BAB II PROFIL KOTA BUKITTINGGI - DOCRPIJM 1502707442BAB II PROFIL KOTA BUKIT TINGGI

BAB II PROFIL KOTA BUKITTINGGI

2.1 Wilayah Administrasi

  Secara geografis Kota Bukittinggi terletak antara 100°20' - 100°25' Bujur Timur dan antara 00°16' - 00° 20' Lintang Selatan dengan batas-batas :

   Kabupaten Agam; Sebelah Selatan dengan Taluak IV Suku Kecamatan Banuhampu Kabupaten Agam;

  Sebelah Utara dengan Nagari Gadut dan Kapau Kecamatan Tilatang Kamang

   Sebelah Timur dengan Nagari Tanjung Alam, Ampang Gadang Kecamatan IV

   Angkat Kabupaten Agam; Sebelah Barat dengan Nagari Sianok, Guguk dan Koto Gadang Kecamatan IV Koto

   Kabupaten Agam; Letak geografis ini juga cukup strategis terhadap lintasan regional, seperti lintasan dari Padang (PKN Sumbar) ke Medan (PKN Sumut), dan lintasan dari Padang ke Pekanbaru (PKN Riau). Kota Bukittinggi telah menjadi kota titik perlintasan dari Jalur Lintas Tengah Sumatera serta jalur penghubung antara Jalur Lintas Tengah dengan Jalur Lintas Timur Sumatera. Kota Bukittinggi juga menjadi PKW dari beberapa PKL yang berada di Provinsi Sumatera Barat dan daerah Provinsi lainnya seperti Sumatera Utara dan Riau. Oleh karena itu dalam lingkup Kabupaten Agam, Kota Bukittinggi menjadi orientasi pelayanan utama.

  2 Luas Kota Bukittinggi adalah ± 25,239 Km (2.523,90 ha) atau sekitar 0,06 %

  dari luas Propinsi Sumatera Barat. Wilayah administrasi Kota Bukittinggi terbagi menjadi 3 (tiga) kecamatan dan meliputi 24 kelurahan, yaitu:

  2 1.

  Kecamatan Guguk Panjang dengan luas areal 6,831 km (683,10 ha) atau 27,06 % dari total luas Kota Bukittinggi yang meliputi 7 kelurahan.

  2 2.

  Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan luas areal 12,156 km (1.215,60 ha) atau 48 % dari total luas Kota Bukittinggi yang meliputi 9 kelurahan.

  2

3. Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh dengan luas areal 6,252 km (625,20 ha) atau 24,77% dari total luas Kota Bukittinggi yang meliputi 8 kelurahan.

  Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1 dan peta administrasi Kota Bukittinggi di bawah ini :

Tabel 2.1 Jumlah Kelurahan , Luas dan Persentase Daerah

  

Kota Bukittnggi tahun 2015

Kecamatan Kelurahan Luas Daerah (Km²) Guguak Panjang

  6,831 Bukit Cangang Kayu Ramang 0,470 Tarok Dipo 1,480 Pakan Kurai 0,870 Aur Tajungkang Tengah Sawah 0,690 Benteng Pasar Atas 0,560 Kayu Kubu 0,910 Bukit Apit Puhun 1,851

  Mandiangin Koto Selayan 12,156

  Pulai Anak Air 0,882 Koto Selayan 0,730 Garegeh 0,650 Manggis Ganting 0,651 Campago Ipuh 1,393 Puhun Tembok 0,710 Puhun Pintu Kabun 3,610 Kubu Gulai Bancah 1,810 Campago Guguk Bulek 1,720

  Aur Birugo Tigo Baleh 6,252

  Belakang Balok 0,504 Sapiran 0,257 Birugo

  0,940 Aur Kuning

  0,900 Pakan Labuah

  1,180 Kubu Tanjung

  0,911 Ladang Cakiah

  0,740 Parit Antang

  0,820 Bukittinggi 24 25,239

  Keterangan : Bukittinggi Dalam Angka, 2015

  

Peta 2.1

Peta Administrasi Kota Bukittinggi

2.2. Potensi Wilayah Kota Bukittinggi

2.2.1 Potensi Kawasan Kota Pusaka

  Perkembangan penduduk Kota Bukittinggi tidak terlepas dari berubahnya peran kota ini menjadi pusat perdagangan di dataran tinggi Minangkabau. Hal ini ditandai dengan dibangunnya pasar oleh pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1890 dengan nama loods. Saat ini Bukittingi merupakan kota terpadat di Provinsi Sumatera Barat, dengan tingkat kepadatan mencapai 4.400 jiwa/ km². Jumlah angkatan kerja sebanyak 52.631 orang dan sekitar 3.845 orang di antaranya merupakan pengangguran.

  Kota ini didominasi oleh etnis Minangkabau, namun terdapat juga etnis Tionghoa, Jawa, Tamil, dan Batak. Masyarakat Tionghoa datang bersamaan dengan munculnya pasar-pasar di Bukittinggi. Mereka diizinkan pemerintah Hindia-Belanda membangun toko/kios pada kaki bukit Benteng Fort de Kock, yang terletak di bagian barat kota, membujur dari selatan ke utara, dan saat ini dikenal dengan nama Kampung Cino.

  Sementara pedagang India ditempatkan di kaki bukit sebelah utara, melingkar dari arah timur ke barat dan sekarang disebut juga Kampung Keling.

  Perkembangan Kota Bukittinggi ke dalam bentuk kota yang sekarang, tidak terlepas dari perkembangan latar belakang sejarah baik secara politik, ekonomi maupun sosial budaya. Beberapa hal yang bisa dicatat mengenai perkembangan kota Bukittinggi pada masa sebelum pemerintahan kolonial Belanda adalah peran kota Bukittinggi yang berada pada jalur persimpangan perdagangan daerah pedalaman Minangkabau yang menghasilkan komoditi kopi, sehingga mengakibatkan Luhak Agam, terutama sekali Nagari Kurai (Bukittinggi) menjadi ramai dikunjungi oleh para pedagang kopi. Perkembangan dari aktifitas perdagangan kopi di Luhak Agam telah memberikan pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan fisik-spasial kota, seperti berkembangnya aktifitas perdagangan, sehingga terbentuknya wadah transaksi yang pada saat itu dikenal sebagai pakan yang sampai sekarang masih ada dan menunjukkan perkembangan yang pesat, baik dari segi intensitas kegiatan maupun perkembangan fisiknya.

