DESKRIPSI KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA AKHIR

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DESKRIPSI KECEMASAN KOMUNIKASI
PADA REMAJA AKHIR

Skripsi
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Oleh :
Odilia Elisetiawati
NIM

: 099114014


PROGRAM STUDI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DESKRIPSI KECEMASAN KOMUNIKASI
PADA REMAJA AKHIR

Skripsi
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi


Oleh :
Odilia Elisetiawati
NIM

: 099114014

PROGRAM STUDI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN MOTTO


Jangan pernah takut untuk melakukan perubahan, lakukan perubahan
setiap hari jika tidak maka kita akan terjebak dalam zona nyaman
(Pasoroan Herman Harianja)

Hidup itu seperti kain, berawal dari seutas benang yang dirajut
menjadi sepotong kain yang indah.
(Surgaku Ibuku)

Untuk semua yang telah terjadi, TERIMA KASIH. Untuk semua yang
akan terjadi, BAIKLAH. All is Well.
(Ajahn Brahm)

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI

TERPUJI

Skripsi ini kupersembahkan untuk
Tuhan Yang Maha Esa
Bapak Wastu dan mamah Cicih
Thomas dan Denny
Dan semua orang yang kusayangi…

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Agustus 2014
Penulis,

Odilia Elisetiawati

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DESKRIPSI KECEMASAN KOMUNIKASI
PADA REMAJA AKHIR


Odilia Elisetiawati

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan komunikasi pada remaja
akhir. Subjek penelitian merupakan remaja akhir yang duduk di bangku kelas X dan XI SMA yang
berada dalam rentang usia 15 hingga 19 tahun. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan
skala Likert yang disebarkan kepada 119 siswa. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan
metode statistik deskriptif melalui program SPSS 17,00 for Windows. Skala kecemasan
komunikasi ini memiliki reliabilitas sebesar 0,902. Berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan, ditemukan bahwa secara umum tingkat kecemasan komunikasi pada remaja akhir
masuk dalam kategori cukup, yaitu sebanyak 77 siswa (64,7 %). Remaja yang masuk dalam
kategori kecemasan komunikasi tinggi sebanyak 22 siswa (18,5 %), dan sisanya siswa yang masuk
dalam kategori kecemasan komunikasi rendah sebanyak 20 siswa (16,8%). Aspek yang paling
menggambarkan

kecemasan

komunikasi

yaitu


ketidaknyamanan

komunikasi, penarikan diri, dan komunikasi berlebihan.

Kata kunci : kecemasan komunikasi, remaja akhir

vii

internal,

penghindaran

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


DESCRIPTION OF COMMUNICATION
APPREHENSION IN ADOLESCENT

Odilia Elisetiawati

ABSTRACT

This study aimed to determined the level of communication apprehension in adolescent.
Subject in this research was adolescent who study in Tenth and Eleventh grade of High School,
with range ages of 15 until 19 years old. The data were collected by using Likert scale that was
distributed to 119 students. The data were analyzed by using descriptive statistic method with
SPSS 17,00 program for windows. Reliability of communication apprehension scale was 0,902.
Based on the result of analysis, it was found that generally the scale of communication
apprehension in adolescent was in adequate category, as many as 77 students (64.7%). There
were 22 students (18,5%) that were categorized into high communication apprehension and 20
students (16,8%) students that were categorized into low communication apprehension. Aspect
that described most communication apprehension was internal discomfort, communication
avoidance, communication withdrawal, and overcommunication.

Keywords: communication apprehension, adolescent.


viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama

: Odilia Elisetiawati

Nomor Mahasiswa


: 099114014

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

STUDI DESKRIPTIF KECEMASAN KOMUNIKASI ANTAR
PRIBADI PADA REMAJA AKHIR DI YOHYAKARTA

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk
media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 28 Agustus 2014

Yang menyatakan,

(Odilia Elisetiawati)

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul
“Studi Deskriptif Kecemasan Komunikasi Interpersonal Pada Remaja Akhir di
Yogyakarta”.
Skripsi ini juga tidak lepas dari adanya dukungan dari orang-orang yang
telah membantu saya selama perjalanan studi penulis. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si sebagai Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Sylvia Carolina M.Y.M., M.Si. selaku dosen pembimbing yang
senantiasa menyediakan waktu untuk mendampingi dan membimbing saya
dalam menyusun skripsi ini.
3. Ibu Dr. Tjipto Susana selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing saya selama masa studi.
4.

Bapak dan Ibu dosen Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma
yang telah memberikan ilmunya sehingga saya dapat menambah wawasan
mengenai Psikologi.

5. Seluruh staf Fakultas Psikologi, khususnya Mas Gandung, Bu Nanik, Mas
Muji, Mas Doni, dan Pak Gie yang telah membantu dan memberikan
informasi selama saya menempuh masa studi.

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6. Seluruh staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, khusunya Pak
Sunu, Bu Etik, Pak Widi, Bu Mini, Bu Astuti, Pak Yanto, Pak Narto, Pak
Bardi, dan Mas Rahmadi yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk berdinamika dan belajar bekerja.
7. SMA Budya Wacana dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta atas
partisipasinya sebagai peserta penelitian.
8. Bapak dan mamah yang telah memberikan semangat , doa, serta dukungan
baik secara moril maupun materiil.
9. Kedua adikku Thomas dan Denny yang selalu memberikan dukungan,
doa, dan motivasi.
10. Seluruh keluarga besar abah Warjo dan abah Sutarya atas dukungan,
motivasi, dan doanya.
11. Teman-teman Psyclassa 09 yang selalu membagikan ilmu dan ceritanya
selama kita kuliah. Terimakasih atas pengalaman yang selalu kalian
berikan. Tetap semangat dalam meraih cita-cita ya.
12. Teman-teman Mitra Perpustakaan Paingan USD atas kesempatannya.
Senang bisa bekerja sama dan bermain bersama kalian. Terimakasih atas
persaudaraan dan pertemanannya, kalian luar biasa.
13. Seluruh penghuni Kost Putri Griya Talenta yang selalu setia menemani,
berbagi cerita, dan keceriaan bersama.
14. Teman-teman Legio Maria Cimahi yang selalu mendukung dan
mendoakan saya. Terimakasih atas semua dukungannya, kalian harus tetap
solid ya.

