Konstruksi Pemberitaan Satu Tahun Kabinet Kerja di Media Massa Nasional (Analisis Framing Robert Entman Mengenai Pemberitaan Satu Tahun Kabinet Kerja di Majalah Gatra)

13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Konteks Masalah
Pada tanggal 21 Oktober 2015 Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan
Wakil Presiden Jusuf Kalla telah berjalan selama satu tahun. Perjalanan satu tahun
pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan
kabinet kerja bisa dibilang tidak berjalan lancar seperti saat kemenangannya pada
pemilihan presiden tahun lalu, yang hanya melangsungkan satu putaran pemilihan
umum. Meskipun tidak mutlak sebagai tolak ukur bagus tidaknya kinerja
pemerintah, namun dari hasil survei lembaga Indobarometer tingkat kepuasan
masyarakat atas kinerja pemerintah hanya sebesar 57,5 persen dan

tingkat

kepercayaan terhadapa lembaga kepresidenan sebesar 88,3 persen, menjadi salah
satu pertimbangan bahwa perjalanan satu tahun kabinet kerja tidak berjalan lancar
(www.antaranews.com). Selain persoalan eksternal atau dari pihak publik, belum
satu tahun berjalan kabinet kerja telah mengalami perombakan atau reshuffle
sebanyak satu kali tanggal 12 Agustus 2015 (www.sidomi.com).

Nawa Cita adalah istilah umum yang diserap dari bahasa Sanskerta, nawa
(sembilan) dan cita (harapan, agenda, dan keinginan). Pada konteks perpolitikan
Indonesia menjelang Pemilu Presiden 2014, istilah ini merujuk kepada visi-misi
yang dipakai oleh pasangan calon presiden calon wakil presiden Joko Widodo dan
Jusuf Kalla berisi agenda pemerintahan pasangan tersebut (www.wikipedia.org).
Adapun kesembilan agenda prioritas pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden
Joko Widodo dan Jusuf Kalla, adalah:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara, melalui politik
luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan
pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi
kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
2. Membuat pemeritah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan
memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik
pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi
demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga
perwakilan.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerahdaerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.


Universitas Sumatera Utara

14

4. Menolong negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan
kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program ―Indonesia Pintar‖,
serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program
―Indonesia Kerja‖ dan ―Indonesia Sejahtera‖ dengan mendorong land
reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program rumah
kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan
sosial untuk rakyat di tahun 2019.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit
bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudukan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektorsektor strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan
kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek
pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional

aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa,
nilai-nilai patriotisme dan cinta tanah air, semangat bela negara dan
budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinekaan dan
menciptakan ruang-ruang dialog antar warga (www.kompas.com)
Salah satu dari sembilan agenda utama pemerintahan Joko Widodo dan
Jusuf Kalla atau kabinet kerja adalah peningkatan kesejahteraan publik, pada
bidang pendidikan, kesehatan, serta sosial. Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf
Kalla pernah berjanji akan meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat pada
masa kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden terbukti dengan
dimasukkannya hal ini ke dalam sembilan agenda utama atau Nawa Cita
pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Bukti dari keseriusan pemerintah
terhadap permasalahan kesehjateraan publik adalah dengan mengeluarkan tiga
kartu peningkatan kesejahteraan publik pada bulan Oktober 2015. Ketiga kartu
tersebut adalah : Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan
kartu keluarga sejahtera (KKS). Melalui ketiga kartu tersebut pemerintah berharap
dapat meningkatkan kesejahteraan publik.
Satu tahun berjalannya program pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan publik melalui tiga kartu yang diterbitkan, namun tingkat kepuasan

publik terhadap program kesehatan secara khususnya mengalami penurunan.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Indobarometer, responden yang puas dan