  Dalam perkembangannya sekarang, Bukittinggi memiliki tingkat perkembangan kota yang sangat pesat yaitu pada kawasan pusat kota seperti dalam hal perkembangan fisik-spasial, pemanfaatan ruang kota maupun aktifitas-aktifitas kota seperti pada sektor perdagangan dan pengadaan fasilitas pariwisata. Perkembangan ini membentuk pusat-pusat kegiatan seperti di kawasan Pasar Atas, kawasan perkantoran pemerintah di Belakang Balok, kawasan perdagangan grosir dan terminal bus regional dan kawasan Kantor Balai Kota di Gulai Bancah. Perkembangan ini juga didukung oleh berbagai potensi yang dimiliki seperti potensi alam dan objek wisata serta letak kota Bukittinggi yang secara geografis berada pada jalur perdagangan antar kota atau propinsi di Sumatera bagian tengah. Terbentuknya pusat-pusat kegiatan yang ada di kawasan pusat kota saat ini merupakan suatu proses dari perjalanan sejarah kota Bukittinggi yang dapat ditelusuri melalui tahapan perkembangannya.

  Salah satu potensi Kota Bukittinggi sebagai Kota Pusaka adalah terdapatnya beberapa peninggalan bersejarah dan masih di gunakan oleh masyarakat sampai sekarang ini seperti tempat ibadah, balai adat, jam gadang dan lain sebagainya.

  Sebaran pemukiman penduduk dari koto jolong (Jorong Tigo Baleh) ke masing-masing jorong membentuk kelompok-kelompok pemukiman, seperti diantaranya Birugo, Tangah Sawah, Banto Laweh, Gurun Panjang dan Padang Gamuak. Perkembangan daerah pemukiman ini juga diikuti dengan mesjid jamik, yang jika dilihat dari letaknya, menjadikan mesjid ini sebagai pusat-pusat dari daerah permukiman penduduk yang tersebar pada jorong-jorong yang ada. Bentuk bangunan dari mesjid ini diperkirakan mirip dengan Mesjid Jamik Mandiangin, yang bentuk atapnya masih dipertahankan, walaupun telah mengalami pergantian material. Bentuk mesjid yang juga mirip dengan mesjid ini adalah mesjid yang ada di Sungai Lasi dan Muaralabuah. Bentuk atap mesjid ini yaitu dengan atap bersusun tiga (berlenggek tiga / bertingkat tiga). Tingkat atap yang pertama dimaksudkan sebagai pucuk bulek yang berlima, tingkat atap yang kedua sebagai pucuk bulek yang

sembilan dan tingkat atap yang ketiga sebagai pucuk bulek yang dua belas (Sati, 1990).

Mesjid Jamik yang pertama sekali didirikan yaitu Mesjid Jamik Tigo Baleh yang berada di Kelurahan Pakan Labuah, Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh sekarang. Mesjid ini terletak di sebuah lurah (dataran rendah) dekat sebuah batang air (Batang Kurai). Mesjid ini dibangun sekitar abad ke-18 (Sati, 1990). Pembangunan mesjid ini dilaksanakan secara ‘gotong royong’, yaitu dengan mengerahkan ninik mamak, alim ulama dan anak kemenakan dari setiap jorong yang ada di Nagari Kurai. Mesjid ini dibangun setelah Nagari Kurai berkembang menjadi V jorong. Setelah pembangunan Mesjid Jamik Tigo Baleh ini, kemudian di susul dengan pembangunan mesjid jamik lainnya di jorong-jorong yang ada. Selain untuk pelaksanaan shalat Jumat, di mesjid-mesjid ini diadakan setiap akad nikah dari anak kemenakan (Pemda, 1992).

Gambar 0.1 Sebaran Letak Mesjid Jamik di kota Bukittinggi Sumber: Hasil Survey 1999-2000 dan Alvares, 1998.Gambar 0.2 Bentuk Mesjid Yang Diperkirakan Mirip Dengan Mesjid Jamik Tigo Baleh Yang Pertama

  Dari segi pemerintahan nagari, ninik mamak yang tiga belas, berkembang menjadi ninik mamak Penghulu Pucuk, Pangka Tuo Nagari dan ninik mamak nan Saratuih (100), sesuai dengan kebutuhan anak kemenakan yang telah berkembang ke jorong-jorong yang ada. Struktur pemerintahan Nagari Kurai V Jorong, sebagaimana yang digambarkan pada gambar berikut. terlihat bahwa elemen ruang nagari (fungsi pemerintahan) yaitu balai

  

adat terdiri dari balai adat untuk bermusyawarah di setiap jorong (sekarang Kerapatan Adat

  Nagari Jorong) dan balai adat nagari (sekarang Balai Adat Kurai atau Kerapatan Adat Kurai Bukittinggi).

  Penghulu Pucuk Penghulu Pucuk Nan 5 Penghulu Pucuk Nan 9 Penghulu Pucuk Nan 12 Balai Kerapatan Adat Kurai V Jorong Ninik Mamak Nan 100 Pangka Tuo Kampung Pangka Tuo Kubu

  Jorong Pangka Tuo Hindu - Paruik Balai Adat Jorong Pangka Tuo Nagari

Gambar 0.3 Struktur Pemerintahan Adat Nagari Kurai V Jorong

  

Sumber: Dirangkum dari (Hadjerat, 1947; Sati, 1990; Tunmuamad, 1991)

