DOCRPIJM e5440f5fa8 BAB IIbab2 PROFIL KOTA BANJARMASIN

RPIJM KOTA BANJARMASIN

2 Profil Kota Banjarmasin
2.1 Wilayah Administrasi
Secara astronomis, Provinsi Kalimantan Selatan dengan Banjarmasin sebagai ibukota
provinsi terletak di bagian selatan Pulau Kalimantan pada posisi 114°19'13'' BT 116°33'28'' BT dan 1°21'49'' LS - 4°10'14'' LS, dengan batas-batas wilayah administrasi
sebagai berikut:


Sebelah Utara

: Provinsi Kalimantan Timur;



Sebelah Timur

: Selat Makasar;




Sebelah Selatan

: Laut Jawa;



Sebelah Barat

: Provinsi Kalimantan Tengah.

Posisi dan batas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dapat dilihat pada Peta 2.1.
Secara administratif, wilayah Provinsi Kalimantan Selatan terbagi menjadi 11
kabupaten dan 2 kotadengan luasan wilayah ± 38.769,61Km2 atau 7,21% dari luas
Pulau Kalimantan. Dengan luasan tersebut, Kalimantan Selatan merupakan bagian
terkecil dari Pulau Kalimantan. Daerah yang paling luas di Provinsi Kalimantan Selatan
adalah Kabupaten Kotabaru dengan luas ±9.483 km2 (24,46% dari luas wilayah Provinsi
Kalimantan Selatan) dan daerah dengan luas terkecil adalah Kota Banjarmasin dengan
luas ±96,8129 km2 (0,26% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan).

2-1


RPIJM KOTA BANJARMASIN

2-2

RPIJM KOTA BANJARMASIN

2-3

RPIJM KOTA BANJARMASIN

Berdasarkan Keputusan Walikota Banjarmasin No. 93 Tahun 2000 yang
dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Kota Banjarmasin No. 2 Tahun 2001,
administratif pemerintahan Kota Banjarmasin dibagi menjadi 5 kecamatan, yaitu

Kecamatan Banjarmasin Utara, Kecamatan Banjarmasin Timur, Kecamatan
Banjarmasin

Tengah,


Kecamatan

Banjarmasin

Barat,

dan

Kecamatan

Banjarmasin Selatan. Kelima kecamatan tersebut selain berfungsi sebagai pusat
perkantoran

juga

merupakan

pusat-pusat

pertumbuhan


di

Kota

Banjarmasin.

Kecamatan yang memiliki perkembangan paling pesat adalah Kecamatan Banjarmasin
Tengah sebagai pusat pemerintahan, perkantoran dan perdagangan; Kecamatan
Banjarmasin Timur sebagai pusat perdagangan dan permukiman; serta Kecamatan
Banjarmasin Barat sebagai pusat pelabuhan, jasa dan perdagangan. Kecamatan yang
termasuk dalam wilayah administrasi Kota Banjarmasin dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Pembagian Wilayah Administrasi Kota BanjarmasinTahun 2012
NO
1
2
3
4
5


KECAMATAN
Banjarmasin Utara
Banjarmasin Selatan
Banjarmasin Tengah
Banjarmasin Barat
Banjarmasin Timur
JUMLAH

Berdasarkan

Keputusan

LUAS BARU
HA
1.655,00
3.826,00
665,00
1.313,00
2.387,00

9.846,00

Gubernur

KELURAHAN BARU
%
16,81
38,86
6,75
13,34
24,24
100,00

Kalsel

JUMLAH
PUSAT KECAMATAN
10
Kel. Alalak Utara
12

Kel. Kelayan Selatan
12
Kel. Teluk Dalam
9
Kel. Pelambuan
9
Kel. Kuripan
52
Sumber: Kota Banjarmasin dalam Angka, 2013

No.

184.44/0438.A/KUM/2008,

Pemerintah Kota Banjarmasin mengadakan pemekaran kelurahan yaitu dari sebelumnya
50 kelurahan menjadi 52 kelurahan. Kelurahan Sungai Andai merupakan hasil
pemekaran dari Kelurahan Sungai Jingah, sedangkan Kelurahan Basirih Selatan
merupakan pecahan dari Kelurahan Kelayan Selatan.

2.2 Potensi Wilayah Kota Banjarmasin

Banjarmasin merupakan salah satu pintu gerbang kegiatan ekonomi nasional.
Pulau yang terkenal dengan julukan pulau seribu sungai ini memiliki sebuah Bandar
Pelabuhan besar dan sudah puluhan tahun menjadi pintu keluar masuk bagi kegiatan

2-4

RPIJM KOTA BANJARMASIN

perekonomian Pulau Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin
adalah Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan. Tak hanya sebagai Kota Niaga,
Banjarmasin juga terkenal sebagai salah satu kota bersejarah penghasil Intan, Ruby,
dan berbagai jenis permata.

Terdapat lebih dari 60 sungai yang mengalir di Banjarmasin, penduduk setempat
memanfaatkan sungai sebagai transportasi dan tempat berlangsungnya banyak
kegiatan sehari-hari. Mulai dari MCK, transportasi, jual-beli dan lain-lain. Beberapa
wisata yang teradapat dikota Banjarmasin adalah adanya wisata Alam, wisata kuliner,
wisata dan wisata religi/sejarah/budaya.

2.3 Demografi Dan Urbanisasi

Menurut data statistik yang diambil dari Kota Banjarmasin Dalam Angka Tahun
2012, jumlah rumah tangga di Kota Banjarmasin mencapai 173.269 dengan jumlah
penduduk 648.029 jiwa yang terdiri dari 323.880 laki-laki dan 324.149 perempuan.
Selama tahun

2006 – 2012, jumlah penduduk Kota Banjarmasin mengalami

fluktuasi. Laju pertumbuhan penduduk tahun 2012 sebesar 2,01% dengan pola
penyebaran penduduk yang tidak merata di seluruh kecamatan. Bila dilihat dari pola
penyebaran penduduk, kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbesar terdapat di
Kecamatan

Banjarmasin

Selatan

sebesar

151.175


jiwa

(23,33%);

sedangkan

Kecamatan Banjarmasin Tengah memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu sebesar
93.167 jiwa (14,38%). Dengan luas wilayah 9.846 Ha, Kota Banjarmasin memiliki
tingkat kepadatan penduduk kotor sebesar 64,80 jiwa/Ha.

Tingginya jumlah penduduk di Kecamatan Banjarmasin Selatan terjadi karena
terpusatnya

aktivitas

penduduk,

dimana

aktivitas


pelabuhan

dan

pusat

perdagangan/jasa terletak di kecamatan ini. Jumlah dan pertumbuhan penduduk Kota
Banjarmasin dalam 7 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.2.

