T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Video Dokumenter Kompas TV “Sianida di Kopi Mirna” T1 BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Video Dokumenter
Kamera dipercaya sebagai alat penangkap dan penyalur realitas sosial yang ada. Sejak
tahun 1970an teori poststrukturalis mengatakan kamera dan video yang dihasilkan adalah sebuah
sistem dari nilai budaya dan kepercayaan. Keaslian cerita dari sebuah video diuji dalam vedio
dokumeneter yang seharusnya menampilkan sebuah cerita fakta dan dikemas secara objektif.
Ralph S. Singleton and James A. Conrad menjelaskana dokumenter adalah video dari
sebuah peristiwa yang aktual. Peristiwa-peristiwa tersebut didokumentasikan dengan
menggunakan orang-orang biasa. Sementara menurut Edmund F. Penney dokumenter adalah
suatu jenis video yang melakukan interpretasi terhadap subyek dan latar belakang yang nyata.
Terkadang istilah ini digunakan secara luas untuk memperlihatkan aspek realistiknya
dibandingkan pada video-video cerita konvensional. Namun istilah ini juga telah menjadi sempit
karena seringkali hanya menyajikan rangkaian gambar dengan narasi dan soundtrack dari
kehidupan nyata (http://www.idseducation.com/articles/14-pendapat-ahli-mengenai-pengertianvideo-dokumenter/) Jenis dokumenter ini memang kepanjangan dari investigasi jurnalistik.
Peristiwa yang diangkat umumnya pristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam, misalnya
korupsi dalam penanganan bencana, jaringan mafia suatu negara, atau yang lainnya. Terkadang,
dokumenter ini membutuhkan rekonstruksi untuk membantu memperjelas suatu peristiwa
(http://www.idseducation.com/articles/jenis-jenis-video-dokumenter/)
Dalam menganalisis sebuah video dokumenter penulis mulai menggabungkan peran
penonton, etika pembuatan video dan identitas pembuat video. Teori video dokumenter milik
Brian Winston menjelaskan bahwa, penerimaan penonton pada sebuah video dokumenter adalah
kunci pendefinisian dokumenter itu sendiri dan juga penting sebagai bahan evaluasi sejumlah
kebenaran yang ditampilkan dalam video dokumenter tersebut. Sejumlah teori video dokumenter
9
menegaskan bahwa aturan utama dalam menganalisis sebuah karya dokumenter adalah etika
pembuatan video itu sendiri. Sebagian teori mengatakan, video dokumenter adalah sebuah cerita
fakta tentang sebuah realita sosial sehingga pasti bersifat objektif. Namun sebagian teori lagi
mengatakan, pengaruh dari sang pembuat video, penonton, proses interogasi masalah, dll harus
juga jadi pertimbangan dalam menganalisis sebuah video dokumenter.
Teori Wacana Laclau dan Mouffe
Teori wacana digunakan untuk memahami fenomena sosial sebagai pengkonstruksian
kewacanaan karena pada prisipnya semua fenoma sosial dapat diteliti dengan analisis wacana.
Laclau dan Mouffe mengkonstruksikan teorinya sendiri dengan jalan menggabungkan dan
memodifikasi 2 tradisi teoritis utama yaitu Marxisme dan Strukturalisme. Marxisme fokus pada
fenomena sosial yang ada sedangkan strukturalisme menyediakan teori makna. Wacana dipahami
sebagai penetapan makna, tanda-tamda yang terdapat dalam wacana merupakan momen, dan
setiap momen seperti mata jaring dalam jaring yang lain. Semua tanda merupakan momen dalam
suatu sistem dan makna sistem itu sendiri tergantung pada hubungannya dengan tanda yang
lainnya.
Laclau dan Mouffe menetapkan 4 konsep utama dalam analisis wacana : titik nodal, titik
tanda persetujuan, medan kewacanaan, dan pengahkiran. Titik nodal merupakan sebuah tanda
yang memiliki hak khusus karena tanda yang lainnya memperoleh makna darinya, misalkan
wacananya adalah demokrasi maka titik nodalnya adalah rakyat. Wacana berusaha untuk
menyingkirkan kemungkinan pemaknaan ganda yang terdapat dalam sebuah tanda, sehingga fokus
pada makna antar tanda. Medan wacana sendiri merupakan cadangan makna yang telah ditiadakan
oleh wacana.
Wacana merupakan upaya untuk menata tanda-tanda sehingga seolah-oleh tanda tersebut
memiliki makna yang utuh atau ada kesatuan makna. Masyarakat atau sekelompok manusia yang
menerima kesatuan makna tersebut akan memandanganya sebagai sebuah fakta yang objektif.yang
menjadi fokus analisis wacana adalah bukan mencari makna yang sebenarnya namun lebih pada
analisa proses pengkontruksian makan yang diterima masyarakat.
Individu dalam sebuah interaksi sosial selalu ditempatkan pada posisi tertentu dan memiliki
harapan perlakuan tertentu pula dari posisi tersebut. Misalkan seorang perempuan dipanggil
10
“mama” oleh anaknya, secara tidak langsung anak tersebut telah memposisikan perempuan itu
pada posisi “ibu” dan anak tersebut memiliki sejumlah harapan perlakuan dari posisi tersebut.
