Pekerja Anak di Perkotaan (Studi Kasus Anak Penyapu Angkot di Terminal Pinang Baris Medan)

BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Terminal Pinang Baris di Kota Medan
Salah satu dari lima kota besar di Indonesia adalah kota Medan, selain itu
pertumbuhan kota Medan yang semakin pesat mempunyai konsekuensi bagi pihak
pemerintah untuk menyediakan prasarana perkotaan seperti prasarana lingkungan,
fasilitas umum serta prasarana sosial. Terminal dapat dianggap sebagai alat atau
proses, dimana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk
memungkinkan suatu lalu lintas (kendaraan, barang, dan sebagainya) di proses
penuh sehingga dapat meneruskan ketempat tujuan. Terminal adalah suatu
fasilitas yang sangat kompleks, banyak kegiatan tertentu yang dilakukan disana,
terkadang secara bersama secara paralel sering terjadi kemacetan yang cukup
menganggu11.
Selain itu terminal merupakan tempat yang rentan terjadi kekerasan pada
anak-anak jalanan yang beraktifitas disana. Terminal salah satu tempat berbagai
aktifitas anak-anak dalam mencari pekerjaan, termasuk anak pekerja penyapu
angkot di terminal Pinang Baris ini. Terminal Terpadu Pinang Baris (TTPB)
adalah salah satu dari 2 terminal terpadu perhubungan darat terbesar di Kota
Medan. Terminal ini khusus menampung bus-bus antar Provinsi dan dalam
Provinsi Aceh, kota pangkalan Brandan, kota Binjai, kota Stabat, Brastagi dan


11

. Diakses dari

http://e-journal.uajy.ac.id/3032/3/2TS10246.pdf (22:17).
38

Universitas Sumatera Utara

sekitarnya. Kawasan terminal Pinang Baris juga memiliki status yang sama
dengan Amplas yaitu sebagai lokasi bekerja anak jalanan dan sekaligus tempat
tinggal. Terminal Pinang Baris kondisi ekonomi masyarakat di lingkungan ini
yakni kelas ekonomi menengah kebawah dan sering di sebut komunitas Miskin
Kota (KMK).
Sampai dengan tahun 2000, Kota Medan memiliki lima buah terminal
angkutan umum yaitu:
1. Terminal terpadu Amplas (Tipe A)
2. Terminal terpadu Pinang Baris (Tipe A
3. Terminal terpadu Sambu (Tipe B)

4. Terminal terpadu Veleran (Tipe B)
5. Terminal terpadu Belawan (Tipe B)
Dengan memiliki terminal Pinang Baris ini maka pembagunan terminal
diharapkan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan terhadap bus, baik antar kota
maupun dalam kota dan non bus. Terminal terpadu Pinang Baris ini di bangun di
daerah Sunggal jalan Pinang Baris, terminal ini di peruntukan melayani kendaraan
umum trayek jurusan Barat arah Daerah Nangroe Aceh Darusalam (NAD).
Pelaksanaan pembangunan terminal secara fisik dimulai pada tahun Mei 1990 dan
keseluruhan pembagunan rampung dilaksanakan pada akhir Desember 1991.
Salah satu kendala yang di hadapi kota Medan adalah kemacetan arus lalu
lintas di pusat kota. Untuk mengantisipasi kota tersebut, kota Medan sebagai
ibukota Sumatera Utara berupaya keras untuk meningkatkan sarana dan prasarana
39

Universitas Sumatera Utara

menuju kota metropolitan selain itu kendala lain kota Medan adalah banyaknya
jumlah penduduk dan tingginya angka pengangguran, dengan di bangunnya
terminal Pinang Baris ini menciptakan lapang pekerjaan baru untuk masyarakat
sekitar, termasuk menciptakan lapang pekerjaan bagi anak-anak jalanan.

