintah daerah; serta pertahanan dan keamanan.

3.3. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2015-2019 BIDANG CIPTA KARYA

  Untuk meningkatkan keterpaduan pembangunan infrastruktur wilayah bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat antardaerah, antarsektor dan antartingkat pemerintahan, arah kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat adalah menterpadukan

  

perencanaan, pemrograman dan penganggaran pembangunan infrastruktur

wilayah bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat baik antarsektor,

antarwilayah, antartingkat pemerintahan, maupun fungsi, lokasi, waktu, besaran

serta anggaran; menterpadukan pembangunan infrastruktur wilayah bidang

pekerjaan umum dan perumahan rakyat dengan pengembangan berbagai kawasan

strategis; serta menterpadukan pembangunan infrastruktur dengan pengembangan

berbagai kawasan di dalam perkotaan/metropolitan sehingga menjadi kawasan

yang hijau, cerdas dan berkelanjutan, serta memiliki keterkaitan dengan

pengembangan kawasan perdesaan seperti agropolitan.

  Selaras dengan kebijakan pengembangan wilayah dalam RPJMN 2015-2019, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan mendukung melalui keterpaduan pembangunan infrastruktur wilayah bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat dengan mempertimbangkan sasaran utama dan sasaran pokok Nasional untuk : 1.

  Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi sebagai penggerak utama pertumbuhan (engine of growth) dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi di masing-masing pulau dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah terutama untuk pengembangan pangan; energi; pariwisata dan industri agar dapat meningkatkan nilai tambah; kemaritiman (kelautan) dengan memanfaatkan sumber daya kelautan dan jasa maritim, yaitu peningkatan produksi perikanan;pengembangan energi dan mineral kelautan; pengembangan kawasan wisata bahari, industri maritim dan perkapalan,yang antara lain meliputi pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Indusri, Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, serta pusat-pusat pertumbuhan sebagai penggerak ekonomi daerah pinggiran lainnya. Namun karena keterbatasan dana pemerintah, maka tidak semua wilayah dapat dikembangkan pada saat yang bersamaan, dipilih pusat-pusat pertumbuhan yang mempunyai komoditas prospektif (nilai tambah tinggi dan menciptakan kesempatan kerja tinggi), terutama yang berada di masing-masing koridor ekonomi serta pada pengembangan kawasan pesisir yang mempunyai sumber daya kelautan dan jasa maritim.

  2. Pengembangan Kawasan Strategis Nasional, Kawasan Perkotaan dengan pembangunan Kawasan Perkotaan Metropolitan baru, peningkatan efisiensi pengelolaan Kawasan Perkotaan Metropolitan yang sudah ada saat ini, serta mewujudkan optimalisasi peran kota otonom berukuran sedang sebagai penyangga (buffer) urbanisasi, serta membangun kota baru publik yang mandiri dan terpadu sebagai sebagai pengendali (buffer) urbanisasi di terpadu di sekitar kota atau kawasan perkotaan, serta Kawasan Perdesaan dengan pembangunan desa dan kawasan perdesaan.

  3. Peningkatan keterkaitan pembangunan kota desa, dengan perkuatan pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

  4. Pengentasan daerah tertinggal dalam rangka mengurangi kesenjangan antar wilayah.

  5. Pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat pertumbuhan dikembangkan ekonomi kawasan perbatasan Negara yang dapat mendorong pengembangan kawasan sekitarnya dalam rangka mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman.

  6. Peningkatan implementasi pelaksanaan SPM di daerah.

  7. Pelaksanaan sinergitas perencanaan dan penganggaran kewenangan pusat dengan kewenangan daerah.

  8. Pelaksanaan koordinasi antara pusat dan daerah.

  9. Pengurangan indeks risiko bencana pada kabupaten/kota sasaran yang memiliki 9.indeks risiko bencana tinggi, baik yang berfungsi sebagai PKN, KSN, PKW, KEK, Kawasan Industri maupun kawasan pusat pertumbuhan lainnya.

