Hubungan Supervisi Kepala Ruangan Dengan Pelaksanaan Five Moments Hand Hygiene Perawat di RSUP Haji Adam Malik Medan

8

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Supervisi
2.1.1. Pengertian Supervisi
Supervisi berasal dari kata super (bahasa Latin yang berarti di atas)
dan videre (bahasa Latin yang berarti melihat), bila dilihat dari kata aslinya,
supervisi berarti melihat dari atas (Suarli & Bahtiar, 2012). Supervisi
merupakan suatu kegiatan yang mengandung dua dimensi pelaku, yaitu
pimpinan dan anggota atau orang yang disupervisi (Arwani & Supriyatno,
2006).
Supervisi klinis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
proses formal dalam dukungan profesional dan pembelajaran yang
memungkinkan individu untuk mengembangkan pengetahuan dan kompetensi,
mengambil tanggung jawab untuk praktek mereka dan meningkatkan
perlindungan dan keamanan perawatan dalam situasi klinis yang kompleks
Royal College of Nursing (RCN, 1999). Depkes (2000 dalam Nursalam, 2007)
menyatakan bahwa supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan
pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan mencakup pelayanan

keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat
pelayanan yang bermutu.

8

Universitas Sumatera Utara

9

2.1.2. Tujuan dan Manfaat Supervisi
(Health Education and Training Institute, 2012) menyatakan tujuan
supervisi klinis adalah meningkatkan kualitas perawatan dan pengobatan
pasien melalui praktek klinis, memfasilitasi pembelajaran dan pengembangan
profesional, dan mempromosikan kesejahteraan staf melalui pemberian
dukungan. Nursalam (2007) menyatakan bahwa tujuan supervisi adalah
pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus
pada kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan perawat dalam melaksanakan
tugas.
Tujuan supervisi diarahkan pada kegiatan mengorientasikan, melatih,
dan memberikan arahan kepada staf dan pelaksana keperawatan dalam

pelaksanaan kegiatan sebagai upaya untuk menimbulkan kesadaran dan
mengerti peran serta fungsinya sebagai staf, dan difokuskan pada pemberian
pelayanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan (Arwani & Supriyatno, 2005).
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak
manfaat Manfaat tersebut adalah seperti dapat meningkatkan efektifitas kerja.
Peningkatan efektivitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan
suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan. Manfaat
supervisi selanjutnya adalah dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja.
Peningkatan efisiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya

Universitas Sumatera Utara

10

kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga,
harta, dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah (Suarli & Bahtiar, 2009).

2.1.3. Fungsi Supervisi

Health education and training institute (2012) menyatakan bahwa
ada 3 fungsi supervisi, yaitu :
a. Pendidikan (Formative) yang meliputi mengembangan pendidikan setiap
pekerja dengan cara memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk
meningkatkan potensi mereka.
b. Mendukung (Restorative) yang meliputi memelihara hubungan kerja yang
harmonis, mendukung semangat juang pekerja, dan mengembangkan rasa
profesional diri.
c. Administratif (Normatif) yang meliputi promosi dan pemeliharaan standar
kerja yang baik, manajemen beban kerja, tinjauan dan penilaian kerja, dan
mengatasi masalah organisasi.

2.1.4. Prinsip-Prinsip dalam Supervisi
Suyanto (2009) menyatakan bahwa tugas supervisi dapat
dijalankan dengan baik apabila seorang supervisor memahami prinsipprinsip supervisi dalam keperawatan yaitu, didasarkan atas hubungan
profesional dan bukan pribadi, kegiatan direncanakan secara matang,
bersifat edukatif, supporting dan informal, memberikan perasaan aman
pada staf dan pelaksana keperawatan, membentuk hubungan kerjasama
yang demokratis antara supervisor dan staf, harus objektif dan sanggup


