Pekerja Anak di Perkotaan (Studi Kasus Anak Penyapu Angkot di Terminal Pinang Baris Medan)

(1)

Daftar Informan

No. Nama Informan Usia Status

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Dani Ferdi Irawan Samuel Putra Jaya Muhamad Adrian Rozi Jos Bus Kristina Aditya Ibu Susilawati Ibu Oni Bapak Surya Kak Dewi Kak Lia 12 tahun 12 tahun 16 tahun 13 tahun 14 tahun 14 tahun 15 tahun 45 Tahun 38 Tahun 46 Tahun 24 Tahun 30 Tahun Masih Sekolah Putus Sekolah Putus Sekolah Masih Sekolah Masih Sekolah Putus Sekolah Putus Sekolah Orangtua Muhamad Noki (Tukang Cuci)

Orangtua Reza Ibrahim (Tukang Sapu Angkot) Supir Angkot Kariawan SKA PKPA Staf SKA PKPA


(2)

“DOKUMENTASI ANAK PEKERJA PENYAPU ANGKOT”

Gambar 1. Alat Untuk Menyapu Angkot Sapu dan Botol Berisi Solar

Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahun 2016

Gambar 2. Foto Penulis dan Noki Julio 10 Tahun (Informan)


(3)

Gambar 3. Foto Penulis dan Orangtua Muhamad Noki Julio Saat Wawancara Yakni Ibu Susilawati

Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahun 2016


(4)

Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahun 2016

Gambar 5. Foto Penulis Saat Wawancara dengan Anak-anak Pekerja Penyapu Angkot.

Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016

Gambar 6. Foto Penulis Saat Wawancarai Riyan Pratama (Informan) di Terminal Pinang Baris.


(5)

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Danandjaja James. Antropologi Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994.

Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 1987.

Lubis Misran, et.al. Kaji Ulang Situasi Anak Jalanan Kota Medan. Medan: Perpustakaan Nasional RI, 2011.

Mashud Mustain, et.al. Eksploitasi dan Bahaya Mengancam Pekerja Anak. Surabaya: Lutfansah Mediatama, 2001.

Mustain, et.al. Studi Kualitatif tentang Pekerja Anak di Jawa Timur. Surabaya: Airlangga University Press, 1999.

Noor Rohinah M. Orangtua Bijaksana Anak Bahagia. Jogjakarta: Katahati, 2011. Suyanto Bagong. Analisis Situasi Pekerja Anak dan Permasalahan Pendidikan Dasar di Jawa Timur. Surabaya: Airlangga University Press, 1999.

P. Spradley, James. Metode Etongrafi. Yogyakarta: Tiara Wacana,2006.

Yaumi Muhammad M Hum M A. Pendidikan Karakter Pilar dan Implementasi. Jakarta: Kencana, 2014.

Sumber lain:

Meilani Theresha. 2009. Skripsi Sarjana : PUSPA PKPA Medan ( Studi etnografi PUSPA PKPA Dalam Melindungi Korban Kekerasan Rumah Tangga Terhadap Anak (KDRT) di Kota Medan). Medan: Universitas Sumatera Utara.

Sumber Jurnal:

Purwoko,Tjutjup.2013. Analisis Faktor-faktor Keberadaan Anak Jalanan di Balikpapan. EJurnal Sosiologi Vol 01 No 04.

Sumber Internet:

Kesejahteraan Sosial Anak dan Sekilas Tentang Masalah Anak. https://rehsos.kemsos.go.id/modules.php?name=Content&pa=showpage&pid=5


(7)

(Diakses Pada 8 Maret 2016 20:45).

ILO. BPS Keluarkan Data Nasional Mengenai Pekerja Anak di Indonesia. http://www.ilo.org/jakarta/info/public/pr/WCMS_122351/lang--en/index.htm (Diakses Pada 8 Maret 2016 jam 20:47).

Rahmadani,2013. Latar Belakang Penyebab Anak-anak Bekerja di Jalanan (Studi: 8 Orang Anak Jalanan di Kota Tanjungpinang). http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/JURNAL-RAHMADANI-SOS-2013.pdf (Diakses Pada 13 Maret 2016 14:43).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39069/5/Chapter%20I.pd (Diakses Pada 19 mei 2016 22:21).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14952/1/09E00538.pdf (Diakses Pada 1 mei 2016 9:40).

http://sulaimanzuhdimanik.blogspot.co.id/2009/01/larangan-mempekerjakan-anak.html (Diakses Pada 8 juni 2016 10:31).


(8)

BAB III

KETERTARIKAN ANAK UNTUK BEKERJA SEBAGAI PENYAPU ANGKOT

3.1Bekerja Bagi Anak-anak

Menurut hasil penelitian anak pekerja penyapu angkot ini sebagian besar mengatakan bahwasanya mereka bekerja atas kemaunnya sendiri, tidak ada paksaan dari orangtua mereka. Mereka bekerja hanya untuk mencari uang jajan dan selain itu rasa ingin membantu meringankan beban orantua mendorong mereka untuk bekerja mencari uang, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk membantu memenuhi kebutuhan dapur rumah mereka, seperti untuk membeli lauk, sayur, beras, minyak dan lain sebagainya. Orantua mereka memang tidak menyuruh anak-anaknya untuk bekerja, namun mereka juga tidak melarang keras anak-anaknya untuk tidak bekerja. Inilah yang membuat anak-anak pekerja penyapu angkot ini bekerja, mereka di beri kelonggaran oleh orantua mereka untuk bekerja menyapu angkot tersebut, sehingga terjadilah anak-anak yang bekerja menyapu angkot di terminal Pinang Baris.

3.2 Alasan Bekerja Menyapu Angkot 3.2.1Ajakan Teman

Menurut Santrock (2007) mengatakan bahwa kawan-kawan sebaya adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Sedangkan menurut Hentherington dan Parke, teman sebaya (peer)


(9)

sebagai sebuah kelompok sosial yang sering didefenisikan sebagai semua orang yang memiliki kesamaan sosial atau yang memiliki kesamaan ciri-ciri, seperti kesamaan tingkat usia.14 Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah hubungan individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya.

Dengan berteman anak-anak atau remaja lebih banyak berada di luar bersama dengan teman sebayanya. Inilah salah satu alasan anak-anak pekerja penyapu angkot yang ada diterminal pinang baris, kebanyakan dari mereka awal mula ia bekerja di ajak oleh teman-teman sebayanya. Karena mereka sehari-hari bergaul dan berteman dengan anak bekerja, sehingga mereka terbawa oleh ajakan teman sebayanya untuk bekerja. Dengan melihat teman sepergaulannya bekerja sehingga mereka mencoba bahkan diajarkan oleh temannya sendiri. Mereka berteman tidak hanya sesama anak yang masih sekolah saja, namun anak yang masih aktif sekolah terbawa oleh asiknya bekerja, dengan seperti itu mereka juga terpengaruh oleh temannya yang tidak sekolah untuk memutuskan sekolah.

Dengan berteman mereka merasa senasib akan masalah ekonomi di keluarga dan teman bagi anak-anak pekerja penyapu angkot merupakan sesosok orang yang dibutuhkan untuk bisa saling berbagi baik itu berbagi cerita suka maupun cerita duka. Awalnya saat mereka berkumpul dengan temannya, disitu mereka menceritakan segala keluhannya tentang keluarganya, baik masalah ekonomi

14 . Diakses dari


(10)

keluarga, masalah sekolah, maupun masalah pribadinya. Dan dengan berteman anak-anak pekerja penyapu angkot tersebut, mereka merasa lebih aman karena secara tidak langsung seorang teman akan melindungi temannya dari apapun yang dapat membahayakan temannya. Selain itu, sebuah pertemanan dapat dijadikan sebagai adanya hubungan untuk saling berbagi dalam suka ataupun duka, saling memberi dengan ikhlas, saling percaya, saling menghormati, dan saling menghargai.

Anak-anak pekerja penyapu angkot di terminal Pinang Baris Medan bekerja sambil bermain, bahkan mereka saling berbagi pekerjaan. Misalnya salah satu temannya dari pagi belum mendapatkan uang atau mendapatkan sewa atau angkot untuk di sapu, salah satu dari mereka rela memberikan angkot tersbut kepada temannya untuk di sapu sehingga temannya mendapatkan upah atau uang. Perasaan nyaman ketika bermain bersama teman, akan membuat anak betah berada diluar dibandingkan dengan keuarga. Ketika anak bersama teman-temannya tersebut tidak menutup kemungkinan mereka akan terpengaruh oleh temannya atau lingkungannya. Seperti yang di kemukakan oleh Muhamad Noki Julio (10 tahun) di bawah ini;

“Ngapain kau sekolah Noki, percuma sekolah buang-buang duit orangtua aja... jelas- jelas orangtua susah nyari duit untuk makan apalagi untuk sekolah kau. Orangtua kau aja supir, mamak kau tukang cuci,, mana mampu mereka nyekolahin kau samapai kuliah,, paling-paling belum tamat SD udah mati-matian mereka nyarin duit untuk sekolah kau. Mending kau nyampu angkot kayak kami, bisa dapat duit, bisa bantu orangtua untuk beli beras sama lauk untuk


(11)

Selain kebutuhan ekonomi pengaruh teman merupakan faktor dominan membawa anak-anak untuk bekerja. Selain itu dengan bekerja anak akan merasa bisa meringankan beban orantuanya. Rasa ingin membatu dan rasa ingin tahu seorang anak sangatlah tinggi sehingga kasus seperti Muhamad Noki Julio anak berusia 10 tahun diatas merupakan hal yang sering di alami oleh anak-anak pekerja penyapu angkot lainnya.

3.2.2 Ajang Coba-coba

Menurut Santrock (2007) mengatakan bahwa kawan-kawan sebaya adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Sedangkan menurut Hentherington dan Parke, teman sebaya (peer) sebagai sebuah kelompok sosial yang sering didefenisikan sebagai semua orang yang memiliki kesamaan sosial atau yang memiliki kesamaan ciri-ciri, seperti kesamaan tingkat usia. Menurut hasil penelitian penulis bahwasanya anak-anak yang bekerja sebagai penyapu angkot ini di antara mereka di ajaki oleh teman-teman sebayanya, yang memiliki kesamaan dalam status sosial. Karena sering bergaul dan bermain dengan teman-teman yang bekerja membuat mereka tertarik untuk ikut mencoba bekerja.

Setiap orang pasti ada perasaan ingin mencoba hal baru, tetapi kadang rasa keingintahuan tersebut bisa menjadi bencana bangi dirinya. Terkadang rasa keingintahuan yang besar mereka bisa bersifat negatif seperti mencoba bagaimana enaknya bekerja, merokok, menganja, narkoba, minum-minuman beralkohol dan lain-lain. Mereka juga ingin mencoba kearah yang positif namun tidak


(12)

memikirkan masa depannya, seperti mencoba bagaimana seorang anak membantu kebutuhan orangtuanya sedangkan mereka belum cukup umur untuk membantu kebutuhan keluarga, mencoba hidup mandiri sedangkan mereka masih bergantung atau masih membutuhkan belaian kasih sayang dari keluarganya, mencoba mencari pengalaman namun mereka masih dalam menuntut ilmu untuk masa depan yang lebih baik. Seperti yang dikemukakan oleh Muhamad Noki Julio (13 tahun) dimana dia awalnya hanya berpikiran hanya ingin coba-coba saja dan ikut-ikutan teman saja. Sebagaimana untuk mendapatkan uang beli jajan dan uang untuk beli lauk untuk makan dirumah. Padahal sebaliknya dengan mencoba hal tersebut dia menjadi ketagihan bekerja sehingga tidak terlalu memikirkan sekolah. Dengan keasikan bekerja Noki bahkan sering bolos sekolah demi mendapatkan uang untuk diberikan kepada orangtua maupun untuk membeli jajannya. Selain itu dengan Noki bekerja dia sempat putus sekolah karena bekerja sehingga malas untuk sekolah. Selain Noki, informan ke-dua yaitu Muhamad Riyan Pratama anak berusia 13 tahun. Penulis juga menyatakan hal yang sama bahwasanya awal ia bekerja hanya untuk mencari uang tambahan dan ajang coba-coba, berikut pernyataan Riyan (13 tahun):

“Awalnya awak Cuma coba-coba aja kak, soalnya sering awak liat

kawan awak mengang duit, enak nampak awak,, yaudah awak coba jugalah nyapu,,abis itu dapat duit awak beli kan jajan,, sekarang

udah keterusan awak kerja kak”.

