Determinan Pemanfaatan KB Metode Operasi Pria di Puskesmas Batang Kuis Tahun 2016

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Menurut Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan

kependudukan dan pembangunan keluarga, keluarga berencana adalah upaya
untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas.
Keluarga berencana bertujuan untuk mengatur kehamilan yang diinginkan;
menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak;
meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, pelayanan
keluarga berencana, dan kesehatan reproduksi; meningkatkan partisipasi dan
kesertaan pria dalam praktek keluarga berencana; dan mempromosikan penyusuan
bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan.
Kondisi kependudukan menjadi suatu permasalahan yang memerlukan
perhatian dan penanganan secara seksama, lebih sungguh-sungguh, dan
berkelanjutan. Salah satu upaya yang telah dan perlu terus dilakukan oleh

pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat adalah dengan pengendalian jumlah
penduduk melalui peningkatan pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan
Kesehatan Reproduksi (KR) yang terjangkau, bermutu, dan efektif menuju
terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)
Berdasarkan dari data SDKI tahun 1991 sampai 2012 bahwa Total
Fertility Rate (TFR) di Indonesia berturut-turut sebagai berikut 1991 (3,0), 1994
(2,85), 1997 (2,78), 2002 (2,63), 2007 (2,6), dan tahun 2012 (2,6), dari data di atas

Universitas Sumatera Utara

2

terlihat adanya penurunan dari 3 anak per wanita pada SDKI 1991 menjadi 2,6
anak pada SDKI 2012. Angka TFR ini stagnan dalam 3 periode terakhir
pemantauan SDKI (2002, 2007, 2012). Sementara TFR (Total Fertility Rate)
untuk Sumatera Utara yaitu 3,00 pada tahun 2012. Untuk mencapai target
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014 sebesar 2,36
maupun target MDGS 2015 sebesar 2,11 dibutuhkan upaya lebih sungguhsungguh dalam

pengendalian jumlah penduduk, salah satunya


meningkatkan partisipasi Pangan Usia Subur (PUS) dalam

dengan

memanfaatkan

pelayanan Keluarga Berencana (SDKI, 2012).
Keluarga berencana sebagai alat kontrasepsi untuk menjarangkan jarak
kehamilan memiliki beberapa jenis yang bisa dipilih untuk digunakan salah
satunya ada yang disebut dengan Kontap (Kontrasepsi Mantap) yaitu Metode
Operasi Pria/ Vasektomi dan Metode Operasi Wanita/ Tubektomi. Metode operasi
pria/vasektomi adalah operasi kecil yang singkat, mengikat saluran sperma pria
sehingga benih pria tidak mengalir kedalam air mani pria. Operasi vasektomi
bertujuan agar seorang pria tidak bisa lagi menghamili wanita karena saat
ejakulasi, air mani pria tidak mengandung sel sperma (BkkbN, 2012)
Dari hasil pengamatan sosial psikologis dan analisis program ternyata hal
yang mendasar dalam pelaksanaan pengembangan program partisipasi pria dalam
ber-KB adalah bentuk perubahan kesadaran, sikap, dan prilaku pria atau suami
maupun isterinya tentang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Program

KB juga belum menyentuh gender sensitive, namun hanya menekankan pada
kaum ibu/perempuan saja. Maka dari itu kondisi partisipasi pria dalam ber-KB

Universitas Sumatera Utara

3

masih perlu adanya peningkatan konseling dan pelayanan KB yang mengarah
pada peningkatan partisipasi KB pria (BkkbN, 2013).
Menurut data dari sejarah perkembangan BkkbN, program pelayanan
Metode Operasi Pria/ Vasektomi di Indonesia pertama kali dilaksanakan pada
tahun 1971 di Jakarta, disusul kemudian di Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya.
Hingga saat ini upaya pemerintah melalui Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) dalam meningkatkan peranan pria untuk ikut ber-KB terus
dikembangkan dengan memberi pemahaman dan pengenalan secara mendalam
tentang amannya pilihan kontrasepsi bagi pria ini (BkkbN, 2013).
Menurut data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013, Indonesia
memiliki 45.972.185 PUS dan 43.776.352 peserta KB yang tersebar di 33
provinsi. Dari 43.776.352 (95,22%), maka proporsi penggunaan suntikan sebesar
20.661.221 (47,20%), pengguna pil 10.916.690 (24,94%) sedangkan yang lainnya

yaitu IUD sebesar 4.684.274 (10,70%), Implan 4.223.668 (9,65%), MOW sebesar
1.370.551 (3,13%), MOP sebesar 265.500 (0,61%) dan kondom sebesar 1.654.448
(3,78%). Dari data tersebut jelas terlihat bahwa Peserta MOP yang terdapat pada
Profil Kesehatan Indonesia belum mencapai target Rencana Pembangunan Jangka
Menengah tahun 2014 yaitu 5%.
Secara provinsi, persentase peserta KB Metode Operasi Pria mencapai
hasil yang sedikit lebih baik bila dibandingkan dengan hasil yang dicapai oleh
Indonesia. Persentase peserta KB Metode Operasi Pria yaitu 16.811 (0,87%) dari
1.927.694 akseptor KB dan 2.232.277 PUS, namun angka ini juga belum
mencapai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun 2014 yaitu 5%.