2-5

RPIJM KOTA BANJARMASIN

Tabel 2.2
Jumlah dan Angka Pertumbuhan Penduduk Kota Banjarmasin
Tahu 2006 – 2012
NO

KECAMATAN

1 Banjarmasin Utara
2 Banjarmasin Selatan
3 Banjarmasin Tengah
4 Banjarmasin Barat
5 Banjarmasin Timur
Jumlah
Pertumbuhan (%)

2006
90.930
144.560
110.316
143.054
113.865
602.725
1,55

2007
92.652
147.425
112.452
146.965
116.076
615.570
1,81

2008
94.409
150.221
114.584
149.753
118.278
627.245
2,07

TAHUN
2009
2010
2011
2012
96.164
132.340
137.513
142.092
153.012
146.068
148.230
151.175
116.714
91.700
91.248
93.167
152.536
143.461
145.366
146.448
120.476
111.912
112.633
115.147
638.902
625.481
634.990
648.029
1,82
1,58
1,50
2,01
Sumber: Kota Banjarmasin dalam Angka 2013

Densitas penduduk Kota Banjarmasin tahun 2012 menunjukkan kepadatan bruto
sebesar 65,82 jiwa/Ha dan kepadatan bersih sebesar 145 jiwa/Ha. Tingkat kepadatan
bersih menunjukkan bahwa Kecamatan Banjarmasin Selatan merupakan kecamatan
yang memiliki tingkat kepadatan bersih terbesar yaitu 235 jiwa/ha, karena di daerah
tersebut banyak terdapat kawasan perumahan kumuh. Sedangkan Kecamatan
Banjarmasin Utara memiliki tingkat kepadatan bersih terendah, yaitu 105 jiwa/Ha. Data
mengenai kepadatan penduduk dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3

NO
1
2
3
4
5

KECAMATAN
Banjarmasin Utara
Banjarmasin Selatan
Banjarmasin Tengah
Banjarmasin Barat
Banjarmasin Timur
Jumlah

LUAS
(Ha)

1.655,00
3.826,00
665,00
1.313,00
2.387,00
9.846,00

2006
54,94
37,78
165,89
108,95
47,70
61,22

2007
55,98
38,53
169,10
111,93
48,63
62,52

2008
57,04
39,26
172,31
114,05
49,55
63,71

TAHUN
2009
58,11
39,99
175,51
116,17
50,47
64,89

2010
79,96
38,18
137,89
109,26
46,88
63,53

2011
83,09
38,74
137,22
110,71
47,19
64,49

2012
85,86
39,51
140,10
111,54
48,24
65,82

Sumber: Kota Banjarmasin dalam Angka 2013

Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan (sex ratio) di Kota Banjarmasin
pada tahun 2012 menunjukkan jumlah laki-laki berimbang dengan jumlah perempuan
(angka sex ratio 100). Angka sex ratio tersebut dapat menjadi potensi pembangunan
dan pengembangan internal bagi Kota Banjarmasin. Sex ratio yang paling tinggi terjadi
di Kecamatan Banjarmasin Barat sebesar 102,65, sedangkan yang paling rendah adalah
Kecamatan Banjarmasin Tengah yaitu sebesar 96,57. Untuk lebih jelasnya, jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan

2-6

RPIJM KOTA BANJARMASIN

2.4 Isu Strategis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
2.4.1 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA
BANJARMASIN 2011 – 2015
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) disusun
berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Dalam unda ng-undang tersebut, RPJM Daerah dinyatakan
sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya
berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah
kebijakan Keuangan Daerah, Strategi Pembangunan Daerah, Kebijakan Umum, dan
Program Satuan Kerja Perangkat Daerah, Lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah,
dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Berdasarkan permasalahan, tantangan, serta keterbatasan yang dihadapi Kota
Banjarmasin, Visi Pembangunan Kota Banjarmasin Tahun 2016 – 2021, yaitu:
“Kayuh Baimbai Menuju Banjarmasin Baiman
(Bertakwa, Aman, Indah, Maju, Amanah dan Nyaman)”

Berdasarkan visi pembangunan Kota Banjarmasin ditetapkan 6 (enam) Misi
Pembangunan Kota Banjarmasin Tahun 2016 – 2021, yaitu:

1. Mewujudkan Kota Banjarmasin bertaqwa dalam setiap sendi kehidupan
masyarakat, dengan mengedepankan pendidikan akhlak dan budi pekerti
sehingga terwujud masyarakat Banjarmasin yang religius, berbudi luhur,
berbudaya, sehat dan sejahtera.

2-7

RPIJM KOTA BANJARMASIN

2. Mewujudkan Kota Banjarmasin yang aman, sehat, dan kondusif bagi pribadi dan
kehidupan masyarakat.
3. Mewujudkan Kota Banjarmasin indah dengan penataan kota berbasis tata ruang
berbasis sungai guna terwujud kota yang asri dan harmoni.
4. Mewujudkan Kota Banjarmasin yang maju dengan penguatan perekonomian
melalui

sektor

memperhatikan

perdagangan,
pemerataan

perindustrian,

pendapatan,

dan

pelabuhan

meningkatkan

taraf

dengan

pendidikan,

pengembangan dan pelestarian budaya banjar serta pariwisata sungai untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat.
5. Melaksanakan pemerintahan amanah, ramah, bersih dan profesional berbasis
teknologi informasi dan komunikasi serta memaksimalkan fungsi melayani
sebagai suatu tanggung jawab terhadap masyarakat dan Tuhan YME.
6. Melaksanakan pembangunan infrastruktur yang handal dan berkelanjutan
dengan memperhatikan kesesuaian Tata Ruang, serta pembangunan menyeluruh
mulai dari daerah terluar, terpencil, dan terbelakang sebagai pembangunan
dasar untuk menjadikan Kota Banjarmasin nyaman yang ditunjang dengan
perbaikan pengelolaan wisata dan pengelolaan pasar tradisional secara
professional.
Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, dituangkan dalam program kerja daerah
yang direncanakan secara umum dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan, dan pembinaan kemasyarakatan sebagai berikut:
1. Pembinaan kegiatan-kegiatan keagamaan dan kerukunan umat beragama
dalam rangka meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT (antara lain
bantuan untuk tempat ibadah,

organisasi

keagamaan,

bantuan

untuk

ustadz dan ustadzah, penghulu, alim ulama, guru TKA/TPA, dan lain-lain).
2. Pembenahan

sarana,

prasarana

dan

infrastruktur

kota

yang

ramah

lingkungan (antara lain perbaikan dan pembangunan jalan lingkungan,
jembatan, drainase, normalisasi sungai, penghijauan, penyediaan dan
perbaikan

fasilitas-fasilitas

umum,

penyediaan

ruang

terbuka

hijau,

2-8

RPIJM KOTA BANJARMASIN

penanganan persampahan dan kebersihan kota, sanitasi dan air bersih,
pembenahan terminal antar modal, penanganan titik-titik kemacetan dan lainlain).
3. Pembinaan

sosial

kemasyarakatan,

seni,

budaya,

olah

raga,

dan

kepariwisataan (antara lain santunan untuk warga yang meninggal,
penyediaan makam, penyediaan mobil ambulans untuk masyarakat, bantuan
untuk RT, RW dan Dewan Kelurahan, bantuan untuk bidang seni, budaya dan
olah raga, bidang kepemudaan dan kepariwisataan)
4. Pengembangan perekonomian yang menunjang Kota Banjarmasin sebagai
pusat kegiatan nasional/pusat perdagangan dan jasa (antara lain memberikan
kemudahan untuk pengusaha kecil mengakses permodalan, penataan
kawasan perdagangan, pergudangan, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi,
dan lain-lain).

Penjabaran dan penerapan misi menuju pencapaian visi Kota Banjarmasin,
dilaksanakan dalam bentuk program-program pembangunan daerah mengacu pada
2 (dua) strategi utama, yaitu:
1. Strategi Membangun Kota Banjarmasin sebagai Kota Perdagangan dan Jasa
dalam menuju Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan; dan
2. Strategi Pemantapan Otonomi Daerah.

Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, arah kebijakan dan program pembangunan
strategi adalah:
1. PENATAAN KAWASAN SUNGAI
a. Normalisasi arus dan bantaran sungai;
b. Penataan lingkungan dan kawasan permukiman di tepi sungai sesuai fungsi
utama dan karakteristik kawasan;
c. Pemeliharaan bantaran sungai secara periodic;

2-9

RPIJM KOTA BANJARMASIN

2. PENINGKATAN INFRASTRUKTUR KOTA
a. Menterpadukan sistem transportasi jalan, sungai dan laut;
b. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas fasilitas dermaga, penumpukan peti
kemas, terminal penumpang dan barang, pergudangan;
c. Menyiapkan pembangunan kawasan sentral bisnis, perdagangan, industri dan
perkotaan;
d. Menyiapkan

pembangunan

kawasan

permukiman

dengan

fasilitas

pendukungnya;
e. Meningkatkan penyediaan jaringan prasarana dan sarana yang menunjang
pengembangan potensi dan keterkaitan ekonomi antar bagian wilayah kota;
f. Merealisasikan pembangunan kawasan pusat pertumbuhan di masing-masing
kecamatan;
g. Menciptakan ruang publik yang cukup dan memadai;
3. PENINGKATAN EKONOMI KOTA
a. Mendorong penyebaran investasi pada seluruh bagian wilayah kota;
b. Menciptakan iklim mvestasi yang kondusif;
c. Pengembangan jaringan kerjasama antar perilaku ekonomi berdasarkan
pola kemitraan;
d. Kebijakan pengaluran keberadaan pasar modern dan pasar tradisional
dalam kawasan perkotaan;
e. Meningkatkan pemanfaatan keunggulan komparatif geografis, maritim dan
sumber daya intelektual lokal;
f. Pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang berdaya saing tinggi;
g. Membentuk pusat informasi dan promosi.
h. Meningkatkan kualitas objek wisata dan daya tarik wisata;
4. PENINGKATAN

KESADARAN

MORALITAS

BERMASYARAKAT

DAN

SUMBER DAYA MANUSIA
a. Pemantapan fungsi, peran dan kedudukan agama sebagai landasan moral
spiritual, peningkatan kualitas dan kemantapan kerukunan beragama

2-10

RPIJM KOTA BANJARMASIN

serta peningkatan fungsi lembaga keagamaan untuk memperkuat jati diri
guna mengatasi dampak perubahan;
b. Mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas prima melalui
peningkatan iman dan takwa, derajat kesehatan, penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang profesional;
c. Mewujudkan tatanan sosial budaya yang religius dan politik yang
demokratis

melalui

pemberdayaan

dan

partisipasi

publik

menuju

supremasi hukum dan hak asasi manusia demi terciptanya rasa aman dan
nyaman bagi seluruh masyarakat
5. PEMANTAPAN PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
a. Penataan kelembagaan pemerintahan yang efektif dan efisien;
b. Peningkatan kemampuan aparatur pemerintahan;
c. Peningkatan kualitas pelayanan publik;
d. Penciptaan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance);
e. Peningkatan

kemajuan

dan

kemandirian

dengan

mewujudkan

perimbangan keuangan pusat dan daerah.

2.4.2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013 –
2032
Sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Berdasarkan
RTRW Kota Banjarmasin 2013-2032, kebijakan yang berkaitan dengan kawasan
perencanaan yaitu:
1. Rumus kebijakan
Kebijakan penataan ruang merupakan turunan dari visi penataan ruang yang
sudah dirumuskan dan berkorelasi dengan isu strategis kota. Pada sisi lain
juga mampu memberikan solusi terhadap persoalan yang dihadapi kota.

2-11

RPIJM KOTA BANJARMASIN

Mengacu pada kata kunci utama visi kota yaitu Kota Sungai atau Kota Air,
maka kebijakan yang sebaiknya diambil adalah:
A. Tata Ruang yang Berkeadilan dan Berimbang; melakukan penataan
ruang yang berpihak pada masyarakat luas, selaras dengan alam dan
menjamin kesimbangan ekosistem Kota Banjarmasin yang berbasis sungai.
B. Revitalisasi Sungai; memulihkan fungsi dan kondisi sungai serta
menjadikan sungai sebagai halaman depan kota.
C. Pengelolaan Kantong Air; membangun sistem pengelolaan genangan air
dengan pendekatan mitigasi banjir, estetika kota, wahana rekreasi, sebagai
RTH, sumber pendapatan (terbatas) dan penciptaan iklim mikro.
D. Reduksi Beban Kota; mengalihkan kegiatan industri besar, pusat
pemerintahan provinsi dan pengembangan perumahan ke luar kota.
E. Restrukturisasi Ruang Kota; mendorong pertumbuhan kawasan kota
bagian selatan dan utara secara terkendali guna mengurangi beban pusat
kota dengan tetap memperkuat peran Kota Banjarmasin sebagai Pintu
Gerbang Kalimantan bagian selatan.
F. Pembangunan Transportasi Umum (good public transportation

governance); membangun sistem transportasi perkotaan yang efektif dan
efisien sesuai kebutuhan masyarakat & sistem jaringan prasarana yang
ada, pilihan moda dan prasarana transportasi yang tepat serta berpihak
pada masyarakat luas.
G. Peremajaan dan Revitalisasi Kawasan Kumuh; melakukan perbaikan
lingkungan kawasan kumuh perkotaan dengan pendekatan pemberdayaan
masyarakat dan kerjasama lintas pelaku.
2. Rumus Strategi
Rumusan strategi merupakan langkah operasional dari kebijakan penataan
ruang yang sudah dirumuskan yang dapat dituangkan secara spasial. Mengacu

2-12

RPIJM KOTA BANJARMASIN

pada poin-poin kebijakan maka strategi penataan ruang untuk masing-masing
kebijakan adalah sebagai berikut:
A. Tata ruang yang berkeadilan dan berimbang; melakukan penataan
ruang yang berpihak pada masyarakat luas, selaras dengan alam dan
menjamin kesimbangan ekosistem Kota Banjarmasin yang unik:

1. Terciptanya ruang publik yang memadai bagi kegiatan sosial ekonomi
sebagian besar masyarakat;

2. Tersedianya 30% luas Ruang Terbuka Hijau dalam wilayah kota;
3. Terbangunnya sistem tata air kota yang sesuai dengan prilaku alamiah
air pada kawasan pasang surut dengan tetap memberi kemanfaatan
optimal bagi masyarakat kota;

4. Terciptanya pola pembangunan perumahan yang berimbang (1:3:6);
5. Tersedianya ruang bagi kegiatan sektor informa;
B. Revitalisasi Sungai; memulihkan fungsi dan kondisi sungai serta
menjadikan sungai sebagai halaman depan kota.

1. Teridentifikasinya luasan okupasi badan sungai oleh bangunan yang
secara bertahap direlokasi keluar dari badan sungai;

2. Pulihnya kembali fungsi sungai;
3. Teridentifikasinya sumber-sumber pencemaran sungai baik yang
bersifat fisik, kimia maupun biologi;

4. Tertatanya sempadan sungai secara fungsional dari sudut estetika dan
visual;

5. Berfungsinya kembali sungai-sungai tertentu sebagai alat transportasi
air;

6. Pulihnya kualitas air sungai sehingga dapat diandalkan sebagai sumber
air baku (konsumsi), menopang estetika dan kenyamanan kota, serta
mengembalikan jati diri Kota Banjarmasin sebagai “Kota Seribu Satu
Sungai”;