Dari pernyataan Riyan di atas ia awalnya hanya melihat teman-temannya bekerja dan berniat untuk mencoba pekerjaan tersebut, sambil bermain ia bekerja dan bisa mendapatkan uang tambahan belanja ke sekolah.


(13)

3.2.3 Masalah Ekonomi Keluarga

Miskin juga berarti tidak mampu mengimbangi tingkat kebutuhan hidup standard dan tingkat penghasilan dan ekonominya rendah. Secara singkat kemiskinan dapat didefenisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standard kehidupan yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan Secara umum kemiskinan diartikan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok atau dasar. Mereka yang dikatakan berada di garis kemiskinan adalah apabila tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Disinilah anak aset ekonomi berfungsi, dalam keluarga ekonomi yang lemah sering ditandai dengan pendidikan dan keterampilan yang rendah pula, dimana orangtua tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan anggota keluarga, anak ikut membantu dengan bekerja, keluarga dengan kondisi pas-pasan apabila di temukan kesadaran yang baik pada anak-anak, anak sering sekali memiliki nilai kemandirian yang baik pula, sehingga mereka dengan sadar membantu meringankan beban ekonomi orangtuanya.

Kemiskinan inilah salah satu ketertarikan anak-anak penyapu angkot di terminal pinang baris ini bekerja, uang sekedar untuk jajan saja mereka tidak mampu apalagi untuk membeli kebutuhan lain, seperti sandang pangan papan. Seperti yang dikemukakan oleh Samuel Putra Jaya (16 tahun), mereka bekerja untuk membantu kebutuhan keluarganya, seperti uang untuk beli lauk, sayur, baju, dan biaya sekolah. Kalau seandainya mereka tidak bekerja bisa-bisa mereka tidak


(14)

makan sampai ayah mereka pulang kerja membawa uang, apabila ayah mereka pulang tidak membawa uang kadang mereka hanya makan nasi campur garam. Berikut pernyataan Muhamad Noki Julio (10 tahun):

“ Awak pernah ngak makan gara-gara mamak ngak ada duit beli lauk untuk dimasak kak, dirumah cuma ada nasi,, yaudah makan nasi pakai garamlah awak kak,, awak ngak masalah makan nasi pakai garam kak, kadang kalau ngak ada lauk makan nasi sama ikan

asin pon jadi”.

Makan nasi dan garam sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka, dan itupun tidak membuat mereka mengeluh dengan keadaan ekonomi keluarganya seperti itu. Justru dengan keadaan seperti itu membuat mereka semakin rajin untuk mencari uang membantu orangtuanya dalam memenuhi kebutuhan keluarga di rumah.

Mereka terpaksa melakukan pekerjaan ini, karena kebutuhan ekonomi mereka tidak tercukupi. Penghasilan dari pekerjaan orangtua mereka yang tidak tentu membuat mereka ikut bekerja untuk membantu orangtuanya.

3.2.4 Bosan Berada di Rumah

Bosan adalah kejenuhan perasaan dan fikiran atas sesuatu yang kita alami atau sesuatu disungguhkan kepada kita terlalu lama atau berulang-ulang. Bosan juga sesuatu keadaan di mana pikiran menginginkan perubahan , mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup dan keadaan yang menonton dari waktu ke waktu. Terkadang merasa bosan itu ketika kita berada dirumah sendirian tampa ada teman untuk kita ngobrol ataupun bercerita-cerita. Perasaan bosan bisa juga dirasakan oleh anak-anak karena rasa bosan bagi


(15)

anak-anak adalah ketika tidak bermain dengan teman-teman sebayanya. Dan perasaan bosan bisa di hindari dengan cara positif maupun dengan cara negatif pada anak. Cara positif bisa kita lakukan dengan membaca buku, menonton Tv, membaca komik, novel ataupun belajar, bermain permainan mendidik. Sedangkan cara negatif yaitu dengan melakukan tindakan yang tidak baik, contohnya dengan bermain keluar bertemu dengan teman-teman yang bekerja. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan/ anak yaitu Muhamad Riyan Pratama (13 tahun) sebagai berikut:

“Saya sepulang sekolah abis itu pulang kerumah,ganti baju dan

makan kak,,,, setelah itu dirumah ngak tahu mau ngapa-ngapain lagi,,,mau nonton Tv pun awak bosan,, masak awak asik nonton Tv aja dari pulang sekolah sampai malam,, mau main pon ngak ada kawan dirumah, kalau belajar biasanya awak malam kak,, jadi awak bosan dirumah-dirumah aja,,,mending awak pigi keluar keterminal nyapu angkot bisa dapat duit tambahan uang jajan, uang untuk nabung buat kuliah nanti, kadang duitnya bisa bantu mamak untuk

beli lauk dan sebagainya”

Selain masalah ekonomi mereka mengaku rasa bosan adalah salah satu ketertarikan mereka untuk bekerja. Pada saat dirumah karena tidak ada kegiatan dan teman untuk bermain, inilah membuat mereka merasa jenuh dan bosan. Sehingga timbulah niat untuk pergi keluar dan mencari teman yang sebaya untuk bisa diajak bermain.

Dengan bermain keluar dan ikut bergabung dengan teman bekerja tidak menutup kemungkinan mereka bisa terpengaruh untuk bekerja, ketika perasaan nyaman telah di rasakan oleh anak-anak maka mereka bisa mendapatkan pengaruh buruk di tempat bermai dan tempat mereka bekerja seperti, merokok,


(16)

minum-minuman beralkohol, narkoba, ganja, pelecehan, kekerasan dan lain-lainnya. Adapun yang di ungkapkan oleh salah satu anak-anak pekerja penyapu angkot yaitu beberapa dari mereka ada yang merokok, ngelem (ganja), judi, narkoba, mencuri bahkan mendapatkan kekerasan pada saat bekerja atau di lingkungan sekitar tempat mereka bekerja. Di sebabkan oleh awalnya bosan berada dirumah. Berikut pernyataan informan/ anak pekerja penyapu angkot yaitu Bagus anak berusia13 tahun:

“ Saya mulai ngelem karena terpengaruh kawan kak,, karena kawan

saya ngelem jadi saya ikut-ikutan mencoba,,, saya ngelem pada saat merasa suntuk aja kak, jadi kalau saya ngelem saya merasa tenang. Saya membeli lem tersebut di warung khusus jual lem tersebut kak,, ngelem ini cukup membelinya dengan harga Rp. 6000 rupiah aja, setelah itu bungkus dengan plastik abis itu di hisap,, rata-rata

anak-anak pekerja penyapu angkot ini udah pernah semua ngelem kak”

Dari pernyataan anak pekerja penyapu angkot diatas ia mengatakan bahwasanya semua anak pekerja penyapu angkot ini telah pernah ngelem serta merokok dan sebagainya. Jadi karena bosan pada saat dirumah membuat anak-anak pergi keluar untuk mencari suasana baru dan hal yang baru dari kebiasaan sehari-hari mereka pada saat dirumah. Mereka mencari teman untuk bisa mereka ajak bermain, dan inilah peran orangtua perlu lebih bekerja ekstra lagi dalam mendidik anak serta memberikan perhatian penuh kepada anak-anak mereka dengan membentengi mereka dengan nilai-nilai dari hal-hal yang dapat mempengaruhi tumbuh kemabang anak-anaknya.


(17)

3.2.5. Kebutuhan dan Keinginan Sendiri

Kebutuhan merupakan salah satu dari aspek psikologis setiap manusia yang mengerakkannya dalam melakukan aktivitas. Kebutuhan ini juga menjadi dasar atau alasan atau faktor untuk melakukan usaha. Sebagai contoh, untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap orang harus bekerja. Bekerja (melakukan usaha) akan mendapatkan imbalan (gaji atau uang) yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan 15. Contoh dari kebutuhan sehari-hari adalah makanan dan minuman, setiap orang membutuhkan makan dan minum untuk bertahan hidup. Atau dapat dikatakan, pemenuhan kebutuhan ini sangat penting dilakukan demi mendapatkan kesejahteraan. Dengan kata lain, jika kebutuhan tidak dapat dipenuhi dengan baik maka hidup orang tersebut tidak ataupun kurang sejahtera.

Sedangkan keinginan merupakan tambahan atas pemenuhan kebutuhan, sesuai yang diharapkan. Seperti kebutuhan makan dan minum di sisilain kita juga berkeinginan makan dengan lauk, ayam goereng dan lain-lain. Seperti pakaian merupakan kebutuhan namun pakaian yang bagus merupakan keinginan yang ingin di capai seseorang. Seperti pernyataan informan/ anak pekerja penyapu angkot ini yakni Muhamad Riyan Pratama (13 athun) sebagai berikut:

“Saya menyapu selain untuk uang tambahan jajan, juga untuk membeli baju, sepatu serta buku sekolah kak,, jadi kalau saya menyapu dan mendapatkan duit, saya ngak mintak uang jajan sekolah lagi kemamak, dan uang untuk beli buku serta sepatu kadang saya beli sendiri dari hasil nyapu angkot ini kak,,, kalau saya ngak nyapu biasanya uang belanja sekolah mamak yang ngasih, tapi kalau saya nyapu mamak ngak ngasih lagi uang jajan belanja sekolah”

15

. Diakses dari http://perbedaanterbaru.blogspot.com/2015/08/penjelasan-perbedaan-kebutuhan-dan.html, (Pada 25 April 2016).


(18)

Mereka bekerja selain untuk uang jajan belanja sehari-hari, mereka gunakan juga untuk membeli keperluan sekolah, seperti buku, baju, sepatu dan sebagainya. Dari pernyataan Riyan diatas apabila ia bekerja orantuanya tidak memberikan lagi uang belanja sekolah serta uang untuk membeli buku disekolah, dengan mereka bekerja hasilnya bisa membantu kebutuhan sekolah dan tidak perlu lagi memintanya keorantua mereka. Dari hal ini tanggung jawab orangtua untuk memenuhi kebutuhan anaknya serta pendidikan anaknya telah terbantu dengan anaknya bekerja menyapu angkot. Namun orangtua mereka terpaksa membiarkan anak-anaknya bekerja dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri, karena tekanan ekonomi serta penghasilan rendah dan kebutuhan keluarga sangat tinggi membuat orangtua mereka gigit jari untuk melarang anak-anaknya bekeja.

3.3. Fenomena Bekerja Bagi Anak-anak

Ada pun fenomena bekerja bagi anak-anak pekerja penyapu angkot di terminal Pinang Baris Medan adalah sebagai berikut:

3.3.1. Bersifat Ekonomi

Manusia bersifat ekonomi (Homo Economicus) memiliki kecenderungan untuk tidak pernah merasa puas akan apa yang diperolehnya dan senantiasa berusaha terus untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan selalu mempertimbangkan pengorbanan dan manfaat dari tindakan yang dilakukan16.

Dalam bekerja sebagai penyapu angkot anak-anak ini pada awanya mereka melakukan pekerjaan atas dasar untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, dan lama-


(19)

kelamaan pada akhirnya tujuan dari mereka dalam melakukan pekerjaan tidak hanya di dasarkan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri atau biasa mereka sebut untuk beli jajan tetapi mereka juga mencari uang tambahan untuk membantu kebutuhan orangtua mereka. Jadi anak-anak pekerja penyapu angkot ini bekerja tidak hanya untuk kebutuhannya sendiri tetapi untuk membantu kebutuhan keluarga mereka dirumah. Seperti yang dikemukakan oleh salah satu anak-anak yang ikut dalam bekerja sebagai penyapu angkot yaitu Reza Ibrahim (13 tahun):

“Memang pada awalnya awak nyapu Cuma cari duit jajan aja kak,

terus ikut-ikutan kawan, kadang-kadang kalau duitnya dapat lebih awak kasih sama mamak. Separoh untuk awak belik kan jajan terus untuk belik rokok,, separohnya lagi awak kasih mamak untuk belik

lauk dan beras”.