Universitas Sumatera Utara

15

sangat puas terhadap kementerian kesehatan 37,8 %, sedangkan yang tidak puas
15,5 %. Sisanya tidak tahu ataupun tidak menjawab. Adapun salah satu faktor
paling tidak disukai adalah masih rumitnya pelayanan kesehatan. Padahal program
kesehatan merupakan urutan pertama dari program pemeritah yang paling disukai
oleh masyarakat diatas program pendidikan dan pengentasan kemiskinan (disadur
dari majalah Gatra edisi 29 Oktober – 4 November 2015).
Program pemerintah dengan mengeluarkan tiga kartu untuk peningkatan
kesejahteraan publik ada berbagai kalangan menilai program ini masih belum
menyentuh kepada tingkat kesejahteraan masyarakat. Misalnya Direktur Yayasan
Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia, Marius Widjajarta menilai bahwa
setahun kabinet kerja di bidang kesehatan tidak jelas. Marius juga menilai,
pemerintah hanya fokus pada program kuratif dan rehabilitatif, tapi tidak pada
promotif dan preventif. Selain itu program pemerintah yang mengeluarkan kartu

Indonesia Sehat juga dirasa tidak jelas dan tumpang tindih dengan Jaminan
Kesehatan Nasional yang sebelumnya sudah berjalan terlebih dahulu (disadur dari
majalah Gatra edisi 29 Oktober – 4 November 2015).
Implementasi dari program tersebut, berdasarkan data yang diolah oleh
majalah Gatra ketersedian tenaga kesehatan di Puskesmas masih kekurangan
tenaga kerja. Dokter umun di puskesmas dibutuhkan 2.514 tenaga kerja lagi untuk
memenuhi kebutuhan akan dokter umum. Dokter gigi, perawat, bidan, tenaga
kefarmasian, kesehatan masyarakat, sanitarian, tenaga gizi, ahli lab medik
ketersediaannya di puskesmas juga masih kurang dari jumlah kebutuhan yang
seharusnya. Dari 9.655 Puskesmas yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia,
masih mengalami kekurangan sebanyak 43.867 tenaga kerja bidang kesehatan.
Saat ini yang tersedia hanya 286.574 orang tenaga kerja yang bekerja pada
puskesmas (disadur dari majalah Gatra edisi 29 Oktober – 4 November 2015).
Selain puskesmas, kurangnya tenaga kerja kesehatan juga dialami di
rumah sakit. Dari 2.368 rumah sakit yang tersebar di sejumlah wilayah di
Indonesia, ketersediaan tenaga kerja kesehatan hanya 235.993 orang dengan
kekurangan yang masih dibutuhkan lebih dari setengah jumlah tenaga kerja yang
tersedia, yaitu 153.285 orang. Masih banyak pekerjaan rumah pemerintahan
kabinet kerja pada bidang kesehatan. Persoalan yang tidak kalah penting adalah


Universitas Sumatera Utara

16

kematian ibu dan bayi. Setiap tahunnya, di Indonesia ada 72.000 bayi yang
meninggal. Artinya setiap tujuh menit ada satu bayi yang meninggal. Kemudian
angka kematian ibu di Indonesia mencapai 346 orang per 100.000 kelahiran.
Selama sepuluh tahun terakhir angka kematian ibu dan bayi ini tidak juga
menurun, artinya masih berada pada level yang sama. Penekanan angka kematian
ibu dan bayi merupakan pekerjaan rumah yang harus segera dilakukan oleh
pemerintah. Namun banyak pihak masih meragukan hal ini sulit terwujud,
mengingat minimnya jumlah tenaga kerja kesehatan serta tidak meratanya
pembagian merupakan salah satu faktor munculnya keraguan tentang penurunan
angka kematian ibu dan bayi. Pada sisi yang lain, persoalan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) belum semua warga Indonesia memilikinya, padahal JKN
menjamin ibu hamil serta persalinan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah
belum serius mengangani persoalan di bidang kesehatan masyarakat. Padahal
kesehatan sangat penting bagi masyarakat. Masyarakat akan terhambat melakukan
segala sesuatunya jika keadaannya sakit. Kesejahteraan masyarakat juga akan
mempengaruhi kesehatan masyarakat tersebut, oleh karena itu kesejahteraan