  Balai Kerapatan Adat Kurai ini, pada mulanya hanya berupa susunan batu tempat duduk tanpa atap (disebut dengan gobah) yang berada di dusun Balai Banyak, kemudian dipindahkan ke sebuah lapangan yang dinamakan dengan Lapangan Kurai (Lapangan Pakan Kurai). Pemindahan ini dilakukan setelah nagari Kurai telah berkembang menjadi lima jorong. Kapan balai adat ini dipindahkan ke Pakan Kurai, tidak didapatkan tahun yang pasti, tetapi bangunan balai adat ini direhab menjadi bangunan berdinding batu, yaitu pada tahun 1928 (Sati, 1990). Catatan lain yaitu, pada tanggal 13 April 1947, di Lapangan Kurai ini diadakan pemilihan Wali Nagari Kurai V Jorong dalam suatu rapat warga nagari (Hadjerat, 1947). Lapangan Kurai ini merupakan salah satu unsur perangkat nagari yang digunakan sebagai gelanggang atau tempat bermain anak nagari seperti kegiatan olah raga dan seni. Pada waktu balai adat yang dilengkapi dengan lapangan ini, berada di Pakan Kurai, telah menjadikan daerah ini sebagai pusat kegiatan tempat berkumpulnya penduduk nagari. Apalagi ini juga didukung oleh letak daerah Pakan Kurai yang berada di dekat jalur sirkulasi aktifitas perdagangan kopi yang ramai, yaitu di Gurun Panjang dan Padang Gamuak. Daerah ini sebagai daerah transit para kuli dan buruh angkat yang membawa komoditi kopi yang berkembang sekitar abad ke-18, secara tidak langsung telah membentuk suatu wadah transaksi dan aktifitas pasar antara penduduk setempat dengan pendatang.

  Dilihat dari letak, lapangan ini berada di tengah-tengah dari Nagari Kurai V Jorong dan dari segi pencapaian akan memudahkan bagi warga nagari, sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 7 dan Gambar 8. Dan karena alasan ini pulalah, mengapa para pedagang dan buruh angkat kopi memilih daerah ini sebagai tempat istirahat atau transit dari daerah produksi ke tempat tujuan sementara yaitu Pandai Sikek. Dari gambaran ini terlihat bahwa perkembangan dari pusat pemerintahan nagari yang berawal dari koto jolang kemudian dipindahkan ke Lapangan Pakan Kurai membentuk dua pola yang hirarkis, yaitu: pusat pemerintahan pada tingkatan jorong yang dibentuk oleh perwakilan dari

   kelompok kekerabatan dengan tingkatan sosial yang ada dalam masyarakat Minangkabau seperti se-paruik, se-kaum, se-suku dan tingkatan / tahapan pembentukan sebuah nagari, dari taratak, dusun, koto dan nagari. pusat pemerintahan pada tingkatan nagari yang dibentuk oleh federasi dari

   perwakilan jorong-jorong yang ada.

Gambar 0.4 Perkembangan Balai Adat Nagari Kurai V Jorong

2.2.2 Ruang Terbuka Hijau Kota Bukittinggi

  Ruang Terbuka Hijau (RTH) menurut kondisi lapangan di Kota Bukittinggi hanyalah berupa taman kota termasuk tanaman yang berada dalam pot. Hal ini terkait dengan teknik dan anggaran pemeliharaan taman. Dengan demikian dalam tabel ruang terbuka hijau Dinas Kebersihan dan Pertamanan lapangan olah raga, sempadan sungai, sempadan jaringan listrik (SUTET/SUTT) tidak terdata sebagai bagian dari jenis RTH. Berdasarkan data yang didapat dari Kantor KLH, RTH yang terdapat di Kota Bukittinggi adalah sebagai berikut : 1.

  Taman Panorama Baru, merupakan taman hutan di bagian paling utara dari Kota

  Bukittinggi yang sering digunakan untuk outbond, berkemah dan kegiatan bertualang lainnya.

2. Lapangan Bukit Ambacang, merupakan lapangan terbuka yang menjadi lapangan

  untuk pacuan kuda dan terkadang juga digunakan untuk atraksi lomba lainnya, seperti motor cross. Hanya saja sebagaian dari lapangan ini yang masuk ke dalam wilayah administrasi Kota Bukittinggi.

3. Jalur hijau pada bagian utara Jalan Veteran yang sekaligus menjadi ujung utara dari

  batas Kota Bukittinggi. Jalur hijau ini ditumbuhi tanaman kayu dan semak belukar yang secara topografis merupakan bagian bawah dari bukit (miring).

  4. Taman Balaikota, kantor walikota Bukittinggi berada di puncak bukit yang dikelilingi

  taman dan vegetasi yang tumbuh di sisi lereng bukit tersebut. Taman tertata rapi dans ebagian merupakan ruang terbuka non hijau berupa plaza dan lahan parkir.

  5. Taman Makam Pahlawan, adalah pemakaman untuk para pejuang yang terletak di bagian selatan jalan masuk (gerbang) ke Balaikota.

6. Taman Gerbang Balaikota, pada jalan masuk dan sekaligus menjadi median jalan

  terdapat taman yang juga dapat dikatakan sebagai pulau lalu lintas (traffic island) dengan posisi memanjang ke utara.

7. Taman Patung Diponegoro dan Taman Jalan, kedua taman ini juga berfungsi

  sebagai traffic island dan terletak berdekatan. Kendati tidak terlalu luas namun memberi kerindangan di tengah-tengah lalu lintas kendaraan sekaligus menjadi pengatur perputaran kendaraan.

  8. Taman DRPD Bukik Cangang, Tidak jauh berbeda dengan taman-taman di atas di

  depan kantor DPRD lama (Bukik Cangang) terdapat traffic island yang memisahkan jalur jalan dan pembatas persimpangan kendaraan.

  9. Taman Tugu Bung Hatta, merupakan bagian dari taman Istana Triarga yang

  menghadap ke timur yang berupa kombinasi taman hijau dan taman non hjiau. Kedaan taman tertata baik dan bersih serta sangat rindang.

  10. Lapangan Inkorba, berupa lapangan terbuka seperti lapangan sepak bola yang terletak

  ditengah-tengah permukiman. Kawasan Inkorba ini berada di bagian timur Kota Bukittinggi yang merupakan cluster perumahan yang tertata cukup baik.

  11. Benteng Fort de Cock, adalah lokasi dimana terdapat bekas benteng yang didirikan

  oleh Belanda semasa penjajahan. Benteng ini berada di salah satu bukit di tengah- tengah kota dan dikelilingi taman yang tertata asri.