  Infrastruktur Permukiman dan Perumahan mendukung kota metropolitan Kawasan Strategis Nasional (KSN) dan kota besar untuk meningkatkan daya saing wilayah seperti di Jabodetabek, Mamminasata, Sarbagita, Mebidangro, Cekungan Bandung, Kedungsepur, kota pantai mendukung pengembangan sektor maritim seperti di Semarang, Ambon, Sibolga, dll, kawasan perkotaan mendukung kota cerdas dalam rangka peningkatan produktivitas, daya saing, layak huni, efektivitas dan efisiensi di 142 kota hijau, kota perbatasan (PKSN) mempercepat pembangunan dari kawasan pinggiran seperti Perbatasan Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, dan Papua, Kawasan Kumuh untuk MBR yang terpadu dengan Perumahan (antara lain pembangunan Rusunawa, Rusunami, Rumah Khusus, dll), pengembangan kota baru di Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing seperti di Tanjung Selor, Sei Mangkei, Kawasan MBBPT, kawasan perdesaan untuk mengurangi kesenjangan dan mengentaskan kemiskinan, kawasan-kawasan strategis seperti kawasan industri, pariwisata, KEK, antara lain di Tanjung Lesung, Sei Mangkei, Maloy, Palu, Batam, pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif pada 29 kota pusaka seperti Yogyakarta, Sawahlunto, Ternate, Banjarmasin, Karangasem.

  

A. Peningkatan Penyediaan Infrastruktur Dasar Permukiman Berdasarkan

Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019 Bidang Cipta Karya

  Agenda prioritas pembangunan nasional yang terkait dengan penyediaan infrastruktur dasar adalah meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Untuk mewujudkan peningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, sasaran strategis yang ingin dicapai oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat adalah: 1.

  Meningkatnya kinerja infrastruktur permukiman dan perumahan rakyat untuk layanan infrastruktur dasar, dengan output strategis;

2. Infrastruktur dasar permukiman yang ditingkatkan kinerjanya.

  

Sasaran strategis tersebut akan dilaksanakan melalui sasaran program yang pertama yaitu:

  1) Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat;

  2) Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang layak;

3) Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat.

  Sedangkan strateginya dilakukan melalui: a.

  Pencapaian target 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia pada akhir periode perencaan strategi utama melalui : 1)

  Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional sebesar 3.500 liter/detik. SPAM Perkotaan 13.330 liter/detik, SPAM berbasis masyarakat 7.274 liter/detik, SPAM khusus 1,501 liter/detik. 2)

  Pengembangan SPAM PDAM terfasilitasi untuk 174 PDAM dan 522 kawasan MBR, dan pengembangan SPAM non PDAM terfasilitasi untuk 50 Non PDAM dan 106 kawasan MBR. 3) Pembinaan penyelenggaraan SPAM/penyehatan sebanyak 13 laporan. 4) Pendampingan restrukturisasi utang pada 75 PDAM. 5) Fasilitasi Opsi pembiayaan SPAM (perbankan) sebanyak 113 laporan. 6)

  Fasilitasi kepengusahaan SPAM (pendampingan KPS dan B to B) sebanyak 112 laporan.

  b.

  Pengentasan permukiman kumuh perkotaan; c. Peningkatan akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar, melalui strategi: 1)

  Pembangunan sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik, yaitu dengan penambahan infrastruktur air limbah sistem terpusat di 12 kota/kab, penambahan pengolahan air limbah komunal di 5.200 kawasan, penambahan IPAL skala kawasan sebanyak 200 kawasan, serta peningkatan pengelolaan lumpur tinja melalui pembangunan IPLT di 222 kota/kab. 2)

  Pembangunan sarana prasarana pengelolaan persampahan, yaitu dengan pembangunan TPA di 163 kawasan, penyediaan fasilitas 3R komunal di 850 kawasan, fasilitas pengolahan sementara sampah di 45 kawasan. 3)

  Pembangunan sarana prasarana drainase, yaitu dengan pembangunan infrastruktur drainase perkotaan di 170 kota/kab.

  d.

  Peningkatanan keamanan dan keselamatan bangunan gedung di kawasan perkotaan, melalui strategi: Penyusunan peraturan penataan bangunan dan lingkungan sebanyak 18 NSPK. 1)

  Pembinaan dan pengawasan penataan bangunan kawasan permukiman strategis melalui 276 NSPK RTBL; 2)

  Pendampingan penyusunan Ranperda BG sebanyak 22 Ranperda; 3)

  Peningkatan pemberian bimbingan dan bantuan teknis pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman kepada penyelenggara di daerah, dunia usaha dan masyarakat.