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat saya sebutkan satu per
satu. Terimakasih untuk semua dukungan dan doanya, semoga Tuhan
membalas kebaikan kalian.
Semoga rahmat dan berkat Allah selalu menyertai pihak-pihak yang telah
membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih
atas segalanya dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak.

Yogyakarta, 28 Agustus 2014
Penulis

Odilia Elisetiawati

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
1. Manfaat Teoretis .......................................................................... 7
2. Manfaat Praktis ............................................................................ 7
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 8
A. Kecemasan Komunikasi ..................................................................... 8
1. Definisi Kecemasan ..................................................................... 8
2. Definisi Komunikasi .................................................................... 9
3. Definisi Kecemasan Komunikasi ............................................... 11
4. Aspek-aspek Kecemasan Komunikasi ....................................... 12
5. Faktor Meningkatnya Kecemasan Komunikasi ......................... 13

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6. Penyebab Kecemasan Komunikasi ............................................ 15
7. Dampak Kecemasan Komunikasi .............................................. 17
B. Remaja Akhir ...................................................................................... 18
1. Perkembangan Fisik ...................................................................... 19
2. Perkembangan Kognitif ................................................................ 19
3. Perkembangan Sosio-Emosional................................................... 21
C. Dinamika Kecemasan Komunikasi Pada Remaja Akhir..................... 23
D. Skema Penelitian ................................................................................. 26
E. Pertanyaan Penelitian .......................................................................... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................ 27
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 27
B. Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................... 27
C. Definisi Operasional............................................................................ 27
D. Subjek Penelitian dan Metode Pengambilan Sampel .......................... 28
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data .................................................. 29
F. Persiapan Penelitian ............................................................................ 30
G. Kredibilitas Alat Pengumpulan Data .................................................. 31
1. Validitas ........................................................................................ 31
2. Seleksi Aitem ................................................................................ 31
3. Reliabilitas .................................................................................... 33
H. Metode Analisi Data ........................................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................... 35
A. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 35
B. Deskripsi Subjek Penelitian ................................................................ 36
C. Hasil Penelitian ................................................................................... 37
D. Pembahasan ......................................................................................... 40
E. Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 46
A. Kesimpulan ......................................................................................... 46
B. Saran .................................................................................................... 46
1. Bagi Remaja Akhir ........................................................................ 46

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2. Bagi Orang Tua dan Guru ............................................................. 47
3. Bagi Peneliti Selanjutnya .............................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 48
LAMPIRAN .................................................................................................... 51

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Blue Print Skala Kecemasan Komunikasi ................................... 30
Tabel 3.2. Pemberian Skor Pada Skala Kecemasan Komunikasi ................. 30
Tabel 3.3. Distribusi Aitem Skala Kecemasan Komunikasi
Pada Uji Coba ............................................................................. 32
Tabel 4.1. Deskripsi Tempat Tinggal Subjek Penelitian............................... 36
Tabel 4.2. Deskripsi Organisasi Subjek Penelitian ....................................... 36
Tabel 4.3. Deskripsi Lama Berkomunikasi dengan Orang Tua
Dalam Seminggu ......................................................................... 37
Tabel 4.4. Perbandingan Mean Empirik dan Mean Teoretik ........................ 38
Tabel 4.5. Kategorisasi Kecemasan Komunikasi Pada Remaja Akhir ......... 38
Tabel 4.6. Mean Empirik Kecemasan Komunikasi
Pada Remaja Akhir ..................................................................... 39
Tabel 4.7. Kategorisasi Aspek Kecemasan Komunikasi ............................... 39

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. Skema Penelitian Kecemasan Komunikasi
Pada Remaja Akhir ...................................................................... 26

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I.

Angket Survei Awal ................................................................. 52

Lampiran II. Skala Try Out Kecemasan Komunikasi ................................... 54
Lampiran III. Reliabilitas Skala Try Out Kecemasan Komunikasi................ 64
Lampiran IV. Skala Penelitian Kecemasan Komunikasi ............................... 68
Lampiran V. Mean Empirik Kecemasan Komunikasi .................................. 77

xviii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Bab I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain
untuk menjalin sebuah interaksi. Melalui interaksi tersebut, setiap manusia
akan terlibat dalam kegiatan saling berkomunikasi. Setiap harinya manusia
terlibat komunikasi di segala tempat, seperti sekolah, pasar, rumah, kantor,
bahkan di taman kota sekalipun. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Berlo pada tahun 1980 (dalam Wulandari, 2002), menunjukkan bahwa
70% waktu aktif masyarakat di Amerika digunakan untuk berkomunikasi. Di
Indonesia sendiri sebanyak 89 % waktu aktif anak Indonesia digunakan untuk
berkomunikasi (Razak, 2014). Melalui kegiatan komunikasi segala kebutuhan
manusia, baik fisiologis maupun psikologis akan terpenuhi.
Seiring perkembangan zaman, manusia dituntut memiliki kemampuan
komunikasi yang lebih baik karena komunikasi telah menjadi kebutuhan
manusia. Selain itu, setiap manusia juga harus memiliki kreatifitas yang tinggi
agar dapat memecahkan suatu masalah. Hal ini sejalan dengan pendapat
Spitzberg dan Cupach (dalam Devito, 2011) yang mengatakan bahwa
kemampuan komunikasi dapat dipelajari dengan cara meningkatkan
kompetensi komunikasi, yang mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang
lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi isi (content) dan bentuk pesan
komunikasi. Semakin tinggi kemampuan komunikasi yang dimiliki, semakin