12. Taman Margasatwa, berada diseberang Benteng Fort de Cock dan terhubung dengan

  jembatan unik, taman margasatwa memang merupakan kebun binatang mini yang menjadi objek wisata populer bagi masyarakat desa sekitar Bukittinggi. Dalam kawasan ini juga terdapat taman bunga dan rumah adat.

  13. Bantola, merupakan stadion lapangan bola yang berada tidak jauh dari sisi Ngarai

  Sianok dan disebelahnya terdapat Kolam Renang. Fasilitas olah raga ini menjadi arena olah raga resmi bagi anak sekolah di Kota Bukittinggi.

  14. Plaza Jam Gadang, kendati didominasi oleh ruang terbuka non hijau, namun

  pepohonan yang ditanam di area ini cukup rindang dan tertata rapi. Jam Gadang merupakan icon Kota Bukittinggi, berada di pusat kota dan dalam 2 tahun belakangan ini dilakukan pelebaran plaza secara signifikan.

15. Taman Lereng, taman ini berada di kemiringan 45 derajat yang yang menghubungkan

  Pasar Lereng dengan Jalan Pemuda. Perlu diketahui bahwa pusat kota Bukittinggi berupa pasar, yang terdiri dari Pasar Bawah dan Pasar Atas. Kedua pasar ini berada pada ketinggian yang berbeda, yaitu antara 15-20 meter.

  16. Lapangan Kantin, adalah lapangan yang sangat popoluer karena berada pada akses

  yang sangat tinggi (Jl. Jendral Sudirman) dan merupakan lapangan yang dibangun sejak zaman Belanda. Lapangan ini menjadi tempat favorit untuk olah raga terutama lari pagi dan penyelenggaraan berbagai event outdoor.

  17. Panorama, ini adalah taman yang paling banyak dikunjungi wisatawan, karena

  merupakan taman dengan panorama yang indah ke arah Ngarai Sianok. Di taman ini terdapat berbagai fasilitas wisata, berupa toilet, mushola, warung, art shop, pelataran untuk penampilan dan pintu masuk ke Gua Jepang (dibangun oleh tentara Jepang). Lokasi-lokasi di atas merupakan RTH yang terdaftar pada Kantor Lingkungan Hidup Kota Bukittinggi yang juga merupakan potensi Kota Bukittinggi sebagai Kota Pariwisata.

2.3 Demografi dan Urbanisasi

  Setiap perencanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang penting, karena tujuan utama pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk/masyarakat. Persebarannya, jumlah, kepadatan dan pola penduduk merupakan faktor pembentuk suatu kegiatan dan pembentuk karakteristik suatu wilayah. Pertumbuhan suatu wilayah banyak dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan kegiatan sosial ekonominya.

  Keberadaan penduduk harus direncanakan, baik pola persebaran maupun jumlah kepadatannya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung wilayah. Selain itu, hal yang lebih penting adalah masalah kualitas penduduk. Dengan kualitas penduduk yang rata-rata baik akan berdampak pada tingkat kesejahteraan penduduk. Kualitas penduduk juga akan menentukan pertumbuhan wilayah terutama dalam pemanfaatan seluruh potensi daerah yang dimiliki untuk pembangunan daerah.

2.3.1 Potensi Kependudukan dan Sumber Daya Manusia

2.3.1.1 Jumlah dan perkembangan penduduk

  Penduduk merupakan subjek dari pembangunan, sehingga perkembangan jumlah penduduk akan sangat mempengaruhi perkembangan kota tersebut. Jumlah penduduk Kota Bukittinggi terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan yaitu 50.253 jiwa, kemudian kecamatan Guguak Panjang dengan Jumlah Penduduk sebanyak 45.061 Jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini

  

4 Manggis Ganting 4616 4644 4848 4939 5027

Tabel 2.2 Jumlah Dan Perkembangan Penduduk Kota Bukittinggi

  

6 Kubu Tanjung 1282 1292 1338 1363 1405

  

5 Pakan Labuah 2716 2736 2832 2885 2933

  

4 Aur Kuning 6548 6598 6832 6961 7066

  

3 Birugo 5850 5895 6102 6217 6326

  

2 Sapiran 3095 3118 3227 3288 3345

  

1 Belakang Balok 2815 2837 2937 2992 3046

  

III Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh 25253 25446 26342 26838 27307

  

9 Campago Guguk Bulek 6338 6376 6667 6793 6916

  

8 Kubu Gulai Bancah 5191 5223 5477 5580 5676

  

7 Puhun Pintu Kabun 6106 6143 6425 6547 6664

  

6 Puhun Tembok 6178 6215 6506 6629 6746

  

5 Campago Ipuh 9264 9322 9747 9931 10064

  

3 Garegeh 2331 2345 2453 2499 2543

  8 Parit Antang 1235 1245 1288 1313 1335 Jumlah 113569 114415 118260 120491 122621 Sumber: Bukittinggi Dalam Angka Tahun 2016

  

2 Koto Selayan 1257 1264 1320 1345 1413

  

1 Pulai Anak Air 4781 4810 5018 5113 5204

  II Kecamatan Mandiangin Koto Selayan 46062 46342 48461 49376 50253

  

7 Bukit Apit Puhun 4751 4793 4874 4966 5051

  

6 Kayu Kubu 3513 3545 3606 3674 3740

  

5 Benteng Pasar Atas 1241 1251 1271 1296 1387

  

4 Aur Tajungkang Tengah Sawah 7288 7352 7480 7621 7755

  3 Pakan Kurai 6108 6162 6369 6489 6604

  

2 Tarok Dipo 17006 17156 17450 17779 18031

  

1 Bukit Cangang Kayu Ramang 2347 2368 2407 2452 2493

  

I Kecamatan Guguk Panjang 42254 42627 43457 44277 45061

  Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 (jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa)

  No Kecamatan

Tahun

2011

  

7 Ladang Cakiah 1712 1725 1786 1819 1851

2.3.1.2 Kepadatan penduduk

  Berdasarkan kepadatan penduduk, rata

  • – rata kepadatan penduduk di Kota Bukittinggi telah mencapai 4.858 jiwa/km2. Kepadatan penduduk di Kota Bukittinggi berbeda pada tiap kecamatan. Kecamatan Guguk Panjang merupakan daerah kecamatan yang terpadat jumlah
penduduknya, yaitu 6.596,545 jiwa/km2. Untuk lebih jelasnya mengenai kepadatan penduduk Kota Bukittinggi dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini.