Sebagaimana kota berfungsi sebagai pusat pembangunan daerah yang bertujuan
sebagai mata rantai penghubung ke kawasan pedesaan dimana kota tidak hanya
merupakan pusat pemungkiman dari penduduk, kegiatan sosial ekonomi, politik
dan administrasi tapi kota juga merupakan pusat penyediaan fasilitas industri,
perdagangan, transportasi dan kegiatan lainnya yang berhubungan bagi penunjang
pertumbuhan daerah belakang12.
Dengan banyaknya bus dan non bus yakni angkot untuk mengangkut
penumpang menuju kota yang akan dituju ini juga kesempatan bagi anak-anak
yang ada di terminal Pinang Baris maupun anak-anak jalanan di daerah lain untuk
mencari pekerjaan yang bisa mereka lakukan disana yakni, mengamen,
berdagang, mengemis, menjual koran termasuk anak penyapu angkot dan bus
untuk mendapatkan sejumlah uang. Penulis melihat di terminal Pinang Baris
merupakan segala aktifitas pekerjaan masyarakat terlihat disana seperti, penjual
asongan (minuman, rokok dan lain-lain), pedagang kaki lima, supir, kenek,
perbengkelan, kedai nasi, kedai kopi, tukang becak, dan lain-lain. Kondisi

12

.


Diakses

dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39069/5/Chapter%20I.pd

(22:21).

40

Universitas Sumatera Utara

lingkungan yang ramai ini bisa membawa nilai negatif pada tumbuh kembang
anak-anak yang ada di sekitar terminal tersebut. Selain banyaknya kendaraan
besar maupun kendaraan beroda dua ini tidak menutup kemungkinan anak-anak
yang bekerja disana terjadi kecelakaan. Karena penulis melihat mereka bekerja
tidak hanya di pangkalan atau di terminal saja namun mereka di jalan raya Pinang
Baris.
Gambar 1: Contoh Terminal Pinang Baris


Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis Tahun 2016
Terminal Pinang Baris tempat banyak aktifitas masyarakat untuk mencari
reseki mencari uang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Termasuk disini banyak
anak-anak yang dibawah umur bekerja tidak hanya orang dewasa saja. Di terminal
pinang baris ini juga banyak pengaruh negatif yang dapat menganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak yang berada dan yang beraktifitas disana.
Anak yang beraktifitas dan yang berkeliaran disana secara tidak langsung
kepribadian mereka bisa di bentuk dimana mereka sehari-hari beraktifitas dan
berinteraksi. Karena menurut hasil observasi penulis di terminal ini banyak agen41

Universitas Sumatera Utara

agen angkot yang duduk sambil main judi, merokok, serta perilaku-perilaku supir
yang tidak pantas untuk di contoh oleh anak-anak yang masih di bawah umur,
seperti perilaku supir yang kencing di tengah keramaian, berkata kasar, main bliar,
main kartu, minum-minum beralkohol, serta pengaruh dari obat-obatan.
Lingkungan terminal yang tidak kondusif yakni banyaknya mobil yang
berkeliaran disana yang ugal-ugalan yang dapat menyenggol maupun menabrak
anak-anak yang sedang ada di terminal tersebut. Dan terminal Pinang Baris ini
juga sering di adakan rasia pereman yang sering main judi di terminal tersebut.

Hal seperti inilah yang dapat menganggu pertumbuhan dan perkembangan anakanak yang beraktifitas disana seperti anak yang bekerja penyapu angkot.
2.2 Kota Medan Kecamatan Medan Sunggal Secara Sosial
Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan,
keamanan, dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan
penghambat bagi pertumbuhan ekonomi terminal Pinang Baris di Kota Medan.
Keberadaan sarana pendidikan dan kesehatan dan fasilitas lainnya, merupakan
sarana vital bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan hak dasarnya yaitu
hak memperoleh pelayanan pendidikan, kesehatan, serta pelayanan sosial lainnya.
Demikian halnnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah
satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan
multidimensional. Berbagai faktor mempengaruhi dan saling berkaitan, antara
lain: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender dan kondisi
lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan
42