Universitas Sumatera Utara

11

mengadakan “self evaluation”, harus progresif, inovatif, fleksibel dan
dapat

mengembangkan

disupervisi,

konstruktif

kelebihan
dan

kreatif

masing-masing
dalam


perawat

mengembangkan

yang
diri

disesuaikan dengan kebutuhan, serta dapat meningkatkan kinerja bawahan
dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
2.1.5. Pelaksana Supervisi (Supervisor)
Suarli dan Bahtiar (2012) menyatakan bahwa yang bertanggung
jawab untuk melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki
kelebihan dalam organisasi. Idealnya, kelebihan tersebut tidak hanya
dari aspek status dan kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan
keterampilan. Nursalam (2007) menyatakan bahwa supervisi keperawatan
dilaksanakan oleh personil atau bagian yang bertanggung jawab antara
lain:
2.1.5.1. Kepala Ruangan
Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan

keperawatan yang diberikan pada pasien di ruang perawatan yang
dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam
memberikan asuhan keperawatan di ruang perawatan sesuai dengan
tugas yang didelegasikan.
2.1.5.2. Pengawas perawatan
Pengawas perawatan bertanggung jawab dalam melakukan
supervisi pelayanan kepada kepala ruangan yang ada di instalasinya.

Universitas Sumatera Utara

12

2.1.5.3. Kepala seksi keperawatan
Kepala

seksi

keperawatan

mengawasi


instalasi

dalam

melaksanakan fungsi tugas secara langsung dan seluruh perawat secara
tidak langsung.
2.1.6. Sasaran Supervisi
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan (Suarli
& Bahtiar, 2009). Supervisi yang dilakukan memiliki target tertentu
yang akan dicapai. Sasaran yang menjadi target dalam kegiatan supervisi
adalah terbentuknya staf yang berkualitas yang dapat dikembangkan
secara sistematis dan berkesinambungan, penggunaan alat yang efektif
dan

ekonomis, tersedianya

sistem


dan

prosedur

yang

tidak

menyimpang, adanya pembagian tugas dan wewenang yang proporsional,
dan tidak terjadinya penyelewengan kekuasaan, kedudukan, dan keuangan
(Arwani & Supriyatno, 2005).
2.1.7. Tugas Supervisor
Peran Supervisor adalah membantu peserta didik untuk mencapai
tujuan mereka dengan bertindak sebagai konselor, fasilitator dan penasihat
(Abiddin, 2008). Suyanto (2009) menyatakan bahwa tugas supervisor
adalah mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman dan
aman, efektif dan efisiensi. Oleh karena itu tugas supervisi adalah:
a. Mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan terutama
pegawai baru.


Universitas Sumatera Utara

13

b. Melatih staf dan pelaksana keperawatan.
c. Memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari,
mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan
keperawatan.
d. Memberikan pelayanan bimbingan kepada pelaksana keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan.

2.1.8. Kompetensi Supervisor
Arwani dan Supriyatno (2005) menyatakan bahwa tidak mudah
menjadi seorang supervisor yang baik. Supervisor yang baik tahu kapan
harus memberikan arahan dan menyesuaikan tingkat dukungan yang
diberikan (Health Education and Training Institute, 2012). Seorang
supervisor harus mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang
nyaman agar proses supervisi dapat berjalan dengan baik (Mulyaningsih,
2013).
Supervisor harus memiliki sejumlah kompetensi yang sesuai

(Suyanto, 2009). Seorang supervisor keperawatan dalam menjalankan
tugasnya sehari-hari harus memiliki kemampuan dalam hal :
a. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat
dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan.
b. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksana
keperawatan.
c. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada
staf dan pelaksana keperawatan.

Universitas Sumatera Utara

14

d. Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok).
e. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan
pelaksana keperawatan.
f. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.
g. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan
lebih baik.


2.1.9. Teknik Supervisi
Menurut Suarli dan Bahtiar (2012) teknik pokok supervisi pada
dasarnya mencakup empat hal yaitu menetapkan masalah dan prioritasnya,
menetapkan penyebab masalah, melaksanakan jalan keluar, menilai hasil
yang dicapai untuk tindak lanjut. Supervisi dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu:
2.1.9.1.Supervisi Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang
sedang berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan,
umpan balik, dan perbaikan (Nursalam, 2007). Proses supervisi
langsung, dapat dilakukan dengan cara perawat pelaksana melakukan
secara mandiri suatu tindakan keperawatan didampingi supervisor
(Arwani & Supriyano, 2006).
Supervisi langsung sangat penting dan bisa mempengaruhi
hasil positif dan pengembangan peserta pelatihan, terutama bila
dikombinasikan dengan fokus umpan balik (Kilminster et al, 2007).
Cara memberikan supervisi efektif adalah pengarahan harus lengkap

