T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Wacana Citra Tokoh Utama Perempuan pada Sastra Populer: Analisis Wacana Kritis Model Sara Mills pada Novel Tetralogi 4 Musim Karya Ilana Tan T1 BAB V

BAB V WACANA CITRA TOKOH UTAMA PEREMPUAN DALAM NOVEL

TETRALOGI 4 MUSIM KARYA ILANA TAN

  Bab ini akan diuraikan mengenai analisis dan juga pembahasan penelitian. Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis Sara Mills yang mana memiliki titik perhatian pada feminisme, yaitu bagaimana perempuan dimunculkan dalam sebuah teks, gambar, dan media lainnya. Di dalam model ini juga nantinya bisa diketahui bagaimana aktor di dalam teks, serta mengetahui bagaimana posisi pembaca nantinya. Berikut tabel yang peneliti gunakan untuk mengetahui bagaimana wacana citra perempuan pada Novel Tetralogi Empat Musim Karya Ilana Tan.

  Tabel 5.1 Kerangka Analisis Sara Mills

  Tingkat

  Yang Ingin Dilihat

  Posisi

  Bagaimana peristiwa dilihat, dari kacamata siapa

  Subjek-objek

  persitiwa itu dilihat. Siapa yang diposisikan sebagai pencerita (subjek) dan siapa objek yang diceritakan. Apakah masing-masing aktor dan kelompok sosial mempunyai kesempatan untuk menampilkan dirinya sendiri, gagasannya, ataukah kehadirannya, gagasannya ditampilkan oleh kelompokorang lain.

  Posisi Penulis – Pembaca Bagaimana posisi pembaca ditampilkan dalam

  teks. Bagaimana pembaca memposisikan dirinya dalam teks yang ditampilkan. Kepada kelompok manakah pembaca mengidentifikasikan dirinya.

  Sumber: Sumber: Eriyanto. 2011. Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media.Yogyakarta. LkiS.hlm 211

  Dari tabel diatas, peneliti dapat mengetahui pemposisian subjek dan objek dalam cerita, serta bagaimana penulis novel memunculkan laki-laki dan perempuan dalam cerita. Sehingga dalam cerita pada novel, dapat diketahui nantinya dimana keberpihakan teks, apakah pada posisi perempuan, laki-laki atau keduanya memiliki kapasitas yang sama dalam teks. Pada bagian kedua, peneliti juga dapat mengetahui pembaca diarahkan untuk menjadi pihak laki-laki atau perempuan melalui teks dan adegan yang dimunculkan oleh penulis novel. Hal tersebut dapat diketahui melalui kalimat-kalimat yang telah peneliti seleksi dari dalam teks di dalam novel.

  5.1 Analisis Novel Tetralogi 4 Musim Dalam analisis keempat novel ini, peneliti mendapatkan hasil posisi perempuan berdasarkan kerangka analisis Sara Mills yaitu

  Tabel 5.2

  Hasil Analisis Novel tetralogi 4 Musim Karya Ilana Tan dengan Kerangka Sara

  Mills

  Tokoh Utama Perempuan Subjek Objek Penulis Pembaca Sandy

  Objek

  Pembaca digiring untuk berada

  (Summer in Seoul)

  pada posisi tokoh laki-laki “melihat

  tokoh utama

  Pembaca digiring untuk berada

  (Autumn in Paris)

  pada posisi tokoh laki-laki. “melihat

  tokoh utama

  Pembaca digiring untuk berada

  (Winter in Tokyo)

  pada posisi tokoh laki-laki. “melihat

  tokoh utama

  Pembaca digiring untuk berada

  (Spring in London)

  pada posisi tokoh laki-laki.

  “melihat

  tokoh utama

  perempuan” Sumber: Hasil Analisis (2017)

  Berikut secara rinci akan ditampilkan oleh peneliti, kailmat mana yang merujuk pada posisi objek, dan pemposisian pembaca.

  a Analisis Novel Summer in Seoul Sandy tokoh utama perempuan di novel Summer in Seoul digambarkan oleh penulis novel sebagai gadis keturunan Korea Indonesia. Tetapi disini secara rinci penulis tidak terlalu memberikan detail fisik dari seorang Sandy. Hanya beberapa kali Sandy digambarkan memiliki rambut sebahu, dengan jenis rambut ikal. Tinggi badan Sandy juga digambarkan bertubuh kecil. Dan tokoh Sandy digambarkan memiliki mata yang bulat, tidak seperti orang Korea yang biasanya memiliki mata sipit. Sandy pada cerita adalah gadis yang bekerja paruh waktu sebagai asisten dari perancang busana terkenal di Korea dtengah kesibukannya sebagai mahasiswa.

  Pada novel Summer in Seoul ini, Sandy yaitu ditampilkan sebagai objek cerita. Dialog dan narasi lebih menunjukkan Sandy sebagai objek cerita. Sedangkan sosok pencerita disini adalah penulis serta tokoh-tokoh lain yang ada pada novel Summer in Seoul. Jung Tae Wo dan Park Hyun Shik lah yang mendominasi sebagai subjek cerita walaupun pada awal cerita tokoh Sandy sudah diberikan untuk tampil untuk mengambil keputusan pada cerita.

  Awal cerita Park Hyun Shik dan Jung Tae Wo memberikan tawaran kepada Sandy sebagai kekasih palsu Jung Tae Wo untuk menghindari gosip gay. Penerimaan tawaran itu tidak memaksa satu dengan yang lain. Penulis disini membiarkan Sandy untuk menerima tawaran dengan mudah, karena ada motif untuk mencari tahu bagaimana sikap Jung Tae Wo sebenarnya.Tawaran diterima Sandy setelah Jung Tae Wo mengatakan bahawa Sandy hanya perlu berfoto bersamanya, sehingga Sandy menerima tawaran itu tetapi dengan syarat wajahnya tidak terlihat agar orang tua Sandy tidak mengetahui. Disini Sandy masih diberikan kesempatan untuk muncul dalam teks sesuai kehendak dia. Namun setelah penerimaan tawaran tersebut, penulis kembali menghadirkan Jung Tae Wo Awal cerita Park Hyun Shik dan Jung Tae Wo memberikan tawaran kepada Sandy sebagai kekasih palsu Jung Tae Wo untuk menghindari gosip gay. Penerimaan tawaran itu tidak memaksa satu dengan yang lain. Penulis disini membiarkan Sandy untuk menerima tawaran dengan mudah, karena ada motif untuk mencari tahu bagaimana sikap Jung Tae Wo sebenarnya.Tawaran diterima Sandy setelah Jung Tae Wo mengatakan bahawa Sandy hanya perlu berfoto bersamanya, sehingga Sandy menerima tawaran itu tetapi dengan syarat wajahnya tidak terlihat agar orang tua Sandy tidak mengetahui. Disini Sandy masih diberikan kesempatan untuk muncul dalam teks sesuai kehendak dia. Namun setelah penerimaan tawaran tersebut, penulis kembali menghadirkan Jung Tae Wo

  Setelah penawaran tersebut diterima oleh Sandy, sosok Sandy berubah posisi menjadi objek cerita. Sandy berada pada posisi dimana ia diatur oleh Jung Tae Wo dan Park Hyun Shik seperti misalnya ketika Sandy harus pergi bersama Jung Tae Wo untuk diambil foto bersama, lalu ketika Sandy harus hadir disebuah acara amal agar Jung Tae Wo terlihat memiliki pacar perempuan. Posisi Jung Tae Wo pun diuntungkan karena gosip gay yang menimpa dia bisa hilang dengan kehadiran Sandy sebagai pacar palsunya.Sedangkan Sandy bisa dibilang tidak beruntung. Ia harus menjaga rahasia mengenai statusnya sebagai pacar palsu Jung Tae Wo, sekaligus menjaga agar wajahnya dan identitasnya tidak diketahui media terlebih orangtuanya. Walaupun dengan sadar menerima tawaran itu, tetapi disini Sandy dideskripsikan tidak serta merta “menikmati” keputusannya. Sandy berada pada posisi yang harus menuruti apa rencana dari Jung Tae Wo dan Park Hyun Shik. Berikut kalimat yang menunjukkan keadaan tersebut.