masyarakat dan juga kesehatan adalah salah satu hal yang penting diperhatikan
oleh pemerintah.
Media massa memiliki fungsi mendidik, menghibur, menginformasikan,
membujuk, dan kontrol sosial. Fungsi media sebagai alat kontrol sosial berperan
penting dalam pengawasan terhadap kinerja pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf
Kalla. Media massa berperan mengawasi dan kemudian memberitakannya kepada
masyarakat mengenai kinerja pemerintahan. Dalam menjalankan fungsinya, media
massa tatkala dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu boleh jadi sebuah media
dipengaruhi oleh berbagai faktor internal berupa kebijakan redaksional tertentu
mengenai suatu kekuatan politik, kepentingan politik para pengelola media, relasi
media dengan sebuah kekuatan politik tertentu, dan faktor eksternal seperti
tekanan pasar pembaca atau pemirsa, sistem politik yang berlaku, dan kekuatankekuatan luar lainnya (Hamad,2004:2-3).
Tidak dapat dipungkiri perjalanan media massa di Indonesia masih saja
dibayang-bayangi oleh kepentingan kelompok tertentu. Pada era Orde Baru yang
berkuasa atas Indonesia selama 32 tahun menggunakan media massa nasional

Universitas Sumatera Utara

17


sebagai alat propaganda pemerintah. Bahkan pemberitaan yang ditayangkan pada
saat itu harus melewati seleksi dari pemeritah kemudian ditayangkan sehingga
berita yang tayang adalah berita yang berpihak terhadap pemerintah. Berita yang
mengkritisi pemerintah tidak akan pernah tayang. Beralih ke era kebebasan saat
ini, selepas pemerintahan orde baru media massa masih saja dibayang-bayangi
oleh kepentingan kelompok tertentu. Jika orde baru dibawah kendali kepentingan
pemerintahan Soeharto, di era ini media berada dibawah kendali kepentingan
pemilik media.
Roy Thaniago, Direktur Remotivi periode tahun 2010-2015 (dalam Arief
dan Wisnu, 2015:7) mengatakan bahwa ―di era kebebasan ini, kaum oligarki
melalui industri media berkuasa dengan merumuskan percakapan ratusan juta
warga Indonesia. Media mengatur apa yang seharusnya dibicarakan dan apa yang
dihindari untuk dibicarakan. Agenda publik menjadi pengejawantahan agenda
pemilik modal. Ruang publik disesaki oleh kepentingan elit untuk melayani nafsu
ekonomi-politiknya. Kerja media dioperasikan dengan bersandar semata-mata
pada pasar.‖
Salah satu media massa nasional yang ada sejak pemerintahan orde baru
hingga kini adalah majalah berita mingguan Gatra. Majalah Gatra terbit karena
pembredelan yang dilakukan pemerintahan orde baru terhadap majalah Tempo.
Cikal bakal diterbitkannya majalah Gatra didasari atas sikap dari para awak

majalah Tempo yang memilih untuk menerima pembredelan dan menerbitkan
majalah baru dengan format baru. Hingga pada tanggal 19 November 1994
diterbitkannyalah majalah Gatra. Awal berdirinya majalah Gatra menuai pro
kontra. Beberapa kalangan melihat, majalah Gatra merupakan alat corong
pemerintah untuk mengatur pemberitaan, Gatra juga dianggap merupakan simbol
kekuasaan pemerintah karena didanai oleh Bob Hasan yang dekat dengan
pemerintah saat itu. Sedangkan pihak yang pro Gatra menganggap kemunculan
Gatra merupakan kehendak sejarah setelah majalah Tempo dibreidel oleh
pemerintah
Struktur pemberitaan majalah Gatra memprioritaskan berita politik,
ekonomi, hukum, bisnis, dan sosial. Sedangkan berita hiburan yang sifatnya
lifesytle, olahraga, kesehatan, menempati porsi sekunder. Sebagai majalah berita,