Subjek itu sendiri merupakan suatu struktur yang tidak tetap dan senantiasa akan berjuang menjadi
sesuatu yang utuh. Ada beberapa konsep individu dan identitas yang dikemukakan Laclau dan
Mouffe. Subjek memperoleh identitas dari kewacanaan dan tidak pernah cukup menjadi dirinya
sendiri. Identitas merupakan identifikasi posisi subjek itu sendiri dalam struktur kewacanaan.
Identitas bisa senantiasa diubah seperti wacana.
Dalam menganalisis sebuah wacana, hal pertama yang dilakukan adalah menetukan
penanda-penanda utama : titik nodal, penanda utama dan mitos. Misalkan titik nodal : demokrasi,
penanda utama : laki-laki, mitos : masyarakat. Setelah brhasil mengidentifikasi penanda-penanda
utama maka hal selanjutnya adalah melanjutkan penyelidikan bagaimana wacana, identitas, dan
ruang sosial diorganisasikan secara kewacanaan. Hal ini dilakaukan untuk mengetahui bagaiaman
penggabungan penanda-penanda utama dengan penanda-penanda yang lain.
Analisis Wacana Kritis (AWK)
AWK menyediakan teori sekaligus metode untuk menganalisis hubungan wacana dan
perkembangan sosial masyarakat. Berikut 5 ciri umum pendekatan AWK yang di kemukakan
Fairclough dan Wodak ( Jorgensen, 2010 : 115)
1. Sifat dan struktur proses kultural dan sosial merupakan sebagian linguistik-kewacanaan.
Praktek kewacaan merupakan tempat dihasilkan dan dikonsumsinya teks wacana yang pada
ahkirnya berkontribusi dalam penyusunan dunia sosial. Tujuan AWK adalah untuk menjelaskan
linguistik-kewacaan fenomena sosial dan proses perubahan makna yang ada. Wacana memberikan
tuntunan tidak hanya pada bahasa tulis, bahasa tutur namun juga pada pencitraan visual. Yang
perlu menjadi catatan adalah, teks memiliki sistem semiotik yang berbeda dengan bahasa tulis,
pencitraan visual dan/atau bunyi.
2. Wacana itu tersusun dan bersifat konstitutif.
Wacana merupakan bentuk dari praktik sosial yang menyusun dunia sosial dan disusun oleh
praktik-praktik sosial yang lainnya. Wacana tidak berkontribusi dalam pembentukan struktur
sosial namun sebagai alat perefleksi struktur sosial. Wacana hanya dipandang sebagai konstutif,
11
entitas sosial berasal dari benak orang-orang. Objek fisik tidak akan mendapatkan makna dari
wacana.
3. Penggunaan bahasa hendaknya dianalisis seara empiris dalam konteks sosialnya.
Analisis Laclau dan Mouffe mengerjakan analisis tekstual linguistik yang kongkret atas
penggunaan bahasa dalam interaksi sosial.
4. Fungsi wacana secara ideologis.
Fokus penulisan AWK adalah praktik kewacanaan yang mengkonstruksi representasi dunia,
subjek sosial, dan hubungan sosial termasuk hubungan kekuasaan dan peran yang diaminkan
dalam kelompok tertentu. AWK bersifat kritis artinya bahwa analisis ini bertujuan untuk
mengungkap peran praktik kewacanaan dalam hubungan-hubungan sosial yang cenderung
melibatan kekuasaan yang tidak sepadan.
5. Penulisan kritis.
Sejatinya AWK juga tidak dapat dianggap sebagai pendekatan politik yang netral karena atas nama
emansipasi, AWK berupaya untuk memihak kelompok sosial yang tertindas oleh kekuasaan yang
tidak setara. Dengan mengkritik peran praktik kewacanaan yang tidak seimbang analisis ini ingin
memperjuangkan tercapainya perubahan sosial yang radikal.
Analisis Wacana Kritis Fairclough
Wacama mengacu pada penggunaan bahasa sebagai praktik sosial, wacana bersifat konstitutif dan
tersusun. Wacana digunakan dalam suatu bidang khusus, seperti politik atau ilmiah. Wacana
mengacu pada cara bertutur yang memberikan makna dari pengalaman-pengalaman perspektif
tertentu. Wacana berkontribusi dalam pengkonstruksian identitas sosial, hubungan sosial, sistem
pengetahuan dan makna. Sehingga wacana memiliki 3 fungsi yaitu, fungsi identitas, fungsi
hubungan dan fungsi ideasional.
Fairclough merumuskan AWK dalam model 3 dimensi :
12
Setiap peristiwa komunikasi dipahami sebagai peristiwa 3 dimensi. Teks (tuturan, visual,
pencitraan dan bisa jadi gabungan ketiganya). Praktik kewacanaan melibatkan pemrokdusian dan
pengkonsumsian teks, dan kemudian adanya praktik sosial.