Tabel 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Bukittinggi Tahun 2015

  No Kecamatan

Luas

(km2)

  Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) Laki-laki Perempuan

  

1 Kecamatan Guguk Panjang 6,831 21865 23196 6596,545

Bukit Cangang Kayu Ramang 0,470 1154 1339 5304,255 Tarok Dipo 1,480 8776 9255 12183,108 Pakan Kurai 0,870 3174 3430 7590,805 Aur Tajungkang Tengah Sawah 0,690 3780 3975 11239,130 Benteng Pasar Atas 0,560 689 698 2476,786 Kayu Kubu 0,910 1825 1915 4109,890 Bukit Apit Puhun 1,851 2467 2584 2728,795

  2 Kecamatan Mandiangin Koto Selayan 12,156 24681 25572 4134,008 Pulai Anak Air 0,882 2623 2581 5900,227 Koto Selayan 0,730 742 671 1935,616 Garegeh 0,650 1234 1309 3912,308 Manggis Ganting 0,651 2539 2488 7721,966 Campago Ipuh 1,393 5007 5057 7224,695 Puhun Tembok 0,710 3274 3472 9501,408 Puhun Pintu Kabun 3,610 3240 3424 1845,983 Kubu Gulai Bancah 1,810 2623 3053 3315,912 Campago Guguk Bulek 1,720 3399 3517 4020,930

  3 Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh 6,252 12873 14434 4367,722 Belakang Balok 0,504 1189 1857 6043,651 Sapiran 0,257 1606 1739 13015,564 Birugo 0,940 2952 3374 6729,787 Aur Kuning 0,900 3467 3599 7851,111 Pakan Labuah 1,180 1402 1531 2485,593 Kubu Tanjung 0,911 692 713 1542,261 Ladang Cakiah 0,740 907 944 2501,351 Parit Antang 0,820 658 677 1628,049

  Jumlah 25.239 59419 63202 4858,394 Sumber: Bukittinggi Dalam Angka Tahun 2015

2.3.1.3 Struktur penduduk

  Jika dilihat berdasarkan kelompok umur jumlah penduduk umur 15-29 cukup banyak. Ini berarti Kota Bukittinggi memiliki potensi sumber daya manusia yang tinggi. Banyaknya jumlah penduduk produktif di suatu wilayah dapat menjadi daya tarik bagi investor untuk berinvesatasi. Hal ini dikarenakan dengan ketersediaan jumlah tenaga kerja produktif tidak akan menyulitkan investor ketika akan membuka lapangan usaha. Dengan mudah mereka akan mendapatkan tenaga kerja. Semakin banyak investasi yang masuk ke Kota Bukittinggi maka perekonomian akan semakin mengeliat dan terus berkembang. Secara tidak langsung perkembangan ekonomi suatu kota tentu sudah pasti akan terus mendorong kota tersebut menjadi kota yang semakin maju dan berkembang. Oleh karena itu, jumlah penduduk produktif sangat mempengaruhi perkembangan suatu kota. Pada tahun 2015 jumlah penduduk produktif antara umur 15

  • – 54 di Kota Bukittinggi adalah 74.854 jiwa, dengan persentase jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Menurut Umur di Kota Bukittinggi

  • – 4

  40 – 44 3863 3977 7840

  Selain jumlah penduduk produktif, kualitas dari penduduk juga menjadi pertimbangan dan perhatian. Kualitas penduduk dapat terlihat dari tingkat pendidikan penduduknya. Jumlah

  65+ 2319 3238 5557 Sumber: Bukittinggi Dalam Angka Tahun 2015

  60 – 64 1681 1691 3372

  55 – 59 2381 2458 4839

  50 – 54 2884 2819 5703

  45 – 49 3524 3406 6930

  35 – 39 4372 4283 8655

  

Tahun 2015

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah (jiwa)

  30 – 34 4515 4561 9076

  20 – 24 5640 7564 13204

  15 – 19 5837 7229 13066

  10 – 14 4986 4926 9912

  5 – 9 5780 5699 11449

  6391 6247 12638

  25 – 29 5246 5134 10380 penduduk terbanyak adalah tamatan SMA sederajat yakni 37,32% dari jumlah penduduk seluruhnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan pada tabel dibawah ini.

  

Tabel 2.5

Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

di Kota Bukittinggi Tahun 2015

  No Tingkat Pendidikan Persentase (%)

  1 Tidak punya ijazah 14,31

  2 SD sederajat 16,68

  3 SMP sederajat 15,38 SMA sederajat 37,32

  4

  5 Diploma I/II/III 6,52

  6 Diploma IV/S1/S2/S3 9,80 Sumber: Bukittinggi Dalam Angka Tahun 2015

2.3.1.4 Proyeksi Pertumbuhan penduduk

  Dilihat dari pertumbuhan penduduk Kota Bukittinggi di ketahui bahwa tingkat pertumbuhan setiap tahunnya adalah 0,06 %, dengan arti kata pertumbuhan Penduduk untuk 5 tahun yang akan datan akan mengalami peningkatan yang lebih besar. Proyeksi jumlah penduduk untuk 5 tahun yang akan datang dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

  

Tabel 2.6

Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

di Kota Bukittinggi Tahun 2016-2020

  Jumlah Penduduk No Kecamatan 2016 2017 2018 2019 2020

  

1 Kecamatan Guguk Panjang 47.765 50.631 53.668 56.888 60.302

Bukit Cangang Kayu Ramang 2.643 2.801 2.969 3.147 3.336 Tarok Dipo 19.113 20.260 21.475 22.764 24.130 Pakan Kurai 7.000 7.420 7.865 8.337 8.838 Aur Tajungkang Tengah Sawah 8.220 8.714 9.236 9.791 10.378 Benteng Pasar Atas 1.470 1.558 1.652 1.751 1.856 Kayu Kubu 3.964 4.202 4.454 4.722 5.005 Bukit Apit Puhun 5.354 5.675 6.016 6.377 6.759