  Jung Tae-Woo terdiam sebentar, lalu berkata, “Malam ini jam tujuh kau harus ke rumah Hyun-Shik Hyong. Ada yang ingin dibicarakan. Mengerti?

  Wajah Sandy berubah kesal, tapi ia berkata, “Ya, ya, mengerti. Tapi rumahnya di mana?”

  Dari kalimat diatas bisa dilihat bagaimana Sandy tidak berkutik ketika Jung Tae Wo menyuruhnya untuk menuruti perintahnya. Sandy disini berada pada posisi objek dan Jung Tae Wo pada posisi subjek sehingga Sandy harus menuruti perintah Jung Tae Wo. Tidak ada perlawanan apapun dari Sandy pada saat Jung Tae Wo dan Park Hyun Shik memberikan sebuah perintah. Perintah untuk Sandy pun tidak bisa diprediksi, sehingga sosok Sandy disini dituntut untuk “selalu siap” saat Jung Tae Wo dan Park Hyun Shik memberikan tugas. Kata harus pada kalimat dibawah menunjukkan sebuah paksaan terhadap Sandy, dan kekuasaan yang dimiliki oleh Park Hyun Shik sebagai posisi dominan.

  Park Hyun-Shik menggeleng. “Tidak. Untuk saat ini kau boleh bersantai dulu. Meski kau harus tetap siap seandainya kami tiba-tiba Park Hyun-Shik menggeleng. “Tidak. Untuk saat ini kau boleh bersantai dulu. Meski kau harus tetap siap seandainya kami tiba-tiba

  Ketidakberuntungan juga muncul ketika identitas Sandy telah terbongkar oleh wartawan. Ketika identitas Sandy terbongkar, penulis tidak lantas membiarkan Sandy megatasinya sendiri. Alih-alih mengatasinya sendiri, Sandy melalui kalimat dibawah ini diambarkan sebagai orang yang tidak tahu apa yang harus ia kerjakan. Disini penulis malah menghadirkan Jung Tae Wo sebagai sosok “pahlawan” yang mana akan menyelesaikan masalah tersebut.

  “Tidak usah dipikirkan,” kata Tae-Woo pelan. “Kau akan baik-baik saja. Percayalah padaku.”

  Aku akan pastikan kau tidak mendapat masalah…. Mata Sandy tampak menerawang. Ia menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya pelan. “Aku tidak tahu,” sahutnya. “Banyak sekali yang kupikirkan sampai-sampai aku sendiri bingung.”

  Posisi Sandy semakin termarjinalkan karena artikel lain menguak keterkaitan Sandy dengan kakaknya yang meninggal saat jumpa fans yang diadakan oleh Jung Tae Wo, Sandy pun tidak diberi kesempatan untuk membuat klarifikasi terhadap prasangka wartawan. Berikut kalimat yang menyudutkan posisi Sandy yang dlakukan oleh wartawan melalui sebuah artikel.

  Siapa sebenarnya Han Soon-Hee? Kekasih Jung Tae-Woo atau seseorang yang ingin membalas dendam? ... Han Soon-Hee adalah adik penggemar Jung Tae-Woo yang meninggal dunia saat jumpa penggemar empat tahun lalu... Apa maksudnya mendekati Jung Tae-Woo? ...

  Membalas dendam atas kematian sang kakak... Jung Tae-Woo sudah tahu? Atau tidak... Sekadar menebus dosa? ... Rasa kasihan...

  Penulis disini hanya memberikan kesempatan Sandy untuk mengklarifikasi berita terebut kepada Jung Tae Wo, sedangkan untuk wartawan dan pemberitaan laiinnya penulis kembali menghadirkan Jung Tae Wo sebagai pemegang kendali.

  “Kau tidak usah khawatir,” kata Jung Tae-Woo dengan nada rendah. “Biar aku saja yang menyelesaikan masalah ini. Setelah itu kita akan bicara lagi. Kau... kau mau menunggu sampai saat itu?”

  Dari sini dapat diketahui bahwa subjek dalam novel Summer in Seoul adalah laki-laki, sedangkan objeknya adalah tokoh utama perempuan bernama

  Sandy. Di novel ini, hampir seluruh aktivitas yang Sandy lakukan dipengaruhi oleh tokoh lain yang menajadi subjek atau yang lebih dominan. Dari novel ini dapat diketahui bahwa sebagian besar masalah yang menimpa perempuan diatasi oleh pihak laki-laki. Perempuan disini digambarkan sebagai pihak yang bergantung kepada laki-laki.Menurut Soenarjati Djajanegara, ( 1995:110 dalam Sugihastuti, 2007 :300) salah satu sikap yang dilabelkan pada gender feminine ialah sikap keterantungan yang merupakan implikasi dari sika vicarious (melakukan sesuatu bagi orang lain). Menurut Soenarjati Dajajanegara, dalam nilai-nilai tradisional Amerika, sifat ini menjadi lumrah karena perempuan dianggap lemah, tidak berdaya tidak mampu bertindak, tidak berinisiatif, dan sebagainya.Perempuan pada akhirnya harus beragantung pada suami, anak laki- laki dan majikannya. Ketergantungan tersebut bisa berupa ekonomi,social, status,mental dan sebagainya.

  Sandy disini memiliki ketergantungan psikis kepada Jung Tae Wo yang diakibtkan kedekatan mereka. Walaupun awalnmya Jung Tae Wo hanya meminta bantuan Sandy, tapi mereka akhirnya memiliki hubungan lebih dari itu. Sandy digambarkan memiliki ketergantungan psikis terhadap Jung Tae Wo karena Jung Tae Wo lah sosok yang selalu ditampilkan sebegai “pahlawan” oleh penulis. Seperti ketika identitas Sandy terbongkar, lalu ketika artikel mengenai Sandy yang ingin balas dendam muncul di media, Jung Tae Wo lah yang berperan untuk menyelesaikannya. Bukan hanya itu ketika ada kebakaran di apartemen Sandy, Jung Tae Wo juga yang datang untuk memberikan pertolongan kepada Sandy. Hingga masalah demi masalah yang dialami Sandy pun dapat terselesaikan.