Metode dan desain penulisan analisis wacana kritis Fairclough
1. Pemilihan masalah penulisan
AWK dimaksudkan untuk menghasilkan penulisan kritis yaitu berkontribusi pada ketidakadilan
atau ketidaksetaraan yang terjadi dimasyarakat. Permasalahan bisa jadi persoalan individu atau
kelompok yang ada di masyarakat. Bisa merupakan upaya untuk mengungkap suatu ketidakadilan
atau menuntut kebutuhan yang tidak terpenuhi.
2. Rumusan pertanyaan penulisan
Praktik kewacanaan memiliki hubungan dialektik dengan praktik sosial lainnya. Salah satu tujuan
utama AWK adalah memperlihatkan hubungan antara praktik kewacanaan dengan struktur dan
perkembangan sosial dan budaya yang ada di masyarakat. Kewacanaan secara aktif
mencerminkan dan memberikan kontribusi kepada perubahaan sosial dan budaya. Pertanyaan
penulisan bisa muncul dari 3 dimensi wacana.
3. Pilihan materi
Pilihan materi tergantung pada sejumlah aspek yaitu, pertanyaan penulisan, pengetahuan penulis
tentang materi yang relevan dan apakah askes menuju materi memungkinkan.
4. Transkripsi
13
Apabila percakapan merupakan materi yang akan digunakan maka perlu adanya transkripsi untuk
memudahkan proses analisis. Transkripsi harus dilakukan secara lengkap, detail dan sebenarsebenarnya. Sehingga tujuan penulisan dapat terwujud.
5. Analisis
AWK fairclough memiliki tahapan proses analisis yang dilakukan sesuai dengan model 3 dimensi.
Praktik kewacanaan
Analisis praktik kewacanaan dipusatkan pada bagaimana teks diproduksi dan dikonsumsi.
Teks
Dengan melakukan analisis terinci linguistik pada teks dengan mengunakan piranti khusus,
semisal menjelaskan bagaimana wacana diaktifkan secara tekstual dan membuat kesimpulan yang
mendukung penulisan
Praktik sosial
Hendaknya dilakukan eksplorasi hubunan antara praktik kewacanaan dan tatanan wacana.
Memetakan hubungan kultural, sosial dan nonwacana dan struktur yang menyusun konteks lebih
luas. Kesimpulan yang dihasilkan nantinya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang
perubahan dan konsekuensi-konsekuensi ideologis.
6. Hasil penulisan
Hasil penulisan hendaknya tetap mempertimbangkan etika tertentu tentang penggunaan hasil
penulisan, karena biasa jadi hasil penulisan digunakan sebagai rekayasa sosial dimasyarakat.
2.2 Penulisan Terdahulu
14
Peneltitan berjudul “Wacana Toleransi Pada Sinetron (Analisis Wacana Kritis
Sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series episode 439-441)” karya Wida Rachmania
tahun 2013 dari UKSW.
Satu stasiun televisi dengan stasiun televisi lain berlomba-lomba untuk menyajikan sinetron
bergenre religi bertujuan menarik penonton sebanyak mungkin. Tukang Bubur Naik Haji The
Series merupakan salah satu sinetron yang bergenre drama religi dan ditayangkan di RCTI.
Sinetron ini selain mengusung tema-tema yang mengandung muatan nilai religi juga menyuguhkan
tema dengan muatan wacana toleransi seperti yang terlihat pada episode 439-441. Penyajian pesan
yang sederhana dan menarik, namun di dalamnya termuat banyak pesan kebaikan yang dapat
diambil, membuat sinetron ini diminati dan mendapat respon yang baik dari masyarakat. Tujuan
dari penulisan ini untuk mengetahui wacana toleransi pada sinetron Tukang Bubur Naik Haji The
Series episode 439-441. Penulisan ini termasuk dalam kategori penulisan kualitatif dengan
menggunakaan pendekatan analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk yang meneliti pada
level teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Teknik pengambilan data melalui pemilihan beberapa
scene pada sinetron tersebut yang meliputi adegan-adegan yang menggambarkan wacana-wacana
toleransi dalam sinetron. Analisis data yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan
pengamatan melalui setiap dialog sinetron, visualisasi gambar, dan tokoh yang terdapat pada
sinetron yang menggambarkan wacana toleransi pada sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series
episode 439-441. Dari analisis yang telah dilakukan pada sinetron Tukang Bubur Naik Haji The
Series episode 439-441, menghasilkan wacana toleransi yang terkandung yaitu bentuk toleransi
antar suku dan antar umat beragama, serta beretika dalam kehidupan bermasyarakat. Wacana
toleransi yang disuguhkan sebagai sarana untuk memberikan gambaran kepada penonton bentuk
toleransi dengan menghormati dan menghargai masyarakat berketurunan Tionghoa di Indonesia
yang merayakan Imlek dengan harapan tercipta keharmonisan di tengah-tengah masyarakat yang
multikultural.1
Penulisan berjudul “Coklat dan premepuan (Analisis Wacana Kritis Sara Milis pada
Iklan Televisi Tim-Tam dan Tango Crunch” karya Johor Hanna Ruth Simanjuntak tahun
2013 dari UKSW.
