T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi dalam Transaksi Jual Beli Tanah Merah: Studi Kasus di Desa Kaligawe Kec. Karangdadap Kab. Pekalongan T1 BAB II

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1

Pengertian Komunikasi
Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat

sebagai berikut :
1. Pengertian Komunikasi secara etimologi
Komunikasi berasal dari dari bahasa latin communication, dan bersumber juga
dari kata communis yang artinya sama,dalam arti kata sama makna. Jadi
komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat
kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.
2. Pengertian komunikasi secara terminologis
Komunikasi yang berarti penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada
orang lain.
Komunikasi menurut beberapa ahli diantaranya adalah menurut Everett
Rogers dalam Hafied Cangara (1998:20) Komunikasi didefinisikan sebagai
“proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih,
dengan maksud untuk merubah tingkah laku mereka”. Sedangkan menurut Arni

Muhammad (2005:5) Komunikasi didefinisikan sebagai “Pertukaran pesan verbal
maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah
tingkah laku”. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi sebagai suatu proses
pengiriman dan penyampaian pesan baik berupa verbal maupun non verbal oleh
seseorang kepada orang lain untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik
langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media. Komunikasi yang
baik harus disertai dengan adanya jalinan pengertian antara kedua belah pihak
(pengirim dan penerima), sehingga yang dikomunikasikan dapat dimengerti dan
dilaksanakan.

9

2.1.1. Pengertian Pola Komunikasi
Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang
atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah, 2004:1).Dimensi pola
komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang berorientasi pada konsep dan
pola yang berorientasi pada sosial yang mempunyai arah hubungan yang berlainan
(Sunarto, 2006 : 1).Tubbs dan Moss mengatakan bahwa “pola komunikasi atau
hubungan itu dapat dicirikan : komplementaris atau simetris. Dalam hubungan

komplementer satu bentuk perilaku dominan dari satu partisipan mendatangkan
perilaku tunduk dan lainnya. Dalam simetri, tingkatan sejauh mana orang
berinteraksi atas dasar kesamaan. Dominasi bertemu dengan dominasi atau
kepatuhan dengan kepatuhan” (Tubbs, Moss, 2001:26). Pola komunikasi terdiri
atas beberapa macam, yaitu :
1. Pola Komunikasi Primer
Pola komunikasi primer yaitu proses penyampaian pikiran dan atau
gagasan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol)
sebagai media. Lambang sebagai media primer dan proses komunikasi adalah
gestur, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu
menerjemahkan pikiran komunikator kepada komunikan.4
2. Pola Komunikasi Sekunder
Pola komunikasi sekunder merupakan proses penyampaian pesan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media
kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Pentingnya peranan
media, yakni media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan oleh
efisiensinya dalam mencapai komunikan. Surat kabar, radio, dan atau televisi

4
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2009) hlm. 11)/Ibid 11


10

misalnya, merupakan media yang paling efisien dalam komunikan yang
jumlahnya banyak.5
3. Pola Komunikasi Linear
Pola komunikasi linear merupakan proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Komunikasi linier ini
berlangsung baik dalam situasi komunikasi tatap muka (face to face
communication) secarapribadi (interpersonal communication) dan kelompok

(group

communication),

maupun

dalam

situasi


bermedia

(mediated

communication).

4. Pola Komunikasi Sirkular
Sirkular secara harafiah berarti bulat, bundar, atau keliling. Dalam proses
sirkular itu terjadi feedback atau umpan balik. Dalam pola komunikasi yang
seperti ini proses komunikasi berjalan terus yaitu adanya umpan balik antara
komunikator dan komunikan. Pola komunikasi sirkular ini didasarkan pada
perspektif interaksi yang menekankan bahwa komunikator atau sumber memberi
respon secara timbal balik pada komunikator lainnya. Perspektif interaksional ini
menekankan bahwa tindakan yang bersifat simbolis dalam suatu perkembangan
yang bersifat proses dari suatu komunikasi manusia.6
Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau
pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan
penerimaan pesan yang dikaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau rencana
yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktivitas dengan komponen yang

merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan komunikasi antar manusia
atau kelompok dan organisasi.