  

2 Kecamatan Mandiangin Koto Selayan 53.268 56.464 59.852 63.443 67.250

Pulai Anak Air 5.516 5.847 6.198 6.570 6.964 Koto Selayan 1.498 1.588 1.683 1.784 1.891 Garegeh 2.696 2.857 3.029 3.210 3.403 Manggis Ganting 5.329 5.648 5.987 6.346 6.727 Campago Ipuh 10.668 11.308 11.986 12.706 13.468

  Jumlah Penduduk No Kecamatan 2016 2017 2018 2019 2020 Puhun Tembok 7.151 7.580 8.035 8.517 9.028 Puhun Pintu Kabun 7.064 7.488 7.937 8.413 8.918 Kubu Gulai Bancah 6.017 6.378 6.760 7.166 7.596 Campago Guguk Bulek 7.331 7.771 8.237 8.731 9.255

3 Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh 28.945 30.682 32.523 34.474 36.543

  Belakang Balok 3.229 3.422 3.628 3.846 4.076 Sapiran 3.546 3.758 3.984 4.223 4.476 Birugo 6.706 7.108 7.534 7.986 8.466 Aur Kuning 7.490 7.939 8.416 8.921 9.456 Pakan Labuah 3.109 3.296 3.493 3.703 3.925 Kubu Tanjung 1.489 1.579 1.673 1.774 1.880 Ladang Cakiah 1.962 2.080 2.205 2.337 2.477 Parit Antang 1.415 1.500 1.590 1.685 1.787

  Jumlah 28.945 30.682 32.523 34.474 Sumber : Hasil Analisis Satgas Kota Bukittinggi, 2016

2.3.1.5 Jumlah Penduduk Miskin

  Untuk data jumlah penduduk miskin yang valid sampai sekarang ini belum ada data yang dapat dipertanggung jawabkan secara seksama.

Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Miskin

  

Di Kota Bukittinggi tahun 2013

N0. Kecamatan Jumlah Penduduk

  • 1. Guguk Panjang

  2. Mandiangin Koto Selayan -

  • 3. Aur Birugo Tigo Baleh

   Sumber : Data valid tentang jumlah penduduk miskin di Kota Bukittinggi Belum ada Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016

  II-22 Peta 2.2.

  Peta Kepadatan Penduduk Kita Bukittinggi Tahun 2015

2.4 Issu Strategis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan 2.4.1 perkembangan PDRB dan potensi ekonomi

  Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat melalui perkembangan nilai nominal PDRB yang merupakan perkembangan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan perkembangan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

  Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang terdiri dari dua kategori, yakni atas dasar harga berlaku (adhb) dan atas dasar harga konstan tahun 2010 (adhk). Nilai PDRB Kota Bukittinggi dari tahun ke tahun selalu mengalami kenaikan, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun 2010. Pada tahun 2010 tercatat nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 3,60 triliun rupiah, kemudian 2011 naik menjadi 4,03 triliun rupiah dan 2015 juga mengalami kenaikan sebesar 8,69 persen, yaitu menjadi 6,12 triliun. Nilai PDRB 2015 atas dasar harga konstan tercatat sebesar 4,87 trilyun rupiah, jika dibandingkan dengan tahun- tahun sebelumnya terdapat kenaikan yang cukup berarti. Pada 2014 nilai PDRB adhk adalah sebesar 4,59 trilyun rupiah. Ini berarti terdapat kenaikan sebesar 6,10 persen di bandingkan tahun 2014 tersebut.

  Sektor yang paling tinggi memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kota Bukittinggi adalah Sektor Perdagangan besar dan eceran, reparasi Mobil dan seperda motor, yaitu sebesar 33,64 persen kemudian sektor transportasi dan pergudangan, yaitu sebesar 10,90 persen, serta sektor industri pengolahan sebesar 6,86 persen.. Sementara Sektor yang paling kecil kontribusinya adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 0,00 persen.

  Pertumbuhan perekonomian Kota Bukittinggi secara umum dapat dilihat pada tabel lau pertumbuhan PDRB Kota Bukittinggi atas dasar harga konstan, di tahun 2010 tercatat pertumbuhannya sebesar 12,96 persen, kemudian 2014 sebesar 12,15 persen dan 2015 turun menjadi 8,70 persen.

  II-23 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016

Tabel 2.8 PDRB Kota Bukittinggi Atas Dasar Harga Berlaku

  

Menurut Lapangan Usaha (juta Rupiah), 2012-2015

No. Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015

  

a. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 63085,4 62852,2 65029,8 66735,5

  

b. Pertambangan dan Penggalian 130,4 128,7 126,5 125,8

  

c. Industri Pengolahan 333237,4 345281,4 358082,8 369144,1

  

d. Pengadaan Listrik dan Gas 30068,7 31017,9 33471,3 34132,1

Pengadaan air, Pengelolaan sampah, e.

  7064,5 7291,2 7318,0 7656,8 limbah dan daur ulang

f. Konstruksi 259393,8 282104,1 295207,1 312926,8

Perdagangan besar dan eceran; g.

  1318472,0 1397993,1 1501989,4 1598470,2 reparasi mobil dan sepeda motor

h. Transportasi dan Pergudangan 445233,5 476307,2 507448,1 545167,3

Penyediaan akomodasi dan makan i.

  173152,4 188882,3 203479,6 220500,5 minum

j. Informasi dan komunikasi 310289,3 326688,8 348117,7 376058,6

k. Jasa keuangan dan Asuransi 238504,8 260162,3 277515,6 288410,5

l. Real Estate 143173,2 150936,2 159133,6 167519,9

m.

  Jasa perusahaan 29669,8 30836,4 32074,9 33461,3 n. Administrasi dan peetahanan dan o.

  259464,7 267142,7 270863,5 281454,2 jaminan sosial wajib

p. Jasa Pendidikan 192306,6 209062,2 222940,3 239477,9

q. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 119994,6 129345,2 139852,9 151302,3

r. s.