1
http://repository.uksw.edu/handle/123456789/6980
15
Iklan merupakan salah satu bentuk dari komunikasi. Sebuah iklan tidak akan ada artinya tanpa
adanya pesan. Pesan yang disampaikan oleh sebuah iklan, berupa pesan verbal, non verbal, dan
bahkan perpaduan antara antara pesan verbal dan pesan non verbal. Salah satu daya tarik dalam
penulisan ini adalah kedua iklan televisi yang merupakan iklan produk makanan ringan,
diantaranya makanan ringan berlapis cokelat. Iklan Tim-Tamdan Tango Crunch Cake,
menghadirkan pesan verbal maupun non verbal, dimana perempuan sebagai objek tanda yang
akhirnya mengkonstruksi perempuan. Penulisan ini bersifat untuk menganalisis bagaimana posisi
perempuan yang ada di dalam iklan Tim-Tamdan Tango Crunch Cake. Dengan menggunakan
analisis wacana kritis Sara Mills, salah satu wacana yang menganalisis mengenai feminis. Dengan
melihat bagaimana posisi subjek-objek dan posisi pemirsa dalam iklan TimTamdan Tango Crunch
Cake, akan terungkap wacana yang ingin disajikan kepada khalayak apakah memunculkan
konstruksi perempuan melalui beberapa potongan scene iklan Tim-Tam dan Tango Crunch
Cake.Hasil
penulisan
Cakemenempatkan
ini
menunjukkan
perempuan
bahwa
dikonstruksi
iklan
lewat
Tim-Tamdan
tubuh,
lewat
Tango
pakaian
Crunch
yang
dikenakan,perempuan sebagai makhluk sempurna, dan sebagai objek pelengkap. Dilihat dari
konstruksi peremouan sebagai objek pelengkap ingin mengatakan perempuan hanya sebagai objek
hantaran, sampingan di masyarakat. Semua hasil konstruksi ini merupakan gambaran bahwa
perempuan sebagai objek tanda dalam iklan. Sosok perempuan belum dapat berada sebagai
makhluk yang superior, sehingga persepsi masyarakat tidak berubah bahwa perempuan belum
sejajar dengan laki-laki.2
Penulisan berjudul “Analisis Wacana Kritis dalam Pagelaran Wayang Kulit Lakon
Petruk Dadi Ratu” karya Lanjar Rani tahun 2013 dari UKSW.
Masalah yang dibahas didalam penulisan ini adalah wacana yang muncul dari lakon wayang kulit
Petruk Dadi Ratu. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui wacana di dalam lakon Petruk
Dadi Ratu dan mengapa wacana tersebut memiliki struktur sedemikian rupa. Petruk Dadi Ratu
merupakan lakon caranganyang keberadaannya sebagai lakon yang berbeda dan diluar dari
pakemisasi pagelaran wayang kulit selama ini. Alur ceritanya yang diangkat dengan nuansa lakon
yang berbeda dan baru dengan cara penyampaian dalang yang menggunakan improvisasi didalam
2
http://repository.uksw.edu/handle/123456789/6987
16
alur cerita sesuai dengan ciri khasnya. Hal itu dikarenakan corak politis dan protes dalam lakon
tersebut. Salah satunya dapat dilihat dalam lakon “Petruk Dadi Ratu”. Lakon ini merupakan lakon
improvisasi dimana dalang memberikan sesuatu yang lebih aktual dan sesuai dengan realitas yang
ada di dalam kehidupan sebagai wujud kritik sosial politik terhadap apa yang terjadi di dalam
pemerintahan saat ini. Keberadaan dalang dengan pagelaran wayang kulitnya dan sikap-sikap
memberikan pesan moral maupun politisnya menarik untuk dikaji melalui pendekatan analisis
wacana kritis. Penulisan ini menggunakan Analisis Wacana Kritis dengan model pendekatan
Norman Fairclough. Data yang diperoleh dianalisis dalam tiga dimensi, yaitu dimensi teks,
dimensi praktik wacana, dan dimensi sosiokultural. Penulisan ini juga menggunakan teori Foucault
untuk melihat bagaimana wayang kulit sebagai bentuk pengetahuan dan kekuasaan didalam sebuah
analisis wacana kritis. Setelah dilakukan analisis data diperoleh hasil berupa adanya perubahan
dalam dunia pewayangan yaitu sisi lain pakemisasi dalam sebuah pagelaran wayang kulit. Hal
tersebut disebabkan karena kemajuan jaman dan ideologi untuk mengemas kesenian wayang kulit
menjadi lebih menarik dan dapat mempertahankan eksistensinya. Hal tersebut ditunjukkan melalui
lakon wayang kulit Petruk Dadi Ratu dalam sebuah lakon carangan.3
2.3 Kerangka Pikir
Kasus Kopi ber-sianida
3
http://repository.uksw.edu/handle/123456789/4499
17
Pemberitaan sejumlah
KompasTV
stasiun televisi
Video dokumenter
“ianida di Kopi Mirna
Analisis Wacana Kritis
Wacana dan
keberpihakan
18
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Video Dokumenter
Kamera dipercaya sebagai alat penangkap dan penyalur realitas sosial yang ada. Sejak
tahun 1970an teori poststrukturalis mengatakan kamera dan video yang dihasilkan adalah sebuah
sistem dari nilai budaya dan kepercayaan. Keaslian cerita dari sebuah video diuji dalam vedio
dokumeneter yang seharusnya menampilkan sebuah cerita fakta dan dikemas secara objektif.