5
Ibid.hlm. 16-17
6
B.Aubrey Fisher, Teori-teori Komunikasi Perspektif Mekanistis, Psikologis, Interaksional dan Pragmatis terjemahan oleh
Soejono Trimo (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1986)

11

2.1.2. Macam-macam Pola Komunikasi Joseph A. Devito
1. Pola Rantai

Pola rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para
anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang
saja. Keadaan terpusat juga terdapat disini. Orang yang berada di posisi
tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di
posisi lain.7
2. Pola Lingkaran


Pola lingkaran yakni hampir sama dengan pola rantai, namun
orang terakhir berkomunikasi pula dengan orang pertama. Dalam pola ini
tidak memiliki pimpinan. Semua anggota posisinya sama. Mereka
memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi
kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain di
sisinya.8Lingkaran

merupakan

jaringan

yang

paling

kurang

tersentralisasikan karena salurannya tidak memiliki posisi yang lebih
sentral daripada posisi lainnya. Setiap individu dalam jaringan roda tadi

7
Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia , hlm. 383
8
Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia , hlm. 383

12

hanya berkomunikasi dengan dua orang lainnya. Jaringan lingkaran ini
menempatkan semua anggotanya pada garis keliling dari lingkaran itu,
tiap posisi dihubungkan dengan posisi pada kedua sisinya. Dengan cara
demikian, Pola ini memberikan kepuasan kelompok yang tertinggi,
dimana setiap anggota memiliki

kesempatan

yang sama untuk

berkomunikasi.
3. Pola Y


Pola Y relatif kurang tersentralisasi dibanding dengan pola roda,
tetapi lebih tersentralisasi dibandingkan dengan pola lainnya. Pada pola Y
juga terdapat pemimpin yang jelas tetapi semua anggota lain berperan
sebagai pemimpin kedua. Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima
pesan dari dua orang lainnya. Ketiga anggota lainnya komunikasinya
terbatas hanya dengan satu orang lainnya.9 Pola Y memasukkan dua orang
sentral yang menyampaikan informasi kepada yang lainnya pada batas luar
suatu pengelompokkan. Pada pola ini, seperti pola rantai, sejumlah saluran
terbuka dibatasi, dan komunikasi bersifat disentralisasi atau dipusatkan.
Orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi dengan orang-orang tertentu
saja.

9
Ibid

13

4. Pola Beroda

Pola yang paling tersentralisasi berbentuk “Roda”, dengan satu

orang berada di posisi tengahnya. Setiap anggota lainnya hanya
berkomunikasi kepada orang tersebut dan tidak kepada anggota lainnya
dari kelompok tersebut. Bayangkanlah dalam pikiran anda adanya posisi
sentral yang dinamakan A, sebagai sumbu roda, dengan semua saluran
yang menghubungkan A dengan para anggota lainnya yang ditempatkan di
lingkaran luar dari roda itu. Pola itu lalu tampak sebagai bentuk “jarijari”, yang membenteng keluar dari A ke B, A ke C, A ke D, dan
seterusnya.10
5. Pola Semua Saluran/Bintang

10
Aubrey Fisher, Teori-teori Komunikasi. (Bandung Remaja Rosda Karya, 1978) hlm. 83

14

Pola ini hampir sama dengan pola lingkaran, dalam arti semua anggota
adalah sama dan semuanya memiliki kekuatan yang sama untuk
mempengaruhi anggota lainnya. Struktur semua saluran atau pola bintang
hampir sama dengan struktur lingkaran dalam arti semua anggota adalah
sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk
mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam pola semua saluran,

setiap anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota yang lainnya.
Pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum.11
2.2.

Proses Interaksi Sosial

2.2.1. Proses Assosiatif

Kerja sama (cooperation) adalah usaha bersama antara individu atau
kelompok untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Proses terjadinya
cooperation lahir apabila diantara individu atau kelompok tertentu menyadari

adanya kepentingan dan ancaman yang sama. Tujuan-tujuan yang sama akan
menciptakan cooperationdiantara individu dan kelompok yang bertujuan agar
tujuan-tujuan mereka tercapai. Begitu pula apabila individu atau kelompok merasa
adanya ancaman dan bahaya dari luar, maka proses cooperation akan bertambah
kuat diantara mereka. Ada beberapa bentuk cooperation :
1. Gotong-royong dan kerja bakti
2. Tawar-menawar (Bargaining)
3. Kooptasi (Co-optation)

4. Koalisi (Coalition)
5. Usaha Bersama (Joint-venture)
2.2.2. Accomodation

Adalah proses sosial dengan dua makna, Pertama adalah proses sosial
yang menunjukkan pada suatu keadaan yang seimbang (equilibrium) dalam
interaksi sosial antara individu dan antar kelompok di dalam masyarakat, terutama
11
Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia , hlm. 383