  Jasa Lainnya 145776,7 158391,6 168813,7 179989,2 t. u PDRB 4069017,5 4324423,6 4591464,7 4872533,2

2.4.2 Realisasi pendapatan Daerah Kota Bukittinggi

  Realisasi Pendapatan asli Daerah tahun 2015 sebanyak Rp 61,60 Milyar dengan rincian : pajak daerha sebesar Rp 27,31 milyar, retribusi daerah sebesar Rp 18,03 milyar, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar Rp 3,45 milyar dan lain-lain PAD yang sah sebesar 12,80 mulyar. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya PAD 2014 Kota Bukittinggi mengalami kenaikan.

  Tahun 2014 PAD yang terkumpul sebesar 55,20 milyar sehingga terdapat kenaikan sebesar 6,40 milyar. Peningkatan PAD ini dikarenakan meningkatnya sumbangan semua sumber-sumber yang membentuk PAD. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

  II-24 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016

Tabel 2.9 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bukittinggi

  

Tahun Anggaran (jutaan Rupiah), 2015

Realisasi Anggaran

  Tahun Rata-rata No

  Pertumbuhan 2011 2012 2013 2014 2015

A Pendapatan (a.1+a.2+a.3) 359.040.410.325 426.090.778.521 483.573.626.380 520.141.198.824 605.606.641.063 0,88 %

a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 430.70661.3.25 49.187.681.453 55.346.850.312 57.854.355.950 62.661.939.729 0,69 % a.1.1 Pajak Daerah 16.668.500.000 20.118.492.642 24.182.218.901 27.182.218.901 27.930.760.751 0,88 % a.1.2 Retribusi Daerah 135.055.36375 17.729.641.811 19.721.184.411 19.344.590.049 20.308.528.431 0,91 % a.1.3 Hasil pengolahan kekayaan daerah 2.115.000.000 3.234.547.000 3.234.547.000 3.234.547.000 3.733.946.797 0,88 % yang dipisahkan a.1.4 Lain-lain pendapatan yang sah 10.787.573.950 8.105.000.000 8.208.900.000 8.093.000.000 10.688.703.750 1,02 % a.2 Dana Perimbangan (Transfer) 311.513.800.000 365.068.872.499 416.392.551.499 450.094.976.874 460.215.636.334 0,91 % a.2.1 Dana bagi hasil 15.150.000.000 18.267.296.499 18.267296.499 12.660.559.874 15.729.065.000 1,02 % a.2.2 Dana alokasi umum 273.043.100.000 326.224.306.000 368.311.195.000 404.285.567.000 408.640.651.000 0,91 % a.2.3 Dana alokasi khusus 23.320.700.000 20.557.270.000 29.814.060.000 33.148.850.000 35.845.680.000 0,91 % a.3 Lain-lain pendapatan yang sah 4.450.000.000 11.834.224.569 11.834.224.569 12.191.866.000 82.729.065.000 0,62 % a.3.1 Hibah 1.350.000.000 - - - - a.3.2

  • Dana darurat

  a.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi 3.100.000.000 11.834.224.569 11.834.224.569 12.191.866.000 16.849.992.000 0,74 % kepada kota

  • 65.879.073.000 -
  • a.3.4 Dana penyesuaian dan dana otonomi kh
  • a.3.5 Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah lainnya

  0,90 % B Belanja (b1+b2) 431.251.410.325 485.374.045.521 514.495.796.380 576.032.792.258 658.706.641.063 b.1 Belanja Tidak Langsung 232.428.073.166 274.615.355.857 276.196.448.208 307.742.269.352 379.352.850.660 0,89 % Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016

  II-25 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016

  II-26

b.1.1 Belanja pegawai 209.763.720.226 254.235.232.857 261.767.753.910 279.752.563.454 359.512.622.742 0,88 %

b.1.2 Bunga 60.000.000 - - - - - b.1.3

  Subsidi - - - - - - b.1.4 Hibah 5.021.088.000 - - 21.646.843.000 16.498.597.820 - b.1.5

  Bantuan social 14.183.264.940 2.323.918.702 5.051.640.000 4.224.036.000 1.323.811.430 2,74 % b.1.6 Belanja bagi hasil - - - - -

b.1.7 Bantuan keuangan 900.000.000 501.521.298 501.521.298 501.521.298 617.818.668 1,15 %

b.1.8 Belanja tidak terduga 2.500.000.000 1.500.000.000 3.727.233.000 1.617.305.600 1.400.000.000 1,38 %

b.2 Belanja Langsung 198.823.337.159 210.758.689.664 238.299.348.172 268.290.522.906 279.353.790.403 0,92 %

b.2.1 Belanja pegawai 36.928.399.150 46.124.633.210 47.547.425.720 52.271.004.270 53.151.376.350 0,92 %

b.2.2 Belanja Barang dan Jasa 74.676.918.441 86.675.139.847 100.673024.802 117.671.549.586 132.388.842.179 0,87 %

b.2.3 Belanja Modal 87.218.019.568 77.958.916.607 90.078.897.650 98.347.969.050 93.813.571.874 0,99 %

C Pembiayaan 72.211.000.000 59.283.267.000 514.495.796.380 55.891.593.434 53.100.000.000 2,90 %

Sumber : APBD Kota Bukittinggi, 2016

2.4.3 Kondisi Lingkungan Strategis

  2.4.3.1 Kondisi Topografi

  Kota Bukittinggi terletak pada ketinggian antara 756

  • – 960 meter di atas permukaan laut. Kemiringan lahan atau lereng wilayah Kota Bukittinggi sangat bervariasi, klasifikasi topografi dapat di bagi menjadi topografi yang relatif datar, berbukit-bukit, dan terjal. Wilayah yang terjal berada di Kawasan Ngarai Sianok (15,38%), sementara daerah perbukitan (9,64%) berada di sekitar ngarai, kawasan gulai Bancah, Campago Ipuh, Campago Guguk Bulek, Benteng Pasar Atas serta Kubu Tanjung. Lahan yang memiliki kemiringan relatif datar (74,98 %) Terdapat sebagian besar di Kecamatan Aur BirugoTigo Baleh bagian barat, Kecamatan Guguk Panjang bagian barat dan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan bagian Tengah dan Timur.