Universitas Sumatera Utara

18

dalam menampilkan pemberitaan, Gatra mengkombinasikan unsur aktualitas
peristiwa mingguan dengan peliputan mendalam (indepth coverage) dan
penulisannnya dengan bentuk feature. Struktur pemberitaannya meliputi laporan

utama yang merupakan perhatian Gatra terhadap sebuah peristiwa mingguan
tertentu, laporan khusus sebagai kaitan laporan utama atau berita penting
mingguan lainnya, berita ekonomi yang mengulas perkembangan ekonomi makro
maupun mikro, bisnis, kemudian ragam dan olahraga yang merupakan
komplementer.
Peringatan satu tahun kabinet kerja pada 21 Oktober 2015 ternyata
memiliki nilai berita yang sangat tinggi bagi majalah berita mingguan Gatra dan
menjadikan momentum tersebut sebagai edisi khusus dengan tema ―Satu Tahun
Kabinet Kerja‖. Terbukti dari majalah Gatra edisi 29 Oktober 2015 - 4 November
2015 terdapat 50 berita mengenai satu tahun kabinet kerja yang dibagi dalam
beberapa segmen, seperti: nasional, ekonomi, hukum, kesehatan, sosial. Selain
mengenai pemberitaan satu tahun kabinet kerja, Gatra juga mencantumkan hasil
wawancara langsung dengan presiden dan wakil presiden, dan juga sejumlah
menteri kabinet kerja ke dalam majalahnya.
Struktur pemberitaan yang dimiliki oleh majalah Gatra memiliki pengaruh
terhadap pemberitaan tentang laporan utama satu tahun kabinet kerja. Hal ini
dapat dilihat dari peletakan halaman dan juga jumlah berita dari setiap segmen
yang dibuat oleh majalah Gatra. Segmen tentang politik, nasional, ekonomi, dan
hukum berada di halaman-halaman depan majalah Gatra, sedangkan segmen
kesehatan dan kesejahteraan sosial berada pada halaman belakang majalah Gatra.

Selain itu dari sisi jumlah juga menunjukkan bahwa Gatra lebih memprioritaskan
tentang politik, ekonomi, hukum, dan nasional sedangkan berita hiburan yang
sifatnya lifesytle, olahraga, kesehatan, menempati porsi sekunder. Terbukti dari
jumlah berita tentang kesehatan dan kesejahteraan sosial hanya berjumlah 5 berita.
Berdasarkan hal di atas, dapat dilihat bahwa struktur pemberitaan majalah
Gatra ternyata berpengaruh terhadap bagaimana majalah Gatra memberitakan
momentum peringatan satu tahun kabinet kerja. Pemberitaan terkait bidang
kesehatan dan kesejahteraan sosial berada pada prioritas yang kedua. Padahal
kesehatan dan kesejahteraan sosial juga begitu penting bagi informasi untuk

Universitas Sumatera Utara

19

masyarakat terkhususnya pemberitaan mengenai program pemerintah bidang
kesehatan dan kesejahteraan sosial yang sedang diminati oleh masyarakat
dibandingkan program pemerintah lainnya.
Selain struktur pemberitaan yang dimiliki oleh majalah Gatra, catatan
sejarah berdirinya majalah Gatra mungkin berpengaruh terhadap gaya penulisan
ataupun keberpihakan majalah Gatra dalam menuliskan berita satu tahun kabinet
kerja. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pada awal berdirinya majalah Gatra
dibiayai oleh Bob Hasan yang dekat dengan pemerintahan orde baru, yang
berdasarkan catatan sejarah bahwa pemerintahan orde baru dikuasai Partai Golkar.
Keadaan tersebut berpengaruh terhadap gaya penulisan majalah Gatra, sehingga
pada saat itu muncul pendapat dari beberapa kalangan bahwa majalah Gatra pada
saat itu adalah alat dari pemerintah. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk
mengetahui gaya penulisan dan juga ingin mengetahui keberpihakan media
tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti tertarik
untuk menganalisis bagaimana pemberitaan peringatan satu tahun kabinet kerja
dalam majalah berita mingguan Gatra edisi 29 Oktober 2015 – 4 Nobember 2015
terkait bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial dengan menggunakan analisis
framing model analisis framing Robert Entman.
1.2 Fokus Masalah
Fokus Masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat
pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicari jawabannya atau juga dinyatakan
bahwa perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan terinci
mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan
pembatasan masalah (Pohan, dkk, 2012: 10).
Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan, Peneliti merumuskan
bahwa fokus masalah yang akan diteliti adalah ―Bagaimanakah majalah berita
mingguan Gatra membingkai peristiwa dalam pemberitaan satu tahun kabinet
kerja terkait bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial?‖

Universitas Sumatera Utara

20

1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini perlu dibuat guna menghindari
ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan agar penelitian lebih fokus terhadap
permasalahan yang sedang diteliti. Pembatasan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.