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

banyak pula pilihan untuk melakukan komunikasi sehari-hari. Dalam dunia
pendidikan saat ini, siswa dituntut untuk aktif dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar. Proses pembelajaran seperti ini dinamakan dengan
pendekatan Student Centered Learnig, dimana setiap siswa dilatih agar
memiliki keberanian untuk mengajukan pertanyaan atau menyatakan pendapat
di depan kelas. (Overby, 2011).
Berdasarkan kurikulum 2013, tugas sekolah yang diberikan oleh guru
bertujuan untuk mengasah pengetahuan dan kemampuan siswa dalam
memecahkan suatu masalah (kampus.okezone.com). Setelah itu, biasanya guru
akan meminta siswanya untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Hal
tersebut

juga

menuntut

kreatifitas

siswa

untuk

memikirkan

cara

menyampaikan pesan yang menarik sehingga dapat diterima oleh pendengar.
Selain itu, siswa juga diberikan kesempatan untuk berkonsultasi dengan guru
ketika mengalami kesulitan dalam pelajaran atau sekedar ingin menceritakan
permasalahan pribadi. Melalui kegiatan seperti ini, diharapkan kemampuan
komunikasi siswa dapat terlatih.
Permasalahan yang muncul ketika siswa diminta untuk berkomunikasi
adalah terjadinya kecemasan komunikasi. Siswa merasa cemas ketika diminta
untuk berkomunikasi baik di depan kelas maupun berbicara secara formal
dengan guru atau orang yang baru dikenal. Kecemasan dalam berkomunikasi
ini biasa disebut juga sebagai hambatan komunikasi (communication
apprehension). Sebagai seorang pelajar yang memiliki banyak pengetahuan,
seharusnya hal ini tidak terjadi di kalangan remaja (Apollo, 2007). Akan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

tetapi, pada kenyataannya terdapat beberapa remaja yang mengalami
kecemasan komunikasi. Walaupun ada remaja yang berani mengungkapkan
pendapat ketika belajar mengajar, diskusi, seminar, atau dalam situasi
informal. Tetapi ada juga remaja yang terlihat gemetar dan berkeringat ketika
harus mempresentasikan karya tulisnya di depan kelas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Croskey, Hurt, Burgoon
dan Ruffner (dalam Apollo, 2007), menunjukkan bahwa 10-20% remaja di
Amerika

Serikat

menderita

kecemasan

komunikasi

(communication

apprehension) yang sangat tinggi, dan sekitar 20 % remaja lainnya mengalami
kecemasan komunikasi yang cukup tinggi. Di Indonesia, penelitian mengenai
kecemasan komunikasi pernah diteliti oleh Mariani yang menemukan 8 %
mahasiswa Fakultas Psikologi dan Hukum Universitas Muhammadiyah
Surakarta mengalami kecemasan dalam berkomunikasi (dalam Wulandari,
2002). Kecemasan komunikasi merujuk pada rasa malu, keengganan
berkomunikasi, ketakutan berbicara di depan umum, dan sikap pendiam dalam
interaksi komunikasi. Remaja yang memiliki hambatan atau kecemasan dalam
berkomunikasi biasanya terlihat gemetar, gugup, berkeringat, wajah memerah,
dan denyut jantung berdebar kencang ketika mereka diminta untuk
berkomunikasi. Sebaliknya, remaja yang tidak mengalami hambatan
berkomunikasi

biasanya

merasa

tenang

ketika

berkomunikasi

baik

menggunakan media komunikasi, maupun berbicara dengan tatap muka secara
langsung.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

Bila kecemasan yang terjadi tidak dapat diatasi oleh remaja bisa saja
akan berdampak besar bagi remaja yang mengalami kecemasan komunikasi.
Adapun dampak yang akan dialami seperti kesulitan menyampaikan pesan di
kelas, menarik diri dari kegiatan komunikasi, berbicara lebih sedikit ketika
berada dalam kelompok, dan memiliki kompetensi komunikasi yang lebih
rendah (McCroskey, 1976). Hal ini sejalan dengan penelitian Devito (2001)
yang mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat kecemasannya maka akan
menghambat komunikasi. Powell & Powell (2010), mengatakan bahwa dalam
konteks pengajaran, penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mengalami
kecemasan komunikasi akan merasa kesulitan untuk menyampaikan pesan dan
mengikuti proses belajar mengajar ketika diminta untuk berkomunikasi di
sekolah. Selain itu, siswa yang memiliki tingkat kecemasan tinggi biasanya
memperoleh rata-rata nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang
memiliki tingkat kecemasan komunikasi rendah.
Dalam sebuah penelitian yang dirancang untuk menilai ingatan dan
keberhasilan akademik siswa, McCroskey, Booth-Butterfield, dan Payne
(dalam Powell & Powell, 2010), menemukan bahwa siswa dengan tingkat
kecemasan

komunikasi

tinggi

lebih

beresiko

untuk

putus

sekolah

dibandingkan dengan siswa yang memiliki tingkat kecemasan komunikasi
rendah. Bila hal ini tidak diatasi maka kecemasan komunikasi yang dialami
remaja akan berkembang hingga mereka dewasa. Kecemasan komunikasi
yang berkembang hingga dewasa akan membuat remaja merasa kesulitan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