3.4. ARAHAN PENATAAN RUANG

   kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industi dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan; dan/atau

   pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

   pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya; dan/atau

   pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga;

   pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga;

  Kriteria PKSN adalah:

  d.

   kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

  Sistem perkotaan nasional terdiri atas Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan Kawasan Strategis Nasional (KSN) . Kemudian dikembangkan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) untuk mendorong perkembangan kawasan perbatasan Negara. Sesuai dengan Amanat PP Tahun 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) ditetapkan kriteria-kriteria PKN, PKW, PKL dan PKSN sebagai berikut: a.

  Kriteria PKN adalah:

   kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala Provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau

   kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;

  Kriteria PKW adalah:

  b.

   kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa Provinsi.

   kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa Provinsi; dan/atau

   kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;

   kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala Provinsi atau beberapa kabupaten c. Kriteria PKL adalah:

  

Tabel. 3.1. Sistem Perkotaan Nasional

NO PROVINSI PKN PKW PKSN

1 Sumatera Utara Kawasan Perkotaan

  • Tebing Tinggi - Sidikalang - Pematangsiantar - Balige - Rantau Prapat - Kisaran)
  • Gunung Sitoli - Padangsidempuan - Sibolga

  Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo (Mebidangro)

  Sumber : Lampiran PP Tahun 26 Tahun 2008 tentang

  Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Berdasarkan PP Tahun 26 Tahun 2008 Kawasan Strategis Nasional (KSN) di Provinsi Sumatera Utara terdapat pada kawasan-kawasan KSN diantaranya:

   Kawasan Perkotaan Medan – Binjai – Deli Serdang – Karo (Mebidangro) Provinsi Sumatera Utara;

   Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya Provinsi Sumatera Utara.

3.4.1. Tujuan, Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2029 yaitu: a.

  RTRW Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2029 bertujuan untuk mewujudkan wilayah Provinsi Sumatera Utara yang sejahtera, merata, berdaya saing dan dan berwawasan lingkungan b.

  Arahan Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara antara lain: 1) kebijakan pertama yaitu mengurangi kesenjangan pengembangan wilayah timur dan barat, kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut: a. mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di wilayah barat sesuai dengan daya dukung; b. membangun dan meningkatkan jaringan jalan poros timur dan barat. 2) kebijakan kedua mengembangkan sektor ekonomi unggulan melalui peningkatan daya saing dan diversifikasi produk , kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut: a. mendorong kegiatan pengolahan komoditi unggulan di pusat produksi komoditi unggulan; b. meningkatkan prasarana perhubungan dari pusat produksi komoditi unggulan menuju pusat pemasaran; c. menyediakan sarana dan prasarana pendukung produksi untuk menjamin kestabilan produksi komoditi unggulan; d. mengembangkan pusat-pusat agropolitan untuk meningkatkan daya saing; e. meningkatkan kapasitas pembangkit listrik dengan memanfaatkan sumber energi yang tersedia serta memperluas jaringan transmisi tenaga listrik guna mendukung produksi komoditas unggulan.

  3) kebijakan ketiga mewujudkan ketahanan pangan melalui intensifikasi lahan yang ada dan ekstensifikasi kegiatan pertanian pada lahan non-produktif, kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut: a. mempertahankan luasan pertanian lahan basah yang ada saat ini; b. meningkatkan produktivitas pertanian lahan basah; c. mencetak kawasan pertanian lahan basah baru untuk memenuhi swasembada pangan.

  4) kebijakan keempat menjaga kelestarian lingkungan dan mengembalikan keseimbangan ekosistem, kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut: a. mempertahankan luasan dan meningkatkan kualitas kawasan lindung b. mengembalikan ekosistem kawasan lindung

  5) kebijakan kelima mengoptimalkan pemanfaatan ruang budidaya sebagai antisipasi perkembangan wilayah, kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut: a.

  Mengendalikan perkembangan fisik permukiman perkotaan b. Mendorong intensifikasi pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan

  6) kebijakan keenam meningkatkan aksesibilitas dan memeratakan pelayanan sosial ekonomi keseluruh wilayah Provinsi , kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut: a. membangun dan meningkatkan kualitas jaringan transportasi keseluruh bagian wilayah Provinsi b. menyediakan dan memeratakan fasilitas pelayanan sosial ekonomi (kesehatan, pendidikan, air bersih, pemerintahan dan lain-lain).

  Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Utara diarahkan menjadi 3 (tiga) hirarki pusat pelayanan, yaitu : 1)

  Pusat Kegiatan Nasional, yaitu pusat pelayanan primer yang melayani wilayah Provinsi Sumatera Utara dan wilayah nasional/internasional yang lebih luas. 2)

  Pusat Kegiatan Wilayah, yaitu pusat pelayanan sekunder yang melayani satu atau lebih daerah Kabupaten/Kota dengan intensitas yang lebih tinggi untuk memacu pertumbuhan perekonomian di wilayah sekitarnya. 3)

  Pusat Kegiatan Lokal, yaitu pusat pelayanan tersier melayani satu atau lebih kecamatan. Pusat pelayanan tersier ini terutama dikembangkan untuk menciptakan satuan ruang wilayah yang lebih efisien sebagai sentra pelayanan kegiatan. Sistem perkotaan Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut : 1)

  PKN mencakup kawasan Perkotaan Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo (Mebidangro) 2)

  PKW meliputi kawasan perkotaan : Tebingtinggi, Sidikalang, Pematang Siantar, Balige, Rantau Prapat, Kisaran, Gunung Sitoli, Padang Sidempuan, Sibolga

  3) PKL meliputi kawasan perkotaan : Pangkalan Brandan, Stabat, Pancur Batu, Lubuk

  Pakam, Sei Rampah, Limapuluh, Indrapura, Perdagangan, Tanjung Balai, Simpang Empat, Aek Kanopan, Labuhan Bilik, Kota Pinang, Aek Nabara, Gunung Tua, Sipirok, Natal, Panyabungan, Sibuhuan, Pandan, Barus, Pangururan, Parapat, Dolok Sanggul, Tarutung, Siborong-borong, Kaban Jahe, Brastagi, Merek, Tiga Binanga, Salak, Pematang Raya, Lahewa/Lolu, Teluk Dalam, Lahomi/Sirombu, Gido/Lasara, Gunung Sitoli.

  Arahan Spasial Bidang Cipta Karya sesuai dengan RTRW Provinsi Sumatera Utara terdiri dari: Sistem prasarana lingkungan meliputi : 1) Tempat pembuangan akhir (TPA) terpadu (regional). 2) Tempat pengolahan dan atau pengelolaan limbah industri B3 dan non B3. 3) Sistem Jaringan Drainase. 4) Sistem pengelolaan air minum (SPAM). 5)

  Sarana dan prasarana lingkungan yang sifatnya menunjang kehidupan masyarakat 1)

  Arahan pengembangan pengelolaan jaringan persampahan dimaksudkan untuk: a.

  Meningkatkan pengembangan pengelolaan lingkungan di permukiman baik di perkotaan maupun pedesaan yang dapat berpengaruh langsung untuk memperbaiki dan meningkatkan kesehatan individu; b. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas lingkungan dan sumber daya alam terutama air dari kerusakan dan penurunan kualitasnya yang disebabkan oleh pencemaran. Sistim Jaringan Persampahan terdiri dari : a.

  Revitalisasi TPA yang telah ada dari sistim open dumping menjadi control lanfill pada TPA Terjun Kota Medan, TPA Namo Bintang, TPA Pancur Batu, TPA Tanjung Morawa Kabupaten Deliserdang, TPA Mencirim di Kota Binjai; b. Penyediaan TPA Regional dan pengolahan sampah/limbah regional untuk melayani kawasan perkotaan antara lain Kawasan Mebidangro, Kota Siboga

  • – kota Pandan, Tapanuli Tengah, Kota Tebing Tinggi - Rampah Serdang Bedagei, Kota Tanjung Balai-Kisaran, Asahan, Kota Pematang Siantar - Kabupaten Simalungun dan di Kabupaten Nias.

  2) Arahan pengembangan sistem jaringan air minum di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut : a.

  Jaringan air minum dikembangkan di pusat-pusat primer dan sekunder. Di kota tertentu lainnya yang memiliki potensi permintaan cukup memadai dapat dikembangkan sistem penyediaan air bersih.

  b.

  Prasarana air minum yang dikembangkan meliputi fasilitas air bersih dan sumber air yang akan dimanfaatkan guna meningkatkan pelayanan air minum yang memenuhi standar kesehatan.