Dari perkataan yang dikemukakan oleh Reza Ibrahim di atas dapat kita lihat bahwa selain uang untuk kebutuhan ia sendiri, para anak pekerja penyapu angkot ini hasil kerja mereka juga di manfaatkan untuk membantu kebutuhan keluarga dirumah. Maka dapat kita ketahui bahwa dibalik anak bekerja sebagai penyapu angkot ini ada sifat ekploitasi pada anak. Anak di jadikan salah satu cara untuk mengatasi masalah ekomomi keluarga.

3.3.2. Waktu

Waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian. Tiap masyarakat memilki pandangan yang relatif berbeda tentang waktu


(20)

yang mereka jalan17. Waktu adalah bagian dari sistem pengukuran yang digunakan untuk acara urutan, untuk membandingkan jangka waktu kejadian dan interval antara mereka, dan mengukur tingkat perubahan seperti gerakan objek.

Dari yang penulis lihat sehari-harinya, penulis melihat bahwa anak-anak yang ikut bekerja menyapu angkot ini datang ke terminal dan ada sebagian dari mereka berdiri menunggu di tepi jalan raya untuk bekerja dan menawarkan jasanya, mereka bekerja di waktu siang, sore hari sampai petang bahkan mereka bekerja sampai malam. Mereka bekerja di waktu pulang sekolah bagi anak yang masih aktif sekolah dan bekerja penuh seharian bagi anak yang tidak sekolah. Artinya, dimana diwaktu angkot-angkot yang akan datang dari binjai, kota pangkalan Brandan, kota Stabat, dan Brastagi di situlah mereka menawarkan jasanya. Jadi waktu yang mereka lakukan dalam bekerja lebih dari 5 Lima jam dalam seharinya. Seperti pernyataan informan/ anak pekerja penyapu angkot ini Reza Ibrahim (13 tahun) yaitu sebagai berikut:

“Semenjak saya udah ngak sekolah lagi, saya bekerja seharian

penuh,,yakni dari pagi hingga sore hari, kalau masalah istirahat ya di siang hari jam 12:30 Wib, kami anak-anak pekerja penyapu angkot ini kak biasanya itirahatnya dimana nunggu angkot disitu sambil istirahat, kadang kalau hujan kami pulang tidur, kalau udah reda kalau saya balik lagi keterminal nyari sewa, kalau kawan-kawan yang lain ada yang pulang dan gak balik lagi kerja, besoknya baru mereka balek lagi,,dan di hari minggu biasanya anak-anak yang lain banyak yang ngak kerja, soalnya angot pada ngak narik, banyak libur”.

Mereka melakukan pekerjaan ini sebagai aktifitas rutin harian, jam kerjanya relatif panjang. Ini menyebabkan mereka tidak dapat bersekolah, tidak memiliki

17

. Diakss dari https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20121215000803AAPPnjX, (Pada 25 April 2016).


(21)

waktu yang cukup untuk bermain dan beristirahat, dan secara tidak langsung aktifitas tersebut berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan mereka.

3.3.3. Pendidikan

Dalam Konvensi Hak Anak yang telah di ratifikasi oleh pemerintah Indonesia disebutkan dan diakui bahwa anak-anak pada hakekatnya berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak dan mereka selayaknya tidak terlibat dalam aktivitas ekonomi secara dini. Namun akibat tekanan kemiskinan kurangnya animo orangtua akan pentingnya pendidikan dan sejumlah faktor lain membuat mereka terpaksa bekerja.

Kebutuhan anak untuk mencukupi biaya pendidikan juga merupakan salah satu alasan anak untuk bekerja. Namun, sebaliknya sekolah tidak menarik, juga merupakan faktor mendorong anak untuk putus sekolah dan masuk kedalam dunia kerja. Seperti yang di kemukakan oleh Muhamad Noki Julio (10 tahun) sebagai berikut:

“Nanti saja sekolahnya di lanjutkan, karena saat ini biaya sekolah tidak

ada”.

Noki mengatakan di sekolah sering dipangil oleh guru karena selalu telat bayar uang SPP dan biaya buku, sehingga ibu Noki memerhentikan sekolah Noki sementara sampai ibu Noki mendapatkan uang untuk bisa melanjutkan sekolahnya lagi.

Rata-rata anak pekerja penyapu angkot adalah anak yang putus sekolah, dikarenakan dua faktor yakni masalah keluarga dan masalah tidak ingin lagi melanjutkan sekolahnya karena telah mengenal dunia kerja dan bisa mendapatkan


(22)

uang. Selain anak putus sekolah anak-anak pekerja penyapu angkot ini juga ada yang tidak sekolah di karenakan tidak ada kemauan untuk sekolah. Menurunta sekolah hanya membuang biaya saja yang pada akhirnya untuk mencari kerja juga. Berikut pernyataan salah satu informan penulis yaitu Muhamad Andre (10 tahun) sebagai berikut:

“Biarkan aja terserempet,,,abis itu kita mintak pertanggung jawabannya,, gitu kok payah”

Pada saat penulis tanyakan itu justru mereka berdiri di tengah-tengah jalan raya tersebut sambil menantang kendaraan yang mau lewat di jalan Pinang Baris tersebut sambil ketawa, penulis tidak melihatt ketakutan dari diri mereka.

Itulah pernyataan salah satu informan/anak pekerja penyapu angkot di terminal Pinang Baris Medan. Ia mengatakan itu kepada penulis dengan penuh keyakinan bahwa apa yang ia ungkapan itu adalah hal yang benar. Selain itu ia mengunggkapkan itu dikarenakan kondisi ekonomi yang serba kekurangan atau tidak mendukungnya untuk sekolah. Selain anak yang tidak sekolah juga ada anak yang masih sekolah sambil bekerja menyapu angkot. Ia bekerja setelah pulang sekolah, kadang mereka juga ada yang rela bolos sekolah agar bisa menyapu angkot dan bisa mendapatkan uang lebih banyak. Anak-anak yang masih sekolah ini sanagatlah memperdulikan sekolahnya, menurut mereka sekolah adalah wajib untuk masadepan yang lebih baik, ia tidak ingin seperti ini terus kondisi ekonomi di keluarganya ia inggin lebih baik lagi. Dengan mereka sekolah mereka bercita-cita bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik bisa mengangkat perekonomian keluarganya. Itulah pernyataan anak yang masih sekolah sambil bekerja.


(23)

Kadang-kadang mereka juga pernah bolos sekolah untuk mencari uang tetapi apabila penulis bertanya apa fungsi pendidikan untuknya justru ia menjawab sangatlah penting. Sangat berbeda pemikirannya dengan anak yang tidak sekolah dan anak yang putus sekolah. Masing-masing mereka mempunyai asumsi sendiri-sendiri.

Sebagian dari anak pekerja penyapu angkot ini adalah anak dampingan PKPA yakni di unit SKA (Sanggar Kreatifitas Anak) yang mempunyai rumah singgah untuk anak-anak jalanan, yang terletak tidak jauh dari terminal Pinang Baris. Anak dampingan SKA ini mereka akan datang ke rumah SKA tersebut untuk belajar karena disana di sediakan buku bacaan, bola untuk anak-anak yang suka bola, alat musik untuk anak yang suka seni, serta kreatifitas lainnya. Noki merupakan salah satu anak dampingan SKA, sesekali Noki pergi belajar kesana untuk membaca buku dan sebagainya, selain Noki anak pekerja penyapu angkot lainnya juga pernah menjadi anak dampingan SKA yakni Reza Ibrahim (13 tahun) ia pada saat sekolah sering berkunjung ke SKA untuk belajar, namun sekarang ia tidak aktif lagi karena ia sibuk bekerja sehingga malas untuk kesana.

3.3.4. Bahaya Kerja

Kalau berbicara dari segi etika dan moral, ketika niscaya sepakat yang namanya anak sesungguhnya mereka tidak seharusnya bekerja di usia yang dini, apalagi di sekotor berbahaya karena dunia mereka adalah dunia anak-anak yang selayaknya di manfaatkannya untuk belajar, bermain ,bergembira, dengan suasana damai dan menyenangkan, dan mendapatkan kesempatan dan fasilitas untuk mencapai cita-citanya sesuai dengan perkembagan fisik, psikologik, intelektual


(24)

dan sosialnya. Tetapi di Indonesia terutama di kota Medan lebih tepatnya di terminal Pinang Baris banyak anak-anak yang bekerja di bawah umur, akibat kemiskinan dan krisis ekonomi yang tidak kunjung usai. Memaksa anak harus bekerja membantu perekonomian keluarganya. Mereka bekerja baik untuk kebutuhan sendiri untuk membeli jajan, pakaian, mainan dan lain-lain mereka juga bekerja untuk membantu orangtua mereka membeli beras serta lauk untuk makan.

Demi untuk mendapatkan uang membeli jajan dan membantu orangtua mereka rela bekerja seharian, di tenggah terik panasnya matahari, hujan dan di malam hari. Selain itu mereka juga bekerja di tempat berbahaya rawan kecelakaan yakni di tepi jalan raya Pinang Baris menunggu angkot yang lalu-lalang menuju terminal. Bahkan mereka bergurau-gurau dengan teman sesama anak pekerja penyapu angkot di tepi jalan raya itu, bahkan mereka juga pernah di tabrak oleh salah satu becak yang sedang melaju, selain itu di senggol angkot yang masih berjalan. Mereka rela menunggu angkot itu di tepi jalan raya agar bisa lebih cepat mendapatkan angkot untuk di sapu. Karena anak-anak pekerja penyapu angkot tidaklah sedikit jadi mereka harus berebutan untuk mendapatkan angkot tersebut. Mereka bekerja sambil membawa sapu kecil tampa tangkai dan sebotol kecil yang berisi solar untuk bahan dan alat mereka untuk bekerja.

Seperti kasus Noki ia pernah terlindas ban angkot saat ia menunggu angkot di tepi jalan, menurutnya ia sudah di pinggir tetapi supir angkot tersebut dengan sengaja membelokkan angkotnya kearah Noki sehingga kakinya terlindas hingga


(25)

bengkak dan terkilir. Selain itu banyak kasus-kasus anak-anak yang bekerja di terminal Pinang Baris sebagai penyapu angkot yang jatuh pada saat mau naik kedalam angkot yang mau mereka sapu. Pada saat mereka menawarkan angkot untuk mereka sapu justru angkot itu berhenti tetapi tidak mengginjak habis rem angkotnya sehingga anak-anak tersebut pada saat mau naik terjauh. Perlakuan seperti ini serimg mereka dapatkan di tempat kerjanya.

Selain kecelakaan kerja tempat mereka juga sangat berbahaya untuk karakternya, karena banyaknya angen-agen angkot yang main judi, serta berkelahi. Ini memicu anak-anak pekerja penyapu angkot ini untuk melakukan hal yang sama. Selain itu tempat mereka bekerja juga sangat banyak pengaruh seperti Narkoba, ganja, ngelem, judi, mencuri, kekerasan dan lain-lain. Seperti ungkapan salah satu informan penulis yakni Bagus (13 tahun) ia mengatakan sebagai berikut:

“Saya ngaku saya ngelem kak, saya ngelem awalnya tau dari kawan jadi saya tertarik untuk mencobanya, saya membelinya tidak jauh dari sini kak, harganya Rp. 6.000,00 ribu rupiah aja kak, saya beli dari uang hasil nyapu angkot kak,, disini anak-anak penyapu angkot rata-rata udah pernah semua ngelem dan merokok kak jadi udah biasa, ngak aneh lagi liatnya,, orang bapak-bapak supir angkot udah tau semua itu kak orang dia juga ngelem,, apalagi judi, sering kali orang itu di situ duduk-duduk rame-rame taruhan pake koin”

Pada saat penulis disana penulis juga melihat para supir-supir angkot tersebut duduk di depan terminal dibawah pohon-pohon, mereka berbentuk lingkaran dan memainkan koin yang di lempar keatas dan sejumlah uang di bawahnya yang telah dikumpul terlebih dahulu. Dan penulis melihat anak-anak pekerja penyapu


(26)

angkot pun lewat-lewat di dekat bapak-bapak yang sedang main judi tersebut, bahkan mereka juga ikut menyaksikan bapak-bapak tersebut.