untuk menghadapi kegiatan komunikasi dan bila terus meningkat dapat
menimbulkan ketakutan yang berlebihan.
Saat remaja memasuki tahap perkembangan dewasa, banyak kegiatan
yang menuntut mereka untuk melakukan kegiatan komunikasi. Misalnya saja
ketika mereka duduk di bangku kuliah. Banyak tugas-tugas yang bentuknya
karya tulis dan harus dipresentasikan di depan kelas. Presentasi tersebut
biasanya dilihat oleh teman-teman sekelas dan juga dosen pengampu. Selain
itu, juga ada tugas lapangan yang menuntut mereka untuk berinteraksi dengan
warga sekitar atau orang yang ahli dalam bidangnya.
Berdasarkan literatur yang peneliti temukan, terdapat beberapa judul
penelitian mengenai kecemasan komunikasi, diantaranya adalah hubungan
antara konsep diri dengan kecemasan berkomunikasi secara lisan pada remaja
(Apollo, 2007), tingkat kecemasan komunikasi mahasiswa dalam lingkup
akademis (Lukmantoro, tanpa tahun), kecemasan berkomunikasi antar pribadi
dalam tes wawancara kerja (Nasution, tanpa tahun), dan efektivitas modifikasi
perilaku-kognitif untuk mengurangi kecemasan komunikasi antar pribadi
(Wulandari, 2002).
Berangkat dari beberapa judul penelitian yang pernah dilakukan,
peneliti melakukan survei mengenai kecemasan komunikasi. Berdasarkan
survei yang peneliti lakukan (27/03/2013), sebanyak 8 dari 18 remaja
mengalami kecemasan komunikasi. Kecemasan komunikasi terjadi karena
remaja cenderung merasa malu ketika bertemu dengan orang lain, baik yang
telah lama dikenal maupun yang baru dikenal. Selain itu, kecemasan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

komunikasi juga terjadi karena remaja merasa grogi ketika melihat pandangan
orang lain saat sedang berbicara dengan mereka. Hal lain yang membuat
mereka merasa cemas ialah jarang berbicara di depan umum, takut melakukan
kesalahan, takut tidak ada yang mendengarkan, dan grogi ketika harus
berbicara di depan orang yang baru dikenal.
Berdasarkan survei tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai kecemasan komunikasi. Hal yang membuat penulis
merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini karena kecemasan komunikasi
yang terjadi pada remaja disebabkan oleh ketidaknyamanan internal yang
dirasakan dan tidak terbiasa untuk berkomunikasi secara tatap muka
(langsung). Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat tingkat kecemasan
komunikasi yang dialami oleh remaja. Penelitian ini ditujukan kepada remaja
akhir karena masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju
dewasa. Pada tahap perkembangan ini, remaja diharapkan mengasah dan
mengembangkan kemampuan komunikasinya. Permasalahan yang muncul
adalah remaja saat ini lebih sering menghabiskan waktunya untuk
berkomunikasi menggunakan media komunikasi daripada bersosialisasi
dengan teman sebayanya secara langsung sehingga membuat mereka tidak
terbiasa untuk berkomunikasi secara tatap muka.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah
bagaimana tingkat kecemasan komunikasi yang dialami remaja akhir?

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui tingkat kecemasan
komunikasi yang dialami oleh remaja akhir.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
bagi ilmu pengetahuan, terutama bagi ilmu Psikologi Komunikasi,
Psikologi Sosial, dan Psikologi Perkembangan Remaja. Selain itu,
penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
kecemasan komunikasi yang dialami oleh remaja akhir.

2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data mengenai
besarnya tingkat kecemasan komunikasi dari setiap kategori. Selain itu,
dari penelitian ini juga diharapkan remaja dapat mengendalikan diri dan
mengatasi kecemasan komunikasi yang dialami, serta terus meningkatkan
kemampuan komununikasi agar kecemasan komunikasi yang dialami tidak
meningkat

menjadi

sebuah

ketakutan

yang

berlebihan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kecemasan Komunikasi
1. Definisi Kecemasan
Kecemasan berasal dari kata cemas yang berarti bingung, gelisah,
khawatir, resah, risau, takut, tegang, dan was-was (Departemen Pendidikan
Nasional, 2009). Berdasarkan Kamus Psikologi kecemasan adalah kondisi
emosi yang buram dan tidak menyenangkan disertai ciri-ciri takut terhadap
sesuatu hal, menekan, dan tidak nyaman. (Reber, 2010). Menurut Daradjat
(1968) kecemasan adalah perwujudan dari berbagai proses emosi yang
bercampur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan
(frustrasi) dan pertentangan batin (konflik). Watson dan kawan-kawan
(dalam Leary, 1983) mendefinisikan kecemasan sosial sebagai sebuah
pengalaman merasakan kesukaran, ketidaknyamanan, ketakutan, cemas,
dan lain sebagainya di dalam keadaan sosial, dan dengan sengaja
menghindari situasi sosial dari orang lain.
Jadi, berdasarkan definisi tersebut kecemasan dapat diartikan
sebagai suatu proses emosi kebingungan, kegelisahan, ketakutan, dan
kekhawatiran yang terjadi ketika individu berada dalam kondisi yang
menekan dan tidak nyaman.