3.4.2. Tujuan, Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Berdasarkan Ranperda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Padang LawasTahun 2011- 2031 yaitu: A. Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Padang Lawas

  Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Padang Lawas merupakan arahan perwujudan ruang wilayah yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Padang Lawas berfungsi sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah, memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW Kabupaten Padang Lawas dan sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan rua ng wilayah Kabupaten Padang Lawas.

  Kabupaten Padang Lawas memiliki visi yaitu

  ”Terwujudnya Perekonomian Daerah yang Mampu Menopang Kehidupan Rakyat untuk Mandiri, Aman, Rukun, Damai dan Sejahtera

  ”. Sedangkan misi Kabupaten Padang Lawas adalah: a.

  Perwujudan kesejahteraan rakyat; b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia; c. Penanganan kesenjangan wilayah kecamatan dan kampong melalui pengemb angan jaringan jalan; d.

  Penguatan kelembagaan otonomi daerah; e. Perlindungan hak dan martabat kaum perempuan; f. Pembinaan bakat dan prestasi generasi muda; g.

  Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup; h.

  Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana kota yang komparatif dan ramah lingkungan; i.

  Mempertahankan Kabupaten Padang Lawas dalam kondisi aman, tertib, tentram dan damai dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia; j.

  Rencana tata ruang yang diakomodasikan dalam RTRW Kabupaten Padang Lawas. Berdasarkan visi dan misi Kabupaten Padang Lawas, Karakteristik wilayah dan isu strategis serta kondisi yang diinginkan, maka tujuan penataan ruang di Kabupaten Padang Lawas adalah :

  

“Terwujudnya Kabupaten Padang Lawas sebagai Kawasan Agropolitan yang

Didukung oleh pengembangan industrinya dalam rangka pemerataan pertumbuhan

pembangunan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan

  ” B.

   Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Padang Lawas

  Kebijakan penataan ruang wilayah merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah. Sedangkan Strategi penataan ruang wilayah merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Padang Lawas kedalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan tujuan penataan ruang yang ingin dicapai, maka kebijakan penataan ruang Kabupaten Padang Lawas beserta strategi penataan ruang yang Mendukung kebijakan tersebut dapatd iuraikan sebagai berikut:

  1. Pemantapan kawasan lindung sebagai upaya mempertahankan kualitas lingkungan dalam lingkup regional.

  2. Penataan dan pengoptimalan pemanfaatan kawasan budidaya pertanian guna mewujudkan kabupaten Padang Lawas yang berbasis agribisnis.

  3. Penataan dan pengoptimalan pemanfaatan kawasan perkebunan.

  4. Peningkatandanpengelolaankawasanhutanproduksisecara optimal.

  5. Pengembangan sentra-sentra industri untuk mendukung pertumbuhan ekonomi kerakyatan.

  6. Penguatan peran pusat-pusat permukiman perkotaan.

  7. Peningkatan aksesibilitas internal dan eksternal wilayah.

  8. Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana wilayah.

  9. Peningkatan sector ekonomi lainnya.

3.4.3. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air A.

  

Sumber- Sumber Air Baku Untuk Kegiatan Permukiman Perkotaan Dan

Jaringan Air Baku Wilayah

  Kabupaten Padang Lawas dalam kaitannya dengan sumber air baku untuk kegiatan permukiman perkotaan memiliki sumber daya yang besar seperti memiliki mata air, danau dan sungai. Sungai Barumun merupakan salah satu sungai terbesar yang ada di wilayah kabupaten ini. Sungai Barumun ini melintasi Kecamatan Barumun Tengah dan Kecamatan Huristak. Selain sungai barumun, masih banyak sungai-sungai kecil yang melintasi beberapa kecamatan di Kabupaten Padang Lawas. sumber air baku yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan perkotaan per kecamatan di Kabupaten Padang Lawas; a.

  Kecamatan Huristak Kecamatan ini dilalui oleh Sungai Barumun, dimana keberadaan sungai ini sangat potensial untuk pembangunan irigasi pertanian, dan letak Kecamatan Huristak ini berada ditengah DAS Barumun, sehingga kondisinya ditentukan oleh daerah hulu. b.