7. Terbangunnya dermaga yang representatif (aman, nyaman, indah)

2-13

RPIJM KOTA BANJARMASIN

C. Pengelolaan Kantong Air; membangun sistem pengelolaan genangan air
dengan pendekatan mitigasi banjir, estetika kota, wahana rekreasi, sebagai
RTH, sumber pendapatan (terbatas) dan penciptaan iklim mikro.
1. Teridentifikasinya luasan kawasan terbangun pada areal-areal kantong
air;
2. Teridentifikasinya areal-areal yang sesuai untuk pembangunan kolamkolam air sebagai wahana genangan air yang terkendali dan terkelola;
3. Terbangunnya kolam air pada kawasan kantong air dengan rekayasa
teknis sehingga mempunyai kapasitas tampung proporsional dengan
volume genangan;
4. Terciptanya berbagai kemanfaatan kolam air/danau kota baik sebagai
bagian dari mitigasi banjir, pengendali genangan, taman kota, tempat
rekreasi, pemeliharaan ikan, café tepi danau, dan lain-lain;
5. Terciptanya

iklim

mikro

pada

lingkungan

sekitar

kolam

yang

menciptakan keteduhan yang asri;
6. Terbangunnya kerjasama dan koordinasi teknis dalam pengelolaan
genangan air antar pemerintah kota dan kabupaten tetangga.
D. Reduksi Beban Kota; mengalihkan kegiatan industri besar, pusat
pemerintahan provinsi dan pengembangan perumahan ke luar kota.
1. Terbangunnya kesepakatan secara teknis antar pemerintah daerah yang
tergabung dalam Metropolitan BBM tentang rencana relokasi sebagian
fungsi kota yang saat ini berada di Banjarmasin;
2. Terbangunnya kesepakatan dengan pemerintah provinsi dan pihak
pengusaha (industri) tentang teknis pemanfaatan asset yang berada di
wilayah kota;
3. Terumuskannya

sistem

insentif

dan

disinsentif

pembangunan

perumahan sehingga tercipta pola pembangunan perumahan yang

2-14

RPIJM KOTA BANJARMASIN

secara berimbang di wilayah kota dan diluar kota Banjarmasin
(Banjarbaru/Martapura);
4. Tersusunnya sistem transportasi regional yang mendukung penurunan
beban Kota Banjarmasin dan sekaligus mendorong pertumbuhan Kota
Martapura dan Banjarbaru secara terkendali. serta kota-kota satelit di
kawasan metropolitan Banjarmasin-Banjarbaru-Martapura (BBM);
5. Pemindahan pusat pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan ke kota
Banjarbaru.
E. Restrukturisasi Ruang Kota; mendorong pertumbuhan kawasan kota
bagian selatan dan utara secara terkontrol guna mengurangi beban pusat
kota dengan tetap memperkuat peran Kota Banjarmasin sebagai Pintu
Gerbang Kalimantan bagian selatan.

1. Tersusunnya rencana detil bagian kawasan Kota Banjarmasin bagian
utara dan selatan (kasiba/lisiba), sehingga menjadi dasar yang lebih
teknis bagi pembangunan permukiman yang lebih terencana dan
terkendali;

2. Tersusunnya progam investasi pada kedua sub kawasan tersebut
sehingga terdapat kepastian hukum dalam berinvestasi;

3. Meningkatnya pemanfaatan jalan lingkar selatan dan utara sebagai jalur
lalu lintas regional dari dan ke Pelabuhan Trisakti dan atau Bandara
Syamsudin Noor;

4. Tersusunnya sistem insentif dan disinsentif sehingga terjadi pergeseran
pusat perdagangan regional dari pusat kota ke bagian utara dan selatan
kota.
F. Pembangunan Transportasi Umum (good public transportation);
membangun sistem transportasi perkotaan yang efektif dan efisien sesuai
kebutuhan kelompok masyarakat & sistem jaringan prasarana yang ada,

2-15

RPIJM KOTA BANJARMASIN

pilihan moda dan prasarana transportasi yang tepat serta berpihak pada
masyarakat luas.
1. Terbangunnya sistem pedestrian perkotaan yang memadai, teduh dan
asri pada sisi-sisi jalan utama dan atau antar pusat-pusat bangunan
publik dan perumahan;
2. Terciptanya sistem jaringan jalan yang tidak memusat namun tetap
memberikan akses yang tinggi pada fungsi-fungsi ruang utama kota:
3. Terciptanya sistem trayek kendaraan umum yang tidak berhimpit dan
pendek-pendek dengan mengembangkan kendaraan bertrayek panjang
dengan sistem sirkuler:
4. Tersedianya kendaraan khusus untuk siswa sekolah dan pegawai
negeri/swasta dengan trayek khusus;
5. Mengembangkan moda angkutan penumpang model Mass Rapid Transit
(MRT);
6. Membangun sistem transportasi antar moda darat dan sungai secara
efektif dan efisien;
7. Membangun terminal Tipe B antar kota di bagian utara kota dan
pemindahan terminal antar kota Km 6 ke arah selatan (Kabupaten
Banjar);
8. Pengelolaan angkutan kendaraan umum yang bersifat informal untuk
melayani pergerakan orang dari Kota Banjarmasin ke berbagai kota di
Kalimantan.
G. Peremajaan dan Revitalisasi Kawasan Kumuh; melakukan perbaikan
lingkungan kawasan kumuh perkotaan dengan pendekatan pemberdayaan
masyarakat dan kerjasama lintas pelaku.
1. Tersusunnya profil lengkap kawasan kumuh di seluruh wilayah Kota
Banjarmasin;
2. Terumuskannya program perbaikan lingkungan kawasan kumuh secara
partisipatif, terukur dan realistis;

2-16

RPIJM KOTA BANJARMASIN

3. Tergalangnya dukungan penanganan kawasan kumuh dari berbagai
lembaga yang berwenang dan kompeten dari pemerintah, non
pemerintah dan lembaga donor;
4. Terbangunnya

kesepakatan

multistakeholder

tentang

teknis

penanganan kawasan kumuh;
5. Terlaksananya penanganan kawasan kumuh secara bertahap sesuai
kemampuan yang ada.
3. RENCANA SISTEM PUSAT-PUSAT PELAYANAN
Dalam menentukan sistem pusat-pusat pelayanan harus melalui beberapa
proses, sehingga dalam melakukan penentuan pusat-pusat pelayanannya
dapat dilaksanakan dengan baik dan tepat. Adapun proses penentuannya
harus mempertimbangkan aspek-aspek yang menjadi dasar dalam penyusunan
pusat-pusat pelayanan.
A. DASAR

PENYUSUNAN

PUSAT-PUSAT

PELAYANAN

KOTA

BANJARMASIN
Mengacu pada panduan penyusunan rencana struktur ruang, dasar perumusan
sistem pusat-pusat permukiman Kota Banjarmasin adalah sebagai berikut:
1. Perlunya

pengurangan

beban

pusat

kota

dengan

mendorong

bertumbuhnya pusat pelayanan sub pusat kota di bagian utara dan selatan,
sehingga pusat-pusat pelayanan tidak terpusat pada satu titik di
Banjarmasin Tengah, akan tetapi pelayanannya akan tersebar secara
hirarkis, efektif dan proporsional.
2. Mendorong peningkatan pemanfaatan jalan lingkar utara dan selatan
melalui peningkatan kualitas dan kapasitas jalan serta insentif lainnya
sehingga terjadi percepatan pertumbuhan sub pusat pelayanan kota di
utara dan selatan.
3. Perlunya mendorong sub pusat pelayanan di bagian Utara dan Selatan,
sebagai upaya lain untuk mengurangi beban pusat kota.