15

yang ada hubungannya dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku
dalam masyarakat tersebut. Kedua adalah menuju pada suatu proses yang sedang
berlangsung, dimana accomodation menampakkan suatu proses untuk meredakan
suatu pertentangan yang terjadi di masyarakat, kelompok dan masyarakat,
maupun dengan norma dan nilai yang ada di masyarakat itu. Proses accomodation
ini menuju pada suatu tujuan yang mencapai kestabilan.
Proses akomodasi ini menuju pada suatu tujuan yang mencapai kestabilan.
Bentuk-bentuk akomodasi adalah sebagai berikut :
1. Coersion
2. Compromise
3. Mediation
4. Conciliation
5. Toleration
6. Stalemate
7. Adjudication
2.2.3. Proses Disosiatif

Proses sosial disosiatif merupakan proses perlawanan (oposisi) yang
dilakukan oleh individu-individu dan kelompok dalam proses sosial diantara
mereka pada suatu masyarakat. Oposisi diartikan cara berjuang melawan
seseorang atau kelompok tertentu atau nilai dan norma yang dianggap tidak
mendukung perubahan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Bentuk-bentuk
proses disosiatif adalah persaingan, kompetisi, dan konflik.
1. Persaingan (competition)
2. Kontroversi (controversion)
3. Konflik (conflict)

2.3.

Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal berasal dari dua suku kata yakni komunikasi

dan interpersonal. Inter berarti antara, dan personal yang berarti orang. Jadi secara
harafiah komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara orang-

16

orang secara tatap muka,yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi
orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Secara kontekstual,
komunikasi interpersonal digambarkan sebagai suatu komunikasi antara dua
individu atau sedikit individu, yang mana saling berinteraksi, saling memberikan
umpan balik satu sama lain. Namun, memberikan definisi kontekstual saja tidak
cukup untuk menggambarkan komunikasi interpersonal karena setiap interaksi
antara satu individu dengan individu lain berbeda-beda. Arni Muhammad
(2005:159) menyatakan bahwa “komunikasi interpersonal adalah proses
pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya
atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya”.
Mulyana (2000:73) menyatakan bahwa “komunikasi interpersonal ini adalah
komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat
dekat, guru-murid dan sebagainya”.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses
penyampaian informasi, pikiran, dan sikap tertentu antara dua orang atau lebih
yang terjadi pergantian pesan baik sebagai komunikan maupun komunikator
dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian, mengenai masalah yang akan
dibicarakan yang akhirnya diharapkan terjadi perubahan perilaku.
2.4.

Komponen-komponen Komunikasi
Dari pengertian komunikasi interpersonal yang telah diuraikan diatas,

dapat diidentifikasikan beberapa komponen yang harus ada dalam komunikasi
interpersonal. Menurut Suranto A.W (2011:9) komponen-komponen komunikasi
interpersonal yaitu :
1. Sumber / Komunikator
Merupakan orang yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi,
yakni keinginan untuk membagi keadaan internal sendiri, baik yang
bersifat emosional maupun informasional dengan orang lain. Kebutuhan
ini dapat berupa keinginan untuk memperoleh pengakuan sosial sampai
pada keinginan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain.

17

Dalam konteks komunikasi interpersonal komunikator adalah individu
yang menciptakan, memformulasikan, dan menyampaikan pesan.
2. Encoding
Encoding adalah suatu aktifitas internal pada komunikator dalam

menciptakan pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal dan nonverbal, yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa, serta
disesuaikan dengan karakteristik komunikan.
3. Pesan
Merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbol-simbol
baik verbal maupun non-verbal, atau gabungan keduanya, yang mewakili
keadaan khusus komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain. Dalam
aktivitas komunikasi, pesan merupakan unsur yang sangat penting. Pesan
itulah disampaikan oleh komunikator untuk diterima dan diinterpretasi
oleh komunikan.
4. Saluran
Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima
atau yang menghubungkan orang ke orang lain secara umum. Dalam
konteks komunikasi interpersonal, penggunaan saluran atau media sematamata karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan dilakukan
komunikasi secara tatap muka.
5. Penerima/komunikan
Adalah seseorang yang menerima, memahami, dan menginterpretasi
pesan. Dalam proses komunikasi interpersonal, penerima bersifat aktif,
selain menerima pesan melakukan pula proses interpretasi dan
memberikan umpan bali. Berdasarkan umpan balik dari komunikan inilah
seorang komunikator akan dapat mengetahui keefektifan komunikasi yang
telah dilakukan, apakah makna pesan dapat dipahami secara bersama oleh
kedua belah pihak yakni komunikator dan komunikan.
6. Decoding
Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melalui