  Ketergantungan lainnya adalah ketergantungan psikis. Sandy pada cerita ini digambarkan memiliki perubahan mood ketika berurusan dengan Jung Tae Wo. seperti misalnya Sandy yang cemas karena sebulan tidak berhubungan dengan Jung Tae Wo bisa berubah tenang dan lega ketika akhirnya bisa melihat Jung Tae Wo. Akibat hubungan mereka yang dekat, Sandy memiliki ketergantungan emosional terhadap Jung Tae Wo yang mana bisa berubah kesal, cemas, senang dan sebagainya.

  Dari novel Summer in Seoul ini, dapat dilihat jika pembaca diarahkan untuk melihat dari sudut pandang laki-laki karena kemunculan Jung Tae Wo dan Park Hyun Shik lebih dominan dibandingkan Sandy dalam memunculkan dirinya sendiri. Sekalipun Sandy muncul, Sandy tidak dimunculkan sebagai subjek. Dan pengambil alih keputusan dalam cerita, sebagian besar dikendalikan oleh Jung Tae Wo dan Park Hyun Shik.

  b Analisis Novel Autumn in Paris Tara digambarkan sebagai perempuan keturunan Perancis Indonesia yang

  memiliki ciri fisik dominan orang Asia. Rambut berwarna hitam yang dipotong pendek berjenis rambut ikal, dengan kulit putih tidak pucat khas orang Asia serta memiliki hidung yang mancung. Perbedaannya, Tara memiliki bola mata berwarna kelabu, dan tinggi diatas rata-rata tinggi orang Asia. Tara digambarkan sebagai perempuan yang bekerja menjadi penyiar radio di sebuah stasiun radio di Paris. Sosok Tara digambarkan melalui tokoh lain atau penulis sebagai pribadi yang Tara Dupont memiliki sifat yang ceria, hal ini diutrakan melalui tokoh tokoh lain yang menyebutkan Tara tidak pernah menangis histeris, ia selalu ceria.

  “B-bagaimana sekarang... P-papa?” gumam Tara di sela-sela tangisnya. “Ba-bagaimana sekarang?... Aku harus... bagaimana?...” Ia menutup mulutnya dengan sebelah tangan untuk menahan tangisnya yang semakin kencang. Belum pernah ia menangis sesedih ini. Ini pertama kalinya ia tersedu-sedu di luar kendali.

  Tara sekarang ini sedang pergi berbelanja bersama Élise. Malam nanti kami ada janji makan malam bersama. Oh, dia sudah semakin ceria. Dia sudah tertawa seperti dulu. Dan kalau kau ingin tahu, dia juga selalu makan tepat waktu. Dia sangat sehat. Tidak sakit apa pun.

  Karakter Tara digambarkan ceria dan tidak pernah menangis histeris sebelumnya. Namun pada kalimat pertama Tara digambarkan menangis histeris untuk pertama kalinya oleh penulis ketika ia mengalami masalah yaitu ketika mengetahui bahwa ia dan Tatsuya adalah saudara kandung.

  Selain itu sosok Tara juga digambarkan sebagai perempuan yang cerewet oleh tokoh lain yaitu Elise dan Sebastien

  “Biasanya suaramu sudah terdengar ke mana-mana dan kau selalu tidak bisa diam,” desak Élise sambil mencondongkan tubuhnya ke depan. Ia semakin khawatir melihat tindak-tanduk temannya. “Hari ini kau bahkan tidak bersuara. Ada apa?”

  Tara mengangguk tegas, lalu tersenyum. “Kata Sebastien, menjadi penyiar radio memang cocok untukku karena aku ini cerewet sekali.”

  Pada novel kedua Ilana Tan dalam rangkaian Tetralogi 4 Musim yaitu novel Autumn in Paris, sosok Tara Dupont sebagai tokoh utama perempuan berada pada objek cerita. Hal ini dikarenakan sosok Tatsuya Fujisawa lebih mendominasi jalan cerita. Melalui surat-surat Tatsuya, pembaca dapat mengetahui karakter Tara Dupont. Selain dari Tatsuya Tara juga di deskripsikan melalui penulis dan juga tokoh lain.

  Jika dalam ketiga novel lainnya, tokoh perempuan cenderung memiliki teman dekat atau sahabat perempuan, atau laki-laki yang feminine, maka berbeda pada tokoh Tara. Penulis menghadirkan Tara berada pada pergaulan yang didominasi oleh teman laki-laki. Walaupun dalam pergaulan Tara dekat dengan beberapa laki-laki sebagai teman, namun justru disini memunculkan anggapan bahwa perempuan masih bergantung kepada laki-laki, atau perempuan masih harus dilindungi laki-laki. Hal ini muncul karena tokoh laki-laki dalam novel ini selalu muncul untuk mellindungi Tara dalam berbagai hal.

  Berikut beberapa kutipan yang menunjukkan sikap “perlindungan” dari tokoh-tokoh laki-laki kepada Tara

  “Koreksi,” sela Édouard dengan senyum lebar. “Aku tidak pernah mengizinkanmu minum sampai mabuk.”

  “Tapi mabuk itu menyenangkan,” gurau Tara. “Coba katakan itu lagi kalau kau sedang muntah-muntah,” balas

  Édouard.

  Tara mengibaskan tangannya. “Kau terdengar persis seperti ibuku. Ibu tidak pernah mengizinkan aku minum sedikit pun selama aku tinggal di Jakarta. Membosankan. Padahal aku tidak pernah minum sampai mabuk. Aku tahu batasnya.” Ia memiringkan kepalanya ke arah Tatsuya dan berkata, “Temanku ingin menambah minuman.”

  Sebastien tidak paham apa yang dikatakan Tara.

  “Jadi jangan malam ini,” Tara mengulangi kata-katanya. “Aku akan menemuinya besok. Sepertinya Tatsuya bisa mendengar apa yang dikatakan Tara, karena setelah terdiam beberapa

  saat, ia meminta Sebastien menjaga Tara. Katanya ia akan memberitahu ayah Tara dan berkata akan menemui Tara besok, sesuai keinginan gadis itu. Setelah itu ia memutuskan hubungan.

  Sebastien memasukkan kembali ponselnya ke saku celana dengan perlahan. Keningnya berkerut. Apa yang terjadi antara Tara dan Tatsuya?

  “Kau sudah memberitahu Victoria?” Kali ini Tatsuya memberikan reaksi. “Tidak,” jawabnya cepat.

  “Kuharap Anda tidak melakukannya lebih dulu, Monsieur.”

  “Dia harus tahu, Tatsuya.” Tatsuya mengembuskan napas. Aku tahu. Demi Tuhan! Aku

  tahu....

  “Biar aku sendiri yang memberitahunya,” putus Tatsuya. “Aku yang akan mengatakannya.” Jean-Daniel Dupont tidak menjawab.

  Kepala Édouard berputar cepat ke arah Sebastien yang dari tadi diam saja. “Kau yang bertanggung jawab?” tanya Édouard langsung.

  Sebastien mengangguk. Bartender berkepala plontos itu pun mengangkat tangan dan berkata

  ringan, “Baiklah, aku akan meninggalkan kalian.”