2-17

RPIJM KOTA BANJARMASIN

B. SISTEM PUSAT-PUSAT PELAYANAN
Berdasarkan kondisi eksisting di Kota Banjarmasin, sistem pusat pelayanan
bersifat terpusat di Banjarmasin Tengah sebagai Pusat Kota, sehingga tidak
terjadi keseimbangan dalam perkembangan kota. Berdasarkan daya tampung
jumlah penduduk, dimana pada tahun 2029 akan terjadi pertambahan
penduduk yang cukup tinggi dan jumlahnya melebihi 1 jutan orang, maka
diperlukan adanya penyebaran sistem pusat pelayanan.
Dalam

rangka

mewujudkan

rencana

stuktur

ruang

yang

dinamis,

berkesinambungan dan keseimbangan sebuah kota, penentuan pusat-pusat
pelayanan di Kota Banjarmasin dibagi menjadi:
1. PUSAT KOTA, Terletak di Banjamasin Tengah
Merupakan kawasan perkotaan dengan fungsi sebagai pusat pertumbuhan
utama dan Pusat Kegiatan Wilayah perkotaan, dengan orientasi kegiatan
berupa pemerintahan, permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa,
pendidikan, Kesehatan, industri dan pelayanan masyarakat serta sebagai
pintu gerbang perdagangan ke luar wilayah Kota dengan kelengkapan
prasarana dan sarana disamping tingkat pertumbuhan penduduk yang
cukup tinggi. Hal yang paling menonjol dari pusat kota di Banjarmasin
adalah fungsi ruang dengan menggunakan konsep Mix Use Development
(MUD).
2. SUB PUSAT KOTA
Berdasarkan hasil analisis dan kebutuhan pelayanan, setiap wilayah
kecamatan akan memiliki sub pusat kota sehingga penduduk yang berada
pada masing-masing wilayah kecamatan memiliki pusat pelayanan.
Adapun orientasi pelaksanaan kegiatan untuk di setiap sub pusat kota
antara

lain

pemerintahan,

permukiman,

perdagangan,

pendidikan,

2-18

RPIJM KOTA BANJARMASIN

Kesehatan, dan kegiatan lainnya yang mendukung pertumbuhan wilayah
di sub pusat kota.
3. PUSAT UNIT LINGKUNGAN
Berada pada lingkungan wilayah masing-masing dan berada pada setiap
wilayah kecamatan. Pusat unit lingkungan merupakan kawasan perkotaan
dengan fungsi sebagai wilayah yang berfungsi melayani masyarakat yang
berada di wilayah masing-masing dengan orientasi kegiatan berupa
pemerintahan, perdagangan, pendidikan, Kesehatan, permukiman, dengan
kelengkapan prasarana dan sarana yang melayani penduduk setempat.
Rencana struktur pelayanan kegiatan Kota Banjarmasin, merupakan
kegiatan fungsional kawasan dengan struktur jangkauan pelayanan serta
orientasi lokasi yang disesuaikan dengan Hirarkhi kegiatan fungsionalnya.
Kegiatan Fungsional tersebut disesuaikan dengan arahan pembanunan dan
posisi Kota Banjarmasin sebagai PKN, Kota Metropolitan BBM dan Kota
Banjarmasin sebagai salah satu Kota yang strategis dalam pintu gerbang
perekonomian di Pulau Kalimatan.
A. Kegiatan fungsional Pusat Kota Banjarmasin sebagai Pusat Kota meliputi:
1. Kegiatan Fungsional yang menjadi pemicu perkembangan ekonomi
skala kota yang menunjang dalam skala regional (provinsi) dan
Nasional:
2. Fungsi Kegiatan Permukiman dengan skala pelayanan Kota;
3. Kegiatan Perekonomian Skala kota (pasar Modern, Mall);
4. Kegiatan Fungsional Pendidikan skala Kota;
5. Kegiatan Fungsional Kesehatan skala Kota;
6. Kegiatan Fungsional Keamanan skala Kota;
7. Kegiatan Kantor Pemerintahan skala Kota;
8. Kegiatan Fungsional Sosial Budaya skala Kota;
9. Ruang Terbuka Hijau skala Kota;

2-19

RPIJM KOTA BANJARMASIN

10. Kegiatan Periadatan skala kota.
11. Sirkulasi jaringan jalan arteri primer dan kolektor sangat terhubung
dengan baik dan kualiatas yang memadai;
12. Sistem Transportasi pada skala
Lokasi Pusat Pelayanan Kota (PPK) terdapat di Kelurahan Kertak Baru Ulu

2-20

RPIJM KOTA BANJARMASIN

Tabel 2.1
Visi, Misi, Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kota Banjarmasin Tahun 2013-2032

VISI

MISI
Menciptakan Situasi
Kehidupan Kota yang Aman
dan Nyaman
Melaksanakan Membangun
Prasarana dan Sarana Kota
yang Manusiawi

TUJUAN

KEBIJAKAN

STRATEGI

Peningkatan dan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan, yang
memenuhi ketentuan dan standar yang berlaku sehingga terjadi rasa
aman dan nyaman

Penataan kawasan permukiman yang aman dan nyaman
Penataan dan pengembangan sistem pengelolaan
Sumber Daya Air (SDA)

Penataan sistem transportasi
Mewujudkan Kota yang
Berjatidiri

Pengembangan nilai budaya lokal perencanaan ruang

Peningkatan kualitas nilai arsitektur dan seni bangunan
Mengembangkan dan
Membangun Budaya
Perkotaan yang Positif

Pengendalian pembangunan permukiman yang
disesuaikan dengan daya dukung kota

2-21

1.Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana
perkotaan; dan
2. Meningkatkan sistem pengelolaan prasarana dan sarana
perkotaan
1.Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana
perkotaan; dan
2Meningkatkan sistem pengelolaan prasarana dan sarana perkotaan.
1.Konservasi Sumber Daya Air (SDA);
2.Pendayagunaan Sumber Daya Air (SDA); dan
3.Meremajakan kawasan permukiman yang memiliki
3.Pengendalian daya rusak air.
1.Membangun transportasi umum;
2.Mengoptimalkan transportasi sungai; dan
3.Membangun transportasi antarmoda
1.Melakukan penataan bangunan yang memiliki nilai budaya Banjar;
2.Menata kawasan sepanjang sisi sungai untuk menghadap ke sungai; dan
3.Melakukan penataan kawasan yang proporsional dengan ruang terbuka
hijau
.Melakukan penataan bangunan yang memiliki nilai budaya Banjar;
2.Menata kawasan sepanjang sisi sungai untuk menghadap ke sungai; dan
3.Melakukan penataan kawasan yang proporsional dengan ruang terbuka
hijau.
1.Mengembangkan perumahan vertikal sesuai dengan kebutuhan yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai;
2.Mengembangkan kawasan permukiman dengan akses yang cukup mudah
terhadap menuju tempat beraktivitas; dankarakteristik.

RPIJM KOTA BANJARMASIN

VISI

MISI

TUJUAN

KEBIJAKAN

STRATEGI

Peningkatan ruang terbuka hijau

Mewujudkan Kota
Banjarmasin sebagai
Destinasi Wisata

Penyediaan prasarana dan sarana pendukung kegiatan
kepariwisataan

Penataan sungai-sungai yang masih ada

Mewujudkan Kota
Banjarmasin sebagai Pusat
Perdagangan dan Jasa

Pengembangan ekonomi melalui peningkatan sektor
perdagangan dan jasa, serta sektor lainnya

Pengembangan industri rumah tangga, sebagai pemacu
ekonomi masyarakat

1. Menjaga kawasan sempadan sungai dari kerusakan;
2. Menambah ruang terbuka hijau pada kawasan yang kurang
ruang terbuka hijaunya;
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyediaan
dan pengelolaan ruang terbuka hijau; dan
4. Menyediakan ruang terbuka hijau sebagai satu kesatuan
ekologi lingkungan.
1. Melakukan penataan kawasan wisata
dan objek-objek
wisata; dan
2. Menyediakan fasilitas untuk kebutuhan wisatawan.
1. Merevitalisasi sungai melalui koordinasi dengan UPT
Kementerian PU yang mengelola wilayah Sungai Barito;
2. Melakukan peremajaan kawasan sepanjang sungai; dan
3. Melaksanaan penyediaan perahu untuk kebutuhan
wisatawan.
1. Mengoptimalisasi pusat Kota sebagai pusat kegiatan
perekonomian;
2. Melakukan penataan kawasan sub pusat kota dan pusat
lingkungan
sebagai bagian dalam
pengembangan
perekonomian Kota; dan
3. Melaksanakan penataan sektor informal.
1. Membuka dan mempermudah akses warga masyarakat
terhadap permodalan; dan
2. Meningkatkan kapasitas warga
masyarakat melalui
pembentukan kelembagaan di masyarakat (Koperasi, CV
dan berbentuk UKM).