  Kecamatan Barumun Tengah Kecamatan ini merupakan tempat bertemunya beberapa anak Sungai Barumun, seperti Sungai Batang Pane, Aek Sihapas dan lainnya. Potensi yang dimiliki kecamatan ini hampir sama dengan potensi Kecamatan Huristak, dimana letaknya yang berada di tengah DAS Barumun sehingga kondisinya juga ditentukan oleh daerah Hulu.

  c.

  Kecamatan Sosopan Kecamatan ini dialiri oleh anak-anak sungai DAS Barumun. Letaknya yang berada di hulu Sungai Barumun memberikan arti penting bagi reservoir (daerah tangkapan air) untuk DAS dibawahnya.

  d.

  Kecamatan Barumun Kecamatan ini juga banyak dialiri oleh anak-anak sungai DAS Barumun dan letaknya yang berada di hulu Sungai Barumun maka menjadi penting untuk reservoir DAS dibawahnya.

  e.

  Kecamatan Ulu Barumun Keberadaan Kecamatan Ulu Barumun ini tepat pada bagian hulu Kecamatan Barumun, sehingga memberikan kontribusi yang besar dalam kaitan reservoir DAS dibawahnya (hilir) dari DAS Barumun hingga ke Selat Malaka.

  f.

  Kecamatan Lubuk Barumun Keberadaan Kecamatan Lubuk Barumun ini berada pada bagian hulu Kecamatan Barumun Tengah, dimana banyak anak sungai yang bertemu di DAS Barumun, sehingga memberikan kontribusi yang besar dalam kaitan reservoir DAS dibawahnya.

  g.

  Kecamatan Sosa Kecamatan ini dilalui oleh DAS Batang Rokan, sehingga berpotensi untuk pembangunan irigasi pertanian, dan sangat berarti perannya dalam hal daerah tangkapan air (reservoir) oleh daerah hilir DAS Aek Sosa.

  h.

  Kecamatan Huta Raja Tinggi Sama dengan Kecamatan Sosa, Kecamatan Huta Raja Tinggi juga dilalui oleh DAS Batang Rokan. Kondisinya sangat ditentukan oleh daerah hulunya, dan menjadi reservoir bagi daerah hilir DAS Batang Rokan. i.

  Kecamatan Batang Lubu Sutam Keberadaaan kecamatan yang dialiri sungai-sungai kecil yang menuju ke Provinsi Riau menjadi sangat penting bagi daerah dibawahnya. Keberadaan sungai-sungai kecil tersebut juga berpotensi sebagai irigasi pertanian juga bagi kebutuhan sehari-hari penduduk di Kecamatan Batang Lubu Sutam ini.

3.4.4. Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana Lainnya

A. Prasarana Pengelolaan Lingkungan

  Prasarana pengelolaan lingkungan terdiri dari: a) Sistem Pengelolaan Persampahan;

  b) Sistem Pengelolaan Air Minum;

  c) Sistem Pengolahan Air Limbah;

  d) Sistem Drainase;

  e) Sistem Pengelolaan Persampahan. Kabupaten Padang Lawas telah memiliki tempat pembuangan akhir (TPA) khusus yaitu di Kecamatan Barumun. Armada pengangkutan sampah yang ada terdiri atas; arm roll truck, container, gerobak sampah, dan tong sampah. Pengelolaan sistem persampahan di Kabupaten Padang Lawas khususnya di Kota Sibuhuan ditangani oleh Kantor Kebersihan, Pertamanan, dan Pemadam Kebakaran dengan periode pengangkutan 2 kali dalam seminggu menggunakan Arm Roll Truck. Di Kabupaten Padang Lawas pengangkutan sampah dilakukan dengan truk sampah yang beroperasi mulai dari jam 08.00 - I7.00 WIB. Sampah kemudian di masukkan ke dalam dump truk yang selanjutnya diangkut ke TPA. Sampah di Kabupaten Padang Lawas khususnya yang berasal dari Kota Sibuhuan tercatat pada tahun 2009 merupakan sampah yang berasal dari : a)

  Perumahan;

  b) Kantor, sekolah, rumah sakit dan sejenisnya (non patogen) dan gedung umum lainnya; c)

  Pasar, pertokoan dan restoran;

  d) Pabrik/ industri yang sejenisnya dengan sampah permukiman tidak berbahaya dan beracun; e)