Ralph S. Singleton and James A. Conrad menjelaskana dokumenter adalah video dari
sebuah peristiwa yang aktual. Peristiwa-peristiwa tersebut didokumentasikan dengan
menggunakan orang-orang biasa. Sementara menurut Edmund F. Penney dokumenter adalah
suatu jenis video yang melakukan interpretasi terhadap subyek dan latar belakang yang nyata.
Terkadang istilah ini digunakan secara luas untuk memperlihatkan aspek realistiknya
dibandingkan pada video-video cerita konvensional. Namun istilah ini juga telah menjadi sempit
karena seringkali hanya menyajikan rangkaian gambar dengan narasi dan soundtrack dari
kehidupan nyata (http://www.idseducation.com/articles/14-pendapat-ahli-mengenai-pengertianvideo-dokumenter/) Jenis dokumenter ini memang kepanjangan dari investigasi jurnalistik.
Peristiwa yang diangkat umumnya pristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam, misalnya
korupsi dalam penanganan bencana, jaringan mafia suatu negara, atau yang lainnya. Terkadang,
dokumenter ini membutuhkan rekonstruksi untuk membantu memperjelas suatu peristiwa
(http://www.idseducation.com/articles/jenis-jenis-video-dokumenter/)
Dalam menganalisis sebuah video dokumenter penulis mulai menggabungkan peran
penonton, etika pembuatan video dan identitas pembuat video. Teori video dokumenter milik
Brian Winston menjelaskan bahwa, penerimaan penonton pada sebuah video dokumenter adalah
kunci pendefinisian dokumenter itu sendiri dan juga penting sebagai bahan evaluasi sejumlah
kebenaran yang ditampilkan dalam video dokumenter tersebut. Sejumlah teori video dokumenter
9
menegaskan bahwa aturan utama dalam menganalisis sebuah karya dokumenter adalah etika
pembuatan video itu sendiri. Sebagian teori mengatakan, video dokumenter adalah sebuah cerita
fakta tentang sebuah realita sosial sehingga pasti bersifat objektif. Namun sebagian teori lagi
mengatakan, pengaruh dari sang pembuat video, penonton, proses interogasi masalah, dll harus
juga jadi pertimbangan dalam menganalisis sebuah video dokumenter.
Teori Wacana Laclau dan Mouffe
Teori wacana digunakan untuk memahami fenomena sosial sebagai pengkonstruksian
kewacanaan karena pada prisipnya semua fenoma sosial dapat diteliti dengan analisis wacana.
Laclau dan Mouffe mengkonstruksikan teorinya sendiri dengan jalan menggabungkan dan
memodifikasi 2 tradisi teoritis utama yaitu Marxisme dan Strukturalisme. Marxisme fokus pada
fenomena sosial yang ada sedangkan strukturalisme menyediakan teori makna. Wacana dipahami
sebagai penetapan makna, tanda-tamda yang terdapat dalam wacana merupakan momen, dan
setiap momen seperti mata jaring dalam jaring yang lain. Semua tanda merupakan momen dalam
suatu sistem dan makna sistem itu sendiri tergantung pada hubungannya dengan tanda yang
lainnya.
Laclau dan Mouffe menetapkan 4 konsep utama dalam analisis wacana : titik nodal, titik
tanda persetujuan, medan kewacanaan, dan pengahkiran. Titik nodal merupakan sebuah tanda
yang memiliki hak khusus karena tanda yang lainnya memperoleh makna darinya, misalkan
wacananya adalah demokrasi maka titik nodalnya adalah rakyat. Wacana berusaha untuk
menyingkirkan kemungkinan pemaknaan ganda yang terdapat dalam sebuah tanda, sehingga fokus
pada makna antar tanda. Medan wacana sendiri merupakan cadangan makna yang telah ditiadakan
oleh wacana.
Wacana merupakan upaya untuk menata tanda-tanda sehingga seolah-oleh tanda tersebut
memiliki makna yang utuh atau ada kesatuan makna. Masyarakat atau sekelompok manusia yang
menerima kesatuan makna tersebut akan memandanganya sebagai sebuah fakta yang objektif.yang
menjadi fokus analisis wacana adalah bukan mencari makna yang sebenarnya namun lebih pada
analisa proses pengkontruksian makan yang diterima masyarakat.
Individu dalam sebuah interaksi sosial selalu ditempatkan pada posisi tertentu dan memiliki
harapan perlakuan tertentu pula dari posisi tersebut. Misalkan seorang perempuan dipanggil
10
“mama” oleh anaknya, secara tidak langsung anak tersebut telah memposisikan perempuan itu
pada posisi “ibu” dan anak tersebut memiliki sejumlah harapan perlakuan dari posisi tersebut.