  Kutipan diatas merupakan beberapa kalimat yang menunjukkana perlindungan yang didapati oleh tokoh Tara dari beberapa orang seperti Tatsuya, Sebastien dan Eduard. Dari kutipan diatas, munculah anggapan bahwa Tara sebagai perempuan masih memiliki ketergantungan kepada laki-laki. Menurut Soenarjati Djajanegara, ( 1995:110 dalam Sugihastuti, 2007 :300) salah satu sikap yang dilabelkan pada gender feminine ialah sikap keterantungan yang merupakan implikasi dari sikap vicarious (melakukan sesuatu bagi orang lain). Menurut Soenarjati Dajajanegara, dalam nilai-nilai tradisional Amerika, sifat ini menjadi lumrah karena perempuan dianggap lemah, tidak berdaya tidak mampu bertindak, tidak berinisiatif, dan sebagainya.Perempuan pada akhirnya harus beragantung pada suami, anak laki-laki dan majikannya. Ketergantungan tersebut bisa berupa ekonomi,social, status,mental dan sebagainya.

  Ketergantungan Tara dalam novel ini adalah ketergantungan psikis, yang didalam cerita Tara beberapa kali murung, sedih dan senang diakibatkan oleh Tatsuya dan Sebastien. Seperti misalnya pada awal cerita Tara diceritakan kesal karena menunggu kabar Sebastien, lalu Tara mengalami kesedihan hingga depresi karena mendapati kabar bahwa ia dan Tatsuya bersaudara padahal mereka sedang berpacaran. Dari novel ini peneliti menemukan Tara diceritakan masih bergantung kepada laki-laki disekelilingnya. Hal-hal lain terkait kekerasan atau pelecehan tidak ditemukan kepada sosok Tara.

  Dari sini juga dapat diketahui posisi pembaca diarahkan untuk melihat sosok Tara. Hal ini ditemukan melalui narasi penulis, dan juga penggunaan Tatsuya sebagai orang pertama dalam suratnya yang menceritakan sosok Tara..

  c Analisis Novel Winter in Tokyo Pada novel ketiga ini, tokoh utama bernama Keiko digambarkan sebagai perempuan dengan keturunan Jepang-Indonesia yang memiliki rambut panjang berwarna hitam, dan memiliki mata besar dan bulat. Keiko digambarkan memiliki wajah yang sama persis dengan tokoh Naomi pada novel Spring in London, hanya Naomi sedikit lebih tinggi dibandingkan Keiko. Keiko dalam cerita digambarkan sebagai perempuan yang menyukai buku sejak kecil, sehingga ia dapat bekerja menjadi penjaaga perpustakaan di Tokyo. Tokoh Keiko yang digambarkan oleh penulis dan tokoh lain melalui narasi dan dialog memiliki sikap sopan seperti kebanyakan orang jepang yang selalu menggunakan kata oneesan atau kakak untuk orang yang lebih tua. Ia juga memiliki hubungan yang cukup akrab dengan tetangga apartemennya, hal ini didukung oleh kedekatannya bersama Haruka dan Tomoyouki serta nenek dan kakek Osawa yang sering melakukan makan malam bersama.

  Dalam novel ketiga rangkain Tetralogi 4 Musim karya Ilana Tan, tokoh utama perempuan bernama Keiko disini berada pada posisi objek. Penceritaan dan penggambaran dilakukan oleh penulis dan juga tokoh lain. Berikut kutipan yang menunjukkan penceritaan karakter tokoh Keiko melalui tokoh lain yaitu Haruka.

  “Oneechan! Dengar, aku baru melihat Keiko Oneesan keluar dari apartemen Kazuto Oniisan,” Tomoyuki melaporkan dengan nada mendesak.

  “Apa?” Haruka mengangkat alis dan melirik jam dinding. Jam enam. “Sepagi ini?” Tomoyuki mengerutkan kening dan berpikir-pikir. “Oneechan, menurutmu

  mereka...” Haruka memukul kepala adiknya. “Jangan berpikir sembarangan.

  Keiko gadis baik-baik.”

  “Aku kan tidak bilang apa-apa,” gerutu Tomoyuki sambil mengusap-usap kepalanya.

  Dari kalimat diatas, dapat diketahui jika Keiko adalah gadis baik dari tokoh lain bernama Haruka. Walaupun tidak semua hal Keiko selalu ditampilkan oleh tokoh lain, tetapi kemunculan Keiko pun dipengaruhi oleh tokoh lainnya. Misalkan saja, pada kutipan berikut menunjukkan Keiko yang bercerita tentang kejadian pelecehan yang pernah dialami bukan atas keinginan Keiko sepenuhnya, tetapi ada sosok Kazuto yang memberikan pengaruh kepada Keiko untuk bercerita. Berikut kutipannya

  Keiko menelan ludah dengan susah payah. “Ke-kejadiannya sudah lama. Maksudku...”

  “Keiko-chan.” Kazuto bergerak cepat menghampiri Keiko dan berlutut di hadapan gadis itu, membuat mata mereka sejajar. Ia meraih tangan Keiko dan memaksa gadis itu menatapnya. “Apa yang dilakukannya padamu?” tanyanya sekali lagi dengan suara yang diusahakannya terdengar tenang.

  “Dia mencengkeram bahuku dan mendorongku ke dinding,” gumam Keiko sambil menunduk. Saat itu Kazuto merasakan tangan Keiko yang berada dalam genggamannya gemetar. “Dia begitu dekat. Akub isa merasakan... merasakan napasnya yang bau mengenai wajahku. Lalu dia mencoba... mencoba... Maksudku, tangannya...

  tangannya bergerak terus. Aku sudah berusaha melawan. Sungguh. Aku mencoba sebisaku, tapi dia sangat kuat. Dia mabuk. Dan... dan... tangannya terus bergerak...” Suara Keiko mulai pecah.

  “Tapi aku tidak apa-apa,” kata Keiko cepat dan memaksakan tawa hambar. “Aku menjerit dan menjerit terus. Untungnya tepat pada saat itu ada

  dua polisi yang berpatroli di sekitar sana. Mereka mendengar jeritanku. Pemabuk itu tidak sempat melakukan apa-apa selain... selain... menyentuh. Maksudku, dia tidak sempat bertindak lebih jauh.”

  Dari kalimat diatas juga bisa diketahui bahwa Keiko sebagai perempuan masih mengalami tindakan pelecehan seksual. Menurut Beauvis (Dzuhayatin dan

  Yuarsi 2002:6-7 dalam Sugihastuti 2007:174) pelecehan seksual merupakan kekerasan dengan intensitas ringan, sedangkan serangan seksual dengan intensitas yang berat. Adapun batasannya yang diberikan oleh Kalyanamitra dan Prasetyo pelecehan seksual mulai tingkat paling ringan sampai sedang yaitu siulan nakal, kerdipan mata, gurauan dan olok olok yang menjurus pada seks,memandangi tubuh mulai dari ujung rambut sampai kaki, pernyataan mengenai tubuh atau penampilan fisik,memberikan bahasa isyarat yang berkonotasi seksual, memperlihatkan gambar-gambar porno, memperlihatkan organ seks, mencolek,meraba atau mencubit. Selain itu ajakan untuk melakukan hubungan seksual. (httpsitus.kespro.infogendervawmateripelecehan.htm dalam Sugihastuti 2007:174). Pada kutipan diatas masih menunjukkan adanya anggapan bahwa perempuan masih lemah dan tidak berdaya dibandingkan dengan laki-laki. Pelecehan seksual yang dialami Keiko berupa rabaan yang dilakukan oleh seorang penguntit. Disini penulis menghadirkan perempuan masih perlu dilindungi oleh pihak laki-laki melalui datangnya pertolongan polisi dan ketidakmampuan Keiko dalam melawan pemabuk itu sendiri. Bukan hanya saat itu, tetapi ketika terjadi pengeroyokan, pada novel ini masih meposisikan bahwa perempuan berada dalam perlindungan laki-laki. Bukan hanya itu, tetapi dari kutipan diatas menunjukkan bahwa perempuan masih dianggap sebagai objek seksual oleh laki-laki.