Universitas Sumatera Utara

15

dan mudah dipahami, menggunakan kata-kata yang tepat, berbicara
dengan jelas dan lambat, berikan arahan yang logis, hindari banyak
memberikan arahan pada satu waktu, pastikan arahan yang diberikan
dapat dipahami, pastikan bahwa arahan yang diberikan dilaksanakn
atau perlu tindak lanjut (Suyanto, 2009).
2.1.9.2.Supervisi Tidak Langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun
lisan (Nursalam, 2007). Supervisi dapat juga dilakukan dengan
menggunakan laporan lisan seperti saat timbang terima shift, ronde
keperawatan maupun rapat dan bilamana memungkinkan memanggil
secara khusus para ketua tim dan kepala ruangan (Suyanto, 2009).
Supervisi

tidak

langsung

memungkinkan terjadinya salah

pengertian

dan salah persepsi karena supervisor tidak melihat

secara langsung kegiatan-kegiatan yang dilakukan (Arwani &
Supriyatno, 2005).

2.2.Pelaksanaan Five Moments Hand Hygiene
2.2.1. Konsep Hand Hygiene
Mencuci tangan (Hand hygiene) adalah istilah yang digunakan pada
tindakan

membersihkan

tangan

dari

mikroorganisme

dengan

menggunakan air dan sabun antiseptic ataupun menggunakan alcohol
handrub (WHO, 2009). Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang

paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi

Universitas Sumatera Utara

16

(Potter & Perry, 2005). Mencuci tangan bertujuan untuk membuang
kotoran dan organisme yang menempel dari tangan dan mengurangi
jumlah mikroba pada saat itu (Potter & Perry, 2005).
Hand Hygiene dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan
Handwashing dan handrub. Handwasing adalah mencuci tangan dengan

menggunakan air dan sabun. Handwashing sebaiknya dilakukan ketika
tangan terlihat kotor, setelah terpapar dengan darah atau cairan tubuh
lainnya, dan setelah menggunakan toilet. Cara yang kedua adalah
handrub yaitu membersihkan tangan dengan menggunakan formulasi

berbasis alkohol. Handrub dapat dilakukan jika tangan tidak tampak kotor
(WHO, 2009).
2.2.2. Prosedur Enam Langkah Hand Hygiene
a. Gosok tangan dengan posisi telapak tangan pada telapak tangan
b. Telapak kanan di atas punggung tangan kiri dengan jari-jari saling
menjalin dan sebaliknya
c. Telapak pada telapak dengan jari-jari saling menjalin
d. Punggung jari-jari pada telapak tangan berlawanan dengan jari-jari
saling mengunci
e. Gosok memutar dengan ibu jari tangan kanan mengunci pada telapak
kiri dan sebaliknya
f. Gosok memutar, ke arah belakang dan ke arah depan dengan jari-jari
tangan kanan mengunci pada telapak tangan kiri dan sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara

17

2.2.3. Five moments Hand Hygiene
Pada tahun 2009, WHO mencetuskan global patient safety challenge
dengan clean care is safe care, yaitu merumuskan inovasi strategi
penerapan hand hygiene untuk petugas kesehatan dengan My five moments
for hand hygiene. Indikasi

five moments hand hygiene yang dimaksud

meliputi:
2.2.3.1.Sebelum kontak dengan pasien
Mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien bertujuan untuk
mencegah terjadinya perpindahan mikroorganisme dari tangan perawat
ke tubuh pasien. Contoh tindakan dari indikasi ini adalah sebelum
berjabat tangan dengan pasien, sebelum membantu pasien melakukan
aktivitas

pribadi, seperti bergerak, mandi, makan, dan berpakaian,

sebelum memberikan perawatan dan tindakan non-invasif, seperti
pemasangan

masker

oksigen

dan

melakukan

masase,

sebelum

melakukan pemeriksaan fisik non-invasif, seperti memeriksa nadi,
memeriksa tekanan darah, auskultasi dada, dan merekam EKG.
2.2.3.2.Sebelum tindakan asepsis
Mencuci tangan sebelum melakukan prosedur bersih/ aseptik
bertujuan

untuk mencegah perpindahan mikroorganisme melalui

prosedur yang dilakukan perawat ke pasien. Contoh tindakan dari
indikasi ini adalah sebelum menyikat gigi pasien, memberikan obat
tetes mata, pemeriksaan vagina atau rektal, memeriksa mulut,