  Penyapuan jalan, taman dan lapangan;

  f) Pemotongan hewan dan kandang hewan;

  g) Bongkaran bangunan;

  h) Instalasi pengolahan sampah. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk hingga tahun 2031, jumlah penduduk Kabupaten Padang Lawas berjumlah 477,349 jiwa. Dengan demikian jumlah sampah yang akan dihasilkan pada tahun 2031 adalah sebesar 1193.37 m3. Perkiraan kebutuhan sarana dan prasarana pembuangan sampah di Kabupaten Padang Lawas hingga tahun 2030 meliputi penambahan tong sampah, alat angkutan sampah, gerobak, kontainer, TPS dan TPA. Untuk penambahan prasarana Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampai dengan tahun 2031 diarahkan untuk menambah sebanyak 2 (dua) lokasi lagi guna optimalnya penanganan persampahan di Kabupaten Padang Lawas, antara lain; TPA di Kecamatan Batang Lubu Sutam dan TPA di Kecamatan Sosopan. Dan diharapkan untuk kedua lokasi rencana TPA tersebut dapat menampung beban perkembangan wilayah sekitarnya. Sementara untuk TPS (tempat pembuangan sementara) arahannya tetap mengikuti standart perkotaan, dimana setiap 20 Ha penggunaan permukiman perkotaan harus memiliki 1 buah TPS. Sesuai dengan standart tersebut,

  

arahan TPS di Kabupaten Padang Lawas lebih diprioritaskan di pusat-pusat

  perkotaan dan permukiman yang berada di : a.

  PKL Sibuhuan b. PPK Lubuk Barumun, Barumun c. PPL Kec. Sosopan, Kec. Ulu Barumun, Kec. Lubuk Barumun, Kec. Huristak, Kec. Huta Raja Tinggi, dan Kec. Batang Lubu Sutam.

Gambar 3.2 Kawasan Prioritas Rencana Pembangunan TPA & TPS

  

Kabupaten Padang Lawas

Sumber : Arahan Ranperda RTRW Kab. Padang Lawas, 2011-2031

  Keterangan :

  Rencana Pembangunan TPA Rencana Pembangunan TPS

B. Penyediaan Air Bersih Regional

  Kebutuhan akan air bersih yang sehat bagi penduduk mutlak diperlukan, karena kebutuhan air yang bersih dan sehat selalu ada di setiap kehidupan manusia. Dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan jumlah penduduk pada wilayah Kabupaten Padang Lawas untuk 20 (dua puluh) tahun kedepan, semakin memicu kebutuhan akan penyediaan dan distribusi air bersih yang dikelola oleh pemerintah. Pada awalnya pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat di sekitar Sibuhuan dilayani oleh air bersih yang bersumber dari PDAM dengan jangkauan pelayanan sebatas wilayah Kota Sibuhuan. Namun saat ini rumah pompa (water intake) miliki PDAM tersebut sudah tidak berfungsi lagi, sehingga dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya masyarakat memperolehnya melalui sumur gali, air sungai serta mata air. Fenomena ini terjadi akibat masih mudahnya masyarakat untuk memperoleh air bersih yang tersedia, sehingga pelayanan PDAM terhadap masyarakat masih kurang memberikan andil yang besar. Namun dalam pengembangan kabupaten kedepan atau bertambahnya jumlah penduduk tentu akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas sumber daya air yang tersedia, sehingga Kabupaten Padang Lawas dimasa yang akan datang direncanakan untuk pemenuhan kebutuhan air bersihnya dapat dilayani kembali oleh PDAM, terutama wilayah yang diarahkan untuk pengembangan perkotaan. Berikut ini diuraikan perkiraan kebutuhan air bersih di Kabupaten Padang Lawas dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun kedepan, dimana kebutuhan tersebut dibedakan menjadi 2 (dua) jenis kebutuhan, yaitu domestik dan non domestik.

  • Kebutuhan domestik adalah kebutuhan air bersih untuk rumah tangga dengan standar kebutuhan sebesar 120 liter/orang/hari. Dan diperkirakan jumlah kebutuhan air bersih pada tahun 2031 di Kabupaten Padang Lawas mencapai 6.445.488 liter/hari.

  Kebutuhan Domestik.

  • Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan perdagangan dan perkantoran serta fasilitas sosial dan pelayanan umum. Standar yang digunakan adalah 20-25 % dari total kebutuhan air bersih untuk kegiatan domestik. Sehingga diperkirakan pada tahun 2031 di Kabupaten Padang Lawas memiliki jumlah kebutuhan air bersih perharinya sebesar 1.611.372 liter.