  Anggapan bahwa perempuan masih bergantung kepada laki-laki atau membutuhkan perlindungan laki-laki juga muncul pada tokoh Keiko dalam kalimat berikut

  Keiko mengerjap dan rasa panik langsung merayapi dirinya. Tangannya terangkat dan mencengkeram lengan jaket Kazuto. Ia tidak tahu siapa orang-orang itu dan apa yang mereka inginkan, tetapi sudah pasti mereka tidak bermaksud baik. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak ada orang. Jalanan sunyi senyap. Jalan itu memang selalu sepi, tetapi setidaknya biasanya ada satu atau dua orang yang terlihat berjalan kaki. Hari ini, dalam hujan lebat ini, tidak terlihat orang lain di jalan selain mereka.

  Kazuto mengerutkan kening. Perlahan ia menarik Keiko ke belakang punggungnya.

  “Siapa kalian?” tanya Kazuto kepada orang-orang berpakaian serbahitam itu.

  Kutipan diatas menunjukkan bahwa Keiko pun masih bergantung kepada laki-laki. Pada kalimat “Tangannya terangkat dan mencengkram lengan jaket Kazuto” menunjukkan bahwa Keiko merasa tidak aman dan terancam. Lalu pada adegan dimana Kazuto menarik Keiko ke belakang punggung menunjukkan Kazuto sebagai laki-laki harus memberikan perlindungan kepada perempuan. Hal itu tambah diperkuat dengan adegan berikutnya yang menggambarkan bagaimana usaha Kazuto agar Keiko tetap selamat.

  Kazuto tetap memeluk Keiko, menahan Keiko di tanah dengan tubuhnya sementara ia menerima setiap pukulan yang diarahkan kepadanya. Keiko terisak memanggil namanya, tetapi Kazuto tidak menyahut. Kalau bukan karena lengannya yang merangkul tubuh Keiko dengan kencang, Keiko pasti berpikir laki-laki itu sudah pingsan.

  Sikap diatas menunjukkan ketimpangan dimana perempuan dinilai lemah dan laki-laki lebih kuat. Hal tersebut pun akhirnya berpengaruh kepada tokoh Keiko yang bergantung pada Kazuto. Kebergantungan itu berupa kebergantungan psikis. Dari pengeroyokan tersebut membuat Kazuto dalam cerita mengalami luka-luka yang membuat Keiko khawatir. Kekhawatiran ini merupakan bentuk ketergantungan psikis, yang mana suasana psikis seseorang dipengaruhi oleh hal lain. Ketergantungan ini, sebelumnya telah dimunculkan oleh penulis melalui kejadian sehari-hari yaitu seperti perubahan suasana hati Keiko yang diakibatkan oleh Kazuto.

  Selain pelecehan seksual, ketergantungan terhadap laki-laki, Keiko juga disini muncul sebagai sosok yang mendapati kekerasan fisik. Kekerasan fisik yang dialami berupa kekerasan fisik dalam sector public. Dimana Keiko tidak mengenal pelaku tersebut. Berikut kutipannya

  Salah seorang tukang pukul itu, entah yang mana, mencengkeram lengan Keiko dan menariknya dengan kasar sampai berdiri. Keiko berusaha melawan, menendang, memukul, dan berteriak. Si tukang pukul mengangkat tangan dan menamparnya dengan keras. Kepala Keiko tersentak ke belakang. Ia bisa merasakan telinganya berdenging kesakitan dan ledakan warna menyilaukan terlihat di balik kelopak matanya.

  Praktek-praktek diatas terjadi karena adanya anggapan bahwa perempuan dinilai lebih lemah, dan laki-laki lebih dominan. Pemikiran ini tentunya tidak Praktek-praktek diatas terjadi karena adanya anggapan bahwa perempuan dinilai lebih lemah, dan laki-laki lebih dominan. Pemikiran ini tentunya tidak

  Secara keseluruhan, pada novel ketiga Ilana Tan , Keiko masih berada pada posisi objek. Walaupun Ilana Tan menggunakan penulis sebagai orang ketiga, tetapi melalui tindakan dan dominasi dari tokoh Kazuto posisi Keiko menjadi berada pada posisi objek.

  Pembaca pun diarahkan untuk “melihat” sosok Keiko, karena lagi-lagi kemunculan Keiko bukan atas dasar keingannya. Tetapi kemunculan Keiko melalui pengaruh Kazuto.

  d Analisis Novel Spring in London Naomi digambarkan memiliki tubuh yang kurus dengan mata besar dan

  bulat. Hal ini karena ia berdarah campuran Indonesia dan Jepang yang membuat mata Naomi tidak seperti mata orang Jepang kebanyakan. Selain itu Naomi memiliki rambut hitam panjang dan memiliki tahi lalat pada wajahnya. Karena Naomi bekerja sebagai model, maka ia dicitrakan memiliki tinggi badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan saudara kembarnya Keiko. Dalam novel ini, Naomi diceritakans ebagai perempuan yang dingin dan cenderung emnghidnari laki-laki. Hal ini dikarenakan peristiwa perkosaan yang ernah menimpanya membuat ia mengalami trauma apabila berada di dekat laki-laki. Peristiwa tersebut pun ia sembunyikan dari orang tuanya untuk menjaga perasaan dan nama baik orang tuanya. Dan selama beberapa tahun, Naomi memilih untuk menyibukkan diri bersama pekerjaannya sebagai model dan juga editor freelance di sebuah majalah fashion.

  Spring in London adalah novel terakhir pada rangkaian tetralogi 4 Musim karya Ilana Tan. Di dalam novel ini, posisi tokoh utama perempuan yaitu Naomi berada pada posisi objek cerita. Penjabaran sosok Naomi dan kisahnya dapat diketahui melalui penulis dan juga tokoh lain. Mulai dari sosok Naomi yang digambarkan galak misalnya, pembaca mengetahui hal tersebut dari tokoh-tokoh lain. Berikut contoh penggambaran tersebut.

  “Dia juga model? Naomi menggeleng. “Dia bekerja di perpustakaan di Tokyo.” “Oh.” Danny sambil mengangguk-angguk. “Dia juga galak sepertimu?” Kali ini Naomi menoleh ke arahnya dengan alis berkerut. “Aku tidak galak.” “Baiklah, baiklah. Kau tidak galak,” sela Danny cepat, lalu mengangkat bahu, “hanya sedikit... yah, menakutkan.”