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banjarmasin Tahun 2013 – 2032

2-22

RPIJM KOTA BANJARMASIN

2-23

RPIJM KOTA BANJARMASIN

2-24

RPIJM KOTA BANJARMASIN

B. Kegiatan fungsional Sub Pusat Kota Kota Banjarmasin, terdiri dari beberapa
aktivitas penting dan persyaratan minimal yang harus ada pada sebuah
pusat unit lingkungan. Adapun fungsinya adalah sebagai berikut:
1. Kantor Pemerintahan;
2. Fasilitas Kesehatan;
3. Fasilitas Sosial Budaya;
4. Fasilitas Olahraga dan Rekreasi;
5. Ruang Terbuka Hijau;
6. Fasilitas Peribadatan (Masjid);
7. Pasar Modern;
8. Terminal Angkutan Kota;
9. Dermaga untuk Angkutan Sungai.
Lokasi Sub Pusat Pelayanan Kota (SPK) terdapat di Kelurahan Kuin Utara,
Kelurahan Kuripan, Kelurahan Tanjung Pagar, Kelurahan Teluk Dalam dan
Kelurahan Kuin Cerucuk.

C. Kegiatan fungsional Pusat Unit Lingkungan direncanakan berada pada
setiap wilayah dan berada pada lahan-lahan yang kosong. Keberadaan unit
lingkungan diharapkan mampu melayani kebutuhan penduduk dan tidak
terpusat pada pusat kota. Adapun fasilitas yang akan direncakan pada
setiap unit lingkungan adalah Kantor Pemerintah, Fasilitas Kesehatan,
Fasilitas Sosial Budaya, Fasilitas Olahraga dan Rekreasi, Ruang Terbuka
Hijau, Fasilitas Peribadatan (masjid), Pasar Modern, Terminal Angkutan
Kota dan Dermaga untuk Angkutan Sungai. Lokasi pusat-pusat lingkungan
(PL) terdapat di Kelurahan Alalak Utara, Kelurahan Antasan Kecil Timur,
Kelurahan Sungai Jingah, Kelurahan Banua Anyar, Kelurahan Pemurus
Luar, Kelurahan Pemurus Dalam, Kelurahan Kelayan Timur, Kelurahan
Kelayan Selatan, Kelurahan Basirih, Kelurahan Teluk Dalam dan Kelurahan
Alalak Selatan.

2-25

RPIJM KOTA BANJARMASIN

C. SISTEM PUSAT KEGIATAN
Di samping sudah terbentuknya sistem pusat pelayanan, Kota Banjarmasin
sudah memiliki fungsi secara ruang wilayah, baik pada tingkat nasional sampai
pada tingkat provinsi. Adapun fungsi ruang Kota Banjarmasin adalah sebagai
berikut:
1. Pusat Kegiatan Nasional
Pada prinsipnya Kota Banjarmasin mempunyai fungsi kegiatan nasional. Hal
ini dicerminkan dengan adanya prasarana atau sarana wilayah yang
mempunyai

sistem

keterkaitan

pelayanan

secara

nasional,

seperti

Pelabuhan Internasional Trisakti, pelayanan lintas provinsi, seperti depot
pertamina, gardu induk listrik yang merupakan bagian dari sistem transmisi
regional, dan lain-lain. Untuk pelayanan kebutuhan masyarakat, seperti
pusat perdagangan yang merupakan simpul koleksi dan distribusi lintas
provinsi (nasional) tetap dipertahankan dan diperkuat di kawasan Pasar
Sudimampir dan sekitarnya.
2. Pusat Kegiatan Wilayah
Dalam rangka mengurangi beban pusat kota, maka terbentuknya
Metropolitan BBM dan Kota Banjarmasin ada di dalamnya merupakan salah
satu langkah yang harus diapresiasi sebagai bagian dari pengurangan
terhadap beban kota sendiri. Pengembangan kawasan akan dikembangkan
pada kawasan bagian selatan serta mengoptimalkan pelayanan di wilayah
Provinsi

Kalimantan

Selatan,

maka

pusat

kegiatan

wilayah

yang

diidentifikasikan sebagai pusat perdagangan regional di tingkat provinsi
dikembangkan di selatan yang dilintasi oleh Jalan Lingkar Selatan. Jalan ini
merupakan jalur mobilitas barang dan orang antar kabupaten (sebagian
antar provinsi) yang menghubungkan Pelabuhan Laut Trisakti, Pelabuhan
Basirih dengan Pelabuhan Udara Syamsudin Noor.

2-26

RPIJM KOTA BANJARMASIN

3. Pusat Kegiatan Lokal
Secara faktual terjadi tumpang tindih antara pelayanan wilayah dan lokal,
hanya saja ada penekanan fungsi pelayanan (terutama ekonomi) yang
bersifat regional (grosir) dan lokal (retail). Untuk Kota Banjarmasin, pusat
kegiatan lokal pada dasarnya adalah pusat perdagangan jasa yang telah
bertumbuh saat ini, baik itu di Pasar Sudimampir, Pasar Cempaka, Pasar
Antasari, Pasar Lama (tradisional) dan Pasar Duta Mall (modern). Untuk
pelayanan mobilitas, Terminal Antasari sebagai terminal dalam kota, secara
perlahan fungsinya dibatasi. Sedangkan di bagian utara dan selatan
dikembangkan terminal C (di utara pada batas kota dan merubah fungsi
terminal Km 6 menjadi terminal dalam kota tipe C). Secara jaringan sistem
trayek dikembangkan radial-sirkel (menerus), sehingga fungsi terminal
lebih sebagai halte. Dengan demikian, secara faktual telah terjadi
kolaborasi fungsi dari berbagai sektor, baik ekonomi, sosial, budaya dan
aspek yang lainnya, sehingga Pusat Kota Banjarmasin pada kawasan
tertentu berfungsi menjadi Mix Used Developmnet(MUD).
D. SISTEM FUNGSI RUANG WILAYAH
Kota Banjarmasin memiliki fungsi secara ruang wilayah, baik pada tingkat
nasional sampai pada tingkat provinsi. Adapun fungsi ruang Kota Banjarmasin
adalah sebagai berikut:
1. Pada prinsipnya Kota Banjarmasin mempunyai fungsi kegiatan nasional. Hal
ini dicerminkan dengan adanya prasarana atau sarana wilayah yang
mempunyai

sistem

keterkaitan

pelayanan

secara

nasional,

seperti

Pelabuhan Internasional Trisakti, pelayanan lintas provinsi, seperti depot
pertamina, gardu induk listrik yang merupakan bagian dari sistem transmisi
regional, dan lain-lain. Untuk pelayanan kebutuhan masyarakat, seperti
pusat perdagangan yang merupakan simpul koleksi dan distribusi lintas

2-27

RPIJM KOTA BANJARMASIN

provinsi (nasional) tetap dipertahankan dan diperkuat di kawasan Pasar
Sudimampir dan sekitarnya.
2. Dalam rangka mengurangi beban pusat kota, maka terbentuknya
Metropolitan BBM dan Kota Banjarmasin ada di dalamnya merupakan salah
satu langkah yang harus diapresiasi sebagai bagian dari pengurangan
terhadap beban kota sendiri. Pengembangan kawasan akan dikembangkan
pada kawasan bagian selatan serta mengoptimalkan pelayanan di wilayah
Provinsi

Kalimantan

Selatan,

maka

pusat

kegiatan

wilayah

yang

diidentifikasikan sebagai pusat perdagangan regional di tingkat provinsi
dikembangkan di selatan yang dilintasi oleh jalan lingkar selatan. Jalan ini
merupakan jalur mobilitas barang dan orang antar kabupaten (sebagian
antar provinsi) yang menghubungkan Pelabuhan Laut Trisakti, Pelabuhan
Basirih dengan Pelabuhan Udara Syamsudin Noor.
3. Secara faktual telah terjadi kolaborasi fungsi dari berbagai sektor, baik
ekonomi, sosial, budaya dan aspek yang lainnya, sehingga Pusat Kota
Banjarmasin

pada

kawasan

tertentu

berfungsi

menjadi

Mix

Used

Developmnet(MUD).