Subjek itu sendiri merupakan suatu struktur yang tidak tetap dan senantiasa akan berjuang menjadi
sesuatu yang utuh. Ada beberapa konsep individu dan identitas yang dikemukakan Laclau dan
Mouffe. Subjek memperoleh identitas dari kewacanaan dan tidak pernah cukup menjadi dirinya
sendiri. Identitas merupakan identifikasi posisi subjek itu sendiri dalam struktur kewacanaan.
Identitas bisa senantiasa diubah seperti wacana.
Dalam menganalisis sebuah wacana, hal pertama yang dilakukan adalah menetukan
penanda-penanda utama : titik nodal, penanda utama dan mitos. Misalkan titik nodal : demokrasi,
penanda utama : laki-laki, mitos : masyarakat. Setelah brhasil mengidentifikasi penanda-penanda
utama maka hal selanjutnya adalah melanjutkan penyelidikan bagaimana wacana, identitas, dan
ruang sosial diorganisasikan secara kewacanaan. Hal ini dilakaukan untuk mengetahui bagaiaman
penggabungan penanda-penanda utama dengan penanda-penanda yang lain.
Analisis Wacana Kritis (AWK)
AWK menyediakan teori sekaligus metode untuk menganalisis hubungan wacana dan
perkembangan sosial masyarakat. Berikut 5 ciri umum pendekatan AWK yang di kemukakan
Fairclough dan Wodak ( Jorgensen, 2010 : 115)
1. Sifat dan struktur proses kultural dan sosial merupakan sebagian linguistik-kewacanaan.
Praktek kewacaan merupakan tempat dihasilkan dan dikonsumsinya teks wacana yang pada
ahkirnya berkontribusi dalam penyusunan dunia sosial. Tujuan AWK adalah untuk menjelaskan
linguistik-kewacaan fenomena sosial dan proses perubahan makna yang ada. Wacana memberikan
tuntunan tidak hanya pada bahasa tulis, bahasa tutur namun juga pada pencitraan visual. Yang
perlu menjadi catatan adalah, teks memiliki sistem semiotik yang berbeda dengan bahasa tulis,
pencitraan visual dan/atau bunyi.
2. Wacana itu tersusun dan bersifat konstitutif.
Wacana merupakan bentuk dari praktik sosial yang menyusun dunia sosial dan disusun oleh
praktik-praktik sosial yang lainnya. Wacana tidak berkontribusi dalam pembentukan struktur
sosial namun sebagai alat perefleksi struktur sosial. Wacana hanya dipandang sebagai konstutif,
11
entitas sosial berasal dari benak orang-orang. Objek fisik tidak akan mendapatkan makna dari
wacana.
3. Penggunaan bahasa hendaknya dianalisis seara empiris dalam konteks sosialnya.
Analisis Laclau dan Mouffe mengerjakan analisis tekstual linguistik yang kongkret atas
penggunaan bahasa dalam interaksi sosial.
4. Fungsi wacana secara ideologis.
Fokus penulisan AWK adalah praktik kewacanaan yang mengkonstruksi representasi dunia,
subjek sosial, dan hubungan sosial termasuk hubungan kekuasaan dan peran yang diaminkan
dalam kelompok tertentu. AWK bersifat kritis artinya bahwa analisis ini bertujuan untuk
mengungkap peran praktik kewacanaan dalam hubungan-hubungan sosial yang cenderung
melibatan kekuasaan yang tidak sepadan.
5. Penulisan kritis.
Sejatinya AWK juga tidak dapat dianggap sebagai pendekatan politik yang netral karena atas nama
emansipasi, AWK berupaya untuk memihak kelompok sosial yang tertindas oleh kekuasaan yang
tidak setara. Dengan mengkritik peran praktik kewacanaan yang tidak seimbang analisis ini ingin
memperjuangkan tercapainya perubahan sosial yang radikal.
Analisis Wacana Kritis Fairclough
Wacama mengacu pada penggunaan bahasa sebagai praktik sosial, wacana bersifat konstitutif dan
tersusun. Wacana digunakan dalam suatu bidang khusus, seperti politik atau ilmiah. Wacana
mengacu pada cara bertutur yang memberikan makna dari pengalaman-pengalaman perspektif
tertentu. Wacana berkontribusi dalam pengkonstruksian identitas sosial, hubungan sosial, sistem
pengetahuan dan makna. Sehingga wacana memiliki 3 fungsi yaitu, fungsi identitas, fungsi
hubungan dan fungsi ideasional.
Fairclough merumuskan AWK dalam model 3 dimensi :
12
Setiap peristiwa komunikasi dipahami sebagai peristiwa 3 dimensi. Teks (tuturan, visual,
pencitraan dan bisa jadi gabungan ketiganya). Praktik kewacanaan melibatkan pemrokdusian dan
pengkonsumsian teks, dan kemudian adanya praktik sosial.