Universitas Sumatera Utara

ekonomi, tetapi kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi
seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.
2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Komposisi penduduk di Kelurahan Lalang, Kec. Medan Sunggal berdasarkan
jenis pekerjaan masyarakatnya antara lain sebagai pegawai negeri, Petani,
pedagang, polri, ABRI, Pegawai Swasta, Buruh, Nelayan Wira Swasta. Termasuk
masyarakat yang ada di terminal Pinang Baris. Masyarakat di sini dapat
digolongkan kepada golongan ekonomi menengah kebawah, atau biasa di sebut
Komunitas Miskin Kota (KMK). Berikut data dari Kelurahan Lalang jumlah
penduduk berdasarkan mata pencaharian Kec. Medan Sunggal:
Gambar 2. Contoh Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Sumber: Data diperoleh dari Kelurahan Lalang Kecamatan Medan
Sunggal
Berhubung penulis tidak mendapatkan data lengkap dari Kelurahan Lalang
Kecamatan Medan Sunggal. Jadi penulis hanya bisa mengolah data yang ada
diatas. Jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan pada tahun 2014, yakni Pegawai
43

Universitas Sumatera Utara

Negeri terdiri dari 1, ABRI 3, Polri 2, Pedagang 24, sedangkan Pegawai Swasta,
Buruh, Petani, Nelayan, dan Wira Swasta tidak ada. Berdasarkan selama penulis

dilapangan Penulis melihat kebanyakan masyarakat sekitar terminal ini bekerja
sebagai, tukang becak, penjual minuman, supir angkutan umum, satpam, kedai
nasi, tukang parkir, rumah makan, Door smeer, dan lain-lain. Fasilitas umum yang
tersedia di sekitar Terminal Pinang Baris ini adalah Mesjid, gedung sekolah SD,
SMP, SMA, Terminal, angkutan umum, dan lain-lainnya.
2.4 Komposisi Sarana Pendidikan Kecamatan Medan Sunggal
Fasilitas Kegiatan sosial biasanya dilakukan diluar belajar seperti belanja,
rekreasi, olah raga, dan lain-lain. Bermacam-macam sarana dan kegiatan sosial
sehari-hari.
Sarana Pendidikan merupakan sarana mencerdaskanbangsa. Sehingga berhasil
tidaknya pembangunan bangsa dipengaruhi tingkat pendidikan penduduk.
Semakin maju penduduk membawa pengaruh bagi masa depan berbagai bidang
kehidupan. Berikut tabel Sarana pendidikan di Kelurahan Lalang Kec. Medan
Sunggal.
Tabel 2.4. Sarana Pendidikan
SD
SMP

TK


SMA

Negeri Subsidi Swasta Negeri Subsidi Swasta Swasta Negeri Swast
0

4

5

1

0

5

5

0

3


Sumber: Data diperoleh dari Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal di
Tahun 2014

44

Universitas Sumatera Utara

1. Gedung TK Tahun 2014 di Kecamatan Medan Sunggal yakni terdiri dari
TK Subsidi 4, TK Swasta 5, sedangkan TK Negeri 0.
2. Gedung Sekolah Dasar Tahun 2014 di Kecamatan Medan Sunggal
penyebaran gedung sekolah dasar (SD Negeri 1, SD Subsidi 0, SD swasta
5), tiap kelurahan yakni tahun 20014 gedung SD terbanyak di Jalan Pinang
Baris Lalang 5 unit.
3. Gedung SLTP Tahun 2014 di Kecamatan Medan Sunggal penyebaran
gedung SLTP (SLTPN, SLTP swasta 5) terbanyak di Sunggal 8 unit,
sedikit di Jalan Pinang Baris Kelurahan Lalang 5 unit.
4.