  Bukan hanya dalam penggambaran karakter Naomi menjadi objek, tetapi dalam cerita ini Naomi tidak muncul sebagai mana dirinya. Dalam buku ini Naomi digambarkan memiliki trauma akan kejadian perkosaan di masa lalunya. Kejadian masa lalu tersebut diungkapkan juga bukan melalui sosok Naomi, melainkan melalui inisiatif dari sosok Danny Jo. Disini sosok Danny Jo memiliki posisi yang lebih dominan dalam pemegang cerita. Sedangkan Naomi dalam cerita hanya bersifat pasif. Walaupun pada dasarnya buku ini menceritakan kisah Naomi.

  Berikut beberapa kejadian yang menimpa Naomi yang memperkuat posisi Naomi yang berada pada posisi objek, bukan hanya objek cerita, tetapi juga Naomi sebagai objek kekerasan dari laki-laki.

  “Kalau kau tidak mengingatku, aku bisa maklum,” pria itu melanjutkan sambil menyunggingkan senyum miringnya. “Kau tentu lebih mengenal Jo Seung-Ho.”

  Nama itu membuat napas Naomi tercekat dan ketakutan besar yang pernah dirasakannya satu kali itu pun kembali melandanya.

  “Kau masih ingat padanya, bukan?” desak pria itu sambil maju selangkah. “Bagaimanapun juga kalian pernah bersenang-senang.”

  “Kau tahu,” lanjut pria itu dengan nada melamun. “Kalau kupikir-pikir, kurasa Seung-Ho tidak akan keberatan kalau kau menemaniku sebentar.”

  Pria itu mengulurkan tangan menyentuh pipi Naomi dan Naomi otomatis menepis tangannya dan mundur selangkah lagi. “Tidak,” kata Naomi dengan suara tercekat dan gemetar. Ia menatap pria yang kini menghalangi jalan keluar itu dengan panik. “Biarkan aku lewat.”

  Naomi berusaha berjalan melewatinya, namun pria itu tiba-tiba mencengkeram bahu Naomi dan mendorongnya ke dalam bilik penyimpanan jaket. Naomi mendengar jeritan keras ketika ia jatuh tersungkur di lantai, lalu menyadari bahwa itu adalah suaranya sendiri.

  “Kalau kau bisa menemani Seung-Ho dan adiknya, kau tentu juga bisa “Kalau kau bisa menemani Seung-Ho dan adiknya, kau tentu juga bisa

  Ia harus menjerit. Ia harus menjerit minta tolong. Kenapa suaranya tidak mau keluar?

  Sebelum Naomi sempat berpikir, pria itu mulai menarik jaket Naomi dengan kasar. Naomi memekik dan berusaha melepaskan diri, tetapi tangan pria itu langsung membekap mulutnya dan menahannya di lantai. Otak dan pandangan Naomi berubah gelap. Ia terus menjerit walaupun mulutnya dibekap dengan kasar. Ia terus meronta, mencakar, dan menendang dengan membabi buta walaupun sepertinya hal itu sama sekali tidak berpengaruh.

  Ketika Danny tidak bisa menemukan Naomi di ruang pesta, ia memutuskan untuk mencari ke tempat penitipan jaket, melihat apakah Naomi sudah pulang atau belum. Tetapi tidak ada orang yang terlihat di sana. Ia hampir saja berbalik pergi kalau bukan karena mendengar suara aneh di dalam bilik penyimpanan jaket. Ketika ia masuk untuk memeriksa, tidak ada satu hal pun di dunia yang bisa mempersiapkannya menyaksikan apa yang sedang terjadi. Kim Dong-Min sedang menahan Naomi di lantai sambil berusaha merobek pakaiannya.

  Pada kalimat “Kalau kupikir-pikir, kurasa Seung-Ho tidak akan keberatan kalau kau menemaniku sebentar.” Menunjukkan bahwa adanya kepemilikan orang lain yaitu Seung-Ho atas diri Naomi. Hal ini dikarenakan dalam cerita Seung Ho adalah laki-laki yang menyukai Naomi dan lebih dulu dan telah melakukan pemerkosaan terhadap Naomi. Kata menemani disini merujuk kepada hubungan semalam antara laki-laki dan perempuan. Walaupun di dalam teks tidak secara gamblang pria tersebut menceritakan kejadian yang sedang terjadi, tetapi terlihat posisi superior yang dimiliki oleh tokoh pria. Yang mana selanjutnya menjadikan Naomi berada pada posisi inferior.

  Dari kutipan diatas menunjukkan Naomi sebagai perempuan dalam novel masih mengalami tindakan kekerasan. Menurut Saraswati (La Pona dkk., 2002:6 dalam Sugihastuti 2007:171) kekerasan merupakan suatu bentuk tindakan yang dilakukan terhadap pihak lain, yang pelakunya perseorangan atau lebih, yang Dari kutipan diatas menunjukkan Naomi sebagai perempuan dalam novel masih mengalami tindakan kekerasan. Menurut Saraswati (La Pona dkk., 2002:6 dalam Sugihastuti 2007:171) kekerasan merupakan suatu bentuk tindakan yang dilakukan terhadap pihak lain, yang pelakunya perseorangan atau lebih, yang

  Dari kalimat diatas menunjukkan adanya tindak kekerasan seksual yang dialami oleh Naomi. Kekerasan seksual terbagi menjadi pelecehan seksual dan penyerangan seksual. Menurut Beauvis (Dzuhayatin dan Yuarsi 2002:6-7 dalam Sugihastuti 2007:174) pelecehan seksual merupakan kekerasan dengan intensitas ringan, sedangkan serangan seksual dengan intensitas yang berat. Adapun batasannya yang diberikan oleh Kalyanamitra dan Prasetyo pelecehan seksual mulai tingkat paling ringan sampai sedang yaitu siulan nakal, kerdipan mata, gurauan dan olok olok yang menjurus pada seks,memandangi tubuh mulai dari ujung rambut sampai kaki, pernyataan mengenai tubuh atau penampilan fisik,memberikan bahasa isyarat yang berkonotasi seksual, memperlihatkan gambar-gambar porno, memperlihatkan organ seks, mencolek,meraba atau mencubit. Selain itu ajakan untuk melakukan hubungan seksual. (httpsitus.kespro.infogendervawmateripelecehan.htm

  Sedangkan untuk serangan seksual,korban mengalami serangan seksual yang berakhir pada hubungan seksual secara paksa, yang meliputi ancaman perkosaaan,percobaann perkosaan, perkosaan, perkosaan disertai kekerasan dan perkosaan disertai pembunuhan. (Atmasasmita dalam Dzuhayatin dan Yuarsi,2002:7 dalam Sugiharsusti 2007:174)

  Kekerasan seksual yang dialami Naomi pada kutipan diatas yaitu pelecehan seksual. Naomi mengalami pelecehan seksual sentuhan pada pipi, dan juga ajakan untuk berhubungan seks. Selain itu Naomi mengalami pelecehan seksual lain yang dilakukan dengan verbal berupa penggunaan kalimat “menemani” dan juga “sebutkan hargamu” yang seolah-olah memposisikan Naomi sebagai pekerja seks. Selain pelcehan seksual, dari teks diatas juga menunjukkan adanya percobaan perkosaan yang dilakukan oleh Dong Min. Hal tersebut dapat diketahui dari tindakan Dong Min berupa cengkraman, bekapan pada mulut dan merobek baju Naomi. Dari sini dapat diketahui bahwa dalam novel ini perempuan masih berada pada posisi yang inferior dan laki-laki berada pada posisi yang lebih dominan. Anggapan perempuan sebagai makhluk yang lemah juga diperkuat melalui kehadiran Danny Jo sebagai peyelamat Naomi. Disini tergambarkan bagaimana masih bergantung kepada laki-laki.