Penulis juga mengamati saat mereka bekerja, penulis melihat mereka bekerja di pingir jalan pinang baris bahkan mereka hampir ketengah jalan raya menentang atau menghalangi kendaraan yang sedang melaju sambil tertawa-tertawa dengan teman-temannya yang sama-sama sedang menunggu sejumlah angkot yang lewat. Penulis melihat Reza Ibrahim (13 tahun dan Jos Bus (14 tahun) sedang bergurau di pinggir jalan pinang baris itu padahal kendaraan sedang banyak hilir mudik dengan kecepatan tinggi hingga mereka hampir terserempet salah satu angkot yang sedang melaju. Penulis pada saat melihat mereka sangatlah takut, takut mereka tertabrak kendaraan yang lewat. Karena kendaraan bermotor, mobil, angkot serta kendaraan besar sangat banyak lewat jalan Pinang Baris tersebut yakni, Tronton, Bus Pariwisata, Truk, Kijang, sepeda motor, dan lain-lain. Penulis mengamati mereka tidak terlihat takut, justru mereka terlihat santai saja. Karena kendaraan di Medan ini sangatlah ugal-ugalan dengan kecepatan tinggi tidak menutup kemungkinan mereka bisa tertabrak oleh kendaraan tersebut. Tetapi mereka tidak memikirkan hal itu, berikut pernyataan mereka pada saat penulis bertanya, pada saat itu yang menjawab adalah Andre (10 tahun):

“Biarkan aja terserempet,,,abis itu kita mintak pertanggung jawabannya,, gitu kok payah”

Pada saat penulis tanyakan itu justru mereka berdiri di tengah-tengah jalan raya tersebut sambil menantang kendaraan yang mau lewat di jalan Pinang Baris tersebut sambil ketawa, penulis tidak melihatt ketakutan dari diri mereka.


(27)

Itulah alsan dan fenomena bekerja bagi anak-anak yang bekerja sebagai penyapu angkot di terminal Pinang Baris Medan. Pada dasarnya ketertarikan mereka untuk masuk kedalam dunia kerja dan bekerja di usia dini karena ketidak mampuan dan ketidak berdayaan orangtua mereka dalam memenuhi kebutuhan, baik primer maupun sekunder. Mereka terpaksa melakukan ini akibat dari perekonomian serta pengaruh lingkungan yang menarik mereka ke jalanan. Jadi ketertarikan mereka untuk bekerja bukan karena paksaan dari orangtua mereka, namun orangtua mereka juga tidak melarang keras anak-anaknya untuk tidak bekerja, karena ketidak mampuan orangtua mereka dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya.


(28)

BAB IV

PROFIL KASUS ANAK PEKERJA PENYAPU ANGKOT DI TERMINAL PINANG BARIS MEDAN

4.1. Profil Kasus Muhamad Noki Julio (10 Tahun)

Muhamad Noki Julio biasa di panggil Noki ia adalah anak ke Empat dari pasangan Ani Dahwan dan Susilawati mereka mempunyai anak Lima orang bersaudara, Satu perempuan Empat Laki-laki. Noki merupakan adik dari Agung , Adinda dan Fauza Ananda. Abang Noki yang bernama Agung ini masih dalam bersekolah, saat ini ia sekolah di Pesantren kelas Dua tingkat SMA. Sedangkan abang Noki yang bernama Fauza Ananda ini juga merupakan pekerja penyapu angkot sama halnya dengan Noki namun saat ini ia tidak sekolah lagi, ia putus sekolah terakhir kelas Dua SMP, dan sekarang ia bekerja menyapu angkot setiap harinya. Noki juga mempunyai adik bungsu yang bernama Reno Dahwan saat ini duduk dikelas Dua SD. Noki pernah sempat putus sekolah pada saat duduk di bangku kelas Tiga SD menjelang naik kelas Empat. Pada saat penulis wawancarai ibu Noki yakni ibu susilawati, ia mengatakan sebagai berikut:

“Noki Putus sekolah dulu di karenakan sekolahnya terlalu jauh dari rumah. Sekarang sekolahnya sudah di pindahkan. Dan sekarang ia bekerja menpau angkot itu kemaunnya sendiri, saya tidak pernah memaksa anak-anak saya untuk bekerja membantu saya da suami. Dan saya termasuk orangtua mengontrol setiap hari anak-anak saya saat bekerja, setelah saya pulang mencuci saya pasti mencari anak-anak saya di terminal agar mereka tidak terpengaruh oleh teman-temannya serta dari orang sekitar terminal ini, ke hal-hal yang negatif.


(29)

Namun pada saat penulis mewawancarai Noki sendiri menjawab kenapa ia putus sekolah sebagai berikut:

“Nanti saja sekolahnya di lanjutkan kata mamak kak, karena saat ini

biaya sekolah tidak ada, dulu saya memang tinggal dengan nenek, dan memang sekolah jauh dari rumah, tapi kata mamak pre dulu sekolah sampai nanti dapat duit lagi untuk melanjutkan sekolah. Soalnya saya di sekolah sering di pangil guru karena telat bayar uang buku dan biaya lainnya.

Noki juga mengatakan di sekolah sering di pangil oleh guru karena selalu telat bayar uang SPP dan biaya buku, sehingga ibu Noki memberhentikan sekolah Noki untuk sementara waktu sampai ibu Noki mendapatkan uang untuk bisa melanjutkan sekolahnya lagi.

Noki merupakan anak yang pintar, pada saat penulis mewawancarainya dia sangat tanggap menjawab setiap pertanyaan penulis, di sekolah pun ia pernah mendapatkan Sepuluh besar. Noki ini berasal dari suku Minang yang merantau ke Medan bersama keluarganya. Ia sudah Lima Tahun tinggal di Medan sebelumnya ia berasal dari Pekan Baru. Ayah dan ibu Noki pindah ke Medan dengan alasan ibu dan ayah noki dari zaman mudanya telah lama merantau dan tinggal di Medan, menurutnya ia lebih bisa menghidupi keluarganya di kota dari pada di kampung, karena di kampung mereka tidak tahu harus bekerja apa, tanah pembagian dari orangtua mereka tidak ada. Jadi orangtua Noki memutuskan ke Medan untuk mengais rezeki. Ayah Noki bekerja sebagai supir angkot sedangkan Ibu Noki bekerja sebagai tukang cuci keliling dari rumah kerumah. Dahulunya ibu Noki sempat pernah menjual nasi di warung tepat di depan SPBU jalan Pinang Baris yang tidak jauh dari terminal. Namun dikarenakan tidak memiliki modal


(30)

lagi untuk melanjutkan usahanya ibu Noki pindah profesi menjadi tukang cuci dari rumah kerumah tetangganya. Ibu Noki penghasilan perbulan selama menjual nasi pada saat itu Rp. 20.000,00 – 30.000,00 ribu rupiah. Dan saat ini selama mencuci penghasilan perbulannya bisa mendapatkan Rp. 300.000,00 rupiah. Sedangkan ayah Noki bapak Dahwan bekerja sebegai supir angkot, pergi pagi jam 07:30 Wib dan pulang malam jam 23:30 Wib berpenghasilan satu harinya bisa mendapatkan penghasilan Rp. 50.000,00- 100.000,00 rupiah. Tetapi kadang-kadang apabila penumpang ramai ia bisa mendapatkan upah Rp. 200.000,00 rupiah. Ayah Noki ini bekerja mulai dari hari Senin sampai Sabtu, pada hari minggu kegiatan ayah Noki menghabiskan waktu untuk istirahat dirumah kadang-kadang ia pergi memancing untuk melepaskan lelah. Dengan penghasilan yang tidak tentu seperti itu membuat keluarga Noki susah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, apalagi kebutuhan saat ini semua serba mahal. Inilah salah satu faktor Noki dan abangnya Ojak membantu kebutuhan keluarganya dengan bekerja sebagai penyapu angkot.

Noki pertama kali memulai pekerjaannya pada saat berumur Tujuh tahun. Noki lebih dahulu memulai bekerja dibandingkan abangnya Ojak. Karena pada saat itu abangnya masih aktif sekolah. Sedangkan Noki pada saat itu duduk di bangku kelas Dua SD, namun Noki pada saat itu jarang masuk sekolah karena ia sering bolos setiap masuk sekolah. Noki sering bolos ia pergi menemui teman-temannya yang ada di terminal Pinang Baris serta sering main ke warnet main games serta fesebookkan. Di karenakan Noki sering bergaul dengan anak-anak


(31)

yang ada di terminal sehingga Noki terpengaruh oleh mereka untuk menyapu angkot dan bisa mendapatkan uang. Noki awal mulanya mengenal pekerjaanny melihat teman-temannya setiap hari memegang sapu kecil dan sebuah botol yang terbuat dari bahan plastik berisi solar. Noki melihat mereka setiap hari nongkrong di terminal. Pada saat angkot datang mereka berlari mengejar angkot tersebut. Pada saat Noki dengan anak-anak yang ada di terminal tersebut, teman-temannya sering mengatakan yakni:

“Ngapain kau sekolah Noki, percuma sekolah buang-buang duit orangtua aja... jelas- jelas orangtua susah nyari duit untuk makan apalagi untuk sekolah kau. Orangtua kau aja supir, mamak kau tukang cuci,, mana mampu mereka nyekolahin kau samapai kuliah,, paling-paling belum tamat SD udah mati-matian mereka nyarin duit untuk sekolah kau. Mending kau nyampu angkot kayak kami, bisa dapat duit, bisa bantu orangtua untuk beli beras sama lauk untuk

dimakan”.

Dari peryataan teman-teman Noki diatas, bahwa mereka beranggapan sekolah merupakan beban untuk orangtuanya di karenakan penghasilan orangtua dibandingkan kebutuhan keluarga tidak seimbang. Karenanya bergaul dengan mereka Noki pun akhirnya sedikit demi sedikit mulai kepikiran untuk mencoba-cobanya. Pada saat Noki mulai mencoba temannya pun memberikan sapu kecil miliknya itu kepada Noki dan menyuruh Noki mencobannya. Awalnya Noki tidak tahu cara sistem kerjanya, namun teman-teman Noki pun mengajarkannya dengan senang hati bagaimana cara kerjanya. Yakni dengan mencari serta mengejar setiap angkot yang mau masuk terminal sambil memangil supir angkot tersebut untuk menawarkan jasa menyapu angkot. Apabila supir menganggukkan kepalanya sambil bilang “ Ya” maka langsunglah mereka masuk kedalam angkot itua lalu


(32)

bersihkan angkot tersebut dibagian dalam dan bagian depan tempat setiran angkot tersebut.

Setelah Noki bisa bekerja dan mengasilkan uang, Noki pun terbiasa oleh perkerjaan tersebut. Setiap hasil menyapu angkot Noki berikan kepada Ibunya dan ibu Nokipun bertanya dimana ia memperoleh uang tersebut. Ayah dan ibu Noki pada saat tahu Noki bekerja mereka sempat menegur Noki, mereka mengatakan sebagai berikut:

“Noki kau sekolah saja yang benar nak, tidak usah bekerja,, mamak

masih bisa menyekolahkan mu, jagan kau ikuti kawan-kawan mu

yang tidak sekolah itu,,”.