Metode dan desain penulisan analisis wacana kritis Fairclough
1. Pemilihan masalah penulisan
AWK dimaksudkan untuk menghasilkan penulisan kritis yaitu berkontribusi pada ketidakadilan
atau ketidaksetaraan yang terjadi dimasyarakat. Permasalahan bisa jadi persoalan individu atau
kelompok yang ada di masyarakat. Bisa merupakan upaya untuk mengungkap suatu ketidakadilan
atau menuntut kebutuhan yang tidak terpenuhi.
2. Rumusan pertanyaan penulisan
Praktik kewacanaan memiliki hubungan dialektik dengan praktik sosial lainnya. Salah satu tujuan
utama AWK adalah memperlihatkan hubungan antara praktik kewacanaan dengan struktur dan
perkembangan sosial dan budaya yang ada di masyarakat. Kewacanaan secara aktif
mencerminkan dan memberikan kontribusi kepada perubahaan sosial dan budaya. Pertanyaan
penulisan bisa muncul dari 3 dimensi wacana.
3. Pilihan materi
Pilihan materi tergantung pada sejumlah aspek yaitu, pertanyaan penulisan, pengetahuan penulis
tentang materi yang relevan dan apakah askes menuju materi memungkinkan.
4. Transkripsi
13
Apabila percakapan merupakan materi yang akan digunakan maka perlu adanya transkripsi untuk
memudahkan proses analisis. Transkripsi harus dilakukan secara lengkap, detail dan sebenarsebenarnya. Sehingga tujuan penulisan dapat terwujud.
5. Analisis
AWK fairclough memiliki tahapan proses analisis yang dilakukan sesuai dengan model 3 dimensi.
Praktik kewacanaan
Analisis praktik kewacanaan dipusatkan pada bagaimana teks diproduksi dan dikonsumsi.
Teks
Dengan melakukan analisis terinci linguistik pada teks dengan mengunakan piranti khusus,
semisal menjelaskan bagaimana wacana diaktifkan secara tekstual dan membuat kesimpulan yang
mendukung penulisan
Praktik sosial
Hendaknya dilakukan eksplorasi hubunan antara praktik kewacanaan dan tatanan wacana.
Memetakan hubungan kultural, sosial dan nonwacana dan struktur yang menyusun konteks lebih
luas. Kesimpulan yang dihasilkan nantinya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang
perubahan dan konsekuensi-konsekuensi ideologis.
6. Hasil penulisan
Hasil penulisan hendaknya tetap mempertimbangkan etika tertentu tentang penggunaan hasil
penulisan, karena biasa jadi hasil penulisan digunakan sebagai rekayasa sosial dimasyarakat.
2.2 Penulisan Terdahulu
14
Peneltitan berjudul “Wacana Toleransi Pada Sinetron (Analisis Wacana Kritis
Sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series episode 439-441)” karya Wida Rachmania
tahun 2013 dari UKSW.
Satu stasiun televisi dengan stasiun televisi lain berlomba-lomba untuk menyajikan sinetron
bergenre religi bertujuan menarik penonton sebanyak mungkin. Tukang Bubur Naik Haji The
Series merupakan salah satu sinetron yang bergenre drama religi dan ditayangkan di RCTI.
Sinetron ini selain mengusung tema-tema yang mengandung muatan nilai religi juga menyuguhkan
tema dengan muatan wacana toleransi seperti yang terlihat pada episode 439-441. Penyajian pesan
yang sederhana dan menarik, namun di dalamnya termuat banyak pesan kebaikan yang dapat
diambil, membuat sinetron ini diminati dan mendapat respon yang baik dari masyarakat. Tujuan
dari penulisan ini untuk mengetahui wacana toleransi pada sinetron Tukang Bubur Naik Haji The
Series episode 439-441. Penulisan ini termasuk dalam kategori penulisan kualitatif dengan
menggunakaan pendekatan analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk yang meneliti pada
level teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Teknik pengambilan data melalui pemilihan beberapa
scene pada sinetron tersebut yang meliputi adegan-adegan yang menggambarkan wacana-wacana
toleransi dalam sinetron. Analisis data yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan
pengamatan melalui setiap dialog sinetron, visualisasi gambar, dan tokoh yang terdapat pada
sinetron yang menggambarkan wacana toleransi pada sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series
episode 439-441. Dari analisis yang telah dilakukan pada sinetron Tukang Bubur Naik Haji The
Series episode 439-441, menghasilkan wacana toleransi yang terkandung yaitu bentuk toleransi
antar suku dan antar umat beragama, serta beretika dalam kehidupan bermasyarakat. Wacana
toleransi yang disuguhkan sebagai sarana untuk memberikan gambaran kepada penonton bentuk
toleransi dengan menghormati dan menghargai masyarakat berketurunan Tionghoa di Indonesia
yang merayakan Imlek dengan harapan tercipta keharmonisan di tengah-tengah masyarakat yang
multikultural.1
Penulisan berjudul “Coklat dan premepuan (Analisis Wacana Kritis Sara Milis pada
Iklan Televisi Tim-Tam dan Tango Crunch” karya Johor Hanna Ruth Simanjuntak tahun
2013 dari UKSW.