indera, penerima mendapatkan macam-macam data dalam bentuk

18

“mentah”, berupa kata-kata dan simbol-simbol yang harus diubah kedalam
pengalaman-pengalaman yang mengandung makna. Secara bertahap
dimulai dari proses sensasi, yaitu proses dimana indera menangkap
stimuli.
7. Respon
Yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan
sebagai sebuah tanggapan terhadap pesan. Respon dapat bersifat positif,
netral, maupun negatif. Respon positif apabila sesuai dengan yang
dikehendaki komunikator. Netral berarti respon itu tidak menerima
ataupun menolak keinginan komunikator. Dikatakan respon negatif
apabila tanggapan yang diberikan bertentangan dengan yang diinginkan
oleh komunikator.
8. Gangguan (noise)
Gangguan atau noise atau barier beraneka ragam, untuk itu harus
didefinisikan dan dianalisis. Noise dapat terjadi di dalam komponenkomponen manapun dari sistem komunikasi. Noise merupakan apa saja
yang mengganggu atau membuat kacau penyampaian dan penerimaan
pesan, termasuk yang bersifat fisik dan psikis.
9. Konteks komunikasi
Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling tidak
ada tiga dimensi yaitu ruang, waktu, dan nilai. Konteks ruang menunjuk
pada lingkungan konkrit dan nyata tempat terjadinya komunikasi, seperti
ruangan, halaman dan jalanan. Konteks waktu menunjuk pada lingkungan
konkrit dan nyata tempat terjadinya komunikasi, seperti ruangan, halaman,
dan jalanan. Konteks waktu menunjuk pada waktu kapan komunikasi
tersebut dilaksanakan, misalnya : pagi, siang, sore, malam. Konteks nilai,
meliputi nilai sosial dan budaya yang mempengaruhi suasana komunikasi,
seperti adat istiadat, situasi rumah, norma pergaulan, etika, tata krama, dan
sebagainya.

19

Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses pertukaran makna
antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Orang yang saling berkomunikasi
tersebut adalah sumber dan penerima. Sumber melakukan encoding untuk
menciptakan dan memformulasikan menggunakan saluran. Penerima melakukan
decoding untuk memahami pesan, dan selanjutnya menyampaikan respon atau
umpan balik. Tidak dapat dihindarkan bahwa proses komunikasi senantiasa terkait
dengan konteks tertentu, misalnya konteks waktu. Hambatan dapat terjadi pada
sumber, encoding, pesan, saluran, decoding, maupun pada diri penerima.
2.5.

Klasifikasi Komunikasi Interpersonal
Redding yang dikutip Muhammad (2004, p. 159-160) mengembangkan

klasifikasi komunikasi interpersonal menjadi interaksi intim, percakapan sosial,
interogasi atau pemeriksaan dan wawancara.
a. Interaksi intim termasuk komunikasi di antara teman baik, anggota famili,
dan orang-orang yang sudah mempunyai ikatan emosional yang kuat.
b. Percakapan sosial adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara
sederhana. Tipe komunikasi tatap muka penting bagi pengembangan
hubungan informal dalam organisasi. Misalnya dua orang atau lebih
bersama-sama dan berbicara tentang perhatian, minat diluar organisasi
seperti isu politik, teknologi, dan lain sebagainya.
c. Interogasi atau pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang yang ada
dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut informasi dari yang
lain.Misalnya seorang karyawan dituduh mengambil barang-barang
organisasi maka atasannya akan menginterogasinya untuk mengetahui
kebenarannya.
d. Wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal di mana
dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab. Misalnya
atasan yang mewawancarai bawahannya untuk mencari informasi
mengenai suatu pekerjaannya.

20

2.6.