Pada saat orangtua Noki melarang ia bekerja, ia masih tetap menyapu angkot, ia terpaksa melakukan ini karena ia tidak mempunyai uang untuk belanja. Orang tuanya kadang- kadang memberikan uang kadang-kadang tidak, sedangkan Noki kepengen sesuatu untuk di beli. Ungkapan Noki kepada penulis yaitu:

“Kadang awak kepengen jajanan yang lewat-lewat dijalan itu kak, kayak Es buah, gorengan, somay,,ah banyaklah kak, kepengen kali awak beli, tapi awak ngak punya duit, mamak ngasih awak uang belanja sekolah aja, itu pun kalau mamak ada duit, kalau mamak tidak ada duit, ya ngak belanja awak kesekolah. Awak liat kawan-kawan makan kepengen juga,, itulah awak pulang sekolah nyapu angkot kak, kerjanya ngak terlalu sulit awak liat,, Cuma nyapu-nyapu di dalamnya aja terus sapu di depan sikit, semprotin solar,,abis itu dikasih duit sama supir angkonya Rp. 200.000 rupiah,, kalau Lima angkot awak bersihkan udah dapat duit Rp. 10.000,00 rupiah,, kadang-kadang kalau angkotnya di lihat supirnya bersih bisa dikasih lebih,,kalau duitnya dapat lebih awak kasih sama mamak,, pertamanya mamak marah awak kerja, tapi lama-lama

udah dibiarkannya aja”.

Sesuai pernyataan Noki di atas ia awal mulai bekerja hanya membutuhkan uang belanja di karenakan orangtuanya tidak memberi uang belanja sehari-hari,


(33)

orangtuanya hanya memberi uang belanja sekolah , dan itu pun tidak di berikan setiap Noki pergi sekolah. Noki merasa ia butuh bekerja mencari uang sekedar uang untuk belanja sepulang sekolah. Menurutnya pekerjaan yang ia lakukan ini tidak terlalu berat, dengan memiliki satu sapu kecil dan sebuah botol untuk tempat solar ia bisa bekerja dan mendapatkan uang. Menurutnya untuk memperoleh alat itu pun tidak terlalu sulit, cukup dengan mencari sapu bekas dan membeli botol seharga Rp. 10.000,00 rupiah. Setelah itu ia bisa membeli solar di SPBU yang terletak tidak jauh dari terminal dan cukup dekat dari rumahnya. Dengan menyapu angkot ia bisa mendapatkan uang untuk keperluannya bahkan kalau ia bisa bekerja lebih giat lagi ia bisa membantu kebutuhan keluarganya di rumah.

Tindakan orangtua Noki melarang anaknya untuk bekerja namun ia juga menerima uang yang di berikan oleh anaknya. Bentuk perlakuan Orangtua Noki dengan menegur anaknya, tetapi bukan dalam bentuk kekerasan fisik. Teguran orangtua Noki bukan berbentuk memaksa Noki untuk tidak bekerja namun dalam bentuk teguran secara lembut, yang mengartikan bahwa melarang namun di sisilain memperbolehkan Noki bekerja. Adapun peringatan untuk Noki dari ayahnya yang selalu ia ingat ketika ia di perbolehkan menyapu angkot adalah:

“Kamu boleh bekerja, tetapi jangan merokok,ngelem,dan jagan coba-coba memakai norkoba. Apabila kamu ketahuan merokok dan sejenisnya bapak tidak segan-segan akan memukulmu dan betul-betul melarang mu

menyapu angkot lagi”.

Dengan melihat Noki bersikeras untuk terus bekerja, orangtua Noki pun memperbolehkan ia untuk bekerja, namun orangtua Noki masih tetap memberikan syarat tertentu untuk menjaga anaknya dari hal-hal yang buruk di luar. Dengan


(34)

peringatan yang di berikan oleh orantuanya ia selalu mengingat perkataan yang di lontarkan oleh ayahnya. Ia salah satu anak yang tidak terpengaruh oleh kawan-kawannya yang suka merokok dan ngelem. Pada saat ia melihat teman-temannya merokok dan ngelem ia lebih memilih menjauh dari teman-temannya tersebut, ia langsung pergi menjauh dari mereka dan mencari oangkot untuk di sapu. Namun tidak jarang Noki di ledeki oleh teman-temannya bahwa dia tidak ikut merokok, dan mengatakan bahwa ia takut di marahi oleh ayahnya. Yakni perkataan teman-temannya saat Noki memilih menjauh dari mereka.

“Pengecut kau Noki, masak merokok aja tidak berani,,cemen kau,

kayak bencong kau,,sinilah kau coba dulu,,ngaknya tahu bapak kau”.

Itulah selalu perkataan yang dilontarkan oleh teman-temannya sesama anak penyapu angkot kepada Noki. Ini biasa terjadi saat-saat dimana mereka sedang berkumpul sambil menunggu setiap angkot-angkot yang lalu lalang menuju terminal pinang baris. Namun Noki lebih memilih mencari sewa atau mencari angkot yang kotor dan menawarkan jasanya untuk menyapu angkot tersebut. Menurut Noki menjauh dari mereka lebih baik karena percuma mendengarkan perkataan mereka, bisa-bisa sakit hati. Setiap angkot yang lewat Noki selalu menawarkan jasanya kepada supir angkot tersebut. Noki lebih suka berteman dengan Riyan, selain seumur, Noki merasa cocok berteman dengan Riyan, karena Riyan mempunyai kepribadian sama dengan Noki. Riyan merupakan anak sesama penyapu angkot juga, ia mulai menyapu angkot tiga bulan terakhir ini, Riyan mempunyai Prinsip yang sama dengan Noki yakni bekerja tetapi tidak ingin merokok seperti teman-temannya yang sesama penyapu angkot lainnya.


(35)

Orangtuanya juga membolehkan ia bekerja asalkan tidak terpengaruh merokok. Jadi Noki lebih sering berteman dengan Riyan dan lebih sering bersama-sama dengan Riyan. Bahkan mereka berdua saling pinjam-pinjamkan sapu. Selain itu mereka saling berbagi, apabila Noki belum mendapatkan angkot untuk di sapu, maka Riyan dengan senang hati memberikan angkot yang telah di tawarnya untuk di sapu kepada Noki, begitu pula sebaliknya, apabila Riyan sudah kehabisan solarnya maka Noki rela membagi solar yang ia miliki kepada Riyan. Selain itu menurut Riyan pada saat penulis bertanya kenpa lebih suka berteman dengan Noki. Riyan pun menjawab pertanyaan penulis berikut pernyataan Riyan:

“Noki dia enak di ajak bercanda kak, kalau kawan-kawan yang lain bercandanya kasar, kadang-kadang main pukul, main toyor kepala awak. Selain itu kawan-kawan yang lain suka kali ngejek-ngejek nama bapak awak. Mereka juga anak-anak yang suka merokok dan ngelem, jadi awak malas sama orang-orang itu”.

Dari pernyataan Riyan terhadap Noki mengatakan bahwa Noki adalah anak yang baik dan kawan yang peduli terhadap kawan. Selain itu menurut Riyan Noki merupakan mempunyai kepribadian yang Humoris. Dari pernyataan Riyan bahwa anak-anak pekerja penyapu angkot merupakan kebanyakan merokok bahkan ngelem. Ngelem merupakan berupa narkoba jenis hisab. Jadi pergaulan anak-anak jalanan ataupun anak pekerja penyapu angkot ini sangat berbahaya akan pertumbuh kembangan mereka.

Sedangkan abang Noki yang bernama Fauza Ananda atau biasa di panggil Ojak juga merupakan anak pekerja penyapu angkot. Ojak saat ini berumur 15 tahun, ia bekerja setiap hari, berbeda dengan Noki adiknya yang bekerja setelah


(36)

pulang sekolah. Dikarenakan Ojak tidak sekolah lagi ia mulai pergi menyapu angkot pukul 07:30 Wib setelah sarapan pagi ia mulai pergi ke terminal mencari angkot untuk di sapu yang tidak jauh dari rumahnya. Ojak lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja di bandingkan adiknya Noki, karena di pagi hari sampai siang Noki sekolah, setelah pulang sekolah barulah Noki bekerja. Sedangkan Ojak abangnya mulai di pagi hari sampai sore hari bahkan sampai malam hari pukul 23:00 Wib abangnya Ojak banyak menghabiskan waktu di luar yakni bekerja penuh menyapu angkot, bahkan untuk makan siang pun ia tidak pulang. Dikarenakan Ojak banyak menghabiskan waktu di luar tidak menutup kemungkinan ia akan terpengaruh oleh lingkungan tempat ia bekerja. Saat penulis mewawancarai salah satu anak-anak pekerja penyapu angkot ia mengatakan Ojak adalah salah satu anak pekerja penyapu angkot yang merokok bahkan Ojak juga termasuk anak yang pernah ikut ngelem. Sebelumnya orangtua Ojak dan Noki telah menginggatkan anak-anaknya untuk tidak merokok ataupun ikut ngelem, tetapi kenyataannya Ojak telah melanggar apa yang di peringati oleh ayahnya. Saat penulis mewawancarai Ojak (15 tahun) yakni sebagai berikut:

“Orangtua awak mengetahui awak merokok dan ikut

ngelem,,awalnya ayah tahu aku merokok dimarahinya tetapi sekarang udah ngak lagi”.

Dari pernyataan Ojak di atas bahwa ayahnya mengetahui kalau ia telah merokok dan melanggar peraturan yang di berikan oleh ayahnya namun ayahnya tidak memberikan sanksi yang terlalu berat, ayahnya hanya sekedar menginggatkan selebihnya ayahnya membiarkan. Ojak mengaku ia merokok saat


(37)

berkumpul dengan teman-temannya saja, ia tidak pernah merokok dihadapan orangtuanya meskipun orangtuanya mengetahui ia merokok. Selain merokok Ojak juga pernah mencoba ngelem. Iya awalnya sering melihat teman-temannya ngelem, lama-kelamaan ia tertarik ingin mencoba. Sekarang Ojak adalah salah satu anak yang ikut ngelem dan merokok. Berbeda dengan adiknya Noki yang tidak berani sama sekali melakukan itu bahkan tidak pernah terbesit untuk mencobanya. Karena Noki tahu itu tidak baik untuk kesehatan maupun untuk kehidupannya nanti, selain itu Noki ingat kata-kata ayahnya. Sedangkan adik bungsu Noki yang bernama Reno saat ini duduk di kelas Tiga SD juga pernah bekerja menyapu angkot ia bekerja hanya ikut-ikut kedua abangnya Ojak dan Noki. Meskipun kedua abangnya melarang ia untuk tidak ikut bekerja tetapi ia tetap ingin bekerja, namun Reno tidak terlalu di beratkan oleh ayah dan ibunya untuk bekerja sedangkan kedua abangnya terkesan wajib membantu orangtuanya. Setiap penghasilan yang di dapat dari menyapu, Ojak dan Noki selalu menyetorkan uang itu kepada Ibunya dan Ibunya jugalah yang mengatur berapa uang di berikan kepada anak-anaknya. Selain itu uang hasil dari menyapu itu di tabung oleh Noki untuk beli baju lebaran nanti. Noki dan keluarganya selalu pulang kampung ke Pakan Baru ketika bulan ramadhan, untuk menemui keluarga besar di kampung. Jadi sekarang ini Noki selalu menabung untuk kebutuhan lebaran.

Noki adalah salah satu anak yang pernah mengalami kecelakaan saat bekerja, yakni pernah kakinya di lindas angkot, dimana ia sedang menyetopin angkot yang


(38)

lewat untuk di sapu, namun supirnya malah melindas kaki Noki hingga terkilir, berikut pernyataan Noki (10 tahun) pada saat penulis wawancarai:

“Kaki awak pernah terlindas ban angkot kak, pada saat itu awak lagi nyetopin angkot berdiri di pinggir jalan, angkotnya udah kayak mau berhenti, udah ancang-ancang mau naik awak kak tapi bapak supirnya ngak di tekan habisinnya remnya, jadinya terlindas kaki awak sampai terkilir dan bengkak, tapi supirnya pigi aja tampa mau bertanggung jawab, di bawa kawan awaklah awak pulang naik kereta, setelah itu dibawa kusuk sama mamak. Ketika bapak awak tahu kaki awak terlidas angkot di jumpainnyalah supir angkot itu, mau mintak pertanggung jawaban dia, akhirnya supir itu mintak

maaf sama bapak awak, jadinya berdamailah”.