  Menurut Espiritu (Dzuhayatin dan Yuarsi,2002:8 dalam Sugihastuti 2007:177) secara structural, kekerasan terhadap perempuan merupakan manifestasi pendundukan yang berbass kelas yang menempatkan perempuan dalam posisi yang lebih inferior dibandingkan dengan laki-laki. Dalam kutipan tersebut terlihat bagaimana lemah nya posisi perempuan dibandingkan laki-laki. Kehadiran Danny Jo sebagai penyelamat disini membuktikan ketidakseimbangan posisi laki-laki dan perempuan, dimana muncul anggapan bahwa untuk menyelamatkan Naomi dari Dong Min, dimunculkan Danny Jo yang sama-sama laki-laki sehingga seimbang.

  Jika pada teks diatas Naomi mengalami pelecehan seksual dan percobaan perkosaan maka pada teks dibawah ini Naomi diceritakan mengalami peristiwa perkosaan. Peristiwa trersebut terungkap dari mulut Dong Min, dan atas dasar keingintahuan Danny Jo. Bukan muncul atas keinginan Naomi memunculkan peristiwa tersebut kedalam cerita.Berikut kutipan bagaimana perkosaan yang dialami Naomi diceritakan.

  “Aku yakin gadis itu hanya berlagak jual mahal. Gadis seperti dia pasti sudah sering berhubungan dengan banyak orang. Bagaimanapun juga kakakmu pria yang tampan, pintar, dan sukses. Gadis mana yang mungkin menolaknya? Lalu kupikir kalau saja aku bisa memberi kakakmu sedikit “Aku yakin gadis itu hanya berlagak jual mahal. Gadis seperti dia pasti sudah sering berhubungan dengan banyak orang. Bagaimanapun juga kakakmu pria yang tampan, pintar, dan sukses. Gadis mana yang mungkin menolaknya? Lalu kupikir kalau saja aku bisa memberi kakakmu sedikit

  “Saat itu aku benar-benar merasa ide itu sangat bagus. Aku tidak mau dipaksa menghadapi amukan kakakmu. Suasana hatinya bisa tetap buruk selama berhari-hari kalau sedang kesal, kau tahu itu,” lanjut Dong-Min, mulai terdengar membela diri. “Kebetulan sekali pesta itu diadakan di hotel. Jadi aku memesan kamar, membawa gadis itu ke sana, menyuruh kakakmu menyusul ke sana...”

  “Membawa gadis itu ke sana?” potong Danny tiba-tiba. “Bagaimana caranya? Jangan katakan padaku dia dengan senang hati mengikutimu.”

  Dong-Min tertawa gugup. Tadinya ia bermaksud melewatkan detail kecil itu, tetapi sepertinya Danny tidak akan melepaskannya begitu saja. “Eh, kalau soal itu... Kebetulan aku membawa... semacam... semacam... pil... yang kucampurkan ke dalam minuman gadis itu.” Melihat perubahan ekspresi di

  wajah Danny, Dong-Min buru-buru menambahkan, “Tapi katanya pil itu tidak berbahaya. Sungguh. Hanya membuat pusing sedikit. Supaya aku bisa membawanya ke kamar tanpa membuat keributan.”

  “Pusing sedikit?” Butir-butir keringat mulai bermunculan di dahi Dong-Min. Sialan,

  kenapa Danny membuatnya merasa terintimidasi? Anak itu lebih muda darinya. Sialan.

  “Yah, mungkin aku salah mengukur takarannya. Gadis itu hampir tidak bisa berjalan. Lemas. Tapi aku berhasil membawanya ke kamar—aku sama sekali tidak menyentuhnya. Sungguh!—lalu aku menghubungi kakakmu.”

  “Dan kakakku datang?” “Tentu saja,” sahut Dong-Min sambil mengangkat bahu, heran

  mendengar Danny menanyakan pertanyaan yang jawabannya sudah sangat jelas.

  Suasana hening sejenak. Lalu ketika Danny berbicara, suaranya terdengar aneh.

  “Dan kau meninggalkan kakakku yang mabuk berat bersama gadis itu—gadis yang kaubius itu—di dalam kamar?”

  Dong-Min ragu sejenak, lalu mengangguk kaku. “Lalu apa yang terjadi?” “Apa lagi? Tentu saja hal yang pasti terjadi apabila seorang pria

  berduaan saja dengan seorang wanita di kamar hotel.”

  Kutipan teks diatas merupakan kejadian perkosaan yang dilakukan oleh Seung Ho kepada Naomi. Kejadian ini diceritakan oleh Dong Min, yang pada saat itu ikut ambil peran dalam peristiwa pemerkosaan. Perkosaan adalah tindak kekerasan atau kejahatan seksual yang dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan dengan kondisi: (1) tidak atas kehendak dan persetujuan perempuan, (2) dengan “persetujuan” perempuan namun dibawah ancaman, (3) dengan

  “persetujuan” perempuan namun melalui penipuan. Dalam KUHP (pasal285) disebutkan perkosaan adalah kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa

  seseorang perempuan bersetubuh dengan dia (laki-laki) di luar pernikahan” (httpsitus.kesrepo.infogendervawmateriperkosaan.htm

  dalam Sugihastuti,

  Sedangkan menurut jenisnya, perkosaan dibedakan berdasarkan pelaku dan cara melakukannya. Berdasarkan pelaku terbagi menjadi empat jenis yaitu, perkosaan yang dilakukan oleh orang yang dikenal seperti anggaota keluarga, kedua perkosaan oleh pacar, ketiga perkosaan dalam perkawinan keempat perkosaan oleh orang asing.

  Sedangkan berdasarkan cara melakukannya perkosaan dibedakan menjadi empat jenis. Pertama perkosaan dengan janji janji atau penipuan, kedua perkosaan dengan ancaman halus, ketifa perkosaan dengan paksaan secara fisik, yang dilakukan dengan ancaman senjata atau kekerasan fisik, dan keempat adalah perkosaan dengan memakai pengaruh tertentu seperti mempengaruhi korban melalui obat bius, obat perangsang, guna-guna, hipnotis dan sebagainya. (Sugihastuti 2007: 175-176)

  Perkosaan yang dialami oleh Naomi adalah perkosaan yang dilakukan oleh orang yang tidak dikenal. Naomi dan Seung Ho dipertemukan dalam sebuah fashion show yang diadakan oleh perancang busana di Jepang. Seung Ho yang tertarik terhadap Naomi mendapati penolakan dari Naomi hal tersebut membuat Seung Ho menjadi kesal. Peristiwa perkosaan pun diawali oleh Dong Min yang memiliki ide untuk membawa Naomi ke sebuah kamar hotel. Sedangkan berdasarkan cara melakukan perkosaan, perkosaan yang dialami oleh Naomi dilakukan menggunakan jenis perkosaan keempat. Yaitu menggunakan obat bius yang dilakukan oleh tokoh bernama Dong Min.