Gedung SLTA Penyebaran gedung SLTA tahun 2014 di Kecamatan

Medan Sunggal SLTA Negeri (kejuruan dan umum) dan SLTA swasta
(kejuruan dan umum) meningkat setiap tahun pada daerah tertentunamun
di Lalang jalan Pinang Baris. Tahun 2014 jumlah SLTA terbanyak di
Sunggal 6 unit, paling sedikit di Lalang jalan Pinang Baris SLTA 3 unit.
Sedangkan jumlah penduduk tidak sekolah 5 % di Lalang Kec. Medan
Sunggal13.

2.5 Komposisi Pekerja Anak Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur
Dalam penelitian yang penulis temukan di terminal Pinang Baris Kecamatan
Medan Sunggal, memperhatikan kriteria yang telah diperoleh tercatat 22 anak-

13

. Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4362/1/09E01877.pdf (Pada

Mei 2016 21:10).

45

Universitas Sumatera Utara

anak bekerja sebagai penyapu angkot di terminal Pinang Baris. Ini hanya terdiri
dari anak laki-laki saja. Sedangkan anak perempuan tidak seorangpun terlihat di
data yang penulis peroleh dari SKA tersebut. Dan menurut hasil penelitian penulis
temukan di lapangan yakni di terminal Pinang Baris juga tidak seorangpun penulis
temukan anak perempuan yang bekerja menyapu angkot. Berdasarkan data yang
penulis peroleh dari SKA PKPA tercatat 118 orang anak yang ada di terminal
Pinang Baris, dan 30 orang anak Drop Out (keluar) atau anak yang putus sekolah.
Dan dari pihak SKA (Sanggar Kreatifitas Anak) juga mengatakan terdiri 22 orang
anak yang bekerja sebagai penyapu bus atau angkot. Dan berdasarkan hasil
penelitian, penulis juga menemukan anak-anak yang berkeliran (aktif) bekerja
sebagai penyapu angkot berkisaran 22 orang anak. Mereka berdasarkan Jumlah
anak yang bekerja serta jenis kelamin dan usia dapat di lihat pada tabel 2.5 berikut
ini:
Tabel 2.5. Jumlah Anak Yang Bekerja Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
No

Jenis Kelamin

Umur
7-11
12-19
1.
Laki-laki
20
98
2.
Perempuan
0
0
20
98
Jumlah
Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2016

Jumlah
Orang
118
0
118

Dari Tabel 2.5 dari data diatas terdiri 118 orang anak pekerja anak dapat
dijelaskan bahwa anak yang bekerja berjenis kelamin laki-laki saja sedangkan
berjenis kelamin perempuan tidak ada. Umur anak yang bekerja rata-rata lebih
banyak 12-19 tahun lebih di bandingkan yang berumur 7-11 tahun. Dengan
46

Universitas Sumatera Utara

demikian, rata-rata usia anak pekerja penyapu angkot dalam penelitian ini masih
terlalu muda menjadi pekerja sambil belajar terutama apabila dikaitkan dengan
layak tidaknya anak-anak terlibat dalam kegiatan ekonomi yang pada akhirnya
akan menyebabkan anak akan putus sekolah. Sedangkan jumlah anak yang putus
sekolah dan anak yang bekerja sebagai penyapu angkot dapat di lihat di tabel 2.6
dibawah ini:
Tabel. 2.6 Jumlah Anak Yang Putus Sekolah dan Anak Yang Aktif Bekerja
Menyapu Angkot di Terminal Pinang Baris.
No

Putus Sekolah

1.

Laki-laki

2.

Perempuan

Umur
7-11
12-19

Jumlah Orang
30

10

20

0

0

0

10

20

30

Jumlah
No
Anak yang Aktif
Bekerja P.Angkot

Umur

Jumlah Orang

7-11

12-19

Laki-laki

9

13

22

Perempuan

0

0

0

Jumlah

9

13

22

1.
2.