Dari pernyataan Noki diatas mengatakan bahwa ia pernah terjadi kecelakaan saat bekerja, namun perlakuan supir tersebut kepadanya yakni tidak memperdulikan apa yang telah ia lakukan terhadap Noki, bahkan tidak mempertanyakan keadaan Noki, malah supir itu pergi tampa meminta maaf bahkan tidak mau bertanggung jawab, ia justru pergi tampa ada rasa bersalah telah melindas kaki salah satu anak pekerja penyapu angkot. Dengan perlakuan seperti ini telah mengambarkan bahwa anak-anak pekerja penyapu angkot tidak jarang mendapatkan perlakuan tidak manusiawi, dan anak-anak pekerja penyapu angkot ini juga cenderung terjadi kecelakaan saat bekerja, baik terjadi oleh dari diri sendiri maupun kecelakaan yang terjadi karena kesalahan orang lain.

Dengan kejadian seperti itu namun Noki tidak jera, setelah kakinya sembuh ia masih ingin bekerja menyapu angkot. Meskipun orangtuanya telah melarang ia bekerja setelah kejadian yang telah menimpanya. Di esok harinya Noki masih tetap berdiri di jalan Pinang Baris menunggu angkot yang lewat-lewat menuju terminal. Menurut kawan-kawan Noki sesama anak penyapu angkot yang lainnya


(39)

Sampai saat ini Noki masih aktif dalam menyapu angkot, ia adalah salah satu anak yang gigih dalam bekerja.

Tanggapan orangtua Noki terhadap dirinya, yakni ibu Susilawati mengatakan sebagai berikut:

“Noki dahulu waktu kelas Dua SD sering main internet, karena di sebelah sekolahnya ada warnet, jadi setiap dia pergi sekolah, dia malah main ke warnet, bukan kesekolah. Pada akhirnya dia kecanduan main internet. Karena udah kecanduan main internet Noki jadi malas untuk sekolah, ia juga sering bolos, sehingga ia tinggal kelas. Selain tinggal kelas ia di pinadhkan sekolah karena jarak sekolahnnya dengan rumah terlalu jauh. Dan dari putus sekolahlah Noki ikut-ikutan kawan-kawan yang nyapu.

Sekarng menurut pengakuan ibu Noki yakni ibu Susilawati anaknya tidak di perbolehkan lagi bekerja, meskipun sesekali Noki mencuri-curi waktu di belakang ibunya pergi menyapu angkot, namun tidak seaktif dahulu lagi. Menurut pengakuaan ibu Noki, noki sepulang sekolah bosan berada dirumah karena tidak ada kawan. Dan pada akhirnya Noki pergi main keluar mencari kawan-kawannya dan ikutan menyapu sekedar mencari uang tambahan jajan dirumah.

Ibu Noki melarang anaknnya menyapu karena ibu Noki takut anaknnya berkawan dengan kawannya yang penyapu yang ada di terminal tersebut, karena rata-rata anak-anak di terminal yang nyapu tersebut sering ngelem, merokok, judi dan pengaruh negatif lainnya. Namun menurut ibu Noki ini anaknnya ini tidak betahan dirumah, berikut pernyataan ibu Susilawati tentang anaknya Noki:

“Noki ini anaknya ngak betahan dirumah, sepulang sekolah ia ganti

baju, makan, habis itu ia pigi keluar cari kawan, karena di rumah pun ia ngak ada kawan. Dan Noki ini anak yang mudah bergaul, sama siapa aja dia mudah akrab, dalan kalau sama orang yang ia kenal pasti di tegur dia. Jadi karena sepulang sekolah ia ngak ada


(40)

kawan yaudah pigilah dia keterminal cari kawannya. Kawan dia ngak seusianya saja orang dewasa pun ia kawani.

Selain menyapu Noki sering juga mendatangi SKA PKPA, untuk belajar maupun mengikuti kegiatan yang di selengarakan oleh SKA tersebut. Seperti mengikuti sepak bola, membuat lampion dan kegiatan lainnya. Dan Noki juga mendapat bantuan seragam sekolah dari SKA tersebut, seperti biaya pertama masuk sekolah, sepatu, baju, tas, buku, setiap tahunnya. Keluarga Noki merasa terbantu atas pemberian dari pihak SKA PKPA tersebut.

4.2. Profil Kasus Bagus (13 Tahun)

Bagus adalah anak dari pasangan bapak Surya dan ibu Nuraini. Saat ini Bagus tinggal bersama ayahnya semenjak ditinggal meninggal dunia oleh ibunya, pada saat itu Bagus masih berumur Tujuh tahun, Bagus hanya mengenal ibunya di saat masih kecil. Pada saat penulis mempertanyakan nama ibunya ia sempat lupa nama ibunya. Bagus adalah anak terakhir dari Dua orang bersaudara, ia mempunyai kakak yang bernama Lia yang saat ini berada di Jakarta bekerja. Setelah ibunya meninggal ayah Bagus pun menikah lagi dengan Ibu Yuni dimana Ibu Yuni mempunyai Dua orang anak juga dari suami sebelumnya. Dua anak ibu Yuni ini saat ini telah berumah tangga. Dalam keluarga baru Bagus ini ialah tinggal tanggungan ayah dan ibu tirinya. Pada saat ini ayah Bagus berumur Empat Puluh tahun yang seharinya bekerja di perbengkelan, ia berpenghasilan perbulannya Rp. 400.000,00 rupiah. Keluarga Bagus dari keluarga yang sederhana hidup dalam berkeculupan. Selama ayah bagus bekerja ia bisa menghidupi keluarganya dengan baik. Sedangkan ibu tiri Bagus tidak bekerja, ia hanya


(41)

mengurus rumah. Mestipun ayah Bagus bisa membiayai kebutuhan keluarga Bagus masih ingin tetap ingin bekerja membantu keluarga, ia mengaku sebagian dari uang hasil ia bekerja menyapu angkot ia berikan kepada ibu tirinya, berikut pernyataan Bagus kepada penulis saat di Wawancarai:

“Awalnya awak cuma coba-coba aja kak, soalnya sering awak liat kawan awak mengang duit, enak nampak awak,, yaudah awak coba jugalah nyapu,,abis itu dapat duit awak beli kan jajan,, sekrang udah keterusan awak kerja kak”.

Dari pernyataan Bagus diatas ia awalnya hanya melihat teman-temannya bekerja, sambil bermain ia bekerja dan bisa mendapatkan uang tambahan belanja. Bagus juga mengaku ia bekerja untuk mencari uang tambahan jajan yang di berikan oleh bapaknya, tetapi apabila ia mendapatkan uang lebih ia berikan kepada ibu tirinya dirumah untuk uang tambahan keperluan dapur. Meskipun ayahnya tidak mengetahui ia bekerja namun ia tetap ingin membantu keluarganya.

Gambar 12. Foto Bagus Saat di Wawancarai:

Dokumentasi: Dokumentasi Pribadi Tahun 2016.

Saat ini Bagus tidak sekolah lagi, terakhir ia sekolah yakni duduk di kelas Dua SD dimana pada saat itu Bagus berumur Delapan tahun, sedangkan saat ini


(42)

Bagus telah berumur Tiga Belas tahun yang seharusnya telah duduk di kelas Satu SMP. Bagus hanya mengenyam pendidikan hanya Dua tahun saja, sampai saat ini ia tidak pernah lagi melanjutkan sekolahnya, berikut pernyataan Bagus kepada Penulis pada saat penulis mewawancarainya:

“Saya terakhir sekolah kelas Dua SD kak, setelah itu saya berhenti sekolah. Semenjak ibu saya meninggal tidak ada yang mengurus saya lagi, kakak saya di Jakarta bekerja, bapak saya sibuk kerja,, saya udah malas sekolah kak, karena udah malas sekolah saya sering bolos saat jam belajar,,,saya sering di tegur guru di sekolah tapi ngak saya hiraukan, sampai akhirnya saya di keluarkan dari

sekolah”.

Sesuai pernyataan Bagus diatas, kita bisa melihat bahwa ia kurang mendapatkan perhatian dari keluarga, sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktu diluar, mencari perhatian dari teman-teman, pada saat ia mendapatkan perhatian itu timbulah kenyamanan pada saat diluar. Pada saat diluar itu timbulah pengaruh dari kawan-kawan di luar lingkungan temapat ia mencari kenyamanan. Pada saat nyaman dan senang bersama teman-temannya ia pun mengikuti segala kegiatan yang dilakukan oleh teman-temannya tersebut termasuk dalam bekerja sebagai penyapu angkot. Bagus awal ia bekerja bukan untuk mencari uang jajan, ia hanya ikut-ikutan kawan-kawannya, untuk mencari kesenangan. Karena telah biasa dengan teman-teman pekerja penyapu angkot ia pun meninggalkan sekolahnya. Pada saat ayahnya mengetahui anaknya sering tidak masuk sekolah bahkan sudah dikeluarkan dari sekolah, justru ia awalnya tidak mengetahui ia sering mendapatkan surat pangilan dari sekolah. Setiap surat yang di berikan oleh gurunya Bagus tidak pernah memberikan surat tersebut ke Ayahnya, ia malah


(43)

membuang surat tersebut. Ketika Bagus telah resmi di keluarkan di sekolah barulah ayahnya mengetahui anaknya telah lama tidak sekolah. Ayah Bagus sempat marah bahkan memukuli ia, tapi Bagus bersikeras tidak mau sekolah lagi. Ayah Bagus dengan kejadian itu, ia berfikiran bahwa Bagus tidak ada yang mengurusi ia lagi semenjak ibunya meinggal. Itulah yang membuat ayah Bagus menikah lagi agar ada yang mengurus anaknya pada saat ia bekerja di luar. Pada saat ayah Bagus menikah dengan Ibu Yuni namun tidak merubah kemauan Bagus untuk bersekolah. Bagus merasa telah senang bebas di luar sehingga tidak memikirkan lagi masadepannya kedepan.

Pada akhirnya ayah Bagus masuk penjara di karenakan sering main judi di tempat kerjanya. Menurut teman-teman Bagus, ayahnya adalah salah satu pereman besar di terminal pinang baris ini jadi saat ini ayah Bagus sedang di tahan di penjara akibat perilakunya. Ayah Bagus di tahan di penjara sudah sebulan terakhir ini, sehingga Bagus sangat sedih sekali. Setiap hari bagus mengantarkan nasi ke penjara untuk ayahnya, setelah itu Bagus kembali bekerja menyapu angkot. Bagus mengantarkan nasi ke ayahnya untuk makan pagi dan makan malam. Setelah pulang dari penjara tempat ayahnya di tahan Bagus kembali bekerja, biasanya Bagus mulai bekerja di pagi hari hingga malam tetapi sejak ayahnya di penjara ia lebih sering ke penjara menjengguk ayahnya. Semenjak ayah Bagus di penjara Bagus telah di usir oleh ibu tirinya dari rumah, karena ayah Bagus tidak bisa lagi menafkahi ibu tirinya. Berikut pernyataan Bagus kepada penulis sambil menanggis tersedu-sedu:


(44)

“Saat ini awak ngak ada siapa-siapa kak, ayah awak di penjara, mamak kandung awak udah lama meninggal, sedangkan mamak tiri awak udah ngusir awak dari rumah,, mamak tiri awak ngak mau lagi ngurus dan nerima awak lagi kak,,karena semenjak bapak di penjara ngak pernah lagi bapak ngasih duit ke mamak tiri awak itu kak, itulah dia ngusir awak dari rumah ,,nampak awak mamak tiri awak tu gila duit aja tu kak,, saat bapak di penjara ngak pernah dia jengguk dan ngasih makan bapak awak di penjara kak,,sedih kali awak kak, kata orang udah Empat hari bapak awak ngak makan, pigi awak kerumah di marahin terus sama mamak tiri awak kak, pernah awak kerumah mau ambil baju ganti bapak, trus mau ambil nasi untuk ngantar ke bapak,, eh malah merepet dia kak,,ini aja baju awak ngak pernah ganti-ganti asik ini-ini aja”.