  Kim Dong-Min tersinggung. “Aku sama sekali tidak mengada-ada. Kakakmu sendiri meneleponku setelah dia selesai dengan gadis itu. Dan bisa kupastikan suasana hatinya jauh berubah, seperti yang sudah kuperkirakan. Dia sangat gembira. Katanya dia akan pergi dari hotel itu sebelum gadis tersebut Kim Dong-Min tersinggung. “Aku sama sekali tidak mengada-ada. Kakakmu sendiri meneleponku setelah dia selesai dengan gadis itu. Dan bisa kupastikan suasana hatinya jauh berubah, seperti yang sudah kuperkirakan. Dia sangat gembira. Katanya dia akan pergi dari hotel itu sebelum gadis tersebut

  “Tidak ingin mendapat masalah?” Kim Dong-Min mengangkat bahu. “Kata kakakmu, gadis itu masih... eh,

  belum berpengalaman, jadi dia pasti akan menyulitkan kalau sudah benar-benar sadar. Maksudku, pasti akan ada banyak sekali air mata dan jeritan yang terlibat. Jadi dia lebih memilih pergi sebelum gadis itu mampu bangun. Tentu saja kakakmu bermaksud menghubunginya setelah beberapa hari, setelah gadis itu lebih tenang. Tapi seperti yang kau tahu, keesokan harinya kakakmu mengalami kecelakaan lalu lintas sewaktu pulang dari acara minum-minum bersama rekan-rekan kerja kami di Jepang.”

  Dalam kalimat diatas, terlihat peristiwa tersebut hanya menguntungkan satu pihak yaitu pihak laki-laki sebagai pihak yang berada pada posisi superior. Kata gembira menunjukkan kepada ekspresi bahagia, senang. Sedangkan pada posisi Naomi yang berada pada posisi inferior , ia mengalami kekeraan fisik. Kata air mata dan juga jeritan menunjukkan sikap kesakitan dan juga kesedihan dari pihak Naomi. Walaupun hal tersebut belum terjadi, melainkan baru sebatas pemikiran dari pihak laki-laki, tetapi hal tersebut sudah menunjukkan kekerasan yang dialami oleh Naomi. Kekerasan tersebut bisa berupa kekerasan fisik yang Naomi rasakan atau kekerasan emosiaonal. Menurut La Pona (2002:7 dalam Sugihastuti 2007:179) kekerasan fisik adalah segala macam tndakan yang mengakibarkan penderitaan fisik pada korbannya. Sedangkan kekerasan emosional adalah jenis kekerasan yang melibatkan secara langsung kondisi psikologis perempuan yang menjadi korbannya (sugihastuti 2007:183) . Hal ini pun berlaku pada tokoh Naomi, karena ia merasakan penderitaan fisik akibat perkosaan tersebut. Berikut kutipannya

  “Sebenarnya ada dua hal yang bisa disyukuri dalam kejadian ini, kalau kita bisa menyebutnya rasa syukur,” sela Naomi, masih memunggungi Danny. “Selama kejadian itu aku lemas tak berdaya, nyaris tidak sadarkan

  diri, sehingga aku tidak terlalu kesakitan walaupun aku tahu siapa lelaki itu, dan ingin berontak, ingin melawannya. Dan yang kedua, aku tidak hamil.”

  Seperti novel novel sebelumnya, sosok Naomi juga masih bergantung kepada pihak laki-laki. Kebergantungan Naomi berupa ketergantungan psikologis dimana Naomi merasa aman,nyaman,bahagia, kesal dan sebagainya ketika berada di dekat Danny Jo. Berikut beberapa kutipan yang menunjukkan ketergantungan Naomi oleh sosok Danny Jo.

  “Ini aku,” gumam Danny cepat ketika Naomi melompat berdiri dan menjauh dari sofa. Ia menatap Danny dengan mata terbelalak kaget dan... takut? Jantung Danny mencelos. Astaga, itu adalah tatapan yang dulu sering dilihat Danny pada awal perkenalan mereka. Tatapan Danny beralih ke tangan Naomi yang terkepal di sisi tubuhnya. Alis Danny berkerut samar ketika melihat tangan Naomi gemetar.

  Kenapa tangan gadis itu gemetar? “Ini aku,” gumam Danny sekali

  lagi.

  Naomi mengerjap satu kali, dua kali, dan Danny melihat sinar ketakutan itu menghilang dari mata Naomi. Gadis itu tertawa pendek dan berkata ringan, “Tentu saja aku tahu itu kau.”

  Selain kutipan diatas, beberapa kali digambarkan bahwa Naomi mengalami perubahan suasana hati ketika missal berhubungan dengan Danny Jo. Naomi beberapa kali digambarkan bahagia ketika mendapat telpon dari Danny Jo, atau kadang Naomi juga kesal ketika Danny Jo bersama perempuan lain.

  Dari paparan diatas dapat diketahui dalam cerita ini posisi Naomi berada pada posisi objek. Sedangkan subjek berada pada tokoh lain. Dalam teks terakhir Naomi memang muncul untuk menjelaskan eristiwa perkosaan tersebut, tetapi tidak menjelaskan bagaimana perkosaan itu terjadi. Tokoh Naomi hanya menjelaskan bahwa peristiwa itu benar adanya. Pemaparan Naomi juga muncul setelah Danny Jo yang mencari tahu dan menanyakan kepada Naomi, bukan melalui keinginan Naomi untuk bercerita. Seperti novel novel sebelumnya, tokoh Naomi juga mengalami ketergantungan kepada tokoh laki-laki.

  Pada novel Ilana Tan yang keempat ini, posisi pembaca berada pada tokoh selain Naomi, karena disini teks lebih menunjukkan untuk “melihat” tokoh

  Naomi. Pada peristiwa perkosaan pembaca pun lebih digiring untuk melihat apa yang terjadi kepada Naomi. Bukan apa yang dilihat oleh Naomi.

  5.2 Pembahasan Setelah menganalisis keempat novel, peneliti mendapati hasil penelitian yaitu sebagai berikut:

  Tokoh Utama Perempuan

  Bahasa Korea, Bahasa Indonesia,

  (Summer in Seoul)

  Bahasa Inggris

  Tara

  Perancis Bahasa Perancis, Bahasa Indonesia,

  (Autumn in Paris)

  Bahasa Inggris

  Keiko

  Jepang

  Bahasa Jepang, Bahasa Indonesia,

  (Winter in Tokyo)

  Bahasa Inggris

  Naomi

  Jepang

  Bahasa Jepang, Bahasa Indonesia,

  (Spring in London)

  Bahasa Inggris, Bahasa Korea

  Sumber: Hasil Analisis (2017) dan keempat novel

Dokumen yang terkait

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22