Tabel 2.10 Kemiringan lahanKota Bukittinggi tahun 2015

  

Kecamatan

Jumlah No. Lereng

  %

ABTB % GP % MKS %

(ha)

  (ha) (ha) (ha)

1 430,22 68,81 369,77 54,313 584,27 49,06 1.384,26 54,59

  • – 2 %

  2 3 88,57 14,17 96,70 14,16 71,47 5,88 256,74 9,79

  • – 8 %

  3 9 25,60 4,09 52,95 7,75 180,63 14,86 259,18 10,60

  • – 15 %

  4 16 9,73 1,56 23,66 3,46 94,74 7,79 128,13 5,27

  • – 25%

  5 26 4,86 0,78 29,93 4,38 73,75 6,07 108,54 4,37

  • – 40 %

  

6 > 40 % 66,22 10,59 110,09 16,12 210,75 17,34 387,05 15,38

Jumlah 625,20 100 683,10 100 1.215,60 100 2.523,90 100 Sumber : Bukittinggi dalam Angka, 2016

  2.4.3.2 Kondisi Geologi a. Geomorfologi

  Kota Bukittinggi terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 800

  • – 1000 meter dari permukaan laut. Perbukitan umumnya ke arah Barat Laut Tenggara. Pola perbukitan ini searah dengan arah umum aliran sungai utama di daerah ini yaitu Batang Sianok. Perbukitan bisa dikelompokkan kedalam kelompok relief sedang sampai rendah. Pola perbukitan di daerah ini pembentukan dikendalikan oleh sesar Sumatera yang memanjang sepanjang Pulau Sumatera dengan arah North-West-South-East (NW-SE).

  II-27 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016

  b. Stratigrafi

  Batuan yang menyusun daerah Kota Bukittinggi umumnya terdiri dari endapan vulkanik Kuarter. Namun di bagian Timur dan Barat dari daerah ini juga ditemukan yang berumur Tertier dan Pratertier yang terdiri dari batu pasir, batu bata, serpih granit, sekis, batu gamping. Pada batuan pratertier dan tertier ini sesar bisa dipetakan.Batuan vulkanik kuarter yang diketemukan di daerah Bukittinggi dikelompokkan dalam batuan tufa berbatu apung. Kelompok ini terdiri dari tufa yang mengandung batu apung, dan serabut geas, tidak ditemukan mineral mafik. Ditemukan juga di beberapa tempat lapisan pasir kwarsa, lapisan kerikil, kerikil yang banyak mengandung kwarsa. Batuan yang segar terlihat agak kompak dan keras. Batuan yang lapuk menjadi lunak dan rapuh, lepas dan lolos air.

  c. Struktur Geologi

  Struktur geolgi yang berkembang adalah struktur kekar dan sesar. Struktur ini hanya ditemukan pada batuan tertier dan pratertier. Batuan vulkanik yang diendapkan pada dinding struktur sesar Sumatera yang membentuk dinding terjal pada Ngarai Sianok. Disamping sesar Sumatera yang mendasari batuan tertier masih terdapat sesar lain yang juga berpengaruh pada batuan vulkanik ini. Sesar ini hanya bisa diperkirakan yaitu dengan cara menarik pelurus dari sesar yang ada pada batuan tertier. Arah sesar pada batuan yan lebih tua adalah NW-SE, NE-SW, E-W dan N-S.

  Berdasarkan tinjauan kondisi geologi Kota Bukittinggi, kondisi saat ini didominasi oleh kelompok batuan beku yang berasal dari aktifitas Gunung Marapi, Gunung Singgalang dan Gunung Tandikek serta dari kaldera Danau Maninjau. Umumnya batuan tersebut bersifat andestis. Untuk lebih jelasnya geologi kondisi Kota Bukittinggi dapat dilihat pada peta sebaran geologi permukaan Kota Bukittinggi di bawah ini :

  II-28 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016

  II-29 Peta 2.4 Sebaran Geologi Permukaan Kota Bukittinggi

2.4.3.3 Hidrologi

  Kota Bukittinggi dialiri sungai kecil, yaitu Batang Tambuo di sebelah timur dengan lebar 5

  • – 7 m, Batang Sianok di sebelah Barat dengan lebar 12 – 15 m dan Batang Agam di wilayah kota dengan lebar 5 - 7 m. Sepanjang perbatasan sebelah Barat Kota Bukittinggi dengan Kabupaten Agam membentang Ngarai yang disebut dengan Ngarai Sianok yang dibawahnya mengalir Sungai Batang Sianok.

  Kota Bukittinggi terletak di dalam dua Wilayah Aliran Sungai (WAS), yaitu WAS Masanghulu yang berada di bagian Barat dan mengalir ke arah Samudera Indonesia, dan WAS Batang Agam yang mengalir ke arah bagian Timur.

  a. Air Permukaan

  Sungai-sungai yang relatif lebar di Kota Bukittinggi merupakan sungai-sungai dengan lebar 6 meter sampai 12 meter, serta terdapat juga sungai-sungai kecil (raven) yang merupakan tempat aliran air permukaan menuju ke pola aliran sungai. Sungai-sungai yang relatif besar di Kota Bukittinggi Batang Sianok dengan lebar 12 meter, Batang Tambuo dengan lebar 7 meter, Batang Agam dengan lebar 6 meter.

  b. Air Tanah

  Karakteristik air tanah wilayah Bukittinggi mengacu kepada peta Hidrologi Lembar Padang Propinsi Sumatera Barat yang dipublikasikan oleh Direktorat Tata Lingkungan dan Geologi, menjelaskan bahwa aquifer dengan aliran melalui ruang antar butir dan tekanan batuan/ tanah. Potensi air tanah termasuk dalam klasifikasi sedang sampai dengan tinggi. Tingkat serahan air tanah dapat mencapai 5

  • – 10 L/detik. Kedalaman air tanah dangkal lebih kurang 3 meter, sedangkan air tanah dalam/ artesis mencapai kedalaman 100 meter.

  II-30 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016

  II-31 Peta 2.5 Kondisi Hidrologi Kota Bukittinggi

2.4.3.4 Klimatologi