Dari pernyataan Bagus diatas ia mengatakan bahwa ia telah hidup di jalanan, semenjak ia di usir oleh ibu tirinya dari rumah karena ayahnya tidak bisa lagi menafkahi ibu tirinya tersebut setelah ayahnya di tahan di penjara. Selain ia hidup di jalanan ia mesti mengurus ayahnya yang berada di penjara, seperti mengantarkan makan, membawa baju ganti untuk ayahnya, serta memikirkan biaya sidang ayahnya nanti dan segala kebutuhan ayahnya di penjara. Sesuai pernyataan Bagus diatas ibu tirinya tidak mau mengurus Bagus dan ayahnya lagi, ia mesti banting tulang untuk ia bisa hidup serta untuk membantu ayahnya. Bagus hanya memiliki ayahnya seorang di kota Medan ini, saat ayahnya di penjara ia menjadi anak gelandangan. Mau makan pun ia mesti mencari uang sendiri yakni dengan menyapu angkot siang hingga malam hari bahkan mau tidur pun ia tidak tahu dimana terpaksa ia tidur di SPBU dekat terminal, kadang-kadang ia tidur di dalam angkot-angkot di terminal.

Berikut penjelasan Bagus kepada penulis saat di wawancarai di depan SPBU yang tidak jauh dari terminal pinang baris tersebut:


(45)

“Setiap hari awak tidur di pom bensin kak, kalau awak di usir awak

pindah kebelakang, kadang-kadang awak tidur di dalam angkot kak,, kalau mau mandi awak di toilet pom bensin inilah kak, sabunya pakai sampho kadang-kadang awak ngak mandi soalnya marah-marah aja orang yang kerja di SPBU nih kalau awak mandi

disana”.

Sesuai pernyataan Bagus diatas selain ia harus bekerja untuk mencari sesuap nasi dan mencari uang untuk makan ayahnya di penjara ia juga terpaksa harus tidur di SPBU dan angkot-angkot di terminal bahkan ia sering di usir oleh kariawan SPBU untuk tidak tidur disana. Hidup sendiri dan menjalani kehidupan tampa orangtua membuat Bagus putus asa, ia menggaku sering menangis di tenggah malam mengingat kehidupan dia sekarang. Menurutnya hidupnya dahulu sangatlah enak sebelum ayahnya belum masuk penjara, ia tidak pernah terfikirkan akan seperti ini,tidur tidak tahu dimana, kedingginan, kelaparan di tengah malam dan di tenggah keramaian. Bagus tidak pernah menfikirkan kehidupannya kedepan lagi seperti melanjutkan sekolahnya, saat ini menurutnya yang terpenting bagaimana bisa mendapatkan uang untuk makan dan untuk ayahnya di penjara, seandainya mau sekolah pun ia tidak tahu mau biaya dimana, “Untuk makan saja

susah apalagi untuk sekolah” begitulah pengakuan Bagus kepada penulis.

Kadang-kadang apabila tidak mendapatkan uang dari menyapu angkot untuk makan ia hanya bisa duduk terkulai lemas kelaparan di samping SPBU dan mengarapkan kasihan dari orang-orang yang datang mengisi bensin. Tetapi ia mengaku tidak pernah mendapatkan belai kasihan atau bantuan dari setiap orang yang lewat di hadapannya atau orang di sekitar dia, justru mereka malah melihat ia sebelah mata saja. Saat duduk ia terus menawarkan jasanya kepada supir angkot


(46)

yang datang berhenti mengisi bensin di SPBU sambil mengangkat sapu kecil dan botol berisi solar di tanggannya. Satu persatu ia mendapatkan angkot untuk di sapu ia pun langsung bergegas masuk kedalam angkot itu dan langsung menyapu di dalam angkot tersebut dan membersihkan bagian depan dan belakang, setelah selesai barulah ia mendapatkan uang Rp. 2.000,00 rupiah dari supirnya. Setelah selesai menyapu angkot yang satu ia terus menawarkan angkot yang lain untuk di sapu, sampai akhirnya ia mendapatkan uang membeli nasi bungkus untuk makannya.

Keadaan Bagus saat ini tidak di ketahui oleh kakaknya yang ada di Jakarta, bahkan kakaknya tidak mengetahui ayahnya ada di penjara. Semenjak kakaknya pergi ke Jakarta untuk bekerja ia tidak pernah lagi tahu keadaan keluarganya di Medan. Bagus di kota Medan hanyalah hidup sendiri tampa ada sanak famili yang lainnya, ada pun keluarga dari ayah Bagus dan itupun hanya satu orang, saat ini adik dari ayah Bagus pun telah berumah tangga ia hanya sibuk mengurus keluarganya tidak pernah mencari tahu keadaan Bagus dan ayahnya. Sehari-hari kegiatan Bagus hanyalah mencari angkot kotor yang sedang berhenti di terminal untuk di sapu dan menawarkan jasa kepada si pemilik angkot tersebut. Sesekali ia pernah di minta oleh supir angkot untuk menjadi kenek angkot menuju binje, ia pun tidak ragu-ragu menerima tawaran itu, saat menjadi kenek makan di tanggung oleh supir tersebut dan mendapatkan upah lebih besar dari menyapu. Namun tawaran ini tidak setiap hari ia dapatkan pekerjaan yang rutin ia lakukan yakni menyapu mulai dari terminal, pom bensin hingga jalan pinang baris ia terus


(47)

berjalan kaki di tengah teriknya matahari menyengat kuli sambil memangil angkot-angkot yang lewat maupun yang berhenti untuk di sapu.

Bagus merupakan salah satu anak yang pernah mendapatkan kekerasan di lingkungan kerjanya, seperti memakinya, menendangnya, menamparnya, mencacinya, hingga menggusirnya. Karena mereka melihat Bagus dan beranggapan ia adalah salah satu anak yang brandal suka mabuk-mabukan, narkoba, merokok,dan ngelem yang tidak patut untuk di kasih hati. Dan Bagus merupakan tidak pernah mendapatkan perhatian dari pemerintah maupun dari sejumlah LSM, yang seharusnya ia dapatkan sesuai dengan perlindungan anak yang telah di buat oleh pemerintah. Adapun SKA PKPA di terminal Pinang Baris ia mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan di sana, katanya dulu ia pernah ke Sanggar Kreatifitas Anak PKPA tetapi itu pun sebentar, menurutnya karena nenek penjaga rumah SKA tersebut sangat cerewet membuat ia takut dan malas kesana meskipun pihak SKA menyuruh ia kesana tapi ia tetap tidak mau.

Bagus memang merupakan salah satu anak yang ikut dalam merokok dan ngelem, ini ia lakukan karena bisa buat ia tenang. Uang hasil dari nyapu juga ia gunakan untuk merokok dan ngelem, kadang ia lebih mementingkan membeli lem dan rokok daripada nasi untuk makan. Saat penulis mewawancarai Bagus kawan-kawan Bagus pun mengatakan bahwa Bagus anak yang telah kecanduan, berikut pernyataan kawan-kawan Bagus kepada penulis:

“Dia udah kecanduan ngelem itu kak, ia udah lama ngelem

semenjak awal ia nyapu, dia udah terpengaruh kawan kak, kadang ia lebih mentinggin beli rokok sama lem untuk di hisap dia supaya ia bisa berimajinasi,,karena lem ini merupakan sejenis narkoba jadi


(48)

sekarang ia udah kecanduan,,bentuk ia aja udah ngak terurus, keluarga dia udah ngusir dia dari rumah, jadi dia ngak pernah pulang-pulang”.

Teman-teman Bagus sangat tahu kesehariannya Bagus, dari mereka pun menggaku pernah menasehati tetapi Bagus tidak mendengarkan nasehat kawan-kawannya, menurut Bagus kawan-kawannya tidak mengerti posisi yang di hadapinya. Mereka hanya tahu bagian luar dari diri Bagus, sesungguhnya dalam dirinya Bagus ia sangat rindu ingin pulang dan belaian kasih sayang keluarga tetapi ada sesuatu hal dari keluarganya yang membuat ia tidak bisa pulang. Dengan ia merokok dan ngelem ia bisa tenang dari fikiran yang menganggunya, di kesendiriannya ia cenderung melamun dan menangis ngelem ia bisa lebih tenang dari semua itu.

Secara sosial psikologis anak Bagus tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian orangtua. Ia tumbuh kembang di bentuk dari luar yang seharusnya ia dapatkan perhatian yang lebih dari kedua orangtuanya di rumah namun ia tidak mendapatkan itu. Lingkungan yang keras dan bebas telah membentuk kerakter dan kepribadian Bagus, ia lebih cenderung ingin hidup diluar dan tidak mementingkan pendidikan serta nilai-nilai yang baik. Ia telah termasuk dalam kategori anak yang bebas, brandal, kasar, dan korban pergaulan serta terlibat obat-obatan terlarang. Ia hanya korban dari pergaulan bebas diluar, korban dari pengasuhan yang tidak baik dari keluarga yang telah menelantarkannya selain itu kekurangan ekonomi yang telah memicu ia turun kelapangan untuk bekerja.


(49)

4.3Profil Kasus Reza Ibrahim (13 Tahun)

Reza Ibrahim adalah anak pertama dari tiga orang bersaudara, ia mempunyai dua orang adik ,perempuan dan laki-laki yakni Ayu Citra dan Anugrah Bintang. Mereka adalah anak dari pasangan suami istri Muhamad Sahnan dan Oni Armioderika. Reza ibrahim yang biasa di panggil Reza oleh teman-temannya dan orangtuanya ini saat ini tidak sekolah lagi, ia sempat sekolah dari kelas Satu SD sampai kelas Lima, setelah itu ia mulai putus sekolah saat duduk di kelas Lima Sekolah Dasar tersebut. Ia putus sekolah dengan alasan karena ia sering pulang kampung ke Danau Toba sehingga namanya di sekolah telah di coret, selain itu Reza juga tidak ada kemauan lagi untuk melanjutkan sekolahnya, menurut dia sudah tahu cara mencari uang sehingga lupa untuk sekolah lagi. Sedangkan adik-adik Reza saat ini belum ada yang sekolah, adik-adik pertamanya bernama Ayu Citra saat ini masih berumur Enam tahun sedangkan adik keduanya yang laki-laki saat ini masih bayi.

Keluarga Reza termasuk dalam kategori ekonomi menengah kebawah, ayahnya yakni bapak Muhamad Sahnan kesehariannya bekerja sebagai tukang bangunan yang berpenghasilan Rp. 300.000,00 rupiah perbulan dan itupun pekerjaan tidak tetap kadang-kadang ia masih semberawutan mencari pekerjaan kesana-sini. Sedangkan ibu Oni Armioderika kesehariannya selain mengurus ketiga anak-anak dan suaminya ia juga bekerja sebagai Tukang Sapu Angkot di terminal Pinang Baris. Ia bekerja muali di pagi hari hingga sore, sebelum ia berangkat bekerja ia mengurus anak-anaknya terlebih dahulu seperti menyiapkan


(50)

makan dan membereskan rumah layaknya seorang ibu dan istri yang lainnya. Mereka tinggal di rumah kontrakan yang tidak jauh dari terminal, dahulunya ia tinggal di terminal Pinang Baris ini, semenjak terminal Pinang Baris ini di rehap dan di perbesar lagi mereka di usir oleh petugas untuk pindah dari sana, sekarang mereka tinggal dirumah kontrakan Rp. 300,000,00 ribu perbulannya. Sehingga ibu dan ayah Reza harus mencari uang lebih keras lagi untuk biaya tempat tinggalnya, sehingga ibu dan Reza juga ikut bekerja membantu ayahnya. Pada saat ibu Reza bekerja dua orang anaknya yang masih kecil Reza lah yang menjaganya dirumah, apabila suaminya sedang tidak bekerja maka anak-anaknya yang masih kecil tersebut di jaga oleh suaminya, Reza dan ibunya bergantian bekerja menyapau angkot setiap harinya. Ibu Oni pendapatan dari menyapu angkot tidak tentu, dalam sehari ia bisa mendapatkan upah senilai Rp 30-50 ribu kadang-kadang ia bisa mendapatkan Rp. 100 ribu. Ibu Oni menyapu angkot di pagkalan terminal karena disana ia telah mempunyai langanan yang biasa di sapu olehnya, disana setiap angkot yang datang langsung ia sapu tampa ada di tawar-tawar terlebih dahulu. Berbeda dengan anaknya Reza menyapu di berbagai temapat tidak hanya di pangkalan terminal, ia mesti berjalan menuju setiap titik-titik temapat dimana angkot banyak berhenti. Selain itu Reza juga salah satu anak yang biasa menunggu angkot di tepi jalan raya Pinang Baris, ia lebih sering di tepi jalan dari pada terminal karena ia bisa lebih dahulu menyaput angkot menuju terminal dari pada menunggu di pangkalan atau di terminal. Selain itu dengan banyaknya anak yang bekerja sebagai penyapu angkot membuat Reza lebih giat lagi mencari sewa.