E. SISTEM PUSAT FASILITAS PERDAGANGAN
Salah

satu

titik

konsentrasi

pembangunan

Kota

Banjarmasin

adalah

pembangunan fasilitas perdagangan, mengingat sektor ini merupakan salah
satu sektor ekonomi terkuat dalam perekonomian Kota Banjarmasin. Sesuai
dengan RTRW Kota Banjarmasin, beberapa fasilitas perdagangan baru aan
dikembangkan secara hirarkis dan proporsional dengan tetap mendorong
penurunan beban pusat kota berdasarkan sebaran permukiman dan rencana
pengembangannya. Sementara itu, ada beberapa fasilitas yang masih tetap
dipertahankan dalam skala kota, antara lain Pasar Sudimampir, Pasar
Cempaka dan Pasar Antasari dan sekitarnya.

2-28

RPIJM KOTA BANJARMASIN

Dalam skala sub pusat kota (wilayah kecamatan) akan dikembangkan
dibagian selatan, yang direncanakan di sekitar pertemuan Jalan Lingkar
Selatan dengan Sungai Martapura dengan fungsi utama sebagai pusat
perdagangan

grosiran-regional

dan

pergudangan.

Pertimbangan

pengembangan pasar regional di selatan ini adalah:
1. Sebagai upaya mengurangi beban pusat kota;
2. Berdekatan dengan Pelabuhan Trisakti dan rencana kawasan pergudangan
pelabuhan;
3. Mempunyai akses sungai (Sungai Martapura) sebagai pilihan untuk
transportasi sungai dari pintu masuk barang (Trisaksti, Martapura Baru) ke
kawasan Pusat Kota dan wilayah lain di hulu Sungai Martapura;
4. Berada pada jalur lintas regional (rencana jalan Banjarmasin Outering

Road) yang menghubungkan moda angkutan nasional, yatiu Pelabuhan
Trisakti, Bandara Samyudin Noor dan pusat permukiman lain di bagian
selatan Pula Kalimantan (Banjar, Banjarbaru, Batulicin, Samarinda, Barito
Kuala, Purucau, Palangkaraya, dan lain-lain);
5. Sudah bertumbuhnya kegiatan pergudangan dan perdagangan pada
kawasan tersebut.
4. RENCANA SISTEM JARINGAN PELAYANAN PRASARANA KOTA
A. RENCANA SISTEM JARINGAN LISTRIK
Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik diperlukan
penambahan

kapasitas

pembangkit.

Penentuan

lokasi

pembangunan

pembangkit harus mempertimbangkan lokasi sumber bahan bakar/penggerak,
lokasi gardu induk dan jaringan transmisi serta lokasi beban. Pertimbangan
yang tidak kalah pentingnya saat ini adalah aspek lingkungan, apakah
pembangkit yang akan beroperasi tersebut memberikan kontribusi yang besar
terhadap tingkat pencemaran serta apakah kontribusi tersebut masih dapat
ditoleransi apabila lokasi pembangkit tersebut berada di pusat beban, atau

2-29

RPIJM KOTA BANJARMASIN

kawasan berpenduduk padat. Arahan untuk mengatasi "krisis listrik" dilakukan
melalui beberapa cara, yaitu:
1. Membangun pembangkit baru;
2. Membeli ekses daya dari pembangkit captive;
3. Melaksanakan rehabilitasi dan mengaktifkan kembali secara terseleksi
pembangkit yang rusak dan RSH (Reserve Shutdown).
Mengingat kota Banjarmasin merupakan kota di atas rawa, pembangunan
jaringan listrik bawah tanah akan membawa resiko dan biaya cukup tinggi.
Oleh karena itu pemasangan jaringan listrik tetap di atas tanah (tiang
berkabel). Dengan pemasangan sistem jaringan listrik (tegangan rendah)
mengikuti jaringan jalan akan memberikan kemudahan dalam pemeliharaan,
biaya yang rendah serta pelayanan yang efektif. Oleh karena itu sistem
pengembangan jalur jaringan listrik dikembangkan sesuai pola pembangunan
jalan

dengan

mengoptimalkan

memperhatikan
pelayanan

pengembangan

pada

masyarakat

perumahan
menengah

baru
ke

dan

bawah.

Pengembangan jaringan listrik diarahkan ke kawasan permukiman baru seperti
HKSN di utara, Sungai Andai di seberang Sungai Andai (timur laut), Basirih
(selatan), dan lain-lain, sebagaimana rencana pengembangan sistem jaringan
jalan kota.
B. RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI
Konsentrasi perkembangan produksi tinggi (kegiatan perkotaan) di Kota
Banjarmasin terdapat di Kecamatan Banjarmasin Tengah, sehingga wilayah ini
merupakan wilayah prioritas pelayanan prasarana telekomunikasi. Terkait
dengan hal tersebut, diperlukan upaya membentuk dan menambah jaringan
prasarana telekomunikasi untuk menunjang aktivitas di wilayah tersebut di
seluruh kecamatan. Dalam perkembangannya,Kota Metropolitan BBM sudah
terbentuk di Kalimantan Selatan, sehingga seluruh Kota Banjarmasin menjadi
pemusatan jaringan telekomunikasi.

2-30

RPIJM KOTA BANJARMASIN

Pemenuhan kebutuhan prasarana telekomunikasi dapat dilakukan
dengan cara membentuk dan menambah jaringan prasarana telekomunikasi di
wilayah tersebut, sehingga mampu menciptakan tarikan perkembangan yang
dapat menunjang aktivitas sosial-ekonomi wilayah tersebut.

Fixed phone lebih banyak digunakan oleh perkantoran dan perumahan
lama.

Namun,

sebagian

besar

masyarakat/pelaku

usaha

cenderung

menggunakan telepon atau alat komunikasi nir kabel. Untuk itu diperlukan
adanya penataan BTS yang lebih efektif, aman dan memperhatikan estetika
visual kota. Efektifitas pemasangan menara telekomunikasi bisa didekati
dengan menggunakan menara BTS bersama (3-7 provider untuk satu menara.
C. RENCANA SISTEM JARINGAN AIR MINUM
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyediaan air bersih bagi
masyarakat dan aktivitas sosial ekonomi adalah sebagai berikut:
1. Harus dapat memenuhi persyaratan kualitas sebagai air minum, baik secara
fisik, kimia dan biologis, serta cukup secara kuantitas untuk memenuhi
segala kebutuhan yang diperlukan terutama pada jam puncak:


Secara kualitas penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan
fisik, kimiawi dan biologis, yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak
mengandung zat-zat kimia dalam jumlah berlebih serta tidak
mengandung bakteri yang dapat membahayakan kesehatan.