Sumber: Data dari SKA dan diolah kembali oleh penulis
Dari tabel 2.6 diatas terlihat 30 orang anak yang putus sekolah mulai dari
umur 7-11 tahun terdiri dari 10 orang anak, sedangkan anak yang putus sekolah
mulai berumur 12-19 tahun terdiri dari 20 orang anak. Dan anak yang aktif
47

Universitas Sumatera Utara

bekerja atau anak yang bekeliaran menyapu angkot di terminal Pinang Baris
terdiri dari 22 orang anak, mereka mulai dari umur 7-11 tahun terdiri dari 9 orang
anak, dan anak yang umur 12-19 tahun terdiri dari 13 orang anak yang pekerja
penyapu angkot di terminal Pinang Baris.
2.6. Anak Pekerja Penyapu Angkot Berdasarkan Lama Kerja dan Jumlah
Jam Kerja.
Berbeda dengan anak pekerja penyapu angkot yang masih sekolah, jam kerja
yang digunakan untuk melakukan pekerjaan relatif tidak panjang tetapi rata-rata
sekitar 4 hingga 5 jam perhari. Mereka lebih memprioritaskan kepentingan
sekolah sebagai tuggasnya, umumnya anak pekerja penyapu angkot akan
menghentikan kegiatan bekerja pada saat menjalani ulangan umum atau ujian. Hal
ini tampak yang dialami oleh anak pekerja penyapu angkot yang masih sekolah.
Anak pekerja penyapu angkot ini dapat membagi waktunya antara belajar dan
bekerja. Pertimbangan lain adalah jenis pekerjaan ringan, tidak mengandung
resiko tinggi dan dilakukan setelah pulang sekolah atau hari libur bila diinginkan.
Namun untuk anak yang tidak sekolah atau anak yang putus sekolah mereka akan
banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja di terminal.
Variabel lamanya menjadi pekerja penyapu angkot di terminal Pinang Baris
dan jumlah jam kerja yang diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan serta
besarnya upah saling berkait. Tabel 2.6. berikut ini menyajikan lamanya anak
pekerja penyapu angkot di terminal Pinang Baris sebagai berikut:

48

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.7. Anak Pekerja Penyapu Angkot Berdasarkan Lama Kerja dan
Jumlah Jam Kerja/Hari.
No.

Lama Kerja

Jumlah

Persentase

(Bulan)

(orang)

(%)

1.

24

13

59 %

Jumlah

22

100 %

Jam Kerja/ Hari

Jumlah

Persentase %

No.

(Orang)
1.

5-6 Jam/hari

9

41 %

2.

7-8 Jam/hari

13

59 %

Jumlah

22

100 %

Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2016
Dari tabel 2.7 diatas berdasarkan lama anak kerja dan jumlah jam kerja/ hari
mereka. Jumlah anak tersebut terdiri dari 22 orang anak sebagai pekerja penyapu
angkot, 9 orang anak darinya < 24 (Bulan) atau 41 %. Sedangkan 13 orang anak
lama bekerja >24 (Bulan) atau 59 %, lebih banyak di terminal Pinang Baris.
Sedangkan jam kerja mereka perhari mulai dari 5-6 jam/hari terdiri dari 9 orang
anak atau 41 % di bandingkan jam kerja anak mulai dari 7-8 jam/harinya terdiri
dari 13 orang anak atau 59 % anak di terminal Pinang Baris Medan.

49

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Alat Yang di Gunakan Untuk Menyapu Angkot (Sapu dan Botol
Berisi Solar)

Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahun 2016
Inilah alat yang digunakan oleh anak-anak pekerja penyapu angkot setiap
harinya, mereka memperoleh alat ini cukup dengan mencari sapu bekas, dan
membeli semprotan yang biasa di jual di warung-warung. Mereka cukup
mengeluarkan uang senilai Rp. 10.000 rupiah, dan membeli solar di SPBU
terdekat seharga Rp. 2.000 rupiah saja, sehingga mereka bisa bekerja
membersihkan angkot sebanyak 10 angkot dalam satu botolnya.
Gambar 4. Saat Reza Ibrahim dan Jos di Tepi Jalan Pinang Baris
Menunggu Angkot Yang Lewat.