Penelitian hanya dilakukan pada majalah berita mingguan Gatra.

2.

Penelitian hanya dilakukan pada pemberitaan mengenai satu tahun
kabinet kerja pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla terkait
bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial.

3.

Penelitian dilakukan pada majalah berita mingguan Gatra yang terbit
tanggal 29 Oktober – 4 November 2015.

4.

Penelitian ini menggunakan analisis framing dengan menggunakan
model analisis framing Robert Entman.

1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Untuk mengetahui cara Majalah Berita Mingguan Gatra membingkai
berita mengenai satu tahun kabinet kerja pemerintahan Joko Widodo
dan Jusuf Kalla.

2.

Untuk melihat keberpihakan Majalah Berita Mingguan Gatra dalam
memberitakan satu tahun kabinet kerja pemerintahan Jokowi-Jusuf
Kalla.

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperluas atau
menambah khasanah penelitian komunikasi

dan menambah

pengetahuan dan pengalaman ilmu mahasiswa di Departemen Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
2.

Secara teoritis, untuk menerapkan ilmu yang didapat selama
menjadi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU serta

Universitas Sumatera Utara

21

menambah cakrawala dan wawasan peneliti mengenai analisis berita
menggunakan analisis framing.
3.

Secara praktis, menjadi bahan masukan untuk perbaikan kepada
siapa saja yang tertarik pada berita jurnalistik serta memberikan
masukan kepada bidang yang bergerak di dunia jurnalistik termasuk
juga Majalah Berita Mingguan Gatra.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN SATU TAHUN PEMERINTAH SBY BUDIONO DI HARIAN MEDIA INDONESIA

0 9 97

Konstruksi Pemberitaan Tentang Ahmadiyah (Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Ahmadiyah Pada Majalah Gatra Edisi Bulan Juli s/d Agustus 2005)

7 59 101

Konstruksi Pemberitaan Satu Tahun Kabinet Kerja di Media Massa Nasional (Analisis Framing Robert Entman Mengenai Pemberitaan Satu Tahun Kabinet Kerja di Majalah Gatra)

0 0 12

Konstruksi Pemberitaan Satu Tahun Kabinet Kerja di Media Massa Nasional (Analisis Framing Robert Entman Mengenai Pemberitaan Satu Tahun Kabinet Kerja di Majalah Gatra)

0 0 2

Konstruksi Pemberitaan Satu Tahun Kabinet Kerja di Media Massa Nasional (Analisis Framing Robert Entman Mengenai Pemberitaan Satu Tahun Kabinet Kerja di Majalah Gatra)

0 1 20

Konstruksi Pemberitaan Satu Tahun Kabinet Kerja di Media Massa Nasional (Analisis Framing Robert Entman Mengenai Pemberitaan Satu Tahun Kabinet Kerja di Majalah Gatra)

0 0 2

Konstruksi Pemberitaan Satu Tahun Kabinet Kerja di Media Massa Nasional (Analisis Framing Robert Entman Mengenai Pemberitaan Satu Tahun Kabinet Kerja di Majalah Gatra)

0 0 3

Analisis Framing Pemberitaan Tiga Tahun Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla di Majalah Gatra

0 0 14

POLITIK PEMBERITAAN JOKOWI DI MEDIA MASSA (Analisis Framing Politik Pemberitaan Jokowi di Majalah Tempo Edisi Januari-Juli 2014)

0 0 6

KONSTRUKSI DISKRIMINASI PEREMPUAN DALAM PEMBERITAAN KRIMINAL DI KOMPAS.COM (Analisis Framing Robert N Entman)

0 1 118