8

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

2. Definisi Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu “communication” yang
berarti pergaulan, persatuan, peran serta, dan kerjasama. Dalam Kamus
Komunikasi, kata komunikasi (communication) merupakan proses
penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang sebagai bentuk pikiran
dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan
lain sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik secara
langsung (tatap muka) maupun secara tidak langsung (melalui media),
dengan tujuan mengubah sikap dan pandangan atau perilaku.
Menurut Supratiknya (1995), komunikasi dapat diartikan secara
luas dan secara sempit. Secara luas komunikasi adalah tingkah laku verbal
maupun nonverbal seseorang yang ditanggapi oleh orang lain. Secara
sempit komunikasi adalah pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu
atau lebih penerima untuk mempengaruhi tingkah laku si penerima.
Dahana dan Bhatnagar (dalam Apollo, 2007) mendefinisikan komunikasi
sebagai proses interaksi sosial yang melibatkan dua atau lebih individu
yang berinteraksi, dan terjadi saling mempengaruhi ide, sikap,
pengetahuan, dan tingkah laku satu sama lain. Menurut Devito (2011)
komunikasi merupakan tindakan yang dilakukan satu orang atau lebih
untuk mengirim pesan yang terpengaruh oleh gangguan (noise) dan
mengharapkan umpan balik.
Menurut Zeuschner (2003), komunikasi antar pribadi adalah
sebuah transaksi komunikasi yang menyertakan dua orang atau lebih. Para

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

ahli

teori

komunikasi

mendefinisikan

komunikasi

antarpribadi

(interpersonal) berdasarkan tiga pendekatan :
a. Definisi berdasarkan komponen (componential),
Komunikasi antarpribadi merupakan penyampaian pesan yang
dilakukan oleh satu orang dan pesan tersebut diterima oleh orang lain
atau sekelompok orang, dan mendapat umpan balik secepat mungkin.
b. Definisi berdasarkan hubungan diadik (relational dyadic),
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang terjadi antara dua
orang yang memiliki hubungan yang jelas. Misalnya komunikasi
antara ayah dengan anak, pelanggan dengan pramuniaga, psikolog
dengan klien.
c. Definisi berdasarkan pengembangan (developmental),
Komunikasi antarpribadi didefinisikan sebagai akhir perkembangan
komunikasi yang bersifat tidak pribadi (impersonal) menjadi
komunikasi yang pribadi (intim).
Jadi, berdasarkan definisi para tokoh tersebut komunikasi dapat
diartikan sebagai sebuah interaksi yang dilakukan antara dua orang atau
lebih yang bertujuan untuk mengirimkan pesan kepada orang lain sehingga
terjadi saling mempengaruhi ide, tingkah laku, pengetahuan, sikap, dan
terjadi umpan balik.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

3. Definisi Kecemasan Komunikasi
Kecemasan komunikasi (communication apprehension) menurut
McCroskey (dalam Burgoon, 1982), adalah sebuah ketakutan atau
kecemasan ketika menghadapi situasi komunikasi baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan satu orang maupun lebih. Burgoon dan
Michele (dalam Apollo, 2007) memberi istilah kecemasan komunikasi
dengan sebutan communication anxiety, yaitu kondisi seseorang yang
merasa cemas ketika menghadapi situasi komunikasi, khususnya
komunikasi di depan umum. Hurt (dalam Apollo, 2007) menyebut
kecemasan komunikasi dengan istilah communication apprehension, yaitu
kondisi seseorang yang mengalami kecemasan ketika berkomunikasi, baik
di depan umum, diskusi kelompok dengan teman sebaya, ataupun
komunikasi yang bersifat formal dengan teman sebaya maupun guru.
Kecemasan komunikasi juga dapat diartikan sebagai sebuah
ketakutan atau kecemasan terkait dengan tindakan komunikasi yang
diselenggarakan oleh sejumlah besar individu. Orang yang memiliki
kecemasan komunikasi yang tinggi adalah orang yang merasa khawatir
ketika harus ikut berpartisipasi dalam situasi komunikasi tertentu. Mereka
akan menghindari komunikasi, bahkan seakan-akan mereka mengalami
berbagai macam kecemasan perasaan ketika dipaksa untuk berkomunikasi
(www.jamescmccroskey.com).

Berdasarkan

Kamus

Komunikasi,

kecemasan komunikasi (communication apprehension) adalah rasa cemas
atau khawatir untuk berkomunikasi yang disebabkan ketidak percayaan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

terhadap diri sendiri dan merasa tidak mampu yang dialami seseorang,
sehingga mengakibatkan menarik diri dari pergaulan.
Jadi, berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
kecemasan

komunikasi

adalah

sebuah

ketakutan,

kegugupan,

kekhawatiran seseorang ketika berada dalam kondisi yang mengharuskan
individu berkomunikasi baik secara formal, langsung maupun tidak
langsung, dan dengan orang yang baru maupun telah lama dikenal.

4. Aspek-aspek Kecemasan Komunikasi
McCroskey dan McCroskey (dalam Powell & Powell, 2010)
mengidentifikasikan bahwa terdapat empat karakteristik dari kecemasan
berkomunikasi. Karakteristik tersebut ialah :
a. Ketidaknyamanan Internal (Internal Discomfort)
Individu

yang

memiliki

kecemasan

komunikasi

mengalami

ketidaknyamanan komunikasi dan muncul perasaan negatif ketika
mereka dihadapkan pada situasi yang membutuhkan komunikasi.
Perasaan negatif yang muncul sering berkaitan dengan rasa takut.
b. Penghindaran Komunikasi (Communication Avoidance)
Individu yang memiliki kecemasan komunikasi akan memilih untuk
tidak terlibat dalam situasi komunikasi. Mereka sering mencoba untuk
menghindari situasi komunikasi seperti menjawab pertanyaan atau
memberikan laporan lisan karena bagi mereka hal tersebut sangat
mengerikan atau menakutkan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

c. Penarikan Diri (Communication Withdrawal)
Individu yang memiliki kecemasan komunikasi biasanya mencoba
untuk secara fisik atau psikologis menarik diri dari situasi komunikasi.
Ketika mereka ditanya oleh gurunya, mungkin mereka akan menjawab
“Saya tidak melakukannya”, atau mungkin akan menanggapi dengan
berkata “Saya tidak tahu”. Kedua hal ini biasanya dilakukan oleh siswa
untuk mundur dari keterlibatan komunikasi.
d. Komunikasi Berlebihan (Overcommunication)
Individu yang memiliki kecemasan komunikasi, dalam situasi tertentu,
akan mencoba berdamai dengan perasaan negatif mereka. Dalam
kecemasan yang dialami, individu akan berusaha untuk berpartisipasi
dalam komunikasi dengan cara berbicara lebih banyak. Dalam situasi
seperti ini, individu mungkin lebih mementingkan kuantitas daripada
kualitas.