Tujuan Komunikasi Interpersonal
Arni Muhammad (2005:168) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal

mempunyai beberapa tujuan, yaitu :

1) Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan
personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal
dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun
orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita
untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita.
Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai
perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan
diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar
biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
2) Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami
lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan
kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi
interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita
dari media masssa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari
atau didalami melalui interaksi interpersonal.
3) Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan
memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita
pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk
dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
4) Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah
laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan
mereka memilih cara tertentu, misalnya membeli barang tertentu, melihat

21

film, menulis & membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya
bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak menggunakan waktu
terlibat dalam posisi interpersonal.
5) Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama
adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas
kita pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan
cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu merupakan pembicaraan
untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal
semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran
yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.
6) Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan
komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk
mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain
dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkomunikasi dengan
seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang
mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya. Dapat
disimpulkan bahwa ketika melakukan komunikasi interpersonal, setiap
individu dapat mempunyai tujuan yang berbeda-beda, sesuai dengan
kebutuhan masing-masing.
2.6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal sangat potensial untuk menjalankan fungsi
instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena
kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk
pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang
paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi interpersonal berperan penting
hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya
komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan

22

sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar,
televisi, ataupun lewat teknologi tercanggih.
Dibandingkan

dengan

bentuk

komunikasi

lainnya,

komunikasi

interpersonal dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan,
opini, dan perilaku komunikan. Alasannya yaitu komunikasi interpersoanal
umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face). Komunikator dan
komunikan saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi (personal
contact) yang menimbulkan keterbukaan antara komunikan dan komunikator.
Ketika komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan, umpan balik akan
terjadi secara seketika (immediate feedback). Komunikator akan mengetahui
pesan tersampaikan secara baik atau tidak ketika melihat tanggapan komunikan
terhadap pesan yang disampaikan melalui ekspresi wajah dan gaya bahasa.
Apabilaumpan baliknya positif artinya tanggapan dari komunikan tersebut
menyenangkan untuk komunikator dan komunikator akan mempertahankan gaya
komunikasi yang sudah terbangun, sebaliknya jika tangggapan negatif dari
komunikan maka komunikator harus merubah gaya komunikasi agar kedepannya
dapat berkomunikasi yang jauh lebih baik.
Dibandingkan

dengan

bentuk

komunikasi

lainnya,

komunikasi

interpersonal dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan,
opini, dan perilaku komunikan. Alasannya yaitu komunikasi interpersoanal
umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face). Komunikator dan
komunikan saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi (personal
contact) yang menimbulkan keterbukaan antara komunikan dan komunikator.
Ketika komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan, umpan balik akan
terjadi secara seketika (immediate feedback). Komunikator akan mengetahui
pesan tersampaikan secara baik atau tidak ketika melihat tanggapan komunikan
terhadap pesan yang disampaikan melalui ekspresi wajah dan gaya bahasa.
Apabila umpan baliknya positif artinya tanggapan dari komunikan tersebut
menyenangkan untuk komunikator dan komunikator akan mempertahankan gaya
komunikasi yang sudah terbangun, sebaliknya jika tangggapan negatif dari
23

komunikan maka komunikator harus merubah gaya komunikasi agar kedepannya
dapat berkomunikasi yang jauh lebih baik.
Oleh karena itu, keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini
dan perilaku komunikan maka bentuk komunikasi interpersonal sering
dipergunakan

umtuk

melancarkan

komunikasi

persuasif

(persuasive

communication) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi yang
sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan. Tetapi komunikasi
persuasif interpersonal hanya digunakan pada komunikan yang potensial, dalam
artian tokoh yang mempunyai jajaran dengan pengikutnyaatau anak buahnya
dalam jumlah yang sangat banyak, sehingga apabila tokoh tersebut berhasil
diubah sikapnya atau idiologinya maka seluruh jajarannya akan mengikutinya.
2.6.2 Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum
yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap
mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan
(equality).(Devito, 1997, p.259-264).

1. Keterbukaan (Openess)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif
harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah
berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat
hidupnya. Memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu
komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri
mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan
pengungkapan diri ini patut. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu
kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap
stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap
pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita
ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan

24

kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada
ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan.
Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan
terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan
dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini
adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah
memang milik anda, dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik
untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang
menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).
2.

Empati (Empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan
seseorang untuk „mengetahui‟ apa yang sedang dialami orang lain pada
suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata
orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain
atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu
seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan
merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.Orang yang
empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan
dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa
mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal
maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan
empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu
melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi
terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan
kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.

3.

Sikap Mendukung (Supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana
terdapat

sikap

mendukung

(supportiveness).

Suatu

konsep

yang

perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang
terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak
mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1)

25

deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3)
profesional, bukan sangat yakin.
4.

Sikap Positif (Positiveness)
Kita

mengkomunikasikan

sikap

positif

dalam

komunikasi

interpersonal dengan sedikitnya dua cara : (1) menyatakan sikap positif
dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita
berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika
seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.Kedua,
perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting
untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada
berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak
bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
5.

Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang
mungkin lebih pandai, Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih
atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar
setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi
interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada
pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan
berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang
penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang
ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dilihat
sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada
sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak
mengharuskan kita menrima dan menyetujui begitu saja semua perilaku
verbal dan nonverbal pihak lain. Keseteraan berarti kita menerima pihak
lain, atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta kita untuk
memberikan “penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.

26

Oleh karena itu, keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini
dan perilaku komunikan maka bentuk komunikasi interpersonal sering
dipergunakan

umtuk

melancarkan

komunikasi

persuasif

(persuasive

communication) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi yang
sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan. Tetapi komunikasi
persuasif interpersonal hanya digunakan pada komunikan yang potensial, dalam
artian tokoh yang mempunyai jajaran dengan pengikutnyaatau anak buahnya
dalam jumlah yang sangat banyak, sehingga apabila tokoh tersebut berhasil
diubah sikapnya atau idiologinya maka seluruh jajarannya akan mengikutinya.

27

2.6.3 Hambatan Komunikasi Interpersonal
Para peneliti telah mengidentifikasikan sejumlah hambatan-hambatan yang
biasanya terjadi di dalam komunikasi antar pribadi, sebagai berikut :
1. Mendengar apa yang diharapkan akan didengar. Pengalaman-pengalaman
masa lampau mengarahkan seseorang untuk mendengarkan sesuatu hal
yang memang diharapkannya. Sebagai contoh, seorang pekerja yang telah
terbiasa dikritik akan tetap merasa dikritik meskipun atasannya
mengungkapkan kata-kata yang bersifat memuji.
2. Mengabaikan informasi-informasi yang bertentangan dengan yang
diketahui. Apabila kita mendengar pesan yang berbeda dengan pengertian
kita terdahulu, kita cenderung mengabaikan pesan itu daripada merubah
gagasan kita atau mencari penjelasan yang lain.
3. Mengevaluasi sumber, arti yang kita tegaskan pada suatu pesan sangat
dipengaruhi oleh penilaian kita terhadap sumber.
4. Pengamatan yang berbeda. Kata-kata, tindakan, dan kejadian- kejadian
akan diamati berdasarkan nilai-nilai individual dan pengalaman dari
Penerima.
5. Tanda-tanda non verbal yang tidak sesuai. Nada suara, ekspresi wajah, dan
postur badan dapat membantu atau mengganggu komunikasi.
6. Pengaruh perasaan. Kehidupan perasaan yang mendominasi (misalnya
marah, takut, gembira dsb) akan mempengaruhi interprestasi terhadap
pesan-pesan yang diterima.

2.7

Teori Komunikasi Menurut Joseph A Devito
Joseph A Devito mengemukakan pendapat bahwa komunikasi adalah

adanya keterbukaan (openess), kesamaan (equality), empati (empathy), dukungan
(supportif) dan positif (positiveness). Menurut Joseph A. Devito, komunikasi

interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua
orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan

28

beberapa umpan balik seketika. Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi
lainnya, Komunikasi interpersonal dinilai paling baik dalam kegiatan mengubah
sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah karena
komunikasi interpersonal dilakukan secara tatap muka dimana antara komunikator
dan komunikan saling terjadi kontak pribadi; pribadi komunikator menyentuh
pribadi komunikan, sehingga akanada umpan balik yang seketika (perkataan,
ekspresi wajah, ataupun gesture). Apabila umpan baliknya positif, artinya
tanggapan komunikan menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan tadi bisa
dimengerti oleh komunikan menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan tadi
bisa dimengerti oleh komunikan atau sesuai yang diinginkan komunikator, maka
komunikator dapat mempertahankan gaya komunikasinya, sebaliknya jika
tanggapan komunikan negatif, maka komunikator dapat mengubah gaya
komunikasinya sampai komunikasi tersebut berhasil.12
Asumsi Dasar Komunikasi Interpersonal
Asumsi dasar komunikasi interpersonal adalah bahwa setiap orang yang
berkomunikasi akan membuat prediksi tentang efek atau perilaku komunikasinya,
yaitu bagaimana pihak yang menerima pesan memberikan reaksinya. Jika menurut
persepsi komunikator reaksi komunikan menyenangkan, maka ia akan merasa
bahwa komunikasinya telah berhasil. Setiap berkomunikasi dengan orang lain kita
secara tidak langsung membuat prediksi tentang efek dan perilaku komunikasinya.
Berikut ini merupakan elemen-elemen komunikasi interpersonal menurut
Devito :
a)