  Kebutuhan Non Domestik

  Berdasarkan kondisi tersebut maka rencana pengembangan jaringan air baku untuk sumber air bersih adalah Menjaga sumber air baku yaitu setiap mata air dan sungai di sekitar pusat permukiman.

  • Pembangunan sistem jaringan perpipaan untuk kawasan permukiman khususnya di Pusat - pelayanan utama yaitu Kota Sibuhuan, Kota Binangan, Pasar Ujung Batu.

  • ada dan membangun jaringan perpipaan.

  Demikian halnya dengan setiap ibukota kecematan dengan memanfaatkan sungai yang

  • menjadi kualiatas air maka akan diadakan pembinaan pengolahan air bersih menjadi air minum.

  Untuk daerah perdesaan dengan memanfaatkan air permukaan namun untuk tetap

  Rencana pengembangan sistem penyediaan air minum Kabupaten Padang Lawas

  diprioritaskan di pusat-pusat perkotaan dan permukiman yang berada di: a.

  PKL Sibuhuan b. PPK Lubuk Barumun, Barumun c. PPL Kec. Sosopan, Kec. Ulu Barumun, Kec. Lubuk Barumun, Kec. Huristak, Kec. Huta Raja Tinggi, dan Kec. Batang Lubu Sutam.

Gambar 3.3 Kawasan Prioritas Rencana Sistem Penyediaan Air Minum

  

Kabupaten Padang Lawas

Sumber : Arahan Ranperda RTRW Kab. Padang Lawas, 2011-2031

  Keterangan :

  Kws. Proiritas Sistem Penyediaan Air Minum

C. Pengolahan Air Limbah

  Sampai saat ini Kabupaten Padang Lawas belum memiliki instalasi pengolahan limbah tinja (IPLT). Dalam pengembangan wilayah Kabupaten Padang Lawas 20 (dua puluh) tahun

  kedepan, diarahkan untuk memiliki 1 buah IPLT dengan penentuan lokasi yang tidak terlalu jauh dari Ibukota kabupaten dan berjarak minimal 5 Km dari pusat permukiman.

  

Untuk penentuan lokasi tersebut diarahkan di sebelah utara jalan lingkar Kota

Sibuhuan dengan akses melalui jalan lingkar tersebut. Pada lingkungan permukiman dan

  perkotaan yang tidak terlayani dengan IPLT, pengelolaan air limbah direncanakan dengan sistem pengolahan limbah individu dengan pembangunan septictank.

Gambar 3.4 Rencana Pembangunan IPLT

  

Kabupaten Padang Lawas

Sumber : Arahan Ranperda RTRW Kab. Padang Lawas, 2011-2031

  Keterangan :

  Rencana Pembangunan IPLT

D. Kawasan Peruntukan Permukiman

  Kawasan permukiman merupakan ruang yang diperuntukan bagi pengelompokan permukiman penduduk termasuk didalamnya sarana dan prasarana kegiatan sosial ekonomi bagi penduduk dengan dominasi kegiatan usaha non-pertanian. Kawasan ini dapat berupa permukiman perkotaan maupun pedesaan. Kawasan permukiman dikembangkan pada kawasan dengan kriteria sebagai berikut:

  Aksesibilitas yang baik;

  • Berada dengan pusat kegiatan/terkait dengan kawasan hunian yang sudah ada atau
  • berkembang;
  • baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 liter/org/hari - 100 liter/org/hari;

  Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%); Tersedia sumber air,

  Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi);

  • Drainase baik sampai sedang;
  • Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/ mata air/saluran
  • pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan;

  Tidak berada pada kawasan lindung;

  • Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga;
  • Menghindari sawah irigasi teknis.
  • Luas areal untuk permukiman di Kabupaten Padang Lawas lebih kurang 37.232 (tigapuluh tujuh ribu dua ratus tiga puluh dua) ha atau 9,71 % dari luas seluruh Kabupaten Padang Lawas. Kawasan Permukiman terbagi 2 yakni permukiman perkotaan dan permukiman pedesaan, dimana lokasinya menyebar di setiap kecamatan. Tapi khusus untuk permukiman perkotaan terdapat di Kecamatan Barumun, Barumun Tengah, Lubuk Barumun dan Sosa.