5. Faktor Meningkatnya Kecemasan Komunikasi
McCroskey

(dalam

Burgoon,

1982)

mengatakan

bahwa

meningkatnya kecemasan komunikasi disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
a. Traitlike CA muncul karena adanya pandangan bahwa kecemasan
komunikasi berasal dari keturuan atau lingkungan (prose belajar dari
lingkungan).
b. Situational CA, menurut Buss (dalam Burgoon, 1982) elemen yang
penting dari situational CA adalah novelty, formality, subordinate

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

status, conspicuousness, unfamiliarity, dan degree of attention from
others.
1. The novelty situations, terjadi ketika individu secara tidak sengaja
mengalami

kecemasan

komunikasi

karena

situasi

tertentu.

Misalnya, individu yang tidak pernah mengikuti wawancara kerja.
Dalam wawancara perdananya individu akan merasa tidak yakin
dengan kemampuannya dan mengalami kebingungan bagaimana
seharusnya individu tersebut bertingkah laku.
2. Formal situations, cenderung berhubungan dengan menentukan
perilaku yang tepat pada situasi tertentu. Kecemasan komunikasi
akan meningkat dalam situasi formal karena pada situasi ini terjadi
pembatasan perilaku yang dapat diterima.
3. Subordinate status, kecemasan komunikasi dapat meningkat ketika
individu berada dalam posisi subordinat (biasanya antara atasan
dengan bawahan atau pemimpin dengan rakyat). Dalam situasi
tertentu perilaku akan dianggap layak atau tidak ditentukan oleh
orang yang memegang kekuasaan tinggi.
4. Conspicuousness,

kecemasan

komunikasi

meningkat

ketika

individu merasa diperhatikan oleh lingkungan ketika sedang rapat
atau berbicara di depan kelas.
5. Unfamiliarity, kecemasan komunikasi meningkat ketika harus
berkomunikasi dengan orang yang baru dikenal. Komunikasi akan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

terasa lebih ketika ketika berkomunikasi dilakukan dengan orang
yang sudah dikenal.
6. Degree of attention from others, kecemasan komunikasi akan
meningkat ketika mendapatkan respon atau perhatian yang
berlebihan atau bahkan sebaliknya, tidak diperhatikan dan tidak
didengarkan. Respon yang biasa-biasa saja dari orang lain
merupakan situasi yang paling nyaman.

6. Penyebab Kecemasan Komunikasi
Daly and Friedrich (dalam Powell & Powell, 2010) menyatakan
bahwa kecemasan komunikasi mungkin disebabkan oleh :
a. Genetics, kecemasan komunikasi berhubungan dengan faktor-faktor
seperti penampilan fisik dan bentuk tubuh. Masing-masing dari
kecenderungan ini ditingkatkan atau dibatasi oleh faktor lingkungan.
Seorang remaja akan merasa takut atau cemas ketika harus
berkomunikasi dengan seseorang yang memiliki perawakan tubuh
tinggi besar atau tampangnya menyeramkan. Kecemasan ini dapat
meningkat apabila di lingkungannya ada sosok guru yang ditakuti
karena penampilan fisiknya tinggi besar dan selalu memarahi murid.
Disisi lain, kecemasan komunikasi ini tidak akan berkembang apabila
sosok guru yang tinggi besar tersebut memiliki sifat yang disenangi
oleh remaja.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

b. Skill acquisition, kecemasan komunikasi mungkin muncul melibatkan
cara dimana keterampilan sosial itu diperoleh. Keterampilan seperti
penggunaan bahasa, kepekaan terhadap komunikasi nonverbal, dan
keterampilan manajemen interaksi. Bagi siswa yang mengalami
kecemasan komunikasi mungkin kurang atau bahkan tidak memiliki
keterampilan sosial. Misalnya saja siswa dengan tipikal “kikuk” atau
“kutu buku”, mungkin mereka tidak memiliki keterampilan sosial
karena mereka tidak biasa melatih keterampilan sosial bersama orang
di sekitarnya. Selain itu, mereka tidak bisa atau akan kesulitan untuk
“masuk ke dalam aliran” interaksi sosial. Akibatnya, komunikasi
sangat tidak bermanfaat dan keterampilan baru tidak dikembangkan.
c. Modeling, kecemasan komunikasi dipengaruhi oleh proses belajar atau
proses meniru dari orang lain. Apabila remaja berada di sekitar
individu yang takut atau cemas berkomunikasi, maka remaja akan
meniru perilaku tersebut. Hal ini akan meningkatkan kecemasan
komunikasi remaja ketika diminta untuk terlibat dalam perilaku
komunikasi yang tidak memiliki kerangka acuan. Misalnya ketika
remaja bertemu dengan orang yang baru dikenal dan belum memiliki
topik pembicaraan. Remaja akan merasa cemas atau takut untuk
berbicara karena tidak tahu apa yang harus dibicarakan.
d. Reinforcement, kecemasan komunikasi terjadi karena anak tidak
menerima penguatan positif untuk komunikasi. Anak yang diberitahu
untuk tenang, dan tidak didorong untuk berkomunikasi dapat

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

mengembangkan sikap negatif tentang komunikasi. Sebaliknya, anak
yang selalu diberikan kesempatan untuk berbicara oleh orang tuanya,
akan mengembangkan sikap positif tentang komunikasi.