50

Universitas Sumatera Utara

Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahun 2016
Sesuai yang penulis jelaskan di Bab 3 dan Bab 4, bahwasanya mereka bekerja
tidak hanya di terminal saja namun mereka juga bekerja di tepi atau di pinggir
jalan raya Pinang Baris. Sesuai foto diatas menunjukan bahwasanya mereka
bekerja sambil bergurau di pinggir jalan raya tersebut, tampa memikirkan
keselamatan mereka, bahwasanya bisa saja kendaraan yang sedang melaju
menyerempet mereka pada saat mereka disana. Foto diatas adalah Reza ibrahim
yang sedang memakai baju berwarna biru, dan Jos memakai baju berwarna putih,
mereka berdua sedang menunggu angkot yang lewat menuju terminal sambil
bergurau di tepi jalan tersebut. Dari pakaian yang mereka gunakan terlihat sangat
kotor dan kucel di penuhi solar dan debu.
Gambar 5. Aktifitas Anak-anak Penyapu Angkot Saat Bekerja di Tepi
Jalan Pinang Baris Medan Sunggal.

Sumber: Dokumentasi Peribadi Tahun 2016
Tampak tiga orang anak pekerja penyapu angkot yang sedang menunggu
angkot yang lewat sambil mengangkat sapu dan semprotannya keatas dan
menawarkan jasanya kepada setiap angkot yang sedang melaju menuju terminal,
51

Universitas Sumatera Utara

apabila sang supir angkot itu bersedia dan menganggukan kepalanya maka angkot
itu kepinggir, Jos dan Ojak abang Noki berlari mengejar angkot tersebut untuk
mereka sapu.
Gambar 6. Saat Anak-anak Pekerja Penyapu Angkot Menggejar Angkot
Yang Hendak di Sapu.

Sumber: Dokumentasi Peribadi Tahun 2016
Pada saat angkot itu kepinggir terlihat Jos dan Ojak berlari mengejar
angkutan umum tersebut untuk bergegas mereka sapu, mereka takut keduluan
oleh teman-temannya yang lain yang sama-sama beras di jalan tersebut. Foto
diatas terlihat Jos dan Ojak berlari kencang menyamperi angkutan umum tersebut
padahal penulis pada saat disana melihat angkot tersebut belum sepenuhnya
berhenti, angkot tersebut masih dalam keadaan melaju, dua orang anak ini terlihat
bergegas membuka pintu angkot tersebut lalu masuk kedalam angkot itu dan
langsung membersihkan angkot tersebut dengan cepat.

52

Universitas Sumatera Utara

Gambar 7. Foto Saat Anak Penyapu Angkot Membeli Solar di SPBU
Pinang Baris.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahun 2016
Selain terminal anak-anak penyapu angkot ini juga sering menunggu angkot
yang lewat ke SPBU yang tidak jauh dari terminal Pinang Baris. Pada saat angkot
tersebut datang mengisi bensin, disanalah kesempatan untuk anak-anak pekerja
penyapu angkot ini menawarkan jasanya kepada supir angkot tersebut. Selain itu
foto diatas tampak anak yang sedang mengisi solar ke botol semprotannya, sesuai
salah satu informan yang penulis wawancarai bahwasanya anak-anak pekerja
penyapu angkot ini membeli solar tersebut ke SPBU terdekat dengan harga Rp.
2.000 rupiah, mereka mengatakan mereka datang ke SPBU membeli solar tersebut
dan dengan mengisi sendiri, setelah itu mereka memberikan uang solar tersebut
kepada petugas SPBU itu. Hal ini telah biasa dilakukan oleh anak-anak pekerja
penyapu angkot ini, petugas SPBU membiarkan anak-anak tersebut mengisi
dengan sendirinya.