1
http://repository.uksw.edu/handle/123456789/6980
15
Iklan merupakan salah satu bentuk dari komunikasi. Sebuah iklan tidak akan ada artinya tanpa
adanya pesan. Pesan yang disampaikan oleh sebuah iklan, berupa pesan verbal, non verbal, dan
bahkan perpaduan antara antara pesan verbal dan pesan non verbal. Salah satu daya tarik dalam
penulisan ini adalah kedua iklan televisi yang merupakan iklan produk makanan ringan,
diantaranya makanan ringan berlapis cokelat. Iklan Tim-Tamdan Tango Crunch Cake,
menghadirkan pesan verbal maupun non verbal, dimana perempuan sebagai objek tanda yang
akhirnya mengkonstruksi perempuan. Penulisan ini bersifat untuk menganalisis bagaimana posisi
perempuan yang ada di dalam iklan Tim-Tamdan Tango Crunch Cake. Dengan menggunakan
analisis wacana kritis Sara Mills, salah satu wacana yang menganalisis mengenai feminis. Dengan
melihat bagaimana posisi subjek-objek dan posisi pemirsa dalam iklan TimTamdan Tango Crunch
Cake, akan terungkap wacana yang ingin disajikan kepada khalayak apakah memunculkan
konstruksi perempuan melalui beberapa potongan scene iklan Tim-Tam dan Tango Crunch
Cake.Hasil
penulisan
Cakemenempatkan
ini
menunjukkan
perempuan
bahwa
dikonstruksi
iklan
lewat
Tim-Tamdan
tubuh,
lewat
Tango
pakaian
Crunch
yang
dikenakan,perempuan sebagai makhluk sempurna, dan sebagai objek pelengkap. Dilihat dari
konstruksi peremouan sebagai objek pelengkap ingin mengatakan perempuan hanya sebagai objek
hantaran, sampingan di masyarakat. Semua hasil konstruksi ini merupakan gambaran bahwa
perempuan sebagai objek tanda dalam iklan. Sosok perempuan belum dapat berada sebagai
makhluk yang superior, sehingga persepsi masyarakat tidak berubah bahwa perempuan belum
sejajar dengan laki-laki.2
Penulisan berjudul “Analisis Wacana Kritis dalam Pagelaran Wayang Kulit Lakon
Petruk Dadi Ratu” karya Lanjar Rani tahun 2013 dari UKSW.
Masalah yang dibahas didalam penulisan ini adalah wacana yang muncul dari lakon wayang kulit
Petruk Dadi Ratu. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui wacana di dalam lakon Petruk
Dadi Ratu dan mengapa wacana tersebut memiliki struktur sedemikian rupa. Petruk Dadi Ratu
merupakan lakon caranganyang keberadaannya sebagai lakon yang berbeda dan diluar dari
pakemisasi pagelaran wayang kulit selama ini. Alur ceritanya yang diangkat dengan nuansa lakon
yang berbeda dan baru dengan cara penyampaian dalang yang menggunakan improvisasi didalam
2
http://repository.uksw.edu/handle/123456789/6987
16
alur cerita sesuai dengan ciri khasnya. Hal itu dikarenakan corak politis dan protes dalam lakon
tersebut. Salah satunya dapat dilihat dalam lakon “Petruk Dadi Ratu”. Lakon ini merupakan lakon
improvisasi dimana dalang memberikan sesuatu yang lebih aktual dan sesuai dengan realitas yang
ada di dalam kehidupan sebagai wujud kritik sosial politik terhadap apa yang terjadi di dalam
pemerintahan saat ini. Keberadaan dalang dengan pagelaran wayang kulitnya dan sikap-sikap
memberikan pesan moral maupun politisnya menarik untuk dikaji melalui pendekatan analisis
wacana kritis. Penulisan ini menggunakan Analisis Wacana Kritis dengan model pendekatan
Norman Fairclough. Data yang diperoleh dianalisis dalam tiga dimensi, yaitu dimensi teks,
dimensi praktik wacana, dan dimensi sosiokultural. Penulisan ini juga menggunakan teori Foucault
untuk melihat bagaimana wayang kulit sebagai bentuk pengetahuan dan kekuasaan didalam sebuah
analisis wacana kritis. Setelah dilakukan analisis data diperoleh hasil berupa adanya perubahan
dalam dunia pewayangan yaitu sisi lain pakemisasi dalam sebuah pagelaran wayang kulit. Hal
tersebut disebabkan karena kemajuan jaman dan ideologi untuk mengemas kesenian wayang kulit
menjadi lebih menarik dan dapat mempertahankan eksistensinya. Hal tersebut ditunjukkan melalui
lakon wayang kulit Petruk Dadi Ratu dalam sebuah lakon carangan.3
2.3 Kerangka Pikir
Kasus Kopi ber-sianida
3
http://repository.uksw.edu/handle/123456789/4499
17
Pemberitaan sejumlah
KompasTV
stasiun televisi
Video dokumenter
“ianida di Kopi Mirna
Analisis Wacana Kritis
Wacana dan
keberpihakan
18