7. Dampak Kecemasan Komunikasi
Kecemasan komunikasi merupakan hal yang wajar dialami oleh
setiap orang. hal yang harus dilakukan ketika mengalami kecemasan
komunikasi adalah mengendalikan kecemasan yang dialami dengan
melakukan berbagai kegiatan seperti mendengarkan musik, mengobservasi
orang-orang sekitar, dan masih banyak lagi. Remaja yang mengalami
kecemasan

komunikasi

tinggi

biasanya

akan

kesulitan

untuk

mengendalikan kecemasan yang dialami. McCroskey (1976) mengatakan
bahwa dampak yang dialami remaja dengan kecemasan komunikasi tinggi
seperti, kesulitan menyampaikan pesan di kelas, menarik diri dari kegiatan
komunikasi, berbicara lebih sedikit ketika berada dalam kelompok, dan
memiliki kompetensi komunikasi yang lebih rendah. Selain itu, dampak
lainnya

dari

kecemasan

komunikasi

tinggi

adalah

menghambat

perkembangan kompetensi dan keterampilan komunikasi. Dampak lainnya
yaitu, merasakan ketidaknyamanan internal, seperti gugup, berkeringat,
jantung berdebar kencang, dan wajah memerah.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

B. Remaja Akhir
Masa remaja akhir merupakan masa dimana remaja harus memperluas
pemahaman mereka mengenai sikap hidup orang lain, memperluas
pemahaman mengenai tingkat saling ketergantungan dalam hidup, dan cara
menangani berbagai permasalahan interpersonal. Selama periode ini,
pengalaman remaja semakin banyak terjadi pada tingkat berpikir sintaksis.
Selain itu, dalam tahapan ini juga remaja mulai memantapkan hubungan cinta
dengan satu pasangan. Menurut Santrock (2003), masa remaja akhir berada
pada rentang usia 15 hingga awal 20 tahun.
Remaja yang mengalami kecemasan dalam kehidupannya, mungkin
akan mengalami beberapa masalah dalam tahapan ini, seperti personifikasi
yang tidak tepat dan berbagai jenis keterbatasan hidup. Dalam hal ini,
keterbatasan hidup yang dialami remaja meliputi, pandangan tidak realistik
mengenai diri, pandangan mengenai orang lain yang stereotip, dan tingkah
laku yang menolak kecemasan yang merusak kebebasan seseorang.
Pencapaian terakhir dalam periode ini adalah self-respect, yang menjadi syarat
untuk menghargai orang lain. Menurut Sullivan (dalam Alwisol, 2009), orang
yang bisa menghargai orang lain adalah orang yang bisa menghargai diri
sendiri.
Transisi dari masa kanak-kanak menuju masa remaja hingga akhirnya
memasuki masa dewasa melibatkan terjadinya perubahan biologis (fisik),
kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Perubahan-perubahan yang
terjadi pada setiap aspek tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

1. Perkembangan Fisik
Perubahan biologis yang terjadi ketika masa remaja dapat dilihat
dari bertambahnya berat dan tinggi badan, perubahan dalam proporsi dan
bentuk tubuh, perubahan hormonal, dan kematangan seksual. Ketika
memasuki masa remaja, secara umum remaja akan mengalami pubertas,
yaitu proses dimana seseorang mencapai kematangan seksual dan
kemampuan untuk bereproduksi (Papalia, 2008). Perubahan fisik yang
terjadi tumbuh payudara pada remaja putri dan testis pada remaja putra,
tumbuhnya rambut pubic, dan terjadi perubahan suara. Kematangan
seksual yang terjadi pada remaja ditandai dengan menstruasi pertama
(menarche) pada remaja putri dan ejakulasi pertama (spermarche) pada
remaja putra.
2. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget tahap perkembangan kognitif ketika masa remaja
berada pada tahap operasional formal. Tahap perkembangan ini muncul
ketika remaja berusia 11 hingga 15 tahun. Karakteristik yang muncul
dalam tahapan ini yaitu remaja bernalar secara lebih abstrak. Remaja tidak
lagi terbatas pada pemikiran-pemikiran yang konkret atau aktual. Mereka
mulai

menciptakan

situasi-situasi

yang

fantasi

atau

khayalan,

kemungkinan-kemungkinan hipotesis, mulai memikirkan yang sedang
mereka pikirkan, dan mulai bertanya-tanya pada diri sendiri.
Karakteristik yang kedua dalam tahapan operasional formal ini
ialah pemikiran yang banyak mengandung idealisme dan kemungkinan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

Remaja mulai memikirkan ciri-ciri yang ideal bagi diri mereka sendiri dan
orang lain, serta mulai menentukan standar-standar ideal seseorang.
Standar ideal yang dibuat menjadikan remaja tidak sabar dan
dibingungkan oleh standar-standar ideal yang mereka buat. Selain berpikir
secara abstrak dan idealistis, remaja juga berpikir secara lebih logis.
Remaja mulai berpikir seperti ilmuwan yang menyusun rencana,
memecahkan masalah-masalah baru, dan menguji pemecahan masalah
secara sistematis.
Pada tahap perkembangan remaja, pemikiran remaja bersifat
egosentris. Mereka mulai berpikir tentang kepribadian dan mulai
memantau dunia sosial dengan cara mereka. David Elkind (dalam
Santrock, 2002) meyakini bahwa egosentrisme remaja (adolescent
egocentrism) memiliki dua bagian, yaitu penonton khayalan (imaginary
audience) dan dongeng pribadi (the personal fable). Penonton khayalan
(imaginary audience) adalah keyakinan remaja bahwa orang lain
memperhatikan

mereka.