Adanya pesan-pesan (sending of message)

b) Adanya orang atau sekelompok kecil (of small group of persons, by one
persons)

c)

Adanya penerima pesan-pesan (the receiving of message)

d) Adanya efek (with some effect)

12
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti) hlm. 31

29

e)

Adanya umpan balik langsung dan seketika itu juga (immediate
feedback)

Maka yang menjadi titik tekan adalah feedback yang langsung atau
seketika itu pula, sehingga komunikasi itu termasuk face to face communication
atau medieted communication, tapi bersifat personal.
2.8

Teori Konflik
“Konflik berasal dari kata kerja latin “Configere” yang berarti “saling

memukul”. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara
dua orang atau lebih yang mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak
lain dengan cara menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.13 Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan dan lain sebagainya. Perspektif
sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari
bagian atau komponen yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dimana
komponen yang satu berusaha menaklukkan kepentingan yang lain guna
memenuhi kepentingannya atau memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
“Dalam pandangan ahli sosiologi, masyarakat yang baik ialah masyarakat yang
hidup dalam situasi konfliktual. Konflik sosial dianggap sebagai kekuatan sosial
utama dari perkembangan masyarakat yang ingin maju ketahap-tahap yang lebih
sempurna.14 Teori konflik sosial memandang antar elemen sosial memiliki
kepentingan dan pandangan yang berbeda. Perbedaan kepentingan dan pandangan
tersebut yang memicu terjadinya konflik sosial yang berujung saling
mengalahkan, melenyapkan, memusnahkan, diantara elemen lainnya. Bagi Marx
fakta terpenting adalah materi ekonomi karena konflik ini bisa terjadi ketika
faktor ekonomi dijadikan sebagai penguasaan terhadap alat produksi.

13
Dany Haryanto, S.S and G. Edwi Nugroho, S.S., M.A., 2011. Pengantar Sosiologi Dasar (Jakarta : PT. Prestasi Pustakarya)
hlm. 113
14
Ibid, hal. 92

30

2.8.1 Asumsi Dasar Teori Konflik
Ada beberapa asumsi dasar dari teori konflik ini. Teori konflik merupakan
antitesis dari teori struktural funsional, dimana teori strutural fungsional sangat
mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Teori konflik melihat pertikaian
dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik melihat bahwa di dalam
masyarakat tidak akan selamanya berada dalam keteraturan. Buktinya dalam
masyarakat manapun pasti pernah mengalami konflik-konflik atau keteganganketegangan. Kemudian teori konflik juga melihat adanya dominasi, koersi, dan
kekuasaan dalam masyarakat. Teori konflik juga membicarakan mengenai otoritas
yang berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-beda ini menghasilkan superordinasi
dan subordinasi. Perbedaan antara superordinasi dan subordinasi dapat
menimbulkan konflik karena adanya perbedaan kepentingan. Teori konflik juga
mengatakan bahwa konflik itu perlu agar terciptanya perubahan sosial. Ketika
struktural fungsional mengatakan bahwa perubahan sosial dalam masyarakat itu
selalu terjadi pada titik ekulibrium, teori konflik melihat perubahan sosial
disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan. Namun, pada suatu titik
tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan bersama. Di dalam
konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang dilakukan sehingga terciptalah suatu
konsensus. Menurut teori konflik, masyarakat disatukan dengan “Paksaan”.
Maksudnya, keteraturan yang terjadi di masyarakat sebenarnya karena adanya
paksaan (koersi). Oleh karena itu, teori konflik lekat hubungannya dengan
dominasi, koersi, dan power.
2.8.2 Fungsi-fungsi Konflik
Kritik dilancarkan terhadap teori konflik dan fungsionalisme struktural
maupun kekurangan yang melekat di dalam masing-masing teori itu,
menimbulkan beberapa upaya untuk mengatasi masalahnya dengan merekonsiliasi
atau mengintegrasikan kedua teori tersebut. Asumsinya adalah bahwa dengan
kombinasi maka kedua teori tersebut itu akan menjadi lebih kuat ketimbang
masing-masing berdiri sendiri.