53

Universitas Sumatera Utara

Gambar 8. Foto Saat Salah Satu Anak Sedang Menyapu Angkot di
Terminal Pinang Baris.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahun 2016
Gambar di atas terlihat proses kerja seorang anak pekerja penyapu angkot, ia
memberihkan angkot tersebut dengan mengunakan sapu kecil dan sebotol solar. Ia
terlihat sedang menyapu angkot bagian dalam yang penuh debu dan sampah
plastik. Penulis pada saat disana melihat anak ini bekerja terlihat dengan muka
menahan nafas saat menyapu sejumlah tanah dan debu serta sampah yang ada
didalam angkot tersebut. Pada saat ia bekerja terlihat seorang bapak-bapak yang
mengenakan baju warna hitam melihat anak tersebut bekerja, namun anak tersebut
tetap tampak menyapu sampai bersih, setelah menyapu tanah dan debu serta
54

Universitas Sumatera Utara

sampah yang ada didalam angkot tersebut anak itu langsung memnyemprotkan
solar kelantai-lantai yang ia sapu tadi hingga terlihat bersih, setelah
membersihkan bagian dalam belakang angkot, anak tersebut langsung pergi ke
bagian depan angkot itu lalu memnyapunya. Setelah semua telah bersih anak itu
langsung menyaperi si supir pemilik angkot tersebut untuk memintak upahnya.
Penulis melihat ia diberi upah senilai Rp.2.000 rupiah kepada anak tersebut.
Gambar 9. Foto Saat Anak Pekerja Penyapu Angkot Berlari Kearah Jalan
Raya Pinang Baris.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahun 2016
Tampak seorang anak pekerja penyapu angkot yang sedang berlari di tengah
keramaian kendaraan, dimana kendaraan tersebut sedang melaju kencang, namun
anak ini tidak menghiraukan keselamatannya, tampak disana truk besar dan
kendaraan bermotor sedang melaju dan ugal-ugalan di jalan raya Pinang Baris
tersebut, mereka si pengendara tidak memperhatikan bahwasanya banyak anakanak disana.

55

Universitas Sumatera Utara

Gambar 10. Saat Anak di Beri Upah Oleh Supir Setelah Selesai
Menyapu Angkotnya.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahun 2016
Inilah salah satu anak pekerja penyapu angkot yang diberi uang lebih pada
saat selesai membersihkan angkotnya, bapak ini bernama bapak Ben Roy, ia
memberikan uang lebih kepada anak tersebut karena dua alasan yakni melihat
kerja anak ini cukup bersih dan melihat kasihan. Ia memberikan upah senilai
Rp.4.000 rupiah. Anak ini pada saat itu bekerja di terminal.
Gambar 11. Saat di Adakan Razia Preman Yang Sering Main Judi di
Terminal Pinang Baris.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahun 2016
56

Universitas Sumatera Utara

Di terminal Pinang Baris ini sering diadakan razia preman, pada saat penulis
ada di lapangan penulis melihat para petugas kepolisian sedang mengadakan
penangkapan pada sejumlah pereman yang sering main judi di terminal dan
sekitarnya, razia ini hanya dilakukan pada pereman saja bukan untuk anak-anak
pekerja penyapu angkot. Anak-anak pekerja penyapu angkot mengaku mereka
tidak pernah di adakan penangkapan pada anak pekerja penyapu angkot, berbeda
dengan pengamen dan pengemis, mereka sering ditangkap oleh Salpol PP. Pada
saat pihak kepolisian berada disana yang sedang bertugas menangkap pereman
terlihat disana ada seorang anak pekerja penyapu angkot yang ikut menyaksikan
kejadian ini. Ia terlihat sedang mengunakan baju berwarna coklat dan celana hijau,
ia terlihat sedang berdiri melihat para petugas kepolisian mengadakan razia.
Lingkungan seperti itulah yang dapat mempengaruhi aspek psikologis anakanak yang bekerja dan beraktifitas di terminal tersebut. Karena lingkungan seperti
ini dapat menganggu pertumbuhan dan perkembangan sosial-psikologis mereka
dewasa kelak.

57

Universitas Sumatera Utara