Remaja

merasa

bahwa

lingkungan

memperhatikan tingkahlaku, penampilan, sifat, dan perbuatan mereka.
Penonton khayalan disebabkan oleh kemampuan untuk berpikir secara
hipotesis dan kemampuan untuk melangkah keluar dari diri sendiri. Selain
itu, penonton khayalan juga muncul untuk mengantisipasi reaksi-reaksi
orang lain dalam keadaan-keadaan khayalan. Misalnya, seorang remaja
putri akan merasa malu ketika memakai pakaian yang salah dalam suatu

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21

pesta. Remaja putri tersebut juga akan berpikir bahwa orang lain akan
melihat ke arahnya.
Dongeng pribadi (the personal fable) merupakan egosentrisme
yang meliputi perasaan unik mereka. Perasaan unik yang dialami remaja
membuat mereka merasa tidak seorang pun merasakan apa yang remaja
alami. Biasanya perasaan-perasaan unik ini dapat kita temui dalam buku
catatan harian (diary) remaja. Dalam buku diary tersebut biasanya remaja
mengarang suatu cerita tentang dirinya sendiri yang dipenuhi dengan
fantasi. Misalnya, seorang remaja yang baru mengalami patah hati, remaja
tersebut akan berpikir bahwa ibu mereka tidak dapat merasakan sakit
seperti yang mereka rasakan.
3. Perkembangan Sosio-Emosional
Menurut Erikson, masa remaja merupakan masa pencarian
identitas diri karena remaja berada dalam tahapan identitas vs kebingungan
identitas. Pencarian identitas dalam tahapan ini merupakan penentuan
konsep diri, tujuan, nilai, dan keyakinan yang dianut oleh remaja. Menurut
Erikson

kebingungan

identitas

yang

terjadi

pada

remaja

akan

memperlambat pencapaian kedewasaan psikologis. Teori mengenai
pencarian identitas menurut Erikson ini diperkuat oleh James Marcia yang
menemukan empat tipe status identitas; identity diffusion (penyebaran
identitas), identity foreclosure (pencabutan identitas), identity moratorium
(penundaan identitas), dan identity achievement (pencapaian identitas)
(Papalia, 2008; Santrock, 2002).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22

Dalam tahapan pencarian identitas ini remaja akan menuntut
otonomi diri yang ingin melepaskan diri dari genggaman orang tua.
Remaja ingin menuntut kebebasan agar dapat mengambil keputusan sesuai
dengan yang mereka inginkan. Akan tetapi, peran orang tua juga masih
sangat dibutuhkan ketika anak memasuki masa remaja. Attachment atau
kelekatan dengan orang tua pada masa remaja dapat membantu
kompetensi sosial dan kesejahteraan sosial remaja. Attachment yang kokoh
dengan orang tua selama masa remaja dapat berlaku sebagai fungsi
adaptif, yang dapat menyangga remaja dari kecemasan dan potensi
perasaan-perasaan depresi atau tekanan emosional yang berkaitan dengan
transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Santrock, 2002).
Hubungan remaja dengan teman sebaya merupakan hubungan yang
sangat penting bagi remaja. Dalam masa ini, remaja akan lebih sering
beriteraksi dengan teman-teman sebayanya (peer-group). Tekanan teman
sebaya dan konformitas dapat memberikan dampak positif maupun
negatif. Remaja akan mulai bergabung dengan klik maupun kelompok dan
mulai menaikkan harga diri mereka. Selain itu, popularitas di antara
teman-teman sebaya merupakan suatu motivasi yang kuat bagi
kebanyakan remaja.
Teman dekat memiliki pengaruh psikologis bagi perkembangan
remaja, walaupun tidak ada kriteria khusus untuk dapat dikatakan teman
dekat. Seorang remaja yang karakternya pendiam biasanya tidak memiliki
teman dekat secara khusus, biasanya remaja dengan karakter seperti ini

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23

akan merasakan pertamanan yang hangat ketika melakukan aktivitas di
luar sekolah, seperti teman bermain di rumah. Remaja dengan karakter
terbuka juga tidak memiliki teman dekat secara khusus, karena semua
teman diperlakukan dengan cara yang sama. Akan tetapi, ada juga
beberapa remaja yang menganggap teman dekat mereka adalah teman
sebangkunya

atau teman kecilnya

yang memiliki

fungsi

untuk

mencurahkan perhatian dan permasalahan yang dirasakan.

C. Dinamika Kecemasan Komunikasi Pada Remaja Akhir
Kecemasan komunikasi (communication apprehension) merupakan
kecemasan, hambatan, atau ketakutan berkomunikasi yang terjadi pada
seseorang

ketika

dihadapkan

dalam

situasi

yang

mengharuskan

berkomunikasi. Menurut McCroskey dan McCroskey (dalam Powell &
Powell, 2010), kecemasan komunikasi dapat diidentifikasi melalui empat
kerakteristik

seperti,

ketidaknyamanan

internal

(internal

discomfort),

penghindaran komunikasi (communication avoidance), penarikan diri
(communication withdrawal), dan komunikasi berlebihan (overcommucation).
Seseorang yang mengalami kecemasan komunikasi akan merasa cemas ketika
diminta untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu. Kecemasan komunikasi
ini bisa saja terjadi pada remaja apabila remaja tidak mengembangkan
kemampuan

berkomunikasi.

Remaja

yang

mampu

mengembangkan

kemampuan komunikasi biasanya akan mera