31

Menurut Lewis A. Coser bahwa konflik mempunyai beberapa fungsi sebagai
berikut:
1) Konflik dapat membantu mengeratkan ikatan kelompok yang berstruktur
secara longgar. Masyarakat yang mengalami disintegrasi atau berkonflik
dengan masyarakat lain, dapat memperbaiki kepaduan integrasi.
2) Konflik dapat membantu menciptakan kohesi melalui aliansi dengan
kelompok lain.
3) Konflik dapat membantu mengaktifkan peran individu yang semula
terisolasi.
4) Konflik juga dapat membantu fungsi komunikasi. Sebelum konflik,
kelompok-kelompok mungkin tidak percaya terhadap posisi musuh
mereka, tetapi akibat konflik, posisi dan batas antar kelompok ini sering
menjadi diperjelas. Oleh karena itu individu bertambah mampu
memutuskan untuk mengambil tindakan yang tepat dalam hubungannya
dengan musuh mereka. Konflik juga memungkinkan pihak yang bertikai
menemukan ide yang lebih baik mengenai kekuatan relatif mereka dan
meningkatkan kemungkinan untuk saling mendekati atau saling
berdamai.
2.9

Penelitian terdahulu
Penelitian ini berangkat dari penelitian terdahulu yang dikemukakan oleh

Suzy Azeharie tahun 2015yang berjudulPola Komunikasi Antara Pedagang dan
Pembeli Di Desa Pare, Kampung Inggris Kediri. Pola komunikasi yang terjadi
antara pedagang dan pembeli di Desa Pare berlangsung secara primer, yang
artinya saling bertatap muka akan tetapi menggunakan bahasa inggris dalam
berkomunikasi. Serta Pola Komunikasi Antara Penjual dan Pembeli Di Pasar
Kalipait Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi yang dikemukakan oleh
Reta Puspita Wibowo tahun 2015. Dimana pola komunikasi yang terbangun
bersifat dialogis. Artinya, penjual dan pembeli dapat berkomunikasi secara
terbuka dan memahami pesan yang dipertukarkan. Dari kedua penelitian tersebut,

32

maka yang membedakan dengan penelitian ini yaitu penelitian ini lebih
memfokuskan pada cara penyampaian pesan dari calo kepada penjual tanah merah
dan aparat serta warga desa Kaligawe, dan pola komunikasi yang terjadi antara
penjual dan pembeli tanah berlangsung secara beroda, yang artinya dalam
komunikasi seperti ini, proses komunikasi berjalan terus dan terdapat umpan balik
antara komunikator dan komunikan.
3.0

Kerangka Pikir

Persoala → Pe ggalia ta ah

erah di Desa Kaligawe Kec.

Karangdadap Kab. Pekalongan

Transaksi Jual Beli

Penjual

Aparat Desa

Calo

Pembeli

Pola komunikasi yang terjadi
Teori komunikasi Devito

Teori konflik

Hasil

33

Kaligawe merupakan sebuah desa yang kaya akan sumber daya alam,
dengan luas wilayah 279 Ha+ 569 m2. Desa Kaligawe memiliki lahan perkebunan
dengan luas 35 Ha, lahan persawahan seluas 62,34 Ha, lain-lain (sungai, jalan,
makam, dll) seluas 569 Ha+, serta terdapat hutan negara didalamnya dengan luas
50 Ha. Dengan adanya potensi sumber daya alam tersebut memungkinkan warga
untuk hidup sejahtera. Namun, baru-baru ini didapati adanya eksploitasi tanah
yang berupa penggalian khususnya penggalian tanah merah yang dilakukan
disekitar pemukiman warga. Dengan alasan untuk kesejahteraan warga, para
pembeli tanah melalui calo meyakinkan warga yang awalnya tidak berniat
menjual tanah, agar mau menjual tanah tersebut kepada para pembeli. Para calo
tersebut mendatangi warga saat warga sedang berada dirumah dan ditempat warga
itu bekerja. Para calo tersebut mendatangi warga secara perseorangan sehingga
komunikasi yang terjadi disini adalah komunikasi interpersonal. Komunikasi
interpersonal sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat
untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan
kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita
komunikasikan kepada komunikan kita. Dibandingkan dengan bentuk komunikasi
lainnya, komunikasi interpersonal dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah
sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya yaitu komunikasi
interpersonal umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face).
Komunikator dan komunikan saling bertatap muka, maka terjadilah kontak
pribadi yang menimbulkan keterbukaan antara komunikan dan komunikator.
Namun dalam proses komunikasi interpersonal ini juga terdapat Tanda-tanda non
verbal yang tidak sesuai seperti nada suara atau ekspresi wajah yang dapat
mengganggu proses komunikasi.

34