(51)

Reza mulai bekerja tidaklah tentu kadang ia berangkat pagi, kadang-kadang di siang hari, sore bahkan di malam hari tetapi ia menggaku lebih sering di pagi hari dan di sore hari karena angkot-angkot di pagi hari akan berangkat mencari pelanggan sehingga sebelum berangkat angkot tersebut akan di bersihkan terlebih dahulu, selain di pagi hari di sore hari tidak kalah banyaknya untuk di sapu karena di sore hari angkot banyak mau selesai mencari sewa sehingga kesempatan untuk mereka menawarkan jasanya untuk membersihkan angkot tersebut. Hasil dari menyapu akan di berikan Reza kepada ibunya untuk keperluan Reza, seperti ungkapan Reza kepada penulis yakni sebagai berikut:

“Uang setiap menyapu angkot awak kasihin ke mamak kak, untuk di

tabung dan beli baju awak, beli sepatu, pokoknya untuk keperluan awaklah kak,, kadang-kadang mamak pinjam duit awak untuk keperluan adik-adik tapi di gantinya lagi. Sisa uang yang awak kasih ke mamak awak belikan untuk jajan dan rokok, selain itu untuk awak

pergi main ke warnet”.

Reza memberikan uang dari hasil ia menyapu angkot kepada ibunya untuk keperluannya. Selain itu uang yang di dapat Reza dari menyapu ia gunakan juga untuk membeli rokok dan jajannya. Namun sesuai pernyataan reza diatas tidak terlihat untuk keperluan sekolah, selain Reza tidak ada lagi kemauannya untuk sekolah tetapi orangtuanya tidak memberikan penegasan untuk menyuruh anaknya melanjutkan sekolahnya. Berdasarkan pernyataan Reza kepada penulis orangtuanya pernah mempertanyakan kepadanya untuk sekolah atau bekerja, namun Reza menolak untuk masuk sekolah lagi. Jadi orangtua Reza tidak pernah memaksa Reza untuk sekolah lagi ia memperikan pilihan kepada Reza, berikut pernyataannya:


(1)

memanfaatkan, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.

Begitu pula dengan keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anak yang belum menikah, atau sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga. Keluarga adalah temapat pertama untuk anak memperoleh perlindungan dan mendapatkan perhatian kasih sayang penuh. Keluargalah temapat untuk anak memperoleh keinginan dan kebutuhan untuk tumbuh kembangnya kelak.

Kemiskinan merupakan faktor Klise yang muncul hampir pada setiap permasalahan sosial yang ada di dalam masyarakat. Dari kemiskinan muncul beberapa problem sosial sebagai “efek domino” dimana satu faktor mempengaruhi faktor lain dan seterusnya. Seperti kartu domino yang disusun berdiri dan berjajar, ketika disentuh salah satu kartu maka yang lain akan jatuh secara beruntun. Dari kemiskinan akan menimbulkan pendidikan rendah dan muncul pekerja anak, sehingga anak akan putus sekolah dan masuk kedunia kerja menjadi pekerja anak usia dini.

Pada bab 1, Pendahuluan, bab ini menguraikan garis besar penulisan skripsi di antaranya Latar Belakang, Tinjauan Pustaka, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Profil Anak Penyapu Angkot, Analisa Data, Studi Kepustakaan, serta Pengalaman Penulis selama di lapangan.

Pada bab 2, di jelaskan Gambaran umum terminal Pinang Baris di Kota Medan. Pada bab ini secara umum akan diuraikan tentang situasi dan kondisi terminal Pinang Baris di Kecamatan Medan Sunggal Medan.


(2)

Pada bab 3, di uraikan bagaimana ketertarikan anak bekerja menyapu angkot yang di tinjau dari psikologis. Pada bab ini akan disampaikan secara keseluruhan dari hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah ketertarikan anak menyapu angkot yang tinjau dari aspek psikologis mereka yakni tentang Pekerja Anak di Perkotaan (Studi Kasus Anak Penyapu Angkot di terminal Pinang Baris Medan).

Pada bab 4, di jelakan Profil kasus anak pekerja penyapu angkot yang di buat berdasarkan kasus mereka. Pada bab ini akan memaparkan profil informan yakni 4 orang anak pekerja penyapu angkot, yang merupakan empat orang anak pilihan yang bisa mengambarkan kehidupan 22 orang anak pekerja penyapu angkot di terminal Pinang Baris.

Pada bab ini 5, akan menjelaskan bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Sosial-Psikologis anak pekerja penyapu angkot di terminal Pinang Baris. Selanjutnya akan di jelaskan bagaimana dampak sosial-psikologis mereka dilihat dari perilaku dan sikap mereka di lingkungan masyarakat luas.

Pada bab ini 6, Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini akan disampaikan secara keseluruhan dari hasil penelitian tentang Pekerja Anak di Perkotaan (Studi Kasus Anak Penyapu Angkot di Terminal Pinang Baris Medan).

Saya telah mencurahkan hati dan jiwa saya demi menyelesaikan penelitian ini.

Medan, September 2016 Penulis


(3)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Persetujuan

Halaman Pengesahan

Pernyataan Orginalitas. ... i

Abstrak ... ii

Ucapan Terima Kasih ... iii

Riwayat Hidup ... vi

Kata Pengantar... vii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 01

1.1. Latar Belakang ... 01

1.2. Tinjauan Pustaka ... 15

1.2.1. Konsep Anak ... 15

1.2.2. Konsep Pekerja Anak ... 17

1.2.3. Dampak Psikologis Anak ... 20

1.3. Rumusan Masalah ... 21

1.4. Tinjauan dan Manfaat Penelitian ... 21

1.5. Metode Penelitian ... 23

1.5.1. Observasi ... 24

1.5.2. Wawancara Mendalam ... 25

1.5.3. Wawancara Secara Tertutup ... 26

1.6. Profil Kehidupan Pekerja Anak Penyapu Angkot ... 27

1.7. Analisis Data ... 28

1.8. Bahan Visual (Fotografi) ... 28

1.9. Studi Kepustakaan ... 29

1.10. Pengalaman Penelitian Selama di Lapangan ... 29

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 38

2.1. Terminal Pinang Baris di Kota Medan ... 38

2.2. Kota Medan dan Kecamatan Medan Sunggal Secara Sosial ... 42

2.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 43

2.4. Komposisi Sarana Pendidikan Kecamatan Medan Sunggal ... 44

2.5. Komposisi Anak Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia ... 45

2.6. Anak Pekerja Penyapu Angkot Berdasarkan Lama Kerja dan Jumlah Jam Kerja ... 48


(4)

SEBAGAI PENYAPU ANGKOT ... 58

3.1. Bekerja Bagi Anak-anak ... 58

3.2. Alasan Bekerja Menyapu Angkot ... 58

3.2.1. Ajakan Teman ... 58

3.2.2. Ajang Coba-coba ... 61

3.2.3. Masalah Ekonomi Keluarga ... 63

3.2.4. Bosan Berada di Rumah ... 64

3.2.5. Kebutuhan dan Keinginan Sendiri ... 67

3.3. Fenomena Bekerja Bagi Anak-anak ... 68

3.3.1. Bersifat Ekonomi ... 68

3.3.2. Waktu ... 69

3.3.3. Pendidikan ... 71

3.3.4. Bahaya Kerja ... 73

BAB IV. PROFIL KASUS ANAK PEKERJA PENYAPU ANGKOT DI TERMINAL PINANG BARIS MEDAN ... 78

4.1. Profil Kasus Muhamad Noki Julio (10 tahun) ... 78

4.2. Profil Kaus Bagus (13 tahun) ... 90

4.3. Profil Kasus Reza Ibrahim (13 tahun) ... 99

4.4. Profil Kasus Muhamad Riyan Pratama (13 tahun) ... 112

BAB V. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SOSIAL PSIKOLOGIS ANAK PEKERJA PENYAPU ANGKOT DI TERMINAL PINANG BARIS MEDAN ... 126

5.1. Perilaku Yang Bersifat Internal ... 126

5.1.1 Merasa Sendiri ... 127

5.1.2. Interaksi Dengan Keluarga ... 130

5.1.3. Kelelahan Psikis ... 134

5.2. Perilaku Yang Bersifat Ekternal ... 137

5.2.1. Lingkungan Tempat Tinggal ... 138

5.2.2. Keluarga ... 140

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 150

6.1. Kesimpulan ... 150

6.2. Saran ... 151

DAFTAR PUSTAKA ... 154 LAMPIRAN

1.Daftar Informan

2.Dokumentasi Informan


(5)

Tabel 1.1 Data Anak Jalanan ... 09 Tabel 2.4 Sarana Pendidikan ... 44 Tabel 2.5 Jumlah Anak Yang Bekerja Berdasarkan

Jenis Kelamin dan Usia ... 46 Tabel 2.6 Jumlah Anak Yang Putus Sekolah dan Anak Yang Aktif

Bekerja Menyapu Angkot di Terminal Pinang Baris ... 47 Tabel 2.7 Anak Penyapu Angkot Berdasarkan Lama Kerja


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 01: Contoh Terminal Pinang Baris ... 41 Gambar 02: Contoh Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 43 Gambar 03: Alat Yang di Gunakan Anak Penyapu Angkot

Saat Bekerja ... 50 Gambar 04: Foto Reza Ibrahim dan Jos di Tepi Jalan Pinang Baris

Sedang Menunggu Angkt Yang Hendak Lewat ... 50 Gambar 05: Aktifitas Anak-anak Penyapu Angkot Saat Bekerja di Jalan

Pinang Baris ... 51 Gambar 06: Saat Anak-anak Pekerja Penyapu Angkot Berlari

Mengejar Angkot Yang Henda di Sapu ... 52 Gambar 07: Foto Saat Anak Penyapu Angkot Membeli Solar di

SPBU Pinang Baris ... 53 Gambar 08: Foto Saat Salah Satu Anak Sedang Menyapu Angkot di

Terminal Pinang Baris ... 54 Gambar 09: Foto Saat Anak Penyapu Angkot Berlari Kearah

Jalan Raya Pinang Baris ... 55 Gambar 10: Foto Saat Anak di Beri Upah Oleh Supir Setelah

Selesai Menyapu Angkotnya ... 56 Gambar 11: Foto Saat Sedang di Adakan Razia Preman Yang Sering

Main Judi di Terminal Pinang Baris ... 56 Gambar 12: Foto Bagus Saat di Wawancarai ... 91 Gambar 13: Foto Reza Ibrahim Saat Bekerja di Pinggir Jalan

Pianag Baris ... 106 Gambar 14: Foto Riyan Sedang Menyapu Angkot di

Termina Pinang Baris ... 124 Gambar 15: Foto Contoh Kegiatan Saat Anak Bekerja di Sepanjang