Universitas Sumatera Utara

18

hidung, telinga dengan atau tanpa instrumen, memasukkan suppositori/
alat kontrasepsi, dan melakukan suctionmukus, sebelum membalut luka
dengan

atau

tanpa

insrumen, pemberian salep pada kulit, dan

melakukan injeksi perkutan, sebelum memasukkan alat medis invasif
(nasal kanul, Nasogastric Tube (NGT), Endotracheal Tube (ETT),
periksa urin,

kateter,

dan drainase),

melepas/

membuka

selang

peralatan medis (untuk makan, pengobatan, pengaliran, penyedotan,
dan pemantauan), sebelum mempersiapkan makanan, obat-obatan, dan
peralatan steril.
2.2.3.3.Setelah terkena cairan tubuh pasien
Mencuci tangan setelah terpapar cairan tubuh pasien bertujuan
untuk melindungi petugas kesehatan dari infeksi oleh kuman berbahaya
dari tubuh pasien dan mencegah penyabaran kuman di lingkungan
perawatan pasien. Contoh tindakan dari indikasi ini adalah ketika
kontak dengan membran mukosa atau dengan kulit yang tidak utuh,
setelah melakukan injeksi; setelah pemasangan dan pelepasan alat medis
invasif (akses ke pembuluh darah, kateter, selang, dan drainase),
setelah melepas dan membuka selang yang terpasang dalam tubuh,
setelah melepaskan peralatan medis invasif, setelah
perlindungan
menangani

(serbet,
sampel

membersihkan

gaun,

yang

ekskresi

alat

dan handuk pengering), setelah

mengandung
dan

melepas

cairan

bahan

organik, setelah

tubuh

lainnya, setelah

Universitas Sumatera Utara

19

membersihkan

benda

atau

peralatan

yang terkontaminasi

(sprei

tempat tidur yang kotor, gigi palsu, instrumen, dan urinal).
2.2.3.4.Setelah kontak dengan pasien
Mencuci tangan setelah kontak dengan pasien bertujuan untuk
melindungi perawat dari kuman yang berada di tubuh pasien dan
melindungi penyebaran kuman di lingkungan perawatan pasien. Contoh
tindakan dari indikasi ini adalah setelah berjabat tangan, setelah
membantu

pasien

melakukan

aktivitas

pribadi, seperti bergerak,

mandi, makan, dan berpakaian, setelah melakukan perawatan dan
tindakan non-invasif lainnya, seperti pemasangan masker oksigen dan
melakukan masase, setelah melakukan pemeriksaan fisik non-invasif,
seperti memeriksa nadi, memeriksa tekanan darah, auskultasi dada, dan
merekam EKG.
2.2.3.5.Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Mencuci tangan setelah menyentuh peralatan di sekitar pasien
bertujuan untuk melindungi petugas kesehatan dari kuman yang
mungkin ada pada permukaan/ benda di lingkungan sekitar pasien dan
untuk melindungi dari penyebaran kuman dingkungan perawatan.
Contoh tindakan dari indikasi ini adalah setelah melakukan kegiatan
yang melibatkan kontak fisik langsung dengan lingkungan pasien,
seperti mengganti sprei tempat tidur, memegang rel tempat tidur, dan
membersihkan meja di sebelah tempat tidur pasien, setelah melakukan
kegiatan

perawatan, seperti mengatur

kecepatan perfusi, dan

Universitas Sumatera Utara

20

membenahi alarm pemantauan, setelah

kontak lainnya

dengan

permukaan atau benda di sekitar pasien (sebaiknya menghindari
kegiatan yang tidak diperlukan) seperti, bersandar pada tempat tidur dan
meja pasien.

Universitas Sumatera Utara