Secara kuantitatif, kapasitas sumber air harus dapat menjamin
kontinuitas suplai air dan cadangan yang cukup terutama pada jam
puncak dan hari maksimum serta cadangan air bagi kebutuhan
pemadam kebakaran dan keperluan khusus lainnya.

2.

Pendistribusian air dari instalasi dan reservoir ke daerah pelayanan harus
dapat terjamin kontinuitasnya dengan tekanan yang cukup.

Dengan mempertimbangkan pesatnya perkembangan jumlah penduduk dan
aktivitas yang ada, rencana penyediaan sistem air bersih di Kota Banjarmasin

2-31

RPIJM KOTA BANJARMASIN

dikembangkan pada wilayah permukiman perkotaan. Rencana penyediaan air
bersih untuk Kota Banjarmasin adalah sebagai berikut:
1. Sistem sambungan langsung dengan sumber dari PDAM direncanakan
melayani kawasan perkotaan, pusat kegiatan komersil, industri maupun
pusat pemerintahan. Daerah-daerah ini merupakan daerah yang menjadi
kawasan

perkotaan

yang

tersebar

di

setiap

kecamatan

di

Kota

Banjarmasin.
2. Sistem sambungan halaman (kran/hidran umum) dengan sumber dari
PDAM, direncanakan melayani daerah diluar kawasan perkotaan. Daerah ini
meliputi daerah-daerah yang tidak termasuk dalam kawasan perkotaan
Kota Banjarmasin. Untuk pengelolaannya dapat dilakukan oleh PDAM
sendiri atau di serahkan kepada masyarakat dengan membentuk kelompok
pemakai air.
3. Sistem penyediaan air dengan swadaya murni dari masyarakat, sistem ini
direncanakan untuk wilayah yang belum mendapat pelayanan dari PDAM.
Sebagai daerah rawa yang berair payau, PDAM merupakan kebutuhan
yang paling mendasar. Cakupan pelayanan PDAM kota Banjarmasin sangat
baik, yaitu pada tahun 2009 sudah mencapai 90% dari total keluarga yang
membutuhkan.

Namun

mengingat

perkembangan

perumahan

dan

pertumbuhan kegiatan komersial diperlukan adanya penambahan kapasitas
untuk masa mendatang.Satu sisi juga penting untuk mengantisipasi penurunan
debit air dan penurunan kualitas air baku. Oleh karena itu diperlukan
kerjasama lintas pelaku dan wilayah.
D. RENCANA SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH
Penduduk Kota Banjarmasin pada Tahun 2030 diperkirakan meningkat.
Implikasi perkembangan penduduk ini adalah bertambahnya jumlah timbulan
sampah. Agar dapat melayani pelayanan sampah pada tahun 2030, diperlukan
penambahan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yang antara lain
meliputi alat angkut sampah, kontainer/TPS, sistem transfer depo dan TPA.

2-32

RPIJM KOTA BANJARMASIN

Penanganan

persampahan

direncanakan

dikelola

perkotaan

atau

kecamatan. Timbunan sampah di Kota Banjarmasin sampai dengan akhir
tahun perencanaan akan mengalami peningkatan yang cukup pesat. Arahan
recana

sistem

pengelolaan

persampahan

disesuaikan

dengan

sistem

perwilayah yang ada.
Merujuk Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam penentuan lokasi TPA, faktorfaktoryang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi TPA antara lain:
1. Tercakup dalam perencanaan tata ruang kabupaten dan daerah;
2. Jenis tanah kedap air;
3. Daerah yang tidak produktif untuk pertanian;
4. Dapat dipakai minimal untuk 5 – 10 tahun;
5. Tidak membahayakan atau mencemari sumber air;
6. Jarak dari pusat pelayanan +/- 10 km;
7. Merupakan daerah yang bebas banjir.
Selain pertimbangan SNI, pertimbangan lainnya dalam menentukan lokasi dan
jenis TPA adalah:
1. Pencapaian keseimbangan pelayanan dari berbagai sudut lokasi/wilayah;
2. Dapat memperkecil dampak negatif terhadap lingkungan;
3. Memunculkan “nilai ekonomis sampah” yang secara tidak langsung
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi
terjadinya pencemaran lingkungan akibat sampah;
4. TPA yang dikembangkan adalah TPA dengan kualifikasi antara lain:
a. Tidak menimbulkan bau;
b. Kebutuhkan lahan relatif kecil;
c. Dapat minimalkan bahaya terhadap kesehatan, karena insect (lalat) dan
roden tidak dapat berkembang baik;
d. Terhindar dari bahaya terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran
kecil;

2-33

RPIJM KOTA BANJARMASIN

e. Setelah kapasitas TPA penuh, dalam beberapa jangka waktu tertentu
lokasi TPA dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lainnya, seperti
taman, tempat rekreasi, lapangan olah raga, dan lain-lain.
Berdasarkan pertimbangan di atas, rencana pengelolaan persampahan sebagai
berikut:
1. Pembangunan TPA dengan luasan 10 Ha untuk melayani setiap Wilayah
Pembangunan;
2. Penambahan jumlah TPS dan perluasan jangkauan pelayanan, terutama di
kecamatan-kecamatan yang memungkinkan;
3. Pengembangan usaha daur ulang sampah, kertas dan plastik (sampah
kering);
4. Sistem pengelolaan TPA yang dikembangkan adalah controlled landfill dan

open dumping;
5. Peningkatan

kesadaran

(peran

serta)

masyarakat

dalam

menjaga

kebersihan lingkungan;
6. Pengefektifan fungsi pemulung dengan pembangkitan kegiatan daur ulang
sampah menjadi produk-produk yang berdayaguna;
7. Penambahan sarana pengangkutan dan petugas persampahan, terutama
diwilayah perkotaan;
8. Pengkomposan sampah-sampah organik dan pembangunan fasilitas tempat
pemisahan jenis sampah organik dan anorganik yang dilakukan oleh
masyarakat mulai dari rumah-rumah sampai tempat-tempat umum, dimana
pemerintah menyediakan sarana tong sampah untuk memilah-milah
sampah tersebut;
9. Re-design Tempat/Lahan Pembuangan Akhir yang ada untuk mencegah
akibat yang ditimbulkan ke depan;
10. Pemerintah mengeluarkan aturan-aturan yang diperlukan dan lebih tegas
mengenai pembuangan sampah ini, antara lain memberikan denda kepada

2-34

RPIJM KOTA BANJARMASIN

pihak yang membuang sampah sembarangan, sistem restribusi sampah,
tarif pengelolaan dll;
11. Frekuensi pelayanan dibagi menjadi beberapa kondisi sebagai berikut;
a. Wilayah dengan pelayanan intensif adalah daerah di jalan protokol,
pusat Kabupaten, kawasan permukiman perkotaan tidak teratur dan
daerah komersil.
b. Wilayah dengan pelayanan menengah adalah kawasan permukiman
teratur.
c. Wilayah dengan pelayanan rendah adalah daerah pinggiran kota.
Pengadaan

prasarana

sampah

(TPS,

TPA)

secara

merata

dan

proporsional menjadi penting, karena sampah merupakan salah satu persoalan
utama yang dihadapi kota Banjarmasin, terutama sampah

domestik.

Penyediaan tempat sementara (TPS) sampah di setiap lingkungan akan
menjadi bagian dari pendidikan lingkungan. Hal ini terkait dengan kewajiban
setiap orang, kelompok, perusahaan, agar mengelola sampahnya secara
bertanggung jawab (UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah).

E. RENCANA SISTEM PENGELOLAAN DRAINASE
Sistem drainase kota p