Universitas Sumatera Utara

4

Dari data Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, dapat juga dilihat data dari
pengguna KB jenis lain yaitu suntikan 627.623 (32,56%), pil 586.931 (30,45%),
IUD sebesar 192.241 (9,97%), Implan 209.694 (10,88%), MOW sebesar 125.831
(6,53%), dan kondom sebesar 168.563 (8,74%).
Berikut adalah Persentase hasil yang diperoleh Kabupaten Deli Serdang

dalam mencapai target akseptor KB di Kabupaten Deli Serdang yang bisa dilihat
dari Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun 2013 yaitu dari total jumlah
Pasangan Usia Subur sebesar 328.459, terdapat 278.556 (84,81%) akseptor KB.
Dari jumlah akseptor tersebut diperoleh pengguna pil 86.172 (30,94%), pengguna
suntik 78.174 (28,06%), pengguna IUD 31.557 (11,34%), pengguna Implan
31.779 (11,41%), pengguna MOW 13.519 (4,85%), MOP sebesar 2.843 (1,02%)
dan pengguna kondom sebesar 34.492 (12,38%). Dari data tersebut bisa dlihat
bahwa terjadi peningkatan persentase bila dibandingkan antara Indonesia (0,61%),
Provinsi umatera Utara (0,87%), dan Kabupaten Deli Serdang (1,02%).
Sedangkan data terbaru yang diperoleh dari Puskesmas Batang Kuis sampai
dengan bulan Desember 2015 jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Kecamatan
Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang sebanyak 10.249 Pasangan Usia Subur
(PUS) dan 10.023 (97,79%) akseptor KB, 768 (7,66%) peserta IUD, 1.249
(12,46%) peserta implant, 3.208 (32,01%) peserta suntikan, 2.923 (29,16%)
peserta pil, 1.252 (12,49%) peserta kondom, 419 (4,18%) peserta MOW (Metode
Operasi Wanita), dan 204 (2,04%) peserta MOP (Metode Operasi Pria). Data
terbaru dar Puskesmas Batang Kuis menunjukkan peningkatan pada partisipasi
pria dalam ber-KB Metode Operasi Pria (MOP) bila dibandingkan dengan data

Universitas Sumatera Utara


5

dari Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun 2013 yaitu 124 (1,37%)
menjadi 203 (2,04%).
Berdasarkan pendapat Green (1980), dapat disimpulkan bahwa masalah
kesehatan seseorang disebabkan oleh dua hal yaitu Non Behavioral causes
(penyebab non prilaku) dan Behavioral causes (penyebab prilaku). Behavioral
causes dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu (1) Predisposing Factors (Faktor-faktor
predisposisi/yang mempengaruhi) yaitu faktor yang menggunakan rasional dan
motivasi untuk berprilaku. Faktor-faktor tersebut antara lain: pengetahuan,
pendidikan, sikap, kepercayaan, nilai, dan-lain-lain; (2) Enabling Factors (faktorfaktor pemungkin) yaitu faktor yang memungkinkan motivasi dan inspirasi utnuk
direalisasikan melalui keterampilan, sumber daya pribadi dan sumber daya
masyarakat.

Faktor-faktor

tersebut

antara


lain:

pendapatan,

pekerjaan,

keterjangkauan, informasi, fasilitas, dan lain-lain; (3) Reinforcing Factors (faktorfaktor penguat) yaitu faktor-faktor yang memperkuat terjadinya prilaku. Faktorfaktor tersebut antara lain: dukungan keluarga, penghargaan, hukuman, dan lainlain. Ketiga faktor tersebut memengaruhi seseorang dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap 5 orang suami
yang tinggal di wilayah kecamatan batang kuis dan hasilnya 1 orang sudah
menggunakan metode operasi pria. 1 orang beralasan bahwa ia tidak ingin
mempunyai anak lagi sedangkan yang 4 orang lagi belum mennggunakan metode
operasi pria dan masing-masing mempunyai alasan yaitu orang pertama beralasan
bahwa istri tidak mengizinkan ia untuk menggunakan metode operasi pria karena

Universitas Sumatera Utara

6


takut ia selingkuh, orang kedua beralasana bahwa ia takut metode operasi pria
dapat mengganggu kepuasannya dalam berhubungan dengan istrinya, orang ketiga
dan orang keempat beralasan bahwa saat menggunakan metode operasi pria
mereka takut terjadi pendarahan atau luka yang membuat mereka untuk
mengeluarkan biaya lagi untuk berobat. Dengan berbagai alasan tersebut
menunjukkan bahwa pengetahuan dari 5 sumai tersebut tentang metode operasi
pria/vasektomi masih sangat rendah serta tidak adanya dukungan dari istri untuk
melakukan tindakan metode operasi pria/vasektomi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Determinan Pemanfaatan KB Metode Operasi Pria di
Puskesmas Batang Kuis tahun 2015.

1.2.

Perumusan Masalah
Rumusan

permasalahan

dalam


penelitian

ini

adalah

apakah

determinan pemanfaatan KB Metode Operasi Pria di Puskesmas Batang Kuis
tahun 2015.

1.3.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan determinan pemanfaatan

KB Metode Operasi Pria di Puskesmas Batang Kuis tahun 2015.

1.4.

1.

Manfaat Penelitian
Bagi peneliti

sendiri

sebagai penambah

ilmu

khususnya tentang

Universitas Sumatera Utara

7

kesehatan reproduksi yang telah didapat selama

perkuliahan dan


menambah pengalaman serta pengetahuan dalam bidang penelitian.
2.

Hasil penelitian ini diharapkan

dapat

digunakan sebagai masukan

dan bahan informasi bagi penyuluh KB yang bertugas di wilayah
kerja Puskesmas Batang Kuis Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli
Serdang.
3.

Hasil

penelitian

diharapkan

dapat menjadi bahan referensi bagi

peneliti selanjutnya pada bidang yang sama.

Universitas Sumatera Utara